T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Dana Alokasi Khusus (DAK) Di SMP Negeri 2 Dempet T2 BAB II
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bagian ini akan didiskripsikan tentang
evaluasi program, model evaluasi program, Dana
Alokasi Khusus, Penelitian yang relevan, dan
kerangka pikir penelitian.
2.1. Evaluasi Program
Malcolm Provus (1971 dalam Tayibnapis,
1998) mendifinisikan evaluasi sebagai perbedaan
apa yang ada dengan suatu standar untuk
mengetahui apakah ada selisih. Di lain pihak
Sudijono (2005) menjelaskan bahwa evaluasi
sebagai suatu tindakan atau proses setidaktidaknya memiliki tiga macam fungsi pokok,
yaitu: (1) mengukur kemajuan, (2) menunjang
penyusunan,
dan
(3)
memperbaiki
atau
melakukan penyempurnaan kembali. Hal senada
juga dinyatakan oleh Mehrens & Lehman (l978
dalam Purwanto, 2006) evaluasi adalah suatu
proses
merencanakan,
memperoleh,
dan
menyediakan informasi yang sangat diperlukan
untuk membuat alternatif-alternatif keputusan.
9
Pengertian evaluasi yang lain yaitu yang
dikutip oleh Arikunto (2010) yang menyatakan
bahwa:
Kaufman & Thomas (1980) Evaluation is a
process of helping to make things better than
they are, of improving the situation , evaluasi
adalah suatu proses untuk membantu dan
memperbaiki sesuatu menjadi lebih baik dari
keadaan sebelumnya, Stufflebeam (1971)
Evaluation is the process of delineating,
obtaining, and providing useful information for
judging
decision
alternatives ,
evaluasi
merupakan
proses
menggambarkan,
memperoleh, dan menyajikan informasi yang
berguna untuk merumuskan suatu alternatif
keputusan.Evaluasi adalah kegiatan untuk
mempengaruhi informasi tentang bekerjanya
sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut
digunakan untuk menentukan alternatif yang
tepat dalam mengambil suatu keputusan .
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa evaluasi adalah sebagai suatu
kegiatan atau tindakan menilai, menaksir sesuatu
secara
sistematik,
dan
terencana
untuk
menentukan pilihan yang tepat dalam mengambil
keputusan menuju sesuatu yang lebik baik dari
keadaan sebelumnya.
Program adalah segala sesuatu yang dicoba
lakukan
seseorang
dengan
harapan
akan
mendatangkan hasil atau pengaruh (Tayibnapis,
2000). Selanjutnya Jones (1991, dalam Ismanto,
1996) mendefinisikan program sebagai kumpulan
proyek-proyek yang berhubungan telah dirancang
10
untuk
melaksanakan
kegiatan-kegiatan
yang
harmonis dan secara integratif untuk mencapai
sasaran
kebijaksanaan
keseluruhan.
Di
lain
pihak
tersebut
Arikunto
secara
(2010)
mendifinisikan program sebagai: (1) suatu unit
atau kesatuan kegiatan yang merupakan realisasi
atau
implementasi
dari
suatu
kebijakan,
berlangsung dalam proses berkesinambungan,
dan
terjadi
dalam
suatu
organisasi
yang
melibatkan sekelompok orang; (2) suatu unit atau
kesatuan kegiatan yang merupakan realisasi atau
implementasi dari suatu kebijakan, berlangsung
dalam
proses
yang
berkesinambungan,
dan
terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan
sekelompok orang. Sebuah program bukan hanya
kegiatan tunggal yang dapat diselesaikan dalam
waktu singkat, tetapi merupakan kegiatan yang
berkesinambungan karena melaksanakan suatu
kebijakan. Oleh karena itu, sebuah program
dapat berlangsung dalam kurun waktu relatif
lama. Didalam program terdapat beberapa aspek
yaitu: (1) Tujuan kegiatan yang akan dicapai; (2)
Kegiatan yang diambil dalam mencapai tujuan; (3)
Aturan yang harus dipegang dan prosedur yang
harus
dilalui;
(4)
Perkiraan
anggaran
dibutuhkan; dan (5) Strategi pelaksanaan.
yang
11
Berdasarkan
disimpulkan
kesatuan
bahwa
uraian
diatas
yang
dilakukan
program
kegiatan
adalah
dapat
suatu
oleh
sekelompok orang yang saling berkesinambungan
dalam melaksanakan kebijakan dan memerlukan
waktu yang relatif lama.
Evaluasi
program
adalah
kegiatan
sistematis
untuk
mengumpulkan,
mengolah,
masukan
untuk
pengambilan
keputusan
menganalisis,
dan
menyajikan
data
sebagai
(Sudjana, 2006). Selanjutnya Tayibnapis (1989)
sependapat bahwa apabila evaluator melakukan
evaluasi sebuah program itu artinya evaluator
secara teratur mengumpulkan informasi tentang
bagaimana program itu berjalan dan tentang
dampak yang mungkin terjadi atau menjawab
pertanyaan yang diamati.
Arikunto
(2010)
program sebagai:
mendifinisikan
evaluasi
(1)Suatu unit atau kesatuan kegiatan yang
bertujuan untuk mengumpulkan informasi
yang merealisasi atau mengimplementasi dari
suatu kebijakan, berlangsung dalam proses
yang berkesinambungan, dan terjadi dalam
suatu organisasi yang melibatkan sekelompok
orang
guna
pengambilan
keputusan;(2)
evaluasi program adalah langkah awal dalam
supervisi, yaitu mengumpulkan data yang
tepat
agar
dapat
dilanjutkan
dengan
pemberian pembinaan yang tepat pula.
12
Sedangkan Grolund, (l983 dalam Roswati,
2008) evaluasi program adalah suatu kegiatan
pengumpulan dan pemberian data atau informasi
baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif
yang
dipergunakan
keputusan
untuk
oleh
para
pengambil
mempertimbangkan
apakah
suatu program perlu diperbaiki, dihentikan atau
diteruskan. Evaluasi program juga dimaksudkan
untuk memotret apa yang kita lihat dalam
program
tersebut
kemudian
kita
identifikasi
masalah apa yang muncul dalam kegiatan itu dan
menemukan solusinya.
Berdasarkan
uraian
diatas
dapat
disimpulkan bahwa evaluasi program adalah
suatu kegiatan yang sistematis dan terstruktur
dalam
rangka
mengumpulkan,
mengolah,
menganalisis dan menyajikan informasi sebagai
masukan yang pada akhirnya digunakan untuk
mengambil
keputusan.
Dengan
melakukan
evaluasi program diharapkan dapat digunakan
untuk memberikan rekomendasi atau masukan
terkait dengan implementasi suatu kebijakan.
Arikunto
(2010)
menyatakan
bahwa
evaluasi program bertujuan untuk mengetahui
pencapaian
dilaksanakan.
program
tujuan
program
Selanjutnya,
digunakan
sebagai
yang
hasil
dasar
telah
evaluasi
untuk
13
melaksanakan kegiatan tindak lanjut atau untuk
melakukan pengambilan keputusan berikutnya
selain itu untuk mengetahui bagaian mana dari
komponen
dan
sub
komponen
dari
sebuah
program yang belum terlaksana apa sebabnya.
Selanjutnya Arikunto (2010) menjelaskan bahwa:
Evaluasi program dilakukan dengan tujuan:
(1) memberi masukan pada perencanan
program atau kegiatan; (2)sebagai bahan
pertimbangan untuk pengambilan keputusan;
(3) memberi masukan untuk memodifikasi
program;(4) mendapatkan informasi tentang
pendukung dan penghambat program; (5)
sebagai upaya untuk melakukan tindakan
perbaikan .
Roswati (2008) menjelaskan tujuan evaluasi
program adalah:
Menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang
tindak lanjut suatu program di masa depan;
Penundaan
pengambilan
keputusan;
Penggeseran tanggung jawab; Pembenaran
program; Memenuhi kebutuhana kreditasi;
Laporan
akutansi
untuk
pendanaan;
Menjawab atas permintaan pemberi tugas,
informasi yang diperlukan; Membantu staff
mengembangkan
program;
Mempelajari
dampak atau akibat yang tidak sesuai
dengan rencana; Mengadakan usaha perbaikan
bagi program yang sedang berjalan; Menilai
manfaat dari program yang sedang berjalan;
Memberikan masukan bagi program baru.
Berdasarkan
disimpulkan
bahwa
uraian
tujuan
di
atas
evaluasi
dapat
program
adalah (1) memberi masukan; (2) menilai hasil
yang dicapai dari sebuah program; (3) membuat
kebijakan
dan
keputusan;
(4)
memonitor
14
pengeluaran dana; (5) memperbaiki kinerja dan
materi dari keadaan sebelumnya.
Manfaat evaluasi program menurut Kelsey
dan Hearne (1955 dalam Mugniesyah, 2006)
adalah:
(1)menguji
secara
berkala
pelaksanaan
program
yang
mengarahkan
perbaikan
kegiatan yang berkelanjutan;(2) membantu
memperjelas manfaat yang penting dan
tujuan-tujuan
khusus
program
serta
memperjelas dan mengukur sampai seberapa
jauh
tujuan-tujuan
tertentu
tercapai;
(3)menjadi pengukur keefektifan metode
pelatihan; (4)menyediakan data dan informasi
tentang
situasi
yang
penting
untuk
perencanaan
program
selanjutnya;
dan
(5)menyediakan bukti entang nilai atau
pentingnya program .
Arikunto
(2010)
menguraikan
manfaat
evaluasi program lebih sederhana yaitu bahwa:
Manfaat
evaluasi
program
adalah
(1)
menghentikan program karena dipandang
bahwa
program
tersebut
tidakada
manfaatnya;(2) merevisi program karena ada
bagian-bagian yang kurang sesuai dengan
harapan;(3) melanjutkan program karena
pelaksanaan program menunjukkan bahwa
segala sesuatu sudah berjalan sesuai dengan
harapan dan memberi hasil yang manfaat; dan
(4) menyebarluaskan program karena program
tersebut berhasil dengan baikmaka sangat
baik apabila dilaksanakan lagi ditempatdan
waktu yang lain.
Selanjutnya
manfaat
evaluasi
menurut Roswati (2008) adalah untuk:
program
Memberikan masukan apakah suatu
program
dihentikan
atau
diteruskan;
memberitahukan prosedur mana yang perlu
15
diperbaiki; memberitahukan strategi, atau
teknik yang mana yang perlu dihilangkan atau
diganti;
memberikan
masukan
apakah
program yang sama dapat diterapkan di
tempat lain; memberikan masukan ke arah
mana dana harus dialokasikan; memberikan
masukan apakah teori atau pendekatan
tentang program dapat diterima atau ditolak.
Berdasarkan
uraian
di
atas
dapat
disimpulkan bahwa manfaat evaluasi program
adalah untuk mengetahui sejauh mana program
itu berjalan atau terlaksana. Informasi atau data
hasil
evaluasi
dideskripsikan,
mengambil
kemudian
kemudian
keputusan
dikumpulkan,
digunakan
dalam
untuk
rangka
memperbaiki, menghentikan, merevisi program,
dan atau menyebarluaskan program. Evaluasi
program bermanfaat juga untuk memberikan
rekomendasi bagi pengambil keputusan dengan
masukan hasil evaluasi program yang sedang
atau telah dilaksanakan.
Evaluasi program akan berjalan dengan
baik apabila dilakukan dengan secara terus
menerus, menyeluruh, dan obyektif. Hal ini
senada dengan Rusyan (1989) bahwa prinsipprinsip evaluasi program adalah sebagai berikut:
(1) Kontinuitas: evaluasi program pendidikan
hendaknya dilakukan secara terus-menerus
selama proses pelaksanaan program. Evaluasi
tidak hanya dilakukan terhadap hasil yang
16
telah
dicapai,namun
mulai
pembuatan
rencana sampai dengan tahap laporan; (2)
Komprehensif:
evaluasi
program
harus
mencakup bidang sasaran yang luas atau
menyeluruh,
baik
aspek
personalnya,
materialnya, maupun aspek operasionalnya;
(3) Kooperatif: dalam melaksanakan evaluasi
program
harus
dilaksanakan
secara
bekerjasama dengan semua orang yang
terlibat dalam aktivitas program pendidikan;
(4) Objektif: dalam
mengadakan evaluasi
program
harus menilai sesuai dengan
kenyataan yang ada; (5) Akuntabilitas:hasil
evaluasi
program
dapat
dipertanggung
jawabkan; dan (6) Praktis: evaluasi program
dilakukan dengan sederhana.
Selanjutnya Arikunto (2010) menyatakan
bahwa dalam mengevaluasi program, evaluator
harus
mememenuhi
sebagai berikut:
beberapa
syarat
yaitu
(1)memiliki
kemampuan
dan
mampu
melaksanakan evaluasi yang didukung oleh
teori dan ketrampilan praktek; (2) cermat yaitu
dapat melihat celah-celah bagian program dan
detail dari program serta yang akan dievaluasi;
(3)obyektif yaitu tidak mudah dipengaruhi oleh
keinginan pribadi agar dapat mengumpulkan
data sesuai keadaannya, selanjutnya dapat
mengambil kesimpulan; (4) sabar dan tekun
yaitu supaya tidak didalam melaksanankan
tugas dimulai dari membuat rancangan
kegiatan dalam bentuk menyusun proposal,
menyusun instrumen, mengumpulkan data,
dan menyususn laporan, tidak gegabah dan
tergesa-gesa;
dan
(5)
hati-hati
dan
bertanggung jawab yaitu melakukan pekerjaan
evaluasi dengan penuh pertimbangan, namun
apabila masih ada kekeliruan yang diperbuat
berani menanggung resiko atas segala
kesalahannya.
17
Wibisono (2007)menjabarkan aspek-aspek
yang perlu dinilai dalam evaluasi antara lain: (1)
Persiapan
program;
(2)Kemungkinan
tindak
lanjut, perluasan, atau penghentian program; (3)
Kemungkinan melakukan modifikasi program;
(4)Temuan
tentang
dukungan
masyarakat,
kekuatan politik, atau kelompok profesi terhadap
program; (5)Temuan tentang hambatan program
yang berasal dari masyarakat, kelompok politik
atau profesi; dan (6)Hasil atau tujuan program.
Dengan
demikian
dalam
mengevaluasi
program, evaluator perlu memperhatikan prinsipprinsip dan syarat-syarat melaksanakan evaluasi
program. Evaluasi program harus dilakukan oleh
evaluator yang mampu dan dilakukan dengan
terus
menerus,
teliti,
terbuka
dengan
bekerjasama dan obyektif, simple (sederhana),
dan
harus
mencakup
semua
aspek
yang
dievaluasi. Hasil dari evaluasi haruslah yang bisa
dipertanggung jawabkan.
2.2. Model Evaluasi Program
Evaluasi
program
dapat
menggunakan
model evaluasi program sesuai dengan kebutuhan
evaluasi. Hal ini seperti pendapat Arikunto (2010)
yang menjelaskan bahwa:
18
dalam mengevaluasi sebuah program,ada
banyak
model
yang
digunakan
untuk
mengevaluasi program.Meskipun antara satu
dengan
yang
lainnya
berbeda,
namun
maksudnya sama yaitu melakukan kegiatan
pengumpulan data atau informasi yang
berkenaan dengan obyek yang dievaluasi yang
tujuannya menyediakan bahan bagi pengambil
keputusan, menjadi bahan menyebarluaskan,
dalam mengambil tindak lanjut suatu
program.
Hal
(1989)
senada
bahwa
dipertegas
model
oleh
evaluasi
Tayibnapis
adalah
model
(design) evaluasi yang dibuat oleh ahli-ahli atau
pakar-pakar
yang
biasanya
sama
dengan
pembuatannya atau tahap pembuatannya. Modelmodel evaluasi ini dianggap model standar atau
dapat
dikatakan
pembuatannya.
merek
standar
dari
Ada beberapa ahli evaluasi program yang
dikenal sebagai penemu model evaluasi program
seperti Stufflebean, Metfssel, Michael Scriven,
Stake, dan Gleser (Arikunto, 2010)
Selanjutnya Kaufman & Thomas (1998,
dalam
Arikunto:
2010)
membedakan
model
evaluasi menjadi 8 (delapan) yaitu: (1) Goal
Oriented Evaluation Model; (2)Goal Free Evaluation
Model; (3) Formatif Sumatif Evaluation Model; (4)
Countenance
Evaluation
Model;
(5)
CSE-
UCLAEvaluation Model; (6) Responsive Evaluation
19
Model;
(7)Descrepancy
Evaluation
Model;
Context Input Process Product Evaluation Model.
Goal
Oriented
Evaluation
Model
(8)
adalah
model evaluasi yang dikembangkan oleh Tyler
pada tahun 1996 adalah sebuah model evaluasi
program yang mengevaluasi program secara terus
menerus
berkesinambungan,
dan
mencek
seberapa jauh tujuan tersebut sudah terlaksana
di dalam proses pelaksanaan program. Yang
menjadi objek pengamatan model ini adalah
tujuan program yang sudah ditetapkan jauh
sebelum program dimulai, sedangkan Goal Free
Evaluation
Model
yaitu
model
evaluasi
yang
dikembangkan oleh Michael Scriven pada tahun
1967 berfokus pada bagaimana kerjanya sebuah
program
dengan
jalan
mengidentifikasi
penampilan-penampilan yang terjadi, baik hal
yang positif maupun yang negatif.
Formatif-Sumatif
Evaluation
Model
yaitu
model evaluasi yang dikembangkan oleh Michael
Scriven pada tahun 1974 menunjukkan adanya
tahapan dan lingkup obyek yang dievaluasi, yaitu
evaluasi yang dilakukan pada waktu program
masih berjalan (disebut evaluasi formatif) dan
ketika program sudah selesai atau berakhir
(disebut
evaluasi
sumatif).
Tujuan
evaluasi
formatif adalah untuk mengetahui seberapa jauh
20
program yang dirancang itu dapat berlangsung,
sekaligus mengidentifikasi hambatan, sedangkan
tujuan evaluasi sumatif adalah untuk mengukur
ketercapaian
program.
Evaluasi
dilakukan setelah program berakhir.
sumatif
Countenence Evaluation Model adalah model
evaluasi yang dikembangkan oleh Stake pada
tahun 1967. Model evaluasi ini menekankan
adanya pelaksanaan dua hal pokok yaitu (1)
deskripsi
(description)
dan
(2)
pertimbangan
(judgement) serta membedakan adanya 3 (tiga)
tahap dalam evaluasi program, yaitu (1) masukan
(antecedence/contect), (2) transaksi (transaction
/procees), dan (3) keluaran (output-outcomes).
CSE-UCLA Evaluation Model yaitu model
evaluasi yang dikembangkan oleh Fernandez pada
tahun 1984. Model evaluasi CSE-UCLA terdiri dari
dua singkatan, CSE dan UCLA. CSE singkatan
dari Center of the Study of Evaluation, sedangkan
UCLA singkatan dari University of California in Los
Angles. Ada empat tahap yang dilakukan dalam
evaluasi program dengan menggunakan model ini
yaitu (1) need assessment, (2) program planning,
(3) formatif evaluation, (4) summative evaluation.
Model evaluasi program selanjutnya adalah
Responsive
Evaluation
Model.
Model
ini
dikembangkan oleh Stake pada tahun 1975.
21
Model
ini
menekankan
pada
pendekatan
kualitatif-naturalistik. Tujuan evaluasi ini adalah
untuk memahami semua komponen program
melalui sudut pandang yang berbeda. Evaluator
mencoba responsive terhadap orang-orang yang
berkepentingan
terhadap
model
untuk
hasil
evaluasi,
sedangkan Descrepancy Evaluation Model adalah
evaluasi
kesesuaian
antara
mengetahui
standard
yang
tingkat
sudah
ditentukan dalam program dengan penampilan
aktual dari program tersebut. Standar adalah
kriteria yang telah dikembangkan dan ditetapkan
dengan hasil yang efektif, sedangkan penampilan
adalah sumber, prosedur, manajemen dan hasil
nyata
yang
tampak
ketika
program
dilaksanakan.Model ini dikembangkan oleh Provus
pada tahun 1971.
Model evaluasi CIPP (Context, Input, Process,
Product) dikembangkan oleh Stufflebeam.Model
ini diperkenalkan pada tahun 1967 di Ohio State
University. Arikunto (2010) menjelaskan bahwa
model
evaluasi
CIPP
merupakan
sebuah
singkatan dari huruf awal empat kata yaitu (1)
Context
konteks;
evaluation
(2)
Input
yaitu
evaluasi
evaluation
yaitu
terhadap
evaluasi
terhadap masukan; (3) Process evaluation yaitu
evaluasi
terhadap
proses;
dan
(4)
Product
22
evaluation yaitu evaluasi terhadap hasil. Hal ini
sejalan dengan pemikiran Sudjana dan Ibrahim
(2004) bahwa ada empat dimensi CIPP yaitu
dimensi context, dimensi input, dimensi process
dan dimensi product. Menurut Stufflebeam (1993
dalam Widoyoko, 2009) mengungkapkan bahwa,
the CIPP approach is based on the view that the
most important purpose of evaluation is not to
prove but improve. Konsep tersebut ditawarkan
oleh
Stufflebeam
tujuan
penting
dengan
evaluasi
pandangan
adalah
membuktikan, tetapi untuk memperbaiki.
Tayibnapis
(1989)
menjelaskan
bahwa
bukan
bahwa
evaluasi konteks (context evaluation) merupakan
kemampuan
awal
sekolah
dan
siswa
dalam
menunjang program. Evaluasi konteks bertujuan
untuk membantu merencanakan keputusan dan
menentukan kebutuhan yang akan dicapai oleh
program serta merumuskan tujuan. Stufflebeam
(1983 dalam Hasan, 1998) mempertegas bahwa
tujuan evaluasi konteks yang utama adalah
untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan yang
dimiliki evaluan. Dengan mengetahui kekuatan
dan
kelemahan
ini,
evaluator
akan
dapat
memberikan arah perbaikan yang diperlukan.
Lain halnya dengan Sudjana dan Ibrahim (2004)
berpendapat
bahwa
evaluasi
konteks
yaitu
23
meliputi
situasi
mempengaruhi
atau
latar
jenis-jenis
belakang
tujuan
yang
misalnya
masalah pendidikan yang dirasakan, keadaan
ekonomi
Negara,
masyarakat.
Arikunto
atau
(2010)
pandangan
mendifinisikan
konteks (Context Evaluation) sebagai:
hidup
evaluasi
upaya untuk menggambarkan dan merinci
lingkungan, kebutuhan yang tidak terpenuhi,
populasi, sampel yang dilayani, dan tujuan
proyek. Ada 4 (empat) pertanyaan yang dapat
diajukan sehubungan dengan evaluasi konteks
seperti:(1)Kebutuhan yang belum terpenuhi
oleh program; (2) Tujuan pengembangan
apakah yang belum dapat tercapai oleh
program;(3)Tujuan
pengembangan
apakah
yang dapat membantu mengembangakan
program; dan (4) Tujuan-tujuan mana sajakah
yang paling mudah dicapai.
Evaluasi masukan/input (Input Evaluation)
yaitu meliputi sarana/modal/bahan dan rencana
strategi yang ditetapkan untuk mencapai tujuantujuan pendidikan, (Sudjana dan Ibrahim, 2004).
Lebih
lanjut
evaluasi
mengatur
Widoyoko
sebagai
(2009)
masukan
keputusan,
(input)
menjelaskan
menentukan
membantu
sumber-
sumber yang ada, alternative apa yang diambil,
apa rencana dan strategi untuk mencapai tujuan,
dan
bagaimana
mencapainya.
prosedur
Komponen
kerja
evaluasi
untuk
masukan
meliputi: (1) Sumber daya manusia; (2) Sarana
24
dan
peralatan
pendukung;
(3)
Dana
atau
anggaran; dan (4) Berbagai prosedur dan aturan
yang diperlukan.Pendapat ini dipertegas oleh
Arikunto (2010) bahwa evaluasi masukan (input
evaluation)
membantu
mengatur
keputusan,
menentukan sumber-sumber yang ada, alternatif
yang diambil, serta rencana apa yang strategis
untuk mencapainya.
Menurut Arikunto (2010) evaluasi proses
(Process evaluation) adalah menunjuk pada: (1)
apa/what
program,
(2)
kegiatan
yang
siapa/who
dilakukan
yaitu
orang
dalam
yang
ditunjuk sebagai penanggung jawab program, (3)
kapan/when kegiatan itu akan berakhir. Di lain
pihak
Tayibnapis
evaluasi
proses
(1989)
adalah
berpendapat
untuk
bahwa
membantu
mengimplementasikan keputusan, sampai sejauh
mana rencana telah diterapkan, apa yang harus
dievaluasi, dan lain-lain. Sudjana dan Ibrahim
(2004)
selanjutnya
mengemukakan
bahwa
evaluasi proses terjadi pada saat pelaksanaan
strategi dan penggunaan sarana/modal/bahan di
dalam kegiatan di lapangan. Worthen & Sanders
(1981 dalam Widoyoko, 2009) menjelaskan bahwa
evaluasi proses menekankan pada tiga tujuan:
(1) do detect or predict in procedural design or its
implementation during implementation stage; (2) to
25
provide information for programmed decision; and
(3) to maintain a record of the procedure as it
occurs .
Evaluasi
mendeteksi
proses
atau
digunakan
memprediksi
untuk
rancangan
prosedur atau rancangan implementasi selama
tahap
implementasi,
menyediakan
informasi
untuk keputusan program dan sebagai rekaman
atau arsip prosedur yang telah terjadi. Menurut
George Edward III dalam Widodo (2010) bahwa
terdapat
empat
keberhasilan
faktor
atau
yang
kegagalan
mempengaruhi
implementasi
kebijakan antara lain yaitu faktor: (1) komunikasi,
(2) sumberdaya, (3) disposisi, dan (4) struktur
birokrasi.
Tayibnapis (1989) maupun Arikunto (2010)
sependapat bahwa Product Evaluation (evaluasi
hasil)
adalah
untuk
menolong
keputusan
selanjutnya, apa hasil atau tujuan yang telah
dicapai, apa yang harus direvisi, dan apa dampak
yang diperoleh dalam waktu yang panjang setelah
menerima program. Sementara Sax (1980 dalam
Widoyoko, 2009) memberikan pengertian evaluasi
produk/hasil adalah to allow to project director or
teacher
making decision of
program
artinya
bahwa dari evaluasi hasil diharapkan dapat
membantu pimpinan proyek atau guru untuk
membuat keputusan yang berkenaan dengan
26
kelanjutan,
akhir,
maupun
modifikasi
program.Lain halnya dengan pendapat Sudjana
dan Ibrahim (2004) bahwa evaluasi hasil (Product
Evaluation) merujuk pada hasil yang dicapai baik
selama
maupun
pada
akhir
pengembangan
sistem pendidikan yang bersangkutan.
Berdasarkan pemaparan di atas dapat kami
simpulkan bahwa ada berbagai model evaluasi
program yang berbeda namun mempunyai tujuan
dan
maksud
kegiatan
yang
untuk
sama
yaitu
melakukan
mengumpulkan
data
dan
informasi terkait dengan obyek yang dievaluasi,
selanjutnya
digunakan
menentukan
tindak
untuk
mengambil
keputusan atau rekomendasi yang sesuai untuk
dievaluasi.
lanjut
program
yang
Khaufan & Thomas (1980 dalam Arikunto,
2010) menguraikan bahwa tahapan persiapan
evaluasi
program,
yaitu
seperti
penyusunan
instrumen evaluasi, validasi instrumen evaluasi,
menentukan jumlah sampel yang diperlukan
penyamaan persepsi antar evaluator sebelum data
diambil. Tahap pelaksanaan dimana evaluasi
program dapat dikategorikan evaluasi reflektif,
evaluasi rencana, evaluasi proses dan evaluasi
hasil.
Keempat
mempengaruhi
jenis
evaluator
evaluasi
dalam
tersebut
mentukan
27
metode dan alat pengumpul data yang digunakan.
Pada
tahap
pelaksanaan
monitoring
evaluasi
mengetahui
kesesuaian
seberapa
pelaksanaan
yaitu
berfungsi
monitoring
pelaksanaan
untuk
dengan
rencana program. Sasaran monitoring adalah
diharapkan/telah
sesuai
program
dengan
dapat
rencana
program, apakah berdampak positif atau negatif.
Arikunto (2010) bependapat bahwa model
evaluasi CIPP memiliki pendekatan yang holistik
dalam
evaluasi
dan
bertujuan
memberikan
gambaran yang sangat detail dan luas terhadap
suatu proyek, mulai dari konteks, input, proses
implementasi
sampai
pada
hasil
evaluasi
program. Model evaluasi program CIPP memiliki
potensi
bergerak
diwilayah
evaluasi
membantu
melakukan
formatif dan sumatif, sehingga kedua evaluasi itu
sama
baiknya
dalam
perbaikan selama program berjalan, maupun
memberikan informasi final. Widoyoko (2009)
sependapat bahwa model evaluasi program CIPP
lebih
komprehensif
diantara
model
evaluasi
lainnya, karena objek evaluasi tidak hanya pada
hasil semata tetapi juga mencakup konteks,
masukan, proses, dan hasil.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat kami
simpulkan
bahwa
terdapat
berbagai
macam
28
model
evaluasi
program
dan
apapun
model
evaluasi program yang dipakai oleh evaluator
adalah dalam rangka perbaikan sehingga bisa
menghasilkan sebuah rekomendasi yang sesuai
untuk menetukan tindak lanjut program yang
dievaluasi. Dalam pembahasan tesis ini peneliti
menggunakan
model
evaluasi
program
CIPP
karena Model evaluasi CIPP lebih komprehensif
diantara model evaluasi lainnya yaitu objek
evaluasi tidak hanya pada hasil semata tetapi
juga
mencakup
konteks
(Context),
masukan
(Input), proses (Process), dan hasil (Poduct).
2.3. Dana Alokasi Khusus (DAK)
Berdasarkan Undang-undang No 32 tahun
2004 pasal 162 tentang Pemerintahan Daerah
menjelaskan bahwa Dana Alokasi Khusus (DAK)
adalah dana yang dialokasikan kepada daerah
tertentu dalam rangka pendanaan desentralisasi
untuk
mendanai
kegiatan
khusus
yang
merupakan urusan daerah dan sesuai dengan
prioritas
nasional.
Hal
senada
selanjutnya
diuraikan dalam Undang-undang No 33 tahun
2004
pasal
Keuangan
Daerah
1
tentang
Pemerintah
menyebutkan
Dana
Pusat dan
bahwa
Perimbangan
Pemerintah
Dana
Alokasi
29
Khusus, selanjutnya disebut DAK adalah dana
yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan kepada
daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu
mendanai
urusan
nasional.
kegiatan
daerah
Program
khusus
dan
sesuai
Dana
Alokasi
yang
merupakan
dengan
Khusus
prioritas
bidang
pendidikan dasar bertujuan untuk membiayai
kebutuhan
pendidikan
mencapai
sarana
9
dan
(Sembilan)
standar
prasarana
tahun
tertentu
atau
yang
satuan
belum
percepatan
pembangunan daerah dibidang Pendidikan Dasar
yang
bermutu
dan
merata
dalam
rangka
memenuhi Standar Pelayanan Minimum (SPM)
dan secara bertahap untuk memenuhi Standar
Nasional Pendidikan (SNP).
mulai
Program DAK dilaksanakan di Indonesia
tahun
2004.
Dalam
rangka
mengoptimalkan Undang-undang No 32 tentang
Pemerintah Daerah dan No 33 tahun 2004
tentang dana Perimbangan Keuangan Pemerintah
Pusat
dan
Pemerintah
Daerah,
Pemerintah
menerbitkan Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) dan
Petunjuk Teknis (Juknis) pelaksanaan program
DAK bidang pendidikan. Petunjuk Pelaksanaan
30
dan Petunjuk Teknis digunakan sebagai pedoman
bagi lembaga yang terkait dengan ruang lingkup
tugasnya
terkait
DAK
Pemerintah
Propinsi
maupun pemerintah Kabupaten.
Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis
program DAK Khusus bidang pendidikan tahun
anggaran
2012
diatur
dalam
Permendikbud
Nomor 57 tahun 2011 tentang Juknis DAK bidang
pendidikan
anggaran
untuk
Pelaksanaan
SMP/SMPLB
2012,
(Juklak)
sedangkan
dan
Petunjuk
tahun
Petunjuk
Teknis
(Juknis) program DAK bidang pendidikan untuk
SMP/SMPLB tahun anggaran 2013 diatur dalam
Permenkeu Nomor 201/PMK.07/2012 tentang
Pedoman Umum DAK tahun anggaran 2013 dan
Permendikbud Nomor 12 tahun 2013 tentang
Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis DAK
bidang Pendidikan tahun anggaran 2013.
DAK
anggaran
bidang
2012
Pendidikan
digunakan
Dasar
untuk
tahun
membiayai
rehabilitasi ruang belajar dan pengadaan sarana
peningkatan mutu pendidikan dengan proporsi:
(a) Rehabilitasi ruang belajar sebesar 80% dan (b)
Pengadaan sarana peningkatan mutu pendidikan
sebesar 20%. Rehabilitasi ruang belajar yang
dimaksud adalah ruang belajar yang rusak berat
termasuk
perabotnya,
sedangkan
pengadaan
31
sarana
peningkatan
dilaksanakan
pendidikan
pemetaan
mutu
sesuai
berdasarkan
yang
Kabupaten/Kota,
kebutuhan
dilakukan
terdiri
pendidikan
pendataan
oleh
dari:
satuan
dan
Dindikpora
(a)Peralatan
Laboratorium Ilmu Pengetahuan Alam (IPA);(b)
Peralatan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS); dan (c)
Peralatan Laboratorium Bahasa.
tahun
Selanjutnya DAK bidang Pendidikan Dasar
anggaran
2013
digunakan
untuk
membiayai penggandaan dan distribusi buku
bahan
ajar
Kurikulum
2013,
peningkatan
prasarana dan pengadaan sarana peningkatan
mutu pendidikan SMP/SMPLB sehingga peserta
didik terpenuhi semua kebutuhan bukunya. Sisa
DAK
dapat
digunakan
untuk
peningkatan
prasarana sekolah, dan pengadaan sarana untuk
peningkatan mutu pendidikan yang porposinya
sebesar 35% (tiga puluh lima prosen) sampai
dengan
65%
membiayai
(enam
puluh
peningkatan
prosen)
prasarana
untuk
dan
pengadaan sarana peningkatan mutu pendidikan
untuk mencapai 100% (seratus prosen) sesuai
dengan kebutuhan Kabupaten /Kota.
DAK
bidang
Pendidikan
Dasar
diprioritaskan untuk rehabilitasi ruang belajar
32
dengan tingkat kerusakan paling rendah rusak
sedang beserta perabotnya dan pembangunan
Ruang Kelas Baru (RKB) beserta perabotnya.
Apabila hal tersebut sudah terpenuhi maka sisa
dana
dapat
digunakan
untuk
pembangunan
Ruang Belajar Lain (RBL) beserta perabotnya.
Peningkatan mutu pendidikan pengadaan alat
pendidikan diprioritaskan yang dianggarkan dari
DAK yaitu untuk peralatan IPS dan peralatan
matematika dan apabila seluruh sekolah telah
memiliki peralatan IPS dan matematika maka sisa
dana
dapat
dipergunakan
untuk
pengadaan
peralatan laboratorium Ilmu Pengetahuan Alam,
peralatan Laboratorium Bahasa, dan peralatan
olah raga.
Asas
umum
dalam
pelaksanaan
DAK
Bidang
Pendidikan
DAK
Bidang Pendidikan adalah: (1) efisien, berarti
pelaksanaan
harus
diusahakan dengan menggunakan dana dan daya
yang terbatas untuk mencapai sasaran yang
ditetapkan
dan
dapat
berarti
harus
dalam
waktu
dipertanggung
pelaksanaan
sesuai
dengan
DAK
sesingkat-singkatnya
jawabkan;(2)efektif,
bidang
kebutuhan
Pendidikan
yang
telah
ditetapkan dan dapat memberikan manfaat yang
sebesar-besarnya sesuai dengan sasaran yang
ditetapkan;(3)
transparan,
berarti
menjamin
33
adanya
keterbukaan
yang
memungkinkan
masyarakat dapat mengetahui dan mendapatkan
informasi
mengenai
kegiatan
DAK
pengelolaan
Pendidikan;(4)akuntabel,
dipertanggung
penjabaran
bidang
DAK
bidang
Pendidikan
dapat
berarti
jawabkan;(5)
pelaksanaan
kepatutan,
program/kegiatan
yaitu
DAK
bidang
(6)manfaat,
berarti
Pendidikan harus dilaksanakan secara realistis
dan
proporsional;
pelaksanaan
dan
program/kegiatan
DAK
bidang
Pendidikan yang sejalan dengan prioritas nasional
yang menjadi urusan daerah dalam kerangka
pelaksanaan
dirasakan
masyarakat.
desentralisasi
manfaatnya
Mekanisme
Pendidikan
dan
bagi
riil
kesejahteraan
pengalokasian
program
secara
DAK
rehabilitasi
berat
bidang
ruang
belajar pengalokasiannya melalui tahapan sebagai
berikut: (1) Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar
mengirim surat edaran kepada seluruh Dinas
Kabupaten/Kota
tentang
program
Pembinaan
merekapitulasi
DAK
rehabilitasi berat ruang belajar; (2) Direktorat
rehabilitasi
SMP
ruang
belajar
kebutuhan
berdasarkan
data
sensus data pokok pendidikan tahun 2010-2012;
(3)
Direktorat
pemetaan
Pembinaan
sekolah
yang
SMP
melakukan
membutuhkan
34
rehabilitasi
berat
dalam
rangka
pemenuhan
Jenderal
Pendidikan
rehabilitasi baik melalui DAK maupun APBN 2012
dan
2013;(4)
Direktorat
Dasar mengadakan sosialisasi dan memberikan
data
hasil
pemetaan
kepada
seluruh
Dinas
Pendidikan Provinsi dan Kabupaten/Kota tentang
program DAK rehabilitasi berat ruang belajar; (5)
Direktorat Pembinaan SMP, Dinas Pendidikan
Provinsi
dan
Kabupaten/Kota
mereview
dan
memverifikasi data tersebut yang selanjutnya
dijadikan dasar pemberian DAK;(6) Pelaksanakan
DAK Bidang Pendidikan tahun Anggaran 2012
Program rehabilitasi ruang belajar menggunakan
mekanisme
swakelola
kepada
Panitia
Pembangunan di Sekolah; (7) Bupati/Walikota
atau pejabat yang ditunjuk, menetapkan sekolah
penerima rehabilitasi berat yang dibiayai melalui
dana DAK.
Mekanisme Program Sarana Peningkatan
Mutu Pendidikan melalui DAK tahapannya adalah
sebagai
berikut:(1)
Sekolah
membuat
usulan
khusus untuk program sarana peningkatan mutu
pendidikan ke Dindikpora Kabupaten/Kota; (2)
Dindikpora Kabupaten/Kota melakukan seleksi
terhadap usulan dari masing-masing sekolah
khusus
untuk
pendidikan
sarana
sesuai
peningkatan
kriteria-kriteria
mutu
yang
35
ditetapkan
dalam
peraturan
Petunjuk
Teknis
pelaksanaannya
beserta
dengan
memperhatikan pemenuhan sarana pendidikan
penunjang peningkatan mutu pendidikan SMP
dan jumlah alokasi dana yang tersedia.
Pelaksanaan
DAK
bidang
Pendidikan
untuk Program Peningkatan Mutu Pendidikan
menggunakan
mekanisme
barang/jasa
dengan
pengadaan
mengikuti
Peraturan
Presiden Nomor 54 tahun 2010 dan peraturan
perundang-undangan
dimana
lainnya
Bupati/Walikota
atau
yang
berlaku
pejabat
yang
ditunjuk, menetapkan sekolah penerima sarana
peningkatan
melalui
mutu
pendidikan
DAK,
yang
sedangkan
dibiayai
Sekolah
menginventarisasi barang-barang dan/atau fisik
yang diperolehnya dari kegiatan DAK bidang
Pendidikan.
Kriteria
umum
peneriman
DAK
bidang
Pendidikan adalah Sekolah mempunyai jumlah
siswa yang cenderung stabil atau meningkat dan
sekolah
swasta
memiliki
status
minimal
terakreditasi, sedangkan kriteria khusus Sekolah
penerima DAK untuk Rehabilitasi ruang belajar
adalah
semua
rehabilitasi
sekolah
ruang
yang
belajar
membutuhkan
dengan
tingkat
kerusakan berat (lebih dari 45%) dan sekolah
36
dibangun di atas lahan milik sendiri (milik
Pemerintah
atau
Pemerintah
Daerah
untuk
dengan
bukti
sekolah negeri; milik yayasan untuk sekolah
swasta)
yang
kepemilikan
dibuktikan
berupa
sertifikat
atau
surat
kepemilikan lain yang disahkan oleh pejabat yang
berwenang. Lain halnya untuk kriteria khusus
Sekolah
penerima
Laboratorium
IPA,
DAK
untuk
Peralatan
Peralatan
Laboratorium
Bahasa, dan Peralatan IPS adalah: (1). Alat
Laboratorium
sekolah
yang
IPA,
yaitu
diperuntukkan
membutuhkan
dan
bagi
belum
mempunyai alat tersebut atau jumlah alat yang
dimiliki kurang dari kebutuhan, serta sekolah
tersebut mempunyai Ruang Laboratorium IPA;
(2)
Alat
Laboratorium
Bahasa,
yaitu
diperuntukkan bagi sekolah yang membutuhkan
dan belum mempunyai peralatan tersebut, serta
sekolah
tersebut
mempunyai
ruang
untuk
digunakan sebagai Laboratorium Bahasa; dan
(3) Peralatan IPS, yaitu diperuntukkan untuk
sekolah
yang
membutuhkan
dan
belum
mempunyai peralatan IPS atau jumlah peralatan
yang dimiliki kurang dari kebutuhan.
Penyaluran DAK bidang Pendidikan Dasar
disalurkan dengan cara pemindahbukuan dari
Rekening Kas Umum Negara (Pemerintah Pusat
37
c.q Kementerian Keuangan) ke Rekening Kas
Umum Daerah (kabupaten/kota). Mekanisme dan
tata cara mengenai penyaluran DAK Bidang
Pendidikan Tahun
Anggaran 2012 dilakukan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Pelaksanaan DAK bidang Pendidikan
menggunakan mekanisme Swakelola oleh sekolah
sesuai peratuan perundang-undangan dengan
melibatkan partisipasi masyarakat sesuai dengan
prinsip manajemen berbasis sekolah. Program
Peningkatan
mekanisme
Mutu
Pendidikan
penyedia
menggunakan
barang/jasa
sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Sekolah
melaksanakan
program
peningkatan
prasarana pendidikan dengan metode swakelola
sesuai peraturan perundang-undangan dan Dinas
Pendidikan
Kabupaten/Kota
melaksanakan
program peningkatan mutu pendidikan dengan
metode penyedia barang/jasa sesuai peraturan
perundang-undangan.
DAK untuk rehabilitasi adalah dana yang
diterima hanya boleh untuk merehabilitasi ruang
belajar
dan
dialokasikan
besarnya
untuk
dana
tiap-tiap
swakelola
sekolah
yang
dapat
berbeda antara satu sekolah dengan sekolah yang
lain dan disesuaikan dengan besaran kegiatan
rehabilitasi
yang
disetujui
berdasar
tingkat
38
kerusakan
yang
terjadi
di
sekolah.
Sebagai
bentuk pertanggungjawaban dan akuntabilitas
pengelolaan
dana,
sekolah
penerima
DAK
berkewajiban membuat laporan, baik pada saat
penerimaan dana bantuan, realisasi pemanfaatan
dana, dan perkembangan pelaksanaan serta hasil
rehabilitasi. Laporan tersebut disampaikan ke
Bupati/Walikota
u.p
Kabupaten/Kota.
tahun
Dinas
Pendidikan
Penggunaan DAK bidang pendidikan untuk
anggaran
(1)peningkatan
2012
prasarana
adalah
pendidikan
untuk:
yaitu
rehabilitasi ruang belajar termasuk perabotnya;(2)
peningkatan mutu pendidikan berupa pengadaan
peralatan laboratorium IPA,pengadaan peralatan
laboratorium Bahasa, dan pengadaan peralatan
IPS, sedangkan alokasi biaya untuk masingmasing
kegiatan/komponen
dituangkan dalam table berikut.
seperti
yang
Tabel1
Data ALokasi Biaya DAK Tahun Anggaran 2012
NO
KOMPONEN
1
Rehabilitasi ringan
3
Peralatan Lab.
2
Peralatan Lab. IPA
Bahasa
SATUAN ALOKASI
BIAYA (Rp)
90.000.000
50.000.000
125.000.000
JUMLAH
SATUAN
1 Ruang
1 Paket
1 Paket
39
4
Peralatan IPS
9.000.000
1 Paket
Sumber: Juknis DAK Tahun Anggaran 2012
Selanjutnya
pendidikan
untuk
Penggunaan
tahun
DAK
anggaran
bidang
2013
diperuntukkan: (1) buku bahan ajar Kurikulum
2013; (2) rehabilitasi ruang belajar kondisi paling
rendah
rusak
sedang,
pembangunan
perpustakaan, pembangunan ruang kelas baru,
dan
pembangunan
dari
peralatan
ruang
kelas
lainnya;(3)
pengadaan peralatan pembelajaran yang terdiri
IPS,
Matematika,
peralatan
laboratorium IPA, peralatan laboratorium Bahasa,
dan peralatan Olahraga, seperti yang dituangkan
dalam table berikut.
Tabel 2
Data ALokasi Biaya DAK Tahun Anggranan 2013
NO
KOMPONEN
JUMLAH
SATUAN
SATUAN
ALOKASI BIAYA
(Rp)
1
Rehabilitasi Sedang
1 Paket
45.000.000
3
Peralatan Lab. Bahasa
1 Paket
235.000.000
1 ruang
120.000.000
2
4
5
6
7
8
9
Peralatan Lab. IPA
Peralatan IPS
Pembangunan RKB
Peralatan Matematika
Pembangunan Lab. IPA
Peralatan Olahraga
Pembangunan Ruang
1 Paket
1 Paket
1 Paket
50.000.000
9.000.000
6. 000.000
1 Ruang
45.000.000
1 ruang
235.000.000
1 paket
20.000.000
40
10
Kelas
Pembangunan Lab.
1 ruang
Bahasa
235.000.000
Sumber: Juknis DAK Tahun Anggaran 2013
Pengelolaan
tanggung
dana
jawab
sepenuhnya
sekolah.
Pada
menjadi
prinsipnya
kegiatan pengelolaan DAK mencakup pencatatan
penerimaan
dan
pengeluaran
uang
sehingga
memudahkan proses pelaporan dan pengawasan
penggunaan
dana.
Adapun
pengelolan
DAK
antara lain meliputi:(1) Pembukuan; (2) Setiap
transaksi harus didukung dengan bukti yang
sah;(3) Bukti pengeluaran uang dalam sejumlah
tertentu harus dibubuhi materai yang cukup,
sesuai dengan ketentuan tentang bea materai; (4)
Dalam bukti pengeluaran harus jelas uraian
mengenai barang/jasa yang dibayar, tanggal, dan
nomor bukti;(5) Realisasi pengadaan barang, dan
Jasa yang diterima tidak boleh lebih kecil dari
uang
yang
yang
dikeluarkan;
(6)
Seluruh
penerimaan dan pengeluaran uang agar dicatat
dan dibukukan dalam buku penerimaan dan
pengeluaran;(7)
penerimaan
Semua
maupun
transaksi
pengeluaran
baik
dibukukan
atau dicatat sesuai urutan kejadiannya, (8) Setiap
akhir bulan, buku tersebut ditutup, dihitung
saldonya, dicocokkan dengan saldo fisik uang
41
yang ada, baik di kas atau di Bank, (9) Buku
harian ditulis dengan tulisan rapih, lengkap dan
bersih, (10) Memenuhi semua ketentuan dalam
pengelolaan keuangan termasuk di dalamnya
peraturan pajak yang berlaku.
garis
Tata cara pengelolaan keuangan PPS secara
besar
meliputi:
pembukuan
keuangan,
pengelompokan jenis pengeluaran, cara pengisian
buku
kas
umum,
rekapitulasi
pengeluaran,
laporan keuangan dan pengarsipan dokumen
keuangan.
berisi:
(1)
Dokumen
Kuitansi
pembayaran/nota/bon
menerima
pendukung
atau
asli
pembayaran,
(2)
dari
pembukuan
tanda
pihak
Bukti
bukti
yang
transaksi
keuangan lainnya, (3) Semua dokumen yang
ditandatangani PPS harus distempel oleh sekolah,
(4)Saldo
pembukuan
dana
yang
belum
dibutuhkan harus tetap disimpan di Bank, tidak
boleh
dipindahkan
pada
rekening
lain
atau
disimpan lain. Jumlah saldo pembukuan setiap
harinya tidak lebih dari Rp. 5 juta.
Sambil menunggu pencairan dana, sekolah
segera
melakukan
persiapkan
pelaksanaan
rehabilitasi, antara lain: (1)mempelajari buku
panduan pelaksanaan dan teknis secara lebih
seksama
dan
menyiapkan
format-format
administrasi, keuangan dan teknis pelaksanaan
42
serta pelaporan; (2) membuat papan informasi,
dengan
ketentuan
sebagai
berikut:
(a)Papan
informasi ukuran minimal 80 x 120 cm, (b)Papan
Informasi dipasang atau ditempatkan disekitar
lokasi pekerjaan, mudah dilihat oleh masyarakat
atau
pihak
yang
berkepentingan
dan
tidak
terkena atau tertimpa air hujan, serta tidak rusak
selama pelaksanaan,(c)Papan Informasi paling
tidak memuat
lokasi pembangunan pada peta
site plan sekolah,informasi tentang jenis program,
besar dana dan sumber dana informasi tentang
progres
pelaksanaan
rehabilitasi,
bagan
organisasi Panitia dilengkapi dengan nama-nama
anggotanya, Gambar kerja dan rencana biayanya,
Jadwal pelaksanaan pekerjaan dan rencana kerja;
(3)mengecek harga bahan, alat bantu kerja dan
pemilihan tenaga kerja yang terdiri atas, mandor,
tukang
dan
keselamatan
pekerja;
(4)
lingkungan
membuat
saat
rencana
pekerjaan
rehabilitasi dilaksanakan.Dana yang diperlukan
untuk pembiayaan kegiatan persiapan harus
disediakan
oleh
sekolah
dan
tidak
boleh
dibebankan kepada DAK yang diterima oleh
sekolah. Pelaksanaan pekerjaan harus segera
dimulai setelah DAK dari pemerintah diterima
oleh sekolah.
43
Langkah-langkah yang perlu dilakukan oleh
sekolah pada saat pelaksanaan pekerjaan antara
lain (1) mencairkan dana dari rekening sekolah
sesuai dengan kebutuhan rehabilitasi dan jadwal
kerja
yang
telah
dibuat;(2)
melaksanakan
rehabilitasi sesuai dengan dokumen teknis yang
telah
disusun;(3)
mencatat
pengeluaran
dan
pemasukan dicatat dalam Buku Kas Umum (BKU)
dengan rapi, dilengkapi bukti-bukti transaksi
yang disusun runtut sesuai tanggal kejadiannya,
dan mudah diakses/diperiksa oleh pihak-pihak
terkait dengan pelaksanaan program;(4) membuat
laporan bulanan pelaksanaan pekerjaan secara
disiplin dan tertib sesuai dengan keadaan yang
sesungguhnya dimana laporan dibuat rangkap
dua, rangkap pertama untuk dikirimkan ke Dinas
Pendidikan Kabupaten/Kota dan yang lain untuk
diarsipkan);(5)
laporan
pekerjaan
membuat
mengirimkan
Dinas
Pendidikan
pertanggunjawaban
kepada
Kabupaten/Kota
kemajuan
dan
antara
pekerjaan
dan
lain:
catatan
pelaksanaan
(a)Realisasi
lain
yang
berkenaan dengan pelaksanaan pekerjaan; (2)
Sekolah wajib membuat dokumentasi progres
selama masa pelaksanaan pekerjaan, berupa fotofoto kegiatan rehabilitasi, minimal yaitu Foto
kondisi sebelum rehabilitasi dimulai (0%),Foto
44
pada saat pelaksanaan rehabilitasi mencapai
progres fisik 50%, dan 75% dan Foto kondisi
akhir setelah rehabilitasi selesai dikerjakan100%.
Kegiatan yang tidak dapat dibiayai DAK
bidang Pendidikan Dasar adalah administrasi
kegiatan, penyiapan kegiatan fisik, penelitian,
pelatihan,
bangunan,
perjalanan
Dinas,
pembebasan
Izin
tanah,
tanah, konsultan, dan sebagainya.
Dalam
Pemerintah
tanggung
sosialisasi
pelaksanaan
Provinsi
jawab
pematangan
program
mempunyai
untuk
pelaksanaan
mendirikan
tugas
DAK,
dan
mengkoordinasikan
DAK,
melaksanakan
supervise dan monitoring serta penilaian terhadap
pelaksanaan DAK di Kabupaten atau Kota, dan
melaporkan hasil supervise dan evaluasi kepada
Direktur Jendral Pendidikan Dasar, sedangkan
Pemerintah Kabupaten/Kota mempunyai tugas
dan tanggung jawab yaitu: (1)menganggarkan
dana
pendamping
dalam
APBD
sekurang
kurangnya 10% (sepuluh porsen) dari besaran
alokasi DAK yang diterimanya, sesuai pasal 11
yang menyatakan bahwa: (1) Peraturan Menteri
Keuangan
Nomor
201/PMK.07/2012;(2)
menyediakan anggaran atau dana biaya umum
untuk
kegiatan
pengawasan,
dan
perncanaan,
biaya
sosialisasi,
operasional
lainnya
45
sesuai dengan kebutuhan;(3) menetapkan namanama sekolah penerima DAK; (4) melakukan
seleksi sekolah calon penerima sesuai dengan
kriteria;
(5)
membentuk
tim
teknis
untuk
melakukan pemetaan dan pendataan kondisi
prasarana sekolah;(6) mengusulkan nama-nama
sekolah
calon
mensosialisasikan
penerima
pelaksanaan
kepada seluruh sekolah
melaksanakan
DAK;(7)
program
DAK
penerima DAK; (8)
kegiatan
pengadaan
barang/jasa;(9) melaksanakan monitoring dan
evaluasi
serta
menyusun
pelaporan
kegiatan
DAK; (10) menggandakan Juknis penggunaan
DAK dan didistribusikan kepada seluruh sekolah
menerima DAK;(11) dan melaporkan penggunaan
kepada Direktur Pembinaan SMP.
Dewan Pendidikan Kabupaten atau Kota
mempunyai
melakukan
tugas
dan
tanggung
pengawasan
jawab
dalam
rangka
sedangkan
Satuan
transparasi dan akuntabilitas pelaksanaan DAK
ditingkat
Kabupaten/Kota,
Pendidikan
mempunyai
tugas
dan
tanggung
jawab (1) mengangkat panitia pembangunan di
sekolah; (2) mencatat hasil DAK sebagai invetaris
sekolah;
(3)
memanfaatkan
bangunan
atau
barang hasil DAK bidang Pendidikan Dasar untuk
menunjang kegiatan belajar mengajar, merawat,
46
dan memelihara bangunan atau barang hasil
DAK.Komite
Sekolah
mempunyai
tugas
melakukan pengawasan dalam transparansi dan
akuntabilitas
pelaksanaan
tingkat Sekolah.
Panitia
program
Pembangunan
DAK
Sekolah
di
(PPS)
mempunyai tugas dan tanggung jawab yaitu: (1)
memilih dan menetapkan kepala pelaksana; (2)
melaksanakan rahabilitasi ruang kelas rusak
sedang atau pembangunan ruang perpustakaan
dengan
mekanisme
swakelola,
serta
sesuai
dengan standar dan spesialisasi teknis yang telah
ditentukan;
(3)
mendokumentasikan
pembangunan
maupun
teknis
baik
mengadminitrasikan
segala
yang
administrasi
telah
dan
kegiatan
keuangan
ditentukan;
(4)
menyusun laporan teknis dan mempertanggung
jawabkan
realisasi
penggunaan
dana
dan
pelaksanaan rehabilitasi atau pembangunan yang
menggunakan DAK kepada masyarakat dan Dinas
Pendidikan Kabupaten/Kota.
Pelaporan
pelaksanaan
DAK
dilakukan
secara berjenjang, mulai dari laporan tingkat
sekolah, laporan tingkat Kabupaten/Kota, dan
laporan tingkat Pusat, sedangkan pemantauan
evaluasi
dilakukan
dan
pengawasan
oleh
Kementrian
pelaksanaan
Pendidikan
DAK
dan
47
Kebudayaan, Dinas Pendidikan Provinsi, dan
Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.
Pengawasan fungsional atau pemeriksaan
tentang pelaksanaan kegiatan dan administrasi
keuangan
program
dilaksanakan
oleh
DAK
bidang
Inspektorat
Pendidikan
Jenderal
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan
Inspektorat Daerah sedangkan sanksi diberikan
kepada: (1) setiap orang atau sekelompok orang di
setiap
tingkat
pelaksana
(Kabupaten/Kota,
Sekolah, masyarakat) yang melakukan tindakan
penyalahgunaan,
dan
atau
penyimpangan
pelaksanaan kegiatan dan keuangan sebagaimana
tertuang
dalam
petunjuk
ditindak
sesuai
dengan
peraturan
teknis
perundang-undangan
perundang-undangan;
yang
ketentuan
dan
(2)
DAK
serta
terkait,
peraturan
Pemerintah
kabupaten/kota yang melakukan kegiatan tidak
berpedoman
pada
petunjuk
teknis
peraturan perundangan lain yang terkait.
serta
2.4. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan tentang evaluasi
program
DAK
telah
banyak
dilakukan.
Khoirul Anwar (2010) misalnya dengan penelitian
yang berjudul Hasil Evaluasi Pelaksanaan Dana
48
Alokasi Khusus Pendidikan-APBN RI Tahun 2007
di
Provinsi
Maluku ,
menunjukkan
bahwa
pelaksanaan Dana Alokasi Khusus (DAK) bidang
Pendidikan di Propinsi Maluku telah berjalan
dengan
baik.
Selanjutnya
Yusuf (2009) berjudul
penelitian
Ahmat
Efektifitas Dana Alokasi
Khusus Dalam Pemenuhan Sarana Prasarana
(Studi di Madrasah Ibtidaiyah/MI se-Kecamatan
Karangdadap
Kabupaten
Pekalongan) ,
menunjukkan bahwa pelaksanaan DAK di MI se
Kecamatan Karangdadap Kabupaten Pekalongan
masuk dalam kategori baik; pemenuhan sarana
dan prasarana dari DAK di juga dalam kualifikasi
baik.
Penelitian terdahulu yang relevan dengan
evaluasi program DAK selanjutnya adalah Luthvia
Nuravitalia (2009) yang berjudul
Pemanfaatan
Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Pendidikan di
SD Negeri Tigasan Kulon II Kecamatan Leces
Kabupaten Probolinggo . Penelitian ini bertujuan
untuk
mengetahui
pemanfaatan
DAK
bidang
Pendidikan di SDN Tigasan Kulon II dalam hal (1)
rencana alokasi DAK bidang Pendidikan, (2)
alokasi DAK bidang Pendidikan, (3) dampak
pemanfaatan
DAK
bidang
Pendidikan
yang
dirasakan guru dan siswa, dan (4) kendala
pemanfaatan DAK bidang Pendidikan dan cara
49
mengatasinya.
Penelitian
ini
menggunakan
rancangan deskriptif dengan obyek SD Negeri
Tigasan Kulon II. Metode pengumpulan data yang
digunakan
adalah
(a)
dokumentasi,
(b)
wawancara, dan (c) angket. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa perbedaan antara anggaran
dengan realisasi DAK bidang Pendidikan dimana
Dana
untuk
pembangunan
rumah
Dinas
dialihkan untuk pembangunan tiga ruang kelas.
Informasi tentang DAK tidak banyak diketahui
oleh
siswa,
berupa
namun
rehabilitasi
hasil
pemanfaatan
fisik/pengadaan
DAK
sarana
pendidikan sangat dirasakan manfaatnya oleh
siswa dan guru sehingga terjadi peningkatan yang
signifikan pada jumlah siswa yang mendaftar.
Kendala yang timbul dalam pemanfaatan DAK
bidang
Pendidikan
berasal
dari
kebijakan
Pemerintah atau Dinas Pendidikan, terutama
dalam hal alokasi dan mekanisme pencairan dana
namun dapat diatasi dengan
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bagian ini akan didiskripsikan tentang
evaluasi program, model evaluasi program, Dana
Alokasi Khusus, Penelitian yang relevan, dan
kerangka pikir penelitian.
2.1. Evaluasi Program
Malcolm Provus (1971 dalam Tayibnapis,
1998) mendifinisikan evaluasi sebagai perbedaan
apa yang ada dengan suatu standar untuk
mengetahui apakah ada selisih. Di lain pihak
Sudijono (2005) menjelaskan bahwa evaluasi
sebagai suatu tindakan atau proses setidaktidaknya memiliki tiga macam fungsi pokok,
yaitu: (1) mengukur kemajuan, (2) menunjang
penyusunan,
dan
(3)
memperbaiki
atau
melakukan penyempurnaan kembali. Hal senada
juga dinyatakan oleh Mehrens & Lehman (l978
dalam Purwanto, 2006) evaluasi adalah suatu
proses
merencanakan,
memperoleh,
dan
menyediakan informasi yang sangat diperlukan
untuk membuat alternatif-alternatif keputusan.
9
Pengertian evaluasi yang lain yaitu yang
dikutip oleh Arikunto (2010) yang menyatakan
bahwa:
Kaufman & Thomas (1980) Evaluation is a
process of helping to make things better than
they are, of improving the situation , evaluasi
adalah suatu proses untuk membantu dan
memperbaiki sesuatu menjadi lebih baik dari
keadaan sebelumnya, Stufflebeam (1971)
Evaluation is the process of delineating,
obtaining, and providing useful information for
judging
decision
alternatives ,
evaluasi
merupakan
proses
menggambarkan,
memperoleh, dan menyajikan informasi yang
berguna untuk merumuskan suatu alternatif
keputusan.Evaluasi adalah kegiatan untuk
mempengaruhi informasi tentang bekerjanya
sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut
digunakan untuk menentukan alternatif yang
tepat dalam mengambil suatu keputusan .
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa evaluasi adalah sebagai suatu
kegiatan atau tindakan menilai, menaksir sesuatu
secara
sistematik,
dan
terencana
untuk
menentukan pilihan yang tepat dalam mengambil
keputusan menuju sesuatu yang lebik baik dari
keadaan sebelumnya.
Program adalah segala sesuatu yang dicoba
lakukan
seseorang
dengan
harapan
akan
mendatangkan hasil atau pengaruh (Tayibnapis,
2000). Selanjutnya Jones (1991, dalam Ismanto,
1996) mendefinisikan program sebagai kumpulan
proyek-proyek yang berhubungan telah dirancang
10
untuk
melaksanakan
kegiatan-kegiatan
yang
harmonis dan secara integratif untuk mencapai
sasaran
kebijaksanaan
keseluruhan.
Di
lain
pihak
tersebut
Arikunto
secara
(2010)
mendifinisikan program sebagai: (1) suatu unit
atau kesatuan kegiatan yang merupakan realisasi
atau
implementasi
dari
suatu
kebijakan,
berlangsung dalam proses berkesinambungan,
dan
terjadi
dalam
suatu
organisasi
yang
melibatkan sekelompok orang; (2) suatu unit atau
kesatuan kegiatan yang merupakan realisasi atau
implementasi dari suatu kebijakan, berlangsung
dalam
proses
yang
berkesinambungan,
dan
terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan
sekelompok orang. Sebuah program bukan hanya
kegiatan tunggal yang dapat diselesaikan dalam
waktu singkat, tetapi merupakan kegiatan yang
berkesinambungan karena melaksanakan suatu
kebijakan. Oleh karena itu, sebuah program
dapat berlangsung dalam kurun waktu relatif
lama. Didalam program terdapat beberapa aspek
yaitu: (1) Tujuan kegiatan yang akan dicapai; (2)
Kegiatan yang diambil dalam mencapai tujuan; (3)
Aturan yang harus dipegang dan prosedur yang
harus
dilalui;
(4)
Perkiraan
anggaran
dibutuhkan; dan (5) Strategi pelaksanaan.
yang
11
Berdasarkan
disimpulkan
kesatuan
bahwa
uraian
diatas
yang
dilakukan
program
kegiatan
adalah
dapat
suatu
oleh
sekelompok orang yang saling berkesinambungan
dalam melaksanakan kebijakan dan memerlukan
waktu yang relatif lama.
Evaluasi
program
adalah
kegiatan
sistematis
untuk
mengumpulkan,
mengolah,
masukan
untuk
pengambilan
keputusan
menganalisis,
dan
menyajikan
data
sebagai
(Sudjana, 2006). Selanjutnya Tayibnapis (1989)
sependapat bahwa apabila evaluator melakukan
evaluasi sebuah program itu artinya evaluator
secara teratur mengumpulkan informasi tentang
bagaimana program itu berjalan dan tentang
dampak yang mungkin terjadi atau menjawab
pertanyaan yang diamati.
Arikunto
(2010)
program sebagai:
mendifinisikan
evaluasi
(1)Suatu unit atau kesatuan kegiatan yang
bertujuan untuk mengumpulkan informasi
yang merealisasi atau mengimplementasi dari
suatu kebijakan, berlangsung dalam proses
yang berkesinambungan, dan terjadi dalam
suatu organisasi yang melibatkan sekelompok
orang
guna
pengambilan
keputusan;(2)
evaluasi program adalah langkah awal dalam
supervisi, yaitu mengumpulkan data yang
tepat
agar
dapat
dilanjutkan
dengan
pemberian pembinaan yang tepat pula.
12
Sedangkan Grolund, (l983 dalam Roswati,
2008) evaluasi program adalah suatu kegiatan
pengumpulan dan pemberian data atau informasi
baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif
yang
dipergunakan
keputusan
untuk
oleh
para
pengambil
mempertimbangkan
apakah
suatu program perlu diperbaiki, dihentikan atau
diteruskan. Evaluasi program juga dimaksudkan
untuk memotret apa yang kita lihat dalam
program
tersebut
kemudian
kita
identifikasi
masalah apa yang muncul dalam kegiatan itu dan
menemukan solusinya.
Berdasarkan
uraian
diatas
dapat
disimpulkan bahwa evaluasi program adalah
suatu kegiatan yang sistematis dan terstruktur
dalam
rangka
mengumpulkan,
mengolah,
menganalisis dan menyajikan informasi sebagai
masukan yang pada akhirnya digunakan untuk
mengambil
keputusan.
Dengan
melakukan
evaluasi program diharapkan dapat digunakan
untuk memberikan rekomendasi atau masukan
terkait dengan implementasi suatu kebijakan.
Arikunto
(2010)
menyatakan
bahwa
evaluasi program bertujuan untuk mengetahui
pencapaian
dilaksanakan.
program
tujuan
program
Selanjutnya,
digunakan
sebagai
yang
hasil
dasar
telah
evaluasi
untuk
13
melaksanakan kegiatan tindak lanjut atau untuk
melakukan pengambilan keputusan berikutnya
selain itu untuk mengetahui bagaian mana dari
komponen
dan
sub
komponen
dari
sebuah
program yang belum terlaksana apa sebabnya.
Selanjutnya Arikunto (2010) menjelaskan bahwa:
Evaluasi program dilakukan dengan tujuan:
(1) memberi masukan pada perencanan
program atau kegiatan; (2)sebagai bahan
pertimbangan untuk pengambilan keputusan;
(3) memberi masukan untuk memodifikasi
program;(4) mendapatkan informasi tentang
pendukung dan penghambat program; (5)
sebagai upaya untuk melakukan tindakan
perbaikan .
Roswati (2008) menjelaskan tujuan evaluasi
program adalah:
Menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang
tindak lanjut suatu program di masa depan;
Penundaan
pengambilan
keputusan;
Penggeseran tanggung jawab; Pembenaran
program; Memenuhi kebutuhana kreditasi;
Laporan
akutansi
untuk
pendanaan;
Menjawab atas permintaan pemberi tugas,
informasi yang diperlukan; Membantu staff
mengembangkan
program;
Mempelajari
dampak atau akibat yang tidak sesuai
dengan rencana; Mengadakan usaha perbaikan
bagi program yang sedang berjalan; Menilai
manfaat dari program yang sedang berjalan;
Memberikan masukan bagi program baru.
Berdasarkan
disimpulkan
bahwa
uraian
tujuan
di
atas
evaluasi
dapat
program
adalah (1) memberi masukan; (2) menilai hasil
yang dicapai dari sebuah program; (3) membuat
kebijakan
dan
keputusan;
(4)
memonitor
14
pengeluaran dana; (5) memperbaiki kinerja dan
materi dari keadaan sebelumnya.
Manfaat evaluasi program menurut Kelsey
dan Hearne (1955 dalam Mugniesyah, 2006)
adalah:
(1)menguji
secara
berkala
pelaksanaan
program
yang
mengarahkan
perbaikan
kegiatan yang berkelanjutan;(2) membantu
memperjelas manfaat yang penting dan
tujuan-tujuan
khusus
program
serta
memperjelas dan mengukur sampai seberapa
jauh
tujuan-tujuan
tertentu
tercapai;
(3)menjadi pengukur keefektifan metode
pelatihan; (4)menyediakan data dan informasi
tentang
situasi
yang
penting
untuk
perencanaan
program
selanjutnya;
dan
(5)menyediakan bukti entang nilai atau
pentingnya program .
Arikunto
(2010)
menguraikan
manfaat
evaluasi program lebih sederhana yaitu bahwa:
Manfaat
evaluasi
program
adalah
(1)
menghentikan program karena dipandang
bahwa
program
tersebut
tidakada
manfaatnya;(2) merevisi program karena ada
bagian-bagian yang kurang sesuai dengan
harapan;(3) melanjutkan program karena
pelaksanaan program menunjukkan bahwa
segala sesuatu sudah berjalan sesuai dengan
harapan dan memberi hasil yang manfaat; dan
(4) menyebarluaskan program karena program
tersebut berhasil dengan baikmaka sangat
baik apabila dilaksanakan lagi ditempatdan
waktu yang lain.
Selanjutnya
manfaat
evaluasi
menurut Roswati (2008) adalah untuk:
program
Memberikan masukan apakah suatu
program
dihentikan
atau
diteruskan;
memberitahukan prosedur mana yang perlu
15
diperbaiki; memberitahukan strategi, atau
teknik yang mana yang perlu dihilangkan atau
diganti;
memberikan
masukan
apakah
program yang sama dapat diterapkan di
tempat lain; memberikan masukan ke arah
mana dana harus dialokasikan; memberikan
masukan apakah teori atau pendekatan
tentang program dapat diterima atau ditolak.
Berdasarkan
uraian
di
atas
dapat
disimpulkan bahwa manfaat evaluasi program
adalah untuk mengetahui sejauh mana program
itu berjalan atau terlaksana. Informasi atau data
hasil
evaluasi
dideskripsikan,
mengambil
kemudian
kemudian
keputusan
dikumpulkan,
digunakan
dalam
untuk
rangka
memperbaiki, menghentikan, merevisi program,
dan atau menyebarluaskan program. Evaluasi
program bermanfaat juga untuk memberikan
rekomendasi bagi pengambil keputusan dengan
masukan hasil evaluasi program yang sedang
atau telah dilaksanakan.
Evaluasi program akan berjalan dengan
baik apabila dilakukan dengan secara terus
menerus, menyeluruh, dan obyektif. Hal ini
senada dengan Rusyan (1989) bahwa prinsipprinsip evaluasi program adalah sebagai berikut:
(1) Kontinuitas: evaluasi program pendidikan
hendaknya dilakukan secara terus-menerus
selama proses pelaksanaan program. Evaluasi
tidak hanya dilakukan terhadap hasil yang
16
telah
dicapai,namun
mulai
pembuatan
rencana sampai dengan tahap laporan; (2)
Komprehensif:
evaluasi
program
harus
mencakup bidang sasaran yang luas atau
menyeluruh,
baik
aspek
personalnya,
materialnya, maupun aspek operasionalnya;
(3) Kooperatif: dalam melaksanakan evaluasi
program
harus
dilaksanakan
secara
bekerjasama dengan semua orang yang
terlibat dalam aktivitas program pendidikan;
(4) Objektif: dalam
mengadakan evaluasi
program
harus menilai sesuai dengan
kenyataan yang ada; (5) Akuntabilitas:hasil
evaluasi
program
dapat
dipertanggung
jawabkan; dan (6) Praktis: evaluasi program
dilakukan dengan sederhana.
Selanjutnya Arikunto (2010) menyatakan
bahwa dalam mengevaluasi program, evaluator
harus
mememenuhi
sebagai berikut:
beberapa
syarat
yaitu
(1)memiliki
kemampuan
dan
mampu
melaksanakan evaluasi yang didukung oleh
teori dan ketrampilan praktek; (2) cermat yaitu
dapat melihat celah-celah bagian program dan
detail dari program serta yang akan dievaluasi;
(3)obyektif yaitu tidak mudah dipengaruhi oleh
keinginan pribadi agar dapat mengumpulkan
data sesuai keadaannya, selanjutnya dapat
mengambil kesimpulan; (4) sabar dan tekun
yaitu supaya tidak didalam melaksanankan
tugas dimulai dari membuat rancangan
kegiatan dalam bentuk menyusun proposal,
menyusun instrumen, mengumpulkan data,
dan menyususn laporan, tidak gegabah dan
tergesa-gesa;
dan
(5)
hati-hati
dan
bertanggung jawab yaitu melakukan pekerjaan
evaluasi dengan penuh pertimbangan, namun
apabila masih ada kekeliruan yang diperbuat
berani menanggung resiko atas segala
kesalahannya.
17
Wibisono (2007)menjabarkan aspek-aspek
yang perlu dinilai dalam evaluasi antara lain: (1)
Persiapan
program;
(2)Kemungkinan
tindak
lanjut, perluasan, atau penghentian program; (3)
Kemungkinan melakukan modifikasi program;
(4)Temuan
tentang
dukungan
masyarakat,
kekuatan politik, atau kelompok profesi terhadap
program; (5)Temuan tentang hambatan program
yang berasal dari masyarakat, kelompok politik
atau profesi; dan (6)Hasil atau tujuan program.
Dengan
demikian
dalam
mengevaluasi
program, evaluator perlu memperhatikan prinsipprinsip dan syarat-syarat melaksanakan evaluasi
program. Evaluasi program harus dilakukan oleh
evaluator yang mampu dan dilakukan dengan
terus
menerus,
teliti,
terbuka
dengan
bekerjasama dan obyektif, simple (sederhana),
dan
harus
mencakup
semua
aspek
yang
dievaluasi. Hasil dari evaluasi haruslah yang bisa
dipertanggung jawabkan.
2.2. Model Evaluasi Program
Evaluasi
program
dapat
menggunakan
model evaluasi program sesuai dengan kebutuhan
evaluasi. Hal ini seperti pendapat Arikunto (2010)
yang menjelaskan bahwa:
18
dalam mengevaluasi sebuah program,ada
banyak
model
yang
digunakan
untuk
mengevaluasi program.Meskipun antara satu
dengan
yang
lainnya
berbeda,
namun
maksudnya sama yaitu melakukan kegiatan
pengumpulan data atau informasi yang
berkenaan dengan obyek yang dievaluasi yang
tujuannya menyediakan bahan bagi pengambil
keputusan, menjadi bahan menyebarluaskan,
dalam mengambil tindak lanjut suatu
program.
Hal
(1989)
senada
bahwa
dipertegas
model
oleh
evaluasi
Tayibnapis
adalah
model
(design) evaluasi yang dibuat oleh ahli-ahli atau
pakar-pakar
yang
biasanya
sama
dengan
pembuatannya atau tahap pembuatannya. Modelmodel evaluasi ini dianggap model standar atau
dapat
dikatakan
pembuatannya.
merek
standar
dari
Ada beberapa ahli evaluasi program yang
dikenal sebagai penemu model evaluasi program
seperti Stufflebean, Metfssel, Michael Scriven,
Stake, dan Gleser (Arikunto, 2010)
Selanjutnya Kaufman & Thomas (1998,
dalam
Arikunto:
2010)
membedakan
model
evaluasi menjadi 8 (delapan) yaitu: (1) Goal
Oriented Evaluation Model; (2)Goal Free Evaluation
Model; (3) Formatif Sumatif Evaluation Model; (4)
Countenance
Evaluation
Model;
(5)
CSE-
UCLAEvaluation Model; (6) Responsive Evaluation
19
Model;
(7)Descrepancy
Evaluation
Model;
Context Input Process Product Evaluation Model.
Goal
Oriented
Evaluation
Model
(8)
adalah
model evaluasi yang dikembangkan oleh Tyler
pada tahun 1996 adalah sebuah model evaluasi
program yang mengevaluasi program secara terus
menerus
berkesinambungan,
dan
mencek
seberapa jauh tujuan tersebut sudah terlaksana
di dalam proses pelaksanaan program. Yang
menjadi objek pengamatan model ini adalah
tujuan program yang sudah ditetapkan jauh
sebelum program dimulai, sedangkan Goal Free
Evaluation
Model
yaitu
model
evaluasi
yang
dikembangkan oleh Michael Scriven pada tahun
1967 berfokus pada bagaimana kerjanya sebuah
program
dengan
jalan
mengidentifikasi
penampilan-penampilan yang terjadi, baik hal
yang positif maupun yang negatif.
Formatif-Sumatif
Evaluation
Model
yaitu
model evaluasi yang dikembangkan oleh Michael
Scriven pada tahun 1974 menunjukkan adanya
tahapan dan lingkup obyek yang dievaluasi, yaitu
evaluasi yang dilakukan pada waktu program
masih berjalan (disebut evaluasi formatif) dan
ketika program sudah selesai atau berakhir
(disebut
evaluasi
sumatif).
Tujuan
evaluasi
formatif adalah untuk mengetahui seberapa jauh
20
program yang dirancang itu dapat berlangsung,
sekaligus mengidentifikasi hambatan, sedangkan
tujuan evaluasi sumatif adalah untuk mengukur
ketercapaian
program.
Evaluasi
dilakukan setelah program berakhir.
sumatif
Countenence Evaluation Model adalah model
evaluasi yang dikembangkan oleh Stake pada
tahun 1967. Model evaluasi ini menekankan
adanya pelaksanaan dua hal pokok yaitu (1)
deskripsi
(description)
dan
(2)
pertimbangan
(judgement) serta membedakan adanya 3 (tiga)
tahap dalam evaluasi program, yaitu (1) masukan
(antecedence/contect), (2) transaksi (transaction
/procees), dan (3) keluaran (output-outcomes).
CSE-UCLA Evaluation Model yaitu model
evaluasi yang dikembangkan oleh Fernandez pada
tahun 1984. Model evaluasi CSE-UCLA terdiri dari
dua singkatan, CSE dan UCLA. CSE singkatan
dari Center of the Study of Evaluation, sedangkan
UCLA singkatan dari University of California in Los
Angles. Ada empat tahap yang dilakukan dalam
evaluasi program dengan menggunakan model ini
yaitu (1) need assessment, (2) program planning,
(3) formatif evaluation, (4) summative evaluation.
Model evaluasi program selanjutnya adalah
Responsive
Evaluation
Model.
Model
ini
dikembangkan oleh Stake pada tahun 1975.
21
Model
ini
menekankan
pada
pendekatan
kualitatif-naturalistik. Tujuan evaluasi ini adalah
untuk memahami semua komponen program
melalui sudut pandang yang berbeda. Evaluator
mencoba responsive terhadap orang-orang yang
berkepentingan
terhadap
model
untuk
hasil
evaluasi,
sedangkan Descrepancy Evaluation Model adalah
evaluasi
kesesuaian
antara
mengetahui
standard
yang
tingkat
sudah
ditentukan dalam program dengan penampilan
aktual dari program tersebut. Standar adalah
kriteria yang telah dikembangkan dan ditetapkan
dengan hasil yang efektif, sedangkan penampilan
adalah sumber, prosedur, manajemen dan hasil
nyata
yang
tampak
ketika
program
dilaksanakan.Model ini dikembangkan oleh Provus
pada tahun 1971.
Model evaluasi CIPP (Context, Input, Process,
Product) dikembangkan oleh Stufflebeam.Model
ini diperkenalkan pada tahun 1967 di Ohio State
University. Arikunto (2010) menjelaskan bahwa
model
evaluasi
CIPP
merupakan
sebuah
singkatan dari huruf awal empat kata yaitu (1)
Context
konteks;
evaluation
(2)
Input
yaitu
evaluasi
evaluation
yaitu
terhadap
evaluasi
terhadap masukan; (3) Process evaluation yaitu
evaluasi
terhadap
proses;
dan
(4)
Product
22
evaluation yaitu evaluasi terhadap hasil. Hal ini
sejalan dengan pemikiran Sudjana dan Ibrahim
(2004) bahwa ada empat dimensi CIPP yaitu
dimensi context, dimensi input, dimensi process
dan dimensi product. Menurut Stufflebeam (1993
dalam Widoyoko, 2009) mengungkapkan bahwa,
the CIPP approach is based on the view that the
most important purpose of evaluation is not to
prove but improve. Konsep tersebut ditawarkan
oleh
Stufflebeam
tujuan
penting
dengan
evaluasi
pandangan
adalah
membuktikan, tetapi untuk memperbaiki.
Tayibnapis
(1989)
menjelaskan
bahwa
bukan
bahwa
evaluasi konteks (context evaluation) merupakan
kemampuan
awal
sekolah
dan
siswa
dalam
menunjang program. Evaluasi konteks bertujuan
untuk membantu merencanakan keputusan dan
menentukan kebutuhan yang akan dicapai oleh
program serta merumuskan tujuan. Stufflebeam
(1983 dalam Hasan, 1998) mempertegas bahwa
tujuan evaluasi konteks yang utama adalah
untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan yang
dimiliki evaluan. Dengan mengetahui kekuatan
dan
kelemahan
ini,
evaluator
akan
dapat
memberikan arah perbaikan yang diperlukan.
Lain halnya dengan Sudjana dan Ibrahim (2004)
berpendapat
bahwa
evaluasi
konteks
yaitu
23
meliputi
situasi
mempengaruhi
atau
latar
jenis-jenis
belakang
tujuan
yang
misalnya
masalah pendidikan yang dirasakan, keadaan
ekonomi
Negara,
masyarakat.
Arikunto
atau
(2010)
pandangan
mendifinisikan
konteks (Context Evaluation) sebagai:
hidup
evaluasi
upaya untuk menggambarkan dan merinci
lingkungan, kebutuhan yang tidak terpenuhi,
populasi, sampel yang dilayani, dan tujuan
proyek. Ada 4 (empat) pertanyaan yang dapat
diajukan sehubungan dengan evaluasi konteks
seperti:(1)Kebutuhan yang belum terpenuhi
oleh program; (2) Tujuan pengembangan
apakah yang belum dapat tercapai oleh
program;(3)Tujuan
pengembangan
apakah
yang dapat membantu mengembangakan
program; dan (4) Tujuan-tujuan mana sajakah
yang paling mudah dicapai.
Evaluasi masukan/input (Input Evaluation)
yaitu meliputi sarana/modal/bahan dan rencana
strategi yang ditetapkan untuk mencapai tujuantujuan pendidikan, (Sudjana dan Ibrahim, 2004).
Lebih
lanjut
evaluasi
mengatur
Widoyoko
sebagai
(2009)
masukan
keputusan,
(input)
menjelaskan
menentukan
membantu
sumber-
sumber yang ada, alternative apa yang diambil,
apa rencana dan strategi untuk mencapai tujuan,
dan
bagaimana
mencapainya.
prosedur
Komponen
kerja
evaluasi
untuk
masukan
meliputi: (1) Sumber daya manusia; (2) Sarana
24
dan
peralatan
pendukung;
(3)
Dana
atau
anggaran; dan (4) Berbagai prosedur dan aturan
yang diperlukan.Pendapat ini dipertegas oleh
Arikunto (2010) bahwa evaluasi masukan (input
evaluation)
membantu
mengatur
keputusan,
menentukan sumber-sumber yang ada, alternatif
yang diambil, serta rencana apa yang strategis
untuk mencapainya.
Menurut Arikunto (2010) evaluasi proses
(Process evaluation) adalah menunjuk pada: (1)
apa/what
program,
(2)
kegiatan
yang
siapa/who
dilakukan
yaitu
orang
dalam
yang
ditunjuk sebagai penanggung jawab program, (3)
kapan/when kegiatan itu akan berakhir. Di lain
pihak
Tayibnapis
evaluasi
proses
(1989)
adalah
berpendapat
untuk
bahwa
membantu
mengimplementasikan keputusan, sampai sejauh
mana rencana telah diterapkan, apa yang harus
dievaluasi, dan lain-lain. Sudjana dan Ibrahim
(2004)
selanjutnya
mengemukakan
bahwa
evaluasi proses terjadi pada saat pelaksanaan
strategi dan penggunaan sarana/modal/bahan di
dalam kegiatan di lapangan. Worthen & Sanders
(1981 dalam Widoyoko, 2009) menjelaskan bahwa
evaluasi proses menekankan pada tiga tujuan:
(1) do detect or predict in procedural design or its
implementation during implementation stage; (2) to
25
provide information for programmed decision; and
(3) to maintain a record of the procedure as it
occurs .
Evaluasi
mendeteksi
proses
atau
digunakan
memprediksi
untuk
rancangan
prosedur atau rancangan implementasi selama
tahap
implementasi,
menyediakan
informasi
untuk keputusan program dan sebagai rekaman
atau arsip prosedur yang telah terjadi. Menurut
George Edward III dalam Widodo (2010) bahwa
terdapat
empat
keberhasilan
faktor
atau
yang
kegagalan
mempengaruhi
implementasi
kebijakan antara lain yaitu faktor: (1) komunikasi,
(2) sumberdaya, (3) disposisi, dan (4) struktur
birokrasi.
Tayibnapis (1989) maupun Arikunto (2010)
sependapat bahwa Product Evaluation (evaluasi
hasil)
adalah
untuk
menolong
keputusan
selanjutnya, apa hasil atau tujuan yang telah
dicapai, apa yang harus direvisi, dan apa dampak
yang diperoleh dalam waktu yang panjang setelah
menerima program. Sementara Sax (1980 dalam
Widoyoko, 2009) memberikan pengertian evaluasi
produk/hasil adalah to allow to project director or
teacher
making decision of
program
artinya
bahwa dari evaluasi hasil diharapkan dapat
membantu pimpinan proyek atau guru untuk
membuat keputusan yang berkenaan dengan
26
kelanjutan,
akhir,
maupun
modifikasi
program.Lain halnya dengan pendapat Sudjana
dan Ibrahim (2004) bahwa evaluasi hasil (Product
Evaluation) merujuk pada hasil yang dicapai baik
selama
maupun
pada
akhir
pengembangan
sistem pendidikan yang bersangkutan.
Berdasarkan pemaparan di atas dapat kami
simpulkan bahwa ada berbagai model evaluasi
program yang berbeda namun mempunyai tujuan
dan
maksud
kegiatan
yang
untuk
sama
yaitu
melakukan
mengumpulkan
data
dan
informasi terkait dengan obyek yang dievaluasi,
selanjutnya
digunakan
menentukan
tindak
untuk
mengambil
keputusan atau rekomendasi yang sesuai untuk
dievaluasi.
lanjut
program
yang
Khaufan & Thomas (1980 dalam Arikunto,
2010) menguraikan bahwa tahapan persiapan
evaluasi
program,
yaitu
seperti
penyusunan
instrumen evaluasi, validasi instrumen evaluasi,
menentukan jumlah sampel yang diperlukan
penyamaan persepsi antar evaluator sebelum data
diambil. Tahap pelaksanaan dimana evaluasi
program dapat dikategorikan evaluasi reflektif,
evaluasi rencana, evaluasi proses dan evaluasi
hasil.
Keempat
mempengaruhi
jenis
evaluator
evaluasi
dalam
tersebut
mentukan
27
metode dan alat pengumpul data yang digunakan.
Pada
tahap
pelaksanaan
monitoring
evaluasi
mengetahui
kesesuaian
seberapa
pelaksanaan
yaitu
berfungsi
monitoring
pelaksanaan
untuk
dengan
rencana program. Sasaran monitoring adalah
diharapkan/telah
sesuai
program
dengan
dapat
rencana
program, apakah berdampak positif atau negatif.
Arikunto (2010) bependapat bahwa model
evaluasi CIPP memiliki pendekatan yang holistik
dalam
evaluasi
dan
bertujuan
memberikan
gambaran yang sangat detail dan luas terhadap
suatu proyek, mulai dari konteks, input, proses
implementasi
sampai
pada
hasil
evaluasi
program. Model evaluasi program CIPP memiliki
potensi
bergerak
diwilayah
evaluasi
membantu
melakukan
formatif dan sumatif, sehingga kedua evaluasi itu
sama
baiknya
dalam
perbaikan selama program berjalan, maupun
memberikan informasi final. Widoyoko (2009)
sependapat bahwa model evaluasi program CIPP
lebih
komprehensif
diantara
model
evaluasi
lainnya, karena objek evaluasi tidak hanya pada
hasil semata tetapi juga mencakup konteks,
masukan, proses, dan hasil.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat kami
simpulkan
bahwa
terdapat
berbagai
macam
28
model
evaluasi
program
dan
apapun
model
evaluasi program yang dipakai oleh evaluator
adalah dalam rangka perbaikan sehingga bisa
menghasilkan sebuah rekomendasi yang sesuai
untuk menetukan tindak lanjut program yang
dievaluasi. Dalam pembahasan tesis ini peneliti
menggunakan
model
evaluasi
program
CIPP
karena Model evaluasi CIPP lebih komprehensif
diantara model evaluasi lainnya yaitu objek
evaluasi tidak hanya pada hasil semata tetapi
juga
mencakup
konteks
(Context),
masukan
(Input), proses (Process), dan hasil (Poduct).
2.3. Dana Alokasi Khusus (DAK)
Berdasarkan Undang-undang No 32 tahun
2004 pasal 162 tentang Pemerintahan Daerah
menjelaskan bahwa Dana Alokasi Khusus (DAK)
adalah dana yang dialokasikan kepada daerah
tertentu dalam rangka pendanaan desentralisasi
untuk
mendanai
kegiatan
khusus
yang
merupakan urusan daerah dan sesuai dengan
prioritas
nasional.
Hal
senada
selanjutnya
diuraikan dalam Undang-undang No 33 tahun
2004
pasal
Keuangan
Daerah
1
tentang
Pemerintah
menyebutkan
Dana
Pusat dan
bahwa
Perimbangan
Pemerintah
Dana
Alokasi
29
Khusus, selanjutnya disebut DAK adalah dana
yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan kepada
daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu
mendanai
urusan
nasional.
kegiatan
daerah
Program
khusus
dan
sesuai
Dana
Alokasi
yang
merupakan
dengan
Khusus
prioritas
bidang
pendidikan dasar bertujuan untuk membiayai
kebutuhan
pendidikan
mencapai
sarana
9
dan
(Sembilan)
standar
prasarana
tahun
tertentu
atau
yang
satuan
belum
percepatan
pembangunan daerah dibidang Pendidikan Dasar
yang
bermutu
dan
merata
dalam
rangka
memenuhi Standar Pelayanan Minimum (SPM)
dan secara bertahap untuk memenuhi Standar
Nasional Pendidikan (SNP).
mulai
Program DAK dilaksanakan di Indonesia
tahun
2004.
Dalam
rangka
mengoptimalkan Undang-undang No 32 tentang
Pemerintah Daerah dan No 33 tahun 2004
tentang dana Perimbangan Keuangan Pemerintah
Pusat
dan
Pemerintah
Daerah,
Pemerintah
menerbitkan Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) dan
Petunjuk Teknis (Juknis) pelaksanaan program
DAK bidang pendidikan. Petunjuk Pelaksanaan
30
dan Petunjuk Teknis digunakan sebagai pedoman
bagi lembaga yang terkait dengan ruang lingkup
tugasnya
terkait
DAK
Pemerintah
Propinsi
maupun pemerintah Kabupaten.
Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis
program DAK Khusus bidang pendidikan tahun
anggaran
2012
diatur
dalam
Permendikbud
Nomor 57 tahun 2011 tentang Juknis DAK bidang
pendidikan
anggaran
untuk
Pelaksanaan
SMP/SMPLB
2012,
(Juklak)
sedangkan
dan
Petunjuk
tahun
Petunjuk
Teknis
(Juknis) program DAK bidang pendidikan untuk
SMP/SMPLB tahun anggaran 2013 diatur dalam
Permenkeu Nomor 201/PMK.07/2012 tentang
Pedoman Umum DAK tahun anggaran 2013 dan
Permendikbud Nomor 12 tahun 2013 tentang
Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis DAK
bidang Pendidikan tahun anggaran 2013.
DAK
anggaran
bidang
2012
Pendidikan
digunakan
Dasar
untuk
tahun
membiayai
rehabilitasi ruang belajar dan pengadaan sarana
peningkatan mutu pendidikan dengan proporsi:
(a) Rehabilitasi ruang belajar sebesar 80% dan (b)
Pengadaan sarana peningkatan mutu pendidikan
sebesar 20%. Rehabilitasi ruang belajar yang
dimaksud adalah ruang belajar yang rusak berat
termasuk
perabotnya,
sedangkan
pengadaan
31
sarana
peningkatan
dilaksanakan
pendidikan
pemetaan
mutu
sesuai
berdasarkan
yang
Kabupaten/Kota,
kebutuhan
dilakukan
terdiri
pendidikan
pendataan
oleh
dari:
satuan
dan
Dindikpora
(a)Peralatan
Laboratorium Ilmu Pengetahuan Alam (IPA);(b)
Peralatan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS); dan (c)
Peralatan Laboratorium Bahasa.
tahun
Selanjutnya DAK bidang Pendidikan Dasar
anggaran
2013
digunakan
untuk
membiayai penggandaan dan distribusi buku
bahan
ajar
Kurikulum
2013,
peningkatan
prasarana dan pengadaan sarana peningkatan
mutu pendidikan SMP/SMPLB sehingga peserta
didik terpenuhi semua kebutuhan bukunya. Sisa
DAK
dapat
digunakan
untuk
peningkatan
prasarana sekolah, dan pengadaan sarana untuk
peningkatan mutu pendidikan yang porposinya
sebesar 35% (tiga puluh lima prosen) sampai
dengan
65%
membiayai
(enam
puluh
peningkatan
prosen)
prasarana
untuk
dan
pengadaan sarana peningkatan mutu pendidikan
untuk mencapai 100% (seratus prosen) sesuai
dengan kebutuhan Kabupaten /Kota.
DAK
bidang
Pendidikan
Dasar
diprioritaskan untuk rehabilitasi ruang belajar
32
dengan tingkat kerusakan paling rendah rusak
sedang beserta perabotnya dan pembangunan
Ruang Kelas Baru (RKB) beserta perabotnya.
Apabila hal tersebut sudah terpenuhi maka sisa
dana
dapat
digunakan
untuk
pembangunan
Ruang Belajar Lain (RBL) beserta perabotnya.
Peningkatan mutu pendidikan pengadaan alat
pendidikan diprioritaskan yang dianggarkan dari
DAK yaitu untuk peralatan IPS dan peralatan
matematika dan apabila seluruh sekolah telah
memiliki peralatan IPS dan matematika maka sisa
dana
dapat
dipergunakan
untuk
pengadaan
peralatan laboratorium Ilmu Pengetahuan Alam,
peralatan Laboratorium Bahasa, dan peralatan
olah raga.
Asas
umum
dalam
pelaksanaan
DAK
Bidang
Pendidikan
DAK
Bidang Pendidikan adalah: (1) efisien, berarti
pelaksanaan
harus
diusahakan dengan menggunakan dana dan daya
yang terbatas untuk mencapai sasaran yang
ditetapkan
dan
dapat
berarti
harus
dalam
waktu
dipertanggung
pelaksanaan
sesuai
dengan
DAK
sesingkat-singkatnya
jawabkan;(2)efektif,
bidang
kebutuhan
Pendidikan
yang
telah
ditetapkan dan dapat memberikan manfaat yang
sebesar-besarnya sesuai dengan sasaran yang
ditetapkan;(3)
transparan,
berarti
menjamin
33
adanya
keterbukaan
yang
memungkinkan
masyarakat dapat mengetahui dan mendapatkan
informasi
mengenai
kegiatan
DAK
pengelolaan
Pendidikan;(4)akuntabel,
dipertanggung
penjabaran
bidang
DAK
bidang
Pendidikan
dapat
berarti
jawabkan;(5)
pelaksanaan
kepatutan,
program/kegiatan
yaitu
DAK
bidang
(6)manfaat,
berarti
Pendidikan harus dilaksanakan secara realistis
dan
proporsional;
pelaksanaan
dan
program/kegiatan
DAK
bidang
Pendidikan yang sejalan dengan prioritas nasional
yang menjadi urusan daerah dalam kerangka
pelaksanaan
dirasakan
masyarakat.
desentralisasi
manfaatnya
Mekanisme
Pendidikan
dan
bagi
riil
kesejahteraan
pengalokasian
program
secara
DAK
rehabilitasi
berat
bidang
ruang
belajar pengalokasiannya melalui tahapan sebagai
berikut: (1) Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar
mengirim surat edaran kepada seluruh Dinas
Kabupaten/Kota
tentang
program
Pembinaan
merekapitulasi
DAK
rehabilitasi berat ruang belajar; (2) Direktorat
rehabilitasi
SMP
ruang
belajar
kebutuhan
berdasarkan
data
sensus data pokok pendidikan tahun 2010-2012;
(3)
Direktorat
pemetaan
Pembinaan
sekolah
yang
SMP
melakukan
membutuhkan
34
rehabilitasi
berat
dalam
rangka
pemenuhan
Jenderal
Pendidikan
rehabilitasi baik melalui DAK maupun APBN 2012
dan
2013;(4)
Direktorat
Dasar mengadakan sosialisasi dan memberikan
data
hasil
pemetaan
kepada
seluruh
Dinas
Pendidikan Provinsi dan Kabupaten/Kota tentang
program DAK rehabilitasi berat ruang belajar; (5)
Direktorat Pembinaan SMP, Dinas Pendidikan
Provinsi
dan
Kabupaten/Kota
mereview
dan
memverifikasi data tersebut yang selanjutnya
dijadikan dasar pemberian DAK;(6) Pelaksanakan
DAK Bidang Pendidikan tahun Anggaran 2012
Program rehabilitasi ruang belajar menggunakan
mekanisme
swakelola
kepada
Panitia
Pembangunan di Sekolah; (7) Bupati/Walikota
atau pejabat yang ditunjuk, menetapkan sekolah
penerima rehabilitasi berat yang dibiayai melalui
dana DAK.
Mekanisme Program Sarana Peningkatan
Mutu Pendidikan melalui DAK tahapannya adalah
sebagai
berikut:(1)
Sekolah
membuat
usulan
khusus untuk program sarana peningkatan mutu
pendidikan ke Dindikpora Kabupaten/Kota; (2)
Dindikpora Kabupaten/Kota melakukan seleksi
terhadap usulan dari masing-masing sekolah
khusus
untuk
pendidikan
sarana
sesuai
peningkatan
kriteria-kriteria
mutu
yang
35
ditetapkan
dalam
peraturan
Petunjuk
Teknis
pelaksanaannya
beserta
dengan
memperhatikan pemenuhan sarana pendidikan
penunjang peningkatan mutu pendidikan SMP
dan jumlah alokasi dana yang tersedia.
Pelaksanaan
DAK
bidang
Pendidikan
untuk Program Peningkatan Mutu Pendidikan
menggunakan
mekanisme
barang/jasa
dengan
pengadaan
mengikuti
Peraturan
Presiden Nomor 54 tahun 2010 dan peraturan
perundang-undangan
dimana
lainnya
Bupati/Walikota
atau
yang
berlaku
pejabat
yang
ditunjuk, menetapkan sekolah penerima sarana
peningkatan
melalui
mutu
pendidikan
DAK,
yang
sedangkan
dibiayai
Sekolah
menginventarisasi barang-barang dan/atau fisik
yang diperolehnya dari kegiatan DAK bidang
Pendidikan.
Kriteria
umum
peneriman
DAK
bidang
Pendidikan adalah Sekolah mempunyai jumlah
siswa yang cenderung stabil atau meningkat dan
sekolah
swasta
memiliki
status
minimal
terakreditasi, sedangkan kriteria khusus Sekolah
penerima DAK untuk Rehabilitasi ruang belajar
adalah
semua
rehabilitasi
sekolah
ruang
yang
belajar
membutuhkan
dengan
tingkat
kerusakan berat (lebih dari 45%) dan sekolah
36
dibangun di atas lahan milik sendiri (milik
Pemerintah
atau
Pemerintah
Daerah
untuk
dengan
bukti
sekolah negeri; milik yayasan untuk sekolah
swasta)
yang
kepemilikan
dibuktikan
berupa
sertifikat
atau
surat
kepemilikan lain yang disahkan oleh pejabat yang
berwenang. Lain halnya untuk kriteria khusus
Sekolah
penerima
Laboratorium
IPA,
DAK
untuk
Peralatan
Peralatan
Laboratorium
Bahasa, dan Peralatan IPS adalah: (1). Alat
Laboratorium
sekolah
yang
IPA,
yaitu
diperuntukkan
membutuhkan
dan
bagi
belum
mempunyai alat tersebut atau jumlah alat yang
dimiliki kurang dari kebutuhan, serta sekolah
tersebut mempunyai Ruang Laboratorium IPA;
(2)
Alat
Laboratorium
Bahasa,
yaitu
diperuntukkan bagi sekolah yang membutuhkan
dan belum mempunyai peralatan tersebut, serta
sekolah
tersebut
mempunyai
ruang
untuk
digunakan sebagai Laboratorium Bahasa; dan
(3) Peralatan IPS, yaitu diperuntukkan untuk
sekolah
yang
membutuhkan
dan
belum
mempunyai peralatan IPS atau jumlah peralatan
yang dimiliki kurang dari kebutuhan.
Penyaluran DAK bidang Pendidikan Dasar
disalurkan dengan cara pemindahbukuan dari
Rekening Kas Umum Negara (Pemerintah Pusat
37
c.q Kementerian Keuangan) ke Rekening Kas
Umum Daerah (kabupaten/kota). Mekanisme dan
tata cara mengenai penyaluran DAK Bidang
Pendidikan Tahun
Anggaran 2012 dilakukan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Pelaksanaan DAK bidang Pendidikan
menggunakan mekanisme Swakelola oleh sekolah
sesuai peratuan perundang-undangan dengan
melibatkan partisipasi masyarakat sesuai dengan
prinsip manajemen berbasis sekolah. Program
Peningkatan
mekanisme
Mutu
Pendidikan
penyedia
menggunakan
barang/jasa
sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Sekolah
melaksanakan
program
peningkatan
prasarana pendidikan dengan metode swakelola
sesuai peraturan perundang-undangan dan Dinas
Pendidikan
Kabupaten/Kota
melaksanakan
program peningkatan mutu pendidikan dengan
metode penyedia barang/jasa sesuai peraturan
perundang-undangan.
DAK untuk rehabilitasi adalah dana yang
diterima hanya boleh untuk merehabilitasi ruang
belajar
dan
dialokasikan
besarnya
untuk
dana
tiap-tiap
swakelola
sekolah
yang
dapat
berbeda antara satu sekolah dengan sekolah yang
lain dan disesuaikan dengan besaran kegiatan
rehabilitasi
yang
disetujui
berdasar
tingkat
38
kerusakan
yang
terjadi
di
sekolah.
Sebagai
bentuk pertanggungjawaban dan akuntabilitas
pengelolaan
dana,
sekolah
penerima
DAK
berkewajiban membuat laporan, baik pada saat
penerimaan dana bantuan, realisasi pemanfaatan
dana, dan perkembangan pelaksanaan serta hasil
rehabilitasi. Laporan tersebut disampaikan ke
Bupati/Walikota
u.p
Kabupaten/Kota.
tahun
Dinas
Pendidikan
Penggunaan DAK bidang pendidikan untuk
anggaran
(1)peningkatan
2012
prasarana
adalah
pendidikan
untuk:
yaitu
rehabilitasi ruang belajar termasuk perabotnya;(2)
peningkatan mutu pendidikan berupa pengadaan
peralatan laboratorium IPA,pengadaan peralatan
laboratorium Bahasa, dan pengadaan peralatan
IPS, sedangkan alokasi biaya untuk masingmasing
kegiatan/komponen
dituangkan dalam table berikut.
seperti
yang
Tabel1
Data ALokasi Biaya DAK Tahun Anggaran 2012
NO
KOMPONEN
1
Rehabilitasi ringan
3
Peralatan Lab.
2
Peralatan Lab. IPA
Bahasa
SATUAN ALOKASI
BIAYA (Rp)
90.000.000
50.000.000
125.000.000
JUMLAH
SATUAN
1 Ruang
1 Paket
1 Paket
39
4
Peralatan IPS
9.000.000
1 Paket
Sumber: Juknis DAK Tahun Anggaran 2012
Selanjutnya
pendidikan
untuk
Penggunaan
tahun
DAK
anggaran
bidang
2013
diperuntukkan: (1) buku bahan ajar Kurikulum
2013; (2) rehabilitasi ruang belajar kondisi paling
rendah
rusak
sedang,
pembangunan
perpustakaan, pembangunan ruang kelas baru,
dan
pembangunan
dari
peralatan
ruang
kelas
lainnya;(3)
pengadaan peralatan pembelajaran yang terdiri
IPS,
Matematika,
peralatan
laboratorium IPA, peralatan laboratorium Bahasa,
dan peralatan Olahraga, seperti yang dituangkan
dalam table berikut.
Tabel 2
Data ALokasi Biaya DAK Tahun Anggranan 2013
NO
KOMPONEN
JUMLAH
SATUAN
SATUAN
ALOKASI BIAYA
(Rp)
1
Rehabilitasi Sedang
1 Paket
45.000.000
3
Peralatan Lab. Bahasa
1 Paket
235.000.000
1 ruang
120.000.000
2
4
5
6
7
8
9
Peralatan Lab. IPA
Peralatan IPS
Pembangunan RKB
Peralatan Matematika
Pembangunan Lab. IPA
Peralatan Olahraga
Pembangunan Ruang
1 Paket
1 Paket
1 Paket
50.000.000
9.000.000
6. 000.000
1 Ruang
45.000.000
1 ruang
235.000.000
1 paket
20.000.000
40
10
Kelas
Pembangunan Lab.
1 ruang
Bahasa
235.000.000
Sumber: Juknis DAK Tahun Anggaran 2013
Pengelolaan
tanggung
dana
jawab
sepenuhnya
sekolah.
Pada
menjadi
prinsipnya
kegiatan pengelolaan DAK mencakup pencatatan
penerimaan
dan
pengeluaran
uang
sehingga
memudahkan proses pelaporan dan pengawasan
penggunaan
dana.
Adapun
pengelolan
DAK
antara lain meliputi:(1) Pembukuan; (2) Setiap
transaksi harus didukung dengan bukti yang
sah;(3) Bukti pengeluaran uang dalam sejumlah
tertentu harus dibubuhi materai yang cukup,
sesuai dengan ketentuan tentang bea materai; (4)
Dalam bukti pengeluaran harus jelas uraian
mengenai barang/jasa yang dibayar, tanggal, dan
nomor bukti;(5) Realisasi pengadaan barang, dan
Jasa yang diterima tidak boleh lebih kecil dari
uang
yang
yang
dikeluarkan;
(6)
Seluruh
penerimaan dan pengeluaran uang agar dicatat
dan dibukukan dalam buku penerimaan dan
pengeluaran;(7)
penerimaan
Semua
maupun
transaksi
pengeluaran
baik
dibukukan
atau dicatat sesuai urutan kejadiannya, (8) Setiap
akhir bulan, buku tersebut ditutup, dihitung
saldonya, dicocokkan dengan saldo fisik uang
41
yang ada, baik di kas atau di Bank, (9) Buku
harian ditulis dengan tulisan rapih, lengkap dan
bersih, (10) Memenuhi semua ketentuan dalam
pengelolaan keuangan termasuk di dalamnya
peraturan pajak yang berlaku.
garis
Tata cara pengelolaan keuangan PPS secara
besar
meliputi:
pembukuan
keuangan,
pengelompokan jenis pengeluaran, cara pengisian
buku
kas
umum,
rekapitulasi
pengeluaran,
laporan keuangan dan pengarsipan dokumen
keuangan.
berisi:
(1)
Dokumen
Kuitansi
pembayaran/nota/bon
menerima
pendukung
atau
asli
pembayaran,
(2)
dari
pembukuan
tanda
pihak
Bukti
bukti
yang
transaksi
keuangan lainnya, (3) Semua dokumen yang
ditandatangani PPS harus distempel oleh sekolah,
(4)Saldo
pembukuan
dana
yang
belum
dibutuhkan harus tetap disimpan di Bank, tidak
boleh
dipindahkan
pada
rekening
lain
atau
disimpan lain. Jumlah saldo pembukuan setiap
harinya tidak lebih dari Rp. 5 juta.
Sambil menunggu pencairan dana, sekolah
segera
melakukan
persiapkan
pelaksanaan
rehabilitasi, antara lain: (1)mempelajari buku
panduan pelaksanaan dan teknis secara lebih
seksama
dan
menyiapkan
format-format
administrasi, keuangan dan teknis pelaksanaan
42
serta pelaporan; (2) membuat papan informasi,
dengan
ketentuan
sebagai
berikut:
(a)Papan
informasi ukuran minimal 80 x 120 cm, (b)Papan
Informasi dipasang atau ditempatkan disekitar
lokasi pekerjaan, mudah dilihat oleh masyarakat
atau
pihak
yang
berkepentingan
dan
tidak
terkena atau tertimpa air hujan, serta tidak rusak
selama pelaksanaan,(c)Papan Informasi paling
tidak memuat
lokasi pembangunan pada peta
site plan sekolah,informasi tentang jenis program,
besar dana dan sumber dana informasi tentang
progres
pelaksanaan
rehabilitasi,
bagan
organisasi Panitia dilengkapi dengan nama-nama
anggotanya, Gambar kerja dan rencana biayanya,
Jadwal pelaksanaan pekerjaan dan rencana kerja;
(3)mengecek harga bahan, alat bantu kerja dan
pemilihan tenaga kerja yang terdiri atas, mandor,
tukang
dan
keselamatan
pekerja;
(4)
lingkungan
membuat
saat
rencana
pekerjaan
rehabilitasi dilaksanakan.Dana yang diperlukan
untuk pembiayaan kegiatan persiapan harus
disediakan
oleh
sekolah
dan
tidak
boleh
dibebankan kepada DAK yang diterima oleh
sekolah. Pelaksanaan pekerjaan harus segera
dimulai setelah DAK dari pemerintah diterima
oleh sekolah.
43
Langkah-langkah yang perlu dilakukan oleh
sekolah pada saat pelaksanaan pekerjaan antara
lain (1) mencairkan dana dari rekening sekolah
sesuai dengan kebutuhan rehabilitasi dan jadwal
kerja
yang
telah
dibuat;(2)
melaksanakan
rehabilitasi sesuai dengan dokumen teknis yang
telah
disusun;(3)
mencatat
pengeluaran
dan
pemasukan dicatat dalam Buku Kas Umum (BKU)
dengan rapi, dilengkapi bukti-bukti transaksi
yang disusun runtut sesuai tanggal kejadiannya,
dan mudah diakses/diperiksa oleh pihak-pihak
terkait dengan pelaksanaan program;(4) membuat
laporan bulanan pelaksanaan pekerjaan secara
disiplin dan tertib sesuai dengan keadaan yang
sesungguhnya dimana laporan dibuat rangkap
dua, rangkap pertama untuk dikirimkan ke Dinas
Pendidikan Kabupaten/Kota dan yang lain untuk
diarsipkan);(5)
laporan
pekerjaan
membuat
mengirimkan
Dinas
Pendidikan
pertanggunjawaban
kepada
Kabupaten/Kota
kemajuan
dan
antara
pekerjaan
dan
lain:
catatan
pelaksanaan
(a)Realisasi
lain
yang
berkenaan dengan pelaksanaan pekerjaan; (2)
Sekolah wajib membuat dokumentasi progres
selama masa pelaksanaan pekerjaan, berupa fotofoto kegiatan rehabilitasi, minimal yaitu Foto
kondisi sebelum rehabilitasi dimulai (0%),Foto
44
pada saat pelaksanaan rehabilitasi mencapai
progres fisik 50%, dan 75% dan Foto kondisi
akhir setelah rehabilitasi selesai dikerjakan100%.
Kegiatan yang tidak dapat dibiayai DAK
bidang Pendidikan Dasar adalah administrasi
kegiatan, penyiapan kegiatan fisik, penelitian,
pelatihan,
bangunan,
perjalanan
Dinas,
pembebasan
Izin
tanah,
tanah, konsultan, dan sebagainya.
Dalam
Pemerintah
tanggung
sosialisasi
pelaksanaan
Provinsi
jawab
pematangan
program
mempunyai
untuk
pelaksanaan
mendirikan
tugas
DAK,
dan
mengkoordinasikan
DAK,
melaksanakan
supervise dan monitoring serta penilaian terhadap
pelaksanaan DAK di Kabupaten atau Kota, dan
melaporkan hasil supervise dan evaluasi kepada
Direktur Jendral Pendidikan Dasar, sedangkan
Pemerintah Kabupaten/Kota mempunyai tugas
dan tanggung jawab yaitu: (1)menganggarkan
dana
pendamping
dalam
APBD
sekurang
kurangnya 10% (sepuluh porsen) dari besaran
alokasi DAK yang diterimanya, sesuai pasal 11
yang menyatakan bahwa: (1) Peraturan Menteri
Keuangan
Nomor
201/PMK.07/2012;(2)
menyediakan anggaran atau dana biaya umum
untuk
kegiatan
pengawasan,
dan
perncanaan,
biaya
sosialisasi,
operasional
lainnya
45
sesuai dengan kebutuhan;(3) menetapkan namanama sekolah penerima DAK; (4) melakukan
seleksi sekolah calon penerima sesuai dengan
kriteria;
(5)
membentuk
tim
teknis
untuk
melakukan pemetaan dan pendataan kondisi
prasarana sekolah;(6) mengusulkan nama-nama
sekolah
calon
mensosialisasikan
penerima
pelaksanaan
kepada seluruh sekolah
melaksanakan
DAK;(7)
program
DAK
penerima DAK; (8)
kegiatan
pengadaan
barang/jasa;(9) melaksanakan monitoring dan
evaluasi
serta
menyusun
pelaporan
kegiatan
DAK; (10) menggandakan Juknis penggunaan
DAK dan didistribusikan kepada seluruh sekolah
menerima DAK;(11) dan melaporkan penggunaan
kepada Direktur Pembinaan SMP.
Dewan Pendidikan Kabupaten atau Kota
mempunyai
melakukan
tugas
dan
tanggung
pengawasan
jawab
dalam
rangka
sedangkan
Satuan
transparasi dan akuntabilitas pelaksanaan DAK
ditingkat
Kabupaten/Kota,
Pendidikan
mempunyai
tugas
dan
tanggung
jawab (1) mengangkat panitia pembangunan di
sekolah; (2) mencatat hasil DAK sebagai invetaris
sekolah;
(3)
memanfaatkan
bangunan
atau
barang hasil DAK bidang Pendidikan Dasar untuk
menunjang kegiatan belajar mengajar, merawat,
46
dan memelihara bangunan atau barang hasil
DAK.Komite
Sekolah
mempunyai
tugas
melakukan pengawasan dalam transparansi dan
akuntabilitas
pelaksanaan
tingkat Sekolah.
Panitia
program
Pembangunan
DAK
Sekolah
di
(PPS)
mempunyai tugas dan tanggung jawab yaitu: (1)
memilih dan menetapkan kepala pelaksana; (2)
melaksanakan rahabilitasi ruang kelas rusak
sedang atau pembangunan ruang perpustakaan
dengan
mekanisme
swakelola,
serta
sesuai
dengan standar dan spesialisasi teknis yang telah
ditentukan;
(3)
mendokumentasikan
pembangunan
maupun
teknis
baik
mengadminitrasikan
segala
yang
administrasi
telah
dan
kegiatan
keuangan
ditentukan;
(4)
menyusun laporan teknis dan mempertanggung
jawabkan
realisasi
penggunaan
dana
dan
pelaksanaan rehabilitasi atau pembangunan yang
menggunakan DAK kepada masyarakat dan Dinas
Pendidikan Kabupaten/Kota.
Pelaporan
pelaksanaan
DAK
dilakukan
secara berjenjang, mulai dari laporan tingkat
sekolah, laporan tingkat Kabupaten/Kota, dan
laporan tingkat Pusat, sedangkan pemantauan
evaluasi
dilakukan
dan
pengawasan
oleh
Kementrian
pelaksanaan
Pendidikan
DAK
dan
47
Kebudayaan, Dinas Pendidikan Provinsi, dan
Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.
Pengawasan fungsional atau pemeriksaan
tentang pelaksanaan kegiatan dan administrasi
keuangan
program
dilaksanakan
oleh
DAK
bidang
Inspektorat
Pendidikan
Jenderal
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan
Inspektorat Daerah sedangkan sanksi diberikan
kepada: (1) setiap orang atau sekelompok orang di
setiap
tingkat
pelaksana
(Kabupaten/Kota,
Sekolah, masyarakat) yang melakukan tindakan
penyalahgunaan,
dan
atau
penyimpangan
pelaksanaan kegiatan dan keuangan sebagaimana
tertuang
dalam
petunjuk
ditindak
sesuai
dengan
peraturan
teknis
perundang-undangan
perundang-undangan;
yang
ketentuan
dan
(2)
DAK
serta
terkait,
peraturan
Pemerintah
kabupaten/kota yang melakukan kegiatan tidak
berpedoman
pada
petunjuk
teknis
peraturan perundangan lain yang terkait.
serta
2.4. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan tentang evaluasi
program
DAK
telah
banyak
dilakukan.
Khoirul Anwar (2010) misalnya dengan penelitian
yang berjudul Hasil Evaluasi Pelaksanaan Dana
48
Alokasi Khusus Pendidikan-APBN RI Tahun 2007
di
Provinsi
Maluku ,
menunjukkan
bahwa
pelaksanaan Dana Alokasi Khusus (DAK) bidang
Pendidikan di Propinsi Maluku telah berjalan
dengan
baik.
Selanjutnya
Yusuf (2009) berjudul
penelitian
Ahmat
Efektifitas Dana Alokasi
Khusus Dalam Pemenuhan Sarana Prasarana
(Studi di Madrasah Ibtidaiyah/MI se-Kecamatan
Karangdadap
Kabupaten
Pekalongan) ,
menunjukkan bahwa pelaksanaan DAK di MI se
Kecamatan Karangdadap Kabupaten Pekalongan
masuk dalam kategori baik; pemenuhan sarana
dan prasarana dari DAK di juga dalam kualifikasi
baik.
Penelitian terdahulu yang relevan dengan
evaluasi program DAK selanjutnya adalah Luthvia
Nuravitalia (2009) yang berjudul
Pemanfaatan
Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Pendidikan di
SD Negeri Tigasan Kulon II Kecamatan Leces
Kabupaten Probolinggo . Penelitian ini bertujuan
untuk
mengetahui
pemanfaatan
DAK
bidang
Pendidikan di SDN Tigasan Kulon II dalam hal (1)
rencana alokasi DAK bidang Pendidikan, (2)
alokasi DAK bidang Pendidikan, (3) dampak
pemanfaatan
DAK
bidang
Pendidikan
yang
dirasakan guru dan siswa, dan (4) kendala
pemanfaatan DAK bidang Pendidikan dan cara
49
mengatasinya.
Penelitian
ini
menggunakan
rancangan deskriptif dengan obyek SD Negeri
Tigasan Kulon II. Metode pengumpulan data yang
digunakan
adalah
(a)
dokumentasi,
(b)
wawancara, dan (c) angket. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa perbedaan antara anggaran
dengan realisasi DAK bidang Pendidikan dimana
Dana
untuk
pembangunan
rumah
Dinas
dialihkan untuk pembangunan tiga ruang kelas.
Informasi tentang DAK tidak banyak diketahui
oleh
siswa,
berupa
namun
rehabilitasi
hasil
pemanfaatan
fisik/pengadaan
DAK
sarana
pendidikan sangat dirasakan manfaatnya oleh
siswa dan guru sehingga terjadi peningkatan yang
signifikan pada jumlah siswa yang mendaftar.
Kendala yang timbul dalam pemanfaatan DAK
bidang
Pendidikan
berasal
dari
kebijakan
Pemerintah atau Dinas Pendidikan, terutama
dalam hal alokasi dan mekanisme pencairan dana
namun dapat diatasi dengan