laporan ddpt tentang ordo serangga

1

I.
I.1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Negara Indonesia merupakan negara yang kaya akan hasil pertaniannya.

Dalam hasil pertanian tersebut tidak jarang yang gagal dalam panen. Hal tersebut
dikarenakan pada tanaman tersebut terserang oleh hama yang menyerang pada
tanaman. Hama yang menyerang tanaman dapat mengakibatkan terjadinya
penyimpangan dan juga ketidak normalan pada tanaman sehingga dapat
menyebabkan kehilangan hasil tanaman.
Kerugian pada budidaya tanaman sering kali diakibatkan oleh Organisme
pengganggu tanaman (OPT) sehingga perlu diadakannya perlidungan tanaman
dengan tujuan meminimalisir kerugian yang disebabkan oleh OPT. Gangguan
yang disebabkan oleh OPT merupakan resiko yang harus dihadapi dan
diperhitungkan dalam setiap usaha dibidang budidaya tanaman (Pracaya, 2007).
Hama merupakan organisme pengganggu tanaman yang mengakibatkan
kerusakan secara fisik pada tanaman dan kerugian secara ekonomis, golongan

hama terbesar berasal dari kelas serangga (insecta). Namun ada beberapa jenis
serangga yang berperan sebagai musuh alami bagi serangga lain yang bersifat
hama. Hama tanaman yang menempati peringkat paling atas berasal dari klas
insecta (serangga), dalam klas insect ini terdapat beberapa ordo yang membagi
jenis-jenis serangga hama pengganggu tanaman (Siregar, 2005).

Bagian-bagian tubuh serangga pada umumnya terdiri atas 3 daerah yaitu
caput, toraks dan abdomen. Pada caput terdapat sepasang antenna, sepasang mata
1

2

majemuk, 3 buah ocelli, serta seperangkat alat mulut. Toraks didukung oleh 3
segmen masing-masing segmen terdapat sepasang kaki. Serangga yang memiliki
sayap umumnya mempunyai 2 pasang sayap yang melekat pada segmen ke-2 dan
ke-3 dari toraks. Abdomen disokong oleh 11 segmen yang ditumbuhi oleh
spirakel,

tympanum,


alat

genitalia

dan

dilengkapi

oleh

ovipositor

(Ayurlianah , 2006).
Berdasarkan urairan diatas maka hal yang melatar belakangi praktikum ini
yaitu agar dapat mengetahui morfologi dari serangga dan gejala serangan serta
dapat mengetahui macam – macam ordo.
1.2

Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari Praktikum Dasar – Dasar Perlindungan Tanaman Tentang


Pengenalan Ordo – Ordo Serangga adalah untuk mengetahui ordo – ordo dari
setiap serangga dan morfologinya serta dapat mengetahui gejala tanaman yang
terserang serangga.
Kegunaan dari praktikum ini yaitu agar dapat mengetahui morfologi
serangga dan gejala serangan yang di timbulkan akibat hama dan agar
memudahkan pengkalsifikasikan serangga hama tersebut.

II.

TINJAUAN PUSTKA

3

2.1

Ordo Orthoptera
Ordo orthoptera termasuk herbivora namun ada beberapa diantaranya

berperan sebagai predator pada serangga lain. Ordo ini mengalami metamorfosis

sederhana (paurometabola) dengan siklus hidup melalui tahapan: telur, nimfa,
kemudian imago (dewasa) (Triharso, 2005).
Metamorfose sederhana dengan perkembangan melalui tiga stadia yaitu
telur - nimfa - dewasa (imago). Bentuk nimfa dan dewasa terutama dibedakan
pada bentuk dan ukuran sayap serta ukuran tubuhnya. Contohserangga anggota
ordo Orthoptera ini adalah : Belalang sembah/mantis (Otomantis sp.), Belalang
kayu (Valanga nigricornis) (Arief, 2009).
Pada waktu istirahat sayap belakang melipat di bawah sayap depan.
Alat – alat tambahan lain pada caput antara lain dua buah (sepasang) mata facet,
sepasang antene, serta tiga buah mata sederhana (occeli). Dua pasang sayap serta
tiga pasang kaki terdapat pada thorax. Pada segmen (ruas) pertama abdomen
terdapat suatu membran alat pendengar yang disebut tympanum. Spiralukum yang
merupakan alat pernafasan luar terdapat pada tiap-tiap segmen abdomen maupun
thorax. Anus dan alat genetalia luar dijumpai pada ujung abdomen
(segmen terakhir abdomen) (Triharso,2005).

3
2.1.1

Belalang (Valangan nigroconis)


4

2.1.1.1 Klasifikasi dan Morfologi
Klasifikasi Belalang ( Valangan nigricornis ), Kingdom Animalia,
Filum Arthropoda, Kelas Insecta ,Ordo Orthoptera, Famili Acridoidae,
Genus Valanga, Spesies Valanga nigricornis (Istamar Syamsuri, 2007).
Tubuh belalang terdiri dari 3 bagian utama, yaitu kepala, dada (thorax)
dan perut (abdomen). Belalang juga memiliki 6 enam kaki bersendi, 2 pasang
sayap, dan 2 antena. Kaki belakang yang panjang digunakan untuk melompat
sedangkan kaki depan yang pendek digunakan untuk berjalan. Meskipun tidak
memiliki telinga, belalang dapat mendengar. Alat pendengar pada belalang disebut
dengan tympanum dan terletak pada abdomen dekat sayap. Tympanum berbentuk
menyerupai disk bulat besar yang terdiri dari beberapa prosesor dan saraf yang
digunakan untuk memantau getaran di udara. Belalang punya 5 mata
(2 compound eye, dan 3 ocelli). Belalang termasuk dalam kelompok hewan
berkerangka luar (exoskeleton) (Hasagewa, 2006).
2.1.1.2 Daur Hidup
Belalang betina dewasa berukuran lebih besar daripada belalang jantan
dewasa, yaitu 58-71 mm sedangkan belalang jantan 49-63 mm dengan berat tubuh

sekitar 2-3 gram. Belalang betina berukuran lebih besar dari pada belalang jantan.
Belalang dapat hidup hampir di semua penjuru dunia kecuali kutub utara dan
selatan (Campbell, 2009).

5

2.1.1.3 Gejala Serangan
Memiliki tipe mulut nimfa dan imagonya mengigit, mengunyah, dan
menggerek.Contohnya pada helaian daun jagung terdapat bekas gigitan, yang
menyebabkan daun berlubang yang terdapat pada tengah dan ujung daun
(Hasagewa, 2006).
2.2

Ordo Hemiptera
Ordo hemiptera hemi artinya “setengah” dan pteron artinya “sayap”.

Beberapa jenis serangga dari ordo ini pemakan tumbuhan dan adapula sebagai
predator yang mengisap tubuh serangga lain dan golongan serangga ini
mempunyai ukuran tubuh yang besar serta sayap depannya mengalami modifikasi,
yaitu setengah didaerah pangkal menebal, sebagiannya mirip selaput, dan syap

belakang seperti selaput tipis. Metamorfose bertipe sederhana (paurometabola)
yang dalam perkembangannya melalui stadia : telur —> nimfa —> dewasa
(Pracaya, 2007).
Bentuk nimfa memiliki sayap yang belum sempurna dan ukuran tubuh
lebih kecil dari dewasanya. Tipe alat mulut pencucuk pengisap yang terdiri atas
moncong (rostum) dan dilengkapi dengan alat pencucuk dan pengisap berupa
stylet. Pada ordo Hemiptera, rostum tersebut muncul pada bagian anterior kepala
(bagian ujung). Rostum tersebut beruas-ruas memanjang yang membungkus
stylet. Pada alat mulut ini terbentuk dua saluran, yakni saluran makanan dan
saluran ludah (Sudormono,2009).

6

2.2.1

Kepik Hijau (Nezara viridula)

2.2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi
Klasifikasi Kepik Hijau (Nezara viridula),


Kingdom Animalia,

Famili Pentatomidae, Filum Arthropoda, Kelas Insecta, Ordo Hemiptera,
Subordo Heteroptera, Genus Nezara , Spesies Nezara viridula (Matnawy, 2006).
Hama kepik hijau ini pada stadia imago berwarna hijau polos, kepala
berwarna hijau serna pronotumnya berwarna jingga dan kuning keemasan,kuning
kehijauan dengan tiga bintik berwarn hijau dan kuning polos. Telur diletakkan
berkelompok (10-90 butir/kelompok) pada permukaan bawah daun. Nimfa terdiri
dari 5 instar. Instar awal hidup bergerombol di sekitar bekas telur,kemudian
menyebar. Pada kedelai nimfa dan imago terutama mengisap polong
(Pracaya, 2007).
2.2.1.2 Daur Hidup
Jumlah telurnya lebih kurang 1.100 butir. Telur diletakkan berkelompok
pada daun dengan masing-masing berjumlah 10-90 butir. Perkembangan telur
sampai dewasa lebih kurang 4-8 minggu. Jumlah daur hidupnya lebih kurang
60-80 hari, bahkan ada yang bias mencapai setengah tahun. Warna nimfa cerah
(Pracaya, 2007).

2.2.1.3 Gejala Serangan
Gejala serangan hama kepik hijau menyerang Polong dan biji menjadi

mengempis, polong gugur, biji menjadi busuk, hingga berwarna hitam. Kulit biji

7

menjadi keriput dan adanya bercak coklat pada kulit biji. Periode kritistanaman
terhadap serangan penghisap polong ini adalah pada stadia pengisian biji. Nimfa
dan imago merusak polong dan biji kedelai dengan cara mengisapcairan biji.
Serangan yang terjadi pada fase pertumbuhan polong dan perkembangan biji
menyebabkan polong dan biji kempis, kemudian mengering.Serangan terhadap
polong muda menyebabkan biji kempis dan seringkali polong gugur. Serangan
yang terjadi pada fase pengisian biji menyebabkan biji menghitam dan busuk
(Pracaya,2007).
2.2.2

Walang Sangit (Leptocorixa acuta)

2.2.2.1 Klasifikasi dan Morfologi
Klasifikasi dari Walang

sangit


(Leptocorixa

acuta),

yaitu

Kingdom Animalia, Phylum Arthropoda, Kelas Insecta, Ordo Hemiptera,
Famili Alydidae, Genus Leptocorixa, Spesies Acuta (Istamar Syamsuri, 2007).
Walang sangit (L. acuta) mengalami metamorfosis sederhana yang
perkembangannya dimulai dari stadia telur, nimfa dan imago. Imago berbentuk
seperti kepik, bertubuh ramping, antena dan tungkai relatif panjang. Warna tubuh
hijau kuning kecoklatan dan panjangnya berkisar antara 15 – 30 mm. Nimfa
berwarna kekuningan, kadang-kadang nimfa tidak terlihat karena warnanya sama
dengan warna daun (Siregar dkk, 2007).
2.2.2.2 Daur Hidup
Walang sangit (Leptocorixa acuta) biasanya bertelur pada waktu sore
hari atau senja. Umunya telur diletakkan pada permukaan daun di dekat malai
yang segera muncul. Tujuannya agar pada waktu menetas nimfa segera dapat
mengisap malai yang masih masak susu. Walang sangit (L. acuta) mengalami


8

metamorfosis sederhana yang perkembangannya dimulai dari stadia telur, nimfa
dan imago (Pracaya, 2007).
Telur berbentuk seperti cakram berwarna merah coklat gelap dan
diletakkan secara berkelompok. Kelompok telur biasanya terdiri dari 10 - 20
butir. Telur-telur tersebut biasanya diletakkan pada permukaan atas daun di dekat
ibu tulang daun. Peletakan telur umumnya dilakukan pada saat padi berbunga.
Telur akan menetas 5 – 8 hari setelah diletakkan. Perkembangan dari telur sampai
imago adalah 25 hari dan satu generasi mencapai 46 hari (Pracaya, 2009).
2.2.2.3 Gejala Serangan
Nimfa dan imago mengisap bulir padi pada fase masak susu, selain itu
dapat juga mengisap cairan batang padi. Malai yang diisap menjadi hampa dan
berwarna coklat kehitaman. Nimfa lebih aktif dari pada imago, tapi imago dapat
merusak lebih banyak karena hidupnya lebih lama. Hilangnya cairan biji
menyebabkan biji padi mengecil jika cairan dalam bilir tidak dihabiskan. Dalam
keadaan tidak ada bulir yang matang susu, maka dapat menyerang bulir padi yang
mulai mengeras, sehingga pada saat stylet ditusukkan mengeluarkan enzim yang
mencerna karbohidrat (Siregar dkk, 2007).
2.3

Ordo Celeoptera
Ordo Coleoptera coleos artinya “seludang” pteron “sayap”. Tipe

serangga ini memiliki sayap depan yang mengeras dan tebal seperti seludang
berfungsi untuk menutup sayap belakang dan bagian tubuh. Metamorfose bertipe
sempurna (holometabola) yang perkembangannya melalui stadia : telur —> larva

9

—> kepompong (pupa) —> dewasa (imago). Alat mulut bertipe penggigitpengunyah, umumnya mandibula berkembang dengan baik (Siregar, 2005).
Anggota ordo coleopteran ada yang bertindak sebagai hama tanaman,
namun ada juga yang bertindak sebagai predator (pemangsa) bagi serangga lain.
Sayap terdiri dari dua pasang. Sayap depan mengeras dan menebal serta tidak
memiliki vena sayap dan disebut elytra (Pracaya, 2009).
2.3.1

Kumbang Kelapa (Oryctes rhynoceros)

2.3.1.1 Klasifikasi dan Morfologi
Klasifikasi

kumbang

kelapa

Kingdom Animalia, Filum Arthropoda,
Famili

Scarabaeidae,

Genus

Oryctes,

(Oryctes

rhynoceros)

adalah

Kelas Insecta, Ordo Coleoptera,
Spesies

Oryctes

rhinoceros

L

(Sudarmono, 2009).
Morfologi kumbang kelapa (O rhynoceros) memiliki ukuran 20-40 mm
warna hitam. Bagian kepala terdapat cula seperti badak. Panjang kumbang ± 5
cm-6 cm. Morfologi larva dewasa ukuran panjang 12 mm dengan kepala merah
coklat. Tubuh bagian belakang lebih besar dari bagian depan. Badan berbulu
pendek dan bulu ekor tumbuh rapat. Sedangkan kumbang dewasa (imago)
berukuran 3-5 cm, warna merah sawo, memiliki ciri morfologi seperti terdapat
caput, antena, tanduk/ cula, mulut, mata, thoraks, tunkai depan, tungkai tengah,
tungkai belakang, abdomen dan sayap. Kumbang dewasa meninggalkan kokon
pada malam hari dan terbang ke atas pohon kelapa (Pracaya, 2007).
2.3.1.2 Daur Hidup

10

Kumbang

kelapa (Oryctes rhinoceros) merupakan serangga yang

mengalami metamorfosis sempurna yang melewati stadia telur, larva, pupa, dan
imago. Bertelur di tanah yang banyak humus atau bahkan bahan organic yang
telah mulai membusuk. Jumlah telurnya 45 butir. Setelah 13-23 hari, telur akan
menetas dan menjadi ulet. Perkembangan dari telur sampai dewasa kira-kira 7-8
bulan (Sudarmono, 2009).
2.3.1.3 Gejala Serangan
Gejala serangan hama pada daun terjadi setelah kumbang menggerek ke
dalam batang tanaman, yaitu memakan pelepah daun muda yang sedang
berkembang. Karena kumbang memakan daun yang sedang terlipat, maka bekas
gigitan akan menyebabkan daun seakan-akan tergunting yang baru jelas terlihat
setelah daun membuka. Bekas guntingan ini merupakan ciri khas serangan
kumbang kelapa. Pada tanaman berumur 0-1 tahun, lubang pada pangkal batang
dapat menyebabkan kematian titik tumbuh atau terpuntirnya pelepah daun yang
dirusak (Triharso, 2005).

2.4

Ordo Lepidoptera
Ordo Lepidoptera berasal dari kata lepidos “sisik” dan pteron artinya

“sayap”. Tipe alat mulut dari ordo lepidoptera menggigit-mengunyah tetapi pada
imagonya

bertipe

mulut

menghisap.

Metamorfose

bertipe

sempurna

(Holometabola) yang perkembangannya melalui stadia : telur —> larva —>

11

kepompong —> dewasa. Larva bertipe polipoda, memiliki baik kaki thoracal
maupun abdominal, sedang pupanya bertipe obtekta. Tipe alat mulut seranga
bertipe pengisap, sedang larvanya memiliki tipe penggigit. Pada serangga dewasa,
alat mulut berupa tabung yang disebut proboscis, palpus maxillaris dan mandibula
biasanya

mereduksi,

tetapi

palpus

labialis

berkembang

sempurna

(Matnawy, 2006).
2.4.1

Ulat Daun Bawang (Spodoptera exigua)

2.4.1.1 Klasifikasi dan Morfologi
Berikut ini sistematika atau klasifikasi dari Ulat Daun Bawang
(Spodoptera

exigua),

yaitu

Famili

Noctuidae,

Ordo

Lepidoptera,

Spesies Spodoptera exigua (Pracaya, 2007).
Ciri morfologi adalah seluruh tubuh berwarna hijau muda dengan sungut
yang sulit terlihat karena ukurannya yang relatif kecil. Hama ini memiliki struktur
tubuh yang lunak. Ulat ini pada umumnya menyerang tanaman pada sore hari
sampai malam hari tetapi apabila jumlah populasi sangat banyak ulat ini juga
menyerang pada siang hari (Semangun, 2004).

2.4.1.2 Daur Hidup
Larva muda yang menetas dari telur akan bergerombol pada sisi bagian
bawah daun. Ulat-ulat kecil ini mulai memakan daging daun dan meninggalkan
lapisan terluar dari daun (epidermis) yang berupa lapisan tipis berwarna putih

12

tembus pandang. Sedangkan ulat yang besar (larva dewasa) dapat memakan
urat-urat daun sehingga daun akan berlubang-lubang (Pracaya, 2009).
2.4.1.3 Gejala Serangan
Larva muda yang menetas dari telur akan bergerombol pada sisi bagian
bawah daun. Ulat-ulat kecil ini mulai memakan daging daun dan meninggalkan
lapisan terluar dari daun (epidermis) yang berupa lapisan tipis berwarna putih
tembus pandang. Larva muda umumnya berwarna hijau muda, bagian sisi coklat
tua atau hitam kecoklatan dan hidup berkelompok. Sedangkan ulat yang
besar (larva dewasa) dapat memakan urat-urat daun sehingga daun akan
berlubang-lubang. Umumnya warna larva dewasa adalah hijau gelap dengan garis
punggung warna gelap memanjang. Pada siang hari ulat bersembunyi dalam
tanah (tempat yang lembab) dan menyerang tanaman pada malam hari. Serangan
berat dapat menyebabkan tanaman gundul karena daun dan buah habis dimakan
ulat (Susetya, 2004).

2.4.2

Pengerek Buah Kakao (Conopomorphia cramerolla)

2.4.2.1 Klasifikasi dan Morfologi

13

Klasifikasi

atau

sistematika

penggerek

buah

kakao

(Conopomorphia cramerolla) yaitu Kingdom Animalia, Phylum Arthropoda,
Class Insecta, Ordo Lepidoptera, Family Gracillariidae, Genus Conopomorphia,
Species Conopomorphia cramerella (Semangun, 2004).
Morfologi dari PBK yaitu telur berbentuk oval dan berwarna kuning
oranye pada saat baru diletakkan. Panjang telur 0,45-0,50 mm dan lebar telur
0,25-0,30 mm. Larva yang baru keluar dari telur berwarna putih transparan
dengan panjang 1 mm. Dalam kondisi pertumbuhan penuh, panjang larva dapat
mencapai 12 mm dan berwarna hijau muda. Pupa berwarna kecokelatan panjang
7-8 mm dan lebar 1mm. Ngengat (serangga dewasa) memiliki panjang tubuh 7
mm dan lebar 2 mm, dengan panjang rentang sayap 12 mm. Warna dasar ngengat
adalah cokelat dengan warna putih berpola zig-zag sepanjang sayap depan dan
spot oranye pada ujung sayap (Susetya, 2004).
2.4.2.2 Daur Hidup
Siklus hidup PBK terdiri dari stadium telur 2-7 hari, larva 14-18 hari, dan
pupa 5-8 hari, serta ngengat 5-8 hari. Sekurangnya dibutuhkan waktu 35 – 45 hari
oleh hama PBK untuk berkembang dari telur menjadi imago (serangga dewasa),
sehingga wajar dalam waktu yang cukup singkat perkembangan hama PBK ini
sangat cepat. Siklus hidup serangga PBK ini sama seperti umumnya serangga lain
yaitu telur, larva, pupa dan imago (Semangun, 2004).
2.4.2.3 Gejala Serangan

14

Buah kakao yang diserang berukuran panjang 8 cm, dengan gejala masak
awal, yaitu belang kuning hijau atau kuning jingga dan terdapat lubang gerekan
bekas keluar larva. Pada saat buah dibelah biji-biji saling melekat dan berwarna
kehitaman, biji tidak berkembang dan ukurannya menjadi lebih kecil. Selain itu
buah jika digoyang tidak berbunyi. Serangan PBK menyebabkan kematian
jaringan plasenta biji sehingga biji tidak dapat berkembang sempurna lalu menjadi
lengket. Serangan pada buah muda mengakibatkan kehilangan hasil yang lebih
besar sebab buah akan mengalami masak dini sehingga buah tidak dapat dipanen
(Susetya, 2004).
2.5

Ordo Homptera
Anggota ordo Homoptera memiliki morfologi yang mirip dengan ordo

Hemiptera. Perbedaan pokok antara keduanya antara lain terletak pada morfologi
sayap depan dan tempat pemunculan rostumnya. Sayap depan anggota ordo
Homoptera memiliki tekstur yang homogen, bisa keras semua atau membranus
semua, sedang sayap belakang bersifat membranus. Alat mulut juga bertipe
pencucuk pengisap dan rostumnya muncul dari bagian posterior kepala
(Sudarmono, 2009).

2.5.1

Kutu Daun (Aphis Sp)

15

2.5.1.1 Klasifikasi dan Morfologi
Klasifikasi

kutu

daun

(Aphis

Sp)

adalah

sebagai

berikut

Kingdom Animalia, Phylum Arthropoda, Kelas Insekta ,Ordo Hemiptera,
Famili Aphididae , Genus Myzus, Aphis, Toxoptera , Spesies : Myzus persicae,
Aphis gossypii, Toxoptera, aurantii, Toxoptera citricidus (Sosromarsono, 2009)
Morfologi Kutu dewasa berbentuk bulat memanjang (oval), lunak
dengan segmen yang jelas, biasanya tertutup lilin yang berbentuk seperti tepung
atau kapas. Warna badannya kuning kecoklatan, kuning muda atau kuning tua,
panjang 3 – 4 mm dan lebar 1,5 – 2 mm. Telur berwarna kuning yang diletakkan
di dalam kantong yang berbulu. Nimfa yang baru menetas dari telur berwarna
hijau muda, kuning pucat atau merah tua tergantung stadianya. Serangga jantan
lebih kecil dari yang betina, mempunyai dua sayap (Wigman, 2010).
2.5.1.2 Daur Hidup
Tipe metamorfose sederhana (paurometabola) yang perkembangannya
melalui stadia : telur —> nimfa —> dewasa. Baik nimfa maupun dewasa
umumnya dapat bertindak sebagai hama tanaman (Triharso, 2005).

2.5.1.3 Gejala Serangan

16

Kutu daun ini menyerang tunas dan daun muda dengan cara
menghisap cairan tanaman sehingga helaian daun menggulung. Koloni kutu
ini berwarna hitam, coklat atau hijau kekuningan tergantung jenisnya. Kutu
menghasilkan embun madu yang melapisi permukaan daun sehingga merangsang
jamur tumbuh. Di samping itu, kutu juga mengeluarkan toksin melalui air
ludahnya sehingga timbul gejala kerdil, deformasi dan terbentuk puru pada
helaian daun. Di antara kutu daun yang menyerang tanaman jeruk, kutu daun
coklat dan hitam merupakan yang terpenting karena menularkan virus penyebab
penyakit Tristeza (Wigman, 2010).

17

III. METODE PRAKTEK
3.1

Tempat dan Waktu
Tempat pelaksanaan Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman di

Laboraturtium Hama dan Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas
Tadulako, Palu. Dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 06 November 2014, pada
pukul 10.00-14.30 WITA.
3.2

Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum Dasar-Dasar Perlindungan

Tanaman tentang Pengenalan Ordo-Ordo Serangga yaitu papan bedah, jarum
pentul, alkohol 70% serta alat tulis menulis seperti buku gambar, pensil, mistar
dan pulpen.
Bahan yang digunakan adalah belalang (Valanga nigricornis) dan gejala
serangannya, kepik hijau (Nezara Viridula) dan gejala serangannya, walang sangit
(Leptocorixa acuta)dan gejala serangannya, kumbang helm (Coccinela acuta)
kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros) dan gejala serangannya, ulat pada daun
bawang (Spodoptera exiqua) dan gejala serangannya, kutu daun (Aphis Sp) dan
gejala serangannya, serta penggerek buah kakao (Conophomorpa cramela) dan
gejala serangannya.

17

18

3.3

Cara Kerja
Langkah awal menyiapkan bahan hama dan gejala serangannya, lalu

mengambil dan mengamati morfologi spesimen tersebut satu-persatu, kemudian
merendam serangga yang belum mati kedalam gelas yang berisi alkohol agar lebih
muda dalam pengamatan, kemudian menggambarkan spesimen beserta gejala
serangnnya pada buku gambar dan memberikan keterangan pada setiap gambar
tersebut.

19

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1

Hasil
Berdasarakan hasil pengamatan pada morfologi serangga, maka diperoleh

hasil sebagai berikut :

Keterangan :
1.
2.
3.
4.

Kepala (Caput)
Dada (Thoraks)
Perut (Abdomen)
Mata
5. Antena

Gambar 1. Morfologi Belalang (Valanga nigrocornis).
Keterangan :
Terdapat lubang pada
daun akibat gigitan
hama belalang.

Gambar 2. Gejala Serangan Belalang (Valanga nigrocornis) pada Tanaman Daun
Jagung (Zea mays).
19

20

Keterangan :
1.
2.
3.
4.

Kepala (Caput)
Dada (Thoraks
Perut (Abdomen)
Mata
5. Antena

Gambar 3. Morfologi Kepik Hijau (Nezara viridula).
Keterangan :
Biji hitam, busuk dan
bercak – bercak coklat.

Gambar 4. Gejala Serangan Kepik Hijau (Nezara viridula) pada Tanaman Kacang
Hijau (Phaseolus radiatus) .
Keterangan
1.
2.
3.
4.
5.

Gambar 5. Morfologi Walang Sangit (Leptoricixa acuta)

Kepala (Caput)
Dada (Thoraks
Perut (Abdomen)
Mata
Antena

21

Keterangan :
Bulir padi tampak
kecoklatan dan hampa

Gambar 6.

Gejala Serangan Walang Sangit (Leptocorixa acuta) pada Tanaman
Padi (Oryza sativa).
Keterangan :
1. Kepala (Caput)
2. Kaki semu
3. Perut (Abdomen)

Gambar 7. Morfologi Penggerek Buah Kakao (Conophomorpa cramerella).
Keterangan :
Adanya lubang akibat
gigitan ulat

Gambar 8. Gejala Serangan Penggerek Buah Kakao (Conophomorpa cramerella)
pada Tanaman Kakao.

22

Keterangan :
1. Kepala (Caput)
2. Dada (Thoraks)
3. Kaki semu

Gambar 9 : Morfologi Ulat Daun Bawang (Spodoptera exigua).

Gambar 9. Morfologi Ulat Daun Bawang (Spodoptera exigua).
Keterangan :
Lubang pada daun bawang
( Allium ceppa )

Gambar 10. Gejala Serangan Ulat Daun Bawang (Spodoptera exigua) pada Daun
Bawang (Allium ceppa).
Keterangan
1. Kepala (Caput)
2. Dada (Thoraks
3. Perut (Abdomen)
4. Mata
5. Antena

Gambar 11. Morfologi Kumbang Helm (Coccinela acuta).

23

Keterangan
1. Kepala (Caput)
2. Dada (Thoraks)
3. Perut (Abdomen)
4. Mata
5. Antena

Gambar 12. Morfologi Kumbang Kelapa (Oryctes rhinoceros)
Keterangan :
Daun tampak bercak
coklat

Gambar 13. Gejala Serangan Kumbang Kelapa (Oryctes rhinoceros) pada Kelapa
(Coconus nucifera)
Keterangan
1.
2.
3.
4.
5.

Gambar 14. Morfologi Kutuh Putih Daun (Aphis Sp).

Kepala (Caput)
Dada (Thoraks)
Perut (Abdomen)
Mata
Antena

24

Keterangan :
Daun tampak bercak
– bercak coklat

Gambar 15. Gejala Serangan Kutu Putih Daun (Aphis sp) pada Daun Mangga
(Mangifera indica).
4.2

Pembahasan
Berdasarkan

hasil

pengamatan

pada

morfologi

belalang

(Valanga nigricornis) (Gambar 01) dapat dilihat adanya ciri morfologi yaitu
memiliki kepala, sepasang mata, antena, sayap, kaki, thoraks.
Tubuh belalang terdiri dari 3 bagian utama, yaitu kepala, dada (thorax) dan
perut (abdomen). Belalang juga memiliki 6 enam kaki bersendi, 2 pasang sayap,
dan 2 antena. Belalang kayu merupakan filum arthropoda yang mempunyai type
mulut penggigit pengunyah. Alat mulut tipe menggigit dan mengunyah ini akan
merusak tanaman atau membuat terowongan ke dalam bagian tanaman
(Hasagewa, 2006).
Berdasarkan

hasil

pengamatan

pada

gejala

serangan

belalang

(Valanga nigricornis) (Gambar 02) pada daun jagung (Zea mays) diperoleh bahwa
daun yang terserang akan mengalami kerusakan dari bagian samping, dan
berlubang-lubang.

25

Memiliki tipe mulut nimfa dan imagonya mengigit, mengunyah, dan
menggerek.Contohnya pada helaian daun jagung terdapat bekas gigitan, yang
menyebabkan daun berlubang yang terdapat pada tengah dan ujung daun
(Hasagewa, 2006).
Berdasarkan hasil pengamatan pada morfologi morfologi kepik hijau
(Nezera viridula) (Gambar 03) dapat dilihat adanya ciri morfologi yaitu memiliki
kepala, sepasang mata, thoraks, antena dan abdomen.
Kepik hijau memiliki sayap dua pasang (beberapa spesies ada yang tidak
bersayap). Sayap depan menebal pada bagian pangkal (basal) dan pada bagian
ujung membranus. Bentuk sayap tersebut disebut Hemelytra. Sayap belakang
membranus dan sedikit lebih pendek dari pada sayap depan. Pada bagian kepala
dijumpai adanya sepasang antene, mata facet dan occeli (Pracaya, 2009).
Berdasarkan hasil pengamatan pada gejala serangan kepik hijau
(Nezera viridula) (Gambar 04) pada tanaman kacang hijau (Phaseolus radiatus)
akan terlihat biji bewarna hitam, busuk dan bercak – bercak coklat.
Gejala serangan hama kepik hijau menyerang Polong dan biji menjadi
mengempis, polong gugur, biji menjadi busuk, hingga berwarna hitam. Kulit biji
menjadi keriput dan adanya bercak coklat pada kulit biji. Nimfa dan imago
merusak

polong

dan

biji

kedelai

dengan

cara

mengisap

cairan

biji

(Pracaya, 2007).
Berdasarkan

hasil

pengamatan

pada

morfologi

walang

sangit

(Laptocorixa acuta ) (Gambar 05) dapat dilihat adanya ciri morfologi yaitu
memiliki kepala, sepasang mata, antena, thoraks , abdomen dan sayap.

26

Walang sangit (L acuta) memiliki warna tubuh hijau kuning kecoklatan
dan panjangnya berkisar antara 15 – 30 mm. Nimfa berwarna kekuningan,
kadang-kadang nimfa tidak terlihat karena warnanya sama dengan warna daun.
(Siregar dkk, 2007).
Berdasarkan hasil pengamatan pada gejala serangan walang sangit
(L acuta) (Gambar 06) pada tanaman padi (Oryza sativa) terlihat bulir padi
tampak kecokelatan dan hampa.
Nimfa dan imago mengisap bulir padi pada fase masak susu, selain itu
dapat juga mengisap cairan batang padi. Malai yang diisap menjadi hampa dan
berwarna coklat kehitaman. Hilangnya cairan biji menyebabkan biji padi mengecil
jika cairan dalam bilir tidak dihabiskan. Dalam keadaan tidak ada bulir yang
matang susu, maka dapat menyerang bulir padi yang mulai mengeras, sehingga
pada saat stylet ditusukkan mengeluarkan enzim yang mencerna karbohidrat
(Siregar dkk, 2007).
Berdasarkan hasil pengamatan pada morfologi Penggerak Buah Kakao
(Conophomorpa cramerella) (Gambar 07) dapat dilihat adanya ciri morfologi
yaitu memiliki Kepala (Caput), Kaki semu, Perut (Abdomen).
Morfologi dari PBK yaitu telur berbentuk oval dan berwarna kuning
oranye pada saat baru diletakkan. Ngengat (serangga dewasa) memiliki panjang
tubuh 7 mm dan lebar 2 mm, dengan panjang rentang sayap 12 mm. Warna dasar
ngengat adalah cokelat dengan warna putih berpola zig-zag sepanjang sayap
depan dan spot oranye pada ujung sayap (Susetya, 2004).

27

Berdasarkan hasil pengamatan pada gejala serangan Penggerak Buah
Kakao (Conophomorpa cramerella) (Gambar 08) pada tanaman kakao adanya
lubang akibat gigitan ulat yang menyababkan buah kakao menjadi busuk.
Gejala serangan yang ditimbulkan oleh penggerek buah kakao
(Conopomorpha cramerella) adalah melubangi kulit buah dan mengeluarkan
lendir sehingga kulit buah menjadi berwarna kecoklatan (Matnawy, 2006).
Berdasarkan hasil pengamatan pada morfologi ulat daun Bawang
(Spodoptera exigua) (Gambar 09) dapat dilihat adanya ciri morfologi yaitu
memiliki Kepala (Caput), Kaki semu, Perut (Abdomen).
Ciri morfologi dari ulat daun bawang adalah seluruh tubuh berwarna hijau
muda dengan sungut yang sulit terlihat karena ukurannya yang relatif kecil. Hama
ini memiliki struktur tubuh yang lunak (Semangun, 2004).
Berdasarkan

hasil

pengamatan

pada

gejala

serangan

ulat

daun

(Spodoptera exigua) pada daun bawang ( Allium ceppa ) (Gambar 10) terdapat
lubang pada daun.
Ulat yang besar (larva dewasa) dapat memakan urat-urat daun sehingga
daun akan berlubang-lubang. Serangan berat dapat menyebabkan tanaman gundul
karena daun dan buah habis dimakan ulat (Susetya, 2004).
Berdasarkan

hasil

pengamatan

pada

morfologi

kumbang

helm

(Coccinela Acuta) (Gambar 11) dapat dilihat adanya ciri morfologi yaitu
memiliki Kepala (Caput), sepasang mata, antena, dada (Thoraks) dan abdomen.

28

Kumbang helem (Coccinella arcuta F.) memiliki bentuk bulat kecil
dengan warna kuning kemerahan dengan bercak berwarna hitam. Terdiri dari
kepala

(caput).

Antena,

dada

(thoraks),

kaki

dan

perut

(abdomen)

(Wigman, 2010).
Berdasarkan hasil pengamatan pada Morfologi Kumbang kelapa
(Oryctes rhinoceros) (Gambar 12) dapat dilihat adanya ciri morfologi yaitu
memiliki kepala (Caput), antena, mata, thoraks (dada) , perut (Abdomen).
Morfologi

hama

kumbang

kelapa (Oryctes rhynoceros) memiliki

bagian badan dan kepala yang keras, pada bagian kepala terdapat tanduk,
memiliki 6 kaki, memiliki mata, sayap luar, sayap dalam,

abdomen, dan

ofipositor (Pracaya, 2007).
Berdasarkan

hasil

pengamatan

gejala

serangan

kumbang

kelapa

(Oryctes rhinoceros) pada kelapa (Coconus nucifera) (Gambar 13) adanya daun
bercak – bercak kecoklatan.
Gejala serangan hama pada daun terjadi setelah kumbang menggerek ke
dalam batang tanaman, yaitu memakan pelepah daun muda yang sedang
berkembang. Pucuk kelapa menjadi rusak, daun yang mudah menjadi patah,
pelepah kelapa menjadi tumbang dan penyerangan dalam jumlah besar kadang
pucuk tanaman akan busuk dan tanaman kelapa akan mati (Triharso, 2005).
Berdasarkan hasil pengamatan morfologi kutu putih daun (Aphis Sp)
(Gambar 14) memiliki bagian kepala (Caput), mata, antena, dada (Thoraks) perut
(Abdomen).

29

Morfologi Kutu dewasa berbentuk bulat memanjang (oval), lunak
dengan segmen yang jelas, biasanya tertutup lilin yang berbentuk seperti tepung
atau kapas. Warna badannya kuning kecoklatan, kuning muda atau kuning tua,
panjang 3 – 4 mm dan lebar 1,5 – 2 mm. Serangga jantan lebih kecil dari yang
betina, mempunyai dua sayap (Wigman, 2010).
Gejalah Serangan yang ditimbulkan oleh kutu putih daun (Aphis Sp)
pada daun mangga (Mangifera indica) (Gambar 15) yaitu terdapat bercak- becak
coklat pada daun.
Kutu daun ini menyerang tunas dan daun muda dengan cara
menghisap cairan tanaman sehingga helaian daun menggulung. Di samping itu,
kutu juga mengeluarkan toksin melalui air ludahnya sehingga timbul
gejala kerdil, deformasi dan terbentuk puru pada helaian daun (Wigman, 2010).
Pengendalian hama secara umum terbagi atas pengendalian secara
mekanik, fisik, pengandalian fisik dan pengendalian secar hayati.

30

V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil dan pembahasan yang telah yang di peroleh maka dapat
disimpulkan bahwa :
1.

kita bisa mengetahui berbagai macam bentuk serangga hama dan

2.

ordo-ordonya.
Gejala serangan yang di timbulkan hampir setiap terdapat pada daun yang

3.

robek.
Setiap ordo memiliki bentuk fisik yang berbeda. dari bentuk mulutnya yang

4.

panjang, tubuhnya kecil, memiliki sayap yang tebal dan tipis, dan lain-lain.
Dengan mempunyai ciri fisik yang seperti itu serangga hama ini dengan

5.

mudahnya merusak semua pertumbuhan tanaman.
Pengendalian hama secara umum terbagi atas pengendalian secara mekanik,
fisik, pengandalian fisik dan pengendalian secar hayati.

5.2 Saran
Pelaksanaan praktikum ini pada umumnya sudah baik, namun untuk
praktikum selanjutnya ketertiban dan kedisiplinan perlu ditingkatkan lagi baik
untuk asisten ataupun praktikan agar pada pelaksanaan praktikum dapat berjalan
lancar.

30