BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG - Pengaruh Aromaterapi Terhadap Penurunan Kelelahan Kerja di Rumah

BAB I PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

  Organisasi atau perusahaan merupakan sebuah tempat dimana pekerja merupakan salah satu bagian penting dalam kesuksesan sebuah perusahaan.

  Bekerja adalah penggunaan tenaga dan penggunaan bagian tubuh seperti tangan dan kaki secara terorganisasi. Penggunaan tenaga ini berbeda menurut sifat-sifat dari pekerjaan itu sendiri. Walaupun demikian, penjelasan kualitatif dari proses bekerja adalah sama yaitu bertambahnya aktivitas persyarafan, menegangnya otot- otot, meningkatnya peredaran darah ke dalam organ-organ yang dibutuhkan dalam bekerja, dan meningkatnya kebutuhan terhadap tenaga. Keadaan tersebut tidak dapat dilakukan terus menerus karena dapat menimbulkan kelelahan pada pekerjaan mereka yang akan berakibat pada pengurangan kapasitas kerja dan ketahanan tubuh (Margreth, 2002).

  Suma’mur (1994) mengemukakan, pekerjaan ialah suatu aktivitas rutin bagi tenaga kerja yang melaksanakannya. Dalam aktivitas tersebut tenaga kerja memerlukan energi yang harus disesuaikan dengan jenis pekerjaannya dan perlu keharmonisan faktor lingkungan seperti: fisik, kimia, biologi, ergonomi, dan psikologi untuk mempengaruhi jasmani dan rohaninya. Agar seseorang tenaga kerja dapat terjamin keadaan kesehatan dan produktivitas kerjanya maka perlu keseimbangan beban kerja, beban tambahan lingkungan kerja, dan kapasitas kerja.

  Selye (1992) mengatakan kelelahan akan terjadi apabila kemampuan seseorang dalam pekerjaannya sudah menurun dan adaptasi terhadap stres juga terbatas. Apabila kelelahan tersebut dialaminya berkepanjangan dan tidak adanya penanganan yang serius, maka akan mengakibatkan kelelahan kronis yang dapat mempengaruhi organ tubuh lainnya sehingga orang tersebut akan menjadi sakit. Pendapat lain juga dikemukakan oleh Kartono (1986) yang mengatakan bahwa setiap individu yang melakukan pekerjaan pasti mengalami kelelahan dan itu berbeda bagi setiap individu walaupun pekerjaan tersebut dilakukan dalam keadaan duduk. Menjahit merupakan salah satu pekerjaan yang dilakukan dengan posisi duduk yang bersifat statis dan repetitive sehingga mengalami sikap kerja yang monoton. Mereka juga mengalami kelelahan psikologis ketika harus menyelesaikan jahitan yang diperintahkan oleh pemilik dan harus menghadapi pelanggan yang merasa kurang puas dengan hasil jahitan yang menyebabkan harus memperbaiki lagi jahitan tersebut. Penjahit juga mengeluh mengalami sakit pinggang, punggung, dan bagian mata merupakan gejala-gejala kelelahan kerja.

  Semua kondisi ini dapat menyebabkan kelelahan kerja.

  Kelelahan adalah suatu keadaan yang dirasakan oleh manusia apabila ia mengeluarkan energi setelah melakukan suatu aktivitas tertentu (Marwan, 1979).

  Last (1992) dalam Nasution (1998) mengemukakan bahwa kelelahan adalah suatu proses yang merupakan hasil perubahan secara fisiologis, psikologis dan mekanis yang terjadi karena melakukan kerja. Hal yang hampir serupa juga dikemukakan oleh Anoraga (2009) bahwa kelelahan mental umumnya ditimbulkan oleh pelaksanaan dan kegiatan yang tidak menarik, monoton dan berulang-ulang (repetitif).

  Menurut Bartley dan Chute dalam Fitrihana (2004) kelelahan kerja dapat mengakibatkan menurunnya prestasi kerja, bada terasa tidak enak, serta menurunnya semangat kerja. Selain itu, kelelahan kerja dapt berdampak terhadap menurunnya konsentrasi kerja, sehingga bisa menyebabkan seseorang melakukan kesalahan kerja. Apabila hal ini terjadi, pada akhirnya dapat menimbulkan kecelakaan kerja. Kelelahan merupakan suatu keadaan atau kondisi yang harus mendapat perhatian lebih. Survei di negara maju melaporkan bahwa antara 10- 50% masyarakat pekerja mengalami kelelahan kerja. Kelelahan dialami oleh 25% dari seluruh pekerja wanita dan 20% dari seluruh pekerja pria. Dengan prevalensi kelelahan sekitar 20% diantara pasien yang datang membutuhkan pelayanan kesehatan. Hasil subjective self rating test dari Industrial Fatigue Research

  

Comittee (IRFC) dengan kuisioner yang dapat mengukur tingkat kelelahan kerja

  secara subjektif diketahui 70% pekerja penjahit di wilayah Ketapang Cipondoh Tangerang mengalami kelelahan kerja secara subjektif dan 30% pekerja penjahit di wilayah Ketapang Cipondoh Tangerang tidak mengalami kelelahan kerja secara subjektif (Umyati, 2010).

  Suma’mur (1989) mengemukakan, jenis-jenis kelelahan ialah: (1) kelelahan mental (psikis) yaitu kelelahan yang mempengaruhi pikiran dan perasaan seperti yang disebabkan oleh pekerjaan yang berulang (repetitive) dan stres, (2) kelelahan otot (fisik) yaitu kelelahan yang mempengaruhi organ-organ tubuh seperti yang disebabkan oleh kerja berat atau sewaktu bekerja dengan menggunakan otot terus-menerus, (3) kelelahan umum ialah gabungan antara kelelahan mental (psikis) dengan kelelahan otot/fisik.

  Kelelahan tidak hanya berasal dari keadaan fisik seorang pekerja, melainkan keadaan psikologis. Green (1992) menambahkan bahwa kelelahan psikologis yaitu kelelahan yang disebabkan oleh faktor psikologis seperti: konflik- konflik mental, monotoni pekerjaan, bekerja karena keadaan terpaksa, dan pekerjaan yang bertumpuk-tumpuk. Seperti misalnya pada pekerja di usaha konveksi. Sistem pekerjaan dimana mereka harus duduk satu harian selama lebih kurang 8 hingga 9 jam membuat mereka sering mengalami kelelahan baik fisik maupun psikologis. Tuntutan pekerjaan yang menumpuk dan pekerjaan yang monoton dan berulang-ulang tersebut membuat mereka merasa lelah. Namun, semua pekerjaan akan menghasilkan kelelahan kerja yang akan menurunkan kinerja serta menambah tingkat kesalahan kerja (Nurmianto, 2003).

  Kelelahan yang dirasakan oleh pekerja memiliki penyebab-penyebab dan salah satu tokoh yang mengemukakan adalah Siswanto dalam Ambar (2006). Ia mengatakan bahwa faktor penyebab kelelahan kerja berkaitan dengan pengorganisasian kerja yang tidak menjamin istirahat dan rekreasi, variasi kerja dan intensitas pembebanan fisik yang tidak serasi dengan pekerjaan; faktor psikologis, misalnya rasa tanggung jawab dan khawatir yang berlebihan, serta konflik yang kronis/menahun; lingkungan kerja yang tidak menjamin kenyamanan kerja serta tidak menimbulkan pengaruh negatif terhadap kesehatan pekerja; status kesehatan (penyakit) dan status gizi; dan pekerjaan/ lingkungan kerja yang membosankan dan monoton.

  Kelelahan dapat diatasi dengan berbagai cara. Winter (1983), Green (1992), Suma’mur (1994), Setyawati (1994), Payne (1995), Silaban (1996), Nasution (1998), Jhonson & Tulin (2001) dalam Laurina (2002) mengemukakan beberapa cara untuk mengatasi kelelahan yaitu: dengan pemberian waktu istirahat, pengaturan shift kerja, memberi waktu libur, rekreasi, penyuluhan cara kerja yang efektif dan efisien, penerapan ergonomi, organisasi proses produksi yang tepat, lingkungan kerja yang tidak membosankan, dekorasi ruangan yang lembut, pencahayaan yang adekuat, suhu ruangan yang nyaman, jauh dari kebisingan, pemberi musik pengiring kerja, olahraga yang teratur, nutrisi yang tepat, relaksasi, ataupun pemberian insentif/penggajian yang tepat.

  Salah satu dari teknik-teknik diatas yang bisa digunakan untuk mengatasi kelelahan adalah dengan relaksasi. Menurut pendapat Cormier dalam Abimanyu dan Manrihu (1996) relaksasi merupakan usaha untuk mengajari seseorang untuk relaks dengan menjadikan orang itu sadar tentang perasaan-perasaan tegang.

  Menurut Thantawy (1997), relaksasi adalah teknik mengatasi kekhawatiran/kecemasan atau stres melalui pengendoran otot-otot dan syaraf.

  Relaksasi merupakan kondisi istirahat pada aspek fisik dan mental manusia dan berbagai manfaat yang dapat ditimbulkan dari relaksasi adalah mampu meningkatkan kesehatan secara umum dengan memperlancar proses metabolisme tubuh, menurunkan tingkat agresifitas dan perilaku-perilaku buruk dari dampak stres, mampu meningkatkan rasa harga diri dan keyakinan diri, pola pikir menjadi lebih matang, mampu mempermudah dalam mengendalikan diri, dapat mengurangi stres secara keseluruhan, dan meningkatkan kesejahteraan.

  Benson (dalam Price.S & Price. L, 1997) mengatakan bahwa respon relaksasi dapat dipicu lewat banyak cara, termasuk membaca, mendengarkan musik yang disenangi, sifat kontemplasi dan tentu saja, aromaterapi. Senada dengan ini, Mackinnon (2004) memperkuat pernyataan Benson bahwa manfaat aromaterapi adalah untuk meningkatkan keadaan fisik dan psikologis sehingga menjadi lebih baik dengan menggunakan minyak esensial. Selain itu, manfaat aromaterapi dipercaya dapat memberikan efek relaksasi bagi saraf dan otot-otot yang tegang (carminative) setelah lelah beraktivitas (Dewi dalam penelitian

  

Aromaterapi Lavender sebagai Media Relaksasi ). Oleh karena itu, salah satu cara

  relaksasi yang dapat dilakukan untuk menurunkan kelelahan ialah dengan pemberian aromaterapi.

  Aromaterapi itu sendiri berasal dari dua kata, yaitu aroma dan terapi. Aroma berarti bau harum atau bau-bauan dan terapi berarti pengobatan. Jadi aromaterapi adalah salah satu cara pengobatan penyakit dengan menggunakan bau-bauan yang umumnya berasal dari tumbuh-tumbuhan serta berbau harum dan enak yang disebut dengan minyak atsiri (Agusta, 2000).

  Koensoemardiyah (2009) mengatakan, aromaterapi merupakan suatu metode yang menggunakan minyak atsiri sebagai komponen utama untuk meningkatkan kesehatan fisik dan juga mempengaruhi kesehatan emosi seseorang. Salah satu manfaat dari pemberian aromaterapi adalah untuk menurunkan kadar stres dan kelelahan pada seseorang. Perpaduan jenis minyak atsiri berupa minyak lavender, minyak bergamot, dan minyak geraminium rose dapat menimbulkan suasana relaks dan keseimbangan emosional sehingga tercipta suasana tenteram dan bahagia.

  Agusta (2000) mengatakan bahwa aktivitas tubuh yang mencapai kapasitas maksimum dapat menimbulkan kelelahan pada otot maupun mental. Untuk mengembalikan kesegaran tersebut diperlukan minyak atsiri yang dapat melemaskan otot, menyegarkan pikiran, dan meningkatkan energi dalam tubuh dengan menggunakan beberapa jenis minyak atsiri seperti minyak lemon, minyak lavender, dan minyak clary sage.

  Dalam penggunaannya, aromaterapi dapat diberikan melalui beberapa cara, antara lain: inhalasi, berendam, pijat, dan kompres. Dari keempat cara tersebut yang merupakan cara tertua, termudah, dan tercepat untuk diaplikasikan adalah aromaterapi inhalasi (Bharkatiya, 2008). Inhalasi merupakan salah satu cara yang diperkenalkan dalam penggunaan metode terapi aroma yang paling simpel, cepat, serta merupakan metode yang paling tua dalam penggunaan aromaterapi (Buckle, 2003). Bau-bauan dari aromaterapi yang dilakukan dengan cara inhalasi akan masuk ke hidung dan berhubungan dengan silia (bulu hidung).

  Reseptor di silia mengubah bau tersebut menjadi impuls listrik yang dipancarkan ke otak dan mempengaruhi bagian otak yang berkaitan dengan mood (suasana hati), emosi, ingatan, dan pembelajaran (Tara, 2005).

  Sehingga dari penjelasan diatas peneliti ingin mengetahui lebih lanjut mengenai pengaruh aromaterapi terhadap penurunan kelelahan kerja.

  2. PERUMUSAN MASALAH a.

  Apakah ada pengaruh aromaterapi terhadap penurunan kelelahan kerja di Rumah Mode Widuri? b.

  Seberapa besar penurunan kelelahan kerja setelah diberikan aromaterapi di Rumah Mode Widuri?

  3. TUJUAN PENELITIAN

  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh aromaterapi terhadap penurunan kelelahan kerja di Rumah Mode Widuri dan seberapa besar pengaruh aromaterapi tersebut terhadap penurunan kelelahan kerja di Rumah Mode Widuri.

  4. MANFAAT PENELITIAN

  Adapun manfaat penelitian ini ialah: a.

  Manfaat Teoritis Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memperluas pengetahuan dan khasanah mengenai pengaruh aromaterapi terhadap kelelahan kerja.

  b.

  Manfaat Praktis Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan dan pertimbangan bagi pekerja dan pemilik usaha mengenai sejauh mana pengaruh aromaterapi terhadap penurunan kelelahan kerja, sehingga pekerja dapat merasakan manfaat aromaterapi. Selain itu, bagi peneliti untuk dapat lebih mengetahui pengaruh aromaterapi terhadap penurunan kelelahan. Bagi peneliti lain dapat dijadikan referensi dalam melakukan kajian atau penelitian dengan pokok permasalahan yang sama serta sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan langsung dengan penelitian ini.

  5. SISTEMATIKA PENULISAN Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

  BAB I : Pendahuluan Bab I ini berisikan penjelasan mengenai latar belakang, perumusan masalah, tujuan penilitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II : Landasan Teori Bab II ini berisikan uraian landasan teori yang mendasari masalah yang menjadi objek penelitian, meliputi landasan teori kelelahan kerja dan juga aromaterapi. Selain itu, pada bab II ini juga akan memuat tentang hipotesa penelitian.

  BAB III : Metode Penelitian

  Bab III ini berisikan metode yang akan digunakan dalam penelitian yang terdiri dari variabel penelitian, definisi operasional dari variabel penelitian, populasi, sampel yang digunakan, teknik pengambilan sampel, metode pengambilan data, uji validitas, uji daya beda dan reliabilitas alat ukur, metode analisa data, dan juga hasil uji coba alat ukur yang digunakan dalam penelitian.

  BAB IV : Hasil Analisis Data Bab IV ini meliputi analisa data dan pembahasan yang berisi uraian singkat hasil penelitian, interpretasi data dan pembahasan. BAB V : Kesimpulan dan Saran