T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Dana Alokasi Khusus (DAK) Di SMP Negeri 2 Dempet T2 BAB II

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
Pada bagian ini akan didiskripsikan tentang

evaluasi program, model evaluasi program, Dana

Alokasi Khusus, Penelitian yang relevan, dan
kerangka pikir penelitian.

2.1. Evaluasi Program

Malcolm Provus (1971 dalam Tayibnapis,

1998) mendifinisikan evaluasi sebagai perbedaan
apa yang ada dengan suatu standar untuk

mengetahui apakah ada selisih. Di lain pihak
Sudijono (2005) menjelaskan bahwa evaluasi

sebagai suatu tindakan atau proses setidaktidaknya memiliki tiga macam fungsi pokok,

yaitu: (1) mengukur kemajuan, (2) menunjang
penyusunan,

dan

(3)

memperbaiki

atau

melakukan penyempurnaan kembali. Hal senada

juga dinyatakan oleh Mehrens & Lehman (l978

dalam Purwanto, 2006) evaluasi adalah suatu
proses

merencanakan,


memperoleh,

dan

menyediakan informasi yang sangat diperlukan
untuk membuat alternatif-alternatif keputusan.

9

Pengertian evaluasi yang lain yaitu yang

dikutip oleh Arikunto (2010) yang menyatakan
bahwa:

Kaufman & Thomas (1980) Evaluation is a
process of helping to make things better than
they are, of improving the situation , evaluasi
adalah suatu proses untuk membantu dan
memperbaiki sesuatu menjadi lebih baik dari
keadaan sebelumnya, Stufflebeam (1971)

Evaluation is the process of delineating,
obtaining, and providing useful information for
judging
decision
alternatives ,
evaluasi
merupakan
proses
menggambarkan,
memperoleh, dan menyajikan informasi yang
berguna untuk merumuskan suatu alternatif
keputusan.Evaluasi adalah kegiatan untuk
mempengaruhi informasi tentang bekerjanya
sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut
digunakan untuk menentukan alternatif yang
tepat dalam mengambil suatu keputusan .

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik

kesimpulan bahwa evaluasi adalah sebagai suatu

kegiatan atau tindakan menilai, menaksir sesuatu
secara

sistematik,

dan

terencana

untuk

menentukan pilihan yang tepat dalam mengambil
keputusan menuju sesuatu yang lebik baik dari
keadaan sebelumnya.

Program adalah segala sesuatu yang dicoba

lakukan

seseorang


dengan

harapan

akan

mendatangkan hasil atau pengaruh (Tayibnapis,

2000). Selanjutnya Jones (1991, dalam Ismanto,
1996) mendefinisikan program sebagai kumpulan
proyek-proyek yang berhubungan telah dirancang

10

untuk

melaksanakan

kegiatan-kegiatan


yang

harmonis dan secara integratif untuk mencapai
sasaran

kebijaksanaan

keseluruhan.

Di

lain

pihak

tersebut

Arikunto


secara

(2010)

mendifinisikan program sebagai: (1) suatu unit
atau kesatuan kegiatan yang merupakan realisasi
atau

implementasi

dari

suatu

kebijakan,

berlangsung dalam proses berkesinambungan,
dan

terjadi


dalam

suatu

organisasi

yang

melibatkan sekelompok orang; (2) suatu unit atau

kesatuan kegiatan yang merupakan realisasi atau

implementasi dari suatu kebijakan, berlangsung
dalam

proses

yang


berkesinambungan,

dan

terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan
sekelompok orang. Sebuah program bukan hanya

kegiatan tunggal yang dapat diselesaikan dalam

waktu singkat, tetapi merupakan kegiatan yang
berkesinambungan karena melaksanakan suatu
kebijakan. Oleh karena itu, sebuah program
dapat berlangsung dalam kurun waktu relatif

lama. Didalam program terdapat beberapa aspek
yaitu: (1) Tujuan kegiatan yang akan dicapai; (2)

Kegiatan yang diambil dalam mencapai tujuan; (3)
Aturan yang harus dipegang dan prosedur yang
harus


dilalui;

(4)

Perkiraan

anggaran

dibutuhkan; dan (5) Strategi pelaksanaan.

yang

11

Berdasarkan

disimpulkan
kesatuan


bahwa

uraian

diatas

yang

dilakukan

program

kegiatan

adalah

dapat

suatu

oleh

sekelompok orang yang saling berkesinambungan

dalam melaksanakan kebijakan dan memerlukan
waktu yang relatif lama.
Evaluasi

program

adalah

kegiatan

sistematis

untuk

mengumpulkan,

mengolah,

masukan

untuk

pengambilan

keputusan

menganalisis,

dan

menyajikan

data

sebagai

(Sudjana, 2006). Selanjutnya Tayibnapis (1989)

sependapat bahwa apabila evaluator melakukan
evaluasi sebuah program itu artinya evaluator

secara teratur mengumpulkan informasi tentang
bagaimana program itu berjalan dan tentang

dampak yang mungkin terjadi atau menjawab
pertanyaan yang diamati.
Arikunto

(2010)

program sebagai:

mendifinisikan

evaluasi

(1)Suatu unit atau kesatuan kegiatan yang
bertujuan untuk mengumpulkan informasi
yang merealisasi atau mengimplementasi dari
suatu kebijakan, berlangsung dalam proses
yang berkesinambungan, dan terjadi dalam
suatu organisasi yang melibatkan sekelompok
orang
guna
pengambilan
keputusan;(2)
evaluasi program adalah langkah awal dalam
supervisi, yaitu mengumpulkan data yang
tepat
agar
dapat
dilanjutkan
dengan
pemberian pembinaan yang tepat pula.

12

Sedangkan Grolund, (l983 dalam Roswati,

2008) evaluasi program adalah suatu kegiatan
pengumpulan dan pemberian data atau informasi
baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif
yang

dipergunakan

keputusan

untuk

oleh

para

pengambil

mempertimbangkan

apakah

suatu program perlu diperbaiki, dihentikan atau

diteruskan. Evaluasi program juga dimaksudkan
untuk memotret apa yang kita lihat dalam
program

tersebut

kemudian

kita

identifikasi

masalah apa yang muncul dalam kegiatan itu dan
menemukan solusinya.
Berdasarkan

uraian

diatas

dapat

disimpulkan bahwa evaluasi program adalah

suatu kegiatan yang sistematis dan terstruktur
dalam

rangka

mengumpulkan,

mengolah,

menganalisis dan menyajikan informasi sebagai
masukan yang pada akhirnya digunakan untuk
mengambil

keputusan.

Dengan

melakukan

evaluasi program diharapkan dapat digunakan
untuk memberikan rekomendasi atau masukan
terkait dengan implementasi suatu kebijakan.
Arikunto

(2010)

menyatakan

bahwa

evaluasi program bertujuan untuk mengetahui
pencapaian

dilaksanakan.
program

tujuan

program

Selanjutnya,

digunakan

sebagai

yang

hasil

dasar

telah

evaluasi
untuk

13

melaksanakan kegiatan tindak lanjut atau untuk

melakukan pengambilan keputusan berikutnya
selain itu untuk mengetahui bagaian mana dari
komponen

dan

sub

komponen

dari

sebuah

program yang belum terlaksana apa sebabnya.
Selanjutnya Arikunto (2010) menjelaskan bahwa:
Evaluasi program dilakukan dengan tujuan:
(1) memberi masukan pada perencanan
program atau kegiatan; (2)sebagai bahan
pertimbangan untuk pengambilan keputusan;
(3) memberi masukan untuk memodifikasi
program;(4) mendapatkan informasi tentang
pendukung dan penghambat program; (5)
sebagai upaya untuk melakukan tindakan
perbaikan .

Roswati (2008) menjelaskan tujuan evaluasi

program adalah:

Menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang
tindak lanjut suatu program di masa depan;
Penundaan
pengambilan
keputusan;
Penggeseran tanggung jawab; Pembenaran
program; Memenuhi kebutuhana kreditasi;
Laporan
akutansi
untuk
pendanaan;
Menjawab atas permintaan pemberi tugas,
informasi yang diperlukan; Membantu staff
mengembangkan
program;
Mempelajari
dampak atau akibat yang tidak sesuai
dengan rencana; Mengadakan usaha perbaikan
bagi program yang sedang berjalan; Menilai
manfaat dari program yang sedang berjalan;
Memberikan masukan bagi program baru.

Berdasarkan

disimpulkan

bahwa

uraian

tujuan

di

atas

evaluasi

dapat

program

adalah (1) memberi masukan; (2) menilai hasil

yang dicapai dari sebuah program; (3) membuat
kebijakan

dan

keputusan;

(4)

memonitor
14

pengeluaran dana; (5) memperbaiki kinerja dan
materi dari keadaan sebelumnya.

Manfaat evaluasi program menurut Kelsey

dan Hearne (1955 dalam Mugniesyah, 2006)
adalah:

(1)menguji
secara
berkala
pelaksanaan
program
yang
mengarahkan
perbaikan
kegiatan yang berkelanjutan;(2) membantu
memperjelas manfaat yang penting dan
tujuan-tujuan
khusus
program
serta
memperjelas dan mengukur sampai seberapa
jauh
tujuan-tujuan
tertentu
tercapai;
(3)menjadi pengukur keefektifan metode
pelatihan; (4)menyediakan data dan informasi
tentang
situasi
yang
penting
untuk
perencanaan
program
selanjutnya;
dan
(5)menyediakan bukti entang nilai atau
pentingnya program .

Arikunto

(2010)

menguraikan

manfaat

evaluasi program lebih sederhana yaitu bahwa:
Manfaat
evaluasi
program
adalah
(1)
menghentikan program karena dipandang
bahwa
program
tersebut
tidakada
manfaatnya;(2) merevisi program karena ada
bagian-bagian yang kurang sesuai dengan
harapan;(3) melanjutkan program karena
pelaksanaan program menunjukkan bahwa
segala sesuatu sudah berjalan sesuai dengan
harapan dan memberi hasil yang manfaat; dan
(4) menyebarluaskan program karena program
tersebut berhasil dengan baikmaka sangat
baik apabila dilaksanakan lagi ditempatdan
waktu yang lain.

Selanjutnya

manfaat

evaluasi

menurut Roswati (2008) adalah untuk:

program

Memberikan masukan apakah suatu
program
dihentikan
atau
diteruskan;
memberitahukan prosedur mana yang perlu
15

diperbaiki; memberitahukan strategi, atau
teknik yang mana yang perlu dihilangkan atau
diganti;
memberikan
masukan
apakah
program yang sama dapat diterapkan di
tempat lain; memberikan masukan ke arah
mana dana harus dialokasikan; memberikan
masukan apakah teori atau pendekatan
tentang program dapat diterima atau ditolak.

Berdasarkan

uraian

di

atas

dapat

disimpulkan bahwa manfaat evaluasi program

adalah untuk mengetahui sejauh mana program
itu berjalan atau terlaksana. Informasi atau data
hasil

evaluasi

dideskripsikan,
mengambil

kemudian

kemudian

keputusan

dikumpulkan,

digunakan
dalam

untuk

rangka

memperbaiki, menghentikan, merevisi program,

dan atau menyebarluaskan program. Evaluasi
program bermanfaat juga untuk memberikan
rekomendasi bagi pengambil keputusan dengan

masukan hasil evaluasi program yang sedang
atau telah dilaksanakan.

Evaluasi program akan berjalan dengan

baik apabila dilakukan dengan secara terus
menerus, menyeluruh, dan obyektif. Hal ini

senada dengan Rusyan (1989) bahwa prinsipprinsip evaluasi program adalah sebagai berikut:
(1) Kontinuitas: evaluasi program pendidikan
hendaknya dilakukan secara terus-menerus
selama proses pelaksanaan program. Evaluasi
tidak hanya dilakukan terhadap hasil yang

16

telah
dicapai,namun
mulai
pembuatan
rencana sampai dengan tahap laporan; (2)
Komprehensif:
evaluasi
program
harus
mencakup bidang sasaran yang luas atau
menyeluruh,
baik
aspek
personalnya,
materialnya, maupun aspek operasionalnya;
(3) Kooperatif: dalam melaksanakan evaluasi
program
harus
dilaksanakan
secara
bekerjasama dengan semua orang yang
terlibat dalam aktivitas program pendidikan;
(4) Objektif: dalam
mengadakan evaluasi
program
harus menilai sesuai dengan
kenyataan yang ada; (5) Akuntabilitas:hasil
evaluasi
program
dapat
dipertanggung
jawabkan; dan (6) Praktis: evaluasi program
dilakukan dengan sederhana.

Selanjutnya Arikunto (2010) menyatakan

bahwa dalam mengevaluasi program, evaluator
harus

mememenuhi

sebagai berikut:

beberapa

syarat

yaitu

(1)memiliki

kemampuan
dan
mampu
melaksanakan evaluasi yang didukung oleh
teori dan ketrampilan praktek; (2) cermat yaitu
dapat melihat celah-celah bagian program dan
detail dari program serta yang akan dievaluasi;
(3)obyektif yaitu tidak mudah dipengaruhi oleh
keinginan pribadi agar dapat mengumpulkan
data sesuai keadaannya, selanjutnya dapat
mengambil kesimpulan; (4) sabar dan tekun
yaitu supaya tidak didalam melaksanankan
tugas dimulai dari membuat rancangan
kegiatan dalam bentuk menyusun proposal,
menyusun instrumen, mengumpulkan data,
dan menyususn laporan, tidak gegabah dan
tergesa-gesa;
dan
(5)
hati-hati
dan
bertanggung jawab yaitu melakukan pekerjaan
evaluasi dengan penuh pertimbangan, namun
apabila masih ada kekeliruan yang diperbuat
berani menanggung resiko atas segala
kesalahannya.

17

Wibisono (2007)menjabarkan aspek-aspek

yang perlu dinilai dalam evaluasi antara lain: (1)
Persiapan

program;

(2)Kemungkinan

tindak

lanjut, perluasan, atau penghentian program; (3)

Kemungkinan melakukan modifikasi program;
(4)Temuan

tentang

dukungan

masyarakat,

kekuatan politik, atau kelompok profesi terhadap
program; (5)Temuan tentang hambatan program

yang berasal dari masyarakat, kelompok politik
atau profesi; dan (6)Hasil atau tujuan program.
Dengan

demikian

dalam

mengevaluasi

program, evaluator perlu memperhatikan prinsipprinsip dan syarat-syarat melaksanakan evaluasi
program. Evaluasi program harus dilakukan oleh

evaluator yang mampu dan dilakukan dengan
terus

menerus,

teliti,

terbuka

dengan

bekerjasama dan obyektif, simple (sederhana),
dan

harus

mencakup

semua

aspek

yang

dievaluasi. Hasil dari evaluasi haruslah yang bisa
dipertanggung jawabkan.

2.2. Model Evaluasi Program
Evaluasi

program

dapat

menggunakan

model evaluasi program sesuai dengan kebutuhan
evaluasi. Hal ini seperti pendapat Arikunto (2010)
yang menjelaskan bahwa:

18

dalam mengevaluasi sebuah program,ada
banyak
model
yang
digunakan
untuk
mengevaluasi program.Meskipun antara satu
dengan
yang
lainnya
berbeda,
namun
maksudnya sama yaitu melakukan kegiatan
pengumpulan data atau informasi yang
berkenaan dengan obyek yang dievaluasi yang
tujuannya menyediakan bahan bagi pengambil
keputusan, menjadi bahan menyebarluaskan,
dalam mengambil tindak lanjut suatu
program.

Hal

(1989)

senada

bahwa

dipertegas

model

oleh

evaluasi

Tayibnapis

adalah

model

(design) evaluasi yang dibuat oleh ahli-ahli atau
pakar-pakar

yang

biasanya

sama

dengan

pembuatannya atau tahap pembuatannya. Modelmodel evaluasi ini dianggap model standar atau
dapat

dikatakan

pembuatannya.

merek

standar

dari

Ada beberapa ahli evaluasi program yang

dikenal sebagai penemu model evaluasi program
seperti Stufflebean, Metfssel, Michael Scriven,
Stake, dan Gleser (Arikunto, 2010)

Selanjutnya Kaufman & Thomas (1998,

dalam

Arikunto:

2010)

membedakan

model

evaluasi menjadi 8 (delapan) yaitu: (1) Goal
Oriented Evaluation Model; (2)Goal Free Evaluation
Model; (3) Formatif Sumatif Evaluation Model; (4)
Countenance

Evaluation

Model;

(5)

CSE-

UCLAEvaluation Model; (6) Responsive Evaluation

19

Model;

(7)Descrepancy

Evaluation

Model;

Context Input Process Product Evaluation Model.
Goal

Oriented

Evaluation

Model

(8)

adalah

model evaluasi yang dikembangkan oleh Tyler

pada tahun 1996 adalah sebuah model evaluasi

program yang mengevaluasi program secara terus
menerus

berkesinambungan,

dan

mencek

seberapa jauh tujuan tersebut sudah terlaksana

di dalam proses pelaksanaan program. Yang

menjadi objek pengamatan model ini adalah
tujuan program yang sudah ditetapkan jauh

sebelum program dimulai, sedangkan Goal Free
Evaluation

Model

yaitu

model

evaluasi

yang

dikembangkan oleh Michael Scriven pada tahun
1967 berfokus pada bagaimana kerjanya sebuah
program

dengan

jalan

mengidentifikasi

penampilan-penampilan yang terjadi, baik hal
yang positif maupun yang negatif.
Formatif-Sumatif

Evaluation

Model

yaitu

model evaluasi yang dikembangkan oleh Michael
Scriven pada tahun 1974 menunjukkan adanya
tahapan dan lingkup obyek yang dievaluasi, yaitu

evaluasi yang dilakukan pada waktu program

masih berjalan (disebut evaluasi formatif) dan
ketika program sudah selesai atau berakhir
(disebut

evaluasi

sumatif).

Tujuan

evaluasi

formatif adalah untuk mengetahui seberapa jauh

20

program yang dirancang itu dapat berlangsung,
sekaligus mengidentifikasi hambatan, sedangkan

tujuan evaluasi sumatif adalah untuk mengukur
ketercapaian

program.

Evaluasi

dilakukan setelah program berakhir.

sumatif

Countenence Evaluation Model adalah model

evaluasi yang dikembangkan oleh Stake pada
tahun 1967. Model evaluasi ini menekankan

adanya pelaksanaan dua hal pokok yaitu (1)
deskripsi

(description)

dan

(2)

pertimbangan

(judgement) serta membedakan adanya 3 (tiga)

tahap dalam evaluasi program, yaitu (1) masukan

(antecedence/contect), (2) transaksi (transaction
/procees), dan (3) keluaran (output-outcomes).

CSE-UCLA Evaluation Model yaitu model

evaluasi yang dikembangkan oleh Fernandez pada
tahun 1984. Model evaluasi CSE-UCLA terdiri dari

dua singkatan, CSE dan UCLA. CSE singkatan

dari Center of the Study of Evaluation, sedangkan
UCLA singkatan dari University of California in Los
Angles. Ada empat tahap yang dilakukan dalam

evaluasi program dengan menggunakan model ini

yaitu (1) need assessment, (2) program planning,
(3) formatif evaluation, (4) summative evaluation.

Model evaluasi program selanjutnya adalah

Responsive

Evaluation

Model.

Model

ini

dikembangkan oleh Stake pada tahun 1975.

21

Model

ini

menekankan

pada

pendekatan

kualitatif-naturalistik. Tujuan evaluasi ini adalah

untuk memahami semua komponen program
melalui sudut pandang yang berbeda. Evaluator

mencoba responsive terhadap orang-orang yang
berkepentingan

terhadap

model

untuk

hasil

evaluasi,

sedangkan Descrepancy Evaluation Model adalah
evaluasi

kesesuaian

antara

mengetahui

standard

yang

tingkat

sudah

ditentukan dalam program dengan penampilan

aktual dari program tersebut. Standar adalah
kriteria yang telah dikembangkan dan ditetapkan

dengan hasil yang efektif, sedangkan penampilan
adalah sumber, prosedur, manajemen dan hasil
nyata

yang

tampak

ketika

program

dilaksanakan.Model ini dikembangkan oleh Provus
pada tahun 1971.

Model evaluasi CIPP (Context, Input, Process,

Product) dikembangkan oleh Stufflebeam.Model
ini diperkenalkan pada tahun 1967 di Ohio State

University. Arikunto (2010) menjelaskan bahwa
model

evaluasi

CIPP

merupakan

sebuah

singkatan dari huruf awal empat kata yaitu (1)
Context

konteks;

evaluation
(2)

Input

yaitu

evaluasi

evaluation

yaitu

terhadap

evaluasi

terhadap masukan; (3) Process evaluation yaitu

evaluasi

terhadap

proses;

dan

(4)

Product
22

evaluation yaitu evaluasi terhadap hasil. Hal ini

sejalan dengan pemikiran Sudjana dan Ibrahim
(2004) bahwa ada empat dimensi CIPP yaitu

dimensi context, dimensi input, dimensi process
dan dimensi product. Menurut Stufflebeam (1993

dalam Widoyoko, 2009) mengungkapkan bahwa,
the CIPP approach is based on the view that the

most important purpose of evaluation is not to

prove but improve. Konsep tersebut ditawarkan
oleh

Stufflebeam

tujuan

penting

dengan

evaluasi

pandangan
adalah

membuktikan, tetapi untuk memperbaiki.
Tayibnapis

(1989)

menjelaskan

bahwa
bukan

bahwa

evaluasi konteks (context evaluation) merupakan
kemampuan

awal

sekolah

dan

siswa

dalam

menunjang program. Evaluasi konteks bertujuan

untuk membantu merencanakan keputusan dan
menentukan kebutuhan yang akan dicapai oleh

program serta merumuskan tujuan. Stufflebeam
(1983 dalam Hasan, 1998) mempertegas bahwa
tujuan evaluasi konteks yang utama adalah
untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan yang

dimiliki evaluan. Dengan mengetahui kekuatan
dan

kelemahan

ini,

evaluator

akan

dapat

memberikan arah perbaikan yang diperlukan.

Lain halnya dengan Sudjana dan Ibrahim (2004)
berpendapat

bahwa

evaluasi

konteks

yaitu

23

meliputi

situasi

mempengaruhi

atau

latar

jenis-jenis

belakang

tujuan

yang

misalnya

masalah pendidikan yang dirasakan, keadaan
ekonomi

Negara,

masyarakat.

Arikunto

atau

(2010)

pandangan

mendifinisikan

konteks (Context Evaluation) sebagai:

hidup

evaluasi

upaya untuk menggambarkan dan merinci
lingkungan, kebutuhan yang tidak terpenuhi,
populasi, sampel yang dilayani, dan tujuan
proyek. Ada 4 (empat) pertanyaan yang dapat
diajukan sehubungan dengan evaluasi konteks
seperti:(1)Kebutuhan yang belum terpenuhi
oleh program; (2) Tujuan pengembangan
apakah yang belum dapat tercapai oleh
program;(3)Tujuan
pengembangan
apakah
yang dapat membantu mengembangakan
program; dan (4) Tujuan-tujuan mana sajakah
yang paling mudah dicapai.

Evaluasi masukan/input (Input Evaluation)

yaitu meliputi sarana/modal/bahan dan rencana

strategi yang ditetapkan untuk mencapai tujuantujuan pendidikan, (Sudjana dan Ibrahim, 2004).
Lebih

lanjut

evaluasi

mengatur

Widoyoko

sebagai

(2009)

masukan

keputusan,

(input)

menjelaskan

menentukan

membantu

sumber-

sumber yang ada, alternative apa yang diambil,

apa rencana dan strategi untuk mencapai tujuan,
dan

bagaimana

mencapainya.

prosedur

Komponen

kerja

evaluasi

untuk

masukan

meliputi: (1) Sumber daya manusia; (2) Sarana
24

dan

peralatan

pendukung;

(3)

Dana

atau

anggaran; dan (4) Berbagai prosedur dan aturan

yang diperlukan.Pendapat ini dipertegas oleh

Arikunto (2010) bahwa evaluasi masukan (input
evaluation)

membantu

mengatur

keputusan,

menentukan sumber-sumber yang ada, alternatif

yang diambil, serta rencana apa yang strategis
untuk mencapainya.

Menurut Arikunto (2010) evaluasi proses

(Process evaluation) adalah menunjuk pada: (1)
apa/what

program,

(2)

kegiatan

yang

siapa/who

dilakukan

yaitu

orang

dalam
yang

ditunjuk sebagai penanggung jawab program, (3)
kapan/when kegiatan itu akan berakhir. Di lain

pihak

Tayibnapis

evaluasi

proses

(1989)

adalah

berpendapat
untuk

bahwa

membantu

mengimplementasikan keputusan, sampai sejauh
mana rencana telah diterapkan, apa yang harus

dievaluasi, dan lain-lain. Sudjana dan Ibrahim
(2004)

selanjutnya

mengemukakan

bahwa

evaluasi proses terjadi pada saat pelaksanaan
strategi dan penggunaan sarana/modal/bahan di
dalam kegiatan di lapangan. Worthen & Sanders
(1981 dalam Widoyoko, 2009) menjelaskan bahwa

evaluasi proses menekankan pada tiga tujuan:
(1) do detect or predict in procedural design or its

implementation during implementation stage; (2) to
25

provide information for programmed decision; and

(3) to maintain a record of the procedure as it
occurs .

Evaluasi

mendeteksi

proses

atau

digunakan

memprediksi

untuk

rancangan

prosedur atau rancangan implementasi selama
tahap

implementasi,

menyediakan

informasi

untuk keputusan program dan sebagai rekaman

atau arsip prosedur yang telah terjadi. Menurut

George Edward III dalam Widodo (2010) bahwa
terdapat

empat

keberhasilan

faktor

atau

yang

kegagalan

mempengaruhi

implementasi

kebijakan antara lain yaitu faktor: (1) komunikasi,

(2) sumberdaya, (3) disposisi, dan (4) struktur
birokrasi.

Tayibnapis (1989) maupun Arikunto (2010)

sependapat bahwa Product Evaluation (evaluasi
hasil)

adalah

untuk

menolong

keputusan

selanjutnya, apa hasil atau tujuan yang telah
dicapai, apa yang harus direvisi, dan apa dampak

yang diperoleh dalam waktu yang panjang setelah
menerima program. Sementara Sax (1980 dalam
Widoyoko, 2009) memberikan pengertian evaluasi

produk/hasil adalah to allow to project director or
teacher

making decision of

program

artinya

bahwa dari evaluasi hasil diharapkan dapat
membantu pimpinan proyek atau guru untuk
membuat keputusan yang berkenaan dengan

26

kelanjutan,

akhir,

maupun

modifikasi

program.Lain halnya dengan pendapat Sudjana

dan Ibrahim (2004) bahwa evaluasi hasil (Product
Evaluation) merujuk pada hasil yang dicapai baik
selama

maupun

pada

akhir

pengembangan

sistem pendidikan yang bersangkutan.

Berdasarkan pemaparan di atas dapat kami

simpulkan bahwa ada berbagai model evaluasi
program yang berbeda namun mempunyai tujuan
dan

maksud

kegiatan

yang

untuk

sama

yaitu

melakukan

mengumpulkan

data

dan

informasi terkait dengan obyek yang dievaluasi,
selanjutnya

digunakan

menentukan

tindak

untuk

mengambil

keputusan atau rekomendasi yang sesuai untuk
dievaluasi.

lanjut

program

yang

Khaufan & Thomas (1980 dalam Arikunto,

2010) menguraikan bahwa tahapan persiapan
evaluasi

program,

yaitu

seperti

penyusunan

instrumen evaluasi, validasi instrumen evaluasi,

menentukan jumlah sampel yang diperlukan
penyamaan persepsi antar evaluator sebelum data

diambil. Tahap pelaksanaan dimana evaluasi
program dapat dikategorikan evaluasi reflektif,

evaluasi rencana, evaluasi proses dan evaluasi
hasil.

Keempat

mempengaruhi

jenis

evaluator

evaluasi
dalam

tersebut

mentukan
27

metode dan alat pengumpul data yang digunakan.
Pada

tahap

pelaksanaan

monitoring
evaluasi

mengetahui

kesesuaian

seberapa

pelaksanaan

yaitu

berfungsi

monitoring

pelaksanaan

untuk

dengan

rencana program. Sasaran monitoring adalah
diharapkan/telah

sesuai

program

dengan

dapat

rencana

program, apakah berdampak positif atau negatif.

Arikunto (2010) bependapat bahwa model

evaluasi CIPP memiliki pendekatan yang holistik
dalam

evaluasi

dan

bertujuan

memberikan

gambaran yang sangat detail dan luas terhadap
suatu proyek, mulai dari konteks, input, proses
implementasi

sampai

pada

hasil

evaluasi

program. Model evaluasi program CIPP memiliki
potensi

bergerak

diwilayah

evaluasi

membantu

melakukan

formatif dan sumatif, sehingga kedua evaluasi itu
sama

baiknya

dalam

perbaikan selama program berjalan, maupun

memberikan informasi final. Widoyoko (2009)
sependapat bahwa model evaluasi program CIPP
lebih

komprehensif

diantara

model

evaluasi

lainnya, karena objek evaluasi tidak hanya pada
hasil semata tetapi juga mencakup konteks,
masukan, proses, dan hasil.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat kami

simpulkan

bahwa

terdapat

berbagai

macam

28

model

evaluasi

program

dan

apapun

model

evaluasi program yang dipakai oleh evaluator

adalah dalam rangka perbaikan sehingga bisa

menghasilkan sebuah rekomendasi yang sesuai
untuk menetukan tindak lanjut program yang

dievaluasi. Dalam pembahasan tesis ini peneliti
menggunakan

model

evaluasi

program

CIPP

karena Model evaluasi CIPP lebih komprehensif
diantara model evaluasi lainnya yaitu objek

evaluasi tidak hanya pada hasil semata tetapi
juga

mencakup

konteks

(Context),

masukan

(Input), proses (Process), dan hasil (Poduct).

2.3. Dana Alokasi Khusus (DAK)

Berdasarkan Undang-undang No 32 tahun

2004 pasal 162 tentang Pemerintahan Daerah

menjelaskan bahwa Dana Alokasi Khusus (DAK)

adalah dana yang dialokasikan kepada daerah

tertentu dalam rangka pendanaan desentralisasi
untuk

mendanai

kegiatan

khusus

yang

merupakan urusan daerah dan sesuai dengan
prioritas

nasional.

Hal

senada

selanjutnya

diuraikan dalam Undang-undang No 33 tahun
2004

pasal

Keuangan
Daerah

1

tentang

Pemerintah

menyebutkan

Dana

Pusat dan
bahwa

Perimbangan
Pemerintah

Dana

Alokasi
29

Khusus, selanjutnya disebut DAK adalah dana

yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan kepada
daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu

mendanai

urusan

nasional.

kegiatan

daerah

Program

khusus

dan

sesuai

Dana

Alokasi

yang

merupakan

dengan

Khusus

prioritas
bidang

pendidikan dasar bertujuan untuk membiayai
kebutuhan

pendidikan
mencapai

sarana

9

dan

(Sembilan)

standar

prasarana

tahun

tertentu

atau

yang

satuan

belum

percepatan

pembangunan daerah dibidang Pendidikan Dasar
yang

bermutu

dan

merata

dalam

rangka

memenuhi Standar Pelayanan Minimum (SPM)
dan secara bertahap untuk memenuhi Standar
Nasional Pendidikan (SNP).
mulai

Program DAK dilaksanakan di Indonesia
tahun

2004.

Dalam

rangka

mengoptimalkan Undang-undang No 32 tentang

Pemerintah Daerah dan No 33 tahun 2004
tentang dana Perimbangan Keuangan Pemerintah
Pusat

dan

Pemerintah

Daerah,

Pemerintah

menerbitkan Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) dan
Petunjuk Teknis (Juknis) pelaksanaan program
DAK bidang pendidikan. Petunjuk Pelaksanaan

30

dan Petunjuk Teknis digunakan sebagai pedoman
bagi lembaga yang terkait dengan ruang lingkup
tugasnya

terkait

DAK

Pemerintah

Propinsi

maupun pemerintah Kabupaten.

Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis

program DAK Khusus bidang pendidikan tahun
anggaran

2012

diatur

dalam

Permendikbud

Nomor 57 tahun 2011 tentang Juknis DAK bidang
pendidikan
anggaran

untuk

Pelaksanaan

SMP/SMPLB

2012,

(Juklak)

sedangkan
dan

Petunjuk

tahun

Petunjuk
Teknis

(Juknis) program DAK bidang pendidikan untuk

SMP/SMPLB tahun anggaran 2013 diatur dalam
Permenkeu Nomor 201/PMK.07/2012 tentang

Pedoman Umum DAK tahun anggaran 2013 dan
Permendikbud Nomor 12 tahun 2013 tentang
Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis DAK
bidang Pendidikan tahun anggaran 2013.
DAK

anggaran

bidang

2012

Pendidikan

digunakan

Dasar

untuk

tahun

membiayai

rehabilitasi ruang belajar dan pengadaan sarana
peningkatan mutu pendidikan dengan proporsi:

(a) Rehabilitasi ruang belajar sebesar 80% dan (b)
Pengadaan sarana peningkatan mutu pendidikan

sebesar 20%. Rehabilitasi ruang belajar yang
dimaksud adalah ruang belajar yang rusak berat
termasuk

perabotnya,

sedangkan

pengadaan
31

sarana

peningkatan

dilaksanakan
pendidikan
pemetaan

mutu

sesuai

berdasarkan

yang

Kabupaten/Kota,

kebutuhan

dilakukan
terdiri

pendidikan

pendataan
oleh

dari:

satuan
dan

Dindikpora

(a)Peralatan

Laboratorium Ilmu Pengetahuan Alam (IPA);(b)

Peralatan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS); dan (c)
Peralatan Laboratorium Bahasa.
tahun

Selanjutnya DAK bidang Pendidikan Dasar
anggaran

2013

digunakan

untuk

membiayai penggandaan dan distribusi buku
bahan

ajar

Kurikulum

2013,

peningkatan

prasarana dan pengadaan sarana peningkatan

mutu pendidikan SMP/SMPLB sehingga peserta
didik terpenuhi semua kebutuhan bukunya. Sisa
DAK

dapat

digunakan

untuk

peningkatan

prasarana sekolah, dan pengadaan sarana untuk
peningkatan mutu pendidikan yang porposinya

sebesar 35% (tiga puluh lima prosen) sampai
dengan

65%

membiayai

(enam

puluh

peningkatan

prosen)

prasarana

untuk

dan

pengadaan sarana peningkatan mutu pendidikan

untuk mencapai 100% (seratus prosen) sesuai
dengan kebutuhan Kabupaten /Kota.
DAK

bidang

Pendidikan

Dasar

diprioritaskan untuk rehabilitasi ruang belajar

32

dengan tingkat kerusakan paling rendah rusak
sedang beserta perabotnya dan pembangunan

Ruang Kelas Baru (RKB) beserta perabotnya.

Apabila hal tersebut sudah terpenuhi maka sisa
dana

dapat

digunakan

untuk

pembangunan

Ruang Belajar Lain (RBL) beserta perabotnya.

Peningkatan mutu pendidikan pengadaan alat
pendidikan diprioritaskan yang dianggarkan dari
DAK yaitu untuk peralatan IPS dan peralatan

matematika dan apabila seluruh sekolah telah

memiliki peralatan IPS dan matematika maka sisa
dana

dapat

dipergunakan

untuk

pengadaan

peralatan laboratorium Ilmu Pengetahuan Alam,

peralatan Laboratorium Bahasa, dan peralatan
olah raga.

Asas

umum

dalam

pelaksanaan

DAK

Bidang

Pendidikan

DAK

Bidang Pendidikan adalah: (1) efisien, berarti
pelaksanaan

harus

diusahakan dengan menggunakan dana dan daya
yang terbatas untuk mencapai sasaran yang
ditetapkan
dan

dapat

berarti
harus

dalam

waktu

dipertanggung

pelaksanaan

sesuai

dengan

DAK

sesingkat-singkatnya
jawabkan;(2)efektif,

bidang

kebutuhan

Pendidikan

yang

telah

ditetapkan dan dapat memberikan manfaat yang

sebesar-besarnya sesuai dengan sasaran yang
ditetapkan;(3)

transparan,

berarti

menjamin
33

adanya

keterbukaan

yang

memungkinkan

masyarakat dapat mengetahui dan mendapatkan
informasi

mengenai

kegiatan

DAK

pengelolaan

Pendidikan;(4)akuntabel,
dipertanggung
penjabaran

bidang

DAK

bidang

Pendidikan

dapat

berarti

jawabkan;(5)

pelaksanaan

kepatutan,

program/kegiatan

yaitu

DAK

bidang

(6)manfaat,

berarti

Pendidikan harus dilaksanakan secara realistis
dan

proporsional;

pelaksanaan

dan

program/kegiatan

DAK

bidang

Pendidikan yang sejalan dengan prioritas nasional

yang menjadi urusan daerah dalam kerangka
pelaksanaan
dirasakan

masyarakat.

desentralisasi

manfaatnya

Mekanisme

Pendidikan

dan

bagi

riil

kesejahteraan

pengalokasian

program

secara

DAK

rehabilitasi

berat

bidang
ruang

belajar pengalokasiannya melalui tahapan sebagai
berikut: (1) Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar
mengirim surat edaran kepada seluruh Dinas
Kabupaten/Kota

tentang

program

Pembinaan

merekapitulasi

DAK

rehabilitasi berat ruang belajar; (2) Direktorat
rehabilitasi

SMP

ruang

belajar

kebutuhan

berdasarkan

data

sensus data pokok pendidikan tahun 2010-2012;
(3)

Direktorat

pemetaan

Pembinaan

sekolah

yang

SMP

melakukan

membutuhkan
34

rehabilitasi

berat

dalam

rangka

pemenuhan

Jenderal

Pendidikan

rehabilitasi baik melalui DAK maupun APBN 2012
dan

2013;(4)

Direktorat

Dasar mengadakan sosialisasi dan memberikan
data

hasil

pemetaan

kepada

seluruh

Dinas

Pendidikan Provinsi dan Kabupaten/Kota tentang
program DAK rehabilitasi berat ruang belajar; (5)
Direktorat Pembinaan SMP, Dinas Pendidikan
Provinsi

dan

Kabupaten/Kota

mereview

dan

memverifikasi data tersebut yang selanjutnya

dijadikan dasar pemberian DAK;(6) Pelaksanakan

DAK Bidang Pendidikan tahun Anggaran 2012
Program rehabilitasi ruang belajar menggunakan
mekanisme

swakelola

kepada

Panitia

Pembangunan di Sekolah; (7) Bupati/Walikota
atau pejabat yang ditunjuk, menetapkan sekolah

penerima rehabilitasi berat yang dibiayai melalui
dana DAK.

Mekanisme Program Sarana Peningkatan

Mutu Pendidikan melalui DAK tahapannya adalah
sebagai

berikut:(1)

Sekolah

membuat

usulan

khusus untuk program sarana peningkatan mutu

pendidikan ke Dindikpora Kabupaten/Kota; (2)

Dindikpora Kabupaten/Kota melakukan seleksi
terhadap usulan dari masing-masing sekolah
khusus

untuk

pendidikan

sarana

sesuai

peningkatan

kriteria-kriteria

mutu
yang

35

ditetapkan

dalam

peraturan

Petunjuk

Teknis

pelaksanaannya

beserta

dengan

memperhatikan pemenuhan sarana pendidikan
penunjang peningkatan mutu pendidikan SMP
dan jumlah alokasi dana yang tersedia.
Pelaksanaan

DAK

bidang

Pendidikan

untuk Program Peningkatan Mutu Pendidikan
menggunakan

mekanisme

barang/jasa

dengan

pengadaan

mengikuti

Peraturan

Presiden Nomor 54 tahun 2010 dan peraturan
perundang-undangan
dimana

lainnya

Bupati/Walikota

atau

yang

berlaku

pejabat

yang

ditunjuk, menetapkan sekolah penerima sarana
peningkatan
melalui

mutu

pendidikan

DAK,

yang

sedangkan

dibiayai

Sekolah

menginventarisasi barang-barang dan/atau fisik

yang diperolehnya dari kegiatan DAK bidang
Pendidikan.

Kriteria

umum

peneriman

DAK

bidang

Pendidikan adalah Sekolah mempunyai jumlah

siswa yang cenderung stabil atau meningkat dan
sekolah

swasta

memiliki

status

minimal

terakreditasi, sedangkan kriteria khusus Sekolah
penerima DAK untuk Rehabilitasi ruang belajar
adalah

semua

rehabilitasi

sekolah

ruang

yang

belajar

membutuhkan

dengan

tingkat

kerusakan berat (lebih dari 45%) dan sekolah

36

dibangun di atas lahan milik sendiri (milik
Pemerintah

atau

Pemerintah

Daerah

untuk

dengan

bukti

sekolah negeri; milik yayasan untuk sekolah
swasta)

yang

kepemilikan

dibuktikan

berupa

sertifikat

atau

surat

kepemilikan lain yang disahkan oleh pejabat yang

berwenang. Lain halnya untuk kriteria khusus
Sekolah

penerima

Laboratorium

IPA,

DAK

untuk

Peralatan

Peralatan

Laboratorium

Bahasa, dan Peralatan IPS adalah: (1). Alat
Laboratorium
sekolah

yang

IPA,

yaitu

diperuntukkan

membutuhkan

dan

bagi

belum

mempunyai alat tersebut atau jumlah alat yang
dimiliki kurang dari kebutuhan, serta sekolah

tersebut mempunyai Ruang Laboratorium IPA;
(2)

Alat

Laboratorium

Bahasa,

yaitu

diperuntukkan bagi sekolah yang membutuhkan
dan belum mempunyai peralatan tersebut, serta
sekolah

tersebut

mempunyai

ruang

untuk

digunakan sebagai Laboratorium Bahasa; dan
(3) Peralatan IPS, yaitu diperuntukkan untuk
sekolah

yang

membutuhkan

dan

belum

mempunyai peralatan IPS atau jumlah peralatan
yang dimiliki kurang dari kebutuhan.

Penyaluran DAK bidang Pendidikan Dasar

disalurkan dengan cara pemindahbukuan dari

Rekening Kas Umum Negara (Pemerintah Pusat
37

c.q Kementerian Keuangan) ke Rekening Kas

Umum Daerah (kabupaten/kota). Mekanisme dan
tata cara mengenai penyaluran DAK Bidang
Pendidikan Tahun

Anggaran 2012 dilakukan

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan. Pelaksanaan DAK bidang Pendidikan
menggunakan mekanisme Swakelola oleh sekolah

sesuai peratuan perundang-undangan dengan
melibatkan partisipasi masyarakat sesuai dengan

prinsip manajemen berbasis sekolah. Program
Peningkatan
mekanisme

Mutu

Pendidikan

penyedia

menggunakan

barang/jasa

sesuai

peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Sekolah

melaksanakan

program

peningkatan

prasarana pendidikan dengan metode swakelola

sesuai peraturan perundang-undangan dan Dinas
Pendidikan

Kabupaten/Kota

melaksanakan

program peningkatan mutu pendidikan dengan
metode penyedia barang/jasa sesuai peraturan
perundang-undangan.

DAK untuk rehabilitasi adalah dana yang

diterima hanya boleh untuk merehabilitasi ruang
belajar

dan

dialokasikan

besarnya

untuk

dana

tiap-tiap

swakelola
sekolah

yang

dapat

berbeda antara satu sekolah dengan sekolah yang

lain dan disesuaikan dengan besaran kegiatan
rehabilitasi

yang

disetujui

berdasar

tingkat
38

kerusakan

yang

terjadi

di

sekolah.

Sebagai

bentuk pertanggungjawaban dan akuntabilitas
pengelolaan

dana,

sekolah

penerima

DAK

berkewajiban membuat laporan, baik pada saat

penerimaan dana bantuan, realisasi pemanfaatan

dana, dan perkembangan pelaksanaan serta hasil

rehabilitasi. Laporan tersebut disampaikan ke
Bupati/Walikota

u.p

Kabupaten/Kota.
tahun

Dinas

Pendidikan

Penggunaan DAK bidang pendidikan untuk
anggaran

(1)peningkatan

2012

prasarana

adalah

pendidikan

untuk:

yaitu

rehabilitasi ruang belajar termasuk perabotnya;(2)
peningkatan mutu pendidikan berupa pengadaan

peralatan laboratorium IPA,pengadaan peralatan

laboratorium Bahasa, dan pengadaan peralatan

IPS, sedangkan alokasi biaya untuk masingmasing

kegiatan/komponen

dituangkan dalam table berikut.

seperti

yang

Tabel1

Data ALokasi Biaya DAK Tahun Anggaran 2012
NO

KOMPONEN

1

Rehabilitasi ringan

3

Peralatan Lab.

2

Peralatan Lab. IPA
Bahasa

SATUAN ALOKASI
BIAYA (Rp)

90.000.000
50.000.000

125.000.000

JUMLAH
SATUAN

1 Ruang
1 Paket
1 Paket

39

4

Peralatan IPS

9.000.000

1 Paket

Sumber: Juknis DAK Tahun Anggaran 2012

Selanjutnya

pendidikan

untuk

Penggunaan
tahun

DAK

anggaran

bidang
2013

diperuntukkan: (1) buku bahan ajar Kurikulum
2013; (2) rehabilitasi ruang belajar kondisi paling
rendah

rusak

sedang,

pembangunan

perpustakaan, pembangunan ruang kelas baru,
dan

pembangunan

dari

peralatan

ruang

kelas

lainnya;(3)

pengadaan peralatan pembelajaran yang terdiri
IPS,

Matematika,

peralatan

laboratorium IPA, peralatan laboratorium Bahasa,

dan peralatan Olahraga, seperti yang dituangkan
dalam table berikut.

Tabel 2

Data ALokasi Biaya DAK Tahun Anggranan 2013
NO

KOMPONEN

JUMLAH
SATUAN

SATUAN

ALOKASI BIAYA
(Rp)

1

Rehabilitasi Sedang

1 Paket

45.000.000

3

Peralatan Lab. Bahasa

1 Paket

235.000.000

1 ruang

120.000.000

2
4
5
6
7
8
9

Peralatan Lab. IPA
Peralatan IPS

Pembangunan RKB

Peralatan Matematika

Pembangunan Lab. IPA
Peralatan Olahraga

Pembangunan Ruang

1 Paket
1 Paket
1 Paket

50.000.000
9.000.000
6. 000.000

1 Ruang

45.000.000

1 ruang

235.000.000

1 paket

20.000.000

40

10

Kelas

Pembangunan Lab.

1 ruang

Bahasa

235.000.000

Sumber: Juknis DAK Tahun Anggaran 2013

Pengelolaan

tanggung

dana

jawab

sepenuhnya

sekolah.

Pada

menjadi

prinsipnya

kegiatan pengelolaan DAK mencakup pencatatan
penerimaan

dan

pengeluaran

uang

sehingga

memudahkan proses pelaporan dan pengawasan
penggunaan

dana.

Adapun

pengelolan

DAK

antara lain meliputi:(1) Pembukuan; (2) Setiap
transaksi harus didukung dengan bukti yang

sah;(3) Bukti pengeluaran uang dalam sejumlah

tertentu harus dibubuhi materai yang cukup,

sesuai dengan ketentuan tentang bea materai; (4)
Dalam bukti pengeluaran harus jelas uraian

mengenai barang/jasa yang dibayar, tanggal, dan
nomor bukti;(5) Realisasi pengadaan barang, dan
Jasa yang diterima tidak boleh lebih kecil dari
uang

yang

yang

dikeluarkan;

(6)

Seluruh

penerimaan dan pengeluaran uang agar dicatat

dan dibukukan dalam buku penerimaan dan
pengeluaran;(7)
penerimaan

Semua

maupun

transaksi

pengeluaran

baik

dibukukan

atau dicatat sesuai urutan kejadiannya, (8) Setiap
akhir bulan, buku tersebut ditutup, dihitung

saldonya, dicocokkan dengan saldo fisik uang
41

yang ada, baik di kas atau di Bank, (9) Buku
harian ditulis dengan tulisan rapih, lengkap dan

bersih, (10) Memenuhi semua ketentuan dalam
pengelolaan keuangan termasuk di dalamnya
peraturan pajak yang berlaku.
garis

Tata cara pengelolaan keuangan PPS secara
besar

meliputi:

pembukuan

keuangan,

pengelompokan jenis pengeluaran, cara pengisian
buku

kas

umum,

rekapitulasi

pengeluaran,

laporan keuangan dan pengarsipan dokumen
keuangan.
berisi:

(1)

Dokumen

Kuitansi

pembayaran/nota/bon
menerima

pendukung
atau

asli

pembayaran,

(2)

dari

pembukuan

tanda

pihak

Bukti

bukti
yang

transaksi

keuangan lainnya, (3) Semua dokumen yang

ditandatangani PPS harus distempel oleh sekolah,
(4)Saldo

pembukuan

dana

yang

belum

dibutuhkan harus tetap disimpan di Bank, tidak
boleh

dipindahkan

pada

rekening

lain

atau

disimpan lain. Jumlah saldo pembukuan setiap
harinya tidak lebih dari Rp. 5 juta.

Sambil menunggu pencairan dana, sekolah

segera

melakukan

persiapkan

pelaksanaan

rehabilitasi, antara lain: (1)mempelajari buku
panduan pelaksanaan dan teknis secara lebih
seksama

dan

menyiapkan

format-format

administrasi, keuangan dan teknis pelaksanaan

42

serta pelaporan; (2) membuat papan informasi,
dengan

ketentuan

sebagai

berikut:

(a)Papan

informasi ukuran minimal 80 x 120 cm, (b)Papan

Informasi dipasang atau ditempatkan disekitar
lokasi pekerjaan, mudah dilihat oleh masyarakat
atau

pihak

yang

berkepentingan

dan

tidak

terkena atau tertimpa air hujan, serta tidak rusak

selama pelaksanaan,(c)Papan Informasi paling
tidak memuat

lokasi pembangunan pada peta

site plan sekolah,informasi tentang jenis program,

besar dana dan sumber dana informasi tentang
progres

pelaksanaan

rehabilitasi,

bagan

organisasi Panitia dilengkapi dengan nama-nama
anggotanya, Gambar kerja dan rencana biayanya,

Jadwal pelaksanaan pekerjaan dan rencana kerja;
(3)mengecek harga bahan, alat bantu kerja dan

pemilihan tenaga kerja yang terdiri atas, mandor,
tukang

dan

keselamatan

pekerja;

(4)

lingkungan

membuat
saat

rencana

pekerjaan

rehabilitasi dilaksanakan.Dana yang diperlukan
untuk pembiayaan kegiatan persiapan harus
disediakan

oleh

sekolah

dan

tidak

boleh

dibebankan kepada DAK yang diterima oleh
sekolah. Pelaksanaan pekerjaan harus segera
dimulai setelah DAK dari pemerintah diterima
oleh sekolah.

43

Langkah-langkah yang perlu dilakukan oleh

sekolah pada saat pelaksanaan pekerjaan antara

lain (1) mencairkan dana dari rekening sekolah

sesuai dengan kebutuhan rehabilitasi dan jadwal
kerja

yang

telah

dibuat;(2)

melaksanakan

rehabilitasi sesuai dengan dokumen teknis yang
telah

disusun;(3)

mencatat

pengeluaran

dan

pemasukan dicatat dalam Buku Kas Umum (BKU)

dengan rapi, dilengkapi bukti-bukti transaksi
yang disusun runtut sesuai tanggal kejadiannya,

dan mudah diakses/diperiksa oleh pihak-pihak
terkait dengan pelaksanaan program;(4) membuat
laporan bulanan pelaksanaan pekerjaan secara
disiplin dan tertib sesuai dengan keadaan yang

sesungguhnya dimana laporan dibuat rangkap
dua, rangkap pertama untuk dikirimkan ke Dinas

Pendidikan Kabupaten/Kota dan yang lain untuk
diarsipkan);(5)
laporan

pekerjaan

membuat

mengirimkan

Dinas

Pendidikan

pertanggunjawaban
kepada

Kabupaten/Kota
kemajuan

dan

antara

pekerjaan

dan

lain:

catatan

pelaksanaan

(a)Realisasi
lain

yang

berkenaan dengan pelaksanaan pekerjaan; (2)
Sekolah wajib membuat dokumentasi progres

selama masa pelaksanaan pekerjaan, berupa fotofoto kegiatan rehabilitasi, minimal yaitu Foto

kondisi sebelum rehabilitasi dimulai (0%),Foto
44

pada saat pelaksanaan rehabilitasi mencapai

progres fisik 50%, dan 75% dan Foto kondisi
akhir setelah rehabilitasi selesai dikerjakan100%.

Kegiatan yang tidak dapat dibiayai DAK

bidang Pendidikan Dasar adalah administrasi

kegiatan, penyiapan kegiatan fisik, penelitian,
pelatihan,

bangunan,

perjalanan

Dinas,

pembebasan

Izin

tanah,

tanah, konsultan, dan sebagainya.
Dalam

Pemerintah
tanggung

sosialisasi

pelaksanaan

Provinsi

jawab

pematangan

program

mempunyai

untuk

pelaksanaan

mendirikan

tugas

DAK,
dan

mengkoordinasikan

DAK,

melaksanakan

supervise dan monitoring serta penilaian terhadap

pelaksanaan DAK di Kabupaten atau Kota, dan

melaporkan hasil supervise dan evaluasi kepada
Direktur Jendral Pendidikan Dasar, sedangkan

Pemerintah Kabupaten/Kota mempunyai tugas
dan tanggung jawab yaitu: (1)menganggarkan
dana

pendamping

dalam

APBD

sekurang

kurangnya 10% (sepuluh porsen) dari besaran

alokasi DAK yang diterimanya, sesuai pasal 11
yang menyatakan bahwa: (1) Peraturan Menteri
Keuangan

Nomor

201/PMK.07/2012;(2)

menyediakan anggaran atau dana biaya umum
untuk

kegiatan

pengawasan,

dan

perncanaan,

biaya

sosialisasi,

operasional

lainnya

45

sesuai dengan kebutuhan;(3) menetapkan namanama sekolah penerima DAK; (4) melakukan

seleksi sekolah calon penerima sesuai dengan
kriteria;

(5)

membentuk

tim

teknis

untuk

melakukan pemetaan dan pendataan kondisi

prasarana sekolah;(6) mengusulkan nama-nama
sekolah

calon

mensosialisasikan

penerima

pelaksanaan

kepada seluruh sekolah
melaksanakan

DAK;(7)

program

DAK

penerima DAK; (8)

kegiatan

pengadaan

barang/jasa;(9) melaksanakan monitoring dan
evaluasi

serta

menyusun

pelaporan

kegiatan

DAK; (10) menggandakan Juknis penggunaan

DAK dan didistribusikan kepada seluruh sekolah
menerima DAK;(11) dan melaporkan penggunaan
kepada Direktur Pembinaan SMP.

Dewan Pendidikan Kabupaten atau Kota

mempunyai
melakukan

tugas

dan

tanggung

pengawasan

jawab

dalam

rangka

sedangkan

Satuan

transparasi dan akuntabilitas pelaksanaan DAK
ditingkat

Kabupaten/Kota,

Pendidikan

mempunyai

tugas

dan

tanggung

jawab (1) mengangkat panitia pembangunan di

sekolah; (2) mencatat hasil DAK sebagai invetaris
sekolah;

(3)

memanfaatkan

bangunan

atau

barang hasil DAK bidang Pendidikan Dasar untuk
menunjang kegiatan belajar mengajar, merawat,

46

dan memelihara bangunan atau barang hasil
DAK.Komite

Sekolah

mempunyai

tugas

melakukan pengawasan dalam transparansi dan
akuntabilitas

pelaksanaan

tingkat Sekolah.
Panitia

program

Pembangunan

DAK

Sekolah

di

(PPS)

mempunyai tugas dan tanggung jawab yaitu: (1)

memilih dan menetapkan kepala pelaksana; (2)
melaksanakan rahabilitasi ruang kelas rusak

sedang atau pembangunan ruang perpustakaan
dengan

mekanisme

swakelola,

serta

sesuai

dengan standar dan spesialisasi teknis yang telah
ditentukan;

(3)

mendokumentasikan
pembangunan
maupun

teknis

baik

mengadminitrasikan
segala

yang

administrasi
telah

dan

kegiatan

keuangan

ditentukan;

(4)

menyusun laporan teknis dan mempertanggung
jawabkan

realisasi

penggunaan

dana

dan

pelaksanaan rehabilitasi atau pembangunan yang

menggunakan DAK kepada masyarakat dan Dinas
Pendidikan Kabupaten/Kota.
Pelaporan

pelaksanaan

DAK

dilakukan

secara berjenjang, mulai dari laporan tingkat

sekolah, laporan tingkat Kabupaten/Kota, dan
laporan tingkat Pusat, sedangkan pemantauan
evaluasi

dilakukan

dan

pengawasan

oleh

Kementrian

pelaksanaan

Pendidikan

DAK
dan

47

Kebudayaan, Dinas Pendidikan Provinsi, dan
Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.

Pengawasan fungsional atau pemeriksaan

tentang pelaksanaan kegiatan dan administrasi
keuangan

program

dilaksanakan

oleh

DAK

bidang

Inspektorat

Pendidikan

Jenderal

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan

Inspektorat Daerah sedangkan sanksi diberikan
kepada: (1) setiap orang atau sekelompok orang di
setiap

tingkat

pelaksana

(Kabupaten/Kota,

Sekolah, masyarakat) yang melakukan tindakan
penyalahgunaan,

dan

atau

penyimpangan

pelaksanaan kegiatan dan keuangan sebagaimana
tertuang

dalam

petunjuk

ditindak

sesuai

dengan

peraturan

teknis

perundang-undangan

perundang-undangan;

yang

ketentuan

dan

(2)

DAK

serta

terkait,

peraturan

Pemerintah

kabupaten/kota yang melakukan kegiatan tidak
berpedoman

pada

petunjuk

teknis

peraturan perundangan lain yang terkait.

serta

2.4. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan tentang evaluasi

program

DAK

telah

banyak

dilakukan.

Khoirul Anwar (2010) misalnya dengan penelitian

yang berjudul Hasil Evaluasi Pelaksanaan Dana
48

Alokasi Khusus Pendidikan-APBN RI Tahun 2007

di

Provinsi

Maluku ,

menunjukkan

bahwa

pelaksanaan Dana Alokasi Khusus (DAK) bidang

Pendidikan di Propinsi Maluku telah berjalan
dengan

baik.

Selanjutnya

Yusuf (2009) berjudul

penelitian

Ahmat

Efektifitas Dana Alokasi

Khusus Dalam Pemenuhan Sarana Prasarana

(Studi di Madrasah Ibtidaiyah/MI se-Kecamatan
Karangdadap

Kabupaten

Pekalongan) ,

menunjukkan bahwa pelaksanaan DAK di MI se
Kecamatan Karangdadap Kabupaten Pekalongan
masuk dalam kategori baik; pemenuhan sarana

dan prasarana dari DAK di juga dalam kualifikasi
baik.

Penelitian terdahulu yang relevan dengan

evaluasi program DAK selanjutnya adalah Luthvia
Nuravitalia (2009) yang berjudul

Pemanfaatan

Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Pendidikan di

SD Negeri Tigasan Kulon II Kecamatan Leces
Kabupaten Probolinggo . Penelitian ini bertujuan
untuk

mengetahui

pemanfaatan

DAK

bidang

Pendidikan di SDN Tigasan Kulon II dalam hal (1)

rencana alokasi DAK bidang Pendidikan, (2)
alokasi DAK bidang Pendidikan, (3) dampak
pemanfaatan

DAK

bidang

Pendidikan

yang

dirasakan guru dan siswa, dan (4) kendala

pemanfaatan DAK bidang Pendidikan dan cara
49

mengatasinya.

Penelitian

ini

menggunakan

rancangan deskriptif dengan obyek SD Negeri
Tigasan Kulon II. Metode pengumpulan data yang
digunakan

adalah

(a)

dokumentasi,

(b)

wawancara, dan (c) angket. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa perbedaan antara anggaran

dengan realisasi DAK bidang Pendidikan dimana
Dana

untuk

pembangunan

rumah

Dinas

dialihkan untuk pembangunan tiga ruang kelas.
Informasi tentang DAK tidak banyak diketahui
oleh

siswa,

berupa

namun

rehabilitasi

hasil

pemanfaatan

fisik/pengadaan

DAK

sarana

pendidikan sangat dirasakan manfaatnya oleh
siswa dan guru sehingga terjadi peningkatan yang

signifikan pada jumlah siswa yang mendaftar.

Kendala yang timbul dalam pemanfaatan DAK
bidang

Pendidikan

berasal

dari

kebijakan

Pemerintah atau Dinas Pendidikan, terutama
dalam hal alokasi dan mekanisme pencairan dana
namun dapat diatasi dengan