AGENDA MEDIA MENGENAI PILPRES PEMILU 2014 Analisis Isi Terhadap Pemberitaan Mengenai Setatus Pencalonan Jokowi Dalam Surat Kabar Kompas

AGENDA MEDIA MENGENAI PILPRES PEMILU 2014

Analisis Isi Terhadap Pemberitaan

Mengenai Setatus Pencalonan Jokowi Dalam Surat Kabar Kompas

Catur Priyadi

Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama), Jakarta

Abstract The momentum of presidential election as a political reality of course a lot of attention from various circles to be observed and assessed by the PR. the media agenda and the theoretical approach using content analysis method- ology with a quantitative approach to the Kompas newspaper, because it basically is one of the various methods that are categorized as “Unobtructive Research”, is the possible research methods the researcher to be able to study the process of social life is not directly without causing change existing data. This study aims to gain an idea of how the media view or highlight cases Jokowi nomination as a Presidential candidate in the 2014 Kompas Newspaper. Positivist research paradigm developing studies of media effects, in addition to the positivist paradigm also emphasizes objectivity that world phenomenon can be explained by the laws of the objective, rational, and can be tested. With the quantitative approach Agenda media measured by content analysis technique based on the category dikoding existing issues, measured by the frequency and volume issues trigger issues (Centimeter Area newspaper column), test reliability or consistency of the formula Ole R. Holsty. Here the researchers conducted a pretest with mengkoding way categorization of the test sample into the inter-code. From the data processing aspects of the audience for the results of the salience, there’s findings that the news in the newspaper Kompas that is relevant to the case’s candidacy in the 2014 presidential election results Jokowi test analysis of the aspects the audience salience (level of relevance eversion news for audiences with news content

the needs of the audience) indicates that there is a significant relationship between the loading time news before and after campaign with the information needed audiences. Audience salience Relevance news content in terms of the need for public information associated with the loading time news (X ² = 11,3,1 df, p <0.05). From the data

processing to result in the aspect Velence / valence (pleasant or unpleasant news for the audience), the findings indicate that the newspapers about the case Nominations Jokowi compass on the 2014 presidential election is

not fun, it is seen from news reports about personal image Jokowi when served as Governor of Jakarta. Valence Serving humanity Jokowi news connected with the loading time (X ² = 18.1 df, p <0.05).

Keywords: Newspaper, Media Effects, News alam kajian komunikasi memiliki Prespektif munikasi semata-mata sebagai proses penyampaian

galaminya dalam (praktik) komunikasi sebagai keg- D menarik perhatian khalayak. 3) Prespektif penciptaan

atau Paradigma yang menetukan yang selama pesan.2) Prespektif Display yang menganggap komu- ini kita mengenalnya (secara teori) dan men- nikasi sebagai upaya memajang sejumlah pesan untuk

iatan pengiriman Pesan. Dalam konteks ini kita melihat makana yang memandang komunikasi sebagai usaha banyak cara dikirimkan atau dipertukarkan ketika baku memanfaatkan simbol untuk menciptakan makna.4) komunikasi berlangsung. (Craig,1989:224).

Prespektif ritual yang mengibaratkan komunikasi bak Jika kita telusuri literatur komunikasi dengan kaca- kegiatan ritus dalam rangka memelihara kebersamaan mata cara pesan dipertukarkan, maka akan mendapati dan solidaritas para peserta komunikasi. (McQuail empat prespektif komunikasi yang telah berkembang, 1994:51) Yaitu :1). Prespektif transmisionis yang melihat ko-

Dalam tesisi ini prespektif yang digunakan adalah dan kontra atas kepemimpinan Jokowi. “Walau demiki- Prespektif Transmisionis yang memang melihat ko- an, pemerintah DKI dapat meredam isu ini. Sukardi munikasi secara mekanistik, ibarat upaya menyalurkan Rinakit, Direktur Eksekutif Soegeng Sarjadi Syndicat- arus listrik dari sumbernya ke bohlam lampu dan atau

ed setuju Gubernur Jakarta dapat menjaga tensi politik

alat elektronik lain melalui kabel. Begitu memperoleh sehingga tercapai konsensus dan dukungan yang kuat arus listrik langsung menyala. Fiske (1990, :6-38)

dari para pihak pendukung. Bahkan popularitas dan Kehidupan berpolitik di Indonesia telah berubah dras- prestasi Gubernur dalam bidang politik Jokowi selama tis sejak era reformasi dan sistem pemilihan langsung menjalankan pemerintah Jakarta. yaitu masalah islam untuk anggota dewan perwakilan rakyat dan pemilihan radikal, masalah terorisme dan masalah Ras. Tingkat presiden dan wakil presiden untuk pertama kalinya optimisme masyarakat terhadap perubahan kehidupan telah sukses dilaksanakan. Sistem politik demokrasi ekonomi yang lebih baik pada tahun mendatang tetap mulai dijalankan dan memainkan peranan sentral. (Es- tinggi. Menurut Umar Juoro, Direktur Esekutif CI- quire, 2007: 1980).

DES menyatakan pemerintah Jokowi berhasil menge- Tahun 2009 telah berlalu, di tahun itu merupakan lola ekonomi makro, menurunkan tingkat inflasi dan babak awal pemilihan presiden untuk pertama kalinya menaikkan kemampuan daya beli masyarakat. Meski telah dilaksanakan. Kini, persiapan menghadapi tahun perbaikan dan peningkatan di sektor ekonomi mikro 2014 yang akan datang merupakan momentum yang tidak mengalami perubahan berarti dan tidak membuat penting dalam perjalanan kehidupan demokratisasi dan jumlah pengangguran menurun bahkan malah cender- politik bagi bangsa Indonesia. Selain itu, di tahun 2014 ung naik. pula untuk kedua kalinya presiden dan wakil presiden

Saat ini masyarakat yang berpendapatan rendah ma- dipilih secara langsung oleh rakyat.

sih mempermasalahkan bagaimana mengatasi Banjir Momentum Pilpres sebagai realitas politik tentu saja dan Kemacetan, trans-portasi Jakarta akibat Pena- banyak mendapat perhatian dari berbagai kalangan un- taan Manajemen Pemerintah Pemprov DKI Jakarta tuk dicermati dan dikaji. Demikian pula media massa. bagaimana mengatasi kemiskinan dan bagaimana men- Sebagai pilar keempat – setelah pilar legislatif, ekse- gatasi kemungkinan kalau dirinya tidak bekerja atau kutif, dan yudikatif – dalam demokrasi, media massa menganggur. Meskipun ada masalah seperti itu, ma- secara langsung ikut terlibat di dalam sejarah tersebut syarakat tersebut tetap memiliki kepercayaan tinggi tatkala mengerjakan praktik jurnalistiknya.

kepada Jokowi. Sebab yang dilihat oleh rakyat bukan Tahun 2014 merupakan momentum yang penting terletak kepada bagaimana apa yang bisa diberikan oleh dalam perjalanan kehidupan demokratisasi dan politik rakyat dan lebih kepada sosok atau figurnya. Masalah bagi bangsa Indonesia. Selain itu, di tahun 2014 pula terpenting bagi masyarakat ber-pendapatan rendah untuk ketiga kalinya presiden dipilih secara langsung adalah bukan pada naiknya tingkat biaya hidup atau oleh rakyat.

kenaikan barang, tetapi pada pemerintah dapat menye- Molornya pengesahan UU Pemilu 2014 juga berim- diakan barang yang diperlukan. plikasi kepada pendeknya persiapan KPU dalam me-

Dalam menjalankan pembangunan Jakarta masyara-

nyusun dan melaksanakan tahap pemilu (persiapan- kat cenderung memberikan nilai lebih kepada Jokowi nya hanya lima bulan setelah UU Pemilu disahkan). dalam segi menjaga kestabilan sehingga mendukung (KPU@yahoo.co.id)

pertumbuhan Jakarta. Adapun masalah lainnya adalah Momentum Pilpres sebagai realitas politik tentu saja harga Banjir dan Kemacetan, pendidikan, kesehatan banyak mendapat perhatian dari berbagai kalangan un- dan kesempatan berusaha atau mendapatkan pekerjaan. tuk dicermati dan dikaji oleh para Humas Partai.

Sukardi berharap Pemerintah Jokowi meningkatkan Berbagai opini yang ada dari masyarakat tentang komitmen dalam memberantas korupsi dan ekonomi kinerja Joko Widodo muncul, walaupun masih bersi- dengan sisa waktu yang ada guna meningkatkan kinerja fat subyektif. Anis Baswedan dari Lembaga Survey pemerintahannya, Jokowi perlu mereshuffle kabinetnya Indonesia menyatakan bahwa kinerja Jokowi cender- dengan orang-orang yang profesional di bidangnya.” ung lebih baik dalam menjadi Gubernur DKI Jakarta. (Anis Baswedan, 2007). Tingkat kepercayaan masyarakat masih tetap tinggi

Dari pencitraan Jokowi selama memimpin ini dilihat

terhadap kepemimpinan Jokowi menjadi Gubernur Ja- dari rapot kinerjanya dengan ini ketika Jokowi menca- karta. Keadaan politik sepanjang tahun 2014 tergolong lonkan untuk yang kedua kali dari Gubernur naik pada stabil. tetapi beberapa bulan terakhir sempat turun PILPRES 2014 tanggapan agenda media Kompas da- karena adanya perseteruan antar elite politik yang pro lam pemberitaan. Salah satu penyebab terbentuknya terhadap kepemimpinan Jokowi menjadi Gubernur Ja- dari rapot kinerjanya dengan ini ketika Jokowi menca- karta. Keadaan politik sepanjang tahun 2014 tergolong lonkan untuk yang kedua kali dari Gubernur naik pada stabil. tetapi beberapa bulan terakhir sempat turun PILPRES 2014 tanggapan agenda media Kompas da- karena adanya perseteruan antar elite politik yang pro lam pemberitaan. Salah satu penyebab terbentuknya

Menurut (McNair 1995: 212), dalam era mediasi sep-

praktisi PR hendaknya dapat memehami secara berkala erti sekarang ini, fungsi media massa dalam komunikasi opini yang tengah beredar didalam publiknya. Opini politik dapat menjadi penyampai (transmitters) pesan- sendiri lebih dimaksudkan sebagai apa yang dinyatakan pean politik dari pihak-pihak di luar dirinya; sekaligus oleh seseorang melalui pernyataan. Opini bisa berkem- menjadi pengirim (senders) pesan politik yang dibuat bang luas menjadi milik suatu masyarakat. Opini yang (constructed) oleh wartawan kepada khalayak. Hal berkembang luas dan terkeristal itulah yang disebut ini memungkinkan para aktor politik memakai media opini publik.

massa, dalam hal ini surat kabar, untuk menyampai- Tugas seorang PR adalah menegakan citra organisa- kan pesan-pesan politiknya kepada khalayak. Pada saat si yang diwakilinya agar tidak menimbulkan kesalah yang sama, bagi para wartawan, media massa menjadi pahaman dan tidak melahirkan isu-isu yang dapat me- wadah untuk memproduksi pesan-pesan politik karena rugikan. Para praktisi PR harus dapat terus mempela- peristiwa-peristiwa politik selalu memiliki nilai berita jari terbentuknya sikap sehingga dapat lebih mengenal (Nilamsari, 2005: 4-5). pola-pola terbentuknya opini dan menjalin relasi dia

Media melalui fungsinya memberikan informasi ten- antara keduanya dengan harmonis.

tang kejadian dan kondisi, media massa memperlihat- Beragam pendapat timbul dalam mendefinisikan kan hubungan dan kekuasaan. Di samping itu, media kembali peranan media massa dewasa ini dan pada ma- massa juga memfasilitasi inovasi, adaptasi, dan ke- sa-masa yang akan datang, setelah priode perjuangan majuan. Kemudian fungsi korelasi berkaitan dengan dan liberal berlalu, atas perkaitan politis, media massa fungsi menjelaskan, menginterpretasi dan mengomen- sekarang beroleh sebutan sebagai media pembangunan. tari makna kejadian dan informasi. Fungsi korelasi juga Klaim atas sebutan ini sepantasnya memang tidak perlu memberikan dukungan kepada norma dan otoritas yang dikhawatirkan benar.

telah ada. Melalui fungsi ini, media juga melakukan Dalam esensi yang lebih maknawi, media massa sosialisasi, koordinasi kegiatan yang berbeda-beda, bukanlah sebuah kaidah normative yang dapat dijadi- membangun konsensus dan menetapkan urutan priori- kan pedoman. Istilah itu lebih tepat dimaksudkan se- tas serta menjelaskan status relatif seseorang atau ses- bagai usaha member perkaitan fungsional dan tidak uatu. Dominick menyebutkan fungsi media mencakup; menunjuk langsung pada esensi peranan media, beri- surveillance (menyampaikan informasi), interpretasi, kut perspektif historinya. Pernyataan itu relatif mudah menghubugkan elemen dalam masyarakat, menyam- disederhanakan dari pengalaman media massa sendiri paikan nilai-nilai, dan hiburan (Dominick dan joseph, yang seringkali berhadapan dengan bermacam-macam 1990: 31-44 dalam Rosmiati, 2008: 3-4). kepentingan dalam berbagai kurun waktu, termasuk

Media massa adalah komunikasi politik yang sudah

pengaruh ilmu pengetahuan dan teknologi yang juga melembaga, atau sudah diakui secara universal sebagai menuntut penyikapan dan keberpihakan yang jelas sebuah institusi politik. Tak terkecuali Indonesia pada (Tono, 2003: 21-22).

saat ini. Hal ini diantaranya dapat dilihat dalam UU No. Media massa sebagai lembaga kemasyarakatan dapat 40-1999. Dengan demikian relevansi keterlibatan ko- mempengaruhi masyarakat karena bertindak sebagai munikasi dalam setiap konflik dikalangan elite politik komunikator massa. Selain itu, pers juga berperan se- banyak terletak pada kekuatan atau kekuasaannya se- bagai kontrol sosial dalam kehidupan berbangsa dan bagai saluran dan pembentukan pendapat publik yang bernegara sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan sangat efektif. Artinya, seperti dikatakan oleh Lucian pemerintahan. Karena hubungan keduanya selalu iden- W. Pye (1965) dan Denis McQuail (1986) tindakan po- tik dengan kehidupan sosial, budaya, dan bahkan poli- litik tanpa proses komunikasi bukanlah tindakan poli- tik (Djuroto, 2002: 6).

tik. Bagi media massa para elite politik adalah pelaku Dalam praktik politik pasca reformasi, media massa berita atau pembuat berita yang amat penting di dunia semakin berperan penting. Aktivitas media dalam mel- politik (newsmaker). Karena para politisi adalah new- aporkan peristiwa-peristiwa politik sering memberi smaker yang amat penting maka para wartawan tidak dampak yang signifikan bagi perkembangan politik. mau kehilangan kesempatan untuk meliput pertanyaan- Contoh nyatanya adalah pemberitaan yang luas menge- pertanyaan mereka.

Masalahnya adalah sejauhmana efektifnya komuni- kasi politik (media massa) dalam melaksanakan fungsi sebagai saluran komunikasi politik? Adalah Dan Shil- lers dan Peter Golding (1986) yang menyatakan, bahwa dalam tradisi negara-negara demiokrasi sistem pembe- ritaan memiliki peran kunci. Berita media massa ber- peran sebagai sumber informasi utama yang sanat di- butuhkan oleh masyarakat untuk tiba pada pemilihan dan pertimbangan politik yang rasional. (Muis, 2001: 113-114).

Dalam riset David Pearce Demers (1996: 310-311 dalam Severin dan Tankard, 2005: 428), mengatakan media adalah agen kontrol sosial. Perbedaan isi ter- bentuk oleh nilai dominan, semacam kapitalisme yang bertanggung jawab dan aturan sosial, dan oleh ke- mandirian elite yang dimiliki oleh media sebagai sum- ber berita dan sumber iklan demi memperoleh keuntun- gan… media sangat bergantung pada pusat kekuatan, pusat ekonomi, dan politik sebagai berita. Yang berarti bahwa masalah sosial biasanya dibentuk dari posisi mereka yang memegang kekuasaan dan isi berita secara umum mempromosikan nilai-nilai yang selaras dengan ide kapitalis dan kepentingan elite. Media mainstream jarang atau bisa dibilang tidak pernah menyebabkan atau mendorong terjadinya perubahan sisial yang ra- dikal. Fungsi pengawasan pers hanyalah wacana… pesan-pesan di media menciptakan dukungan yang luas terhadap sistem – nilainya, aturannya, institusinya, dan pemimpinnya – tetapi sering mengkritik mereka-mere- ka yang berkuasa, khususnya bila kelompok elite tidak menyetujui satu kebijakan yang fundamental.

Menurut Blumler dan Gurevithch (1975: 17-177), ada empat kerangka dasar yang ditawarkan berkaitan dengan peran media massa dalam politik, yaitu: Per- tama, tingkat pengawasan negara pada organisasi me- dia massa. Dalam hal ini negara dianggap memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap media massa. Segala kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh neg- ara adalah kebijakan yang harus diikuti dan didukung oleh semua media massa yang ada serta beroperasi di negara tersebut. Kedua, tingkat partisipasi media mas- sa. Bahwa media massa dapat memberikan dukungan maupun loyalitasnya terhadap negara atau partai poli- tik yang berkuasa pada saat itu. Dimensi ini menjelas- kan bahwa komitmen media massa bersifat parisipan. Ketiga, tingkat integrasi media massa pada elite poli- tik. Jika dua dimensi lainnya terjadi secara informal, hubungan ini dianggap memiliki tingkat pemahaman yang timbal balik diantara elite politik di media massa. Sejauh itu pernyataan sikap dan apapun yang dikeluar- kan oleh elite politik akan mudah diterjemahkan oleh

media massa. Keempat, hakikat legitimasi kepercayaan terhadap institusi-institusi media massa. Legitimasi itu diperlukan media massa untuk memberikan pelayanan secara profesional terhadap khalayak dengan bersikap objektif saat berhubungan dengan politisi dan tidak me- mihak.

Namun di tingkat media massa sendiri terjadi perbe- daan antar institusi media massa. Perbedaan tersebut berkaitan dengan bagaimana suatu realitas atau peri- stiwa politik dipandang dan diberitakan oleh masing- masing media massa. Bahwa apa yang dianggap me- miliki nilai berita yang tinggi oleh satu institusi media massa belum tentu akan dipandang sama oleh institusi media massa yang lain. Jika realitas sosial itu sama di- beritakan oleh semua media massa, maka tetap saja aka ada perbedaan. Hal ini tidak terlepas dari berbagai fak- tor internal maupun eksternal yang mempengaruhinya (Nasrullah, 2005: 3-5)

Menurut Hamad (2004: 2-3) boleh jadi sebuah media dipengaruhi oleh berbagai faktor internal berupa ke- bijakan redaksional tertentu mengenai suatu kekuatan politik, kepentingan politik, peran pengelola media, re- lasi media dengan kekuatan politik tertentu, dan faktor eksternal seperti tekanan pasar pembaca atau pemirsa, sistem politik yang berlaku, dan kekuatan-kekuatan luar lainnya.

McQuail (1987: 81-82) menegaskan, media sebagai alat kekuasaan yang efektif. Media bergerak dalam ma- syarakat yang ditandai oleh adanya penyebaran kekua- saan, yang diberikan kepada individu, kelompok dan kelas sosial secara tidak merata, dan karena beberapa hal media berkaitan dengan struktur ekonomi dan poli- tik yang berlaku. Maka memiliki konsekuensi dan ni- lai ekonomi, serta merupakan objek persaingan untuk memperebutkan kontrol dan akses. Di samping itu, me- dia juga tidak terlepas dari peraturan politik, ekonomi dan hukum. Media dipandang sebagai alat kekuasaan yang efektif, karena kemampuannya untuk melakukan beberapa hal seperti menarik dan mengarahkan perha- tian, membujuk pendapat dan anggapan, mempenga- ruhi pikiran dan sikap, memberikan status dan legiti- masi serta mendefinisikan dan membentuk realitas.

Menurut Gurevitch dan Blummer (1977), dalam banyak hal media massa diakui sebagai saluran yang berkemampuan untuk menyampaikan lebih dari seke- dar informasi politik. Artinya media massa dapat dibuk- tikan mempunyai efek politik dalam suatu kelangsun- gan sistem politik suatu masyarakat. kekuatan media, dalam kaitan ini bersumber pada tiga hal, yaitu struk- tural, psikologis, dan bersifat normatif. Akar struktural kekuatan media bersumber pada kemampuannya yang Menurut Gurevitch dan Blummer (1977), dalam banyak hal media massa diakui sebagai saluran yang berkemampuan untuk menyampaikan lebih dari seke- dar informasi politik. Artinya media massa dapat dibuk- tikan mempunyai efek politik dalam suatu kelangsun- gan sistem politik suatu masyarakat. kekuatan media, dalam kaitan ini bersumber pada tiga hal, yaitu struk- tural, psikologis, dan bersifat normatif. Akar struktural kekuatan media bersumber pada kemampuannya yang

Dari hasil penelitian Lazar sfeld, Barelson, dan Gaud-

dalam politik antara lain terletak pada pelipatgandaan et (1944), menegaskan bahwa kampanye politik dengan khalayak yang sampai tingkat tertentu umumnya telah

menggunakan media massa di Amerika Serikat sebagai berhasil mengatasi berbagai hambatan yang sebelum- saluran komunikasi politik akan berdampak pada pe- nya dihadapi (misalnya tingkat pendidikan rendah, dan rubahan perilaku pemilih dalam memberikan dukun- tipisnya minat kepada politik).

gannya pada saat pemilihan umum berlangsung, sebab Sedangkan akar psikologis dari kekuatan media ber- efek penggunaan media massa tidak hanya sampai pada sumber pada hubungan kepercayaan (credibility) dan tahap kognitif dan afektif saja, melainkan juga pada ta- keyakinan yang berhasil diperoleh (meskipun dengan hap konatif (Djuarsa, 1992 dalam Nasrullah, 2005: 1). tingkat yang berbeda-beda) oleh organisasi media dari

Dari penelitian-penelitian yang ada, sepertinya tidak anggota khalayaknya masing-masing. Ikatan saling per- mengalami kesulitan dalam menarik kesimpulan. Sug- caya ini tumbuh berdasarkan pada pemenuhan harapan uhan informasi tidak sekedar ikut memberikan pandan- khalayak selama ini dan validasi dari hubungan percaya gan tertentu mengenai suatu peristiwa kepada pembaca, mempercayai di masa lampau antara media yang ber- tetapi informasi tersebut juga dimasukkan dalam suatu sangkutan dengan khalayaknya, yang pada dasarnya mitologi, pahlawan diciptakam (olah ragawan, seni- tergantung pada penyajian informasi yang legitimized man, politikus, ditonjolkan) dan para penjahat (musuh dan routinized oleh media tersebut selama ini.

politik) disederhanakan menjadi sketsa yang dikehen- Kombinasi akar struktural dan akar psikologi tadi me- daki. Jawabannya, sebenarnya, hanya dapat diberikan mungkinkan media medudukan diri di tengah-tengah – malalui penelitian. antara politisi dan khalayak – dan sekaligus “mencam-

Secara teoritis, media massa bertujuan menyampai-

puri” proses politik yang berlangsung. Campur tangan kan informasi dengan benar secara efektif dan efisien. tersebut mungkin saja tidak disukai oleh banyak pihak Pada hakikatnya, apa yang disebut sebagai kebenaran termasuk kalangan politik dimaksud. Di sini kemu- ini sangat ditentukan oleh jalinan banyak kepentingan. dian, tampillah sifat normatif media yang bersumber Akan tetapi, di atas semua itu, yang paling utama tentu- pada prinsip-prinsip demokrasi mengenai kebebasan nya adalah kepentingan survival media itu sendiri, baik menyampaikan pendapat, kebutuhan perlindungan dalam pengertian bisnis maupun politis (Sobur, 2004: terhadap warga negara dari penyalahgunaan kekuatan 114). politik, yang memberi legitimasi kepada peran inde-

Pada pembahasan metodelogi tesis ini menggunakan pendensi media daripada kendali politik.

Jenis penelitian Deskriptif Kuantitatif, deskriptif hanya Menurut Galnoor (1980), media massa mempunyai menggambarkan secara sistematis fakta atau peris- persamaan dengan partai politik dan birokrasi dalam tiwa, tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak hal-hal tertentu, dan dalam hal lain berbeda. Bagaima- menguji hipotesis atau membuat prediksi tertentu( Ra- na pun juga, sistem politik tidak dapat mengabaikan khmat, 1998:24) petensi menerobos yang dimiliki surat kabar, radio,

Analisis berita diukur dengan menggunakan metode tv, dan film. Soalnya bila perhatian masyarakat masih analisis Isi yang juga telah menjadi salah satu bagian terdiri dari kesatuan-kesatuan masyarakat tradisional, yang diterapkan oleh para praktisi humas sebagai salah penetrasi melalui media massa memang bukan hal yang satu alat, teknik dan metode penelitian. Dalam melaku- mudah. Karena itu biasanya media massa digunakan kan strategi evaluasi. sebagai saluran komunikasi politik denga mengkombi-

Kali ini tidak jauh berbeda dari penelitian sebelum- nasikannya dengan instrument sosial yang lain (Nasu- nya. Peneliti akan mengangkat permasalah penelitian tion, 1989: 64-65).

mengenai bagaimana media massa mengagendakan Dalam suatu studi tentang peliputan berita dalam pe- (agenda media) Tentu tidak kalah serunya akan men- milihan presiden tahun 1968 oleh harian-harian met- jadi kajian menarik dalam sebuah penelitian. Dimana ropolitan, Doris Graber menemukan bahwa fokusnya penelitian ini berjudul, “ AGENDA MEDIA MENGE- jauh lebih pada atribut pribadi para kandidat ketimbang

NAI PILPRES PEMILU 2014 (“Analisis Isi terhadap pada pokok permasalahanya. Kepada pembaca, surat pemberitaan mengenai setatus pencalonan Jokowi da- kabar menyajikan cerita yang membina kesan tentang lam Surat Kabar Kompas”). dalam pendekatan teoritis pentingnya, kredibilitas, watak, gaya, dan reputasi kan- agenda media dan menggunakan metodologi analisa NAI PILPRES PEMILU 2014 (“Analisis Isi terhadap pada pokok permasalahanya. Kepada pembaca, surat pemberitaan mengenai setatus pencalonan Jokowi da- kabar menyajikan cerita yang membina kesan tentang lam Surat Kabar Kompas”). dalam pendekatan teoritis pentingnya, kredibilitas, watak, gaya, dan reputasi kan- agenda media dan menggunakan metodologi analisa

Agenda media diukur dengan teknik analisis isi yang dikoding berdasarkan kategori isu yang sudah ada, diu- kur dengan melihat frekuensi pemicu isu dan volume isu (Luas Centimeter kolom surat kabar). Artinya se- makin luas atau besar volume isu yang semakin sering muncul, maka semakin besar perhatian yang diberikan oleh media terhadap isu yang tersebut dan semakin me- nonjolnya, maka isu tersebut dianggap penting. Selain itu dalam agenda suratkabar, letak isu pada halaman depan dijadikan ukuran penonjolan isu (Graber 1989:8)

Perumusan Masalah

Penelitian tentang Public Relations sudah cukup banyak dilakukan baik oleh kalangan akademisi, para praktisi komunikasi, institusi pemerintah, maupun in- stitusi swasta lainnya. Pada umumnya penelitian itu bukan hanya sekedar mencari korelasi akademik an- tara organisasi dengan publiknya semata, namun juga demi memenuhi kegunaan yang lebih praktis empiris menyangkut kepentingan publiknya. Asumsinya adalah apabila kepentingan publik mampu dipenuhi oleh or- ganisasi (institusi) maka citra dan reputasi organisasi akan terpelihara bahkan dapat ditingkatkan. Dengan demikian kepercayaan publik terhadap institusi akan semakin bertambah tebal sehingga saling pengertian serta saling percaya terjaga, dan relasi – relasi yang sal- ing menguntungkan juga bisa diwujudkan.

Institusi (organisasi) yang mampu memenuhi kebu- tuhan publiknya akan berupaya secara terus menerus menjaga kepercayaan itu. Berbagai cara yang kreatif akan dilakukan demi tetap menjaga kredibilitas, citra dan reputasi di mata publiknya. Hal ini dilakukan den- gan asumsi bahwa bagaimanapun publik merupakan area yang sangat penting bagi eksistensi suatu institusi. Terlebih apabila institusi itu merupakan lembaga yang tujuannya untuk memperoleh profit seperti perusahaan – perusahaan yang harus terus menerus berinteraksi dengan masyarakatnya. Bagaimana menjaga kredibili- tas, citra diri, dan reputasi di mata publik? Hal ini meru- pakan pertanyaan klasik yang sepanjang masa akan terus berlangsung namun memerlukan jawaban kreatif institusi yang bersangkutan. Karenanya para ahli Pub- lic Relations menyarankan kepada institusi manapun

yang ingin terus eksis harus mampu membuka mata dan telinga guna menyerap aspirasi publiknya untuk melakukan berbagai perbaikan maupun pemeliharaan diri berkaitan dengan kredibilitasnya.

Di lain pihak, publik juga bukanlah obyek yang se- mata – mata pasif, obyek yang dijadikan sebagai sarana institusi untuk terus memelihara eksistensi beserta ke- pentingannya. Sebab apa yang dilakukan oleh institusi di tengah kehidupannya, hal itu juga akan dibaca dan dimaknai tersendiri olehnya. Eksistensi suatu institusi akan bisa berlangsung bila ia mampu dimaknai oleh publiknya sebagai institusi yang memang dibutuhkan, mampu memberikan nilai – nilai yang memenuhi kebu- tuhan mereka, ataupun nilai – nilai lain yang dibutuh- kan oleh masyarakat lain. Pendek kata bahwa publik akan selalu memberikan perhatian kepada institusi yang memiliki keterkaitan dengan dirinya. Pesan – pesan ko- munikasi yang berasal dari institusi juga akan dimaknai tersendiri oleh publik. Publik akan menerima apabila ia memaknai secara positif apa yang diberikan oleh insti- tusi itu. Sebaliknya publik bisa saja menolak apabila ia ternyata memaknai negatif dari apa yang disampaikan oleh institusi tersebut.

Kadang – kadang persoalan antara suatu organisasi (institusi) dengan publiknya muncul ketika tidak ada kesesuaian makna di antara keduanya. Persoalan ini akan semakin menjadi – jadi ketika saluran komuni- kasi diantara keduanya menjadi macet. Publik me- miliki persepsi yang keliru dan terus curiga dengan eksistensi organisasi, sedang organisasi merasa tidak memiliki dukungan dari publiknya (stakeholder-nya). Persoalan – persoalan komunikasi pun muncul , salah persepsi dan salah komunikasi berlangsung sehingga terjadi ketegangan – ketegangan antar institusi versus organisasi. Tentu akibatnya bisa fatal, misalnya timbul- nya aksi massa secara fisik menuntut pembubaran or- ganisasi tersebut atau paling tidak munculnya berbagai keluhan, kritik bahkan dalam derajat tertentu berubah menjadi hujatan terhadap organisasi yang akan sangat merugikan bagi citra, kredibilitas maupun reputasi or- ganisasi yang bersangkutan. Kerugian akan semakin besar bila keluhan, kritik ataupun hujatan dari stake- holder itu disampaikan melalui media massa. Sebab dengan jangkauannya yang luas, media massa mampu menyebarkan informasi secara luas termasuk mampu memberikan pengaruh yang luas pula.

Proses demokratisasi di Indonesia semakin mengal- ami kemajuan, paling tidak pada level prosedural. Hal ini bisa dilihat dari terselenggaranya Pemilihan umum (PEMILU) yang relatif jujur dan adil. Pemilu legislatif berlangsung secara demokratis, kemudian dilanjutkan Proses demokratisasi di Indonesia semakin mengal- ami kemajuan, paling tidak pada level prosedural. Hal ini bisa dilihat dari terselenggaranya Pemilihan umum (PEMILU) yang relatif jujur dan adil. Pemilu legislatif berlangsung secara demokratis, kemudian dilanjutkan

diselenggarakan sangat beragam, tetapi perhatian di- Perumusan masalah disini dimaksudkan untuk men- pusatkan pada kemungkinan penggunaan film dan me- gungkap pokok-pokok pikiran secara jelas dan siste- dia lain untuk keperluan persuasi aktif atau penyebaran matis mengenai hakekat masalah sehingga masalah informasi (misalnya, Hovland et al., 1949; Lazarsfeld yang akan dikaji dapat dipahami secara jelas. Dengan et al., 1944; Star dan Hughes, 1950) atau untuk me- demikian, perumusan masalah merupakan usaha un- nilai, dengan tujuan pencegahan, dampak yang meru- tuk menyatakan secara tersurat pernyataan-pernyataan sak dalam kaitannya dengan pelanggaran hukum, pra- penelitian yang perlu dijawab atau dicari jalan pemeca- sangka, agresi, ransangan seksual. Apa yang sekarang hannya. Dari beberapa pemikiran yang telah disebutkan tampaknya berupa akhir masa ditandai oleh beberapa di atas, rumusan permasalahan utama yang diangkat ungkapan kenyataan dengan jenis penelitian ini (misal- dalam penelitian ini yaitu

nya Barelson, 1959) dan oleh adanya pernyataan baru Mengacu pada latar belakang yang dipaparkan, per- tentang tentang kebijakan konvensional yang menetap- masalahan yang menjadi pertanyaan penelitian dalam kan peran yang lebih moderat bagi media untuk men- penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

imbulkan efek yang dipilih atau yang tidak diinginkan. “Bagaimanakah Agenda Media surat kabar Kompas,

Tahap teori dan penelitian yang ketiga, yang masih mengenai pemberitaan mengenai status pencalonan berlangsung sekarang. Merupakan tahap di mana efek Jokowi pada Pilpres 2014?”

dan kemungkinan efek masih sedang ditelaah, tanpa menolak kesimpulan penelitian sebelumnya, tetapi di-

Tinjauan Pustaka

dasarkan atas perbaikan konsepsi tentang proses sos- Perkembangan pemikiran tentang efek media massa ial dan media yang mungkin terkorelasi antara kadar dapat dikatakan memiliki “riwayat ilmiah” (natural “pendedahan” (exposure) isi tertentu dan perubahan history), karena perkembangan itu sangat ditentu- atau variasi sikap, opini, atau informasi yang diukur. kan oleh suasana waktu dan tempat serta dipengaruhi Pembaharuan penelitian efek ditandai dengan adanya oleh beberapa faktor “lingkungan”, yaitu: kepentingan pergeseran perhatian ke arah: perubahan jangka pan- pemerintah dan pembuatan undang-undang; kebutuhan jang; kognisi ketimbang sikap dan afeksi; peran yang industri; aktivitas berbagai kelompok penekan (pres- dimainkan oleh isi, disposisi, dan motivasi sebagai sure group); tujuan propaganda politik dan komersial; variabel sela (intervening variables); gejala kolektif tekanan opini publik pada saat bersangkutan; dan mod- seperti iklim opini, struktur keyakinan, ideologi, pola el ilmu sosial. Tidak mengherankan bahwa tidak ada budaya dan bahkan bentuk-bentuk kelembagaan. (Mc- jalur langsung perkembangan pengetahuan secara ko- Quail, 1987: 228-229). mulatif yang dapat dilihat dengan mudah. Dalam uraian

Pada umumnya penelitian tentang studi efek media ini akan dipaparkan dalam beberapa tahap.

yang dalam hal ini penentuan agenda, meliputi peny- Dalam tahap pertama, yang merentang dari awal usunan media dan pengukuran public yang berbasis abad kesembilan belas hingga tahun 1930-an, media pada daya analisis yang luas untuk menilai penelitian yang berkembang dengan baik mengemban pengaruh terdahulu dan untuk meninjau metode yang sesuai un- yang cukup untuk membentuk opini dan keyakinan, tuk penelitian selanjutnya. Salah satu penelitian awal mengubah kebiasaan hidup. Secara aktif media juga tentang efek agenda setting dilakukan Shaw dan Mc- membentuk perilaku yang kurang lebih sesuai dengan Combs (1977) meneliti para pemilih di Charlotte, North keinginan orang-orang yang dapat mengendalikan me- Carolina selama musim panas dan gugur pada pemili- dia dan isinya (Bauer, 1960). Pandangan seperti ini ti- han presiden tahun 1972. Mereka menemukan semua dak didasarkan atas pengkajian ilmiah, tetapi atas dasar tujuh isu penting yang disebut oleh para responden di- pengamatan kepopuleran pers dan media film dan radio pengaruhi oleh pola liputan dari Charlotte observer dan yang terbaru serta pengaruhnya dalam bentuk aspek ke- jaringan berita televisi. Selanjutnya, pada pemilihan hidupan sehari-hari.

presiden 1976 McCombs dan Shaw mengambil sampel Tahap kedua yang dimulai dengan serangkaian studi pemilih ditiga tempat yang berbeda-beda – Lebanon,

New Hampshire, Indianapolis, Indiana, dan Evanston, huannya.3) Fungsi Menghibur (to entertain) Hal-hal Illinois –responden di interview antara Februari dan yang bersifat hiburan sering dimuat oleh surat kabar Desember (Weaver, McCombs dan Eyal, 1981). Pada dan majalah untuk mengimbangi berita-berita berat saat yang sama mereka menganalisa isi surat kabar (hard news) dan artikel yang berbobot.4) Fungsi mem- local dan nasional yang beredar di wilayah tersebut. pengaruhi (to influence) Fungsi yang keempat inilah, Hasilnya, sekali lagi menunjukkan terdapat hubungan yakni fungsi mempengaruhi, yang menyebabkan pers yang kuat antara agenda media dan agenda publik.

memegang peranan penting dalam kehidupan masyara- Dalam perkembangan selanjutnya, menurut Roger kat. (Onong Uchjana 1997:145) Fungsi mempengaruhi (1994) dan Dearin (1988), ada tiga studi yang dilakukan menyebabkan pers memegang peranan penting dalam para peneliti yang satu dengan lain memiliki keterkai- kehidupan masyarakat. Karena pers dapat menyajikan tan. Pertama, studi tentang agenda media massa. Dalam berita yang dapat membuat pembacanya melakukan studi ini dikaji latar belakang dan proses terjadinya pe- apa yang diinginkan media. nonjolan isu-isu dalam media massa yang tidak saja

Seperti pendapat Walter Hageman bahwa fungsi su- merupakan proses kognitif tetapi juga berkaitan dengan rat kabar yang dapat mempengaruhi, berarti : “ …ter- struktur media dimana media itu berada. Kedua, studi pengaruh untuk melakukan sesuatu sesuai dengan ke- mengenai agenda public mengkaji mengenai bagaima- hendak si publisis “.(Onong Uchjana 1998:105). Dari na khalayak dipenagruhi oleh isu-isu yang dianggap pendapat diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa penting oleh media. Ketiga, studi mengenai agenda ke- surat kabar mempunyai peranan penting dalam mem- bijakan dikalangan elit politik baik formal maupun non pengaruhi pembacanya untuk melakukan sesuatu ses- formal. (Rusadi, 1995:50).

uai kehendak si publisis.

Media, khususnya surat kabar tidak berada di ruang

Surat Kabar

hampa. Surat kabar sesungguhnya berada di tengah re- Menurut Djafar H. Assegaff, “ Surat Kabar adalah alitas sosial yang sarat dengan berbagai kepentingan, penerbitan yang berupa lembaran yang berisi berita- konflik, dan fakta yang kompleks dan beragam. Seperti berita, karangan-karangan dan iklan, yang tercetak dan yang diungkapkan oleh Louis Althusser, “ Media se- terbit secara tetap atau periodik dan dijual untuk umum bagaimana lembaga-lembaga pendidikan, seni, agama

dan kebudayaan, merupakan bagian dari alat kekuasaan Berkaitan dengan penelitian ini dapat disimpulkan, Negara yang bekerja secara ideologis guna membangun bahwa Kompas dan Republika adalah media massa kepatuhan khalayak terhadap kelompok yang berkuasa yang termasuk dalam Surat kabar. Karena baik Kom- (Ideological states apparatus). (Alex Sobur 2001 : 30) pas maupun Republika merupakan suatu lembaran

“. (Djafar H. Assegaf 1983:140)

berisi berita, pendapat, karangan, iklan yang tercetak Hubungan Komunikasi Politik dengan Media.

dan diterbitkan secara teratur dan dijual untuk umum. Media massa dan politik adalah dua hal yang hampir Bersifat periodik, aktual dan Universal.

selalu berkaitan. Lalu, bagaimanakah hubungan antara Dimaksud dengan aktualitas ialah kecepatan penyam- politik dengan media massa (cetak maupun elektronik) paian laporan mengenai kejadian dimasyarakat kepada dewasa ini? Dewasa ini, media massa semakin mem- khalayak. (Onong Uchjana 1997:155)Selain ciri-ciri, perhatikan politik, baik itu politik dalam negeri mau- surat kabar juga mempunyai beberapa fungsi. Menurut pun luar negeri. Hal ini dapat dilihat dengan semakin Onong Uchjana Effendy, surat kabar memiliki fungsi- banyaknya media massa dalam negeri (baik cetak mau- fungsi sebagai berikut : 1)Fungsi menyiarkan Informasi pun elektronik) yang semakin memfokuskan berita- (to Inform). Menyiarkan merupakan fungsi pers yang beritanya kepada politik. pertama dan utama. Khalayak pembaca berlangganan

Konflik-konflik politik yang terjadi antara tokoh- atau membeli surat kabar karena memerlukan infor- tokoh politik ataupun kelompok-kelompok politik ter-

masi mengenai berbagai hal di bumi ini, mengenai tentu menjadi “makanan empuk” bagi media massa. peristiwa yang terjadi, gagasan atau pikiran orang lain, Media terkadang bukannya membantu untuk menen- apa yang dilakukan oleh orang lain, apa yang dikatakan gahi, tetapi malah ikut membuat keadaan menjadi se- orang lain, dan sebagainya.2) Fungsi Mendidik (to edu- makin panas. Tetapi perlu dicatat bahwa semua yang cate) Fungsi kedua dari pers adalah mendidik. Sebagai dilakukan media itu bukan hanya dalam konteks un- sarana pendidikan massa (mass education), surat kabar tuk memberikan informasi dan pemahaman mengenai dan majalah memuat tulisan-tulisan yang mengandung politik kepada masyarakat, melainkan ada kepentingan pengetahuan sehingga khalayak bertambah pengeta- komersial.

Dalam pemberitaan-pemberitaan media massa, kon- Judy Van Slyke Turk (dalam Protess dan McCombs,

flik-konflik politik antara tokoh atau kelompok-kelom- 1991:211-222) menyimpulkan bahwa pegawai Pub- pok politik tertentu juga menunjukkan bahwa aspek lic Relations dapat memengaruhi berita media massa.

sensasional lebih ditunjukkan dibandingkan dengan Temuan Sheldon Gilberg, Chaim Eyal, Maxwell Mc- substansi itu sendiri. Media massa, terutama di Indo- Combs, David Nicholas berkaitan dengan agenda State nesia, sebagai bagian dari lingkungan produksi yang of the Union Address menggambarkan fenomena agen- berorientasi pasar jauh di atas cita-cita ideologisnya,

da setting oleh pers, dimana isu yang ditekankan oleh

kemudian menyadari adanya keuntungan yang akan di- media berita tercermin dalam prioritas presiden, bukan berikan oleh politik, terutama sebagai pasar potensial, sebaliknya, pengaruh presiden terhadap agenda pers. yang tidak dapat dipandang sebelah mata.

Gold dan Simmon dalam sebuah penelitan dari 24 ko- ran harian di Lowa bertumpu pada satu AP sirkuit kabel

Prespektif Komunikasi.

untuk negara bagian, berita nasional dan internasional Dalam kajian komunikasi memiliki Prespektif atau menemukan koefisien 915 antara rangking proporsi isi Paradigma yang menetukan yang selama ini kita men- yang disuplai oleh pelayanan kabel dan rangking pro- genalnya (secara teori) dan mengalaminya dalam (prak- porsi yang isinya digunakan oleh suratkabar dalam 13 tik) komunikasi sebagai kegiatan pengiriman Pesan. kategori. Temuan ini berarti bahwa editor pelayan ka- Dalam konteks ini kita melihat banyak cara dikirimkan bel, dalam arti luas, membuat agenda berita untuk edi- atau dipertukarkan ketika baku komunikasi berlang- tor berita suratkabar, dengan menyarankan campuran sung. (Craig,1989:224).

berita yang wajar dan proporsional dalam kategori ber- Jika kita telusuri literatur komunikasi dengan kaca- ita seperti kecelakaan dan bencana, kriminal dan berita mata cara pesan dipertukarkan, maka akan mendapati yang berhubungan dengan manusia (D.C. Whitney dan empat prespektif komunikasi yang telah berkembang, Lee B Becker dalam Protess dan McCombs, 1991: 229- Yaitu :1) Prespektif transmisionis yang melihat ko- 236). munikasi semata-mata sebagai proses penyampaian

pesan.2) Prespektif Display yang menganggap komu- Konsep Agenda Public Relations

nikasi sebagai upaya memajang sejumlah pesan untuk Sebagian besar berita dan informasi di media massa

menarik perhatian khalayak.3) Prespektif penciptaan berasal dari sumber-sumber PR. Tetapi, karena sumber- makana yang memandang komunikasi sebagai usaha sumber itu tidak membayar atas pemberitaan, maka memanfaatkan simbol untuk menciptakan makna.4) mereka hanya sedikit atau bahkan tidak punya kontrol Prespektif ritual yang mengibaratkan komunikasi bak apabil informasi tersebut digunakan, kapan informasi kegiatan ritus dalam rangka memelihara kebersamaan itu dipakai, dan bagaimana informasi itu digunakan, dan solidaritas para peserta komunikasi. (McQuail atau disalahgunakan oleh media. Sumber-sumber PR 1994:51)

menyediakan informasi yang mereka anggap pantas untuk diberitakan, yang disebut publisitas, dengan

Konsep Agenda Media

harapan editor dan reporter akan menggunakan infor- Agenda media adalah apa yang menjadi agenda me- masi tersebut. Pembuat keputusan di media mungkin dia sebagai bahan berita. Agenda media biasanya berisi memanfaatkan atau tidak memanfaatkan informasi isu-isu yang dihadapi oleh suatu negara, tatapi kadang- tersebut berdasarkan penilaian mereka atas nilai dan kadang memuat kandidat politik atau atribut dari kan- kepentingan informasi tersebut bagi audien mereka. didat tersebut. Selanjutnya, pihak-pihak yang memen- Mereka mungkin menggunakan informasi tersebut se- garuhi agenda media adalah: 1) presiden atau kepala bagaimana adanya, atau mengubah informasi asli, atau pemerintahan; 2) media besar seperti The New York mengubah cara penyampaian informasi, biasanya tanpa Times; dan 3) gate keepers (Protess dan McCombs, menyebutkan spesialis publisitas sebagai sumbernya.

1991:207-209). Sementara itu Griffin (2003:394) men- Media cetak biasanya menerima sebuah press

gatakan ada beberapa pihak yang menetapkan agenda release, berita dengan foto, atau berita pers dengan di- bagi para pembuat agenda. Mereka adalah, 1) editor beri informasi latar belakang berita. Media penyiaran yang bertindak sebagai “gatekeeper”, 2) kandidat send- biasanya menerima skrip berita, rekaman wawancara iri, 3) pekerja public relations, 4) kelompok pemerhati atau sound bites, rilis berita video, atau beriat pers yang atau penekan, dan 5) kejadian yang sangat penting yang memuat materi yang cocok untuk siaran. Untuk men- tidak dapat dihindari oleh para editor untuk memberi- ciptakan publisitas, sumber harus tahu informasi apa takannya.

yang bisa menarik perhatian media, mengidentifikasi yang bisa menarik perhatian media, mengidentifikasi

Peristiwa atau acara (events) yang layak diberitakan Kerangka Teori juga bisa menciptakan publisitas dengan menarik lipu- Teori Agenda Setting

tan media. (Cutlip & Center, 2006 : 12-13). Teori agenda setting ditemukan oleh McComb dan Donald L. Shaw sekitar 1968. Teori ini berasumsi

Dampak Media

bahwa media mempunyai kemampuan mentransfer isu Dampak media menurut McQuail (2000:423) adalah untuk mempengaruhi agenda publik. Khalayak akan konsekuensi dari apa yang dilakukan oleh media, apak- menganggap suatu isu itu penting karena media men-

ah disengaja atau tidak. Dampak media memiliki beber- ganggap isu itu penting juga (griffin, 2003: 490). Teori apa bentuk, yaitu: kognitif (berkaitan dengan opini dan agenda setting mempunyai kesamaan dengan teori pengetahuan), affektual (berkaitan dengan sikap dan peluru yang menganggap media mempunyai kekuatan perasaan), dan behavioral (berkaitan dengan perilaku). mempengaruhi khalayak. Bedanya, teori peluru mem- Konsep ini mirip apa yang diungkapkan oleh Hams Jur- fokuskan pada sikap (afektif), pendapat, atau bahkan gens (dalam Communication Yearbook 15, 374) bahwa perilaku. Agenda setiing memfokuskan pada kesadaran dampak media memiliki beberapa tingkatan kesadaran dan pengetahuan (kognitif). (Kriyantono, 2007: 220- dan pemerolehan informasi (dampak kognitif komuni- 221). kasi massa) serta sikap dan perilaku (dampak persuasif

Fungsi agenda setting banyak digambarkan oleh Don- komunikasi massa). Artinya, sebelum media sampai ald Shaw, Maxwell McCombs, dan kolega-kolega mer- pada tahap memengaruhi perilaku seseorang, ia terlebih eka (Shaw dan McCombs, 1971). Dalam karya utama dahulu memberikan informasi dan membentuk kesada- mereka mengenai hal ini, Shaw dan McCombs menulis ran pada pikiran seseorang.

tentang fungsi agenda setting:

Selanjutnya, Klapper 1960 (dalam McQuail, Bukti yang dapat dipertimbangkan telah terkumpul 2000:423) membedakan tiga jenis dampak media. Per- bahwa para editor dan penyiar memainkan bagian pent- tama adalah conversion: perubahan opini atau keper- ing dalam membentuk realitas sosial kita sebagaimana cayaan sesuai maksud komunikator. Kedua adalah mi- mereka mengerjakan tugas sehari-hari meraka dalam nor change: perubahan bentuk atau intensitas kognisi, pemilihan dan penayangan berita… dampak media kepercayaan atau perilaku. Ketiga adalah reinforce- massa ini (kemampuan untuk mempengaruhi peruba- ment: konfirmasi oleh penerima pesan terhadap keper- han kognitif diantara individu-individu, untuk menyu- cayaan yang ada, pendapat, dan pola perilaku.

sun pemikiran mereka) telah diberi label fungsi agenda Sementara itu Lang dan Lang (1981) menye- setting dari komunikasi massa. Di sini mungkin terletak butkan tiga dampak media, yaitu: dampak reciprocal, sebagian besar pengaruh yang penting dari komunikasi dampak boomerang, dan dampak orang ketiga. Dam- massa, kemampuannya untuk secara mental menata pak reciprocal merujuk pada konsekuensi seseorang dan mengorganisasikan dunia kita untuk kita. Ringkas- atau bahkan institusi menjadi obyek peliputan media. nya, media massa mungkin tidak berhasil dalam mem- Interaksi antara media dan obyek yang diliput sering beri tahu kita apa yang harus dipikirkan, tetapi mereka terjadi. Gitlin (1980) mengatakan bagaimana gerakan dengan menarik berhasil mengatakan apa yang harus mahasiswa di AS pada tahun 1960-an dipengaruhi oleh dipikirkan secara mendalam. (Shaw dan McCombs, publisitasnya sendiri. Dampak boomerang menyebab- 1977: 5 dalam Winarso). kan perubahan pada arah yang berlawanan dari yang di-

Dengan kata lain, agenda setting mengembangkan maksud. Dampak orang ketiga sering terjadi saat kam- isu-isu atau citra-citra yang mencolok dalam pikiran panye. Dampak ini merujuk pada kepercayaan bahwa publik. orang lain dapat terpengaruh, sedangkan diri sendiri

Agenda setting terjadi karena pers harus selektif tidak (McQuail, 2000:424).

dalam melaporkan berita, sebagai penjaga gerbang in- Griffin (2003:395) menyebutkan bahwa media akan formasi, membuat pilihan-pilihan mengenai apa yang memiliki dampak pada orang yang membutuhkan ori- dilaporkan dan bagaimana melaporkannya. Karena itu, entasi. Orientasi berkaitan dengan relevansi dan ketida- apa yang diketahui oleh publik mengenai keadaan po- kpastian. Suatu berita yang memiliki relevansi dengan kok persoalan pada setiap waktu yang ada secara luas khalayak akan berpengaruh pada khalayak. Demikian merupakan produk dari penjagaan gerbang media. Leb- juga halnya, orang yang merasa suatu ketidakpastian ih lanjut, kita mengetahui bahwa bagaimana seseorang akan mencari informasi, dan pada gilirannya dia akan memilih ditentukan terutama oleh isu-isu apa yang di- dalam melaporkan berita, sebagai penjaga gerbang in- Griffin (2003:395) menyebutkan bahwa media akan formasi, membuat pilihan-pilihan mengenai apa yang memiliki dampak pada orang yang membutuhkan ori- dilaporkan dan bagaimana melaporkannya. Karena itu, entasi. Orientasi berkaitan dengan relevansi dan ketida- apa yang diketahui oleh publik mengenai keadaan po- kpastian. Suatu berita yang memiliki relevansi dengan kok persoalan pada setiap waktu yang ada secara luas khalayak akan berpengaruh pada khalayak. Demikian merupakan produk dari penjagaan gerbang media. Leb- juga halnya, orang yang merasa suatu ketidakpastian ih lanjut, kita mengetahui bahwa bagaimana seseorang akan mencari informasi, dan pada gilirannya dia akan memilih ditentukan terutama oleh isu-isu apa yang di-

Media massa memang tidak menentukan “what to massa dan menerima susunan prioritas yang diberikan think”, tetapi mempengaruhi “what to think about”. media massa terhadap isu-isu yang berbeda”. Dengan memilih berita tertentu dan mengabaikan yang

“…..kaitan antara urutan kadar penting “isu” yang lain, dengan menonjolkan satu persoalan dan mengesa- ditetapkan media dan uratan signifikansi yang diletak- mpingkan yang lain, media membentuk citra atau gam- kan pada isu-isu yang sama oleh public dan politikus. baran dunia kita seperti yang disajikan dalam media (Winarso, 2005: 102-103). massa.