ANALISIS SWOT FAKTOR PEMBUKAAN RUTE PENE

ANALISIS SWOT FAKTOR PEMBUKAAN RUTE PENERBANGAN INTERNASIONAL
DI BANDARA INTERNASIONAL
H. AS. HANANDJOEDDIN BELITUNG
(STUDI KASUS: MASKAPAI PENERBANGAN SRIWIJAYA AIR)
Noviyanti A Hanafi, Olla Gusti Indah K, Prabu Airlangga BS, Rut Christiyani, Zhara Yugnie C
Mahasiswa Program Studi Industri Perjalanan
Sekolah Tinggi Pariwisata NHI Bandung
2018
ABSTRAK
Belitung sebagai satu dari 10 destinasi prioritas Indonesia telah memperbaharui status Bandara
Domestik H.A.S Hanandjoeddin menjadi bandara internasional sejak tahun 2016 dan sudah
melakukan uji coba penerbangan internasional. Uji coba penerbangan sebanyak tiga kali
dilakukan pada Bulan September dan November pada tahun 2017 oleh Maskapai Sriwijaya Air
dengan tujuan Kuala Lumpur dan Singapura. Namun uji coba penerbangan internasional hanya
berlangsung selama dua bulan saja. Belum ada lagi rencana oleh Maskapai Sriwijaya Air untuk
merencanakan penetapan penerbangan reguler internasional. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui bagaimana permintaan potensial, perkiraan market share, ketersediaan pesawat,
regulasi, perjanjian bilateral, serta ketersediaan slot sebagai evaluasi belum terdapatnya
penerbangan internasional reguler. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan
analisis SWOT.
Kata kunci : rute penerbangan internasional, permintaan potensial, perkiraan market

share, ketersediaan pesawat, regulasi, perjanjian bilateral, ketersediaan slot
ABSTRACT
Belitung as one of Indonesia's 10 priority destinations has renewed the status of H.A.S.
Hanandjoeddin Domestic Airport into an international airport since 2016 and has conducted
international flight trial. Three flight trials were conducted in September and November in 2017
by Sriwijaya Air for the purpose of Kuala Lumpur and Singapore. However, the international

flight trial lasts for two months only. No more plans by Sriwijaya Air to plan for international
regular flights. This study aims to find out how demand potential, market share, aircraft
capacity, regulation, bilateral agreement, and also slot as a representation of the absence of
international flight. This research use qualitative method with SWOT analysis.
Keywords: international flight route, market potential, market share, regulation, regulation,
bilateral settlement, same slot.

PENDAHULUAN
Belitung merupakan salah satu
destinasi yang ditetapkan sebagai satu dari
10 destinasi prioritas yang ditargetkan
menyumbang
500.000

wisatawan
mancanegara di tahun 2019 (Bapenas,
2016). Hal itu dimungkinkan karena
Belitung kaya akan potensi wisata serta
berbatasan langsung dengan laut Cina
Selatan di sebelah Utara, laut Jawa di bagian
Selatan, dan sebelah Barat dengan Selat
Gaspar menjadikannya berada di titik
strategis yang seharusnya dapat menarik
banyak wisatawan mancanegara. Dalam
rangka mencapai target kunjungan 500.000
wisatawan mancanegara di butuhkannya
pengembangan pada 4A aspek pariwisata
menurut Cooper (2005) yaitu atraksi,
aksesibilitas, amenitas, dan ancillary.
Aksesibilitas menjadi hal utama dalam
pengembangan di Belitung dengan berfokus
kepada
bandara
internasional,

rute
penerbangan internasional, serta maskapai
yang
melayani
rute
penerbangan
internasional.
Bandara H.A.S Hanandjoeddin telah
dikembangkan
dan
resmi
berstatus
internasional sejak bulan Desember 2016.

Pada dasarnya bandar udara internasional
adalah bandara yang ditetapkan sebagai
bandar udara yang melayani rute
penerbangan dalam negeri dan rute
penerbangan dari dan ke luar negeri,
berdasarkan UU No. 1 Tahun 2009 Tentang

Penerbangan. International Civil Aviation
Organization
(ICAO)
menambahkan
bahwasanya bandara internasional sebagai
bandara masuk dan keluar untuk lalu lintas
internasional, dimana formalitas seperti bea
cukai, imigrasi, kesehatan masyarakat, serta
karantina pertanian diberlakukan. Dalam
kasus ini Bandara Internasional H.A.S
Hanandjoeddin pun telah memiliki fasilitas
bea cukai, imigrasi, dan juga karantina.
Dilihat dari aspek tersebut Bandara H.A.S
Hanandjoeddin sudah siap untuk melayani
penerbangan internasional. Namun, disisi
lain kesiapan Bandara Internasional H.A.S
Hanandjoeddin
harus
dikembangkan
bersamaan

dengan
tersedianya
rute
penerbangan internasional.
Sejak perubahan status bandara
menjadi internasional, Belitung dengan
Maskapai Sriwijaya Air, telah melakukan uji
coba penerbangan dengan rute Tanjung
Pandan - Kuala Lumpur Belitung yang
dilaksanakan sebanyak tiga kali yaitu

tanggal 10 September 2017 sebagai
penerbangan perdananya, 9 November 2017,
dan yang terakhir tanggal 12 November
2017 serta satu kali Tanjung Pandan –
Singapura di bulan Desember 2017 dalam
rangka merangsang pasar internasional.
Berdasarkan informasi yang diperoleh,
setelah
masa

percobaannya
rute
penerbangan internasional yang dilakukan
oleh Makapai Sriwijaya Air telah berakhir,
belum ada lagi rencana penetapan
penerbangan reguler internasional dengan
rute tersebut oleh Maskapai Sriwijaya Air.
Saat ini Sriwijaya Air hanya melayani rute
domestik di Bandara Internasional H.A.S
Hanandjoeddin.
Kekosongan
ini
menimbulkan pertanyaan apa permasalahan
yang sebenarnya terjadi serta faktor apa
yang menjadi alasan mengapa tidak
tersedianya maskapai yang melayani
penerbangan
internasional
regular,
sementara Bandara Internasional H.A.S

Hanandjoeddin telah siap. Tentu saja

permasalahan ini menjadikan bandara
internasional tidak berfungsi secara optimal
dikarenakan tidak terdapat penerbangan atau
maskapai yang melayani rute internasional
seperti yang telah terjadi di Belitung saat ini,
hal ini pula menjadi penghambat dalam
memenuhi target 500.000 wisatawan
mancanegara di tahun 2019. Dalam
permasalahan ini peneliti akan menjadikan
ke enam aspek pertimbangan dalam
pembukaan
rute
baru
sebagaimana
dinyatakan oleh Belobaba antara lain
perkiraan permintaan potensial, perkiraan
pangsa pasar, ketersediaan pesawat, regulasi,
perjanjian bilateral, dan ketersediaan slot

sebagai
evaluasi
belum
terdapatnya
penerbangan reguler rute internasional di
Bandara Internasional H.A.S Hanandjoeddin
Belitung. Berdasar dari permasalahan di atas
peneliti menggunakan metodologi penelitian
kualitatif untuk mendalami mengenai
permasalahan yang terjadi.

LANDASAN TEORI
A. Demand
Hal ini dinyatakan oleh Belobaba
(2009:169) bahwa :
the most important inputs to any route
evaluation are forecasts of potential
passenger and cargo demand (as well as
expected revenues) for the proposed route.
For a given route, O-D market demand is

likely to be the primary source of demand
and revenue.
Keterangan di atas menjelaskan
bahwa perkiraan permintaan potensial
penumpang dan kargo dari pasar origin destination menjadi sumber utama yang

harus dievaluasi mengingat berhubungan
dengan pendapatan.
B. Market Share
Selain faktor permintaan potensial,
faktor yang sama pentingnya ialah market
share,
Belobaba
(2009:169)
turut
menuturkan bahwa :
an equally important step is the estimation
of the market share that the airline can
expect of this total demand. The airline’s
own market share of total forecast demand

will depend on its frequency share in the
market, the path quality of its planned
services (non-stop versus connecting

flights), as well as its planned departure
times.
Kutipan di atas menjelaskan faktor
selanjutnya yang harus dievaluasi mengenai
perkiraan market share yang dapat
diharapkan maskapai dari total permintaan
potensial.
C. Ketersediaan
Faktor selanjutnya mengacu kepada
ketersediaan pesawat yang memadai.
Belobaba (2009:169) memaparkan :
in route planning (as in fleet planning) a
number of practical considerations can be
just as important as the outcome of the
economic evaluation. The technical
capability to serve a new route depends on

availability of aircraft with adequate range
and proper capacity.
Berlandaskan kepada kutipan di atas,
dalam perencanaan rute, ketersediaan
pesawat yang memadai turut menjadi
pertimbangan.
Hal
ini
dikarenakan
karakteristik kinerja serta biaya operasi dari
pesawat yang tersedia dalam armada
maskapai penerbangan, memiliki dampak
besar pada keuntungan ekonomi dari rute
yang diusulkan.
D. Regulasi
Faktor penting lainnya ialah regulasi,
perjanjian bilateral serta ketersediaan slot,
seperti yang dinyatakan oleh Belobaba
(2009:169) yaitu:

regulations, bilateral agreements and
limited airport slots can also impose
constraints on new route operations, to the
point of non-profitability.
Kutipan di atas menjelaskan bahwa
regulasi
berpacu
kepada
peraturan
pemerintah dalam penerbangan dan hal-hal
yang harus di patuhi, selanjutnya perjanjian
bilateral yang dimaksud dengan “perjanjian
bilateral” adalah perjanjian angkutan udara
yang dilakukan oleh Pemerintah Republik
Indonesia dengan 1 (satu) negara asing yang
menjadi mitra perikatan (UU No. 1 Tahun
2009
tentang
Penerbangan),
serta
ketersediaan
airport
slot
harus
dipertimbangkan dengan baik karena
permasalahan ini bisa berimbas kepada
keuntungan yang didapat karena pada
dasarnya suatu slot didefinisikan sebagai
waktu kedatangan dan keberangkatan yang
dialokasikan oleh, atau sebagai alokasi oleh
suatu coordinator bagi suatu aircraft
movement pada suatu specific date di
Bandara yang dikoordinasikan.

PENELITIAN TERDAHULU
Judul

Metode Penelitian

Tujuan Penelitian

Hasil Penelitian

“Kebijakan
Penetapan Rute
Penerbangan
Pada Era Asean
Open Sky”

Deskriptif kualitatif
dengan pendekatan
Urgency,
Seriousness,
Growth (USG) atau
dengan Matriks
Prioritas Masalah

1. Menganalisis evaluasi
kebijakan penetapan rute
penerbangan melalui
efektivitas program,
kecukupan program,
pemerataan program, serta
responsivitas
2. Menyusun rancangan
perbaikan (Roadmap) atas
dimensi evaluasi kebijakan
penetapan rute penerbangan
untuk memenangkan
persaingan penerbangan
nasional.

Berdasarkan kebijakan
ASEAN Open Sky,
pemerintah Indonesia telah
menetapkan lima bandara
yang diijinkan terbang ke
kota-kota antar 10 negara
anggota ASEAN yaitu
Bandara Kualanamu
(Medan), Soekarno Hatta
(Jakarta), Ngurah Rai (Bali),
Juanda (Surabaya) serta
Sultan Hassanudin (Makasar).
Kelima bandara ini dinilai
sebagai bandara yang berada
di daerah
yang tingkat pertumbuhan
ekonomi relatif tinggi, serta
jumlah terbesar dalam
penumpang dan kargo,
lalu memiliki cakupan rute
dalam dan luar negeri
terbanyak, dengan
kelengkapan
fasilitas keamanan

1. Metode
Pengumpulan
Data.
2. Metode
Perancangan
dan Pembuatan
Teknologi.
3. Metode
Penerapan
Teknologi.
4. Metode
Evaluasi.

1. Menentukan
1. Pengambilan keputusan
komponen-komponen
penentuan tipe pesawat
dalam pengambilan
terbang untuk pembukaan
keputusan penentuan
rute baru tidak dapat
tipe pesawat terbang
dilakukan hanya dengan
utnuk pembukaan rute
melihat komponen DOC
baru.
saja, tetapi terdapat
2. Menentukan total biaya
beberapa komponen lain
operasional pesawat
yang harus dijadikan
terbang dentgan
pertimbangan
menggunakan aplikasi
diantaranya : indirect
SPK.
operating cost, analisa
teknik pesawat, analisa
pasar, analisa pesaing.
2. Aplikasi SPK ini
memberikan informasi

Ira Rachman,
Husni Hasan,
Francis Tantri,
dan Indra
Setiawan
2007

“Analisis Direct
Operating Cost
Dalam Sistem
Pendukung
Keputusan
Penentuan Tipe
Pesawat
Terbang Untuk
Pembukaan
Rute Baru
Penerbangan”
Rina Widiastuti,
Anton Setiawan
Hawibowo, dan
Yuliani

Indrianingsih

“New Routes
and Airport
Connectivity”
Stefano Paleari,
Renato Redondi
and Paolo
Malighetti

mengenai total biaya
operasional pesawat
terbang .Informasi
tersebut dapat dijadikan
acuan dalam perhitungan
laba rugi perusahaan
dengan pembukaan rute
baru tersebut.
Metodologi Inovatif Menyediakan alat untuk
bandara dalam
mengevaluasi dampak rute
baru pada konektivitas
jaringan.

Adanya alat tersebut dapat
menambahkan informasi yang
berguna berkaitan dengan
dampak dari adanya rute
dalam konektivitas, dimana
pembukaan rute masih
didasarkan oleh permintaan
O-D (Origin-Destination).

2011
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan metode kualitatif studi kasus,
dengan teknik purposive sampling untuk
pemilihan informan serta tujuan tertentu.
Pengambilan data dilakukan di
Bandara H.A.S Hanandjoeddin, Belitung.
Berikut teknik-teknik dalam pengumpulan
data yang peneliti gunakan, yaitu :
1. Melakukan
wawancara
kepada
informan dari pihak pemerintah
pihak industri, maupun asosiasi di
kabupaten Belitung.
2. Melakukan
pengamatan/observasi
terhadap
fasilitas
bandara,
ketersediaan pesawat serta kapasitas
untuk memenuhi rute penerbangan
intenasional di bandara H.A.S
Hanandjoeddin, Belitung.
Untuk menganalisis data, peneliti
menggunakan teknik SWOT. Menurut

Freddy Rangkuti (2004:18) Analisis SWOT
adalah indifikasi berbagai faktor secara
sistematis untuk merumuskan strategi
perusahan. Analisis ini didasarkan pada
logika yang dapat memaksimalkan kekuatan
(sterngths) dan peluang (opportunities),
namun
secara
bersamaan
dapat
meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan
ancaman (threats).
Dalam 4 faktor tersebut akan
ditentukan bobot dan ratingnya, yang
memiliki skala 1 sampai 4, yang mana nilai
tertinggi memiliki aspek yang penting.
Setelah melakukan rating dan pembobotan
maka dilakukan skoring dari perkalian bobot
dan rating. Hasil dari matriks IFA (Internal
Factor Analysis) dan EFA (External Factor
Analysis) tersebut didapatlah skor dan
diaplikasikan ke dalam internal dan
eksternal matriks (IE) maka akan terbentuk
sebuah titik pertemuan pada kuadran dimana

akan diperoleh strategi. Tahap selanjutnya
yaitu membuat matriks SWOT dengan
menyilangkan keempat SWOT yang dapat
membantu
mengembangkan
keempat
strategi. Tahap berikutnya membuat space
matriks dari hasil analisis SWOT dan
terakhir yaitu membuat grafik space matriks
untuk mengetahui posisi kuadran.
PEMBAHASAN
Setelah melakukan analisis SWOT,

Hasil analisis melalui Space
Matrix,
diperoleh
skor
yang
diaplikasikan ke dalam grafik space
matrix kemudian ditarik garis maka
terbentuklah titik pertemuan tepat pada
kuadran I dimana akan diperoleh
strategi yang sama dengan hasil EFE
dan IFE matriks di atas yaitu strategi
terbaik untuk Kabupaten Belitung saat
ini yaitu market penetration, market
development, dan product development.

analisis IFA dan EFA, matriks SWOT, serta
space matrix dan dilanjutkan dengan tahap

REKOMENDASI

terakhir yaitu dengan menentukan posisi

Dari hasil analisis melalui Ekternal
faktor Evaluation (EFE) Matrix dan Internal
Factor Evaluation (IFE) Matrix diperoleh
strategi yang sesuai dengan kondisi Kab.
Belitung saat ini yaitu strategi Intensive

kuadran menggunakan grafik space matrix
untuk mengetahui di mana posisi Belitung.
Diperolah hasil sebagai berikut :

GRAFIK SPACE MATRIX
Kuadran III
(-,+)
Kelemahan
Konservatif
Kuadran IV
(-,-)
Diservatif

Peluang

Ancaman

Kuadran I
(+,+)
Kekuatan
Agresif
Kuadran II
(+,-)
Kompetitif

Kuadran I Agresif (Peluang-Kekuatan) :
a. Situasi yang sangat menguntungkan
b. Kabupaten Belitung memiliki peluang
beserta

kekuatan

memanfaatkan

sehingga

peluang

dapat

eksternal,

kelemahan internal, serta menghindari
ancaman eksternal
c. Strategi seperti market penetration,
market, and product development cocok
digunakan untuk Belitung.

(market penetration, market development,
dan product development).
Dalam hal market penetration,
Kabupaten
Belitung
harus
dapat
meningkatkan penjualannya atas produk,
dalam kasus pembukaan rute penerbangan
baru ini tentu saja melibatkan seluruh
stakeholder yang terkait seperti bandara,
destinasi, dan seluruh pelaku pariwisata
melalui pemasaran-pemasaran yang lebih
agresif sehingga Belitung tersendiri akan
dapat
mempertahankan
bahkan
meningkatkan pangsa pasarnya, terkurangi
bebannya atas pertumbuhan pasar yang
mendominasi,
dan
meningkatkan
penggunaan produk oleh wisatawan yang
ada. Terkait dengan market development,
strategi ini berupaya untuk menjual produkproduk yang telah tersedia dalam arti lain

telah ada kepada pasar-pasar yang baru
sehingga pariwisata Belitung tidak jenuh.
Salah satu contohnya Pariwisata Belitung
dapat mengembangkan pasar ke negaranegara yang baru seingga terbentuk pasar
yang baru dan lebih luas lagi. Tentunya ini
menjadi suatu keuntungan karena berkaitan
langsung dengan demand dimana hal
tersebut menjadi salah satu faktor untuk
pembukaan rute penerbangan internasional.
Yang terakhir adalah product development
dimana strategi pertumbuhan ini berupaya
unutk mengenalkan produk baru kepada
pasar yang sudah ada. Pembukaan rute
penerbangan internasional di Belitung
merupakan produk baru, tentunya hal ini
berkaitan pula kepada diperlukannya
kompetensi yang baru serta memerlukan
usaha dalam pengembangan produk. Strategi
ini sangat bermanfaat karena dapat
meingkatkan penjulan pariwisata di Belitung
atas ketertarikan wisatawan dan membuat
wisatawan tidak jenuh atas produk yang ituitu saja beserta cara berkunjung ke Belitung
yang tidak berubah. Di sisi lain Belitung
akan memiliki nilai lebih.

DAFTAR PUSTAKA
1. Amien, S. M. (2013). Pengantar Filsafat
Geografi . Jakarta: Ombak.
2. Arikunto , S. (2006). Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Renika Cipta.
3. Atmadjati, A. (2014). Manajemen
Operasional Bandar Udara . Yogyakarta :
Deeublish.
4. Belitung, H. K. (n.d.). Kondisi Geografis
Belitung . Retrieved Maret 11, 2018,
from Website Resmi Pemerintah
Kabupaten
Belitung:
http://portal.belitungkab.go.id/kondisigeografis
5. C, C., J, F., D, G., & Wanhill, S. (2005).
Tourism Principle and Practive (third
edition ed.). Harlow: Prentice Hall.
6. Çakici, A. C. (2007). Importance Of
Destination
Attributes
Affecting
Destination
Choice
Of
Turkish
Birdwatchers. 131-135.
7. Daftar Bandara Udara Baertaraf
International di Indonesia . (2018, Maret
17). Retrieved Mei 5, 2015, from
bandarasoekarnohatta.com:

http://bandarasoekarnohatta.com/daftarbandar-udara-bertaraf-internasional-diindonesia.info
8. Damardjati, R. S. (2001). Istilah-istilah
Dunia Pariwisata. Jakarta : Pradnya
Paramita.
9. M, G. D., & Fauzan, A. (2016 ). Metode
Penelitian Kualitatif (Vol. Cetakan III).
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
10. Miro , F. (2009). Perencanaan
Transportasi
bagi
Mahasiswa,
Perencanaan dan Praktisi . Jakarta:
Erlangga.
11. Peter, B., Amedeo, O., & Cynthia, B.
(2009). The Global Airline Industry .
United Kingdom: John Wiley & Sons,
Ltd.
12. Republik Indonesia. 2009. UndangUndang No. 1 Tahun 2009. Tentang
Penerbangan
13. Roger, M. (2004). A Marketing Oriented
Tool
to
Assess
Destination
Competitiveness . Australia: Pty Ltd.
14. Wordwide Scheduling Guidelines WSG
(21st edition ed.). IATA.