Match Point 2005 Problematika Dilema
Match Point (2005)
Problematika Dilema antara Wanita, Harta, Tahta dan Kita yang tak pernah menyatu
Muhammad Aditya Pratama
1160150099
UJIAN TENGAH SEMESTER ETIKA
Abstrak
Dari semua sub bidang filsafat, filsafat moral (juga dikenal sebagai etika) adalah salah satu yang
paling dikenal oleh non filsuf. kita semua terbiasa dengan gagasan untuk melakukan evaluasi
moral atas tindakan diri kita dan orang lain – menilai seberapa jauh mana tindakan secara moral
benar dan yang lainnya salah secara moral. Kasus perselingkuhan adalah yang paling dekat
dalam menilai seberapa jauh mana tindakan itu benar atau salah secara moral sebab
hubungannya adalah tentang memiliki dan menjaga satu sama lain.
Namun disisi lain kita dihadapkan oleh permasalahan yang lebih besar, kita sedang
membutuhkan apa yang kita inginkan dalam hidup yaitu sebuah kemandirian dalam membiayai
hidup dan menyenangkan diri sendiri secara ekonomis, ketika pilihan dualisme ini bertabrakan
maka kita dihadapkan oleh dua pilihan yang membentuk diri kita secara naluri manusia,
membentuk sebuah pertanyaan apa sebenarnya yang menjadi tujuan manuia ? faktor-faktor inilah
yang selalu memecah pilihan manusia itu sendiri menjadi kubu positif atau kubu negatif.
Tulisan ini ingin menampilkan keunikan dalam film Match Point (2005) yang disutradarai oleh
Woody Allen dalam melihat sebuah hubungan, perselingkuhan, kewajiban serta kebutuhan dalam
diri manusia dalam sudut pandang moral serta menjadi penilaian dalam memberikan nilai-nilai
atas kebenaran atau kesalahan tersebut serta fokus pada pembahasan khusus mengenai
permasalahan dilematis tentang moral dilemma yang ingin diaplikasikan kepada film Match
Point (2005) tersebut.
Kata Kunci : Moral Dilemma, Percintaan, Kemandirian Ekonomi, Perselingkuhan
Pendahuluan
“The human heart in conflict with itself is the only thing worth writing about”
-
William Faulkner
-
Suatu hari atau kapanpun nantinya, semua orang akan berhadapan dengan situasi dimana
seseorang harus memutuskan di antara dua pilihan. Kita tahu bahwa setiap keputusan sendiri
mempunyai opsi namun lambat laun opsi itu sendiri akan berubah serta menghilangkan sebuah
rasa dari persamaan. Pilihan yang biasanya kita ambil biasanya bersifat spontan, pilihan kita
jatuh pada pilihan yang bersifat intuisi, sekedar yang kita sukai. Namun, pada suatu saat, situasi
yang tidak mungkin terjadi dan satu-satunya hasil yang mungkin kita dapat berupa hal positif dan
negatif dari setiap pilihan yang kita pilih.
Match Point (2005) film arahan Woody Allen ini bercerita tentang Chris, seorang pensiunan
pemain tenis asal Irlandia, melamar pekerjaan sebagai instruktur di sebuah klub tenis di London.
Di sana Chris bertemu dengan Tom Hewett, seorang pria dengan status kelas atas. Chris menjadi
instruktur untuk Tom. Beruntung bagi Chris, Chloe, adiknya Tom, jatuh cinta padanya. Pada
sebuah acara keluarga Hewett, Chris secara tidak sengaja bertemu dengan Nola, kekasih Tom.
Nola yang penuh dengan sensualitas dan kemauan yang keras untuk menjadi seorang aktris tentu
saja menarik perhatian Chris dan secara perlahan namun pasti, Chris pun mulai jatuh cinta
padanya.
Sampai pada ujungnya, film ini menampilkan keinginan untuk tetap berada di kelas atas atau
mendahului hasratnya terhadap Wanita yang kita sukai karena hasrat. Film ini menyajikan
masalah konflik antara gairah/hasrat dan akal sehat. Membutakan keinginan sebenarnya sehingga
menggeser yang sebenarnya kita butuhkan tersebut hanya sebagai bagian lapisan kedua dari
manusia dan meninggalkannya, sungguh hidup penuh dengan kebutaan atas hal-hal kecil yang
selalu menganggu nafsu serta akal sehat dari manusia.
Match Point dan Moral Dilemma
Apa itu Moral Dilemma ? untuk mempelajari apa itu moral dilemma, kita harus
memahami kenapa masalah seringkali sangat sulit untuk diselesaikan, dan menjadikan sebuah
pertimbangan antara baik dan buruk dalam menyelasaikan masalah tersebut. Normal nya jika
kita membuat suatu keputusan mengenai mencuri sesuatu dan tidak mencuri. Dalam banyak
kejadian, hal ini sangat mudah diputuskan, namun kebanyakan sebenarnya hal ini adalah sangat
sulit. Sesuatu akan bisa menjadi tiba-tiba buruk atau tiba-tiba baik, hal inilah yang disebut Moral
Dilemma
Terkadang kita seringkali melihat cerminan diri kita, seperti Chris yang sedang berhadapan
dengan dilema. Kita tidak dapat membuat keputusan yang tepat karena kita tidak dapat membuat
pilihan tanpa kehilangan sesuatu yang kita anggap penting bagi kehidupan kita. Chris sendiri
dalam film ini merupakan tipe-tipe kepribadian yang skeptis ( baca: kurang percaya, ragu-ragu ),
dia tidak bisa memilih. Pilihan sering kali melibatkan hilangnya kenikmatan karena selalu ada
satu atau lebih pilihan yang akan dibuang.
" Orang-orang takut untuk mengakui berapa banyak nyawa mereka bergantung pada keberuntungan, sangat
menakutkan untuk memikirkan begitu banyak hal di luar kendali kita. ”
-
Chris
-
Seseorang dibentuk karena tuntutan pilihan serta keadaan lingkungannya. Tidak ada yang dapat
memiliki kekuatan atas keadaan yang ia tinggali, tapi setiap pilihan mempunyai jawaban masingmasing. Dari adegan pertama film ini, Woody Allen memperlihatkan bola tenis yang menyentuh
bagian atas jaring dan kemungkinan bola itu bisa jatuh di tempat lawan atau tempat kita sendiri,
semua tergantung pada kemungkinan dan keberuntungan.
Meminjam ilmu dari film nya yang terdahulu ' Crimes and Misdemenanors '. Membuat Woody
Allen menjadikan isu Moral Dilemma sebagai cerminan Chris terhadapa karakter Judah
Rosenthal dalam ' Crimes and Misdemenanors ', Namun karakter Chris diperkenalkan oleh
serangkaian masalah baru, beberapa diantaranya adalah masalah hati nurani dan hal lain yang
lebih praktis mengenai ketergantungan terhadapa suatu kebetulan atau keadaan bahkan sebuah
rencana yang lebih buruk.
Chris yang saat itu pensiunan, Langsung ditawari oleh Tom Hewett seorang pria kelas atas yang
datang bak dewa keberuntungan dan mengajaknya untuk menjadi instruktur tenis dan secara
cepat membalikan keaadaan ekonomi Chris pun meroket dan membaik, belum lagi ia dicintai
oleh adiknya Tom bernama Chloe membuat hidupnya secara lahir batin sungguh sehat dan
damai. Bagaimanapun hidup adalah proses persoalan untuk mencapai tujuan namun ditengahtengah kita dihadapkan oleh hambatan, apapun itu yang menghadang. Begitu pula Chris yang
terganggu saat bertemu Nola Rice, terkesima dan tertipu oleh fisik dari Nola, Chris pun jatuh
cinta dengan teman serta murid dari kekasih temannya sendiri yaitu Tom.
Nola, seorang aktris yang berjuang tanpa melepaskan ambisinya untuk karir yang luar biasa
menjadi seorang aktris, harus bentrok dan menghadapi kenyataan bahwa ibu mertua nya bernama
Eleanor tidak setuju dan tidak suka terhadap sikap Nola, sebab Nola adalah orang yang oportunis
( baca : suatu aliran pemikiran yang menghendaki pemakaian kesempatan menguntungkan
dengan sebaik-baiknya, demi diri sendiri, kelompok, atau suatu tujuan tertentu ) dan
menganggap bahwa Nola hanya memanfaatkan anaknya Tom untuk mengambil kekayaan serta
ketenarannya saja. Karena hal itulah Nola sering menyendiri disaat keramaian pesta yang sedang
dilangsungkan oleh Keluarga Hewett.
Disaat kesendiriannya, rupanya diam-diam Chris menggoda Nola yang tempramental tersebut
dan menjadikan Nola sebagai perselingkuhannya, Disaat-saat menjelang pernikahan Chris dan
Chloe, perselingkuhan Chris dan Nola terganggu namun setelah pernikahan tersebut Chris
kembali ke pelukan Nola melalui sebuah pertemuan, kebetulan di sebuah museum seni, beberapa
bulan kemudian, Tom dan Nola ternyata menjalin hubungan mereka lebih serius lagi, dengan
memadu cinta dengan penuh gairah di atas sebuah ranjang, ternyata Chris telah terjebak antara
cinta yang romantis atau akses terhadap kekayaan yang ia peroleh serta kekuasaan yang ia dapat
dari hasil pernikahannya bersama Chloe, terombang-ambing antara meninggalkan Chloe untuk
Nola atau tinggal dengan Chloe dan memutuskan hubungannya dengan Nola.
Hal ini sangat selaras atas refleksi akan kehidupan manusia sendiri, secara, manusia seringkali
memilih sesuatu yang pada dasarnya bukan atas keinginan mereka sendiri namun lebih karena
ingin hasrat mereka terpenuhi bersamaan setan yang membisikan telinga manusia, Kasusnya
terhadap Chris ia berselingkuh padahal ia sudah mempunyai tunangan, lantas apa lagi yang dicari
kalau bukan hanya untuk memuaskan hasrat seksual belaka ? terhadap Nola, namun disisi lain
sebenarnya Chris adalah orang kaya baru yang baru saja berhasil lepas dari kemelaratan dan
meroket menjadi orang kaya yang sebenarnya ia lebih butuh ini ketimbang hal yang aneh-aneh.
Hal ini menjadikan pilihan-pilihan yang kita pilih menjadi dilematis karena hasil yang diperbuat
oleh manusia itu sendiri seringkali menjadi jebakan sendiri buat mereka.
Lantas apakah problematika moral dilemma ini akan selalu hinggap dalam diri manusia ? Saya
rasa, segala sesuatu harus didahului berupa pemikiran mengenai konsekuensi yang akan terjadi,
sebab jika kita memikirkan secara matang mengenai dasar-dasari konsekuensi atas pilihan yang
kita buat, maka segala hal apapun itu akan hilang sendirinya, namun yang menjadi
permasalahannya adalah manusia seringkali dan selalu berlawanan dengan nafsu, seringkali
nafsu menjadi kuasa atas apa yang dikehendak oleh kita sebagai manusia, sangat sulit untuk
melawan nafsu sebab seringkali nafsu hadir bersamaan dengan apa yang kita suka.
MATCH POINT DAN PENGARUH DOSTOEVSKY’S
Petama di awal film, Chris membaca novel Crime and Punishment oleh Dostoevsky
tentang teori Nihilisme ( baca : bahwa dunia ini, terutama keberadaan manusia di dunia, tidak
memiliki suatu tujuan. ) yang bercerita tentang " Apapun bisa terjadi " digambarkan oleh karakter
bernama Raskolnikov, protagonis novel yang melakukan pembunuhan berencana terhadap
seorang ibu dan mengambil sebagian harta seorang ibu tersebut. Ini tidak lebih dan tidak kurang,
pandangan yang berlebihan mengenai teori superman nya Nietzsche, Raskolnikov dianggap
sebagai "Robin Hood" karena dia percaya bahwa dia dapat melampaui batas moral dengan
membunuh wanita tua dalam penceritaan di novel nya, serta mencuri uangnya dan
menggunakannya untuk melakukan hal yang baik.
Jika di ending Crime and Punishment karakter protagonis yang notabene nya adalah pahlawan
menjadi dikutuk/dihukum, pada kenyataanya di film Match Point karakter Chris tidak dihukum
karena kejahatannya dalam membunuh nenek tua di sebuah apartmen dan mencoba untuk
membunuh Nola. Film ini tidak mengutuk Nihilisme ( baca : bahwa dunia ini, terutama
keberadaan manusia di dunia, tidak memiliki suatu tujuan. ) bahwa sebenarnya moralitas lah
sebagai alat manusia dalam menetapkan kebenaran dan kesalahan di mata hukum. Di akhir
cerita, Chris mengatakan bahwa ia ingin ditangkap dan dihukum. Dengan Demikian, Dia bisa
percaya pada eksistensi/keberadaan manusia yang sebenarnya, artinya, itu masuk akal, untuk
tujuan apa pun. Bahkan di antara orang-orang yang tidak beriman, gagasan bahwa penjahat harus
membayar apa yang ia perbuat masih sangat kental dan itu harus sepadan terhadap yang ia
lakukan sebab di generasi kita, nilai-nilai ini masih sangat dipercayai.
Adegan terakhir tidak menjawab sebuah pertanyaan, namun daripada membiarkan penonton
memikirkannya, Chris memberi semangat secara moril terhadap Nola dan memutuskan untuk
tinggal dengan Chloe, di lingkungan borjuis. Film ini membuat kita merenungkan konsep
moralitas. Tentu Saja, Chris tidak dikutuk maupun dihukum, tapi saya merasa bahwa Chris
menganggap dirinya merasa menyesal atas kejahatan yang dia lakukan walaupun ia sudah
mengatakan bahwa ia ingin ditangkap namun secara hukum ia tidak terbukti atas apa yang ia
lakukan.
KESIMPULAN DAN PENUTUP
Dalam “Match Point”, lagi-lagi Woody Allen berhasil meletakan tentang ambisi manusia,
dengan penggambaran detail menarik dari tekad manusia yang direpresentasikan oleh karakter
Chris untuk berhasil dengan segala cara ( Menggunakan cara yang sah dan tidak sah ), termasuk
tindakan pembunuhan radikal, dan tentang tindakan Nola yang menggila di akhir-akhir film.
Namun, sebagian besar peran sekunder, seperti Chloe dan orang tua Hewetts, terlalu satu dimensi
untuk sebuah film yang mencapai suatu tujuan untuk satu makna mengenai hal-hal yang berbau
filosofis mengenai pilihan baik dan buruk.
Seperti yang dijelaskan di dalam pendahuluan, film ini dibuka dengan tembakan bola tenis di
tengah net voli tersebut, dan dipertanyakan dimana bola tersebut akan jatuh ? bahwa semuanya
dan pada akhirnya semuanya tergantung pada keberuntungan. Mempertahankan keberuntungan
tersebut, atas pilihan-pilihan yang manusia perbuat, apakah keberuntungan tersebut akan
berpihak pada hal yang negatif atau hal yang positif ? dalam menghadapi takdir yang telah
ditentukan oleh manusia itu sendiri.
Sebagai anak muda yang didorong oleh ambisi dan mudah tergoda oleh kenyamanan, kekuasaan,
dan kekayaan. Chris memiliki segala macam dilema moral yang dapat digunakan sebagai
perenungan untuk siapapun yang menontonnya.
Problematika Dilematis digambar dengan sangat indah, menunjukkan kepada kita bagaimana
tekanan setiap hidup manusia suatu saat akan meningkat, jika mereka mempunyai permasalahan
dan berkembang dengan mantap sampai pada titik di mana ia menjadi hampir tak tertahankan
baginya dan hal ini akan membuatnya menjadi diluar batas alam bawah sadar manusia.
Ini adalah cerita tentang teka-teki mendasar dalam hidup: Apa yang terjadi bila kita
menginginkan dua hal yang berbeda dengan sangat buruk, tapi kita hanya bisa memilih salah
satunya? Chris mencoba menemukan jalan untuk mendapatkan apa yang diinginkannya dan
berusaha memilikinya sepenuhnya, hanya untuk menemukan fakta kehidupan yang, atau orang
tidak akan mengikuti rencananya, atau hal-hal tak terduga menghalangi.
Dengan cepat dia menyadari bahwa dia harus membuat pilihan antara gairah/nafsu romantis dan
kesejahteraan materi berdasarkan akal sehat manusia itu sendiri, membuat pertanyaan yang
mendalam bagi diri kita dan menjadikan bahan perenungan yang fundamental dalam diri kita
dalam bertindak sebelum melakukan sesuatu yang benar-benar tahu konsekuensinya sehingga
tidak menyebabkan kekecewaan yang mendalam bagi diri kita sehingga bersikap diluar akal
sehat manusia itu sendiri dalam menjalani kehidupannya sehari-hari di dunia yang penuh
tantangan ini.
Problematika Dilema antara Wanita, Harta, Tahta dan Kita yang tak pernah menyatu
Muhammad Aditya Pratama
1160150099
UJIAN TENGAH SEMESTER ETIKA
Abstrak
Dari semua sub bidang filsafat, filsafat moral (juga dikenal sebagai etika) adalah salah satu yang
paling dikenal oleh non filsuf. kita semua terbiasa dengan gagasan untuk melakukan evaluasi
moral atas tindakan diri kita dan orang lain – menilai seberapa jauh mana tindakan secara moral
benar dan yang lainnya salah secara moral. Kasus perselingkuhan adalah yang paling dekat
dalam menilai seberapa jauh mana tindakan itu benar atau salah secara moral sebab
hubungannya adalah tentang memiliki dan menjaga satu sama lain.
Namun disisi lain kita dihadapkan oleh permasalahan yang lebih besar, kita sedang
membutuhkan apa yang kita inginkan dalam hidup yaitu sebuah kemandirian dalam membiayai
hidup dan menyenangkan diri sendiri secara ekonomis, ketika pilihan dualisme ini bertabrakan
maka kita dihadapkan oleh dua pilihan yang membentuk diri kita secara naluri manusia,
membentuk sebuah pertanyaan apa sebenarnya yang menjadi tujuan manuia ? faktor-faktor inilah
yang selalu memecah pilihan manusia itu sendiri menjadi kubu positif atau kubu negatif.
Tulisan ini ingin menampilkan keunikan dalam film Match Point (2005) yang disutradarai oleh
Woody Allen dalam melihat sebuah hubungan, perselingkuhan, kewajiban serta kebutuhan dalam
diri manusia dalam sudut pandang moral serta menjadi penilaian dalam memberikan nilai-nilai
atas kebenaran atau kesalahan tersebut serta fokus pada pembahasan khusus mengenai
permasalahan dilematis tentang moral dilemma yang ingin diaplikasikan kepada film Match
Point (2005) tersebut.
Kata Kunci : Moral Dilemma, Percintaan, Kemandirian Ekonomi, Perselingkuhan
Pendahuluan
“The human heart in conflict with itself is the only thing worth writing about”
-
William Faulkner
-
Suatu hari atau kapanpun nantinya, semua orang akan berhadapan dengan situasi dimana
seseorang harus memutuskan di antara dua pilihan. Kita tahu bahwa setiap keputusan sendiri
mempunyai opsi namun lambat laun opsi itu sendiri akan berubah serta menghilangkan sebuah
rasa dari persamaan. Pilihan yang biasanya kita ambil biasanya bersifat spontan, pilihan kita
jatuh pada pilihan yang bersifat intuisi, sekedar yang kita sukai. Namun, pada suatu saat, situasi
yang tidak mungkin terjadi dan satu-satunya hasil yang mungkin kita dapat berupa hal positif dan
negatif dari setiap pilihan yang kita pilih.
Match Point (2005) film arahan Woody Allen ini bercerita tentang Chris, seorang pensiunan
pemain tenis asal Irlandia, melamar pekerjaan sebagai instruktur di sebuah klub tenis di London.
Di sana Chris bertemu dengan Tom Hewett, seorang pria dengan status kelas atas. Chris menjadi
instruktur untuk Tom. Beruntung bagi Chris, Chloe, adiknya Tom, jatuh cinta padanya. Pada
sebuah acara keluarga Hewett, Chris secara tidak sengaja bertemu dengan Nola, kekasih Tom.
Nola yang penuh dengan sensualitas dan kemauan yang keras untuk menjadi seorang aktris tentu
saja menarik perhatian Chris dan secara perlahan namun pasti, Chris pun mulai jatuh cinta
padanya.
Sampai pada ujungnya, film ini menampilkan keinginan untuk tetap berada di kelas atas atau
mendahului hasratnya terhadap Wanita yang kita sukai karena hasrat. Film ini menyajikan
masalah konflik antara gairah/hasrat dan akal sehat. Membutakan keinginan sebenarnya sehingga
menggeser yang sebenarnya kita butuhkan tersebut hanya sebagai bagian lapisan kedua dari
manusia dan meninggalkannya, sungguh hidup penuh dengan kebutaan atas hal-hal kecil yang
selalu menganggu nafsu serta akal sehat dari manusia.
Match Point dan Moral Dilemma
Apa itu Moral Dilemma ? untuk mempelajari apa itu moral dilemma, kita harus
memahami kenapa masalah seringkali sangat sulit untuk diselesaikan, dan menjadikan sebuah
pertimbangan antara baik dan buruk dalam menyelasaikan masalah tersebut. Normal nya jika
kita membuat suatu keputusan mengenai mencuri sesuatu dan tidak mencuri. Dalam banyak
kejadian, hal ini sangat mudah diputuskan, namun kebanyakan sebenarnya hal ini adalah sangat
sulit. Sesuatu akan bisa menjadi tiba-tiba buruk atau tiba-tiba baik, hal inilah yang disebut Moral
Dilemma
Terkadang kita seringkali melihat cerminan diri kita, seperti Chris yang sedang berhadapan
dengan dilema. Kita tidak dapat membuat keputusan yang tepat karena kita tidak dapat membuat
pilihan tanpa kehilangan sesuatu yang kita anggap penting bagi kehidupan kita. Chris sendiri
dalam film ini merupakan tipe-tipe kepribadian yang skeptis ( baca: kurang percaya, ragu-ragu ),
dia tidak bisa memilih. Pilihan sering kali melibatkan hilangnya kenikmatan karena selalu ada
satu atau lebih pilihan yang akan dibuang.
" Orang-orang takut untuk mengakui berapa banyak nyawa mereka bergantung pada keberuntungan, sangat
menakutkan untuk memikirkan begitu banyak hal di luar kendali kita. ”
-
Chris
-
Seseorang dibentuk karena tuntutan pilihan serta keadaan lingkungannya. Tidak ada yang dapat
memiliki kekuatan atas keadaan yang ia tinggali, tapi setiap pilihan mempunyai jawaban masingmasing. Dari adegan pertama film ini, Woody Allen memperlihatkan bola tenis yang menyentuh
bagian atas jaring dan kemungkinan bola itu bisa jatuh di tempat lawan atau tempat kita sendiri,
semua tergantung pada kemungkinan dan keberuntungan.
Meminjam ilmu dari film nya yang terdahulu ' Crimes and Misdemenanors '. Membuat Woody
Allen menjadikan isu Moral Dilemma sebagai cerminan Chris terhadapa karakter Judah
Rosenthal dalam ' Crimes and Misdemenanors ', Namun karakter Chris diperkenalkan oleh
serangkaian masalah baru, beberapa diantaranya adalah masalah hati nurani dan hal lain yang
lebih praktis mengenai ketergantungan terhadapa suatu kebetulan atau keadaan bahkan sebuah
rencana yang lebih buruk.
Chris yang saat itu pensiunan, Langsung ditawari oleh Tom Hewett seorang pria kelas atas yang
datang bak dewa keberuntungan dan mengajaknya untuk menjadi instruktur tenis dan secara
cepat membalikan keaadaan ekonomi Chris pun meroket dan membaik, belum lagi ia dicintai
oleh adiknya Tom bernama Chloe membuat hidupnya secara lahir batin sungguh sehat dan
damai. Bagaimanapun hidup adalah proses persoalan untuk mencapai tujuan namun ditengahtengah kita dihadapkan oleh hambatan, apapun itu yang menghadang. Begitu pula Chris yang
terganggu saat bertemu Nola Rice, terkesima dan tertipu oleh fisik dari Nola, Chris pun jatuh
cinta dengan teman serta murid dari kekasih temannya sendiri yaitu Tom.
Nola, seorang aktris yang berjuang tanpa melepaskan ambisinya untuk karir yang luar biasa
menjadi seorang aktris, harus bentrok dan menghadapi kenyataan bahwa ibu mertua nya bernama
Eleanor tidak setuju dan tidak suka terhadap sikap Nola, sebab Nola adalah orang yang oportunis
( baca : suatu aliran pemikiran yang menghendaki pemakaian kesempatan menguntungkan
dengan sebaik-baiknya, demi diri sendiri, kelompok, atau suatu tujuan tertentu ) dan
menganggap bahwa Nola hanya memanfaatkan anaknya Tom untuk mengambil kekayaan serta
ketenarannya saja. Karena hal itulah Nola sering menyendiri disaat keramaian pesta yang sedang
dilangsungkan oleh Keluarga Hewett.
Disaat kesendiriannya, rupanya diam-diam Chris menggoda Nola yang tempramental tersebut
dan menjadikan Nola sebagai perselingkuhannya, Disaat-saat menjelang pernikahan Chris dan
Chloe, perselingkuhan Chris dan Nola terganggu namun setelah pernikahan tersebut Chris
kembali ke pelukan Nola melalui sebuah pertemuan, kebetulan di sebuah museum seni, beberapa
bulan kemudian, Tom dan Nola ternyata menjalin hubungan mereka lebih serius lagi, dengan
memadu cinta dengan penuh gairah di atas sebuah ranjang, ternyata Chris telah terjebak antara
cinta yang romantis atau akses terhadap kekayaan yang ia peroleh serta kekuasaan yang ia dapat
dari hasil pernikahannya bersama Chloe, terombang-ambing antara meninggalkan Chloe untuk
Nola atau tinggal dengan Chloe dan memutuskan hubungannya dengan Nola.
Hal ini sangat selaras atas refleksi akan kehidupan manusia sendiri, secara, manusia seringkali
memilih sesuatu yang pada dasarnya bukan atas keinginan mereka sendiri namun lebih karena
ingin hasrat mereka terpenuhi bersamaan setan yang membisikan telinga manusia, Kasusnya
terhadap Chris ia berselingkuh padahal ia sudah mempunyai tunangan, lantas apa lagi yang dicari
kalau bukan hanya untuk memuaskan hasrat seksual belaka ? terhadap Nola, namun disisi lain
sebenarnya Chris adalah orang kaya baru yang baru saja berhasil lepas dari kemelaratan dan
meroket menjadi orang kaya yang sebenarnya ia lebih butuh ini ketimbang hal yang aneh-aneh.
Hal ini menjadikan pilihan-pilihan yang kita pilih menjadi dilematis karena hasil yang diperbuat
oleh manusia itu sendiri seringkali menjadi jebakan sendiri buat mereka.
Lantas apakah problematika moral dilemma ini akan selalu hinggap dalam diri manusia ? Saya
rasa, segala sesuatu harus didahului berupa pemikiran mengenai konsekuensi yang akan terjadi,
sebab jika kita memikirkan secara matang mengenai dasar-dasari konsekuensi atas pilihan yang
kita buat, maka segala hal apapun itu akan hilang sendirinya, namun yang menjadi
permasalahannya adalah manusia seringkali dan selalu berlawanan dengan nafsu, seringkali
nafsu menjadi kuasa atas apa yang dikehendak oleh kita sebagai manusia, sangat sulit untuk
melawan nafsu sebab seringkali nafsu hadir bersamaan dengan apa yang kita suka.
MATCH POINT DAN PENGARUH DOSTOEVSKY’S
Petama di awal film, Chris membaca novel Crime and Punishment oleh Dostoevsky
tentang teori Nihilisme ( baca : bahwa dunia ini, terutama keberadaan manusia di dunia, tidak
memiliki suatu tujuan. ) yang bercerita tentang " Apapun bisa terjadi " digambarkan oleh karakter
bernama Raskolnikov, protagonis novel yang melakukan pembunuhan berencana terhadap
seorang ibu dan mengambil sebagian harta seorang ibu tersebut. Ini tidak lebih dan tidak kurang,
pandangan yang berlebihan mengenai teori superman nya Nietzsche, Raskolnikov dianggap
sebagai "Robin Hood" karena dia percaya bahwa dia dapat melampaui batas moral dengan
membunuh wanita tua dalam penceritaan di novel nya, serta mencuri uangnya dan
menggunakannya untuk melakukan hal yang baik.
Jika di ending Crime and Punishment karakter protagonis yang notabene nya adalah pahlawan
menjadi dikutuk/dihukum, pada kenyataanya di film Match Point karakter Chris tidak dihukum
karena kejahatannya dalam membunuh nenek tua di sebuah apartmen dan mencoba untuk
membunuh Nola. Film ini tidak mengutuk Nihilisme ( baca : bahwa dunia ini, terutama
keberadaan manusia di dunia, tidak memiliki suatu tujuan. ) bahwa sebenarnya moralitas lah
sebagai alat manusia dalam menetapkan kebenaran dan kesalahan di mata hukum. Di akhir
cerita, Chris mengatakan bahwa ia ingin ditangkap dan dihukum. Dengan Demikian, Dia bisa
percaya pada eksistensi/keberadaan manusia yang sebenarnya, artinya, itu masuk akal, untuk
tujuan apa pun. Bahkan di antara orang-orang yang tidak beriman, gagasan bahwa penjahat harus
membayar apa yang ia perbuat masih sangat kental dan itu harus sepadan terhadap yang ia
lakukan sebab di generasi kita, nilai-nilai ini masih sangat dipercayai.
Adegan terakhir tidak menjawab sebuah pertanyaan, namun daripada membiarkan penonton
memikirkannya, Chris memberi semangat secara moril terhadap Nola dan memutuskan untuk
tinggal dengan Chloe, di lingkungan borjuis. Film ini membuat kita merenungkan konsep
moralitas. Tentu Saja, Chris tidak dikutuk maupun dihukum, tapi saya merasa bahwa Chris
menganggap dirinya merasa menyesal atas kejahatan yang dia lakukan walaupun ia sudah
mengatakan bahwa ia ingin ditangkap namun secara hukum ia tidak terbukti atas apa yang ia
lakukan.
KESIMPULAN DAN PENUTUP
Dalam “Match Point”, lagi-lagi Woody Allen berhasil meletakan tentang ambisi manusia,
dengan penggambaran detail menarik dari tekad manusia yang direpresentasikan oleh karakter
Chris untuk berhasil dengan segala cara ( Menggunakan cara yang sah dan tidak sah ), termasuk
tindakan pembunuhan radikal, dan tentang tindakan Nola yang menggila di akhir-akhir film.
Namun, sebagian besar peran sekunder, seperti Chloe dan orang tua Hewetts, terlalu satu dimensi
untuk sebuah film yang mencapai suatu tujuan untuk satu makna mengenai hal-hal yang berbau
filosofis mengenai pilihan baik dan buruk.
Seperti yang dijelaskan di dalam pendahuluan, film ini dibuka dengan tembakan bola tenis di
tengah net voli tersebut, dan dipertanyakan dimana bola tersebut akan jatuh ? bahwa semuanya
dan pada akhirnya semuanya tergantung pada keberuntungan. Mempertahankan keberuntungan
tersebut, atas pilihan-pilihan yang manusia perbuat, apakah keberuntungan tersebut akan
berpihak pada hal yang negatif atau hal yang positif ? dalam menghadapi takdir yang telah
ditentukan oleh manusia itu sendiri.
Sebagai anak muda yang didorong oleh ambisi dan mudah tergoda oleh kenyamanan, kekuasaan,
dan kekayaan. Chris memiliki segala macam dilema moral yang dapat digunakan sebagai
perenungan untuk siapapun yang menontonnya.
Problematika Dilematis digambar dengan sangat indah, menunjukkan kepada kita bagaimana
tekanan setiap hidup manusia suatu saat akan meningkat, jika mereka mempunyai permasalahan
dan berkembang dengan mantap sampai pada titik di mana ia menjadi hampir tak tertahankan
baginya dan hal ini akan membuatnya menjadi diluar batas alam bawah sadar manusia.
Ini adalah cerita tentang teka-teki mendasar dalam hidup: Apa yang terjadi bila kita
menginginkan dua hal yang berbeda dengan sangat buruk, tapi kita hanya bisa memilih salah
satunya? Chris mencoba menemukan jalan untuk mendapatkan apa yang diinginkannya dan
berusaha memilikinya sepenuhnya, hanya untuk menemukan fakta kehidupan yang, atau orang
tidak akan mengikuti rencananya, atau hal-hal tak terduga menghalangi.
Dengan cepat dia menyadari bahwa dia harus membuat pilihan antara gairah/nafsu romantis dan
kesejahteraan materi berdasarkan akal sehat manusia itu sendiri, membuat pertanyaan yang
mendalam bagi diri kita dan menjadikan bahan perenungan yang fundamental dalam diri kita
dalam bertindak sebelum melakukan sesuatu yang benar-benar tahu konsekuensinya sehingga
tidak menyebabkan kekecewaan yang mendalam bagi diri kita sehingga bersikap diluar akal
sehat manusia itu sendiri dalam menjalani kehidupannya sehari-hari di dunia yang penuh
tantangan ini.