BISA KENA SANKSI KANTOR ATAU PERUSAHAAN
BISA KENA SANKSI, KANTOR ATAU
PERUSAHAAN HARUS PEDULI ASI
EKSLUSIF
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012
disebutkan, tempat kerja (perusahaan, kantor pemerintah,
pemerintah daerah, dan swasta) harus mendukung program
ASI eksklusif dengan memberikan fasilitas ruang laktasi dan
memberikan kesempatan ibu bekerja untuk menyusui atau
memerah ASI. Peraturan perusahaan atau perjanjian kerja
harus memiliki kebijakan tentang dukungan terhadap
program ASI eksklusif , juga memiliki peraturan internal
mengenai dukungan terhadap program ASI eksklusif. Dalam
Pasal 36 disebutkan, jika tempat kerja tidak menjalani
peraturan tersebut, dapat terkena sanksi sesuai Undangundang Nomor 36 tahun 2009 dalam Pasal 200 dan 201,
yaitu ancaman pidana kurungan paling berat selama 1 tahun
dan denda maksimal Rp 100 juta. Untuk perusahaan, denda
menjadi maksimal 3 kali lipat atau Rp 300 juta dan ancaman
pencabutan badan izin usaha.
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 15 tahun
2013 pun telah diatur tatacara penyediaan ruang ASI. Ruang laktasi
bisa disesuaikan dengan jumlah pekerja hamil atau menyusui di
perusahaan tersebut. Pendanaan ruang laktasi dilarang bersumber
dari produsen susu bayi dan produksi lainnya, seperti produk botol,
dot, atau empeng.Adanya ruang laktasi di tempat kerja dan tempat
umum amat penting bagi ibu menyusui yang bekerja. Di ruang
laktasi, ibu dapat menyusui bayinya maupun memerah ASI. Lebih
dari itu, adanya ruang laktasi ternyata bisa memengaruhi banyak
sedikitnya produksi ASI. Adanya ruang laktasi di tempat kerja dan
tempat umum amat penting bagi ibu menyusui yang bekerja. Di
ruang laktasi, ibu dapat menyusui bayinya maupun memerah ASI.
Lebih dari itu, adanya ruang laktasi ternyata bisa memengaruhi
banyak sedikitnya produksi ASI.
Rekomendasi:
o
Jika tidak ada ruang laktasi, ibu pekerja akan memanfaatkan
ruangan apapun yang memungkinkan untuk memerah ASI.
Dalam beberapa kasus yang ditemui, ada ibu yang terpaksa
memerah ASI di toilet, ruang ganti satpam, gudang, hingga
mushala. Akibatnya, sering kali ibu dilanda perasaan tidak
tenang karena bukan memerah ASI di ruangan khusus.
o
Jika kantor belum memiliki ruang laktasi, segera ajukan ke
manajemen. Jika sudah ada ruang laktasi, karyawan juga
berhak mendapat kesempatan untuk memerah ASI. Adanya
ruang laktasi dapat mendukung ibu memberikan ASI eksklusif
selama 6 bulan.
https://asilaktasi.com/2015/08/03/bisa-kena-sanksi-kantor-atau-perusahaanharus-peduli-asi-ekslusif/
ASI Eksklusif, Antara Harapan dan
Kenyataan
Air Susu Ibu (ASI) adalah nutrisi yang paling ideal bagi bayi, dan menyusui secara umum
memberikan manfaat bagi bayi dan juga bagi sang ibu. ASI eksklusif selama 6 bulan
pertama kehidupan dilaporkan beberapa studi memberikan perlindungan bagi bayi dari
infeksi saluran pencernaan dan infeksi saluran pernafasan bawah, bahkan apabila
dibandingkan dengan bayi yang hanya diberikan ASI eksklusif selama 4 bulan. Dengan
berbagai macam bukti dari manfaat pemberian ASI, World Health
Organization (WHO) mengeluarkan rekomendasi agar bayi diberikan ASI secara
eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan dan kemudian baru diperkenalkan dengan
makanan pendamping, pemberian ASI secara parsial masih dapat dilanjutkan sampai
usia 2 tahun. Pengertian ASI eksklusif yang perlu dipahami betul adalah pemberian
asupan makanan kepada bayi hanya mencakup ASI, tanpa makanan dan minuman lain,
bahkan tidak memberikan air putih. Pemberian obat syrup, oralit, ataupun vitamin masih
diperbolehkan dalam praktik ASI eksklusif secara definisi. Pengertian mengenai ASI
eksklusif ini yang masih banyak kurang dipahami oleh masyarakat sehingga
mempengaruhi keberhasilan praktik ini.
Walaupun informasi mengenai betapa luar biasanya manfaat dari ASI, hanya sebagian
bayi-bayi di Indonesia yang merasakan anugerah ini. Berdasarkan survey Indonesia
Demographic and Health Survey pada tahun 2012, terdapat 96% bayi di Indonesia
yang pernah diberikan ASI, namun hanya 41% saja yang berhasil diberikan ASI eksklusif
selama 6 bulan. Dilaporkan pula pada survey tersebut, 60% dari bayi di Indonesia telah
diberikan makanan selain ASI pada usia 3 hari. Penerapan ASI ekslusif yang tidak
optimal ini tentunya akan berhubungan dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas
pasien akibat masalah gizi. Lantas, apa kira-kira yang menyebabkan praktik ASI
eksklusif dapat mengalami kendala?
ASI eksklusif merupakan suatu proses yang dinamis dan dipengaruhi oleh
berbagai faktor, seperti psikologis, lingkungan, dan sosiokultural. Mengetahui
faktor-faktor yang menentukan pemberian ASI sangatlah penting untuk dipahami, agar
masyarakat dan juga petugas kesehatan dapat memaksimalkan edukasi untuk
mencegah penghentian ASI eksklusif.
Beberapa faktor yang ditemukan pada studi-studi sebelumnya mengkaitkan
keberhasilan ASI eksklusif dengan berbagai faktor antara lain:
(1) masalah nutrisi yang mencakup kekhawatiran berat badan bayi tidak naik, anak
tampak kurang puas menyusu, ibu tergoda untuk memberikan makanan pendamping
yang dianggap dapat membantu pertumbuhan;
(2) masalah laktasi, seperti luka atau infeksi pada puting ibu, perlekatan yang tidak
baik ;
(3) penyakit pada ibu atau bayi sehingga menyebabkan ibu memutuskan untuk
menghentikan ASI eksklusif untuk pemulihan yang lebih baik atau mengharuskan ibu
mengkonsumsi obat tertentu;
(4) ibu yang kembali bekerja sehingga mengurangi waktu yang optimal untuk
produksi dan pemberian ASI;
(5) lingkungan yang kurang mendukung pemberian ASI, seperti tempat-tempat publik
yang tidak menyediakan sarana ruangan menyusui sehingga membuat laktasi menjadi
beban;
(6) anjuran pihak medis, misalnya apabila memang terdapat beberapa indikasi;
dan
(7) penghentian sementara oleh ibu yang berujung pada penghentian ASI
eksklusif selanjutnya.
Suatu studi kualitatif yang dilakukan di Jakarta oleh Marzuki dan kawan-kawan,
menemukan bahwa alasan penghentian ASI eksklusif di Indonesia umumnya masih
berkutat pada kekhawatiran di bidang kesehatan. Alasan-alasan yang diutarakan
ditemukan banyak berkaitan dengan usia bayi saat ASI dihentikan. Sebagai contoh,
praktik ASI eksklusif pada bayi usia di bawah 1 bulan biasanya berhubungan dengan
masalah perlengketan dalam menyusui. Luka pada puting ibu, perlengketan yang tidak
baik sehingga bayi tampak tidak menyusu dengan puas merupakan hal yang sering
terjadi. Berbeda dengan penghentian ASI eksklusif pada usia bayi yang lebih besar,
masalah status gizi anak yang seringkali menjadi faktor pemicu seperti berat
badan tidak naik sehingga menimbulkan persepsi tidak cukupnya ASI yang
diberikan. Selain itu, ditemukan masih banyak persepsi mengenai ASI yang kurang
tepat di masyarakat, seperti ASI tidak cukup bergizi bagi anak karena ibu merasa
tidak yakin bahwa dia memiliki status gizi yang baik, anak yang rewel setelah
diberikan ASI semerta-merta dianggap sebagai tanda belum kenyang sehingga ASI
dianggap kurang. Ada banyak pula ibu pada studi ini yang mengatakan bahwa ASI
eksklusif hanyalah mimpi indah yang dapat dicapai oleh sebagian kecil ibu yang
mampu memproduksi ASI dalam jumlah yang cukup.
Setelah memahami beberapa alasan ini, pengetahuan mengenai praktik ASI eksklusif
seharusnya dapat lebih ditingkatkan baik pada masyarakat maupun pihak medis untuk
kemudian melakukan intervensi. Ibu-ibu yang memberikan ASI eksklusif sebaiknya
memahami bahwa dari aspek nutrisi, anak-anak yang diberi ASI eksklusif memang
biasanya tidak memiliki pertumbuhan-perkembangan yang sepesat anak dengan
makanan pendamping namun secara keseimbangan nutirisi memiliki keunggulan
dibanding yang tidak ASI eksklusif dan kelak akan tampak lebih sehat. Begitu pula bagi
pihak penyedia layanan kesehatan, edukasi yang lebih harus ditingkatkan adalah
mengenai masalah nutrisi dan laktasi yang dapat timbul sehingga dapat meningkatkan
semangat ibu-ibu unuk meningkatkan praktik ASI eksklusif. Peran dari tenaga kesehatan
dikatakan sangatlah penting dalam meningkatkan kesuksesan ASI eksklusif karena
banyak ibu yang dalam praktik ASI eksklusif memiliki banyak keraguan sehingga
memerlukan pembimbing yang senantiasa memberikan dukungan. Pengetahuan suami
dan anggota keluarga lain juga menjadi penting karena faktor orang-orang di sekitar ibu
juga akan memberikan dampak yang besar dari praktik menyusui.
Apabila pengetahuan mengenai ASI eksklusif ini telah tepat, niscaya pencapaian ASI
eksklusif di Indonesia bukan hanya sekedar harapan belaka bagi sebagian besar ibu-ibu
Indonesia. Semoga praktik ASI eksklusif di Indonesia dapat lebih optimal dan dapat
menciptakan generasi baru yang lebih berkualitas.
http://beranisehat.com/archives/air-susu-ibu-asi-eksklusif-antara-harapan-dan-kekayaan/
Menkes: Mitos Rusak Program
Pemenuhan Gizi Ibu dan Bayi
"Kematian ibu tinggi ada karena faktor internal."
VIVA.co.id – Jumlah stunting atau pertumbuhan badan yang tidak
sesuai dengan usia masih terbilang tinggi di Indonesia. Meski
menurut Pantauan Status Gizi 2016 terdapat penurunan 37 persen.
Hal ini terkait dengan pemenuhan gizi yang dibutuhkan anak-anak.
Menteri Kesehatan Nila F. Moeloek mengatakan, ada dua hal
terkait dengan status perempuan dalam keluarga dalam hal
pemberian makanan pada anak.
"Ada pola asuh dan salah asuh. Seringkali perempuan bukan yang
menengah atas, tidak memiliki pengetahuan dan cara yang salah
dalam memberikan makan pada anak. Terutama pada perempuan
di pedesaan," ujar Nila saat acara peringatan Hari Gizi Nasional di
Gedung Kementerian Kesehatan, Jakarta, Rabu, 25 Januari 2017.
Khususnya 1000 hari pertama kehidupan anak yang menjadi masa
penting bagi anak agar bisa tumbuh dengan baik, penyakit
berkurang, dan berperilaku sehat.
Tak hanya itu, banyak mitos yang masih dilakukan di berbagai
daerah di Indonesia juga menjadi penghalang pemenuhan gizi bagi
bayi serta ibu. Misalnya di Batang dan Pekalongan, tepatnya di
desa nelayan ada mitos bahwa ibu melahirkan tidak boleh makan
ikan. Mereka juga harus berpuasa selama 40 hari.
Ada pula kepercayaan di wilayah Atambua, Nusa Tenggara Timur,
ibu harus dipanggang. Mereka diminta untuk tidak makan selama
40 hari. Hal ini menyebabkan ibu tidak bisa memberi ASI,
karenanya angka tidak memberikan ASI di sana mencapai 70
persen.
Kepercayaan ini pula yang menyebabkan banyak wanita terutama
ibu yang mengalami anemia. Anemia merupakan salah satu
penyebab angka kematian ibu yang tinggi di Indonesia.
"Kematian ibu tinggi ada karena faktor internal seperti anemia dan
kurang gizi yang menyebabkan eklampsi. Ada juga faktor eksternal
seperti transportasi, ketersediaan air bersih, dan sebagainya," kata
Nila.
Untuk mengatasi kekurangan gizi ini pemerintah melaksanakan
program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) berupa biskuit
yang tinggi kalori dan protein. PMT ini tidak hanya untuk anak
balita tapi juga untuk ibu hamil dan anak-anak sekolah.
http://life.viva.co.id/news/read/875120-menkes-mitos-rusak-program-pemenuhan-giziibu-dan-bayi
Pemkot Surabaya
Canangkan
Gerakan 1.000 Hari
Pertama Kehidupan
SURABAYA, JAWA TIMUR —
Pemerintah Kota Surabaya mencanangkan Gerakan "1.000
Hari Pertama Kehidupan" di Balai Pemuda Surabaya, Rabu
(25/1), sebagai upaya untuk menurunkan angka kematian
ibu dan bayi di Surabaya. Meski angka kematian ibu
melahirkan di Surabaya tergolong rendah, upaya
pencegahan dianggap penting untuk menyelamatkan nyawa
ibu melahirkan beserta bayinya.
Gerakan "1.000 Hari Pertama Kehidupan" menjadi dasar
Dinas Kesehatan Kota Surabaya, mengajak seluruh
masyarakat khususnya pasangan muda untuk
memperhatikan kesiapan dan kesehatan ibu hamil.
Pada tahun 2016, angka kematian ibu melahirkan di
Surabaya mencapai 28 kasus, sedikit mengalami penurunan
dari tahun 2015 yang mencapai 39 kasus kematian.
Kematian ibu melahirkan banyak disebabkan oleh
pendarahan, serta tekanan darah tinggi saat melahirkan.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya, Febria Rachmanita
mengatakan, pendampingan dan pembinaan akan diberikan
kepada para calon pengantin, mulai jelang pernikahan,
kehamilan, sampai memiliki anak hingga usia dua tahun,
sehingga kematian ibu melahirkan dapat dicegah atau
diminimalisir.
“Mulai dari calon pengantin, sampai dia punya anak umur
dua tahun, dia diberi pengetahuan tentang kesehatan
reproduksi, bagaimana dia nanti pada saat menjadi ibu
hamil, pada saat hamil dia harus menjaga kesehatan dia
dan anaknya di dalam kandungan, kemudian setelah lahir
dia harus menyusui enam bulan ASI ekslusif sampai umur
dua tahun dia tetap diberi ASI,” kata Febria Rachmanita.
Pendampingan juga diberikan dengan menyiapkan bidan
dan dokter, untuk memantau dan memastikan kesehatan
ibu hamil. Dinas Kesehatan Kota Surabaya, kata Febria,
telah mendata 315 calon pengantin dan calon ibu hamil
yang bersedia mengikuti program 1.000 Hari Pertama
Kehidupan.
“Jadi satu bidan mendampingi tiga orang ibu hamil,
kemudian ibu hamil itu juga mendapat donor (darah) dari
empat orang, ya karena kan kasusnya banyak perdarahan
itu. Jadi satu ibu hamil didampingi empat pendonor, nah
kemudian orang per orang ke rumah, bidan ke rumah, para
dokter ke rumah,” kata Febria Rachmanita.
Dian Fitriani, seorang ibu rumah tangga di Surabaya,
mengatakan, mempersiapkan kehamilan dengan
mengetahui kondisi kesehatan sangat penting dilakukan,
untuk mencegah risiko kehamilan yang dapat berdampak
pada kematian ibu melahirkan. Selain itu, asupan makanan
yang bergizi dan dibutuhkan oleh ibu hamil, perlu
diperhatikan untuk menghasilkan anak yang sehat dan
cerdas.
“Kita kan juga berkala ya, periksanya rutin, jadi tahunya
kita darahnya tekanannya tinggi ya dari cek berkala itu, jadi
bisa diminimalisir nanti efeknya apa waktu kelahiran, dan
intinya satu jangan stres, kalau stres itu nanti tubuh itu
tidak bisa bekerjasama sama bayi yang akhirnya bisa terjadi
jantungnya berdetak cepat, atau hal-hal abnormal lainnya,”
kata Dian Fitriani.
Persiapan kehamilan menjadi penting dilakukan, karena
berkaitan dengan mempersiapkan generasi penerus bangsa
di masa mendatang. Walikota Surabaya Tri Rismaharini
mengatakan, persiapan generasi penerus bangsa yang
unggul dan sehat dapat dipersiapkan sejak dini, salah
satunya dengan memperhatikan kualitas gizi makanan bagi
ibu hamil maupun bayi.
“Seringkali kita tidak mempedulikan, kita hanya ngomong
cari uang, kemudian uangnya untuk beli rumah, kita tidak
memperhatikan bahwa misalkan kita lagi hamil, itu ada
yang harus diperhatikan untuk masa depan anak-anak itu.
Mulai dia nanti ke depan IQ-nya seperti apa, kecerdasan
intelektualnya seperti apa, kemudian fisiknya seperti apa,
sebetulnya bisa direncanakan itu,” kata Tri Rismaharini.
Risma memastikan akan memperhatikan kualitas gizi
makanan bagi anak usia di bawah delapan tahun, dengan
memberikan asupan makanan berbahan dasar ikan untuk
meningkatkan kecerdasan dan kesehatan anak.
“Saya coba menunya diubah, jadi ada sebagian ikan. Ini
kan, tahun ini 2017 itu kita juga memberikan makanan
untuk anak PAUD (pendidikan anak usia dini/ pra TK), jadi
seminggu sekali kita berikan makanan untuk anak PAUD,
nanti kalau ini berhasil tahun depan kita usulkan untuk
makanan anak SD kelas 1 dan 2, sehingga usia d ibawah 8
tahun itu kita harapkan dia punya gizi yang bagus. Jadi
nanti yang Posyandu (pos pelayanan terpadu) sama yang
PAUD itu, kita akan perbanyak ikan, menunya diperbanyak
ikan, kemudian sayur dan buah,” lanjut Tri
Rismaharini. [pr/ab]
Tantangan ASI Eksklusif di
Indonesia, Masih Ada Lho Bayi
Diberi Minum Kopi
Jakarta, Pemberian ASI (air susu ibu) eksklusif di Indonesia masih belum memuaskan.
Temuan terbaru menunjukkan, masih ada bayi di bawah usia 6 bulan yang diberi minum kopi.
Dari berbagai jenis asupan yang diberikan pada bayi di bawah usia 6 bulan, susu formula
tercatat paling banyak yakni 60,4 persen. Berturut-turut di bawahnya adalah air putih dan
madu, masing-masing sebanyak 29,5 persen dan 18 persen.
Asupan selain ASI yang diberikan pada bayi di bawah usia 6 bulan adalah teh, air tajin, madu,
dan makanan lumat. Menariknya, sebanyak 1,4 persen bayi mendapatkan asupan kopi dari
orang tuanya.
"Memang tidak banyak, biasanya cuma seujung sendok. Biasanya diberikan karena bayinya
demam, supaya tidak step (kejang)," kata Iin Mursalin dari MCA-Indonesia, dalam talk show
di @america, Pacific Place Mall, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Selatan, Rabu (3/8/2016).
Seorang dokter yang juga aktivis menyusui, dr Falla Adinda Pringgayuda, mengakui pernah
mendapati kasus serupa. Menurutnya, masih ada keyakinan di kalangan sebagian
masyarakat bahwa anak demam perlu diberi kopi. Menurut dr Falla, dalam kondisi apapun
bayi di bawah usia 6 bulan hanya membutuhkan ASI.
"ASI mengandung 87,5 persen air. Bayi yang mendapat cukup ASI tidak perlu lagi mendapat
tambahan air meski berada di tempat yang mempunyai suhu panas," kata dr Falla.
10 Faktor yang Mempengaruhi
Produksi ASI
Faktor yang Mempengaruhi Produksi
ASI
1. Makanan
Kualitas dan produksi ASI dipengaruhi oleh makanan yang ibu konsumsi
sehari-hari. Selama masa menyusui, ibu harus mengkonsumsi
makanan yang sehat, beragam dan mengandung gizi yang seimbang.
Jika pola makan ibu tidak tepat dan ibu tidak mengkonsumsi makanan
sehat, maka akibatnya produksi ASI akan menjadi terpengaruh.
Terdapat berbagai jenis makanan yang dapat mempengaruhi produksi
ASI, di antaranya yaitu daun katuk, sayuran hijau, daun pepaya dan
lain sebagainya.
2. Keadaan Psikis dan Emosi Ibu
Keadaan psikis dan emosi ibu dapat mempengaruhi refleks pengaliran
susu. Refleks ini berperan untuk mengontrol perintah, yang mana
perintah tersebut dikirim oleh hipotalamus yang terdapat pada kelenjar
bawah otak. Apabila ibu mengalami cemas, tegang, stres, dan
kebingungan maka ASI tidak dapat turun dari alveoli menuju ke puting.
Keadaan ini biasanya akan terjadi pada awal-awal menyusui, ketika
refleks pengaliran susu belum dapat befungsi dengan sepenuhnya.
Refleks pengaliran susu itu sendiri dapat berfungsi dengan baik apabila
ibu dalam keadaan tenang, nyaman, rileks dan tidak tegang atau
merasa cemas. Anda dapat mendengar suara tangisan bayi atau selalu
memikirkannya sehingga dapat membantu refleks air susu bekerja.
Efeknya produksi ASI akan terbantu.
3. Frekuensi Menyusui
Apabila bayi menyusu semakin sering, maka produksi ASI akan
semakin banyak. Selain menyusui langsung, anda juga dapat memerah
ASI dengan pompa ASI. Apabila menyusui bayi jarang dilakukan, ASI
pun tidak akan dihisap oleh bayi anda yang akan berpengaruh pada
pengeluaran ASI.
4. Pemakaian Alat Kontrasepsi
Penggunaan alat kontrasepsi harus ibu perhatikan selama masa
menyusui. Pasalnya, pemakaian alat kontrasepsi yang tidak tepat
dapat mempengaruhi produksi ASI.
5. Usia Kehamilan Saat Melahirkan
Usia kehamilan dapat mempengaruhi produksi ASI. Bayi yang lahir
kurang bulan atau prematur keadaannya sangat lemah dan membuat
ia kesulitan ketika menghisap payudara ibu untuk mendapatkan ASI.
Sehingga keadaan ini akan menyebabkan produksi ASI menjadi lebih
rendah dibandingkan dengan ibu yang melahirkan bayi normal atau
cukup bulan. Penyebab bayi prematur belum mampu menghisap ASI
dengan optimal karena lemah, berat badan yang rendah dan belum
sempurnanya organ tubuh bayi.
6. Anatomi Payudara
Ukuran payudara tidak mempengaruhi produksi ASI, karena yang
mempengaruhi produksi ASI yaitu jumlah kelenjar air susu dalam
payudara ibu. Meskipun ukuran payudara ibu kecil, tetapi kelenjar air
susunya banyak, maka ibu tetap bisa menghasilkan ASI yang banyak.
7. Merokok dan Konsumsi Alkohol
Merokok merupakan salah satu kebiasaan buruk yang akan
menimbulkan banyak efek negatif, khususnya pada ibu menyusui.
Merokok akan mempengaruhi jumlah ASI yang ibu produksi karena
akan mengganggu hormon prolaktin dan oksitosin. Ketika merokok
maka dapat menstimulasi pelepasan hormon adrenalin. Dimana
pelepasan hormon adrenalin tersebut dapat menghambat pelepasan
hormon oksitosin. Begitu pun dengan minuman yang mengandung
alkohol, minuman ini dapat mempengaruhi produksi ASI.
8. Pengaruh Obat-Obatan
Obat-obatan yang dikonsumsi ibu selama masa menyusui mengandung
hormon yang dapat mempengaruhi hormon oksitosin dan prolaktin.
Dimana kedua hormon ini berfungsi untuk pengeluaran dan
pembentukan ASI. Jika kedua hormon ini terganggu, maka akibatnya
pembentukan dan pengeluaran ASI pun akan mengalami hambatan.
9. Kemampuan Bayi Menghisap ASI
Hisapan bayi ketika menyusu mempengaruhi produksi ASI. Namun, ada
saatnya dimana hisapan bayi menjadi tidak efektif lagi. Beberapa hal
yang menyebabkan hisapan bayi menjadi tidak efektif di antaranya
yaitu karena teknik pelekatan yang tidak tepat, serta struktur rahang
atau mulut bayi yang tidak sempurna. Jika hisapan bayi efektif maka
rangsangan ke otak akan menjadi optimal yang akan memerintahkan
memproduksi hormon oksitosin dan hormon prolaktin.
10. Perawatan Payudara
Perawatan payudara penting dilakukan selama ibu hamil. Perawatan
yang tepat dapat membuat produksi ASI menjadi lancar. Perawatan
yang dilakukan akan merangsang payudara dan akan mempengaruhi
hypopise supaya mengeluarkan hormon estrogen, progesteron dan
oksitosin dalam jumlah yang lebih bayak lagi. Dimana hormon oksitosin
dapat menyebabkan terjadinya kontraksi di sel lain yang berada di
sekitar alveoli. Efeknya air susu atau ASI akan turun mengalir ke puting
dan akhirnya bayi dapat menghisapnya.
Itulah beberapa faktor yang dapat mempengaruhi ASI. Sebisa mungkin
cukupi kebutuhan ASI buah hati tercinta agar pertumbuhan dan
perkembangannya berjalan optimal.
Sumber : 10 Faktor yang Mempengaruhi Produksi ASI PerawatanBayi.com http://perawatanbayi.com/faktor-yangmempengaruhi-produksi-asi#ixzz4Wqgu1uH7
Pekan ASI sedunia:
Angka pemberian
ASI di Indonesia
masih rendah
Pemberian ASI eksklusif dapat mencegah penurunan gizi anak,
buruknya gizi anak, hingga tumbuh pendek
BANDUNG, Indonesia — Setiap tahunnya, Pekan Air Susu Ibu
(ASI) Sedunia diperingati pada minggu pertama bulan Agustus.
Pada tahun ini, acara yang merupakan tindak lanjut dari
Deklarasi Innocenti tahun 1990 di Florence, Italia, itu
mengambil tema “Breastfeeding A Key to Sustainable
Development”, di mana menyusui menjadi kunci untuk
tercapainya 17 Sustainable Development Goals (SDGs) yang
targetnya tercapai pada 2030. Di antaranya menghilangkan
kemiskinan, ketidakadilan, dan menghadapi perubahan iklim.
“Pekan ASI Dunia 2016 merupakan langkah awal agar semua
pihak bekerjasama dan menunjukkan bahwa pembangunan
berkelanjutan dapat dicapai melalui perlindungan, promosi dan
dukungan menyusui,” kata Konselor Menyusui yang juga
Leader La Leche League (LLL) Indonesia, Fatimah Berliana
Monika Purba, kepada Rappler, Kamis, 4 Agustus.
La Leche League (LLL) adalah organisasi internasional nonprofit, non-sektarian yang didedikasikan untuk mengedukasi
dan memberikan informasi, dukungan, dan penguatan untuk
wanita yang ingin menyusui.
Monika mengatakan dukungan semua pihak terhadap ibu
menyusui sangat penting untuk kesuksesan menyusui hingga
usia anak mencapai 2 tahun.
Sayangnya, masih banyak yang belum memahami bahwa
menyusui itu bukan hanya keterlibatan antara ibu dan anak
saja, tapi juga perlu keterlibatan suami, anggota keluarga,
tenaga dan fasilitas kesehatan, rekan kerja dan tempat
bekerja, masyarakat, pemerintah, dan pembuat kebijakan.
Dukungan dari suami dan anggota keluarga bisa berupa
meyakinkan bahwa ibu dapat menyusui dan memberikan ASI,
dan membuat ibu nyaman seperti memijat, membantu
mengurus bayi, dan melakukan pekerjaan rumah tangga bila
diperlukan.
Dukungan dari tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan
adalah memberikan penjelasan mengenai manfaat menyusui
dan pemberian ASI, menjelaskan teknik-teknik dasar
menyusui, dan mendukung ibu terus memberikan ASI setiap
kali kontrol.
Bagi ibu bekerja, dukungan dari rekan kerja dan tempat
bekerja juga sangat penting. Seringkali kegagalan menyusui
berawal saat ibu menyusui mulai bekerja.
Dukungan yang diperlukan adalah menyediakan ruang laktasi
yang nyaman dan memenuhi syarat, mendukung dan
melindungi hak para pekerja wanita yang menyusui untuk
memerahkan di tempat kerja, dan memberikan cuti melahirkan
yang memadai sesuai undang-undang.
Menciptakan lingkungan yang ramah bagi ibu menyusui juga
turut berkontribusi pada keberhasilan menyusui. Apalagi bila
hal itu didukung oleh kebijakan dari pemerintah yang
menguatkan terwujudnya kondisi tersebut.
Sebagai pembuat kebijakan, pemerintah dan anggota legislatif
bisa membuat aturan atau penyediaan fasilitas yang
memudahkan ibu menyusui di tempat umum, seperti
menyediakan ruang laktasi yang memadai lebih banyak dan
merata di tempat-tempat umum, serta kebijakan yang
melindungi hak ibu terutama Ibu pekerja dalam memberikan
ASI dan memberikan sanksi tegas kepada yang melanggar.
Pemerintah juga harus lebih gencar melakukan edukasi dan
promosi ASI ke semua daerah terutama daerah-daerah
terpencil. Selain itu, pemerintah secara tegas
mengimplementasikan International Code for Breastmilk
Substitute dari WHO sehingga berbagai pelanggaran yang
dilakukan oleh para produsen susu formula dapat dihentikan
dan ditindaklanjuti.
“Karena itu, setiap minggu pertama bulan Agustus setiap
tahun dijadikan sebagai Pekan ASI, yang dilaksanakan untuk
meningkatkan kesadaran semua pihak tentang pentingnya ASI
bagi bayi dan diperlukannya dukungan bagi ibu dalam
mencapai keberhasilan menyusui bayinya” ujar Monika.
Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan rata-rata
angka pemberian ASI eksklusif di dunia hanya 38 persen.
Indonesia adalah salah satunya.
Di Indonesia, ungkap Monika, angka pemberian ASI masih
rendah. Berdasarkan data yang dikumpulkan International
Baby Food Action Network (IBFAN) 2014, Indonesia menduduki
peringkat ke tiga terbawah dari 51 negara di dunia yang
mengikuti penilaian status kebijakan dan program pemberian
makan bayi dan anak (Infant-Young Child Feeding).
Ini menunjukkan, pemberian ASI sebagai makanan pertama
bayi masih kurang. Padahal, lanjut Monika, penurunan gizi
anak hingga menyebabkan anak bergizi kurang hingga buruk
dan tumbuh pendek (stunting) dapat dicegah sedini mungkin
dengan pemberian ASI eksklusif dan MPASI yang benar.
“Hal ini menunjukkan masih besarnya tantangan yang perlu
dihadapi, masih kurangnya komitmen bersama semua pihak
dalam melakukan upaya-upaya perlindungan, promosi dan
dukungan terhadap pemberian asupan bayi,” kata Monika. —
Rappler.com
Cakupan ASI Eksklusif di
Indonesia Baru 42%
http://lifestyle.bisnis.com/read/20161023/236/594995/cakup
an-asi-eksklusif-di-indonesia-baru-42
Bisnis.com, YOGYAKARTA - Cakupan air susu ibu (ASI) eksklusif di Indonesia
baru mencapai angka 42 persen, masih jauh dari harapan, kata sosiolog dari
Universitas Gadjah Mada (UGM) Desintha Dwi Asriani.
Jumlah kelahiran di Indonesia 4,7 juta orang per tahun, sementara itu jumlah
bayi yang memperoleh ASI eksklusif selama enam bulan bahkan hingga dua
tahun, ternyata tidak mencapai dua juta jiwa, katanya di Kampus Program
Doktoral Studi Kebijakan UGM, Sabtu (22/10/2016).
Jika dibandingkan dengan target WHO yang mencapai 50%, maka angka
tersebut masihlah jauh dari target, ujar Deshinta Di Yogyakarta
memperlihatkan tindakan menyusui pada akhirnya memosisikan perempuan
sebagai objek demi sebuah program besar yang digagas oleh pemerintah
tentang kesejahteraan dan kesehatan, sehingga pada akhirnya menampilkan
wacana baru dalam konteks praktek menyusui.
Menurut dia, seharusnya praktik menyusui menjadi praktik hak, bukan
kemudian menjadi praktik konstruktif yang diterjemahkan dalam kata
kewajiban.
"Ketika ini dipahami sebagai hak, dan saat perempuan tersebut tidak bisa
menyusui misalnya, maka dia akan mencari cara bagaimana agar bisa
mendapatkan haknya untuk menyusui," ujar Desintha.
Selain itu, praktik menyusui bukanlah persoalan sederhana, sebab bukan
sekadar memberi asupan nutrisi bagi bayi langsung dari payudara sang ibu.
"Tetapi, ada banyak hal yang perlu untuk dinegosiasikan terutama bagi
perempuan yang bekerja. Di antaranya, pendeknya masa cuti melahirkan,
tidak ada sistem cuti menyusui, terbatasnya waktu istirahat, tidak ada
fasilitas ruang laktasi, tidak punya lemari penyimpan ASI, faktor kelelahan,
maupun persoalan kultural, dan malu jika memerah ASI di tempat bekerja,"
ungkap dia.
Inilah Pengalaman Saya, Membuat ASI Tetap Mengalir Deras dan
Tetap Memberikan ASI Sampai 2 Tahun - See more at:
http://lancarasi.net/cara-melancarkan-asi/#sthash.RFLXUXpa.dpuf
Penyebab ASI Tidak Keluar atau Keluar Hanya Sedikit
Jika ditanya penyebab ASI tidak keluar atau keluar tapi hanya sedikit
maka secara sederhana saya mengelompokkan menjadi 3 hal.
1. Karena “Penyakit”
Kanker, produksi ASI juga bisa berkurang karena faktor penyakit
seperti kanker payudara. Jika penyebabnya ini maka Anda harus
periksakan ke dokter dan pelajari cara mencegahnya
Faktor Genetika atau keturunan, jika ibu mengalami ini solusinya
juga sama yaitu konsultasikan kepada dokter kepercayaan atau
dokter spesialis yang ibu percaya.
Untuk masalah seperti ini harus Anda bawa ke dokter kerena tidak
mungkin ibu atasi sendiri, bukankah mencegah lebih baik.
2. Karena “Proses”
Pasca persalinan, perlu ibu ketahui sejak usia kehamilan 16 minggu
atau berkisar empat bulan kehamilan produksi ASI sudah mulai ada,
tetapi dihambat oleh kadar hormon kehamilan yang tinggi.
Baru pada hari ke-2 atau ke-3 pasca melahirkan, kadar hormon
kehamilan turun drastis dan hormon yang memengaruhi produksi
ASI (hormon prolaktin) semakin dominan.
Saat itulah ASI mulai dikeluarkan dari payudara. Jadi secara alamiah
payudara mulai membengkak pada hari ke-2 atau ke-3 pasca
persalinan.
3. Karena “Gaya Hidup”
Penyumbatan pada saluran Air Susu, tanda penyumbatan pada
saluran air susu adalah adanya benjolan kecil yang keras jika dipijat.
Penyebabnya bisa karena ukuran Bra yang tidak sesuai, pemberian
ASI yang tidak tuntas atau kurang sering, pompa ASI yang kurang
bagus, dll
Kurangnya asupan gizi atau nutrisi yang dibutuhkan, hal ini sangat
mempengaruhi produksi dan kualitas ASI. Ibu menyusui
membutuhkan asupan gizi yang cukup dan terbaik.
Stress atau tekanan batin/ pikiran, seringkali ASI tidak keluar karena
ibu mengalami stress. Beban pekerjaan kantor, atau kerjaan di
rumah yang banyak bisa mempengaruhi psikologis ibu. Hubungan
dengan suami dan lingkungan juga bisa.
Kecilnya kapasitas penyimpanan ASI. Hal ini tidak ada hubungannya
dengan besar payudara. Jika kapasitas penyimpanan ASI anda kecil
maka
sebaiknya
sering-seringlah
memberikan
ASI
atau
memompanya, dan mengosongkan cadangan ASI. Sehingga ini akan
merangsang produksi ASI kembali.
Cara Melancarkan ASI secara Alami yang Aman untuk Ibu dan Bayi
Setidaknya ada 4 cara yang bisa ibu praktikkan untuk meningkatkan
produksi ASI, tapi cara ini digunakan khusunya untuk meyelesaikan
masalah ASI yang keluar sedikit atau tidak keluar karena faktor
“gaya hidup” seperti yang saya jelaskan diatas.
1. Penuhi Kebutuhan Nutrisi
Sangat penting untuk memenuhi kebutuhan nutrisi secara seimbang
dan baik. Hal ini bertujuan agar ASI yang keluar dapat lancar dan
eksklusif.
Berikut adalah 10 makanan wajib bagi ibu menyusui. Tubuh dan bayi
anda akan sangat berterimakasih bila anda rutin mengonsumsi
makanan pelancar asi berikut ini:
1. Ikan salmon
Tidak ada satu jenis makanan yang sempurna. Tapi salmon paling
mendekati. Salah satu makanan terbaik untuk ibu menyusui,
salmon, seperti ikan berlemak lainnya, sarat dengan jenis lemak
yang disebut DHA.
DHA sangat penting untuk perkembangan sistem saraf bayi Anda.
Semua ASI mengandung DHA, tetapi tingkat nutrisi penting ini lebih
tinggi dalam ASI wanita yang mendapatkan DHA tambahan dari
makanan mereka.
DHA dalam ikan salmon juga dapat membantu mood Anda,
sehingga mengurangi resiko terkena baby blues.
2. Daging sapi tanpa lemak
Bila Anda sedang mencari makanan untuk meningkatkan energi
Anda sebagai ibu baru, carilah makanan kaya zat besi, seperti
daging tanpa lemak.
Kekurangan zat besi dapat menguras tingkat energi Anda, sehingga
sulit bagi Anda untuk bersaing dengan tuntutan bayi yang baru
lahir.
Juga, ketika Anda menyusui, Anda perlu makan protein tambahan
dan vitamin B-12. Daging sapi tanpa lemak merupakan sumber
yang sangat baik untuk keduanya.
3. Kacang-kacangan
Kacang-kacangan, terutama yang berwarna gelap seperti kacang
hitam dan kacang merah, adalah makanan untuk ibu menyusui yang
sangat bermanfaat, terutama untuk vegetarian.
Bukan saja mereka kaya akan zat besi tapi juga kaya akan protein
berkualitas non-hewani, dengan harga yang tidak menguras
kantong.
4. Bluberi
Ibu menyusui harus mendapatkan dua atau lebih porsi buah atau jus
setiap hari. Bluberi, kaya akan antioksidan, adalah pilihan yang
sangat baik untuk membantu Anda memenuhi kebutuhan Anda.
Buah ini kaya akan vitamin dan mineral dan karbohidrat dalam dosis
yang sehat untuk menjaga tingkat energi Anda.
5. Beras coklat atau beras merah
Jika Anda ingin segera menurunkan berat badan setelah melahirkan,
anda pasti akan mengurangi asupan karbohidrat Anda.
Tapi kehilangan berat badan terlalu cepat menyebabkan Anda
menghasilkan lebih sedikit ASI dan membuat Anda merasa lesu.
Makanlah jenis karbohidrat yang sehat seperti beras coklat / beras
merah atau roti gandum untuk menjaga tingkat energi anda.
6. Jeruk
Mudah ditemukan dimana-mana dan bergizi, jeruk sangat penting
karena ibu menyusui membutuhkan vitamin C dosis tinggi, bahkan
lebih banyak daripada ibu hamil.
Tidak dapat menemukan waktu untuk duduk untuk mengupas jeruk?
Minum jus jeruk memberikan manfaat yang sama.
Beberapa jus jeruk yang dijual di supermarket sekarang bahkan
telah diperkaya dengan kalsium, sehingga anda dapat memperoleh
manfaat ganda.
7. Telur
Kuning telur adalah salah satu sumber alami vitamin D – nutrisi
penting untuk menjaga tulang Anda kuat dan membantu tulang bayi
Anda tumbuh.
Selain itu telur adalah cara mudah untuk memenuhi kebutuhan
protein harian Anda. Siapkan telur dadar untuk sarapan dengan roti
gandum, atau tambahkan telur rebus pada soto anda saat makan
siang.
8. Roti gandum (whole wheat bread)
Asam folat sangat penting untuk perkembangan bayi Anda pada
tahap awal kehamilan. Selain itu, asam folat juga penting bagi bayi.
Pastikan dalam ASI Anda mengandung cukup asam folat. Salah satu
sumber terbaik dari asam folat adalah roti gandum, yang juga dapat
menyumbangkan kebutuhan serat dan zat besi Anda.
9. Sayuran berwarna hijau
Banyak manfaat sayuran berwarna hijau seperti bayam, kangkung
dan brokoli. Mereka sangat kaya dengan vitamin A, yang perlu bayi
dapatkan dari ASI. Sayuran juga merupakan sumber kalsium non
susu, vitamin C, zat besi, antioksidan dan rendah kalori.
10. Air
Dehidrasi menurunkan tingkat energi seseorang secara drastic.
Untuk menjaga tingkat energi Anda dan produksi ASI, pastikan Anda
tetap terhidrasi dengan baik.
Variasikan pilihan Anda dalam memenuhi kebutuhan cairan dengan
minum jus dan minuman pelancar asi.
2. Meningkatkan Frekuensi Menyusui, Memompa dan Memeras ASI
Hal ini bertujuan untuk menciptakan produksi ASI yang banyak.
Dapat diketahui bahwa semakin jarang si bayi disusui oleh ibunya,
maka semakin berkurang produksi ASI oleh sang ibu.
Jika sang ibu
berkurangnya
menggunakan
payudara agar
pun sibuk bekerja, jarang bekerja dan takut akan
produksi ASI, maka sang ibu tersebut dapat
alat khusus yang berfungsi untuk memompa
produksi ASI tetap banyak.
Tapi sebisa mungkin jangan menjadwalkan pemberian ASI, susuilah
bayi pada saat dia meminta dan hentikan hanya setelah dia merasa
cukup, sebab:
1. Bayi memiliki lambung yang kecil dan ASI sangat mudah diserap.
Semakin muda umur bayi, semakin cepat dia merasa lapar kembali.
Kapasitas produksi ASI antar ibu juga bervariasi. Semakin kecil
produksi, semakin sering dan lama bayi harus disusui. Hanya bayi
itu sendiri yang tahu kapan saatnya harus menyusu.
2. Kandungan gizi dalam ASI yang dikeluarkan selama menyusui
bervariasi. Kandungan lemak pada menit-menit awal cukup rendah,
lalu meningkat terus sampai menit terakhir. Bila ibu menghentikan
proses menyusui sebelum saatnya, maka bayi akan kekurangan
lemak dan cepat lapar kembali.
3. Bila menyusui dilakukan secara terjadwal, dalam tiga bulan
produksi ASI akan menurun. Aktivitas menyusui merangsang
keluarnya hormon prolaktin yang memproduksi susu. Semakin
sering menyusui, semakin besar prolaktin yang dikeluarkan. Bila ibu
jarang menyusui, maka otomatis tubuhnya juga pelan-pelan akan
mengurangi prolaktin yang bermanfaat dalam produksi ASI.
4. Bayi meminta menyusu bukan semata-mata karena lapar, namun
juga karena kebutuhan emosional untuk disayangi dan dilindungi.
3. Meminimalisir Tingkat Stres dengan Breastfeeding Father
Stres sendiri dapat mengakibatkna produksi ASI berkurang. Ini
terjadi karena sang ibu tidak dalam keadaan rileks, tenang, dan
senang.
Faktor kejiwaan pun menjadi penyebab berkurangnya ASI dan
berakibat buruk terhadap sang bayi karena jumlah ASI yang mereka
hisap semakin sedikit.
Peran ayah juga sangat penting saat ibu menyusui.
Cinta kasih Ayah yang luar biasa dan kesadarannya mendampingi
Ibu dalam menjalani proses pemberian ASI adalah sebuah bentuk
komitmen dalam keluarga yang sangat diperlukan.
Bukan hal yang mudah, namun Ayah bisa berperan penting dalam
proses ini karena dukungan emosionalnya dapat mempengaruhi
produksi ASI serta keputusan Ibu untuk menyusui sang Buah Hati.
Pemberian ASI secara eksklusif sejak dini menjadikan tumbuh
kembang sang Buah Hati lebih berkualitas.
Produksi ASI sangat berkaitan erat dengan kondisi emosional Ibu.
Jika Ibu merasa cemas, takut ataupun khawatir, tentu akan
mempengaruhi produksi ASI.
Asupan ASI yang kurang dapat mengganggu tumbuh kembang Si
Kecil. Susu formula dapat diberikan jika ada indikasi medis tertentu
sesuai dengan rekomendasi dokter, namun tetap ASI adalah sumber
nutrisi yang terbaik untuk sang Buah Hati.
Suasana kehangatan dan kebersamaan yang dibangun dari
hubungan Ayah dan Ibu ikut mempengaruhi kualitas menyusui.
Karena peranan Ayah sangat penting dalam proses menyusui, jadi
Ibu tidak akan sendirian saat merawat sang Buah Hati.
Proses ini tentu akan menjadi ritual yang seru dan menyenangkan
untuk Ibu, Ayah & sang Buah Hati!
Dukungan emosional, spiritual, moral dan fisik adalah jenis
dukungan yang Ayah perlu berikan untuk Ibu, peranan Ayah dalam
fase ini disebut sebagai ‘Breastfeeding Father’.
Dukungan Breastfeeding Father ini datang saat Ibu memasuki fase
menyusui. Ibu akan merasa lebih nyaman dan tentram ketika
dukungan ini datang, sehingga produksi ASI akan lancar dan
berlimpah.
4. Konsumsi Minuman Pelancar ASI
Jika masih kurang, atau Anda kerepotan dalam memilih dan
menyiapkan
makanan
penambah
ASI
Alami.
Kami
merekomendasikan untuk mengkonsumi Minuman penambah ASI,
namun bukan Obat.
Banyak ibu juga merasa dapat manfaat dan ASInya bisa meningkat
dengan dibantu minuman pelancar asi. Salah satunya yang lagi
ngetrend saat ini adalah teh Mama Asix.
PERUSAHAAN HARUS PEDULI ASI
EKSLUSIF
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012
disebutkan, tempat kerja (perusahaan, kantor pemerintah,
pemerintah daerah, dan swasta) harus mendukung program
ASI eksklusif dengan memberikan fasilitas ruang laktasi dan
memberikan kesempatan ibu bekerja untuk menyusui atau
memerah ASI. Peraturan perusahaan atau perjanjian kerja
harus memiliki kebijakan tentang dukungan terhadap
program ASI eksklusif , juga memiliki peraturan internal
mengenai dukungan terhadap program ASI eksklusif. Dalam
Pasal 36 disebutkan, jika tempat kerja tidak menjalani
peraturan tersebut, dapat terkena sanksi sesuai Undangundang Nomor 36 tahun 2009 dalam Pasal 200 dan 201,
yaitu ancaman pidana kurungan paling berat selama 1 tahun
dan denda maksimal Rp 100 juta. Untuk perusahaan, denda
menjadi maksimal 3 kali lipat atau Rp 300 juta dan ancaman
pencabutan badan izin usaha.
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 15 tahun
2013 pun telah diatur tatacara penyediaan ruang ASI. Ruang laktasi
bisa disesuaikan dengan jumlah pekerja hamil atau menyusui di
perusahaan tersebut. Pendanaan ruang laktasi dilarang bersumber
dari produsen susu bayi dan produksi lainnya, seperti produk botol,
dot, atau empeng.Adanya ruang laktasi di tempat kerja dan tempat
umum amat penting bagi ibu menyusui yang bekerja. Di ruang
laktasi, ibu dapat menyusui bayinya maupun memerah ASI. Lebih
dari itu, adanya ruang laktasi ternyata bisa memengaruhi banyak
sedikitnya produksi ASI. Adanya ruang laktasi di tempat kerja dan
tempat umum amat penting bagi ibu menyusui yang bekerja. Di
ruang laktasi, ibu dapat menyusui bayinya maupun memerah ASI.
Lebih dari itu, adanya ruang laktasi ternyata bisa memengaruhi
banyak sedikitnya produksi ASI.
Rekomendasi:
o
Jika tidak ada ruang laktasi, ibu pekerja akan memanfaatkan
ruangan apapun yang memungkinkan untuk memerah ASI.
Dalam beberapa kasus yang ditemui, ada ibu yang terpaksa
memerah ASI di toilet, ruang ganti satpam, gudang, hingga
mushala. Akibatnya, sering kali ibu dilanda perasaan tidak
tenang karena bukan memerah ASI di ruangan khusus.
o
Jika kantor belum memiliki ruang laktasi, segera ajukan ke
manajemen. Jika sudah ada ruang laktasi, karyawan juga
berhak mendapat kesempatan untuk memerah ASI. Adanya
ruang laktasi dapat mendukung ibu memberikan ASI eksklusif
selama 6 bulan.
https://asilaktasi.com/2015/08/03/bisa-kena-sanksi-kantor-atau-perusahaanharus-peduli-asi-ekslusif/
ASI Eksklusif, Antara Harapan dan
Kenyataan
Air Susu Ibu (ASI) adalah nutrisi yang paling ideal bagi bayi, dan menyusui secara umum
memberikan manfaat bagi bayi dan juga bagi sang ibu. ASI eksklusif selama 6 bulan
pertama kehidupan dilaporkan beberapa studi memberikan perlindungan bagi bayi dari
infeksi saluran pencernaan dan infeksi saluran pernafasan bawah, bahkan apabila
dibandingkan dengan bayi yang hanya diberikan ASI eksklusif selama 4 bulan. Dengan
berbagai macam bukti dari manfaat pemberian ASI, World Health
Organization (WHO) mengeluarkan rekomendasi agar bayi diberikan ASI secara
eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan dan kemudian baru diperkenalkan dengan
makanan pendamping, pemberian ASI secara parsial masih dapat dilanjutkan sampai
usia 2 tahun. Pengertian ASI eksklusif yang perlu dipahami betul adalah pemberian
asupan makanan kepada bayi hanya mencakup ASI, tanpa makanan dan minuman lain,
bahkan tidak memberikan air putih. Pemberian obat syrup, oralit, ataupun vitamin masih
diperbolehkan dalam praktik ASI eksklusif secara definisi. Pengertian mengenai ASI
eksklusif ini yang masih banyak kurang dipahami oleh masyarakat sehingga
mempengaruhi keberhasilan praktik ini.
Walaupun informasi mengenai betapa luar biasanya manfaat dari ASI, hanya sebagian
bayi-bayi di Indonesia yang merasakan anugerah ini. Berdasarkan survey Indonesia
Demographic and Health Survey pada tahun 2012, terdapat 96% bayi di Indonesia
yang pernah diberikan ASI, namun hanya 41% saja yang berhasil diberikan ASI eksklusif
selama 6 bulan. Dilaporkan pula pada survey tersebut, 60% dari bayi di Indonesia telah
diberikan makanan selain ASI pada usia 3 hari. Penerapan ASI ekslusif yang tidak
optimal ini tentunya akan berhubungan dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas
pasien akibat masalah gizi. Lantas, apa kira-kira yang menyebabkan praktik ASI
eksklusif dapat mengalami kendala?
ASI eksklusif merupakan suatu proses yang dinamis dan dipengaruhi oleh
berbagai faktor, seperti psikologis, lingkungan, dan sosiokultural. Mengetahui
faktor-faktor yang menentukan pemberian ASI sangatlah penting untuk dipahami, agar
masyarakat dan juga petugas kesehatan dapat memaksimalkan edukasi untuk
mencegah penghentian ASI eksklusif.
Beberapa faktor yang ditemukan pada studi-studi sebelumnya mengkaitkan
keberhasilan ASI eksklusif dengan berbagai faktor antara lain:
(1) masalah nutrisi yang mencakup kekhawatiran berat badan bayi tidak naik, anak
tampak kurang puas menyusu, ibu tergoda untuk memberikan makanan pendamping
yang dianggap dapat membantu pertumbuhan;
(2) masalah laktasi, seperti luka atau infeksi pada puting ibu, perlekatan yang tidak
baik ;
(3) penyakit pada ibu atau bayi sehingga menyebabkan ibu memutuskan untuk
menghentikan ASI eksklusif untuk pemulihan yang lebih baik atau mengharuskan ibu
mengkonsumsi obat tertentu;
(4) ibu yang kembali bekerja sehingga mengurangi waktu yang optimal untuk
produksi dan pemberian ASI;
(5) lingkungan yang kurang mendukung pemberian ASI, seperti tempat-tempat publik
yang tidak menyediakan sarana ruangan menyusui sehingga membuat laktasi menjadi
beban;
(6) anjuran pihak medis, misalnya apabila memang terdapat beberapa indikasi;
dan
(7) penghentian sementara oleh ibu yang berujung pada penghentian ASI
eksklusif selanjutnya.
Suatu studi kualitatif yang dilakukan di Jakarta oleh Marzuki dan kawan-kawan,
menemukan bahwa alasan penghentian ASI eksklusif di Indonesia umumnya masih
berkutat pada kekhawatiran di bidang kesehatan. Alasan-alasan yang diutarakan
ditemukan banyak berkaitan dengan usia bayi saat ASI dihentikan. Sebagai contoh,
praktik ASI eksklusif pada bayi usia di bawah 1 bulan biasanya berhubungan dengan
masalah perlengketan dalam menyusui. Luka pada puting ibu, perlengketan yang tidak
baik sehingga bayi tampak tidak menyusu dengan puas merupakan hal yang sering
terjadi. Berbeda dengan penghentian ASI eksklusif pada usia bayi yang lebih besar,
masalah status gizi anak yang seringkali menjadi faktor pemicu seperti berat
badan tidak naik sehingga menimbulkan persepsi tidak cukupnya ASI yang
diberikan. Selain itu, ditemukan masih banyak persepsi mengenai ASI yang kurang
tepat di masyarakat, seperti ASI tidak cukup bergizi bagi anak karena ibu merasa
tidak yakin bahwa dia memiliki status gizi yang baik, anak yang rewel setelah
diberikan ASI semerta-merta dianggap sebagai tanda belum kenyang sehingga ASI
dianggap kurang. Ada banyak pula ibu pada studi ini yang mengatakan bahwa ASI
eksklusif hanyalah mimpi indah yang dapat dicapai oleh sebagian kecil ibu yang
mampu memproduksi ASI dalam jumlah yang cukup.
Setelah memahami beberapa alasan ini, pengetahuan mengenai praktik ASI eksklusif
seharusnya dapat lebih ditingkatkan baik pada masyarakat maupun pihak medis untuk
kemudian melakukan intervensi. Ibu-ibu yang memberikan ASI eksklusif sebaiknya
memahami bahwa dari aspek nutrisi, anak-anak yang diberi ASI eksklusif memang
biasanya tidak memiliki pertumbuhan-perkembangan yang sepesat anak dengan
makanan pendamping namun secara keseimbangan nutirisi memiliki keunggulan
dibanding yang tidak ASI eksklusif dan kelak akan tampak lebih sehat. Begitu pula bagi
pihak penyedia layanan kesehatan, edukasi yang lebih harus ditingkatkan adalah
mengenai masalah nutrisi dan laktasi yang dapat timbul sehingga dapat meningkatkan
semangat ibu-ibu unuk meningkatkan praktik ASI eksklusif. Peran dari tenaga kesehatan
dikatakan sangatlah penting dalam meningkatkan kesuksesan ASI eksklusif karena
banyak ibu yang dalam praktik ASI eksklusif memiliki banyak keraguan sehingga
memerlukan pembimbing yang senantiasa memberikan dukungan. Pengetahuan suami
dan anggota keluarga lain juga menjadi penting karena faktor orang-orang di sekitar ibu
juga akan memberikan dampak yang besar dari praktik menyusui.
Apabila pengetahuan mengenai ASI eksklusif ini telah tepat, niscaya pencapaian ASI
eksklusif di Indonesia bukan hanya sekedar harapan belaka bagi sebagian besar ibu-ibu
Indonesia. Semoga praktik ASI eksklusif di Indonesia dapat lebih optimal dan dapat
menciptakan generasi baru yang lebih berkualitas.
http://beranisehat.com/archives/air-susu-ibu-asi-eksklusif-antara-harapan-dan-kekayaan/
Menkes: Mitos Rusak Program
Pemenuhan Gizi Ibu dan Bayi
"Kematian ibu tinggi ada karena faktor internal."
VIVA.co.id – Jumlah stunting atau pertumbuhan badan yang tidak
sesuai dengan usia masih terbilang tinggi di Indonesia. Meski
menurut Pantauan Status Gizi 2016 terdapat penurunan 37 persen.
Hal ini terkait dengan pemenuhan gizi yang dibutuhkan anak-anak.
Menteri Kesehatan Nila F. Moeloek mengatakan, ada dua hal
terkait dengan status perempuan dalam keluarga dalam hal
pemberian makanan pada anak.
"Ada pola asuh dan salah asuh. Seringkali perempuan bukan yang
menengah atas, tidak memiliki pengetahuan dan cara yang salah
dalam memberikan makan pada anak. Terutama pada perempuan
di pedesaan," ujar Nila saat acara peringatan Hari Gizi Nasional di
Gedung Kementerian Kesehatan, Jakarta, Rabu, 25 Januari 2017.
Khususnya 1000 hari pertama kehidupan anak yang menjadi masa
penting bagi anak agar bisa tumbuh dengan baik, penyakit
berkurang, dan berperilaku sehat.
Tak hanya itu, banyak mitos yang masih dilakukan di berbagai
daerah di Indonesia juga menjadi penghalang pemenuhan gizi bagi
bayi serta ibu. Misalnya di Batang dan Pekalongan, tepatnya di
desa nelayan ada mitos bahwa ibu melahirkan tidak boleh makan
ikan. Mereka juga harus berpuasa selama 40 hari.
Ada pula kepercayaan di wilayah Atambua, Nusa Tenggara Timur,
ibu harus dipanggang. Mereka diminta untuk tidak makan selama
40 hari. Hal ini menyebabkan ibu tidak bisa memberi ASI,
karenanya angka tidak memberikan ASI di sana mencapai 70
persen.
Kepercayaan ini pula yang menyebabkan banyak wanita terutama
ibu yang mengalami anemia. Anemia merupakan salah satu
penyebab angka kematian ibu yang tinggi di Indonesia.
"Kematian ibu tinggi ada karena faktor internal seperti anemia dan
kurang gizi yang menyebabkan eklampsi. Ada juga faktor eksternal
seperti transportasi, ketersediaan air bersih, dan sebagainya," kata
Nila.
Untuk mengatasi kekurangan gizi ini pemerintah melaksanakan
program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) berupa biskuit
yang tinggi kalori dan protein. PMT ini tidak hanya untuk anak
balita tapi juga untuk ibu hamil dan anak-anak sekolah.
http://life.viva.co.id/news/read/875120-menkes-mitos-rusak-program-pemenuhan-giziibu-dan-bayi
Pemkot Surabaya
Canangkan
Gerakan 1.000 Hari
Pertama Kehidupan
SURABAYA, JAWA TIMUR —
Pemerintah Kota Surabaya mencanangkan Gerakan "1.000
Hari Pertama Kehidupan" di Balai Pemuda Surabaya, Rabu
(25/1), sebagai upaya untuk menurunkan angka kematian
ibu dan bayi di Surabaya. Meski angka kematian ibu
melahirkan di Surabaya tergolong rendah, upaya
pencegahan dianggap penting untuk menyelamatkan nyawa
ibu melahirkan beserta bayinya.
Gerakan "1.000 Hari Pertama Kehidupan" menjadi dasar
Dinas Kesehatan Kota Surabaya, mengajak seluruh
masyarakat khususnya pasangan muda untuk
memperhatikan kesiapan dan kesehatan ibu hamil.
Pada tahun 2016, angka kematian ibu melahirkan di
Surabaya mencapai 28 kasus, sedikit mengalami penurunan
dari tahun 2015 yang mencapai 39 kasus kematian.
Kematian ibu melahirkan banyak disebabkan oleh
pendarahan, serta tekanan darah tinggi saat melahirkan.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya, Febria Rachmanita
mengatakan, pendampingan dan pembinaan akan diberikan
kepada para calon pengantin, mulai jelang pernikahan,
kehamilan, sampai memiliki anak hingga usia dua tahun,
sehingga kematian ibu melahirkan dapat dicegah atau
diminimalisir.
“Mulai dari calon pengantin, sampai dia punya anak umur
dua tahun, dia diberi pengetahuan tentang kesehatan
reproduksi, bagaimana dia nanti pada saat menjadi ibu
hamil, pada saat hamil dia harus menjaga kesehatan dia
dan anaknya di dalam kandungan, kemudian setelah lahir
dia harus menyusui enam bulan ASI ekslusif sampai umur
dua tahun dia tetap diberi ASI,” kata Febria Rachmanita.
Pendampingan juga diberikan dengan menyiapkan bidan
dan dokter, untuk memantau dan memastikan kesehatan
ibu hamil. Dinas Kesehatan Kota Surabaya, kata Febria,
telah mendata 315 calon pengantin dan calon ibu hamil
yang bersedia mengikuti program 1.000 Hari Pertama
Kehidupan.
“Jadi satu bidan mendampingi tiga orang ibu hamil,
kemudian ibu hamil itu juga mendapat donor (darah) dari
empat orang, ya karena kan kasusnya banyak perdarahan
itu. Jadi satu ibu hamil didampingi empat pendonor, nah
kemudian orang per orang ke rumah, bidan ke rumah, para
dokter ke rumah,” kata Febria Rachmanita.
Dian Fitriani, seorang ibu rumah tangga di Surabaya,
mengatakan, mempersiapkan kehamilan dengan
mengetahui kondisi kesehatan sangat penting dilakukan,
untuk mencegah risiko kehamilan yang dapat berdampak
pada kematian ibu melahirkan. Selain itu, asupan makanan
yang bergizi dan dibutuhkan oleh ibu hamil, perlu
diperhatikan untuk menghasilkan anak yang sehat dan
cerdas.
“Kita kan juga berkala ya, periksanya rutin, jadi tahunya
kita darahnya tekanannya tinggi ya dari cek berkala itu, jadi
bisa diminimalisir nanti efeknya apa waktu kelahiran, dan
intinya satu jangan stres, kalau stres itu nanti tubuh itu
tidak bisa bekerjasama sama bayi yang akhirnya bisa terjadi
jantungnya berdetak cepat, atau hal-hal abnormal lainnya,”
kata Dian Fitriani.
Persiapan kehamilan menjadi penting dilakukan, karena
berkaitan dengan mempersiapkan generasi penerus bangsa
di masa mendatang. Walikota Surabaya Tri Rismaharini
mengatakan, persiapan generasi penerus bangsa yang
unggul dan sehat dapat dipersiapkan sejak dini, salah
satunya dengan memperhatikan kualitas gizi makanan bagi
ibu hamil maupun bayi.
“Seringkali kita tidak mempedulikan, kita hanya ngomong
cari uang, kemudian uangnya untuk beli rumah, kita tidak
memperhatikan bahwa misalkan kita lagi hamil, itu ada
yang harus diperhatikan untuk masa depan anak-anak itu.
Mulai dia nanti ke depan IQ-nya seperti apa, kecerdasan
intelektualnya seperti apa, kemudian fisiknya seperti apa,
sebetulnya bisa direncanakan itu,” kata Tri Rismaharini.
Risma memastikan akan memperhatikan kualitas gizi
makanan bagi anak usia di bawah delapan tahun, dengan
memberikan asupan makanan berbahan dasar ikan untuk
meningkatkan kecerdasan dan kesehatan anak.
“Saya coba menunya diubah, jadi ada sebagian ikan. Ini
kan, tahun ini 2017 itu kita juga memberikan makanan
untuk anak PAUD (pendidikan anak usia dini/ pra TK), jadi
seminggu sekali kita berikan makanan untuk anak PAUD,
nanti kalau ini berhasil tahun depan kita usulkan untuk
makanan anak SD kelas 1 dan 2, sehingga usia d ibawah 8
tahun itu kita harapkan dia punya gizi yang bagus. Jadi
nanti yang Posyandu (pos pelayanan terpadu) sama yang
PAUD itu, kita akan perbanyak ikan, menunya diperbanyak
ikan, kemudian sayur dan buah,” lanjut Tri
Rismaharini. [pr/ab]
Tantangan ASI Eksklusif di
Indonesia, Masih Ada Lho Bayi
Diberi Minum Kopi
Jakarta, Pemberian ASI (air susu ibu) eksklusif di Indonesia masih belum memuaskan.
Temuan terbaru menunjukkan, masih ada bayi di bawah usia 6 bulan yang diberi minum kopi.
Dari berbagai jenis asupan yang diberikan pada bayi di bawah usia 6 bulan, susu formula
tercatat paling banyak yakni 60,4 persen. Berturut-turut di bawahnya adalah air putih dan
madu, masing-masing sebanyak 29,5 persen dan 18 persen.
Asupan selain ASI yang diberikan pada bayi di bawah usia 6 bulan adalah teh, air tajin, madu,
dan makanan lumat. Menariknya, sebanyak 1,4 persen bayi mendapatkan asupan kopi dari
orang tuanya.
"Memang tidak banyak, biasanya cuma seujung sendok. Biasanya diberikan karena bayinya
demam, supaya tidak step (kejang)," kata Iin Mursalin dari MCA-Indonesia, dalam talk show
di @america, Pacific Place Mall, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Selatan, Rabu (3/8/2016).
Seorang dokter yang juga aktivis menyusui, dr Falla Adinda Pringgayuda, mengakui pernah
mendapati kasus serupa. Menurutnya, masih ada keyakinan di kalangan sebagian
masyarakat bahwa anak demam perlu diberi kopi. Menurut dr Falla, dalam kondisi apapun
bayi di bawah usia 6 bulan hanya membutuhkan ASI.
"ASI mengandung 87,5 persen air. Bayi yang mendapat cukup ASI tidak perlu lagi mendapat
tambahan air meski berada di tempat yang mempunyai suhu panas," kata dr Falla.
10 Faktor yang Mempengaruhi
Produksi ASI
Faktor yang Mempengaruhi Produksi
ASI
1. Makanan
Kualitas dan produksi ASI dipengaruhi oleh makanan yang ibu konsumsi
sehari-hari. Selama masa menyusui, ibu harus mengkonsumsi
makanan yang sehat, beragam dan mengandung gizi yang seimbang.
Jika pola makan ibu tidak tepat dan ibu tidak mengkonsumsi makanan
sehat, maka akibatnya produksi ASI akan menjadi terpengaruh.
Terdapat berbagai jenis makanan yang dapat mempengaruhi produksi
ASI, di antaranya yaitu daun katuk, sayuran hijau, daun pepaya dan
lain sebagainya.
2. Keadaan Psikis dan Emosi Ibu
Keadaan psikis dan emosi ibu dapat mempengaruhi refleks pengaliran
susu. Refleks ini berperan untuk mengontrol perintah, yang mana
perintah tersebut dikirim oleh hipotalamus yang terdapat pada kelenjar
bawah otak. Apabila ibu mengalami cemas, tegang, stres, dan
kebingungan maka ASI tidak dapat turun dari alveoli menuju ke puting.
Keadaan ini biasanya akan terjadi pada awal-awal menyusui, ketika
refleks pengaliran susu belum dapat befungsi dengan sepenuhnya.
Refleks pengaliran susu itu sendiri dapat berfungsi dengan baik apabila
ibu dalam keadaan tenang, nyaman, rileks dan tidak tegang atau
merasa cemas. Anda dapat mendengar suara tangisan bayi atau selalu
memikirkannya sehingga dapat membantu refleks air susu bekerja.
Efeknya produksi ASI akan terbantu.
3. Frekuensi Menyusui
Apabila bayi menyusu semakin sering, maka produksi ASI akan
semakin banyak. Selain menyusui langsung, anda juga dapat memerah
ASI dengan pompa ASI. Apabila menyusui bayi jarang dilakukan, ASI
pun tidak akan dihisap oleh bayi anda yang akan berpengaruh pada
pengeluaran ASI.
4. Pemakaian Alat Kontrasepsi
Penggunaan alat kontrasepsi harus ibu perhatikan selama masa
menyusui. Pasalnya, pemakaian alat kontrasepsi yang tidak tepat
dapat mempengaruhi produksi ASI.
5. Usia Kehamilan Saat Melahirkan
Usia kehamilan dapat mempengaruhi produksi ASI. Bayi yang lahir
kurang bulan atau prematur keadaannya sangat lemah dan membuat
ia kesulitan ketika menghisap payudara ibu untuk mendapatkan ASI.
Sehingga keadaan ini akan menyebabkan produksi ASI menjadi lebih
rendah dibandingkan dengan ibu yang melahirkan bayi normal atau
cukup bulan. Penyebab bayi prematur belum mampu menghisap ASI
dengan optimal karena lemah, berat badan yang rendah dan belum
sempurnanya organ tubuh bayi.
6. Anatomi Payudara
Ukuran payudara tidak mempengaruhi produksi ASI, karena yang
mempengaruhi produksi ASI yaitu jumlah kelenjar air susu dalam
payudara ibu. Meskipun ukuran payudara ibu kecil, tetapi kelenjar air
susunya banyak, maka ibu tetap bisa menghasilkan ASI yang banyak.
7. Merokok dan Konsumsi Alkohol
Merokok merupakan salah satu kebiasaan buruk yang akan
menimbulkan banyak efek negatif, khususnya pada ibu menyusui.
Merokok akan mempengaruhi jumlah ASI yang ibu produksi karena
akan mengganggu hormon prolaktin dan oksitosin. Ketika merokok
maka dapat menstimulasi pelepasan hormon adrenalin. Dimana
pelepasan hormon adrenalin tersebut dapat menghambat pelepasan
hormon oksitosin. Begitu pun dengan minuman yang mengandung
alkohol, minuman ini dapat mempengaruhi produksi ASI.
8. Pengaruh Obat-Obatan
Obat-obatan yang dikonsumsi ibu selama masa menyusui mengandung
hormon yang dapat mempengaruhi hormon oksitosin dan prolaktin.
Dimana kedua hormon ini berfungsi untuk pengeluaran dan
pembentukan ASI. Jika kedua hormon ini terganggu, maka akibatnya
pembentukan dan pengeluaran ASI pun akan mengalami hambatan.
9. Kemampuan Bayi Menghisap ASI
Hisapan bayi ketika menyusu mempengaruhi produksi ASI. Namun, ada
saatnya dimana hisapan bayi menjadi tidak efektif lagi. Beberapa hal
yang menyebabkan hisapan bayi menjadi tidak efektif di antaranya
yaitu karena teknik pelekatan yang tidak tepat, serta struktur rahang
atau mulut bayi yang tidak sempurna. Jika hisapan bayi efektif maka
rangsangan ke otak akan menjadi optimal yang akan memerintahkan
memproduksi hormon oksitosin dan hormon prolaktin.
10. Perawatan Payudara
Perawatan payudara penting dilakukan selama ibu hamil. Perawatan
yang tepat dapat membuat produksi ASI menjadi lancar. Perawatan
yang dilakukan akan merangsang payudara dan akan mempengaruhi
hypopise supaya mengeluarkan hormon estrogen, progesteron dan
oksitosin dalam jumlah yang lebih bayak lagi. Dimana hormon oksitosin
dapat menyebabkan terjadinya kontraksi di sel lain yang berada di
sekitar alveoli. Efeknya air susu atau ASI akan turun mengalir ke puting
dan akhirnya bayi dapat menghisapnya.
Itulah beberapa faktor yang dapat mempengaruhi ASI. Sebisa mungkin
cukupi kebutuhan ASI buah hati tercinta agar pertumbuhan dan
perkembangannya berjalan optimal.
Sumber : 10 Faktor yang Mempengaruhi Produksi ASI PerawatanBayi.com http://perawatanbayi.com/faktor-yangmempengaruhi-produksi-asi#ixzz4Wqgu1uH7
Pekan ASI sedunia:
Angka pemberian
ASI di Indonesia
masih rendah
Pemberian ASI eksklusif dapat mencegah penurunan gizi anak,
buruknya gizi anak, hingga tumbuh pendek
BANDUNG, Indonesia — Setiap tahunnya, Pekan Air Susu Ibu
(ASI) Sedunia diperingati pada minggu pertama bulan Agustus.
Pada tahun ini, acara yang merupakan tindak lanjut dari
Deklarasi Innocenti tahun 1990 di Florence, Italia, itu
mengambil tema “Breastfeeding A Key to Sustainable
Development”, di mana menyusui menjadi kunci untuk
tercapainya 17 Sustainable Development Goals (SDGs) yang
targetnya tercapai pada 2030. Di antaranya menghilangkan
kemiskinan, ketidakadilan, dan menghadapi perubahan iklim.
“Pekan ASI Dunia 2016 merupakan langkah awal agar semua
pihak bekerjasama dan menunjukkan bahwa pembangunan
berkelanjutan dapat dicapai melalui perlindungan, promosi dan
dukungan menyusui,” kata Konselor Menyusui yang juga
Leader La Leche League (LLL) Indonesia, Fatimah Berliana
Monika Purba, kepada Rappler, Kamis, 4 Agustus.
La Leche League (LLL) adalah organisasi internasional nonprofit, non-sektarian yang didedikasikan untuk mengedukasi
dan memberikan informasi, dukungan, dan penguatan untuk
wanita yang ingin menyusui.
Monika mengatakan dukungan semua pihak terhadap ibu
menyusui sangat penting untuk kesuksesan menyusui hingga
usia anak mencapai 2 tahun.
Sayangnya, masih banyak yang belum memahami bahwa
menyusui itu bukan hanya keterlibatan antara ibu dan anak
saja, tapi juga perlu keterlibatan suami, anggota keluarga,
tenaga dan fasilitas kesehatan, rekan kerja dan tempat
bekerja, masyarakat, pemerintah, dan pembuat kebijakan.
Dukungan dari suami dan anggota keluarga bisa berupa
meyakinkan bahwa ibu dapat menyusui dan memberikan ASI,
dan membuat ibu nyaman seperti memijat, membantu
mengurus bayi, dan melakukan pekerjaan rumah tangga bila
diperlukan.
Dukungan dari tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan
adalah memberikan penjelasan mengenai manfaat menyusui
dan pemberian ASI, menjelaskan teknik-teknik dasar
menyusui, dan mendukung ibu terus memberikan ASI setiap
kali kontrol.
Bagi ibu bekerja, dukungan dari rekan kerja dan tempat
bekerja juga sangat penting. Seringkali kegagalan menyusui
berawal saat ibu menyusui mulai bekerja.
Dukungan yang diperlukan adalah menyediakan ruang laktasi
yang nyaman dan memenuhi syarat, mendukung dan
melindungi hak para pekerja wanita yang menyusui untuk
memerahkan di tempat kerja, dan memberikan cuti melahirkan
yang memadai sesuai undang-undang.
Menciptakan lingkungan yang ramah bagi ibu menyusui juga
turut berkontribusi pada keberhasilan menyusui. Apalagi bila
hal itu didukung oleh kebijakan dari pemerintah yang
menguatkan terwujudnya kondisi tersebut.
Sebagai pembuat kebijakan, pemerintah dan anggota legislatif
bisa membuat aturan atau penyediaan fasilitas yang
memudahkan ibu menyusui di tempat umum, seperti
menyediakan ruang laktasi yang memadai lebih banyak dan
merata di tempat-tempat umum, serta kebijakan yang
melindungi hak ibu terutama Ibu pekerja dalam memberikan
ASI dan memberikan sanksi tegas kepada yang melanggar.
Pemerintah juga harus lebih gencar melakukan edukasi dan
promosi ASI ke semua daerah terutama daerah-daerah
terpencil. Selain itu, pemerintah secara tegas
mengimplementasikan International Code for Breastmilk
Substitute dari WHO sehingga berbagai pelanggaran yang
dilakukan oleh para produsen susu formula dapat dihentikan
dan ditindaklanjuti.
“Karena itu, setiap minggu pertama bulan Agustus setiap
tahun dijadikan sebagai Pekan ASI, yang dilaksanakan untuk
meningkatkan kesadaran semua pihak tentang pentingnya ASI
bagi bayi dan diperlukannya dukungan bagi ibu dalam
mencapai keberhasilan menyusui bayinya” ujar Monika.
Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan rata-rata
angka pemberian ASI eksklusif di dunia hanya 38 persen.
Indonesia adalah salah satunya.
Di Indonesia, ungkap Monika, angka pemberian ASI masih
rendah. Berdasarkan data yang dikumpulkan International
Baby Food Action Network (IBFAN) 2014, Indonesia menduduki
peringkat ke tiga terbawah dari 51 negara di dunia yang
mengikuti penilaian status kebijakan dan program pemberian
makan bayi dan anak (Infant-Young Child Feeding).
Ini menunjukkan, pemberian ASI sebagai makanan pertama
bayi masih kurang. Padahal, lanjut Monika, penurunan gizi
anak hingga menyebabkan anak bergizi kurang hingga buruk
dan tumbuh pendek (stunting) dapat dicegah sedini mungkin
dengan pemberian ASI eksklusif dan MPASI yang benar.
“Hal ini menunjukkan masih besarnya tantangan yang perlu
dihadapi, masih kurangnya komitmen bersama semua pihak
dalam melakukan upaya-upaya perlindungan, promosi dan
dukungan terhadap pemberian asupan bayi,” kata Monika. —
Rappler.com
Cakupan ASI Eksklusif di
Indonesia Baru 42%
http://lifestyle.bisnis.com/read/20161023/236/594995/cakup
an-asi-eksklusif-di-indonesia-baru-42
Bisnis.com, YOGYAKARTA - Cakupan air susu ibu (ASI) eksklusif di Indonesia
baru mencapai angka 42 persen, masih jauh dari harapan, kata sosiolog dari
Universitas Gadjah Mada (UGM) Desintha Dwi Asriani.
Jumlah kelahiran di Indonesia 4,7 juta orang per tahun, sementara itu jumlah
bayi yang memperoleh ASI eksklusif selama enam bulan bahkan hingga dua
tahun, ternyata tidak mencapai dua juta jiwa, katanya di Kampus Program
Doktoral Studi Kebijakan UGM, Sabtu (22/10/2016).
Jika dibandingkan dengan target WHO yang mencapai 50%, maka angka
tersebut masihlah jauh dari target, ujar Deshinta Di Yogyakarta
memperlihatkan tindakan menyusui pada akhirnya memosisikan perempuan
sebagai objek demi sebuah program besar yang digagas oleh pemerintah
tentang kesejahteraan dan kesehatan, sehingga pada akhirnya menampilkan
wacana baru dalam konteks praktek menyusui.
Menurut dia, seharusnya praktik menyusui menjadi praktik hak, bukan
kemudian menjadi praktik konstruktif yang diterjemahkan dalam kata
kewajiban.
"Ketika ini dipahami sebagai hak, dan saat perempuan tersebut tidak bisa
menyusui misalnya, maka dia akan mencari cara bagaimana agar bisa
mendapatkan haknya untuk menyusui," ujar Desintha.
Selain itu, praktik menyusui bukanlah persoalan sederhana, sebab bukan
sekadar memberi asupan nutrisi bagi bayi langsung dari payudara sang ibu.
"Tetapi, ada banyak hal yang perlu untuk dinegosiasikan terutama bagi
perempuan yang bekerja. Di antaranya, pendeknya masa cuti melahirkan,
tidak ada sistem cuti menyusui, terbatasnya waktu istirahat, tidak ada
fasilitas ruang laktasi, tidak punya lemari penyimpan ASI, faktor kelelahan,
maupun persoalan kultural, dan malu jika memerah ASI di tempat bekerja,"
ungkap dia.
Inilah Pengalaman Saya, Membuat ASI Tetap Mengalir Deras dan
Tetap Memberikan ASI Sampai 2 Tahun - See more at:
http://lancarasi.net/cara-melancarkan-asi/#sthash.RFLXUXpa.dpuf
Penyebab ASI Tidak Keluar atau Keluar Hanya Sedikit
Jika ditanya penyebab ASI tidak keluar atau keluar tapi hanya sedikit
maka secara sederhana saya mengelompokkan menjadi 3 hal.
1. Karena “Penyakit”
Kanker, produksi ASI juga bisa berkurang karena faktor penyakit
seperti kanker payudara. Jika penyebabnya ini maka Anda harus
periksakan ke dokter dan pelajari cara mencegahnya
Faktor Genetika atau keturunan, jika ibu mengalami ini solusinya
juga sama yaitu konsultasikan kepada dokter kepercayaan atau
dokter spesialis yang ibu percaya.
Untuk masalah seperti ini harus Anda bawa ke dokter kerena tidak
mungkin ibu atasi sendiri, bukankah mencegah lebih baik.
2. Karena “Proses”
Pasca persalinan, perlu ibu ketahui sejak usia kehamilan 16 minggu
atau berkisar empat bulan kehamilan produksi ASI sudah mulai ada,
tetapi dihambat oleh kadar hormon kehamilan yang tinggi.
Baru pada hari ke-2 atau ke-3 pasca melahirkan, kadar hormon
kehamilan turun drastis dan hormon yang memengaruhi produksi
ASI (hormon prolaktin) semakin dominan.
Saat itulah ASI mulai dikeluarkan dari payudara. Jadi secara alamiah
payudara mulai membengkak pada hari ke-2 atau ke-3 pasca
persalinan.
3. Karena “Gaya Hidup”
Penyumbatan pada saluran Air Susu, tanda penyumbatan pada
saluran air susu adalah adanya benjolan kecil yang keras jika dipijat.
Penyebabnya bisa karena ukuran Bra yang tidak sesuai, pemberian
ASI yang tidak tuntas atau kurang sering, pompa ASI yang kurang
bagus, dll
Kurangnya asupan gizi atau nutrisi yang dibutuhkan, hal ini sangat
mempengaruhi produksi dan kualitas ASI. Ibu menyusui
membutuhkan asupan gizi yang cukup dan terbaik.
Stress atau tekanan batin/ pikiran, seringkali ASI tidak keluar karena
ibu mengalami stress. Beban pekerjaan kantor, atau kerjaan di
rumah yang banyak bisa mempengaruhi psikologis ibu. Hubungan
dengan suami dan lingkungan juga bisa.
Kecilnya kapasitas penyimpanan ASI. Hal ini tidak ada hubungannya
dengan besar payudara. Jika kapasitas penyimpanan ASI anda kecil
maka
sebaiknya
sering-seringlah
memberikan
ASI
atau
memompanya, dan mengosongkan cadangan ASI. Sehingga ini akan
merangsang produksi ASI kembali.
Cara Melancarkan ASI secara Alami yang Aman untuk Ibu dan Bayi
Setidaknya ada 4 cara yang bisa ibu praktikkan untuk meningkatkan
produksi ASI, tapi cara ini digunakan khusunya untuk meyelesaikan
masalah ASI yang keluar sedikit atau tidak keluar karena faktor
“gaya hidup” seperti yang saya jelaskan diatas.
1. Penuhi Kebutuhan Nutrisi
Sangat penting untuk memenuhi kebutuhan nutrisi secara seimbang
dan baik. Hal ini bertujuan agar ASI yang keluar dapat lancar dan
eksklusif.
Berikut adalah 10 makanan wajib bagi ibu menyusui. Tubuh dan bayi
anda akan sangat berterimakasih bila anda rutin mengonsumsi
makanan pelancar asi berikut ini:
1. Ikan salmon
Tidak ada satu jenis makanan yang sempurna. Tapi salmon paling
mendekati. Salah satu makanan terbaik untuk ibu menyusui,
salmon, seperti ikan berlemak lainnya, sarat dengan jenis lemak
yang disebut DHA.
DHA sangat penting untuk perkembangan sistem saraf bayi Anda.
Semua ASI mengandung DHA, tetapi tingkat nutrisi penting ini lebih
tinggi dalam ASI wanita yang mendapatkan DHA tambahan dari
makanan mereka.
DHA dalam ikan salmon juga dapat membantu mood Anda,
sehingga mengurangi resiko terkena baby blues.
2. Daging sapi tanpa lemak
Bila Anda sedang mencari makanan untuk meningkatkan energi
Anda sebagai ibu baru, carilah makanan kaya zat besi, seperti
daging tanpa lemak.
Kekurangan zat besi dapat menguras tingkat energi Anda, sehingga
sulit bagi Anda untuk bersaing dengan tuntutan bayi yang baru
lahir.
Juga, ketika Anda menyusui, Anda perlu makan protein tambahan
dan vitamin B-12. Daging sapi tanpa lemak merupakan sumber
yang sangat baik untuk keduanya.
3. Kacang-kacangan
Kacang-kacangan, terutama yang berwarna gelap seperti kacang
hitam dan kacang merah, adalah makanan untuk ibu menyusui yang
sangat bermanfaat, terutama untuk vegetarian.
Bukan saja mereka kaya akan zat besi tapi juga kaya akan protein
berkualitas non-hewani, dengan harga yang tidak menguras
kantong.
4. Bluberi
Ibu menyusui harus mendapatkan dua atau lebih porsi buah atau jus
setiap hari. Bluberi, kaya akan antioksidan, adalah pilihan yang
sangat baik untuk membantu Anda memenuhi kebutuhan Anda.
Buah ini kaya akan vitamin dan mineral dan karbohidrat dalam dosis
yang sehat untuk menjaga tingkat energi Anda.
5. Beras coklat atau beras merah
Jika Anda ingin segera menurunkan berat badan setelah melahirkan,
anda pasti akan mengurangi asupan karbohidrat Anda.
Tapi kehilangan berat badan terlalu cepat menyebabkan Anda
menghasilkan lebih sedikit ASI dan membuat Anda merasa lesu.
Makanlah jenis karbohidrat yang sehat seperti beras coklat / beras
merah atau roti gandum untuk menjaga tingkat energi anda.
6. Jeruk
Mudah ditemukan dimana-mana dan bergizi, jeruk sangat penting
karena ibu menyusui membutuhkan vitamin C dosis tinggi, bahkan
lebih banyak daripada ibu hamil.
Tidak dapat menemukan waktu untuk duduk untuk mengupas jeruk?
Minum jus jeruk memberikan manfaat yang sama.
Beberapa jus jeruk yang dijual di supermarket sekarang bahkan
telah diperkaya dengan kalsium, sehingga anda dapat memperoleh
manfaat ganda.
7. Telur
Kuning telur adalah salah satu sumber alami vitamin D – nutrisi
penting untuk menjaga tulang Anda kuat dan membantu tulang bayi
Anda tumbuh.
Selain itu telur adalah cara mudah untuk memenuhi kebutuhan
protein harian Anda. Siapkan telur dadar untuk sarapan dengan roti
gandum, atau tambahkan telur rebus pada soto anda saat makan
siang.
8. Roti gandum (whole wheat bread)
Asam folat sangat penting untuk perkembangan bayi Anda pada
tahap awal kehamilan. Selain itu, asam folat juga penting bagi bayi.
Pastikan dalam ASI Anda mengandung cukup asam folat. Salah satu
sumber terbaik dari asam folat adalah roti gandum, yang juga dapat
menyumbangkan kebutuhan serat dan zat besi Anda.
9. Sayuran berwarna hijau
Banyak manfaat sayuran berwarna hijau seperti bayam, kangkung
dan brokoli. Mereka sangat kaya dengan vitamin A, yang perlu bayi
dapatkan dari ASI. Sayuran juga merupakan sumber kalsium non
susu, vitamin C, zat besi, antioksidan dan rendah kalori.
10. Air
Dehidrasi menurunkan tingkat energi seseorang secara drastic.
Untuk menjaga tingkat energi Anda dan produksi ASI, pastikan Anda
tetap terhidrasi dengan baik.
Variasikan pilihan Anda dalam memenuhi kebutuhan cairan dengan
minum jus dan minuman pelancar asi.
2. Meningkatkan Frekuensi Menyusui, Memompa dan Memeras ASI
Hal ini bertujuan untuk menciptakan produksi ASI yang banyak.
Dapat diketahui bahwa semakin jarang si bayi disusui oleh ibunya,
maka semakin berkurang produksi ASI oleh sang ibu.
Jika sang ibu
berkurangnya
menggunakan
payudara agar
pun sibuk bekerja, jarang bekerja dan takut akan
produksi ASI, maka sang ibu tersebut dapat
alat khusus yang berfungsi untuk memompa
produksi ASI tetap banyak.
Tapi sebisa mungkin jangan menjadwalkan pemberian ASI, susuilah
bayi pada saat dia meminta dan hentikan hanya setelah dia merasa
cukup, sebab:
1. Bayi memiliki lambung yang kecil dan ASI sangat mudah diserap.
Semakin muda umur bayi, semakin cepat dia merasa lapar kembali.
Kapasitas produksi ASI antar ibu juga bervariasi. Semakin kecil
produksi, semakin sering dan lama bayi harus disusui. Hanya bayi
itu sendiri yang tahu kapan saatnya harus menyusu.
2. Kandungan gizi dalam ASI yang dikeluarkan selama menyusui
bervariasi. Kandungan lemak pada menit-menit awal cukup rendah,
lalu meningkat terus sampai menit terakhir. Bila ibu menghentikan
proses menyusui sebelum saatnya, maka bayi akan kekurangan
lemak dan cepat lapar kembali.
3. Bila menyusui dilakukan secara terjadwal, dalam tiga bulan
produksi ASI akan menurun. Aktivitas menyusui merangsang
keluarnya hormon prolaktin yang memproduksi susu. Semakin
sering menyusui, semakin besar prolaktin yang dikeluarkan. Bila ibu
jarang menyusui, maka otomatis tubuhnya juga pelan-pelan akan
mengurangi prolaktin yang bermanfaat dalam produksi ASI.
4. Bayi meminta menyusu bukan semata-mata karena lapar, namun
juga karena kebutuhan emosional untuk disayangi dan dilindungi.
3. Meminimalisir Tingkat Stres dengan Breastfeeding Father
Stres sendiri dapat mengakibatkna produksi ASI berkurang. Ini
terjadi karena sang ibu tidak dalam keadaan rileks, tenang, dan
senang.
Faktor kejiwaan pun menjadi penyebab berkurangnya ASI dan
berakibat buruk terhadap sang bayi karena jumlah ASI yang mereka
hisap semakin sedikit.
Peran ayah juga sangat penting saat ibu menyusui.
Cinta kasih Ayah yang luar biasa dan kesadarannya mendampingi
Ibu dalam menjalani proses pemberian ASI adalah sebuah bentuk
komitmen dalam keluarga yang sangat diperlukan.
Bukan hal yang mudah, namun Ayah bisa berperan penting dalam
proses ini karena dukungan emosionalnya dapat mempengaruhi
produksi ASI serta keputusan Ibu untuk menyusui sang Buah Hati.
Pemberian ASI secara eksklusif sejak dini menjadikan tumbuh
kembang sang Buah Hati lebih berkualitas.
Produksi ASI sangat berkaitan erat dengan kondisi emosional Ibu.
Jika Ibu merasa cemas, takut ataupun khawatir, tentu akan
mempengaruhi produksi ASI.
Asupan ASI yang kurang dapat mengganggu tumbuh kembang Si
Kecil. Susu formula dapat diberikan jika ada indikasi medis tertentu
sesuai dengan rekomendasi dokter, namun tetap ASI adalah sumber
nutrisi yang terbaik untuk sang Buah Hati.
Suasana kehangatan dan kebersamaan yang dibangun dari
hubungan Ayah dan Ibu ikut mempengaruhi kualitas menyusui.
Karena peranan Ayah sangat penting dalam proses menyusui, jadi
Ibu tidak akan sendirian saat merawat sang Buah Hati.
Proses ini tentu akan menjadi ritual yang seru dan menyenangkan
untuk Ibu, Ayah & sang Buah Hati!
Dukungan emosional, spiritual, moral dan fisik adalah jenis
dukungan yang Ayah perlu berikan untuk Ibu, peranan Ayah dalam
fase ini disebut sebagai ‘Breastfeeding Father’.
Dukungan Breastfeeding Father ini datang saat Ibu memasuki fase
menyusui. Ibu akan merasa lebih nyaman dan tentram ketika
dukungan ini datang, sehingga produksi ASI akan lancar dan
berlimpah.
4. Konsumsi Minuman Pelancar ASI
Jika masih kurang, atau Anda kerepotan dalam memilih dan
menyiapkan
makanan
penambah
ASI
Alami.
Kami
merekomendasikan untuk mengkonsumi Minuman penambah ASI,
namun bukan Obat.
Banyak ibu juga merasa dapat manfaat dan ASInya bisa meningkat
dengan dibantu minuman pelancar asi. Salah satunya yang lagi
ngetrend saat ini adalah teh Mama Asix.