Pengaruh Aromaterapi Terhadap Penurunan Kelelahan Kerja di Rumah

(1)

PENGARUH AROMATERAPI TERHADAP PENURUNAN

KELELAHAN KERJA DI RUMAH MODE WIDURI

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

O L E H

RIANA OCTHAVIANY

101301079

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2013/2014


(2)

SKRIPSI

PENGARUH AROMATERAPI TERHADAP PENURUNAN KELELAHAN KERJA DI RUMAH MODE WIDURI

Dipersiapkan dan disusun oleh : RIANA OCTHAVIANY

101301079

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal 19 Mei 2014

Mengesahkan Dekan Fakultas Psikologi

Prof. Dr. Irmawati, psikolog NIP. 195301311980032001

Tim Penguji

1. Cherly Kemala Ulfa, M.Psi, psikolog Penguji I


(3)

Pengaruh Aromaterapi Terhadap Penurunan Kelelahan Kerja di Rumah Mode Widuri

Riana Octhaviany & Cherly Kemala Ulfa

Abstrak

Salah satu yang dapat mempengaruhi kesuksesan sebuah organisasi atau perusahaan adalah kondisi pekerja. Kondisi yang sering dialami oleh pekerja adalah kelelahan. Kelelahan ini merupakan kondisi pelemahan fisik, motivasi, dan kegiatan apabila ia mengeluarkan energi setelah melakukan suatu aktivitas tertentu yang disebabkan oleh pekerjaan yang bertumpuk dan monoton. Salah satu cara yang bisa digunakan untuk menurunkan kelelahan adalah dengan memberikan aromaterapi secara inhalasi setelah jam kerja. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh aromaterapi terhadap penurunan kelelahan kerja. Metode yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan desain eksperimen. Desain eksperimen yang digunakan adalah one group pretest-posttest design. Subjek penelitian adalah seluruh pekerja yang ada di Rumah Mode Widuri yaitu sebanyak 18 pekerja. Sedangkan teknik pengambilan sampelnya yaitu whole sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan skala kelelahan kerja dan dianalisis secara statistik dengan menggunakan uji wilcoxon. Hasil analisis menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah pemberian aromaterapi (M1= 39.06, M2= 34.44, p=0.000). Hal ini menunjukkan bahwa aromaterapi berpengaruh terhadap penurunan kelelahan pekerja.


(4)

The Effect of Aromatherapy to Decrease of Fatigue in Rumah Mode Widuri Riana Octhaviany & Cherly Kemala Ulfa

Abstract

One that can affect the success of an organization or company is worker conditions. The conditions that often perceived is fatigue. Fatigue is a condition of physical weakness, motivation, and activity if worker expend energy after doing an activity that caused the work initiative. One way that can be used to decrease fatigue is to provide aromatherapy by inhalation after work. The purpose of this research was to observe the effect of aromatherapy to decrease fatigue. The method of this research is quantitative experimental design. Experimental design of this research is one group pretest-posttest. Subjek in the research were all of the worker on Rumah Mode Widuri that is 18 workers. While the sampling technique is the whole sampling. Data collection measured using a scale of fatigue and analysed with wilcoxon test. The analysis showed that there were significant differences between before and after treatment (M1= 39.06, M2= 34.44, p= 0.000). The results of this research indicate that there is an aromatherapy effect of the reduction in fatigue.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah serta kekuatan sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi saya. Saya sangat bersyukur atas apa yang telah diberikan kepada saya, sehingga saya bisa kuat melewati ini semua.

Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah mendorong dan membimbing saya, baik dari waktu, kesempatan, tenaga, ide-ide, maupun pemikiran. Oleh karena itu dalam kesempatan ini saya ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Prof. Dr. Irmawaty, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Cherly Kemala Ulfa, M. Psi, Psikolog selaku dosen pembimbing yang telah dengan sabar membimbing saya untuk menyelesaikan penelitia ini.

3. Ibu Sri Supriyantini, M.Si, psikolog selaku dosen pembimbing akademik saya di semester akhir yang telah memberikan saya semangat untuk dapat mengerjakan skripsi ini.

4. Ibu Lili Garliah, M.Si., psi. yang pernah menjadi dosen pembimbing akademik saya selama 6 semester. Terimakasih bu atas dukungan dan nasehat yang membuat saya mampu menyelesaikan kuliah dan skripsi ini.


(6)

5. Ibu Dr. Emmy Mariatin, M.A, Phd., Psikolog selaku dosen penguji I yang telah memberikan waktu untuk dapat memberikan masukan terhadap penelitian saya agar lebih sempurna.

6. Ibu Ika Sari Dewi, S.Psi., Psikolog selaku dosen penguji II yang telah memberikan kritik dan saran yang sangat berguna untuk menyempurnakan penelitian ini.

7. Segenap pengajar di fakultas Psikologi USU, yang telah memberikan saya banyak pengetahuan, terutama pendidikan yang sangat berkualitas. 8. ayah,Ibu, Dek Tasya, dn Kak Ala yang terus memberikan saya doa,

semangat dan segala yang saya butuhkan demi penyelesaian penelitian ini.

9. Pemilik usaha Rumah Mode Widuri, Ibu Kus dan Kak Ade yang telah memberikan saya kesempatan dan tempat untuk melakukan penelitian. 10. Seluruh pekerja yang ada di Rumah Mode Widuri atas partisipasinya

dalam penelitian ini.

11. Deepraj Kaur yang merupakan teman seperjuangan di perkuliahan yang terus memberikan saya kata-kata penyemangat dan selalu memotivasi saya dalam menyelesaikan penelitian ini. Teman dari awal hingga akhir perkuliahan yang sangat memotivasi.

12. Nia yang selalu menjadikan saya “diary never end” dan melibatkan saya di segala hal. Vida teman 10tahun yang setia dan selalu ada. Abang Al yang membuat saya mengerti banyak hal. Kalian


(7)

penyemangat yang memberikan saya pelajaran bagaiman cara berbagi waktu antara kalian dan skripsi ini.

13. Lydia Agustina Siregar, Cassia Divina, Tresyagati, Anisah Gayatri, Indah Kartika, Ade Yunika, Eva Violesia Bangun, Lyliana Sari, dan seluruh teman angkatan 2010 Fakultas Psikologi Sumatera Utara yang telah mendukung saya dalam pengerjaan dan penyelesaian penelitian ini.

14. Kak Atik ku sayang, i love you.

15. Secara khusus, kepada orang-orang yang selalu melihat saya dari sisi buruk dan orang-orang yang tidak menyukai saya. Terimakasih karena kalian, saya dapat menyelesaikan penelitian ini.

16. Semua pihak yang telah membantu saya dalam proses pengerjaan skripsi saya.

Saya berharap semoga skripsi saya dapat menjadi sumbangan pengetahuan yang berharga di kemudian hari dan dapat diterapkan di dunia kerja, khususnya di bagian Psikologi Industri dan Organisasi, Ergonomi. Saya sangat menyadari bahwa saya masih terdapat banyak kekurangan, dan saya berharap agar kiranya di masa depan dapat dilakukan penelitian yang jauh lebih baik.

Medan, 19 Mei 2014


(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK……….. ABSTRACT………..……….. KATA PENGANTAR.……..………..………….. DAFTAR ISI….………....……….... DAFTAR TABEL ……….………… LEMBAR PENYATAAN ………..

BAB I PENDAHULUAN………...………... 1. Latar Belakang Masalah………..………… 2. Perumusan Masalah………... 3. Tujuan Penelitian………...…………. 4. Manfaat Penelitian………...…... 5. Sistematika Penulisan………..… BAB II LANDASAN TEORI…………..……….………..…………..………… 1. Kelelahan………..………...

1.1. Definisi Kelelahan………. 1.2. Faktor Penyebab Terjadinya Kelelahan Akibat Kerja... 1.3. Gejala Kelelahan... 1.4. Macam Kelelahan... 1.5. Cara Mengurangi Kelelahan...


(9)

1.6. Pengukuran Kelelahan... 2. Aromaterapi……….………..……….

2.1. Definisi Aromaterapi... 2.2. Jenis-Jenis dan Khasiat Aromaterapi... 2.3. Manfaat Aromaterapi... 2.4. Cara Penggunaan Aromaterapi... 2.5. Cara Kerja Aromaterapi Melalui Inhalasi………....….... 3. Dinamika Aromaterapi Terhadap Kelelahan…..…………...………... 4. Hipotesa Penelitian………..………...……… BAB III METODE PENELITIAN………….,,.………..……..………...

1. Rancangan Penelitian……….……….… 2. Identifikasi Variabel Penelitian………..….………….... 3. Definisi Operasional. ………..………..………. 4. Populasi………..……….…... 5. Metode Pengumpulan Data………..………….…….……... 6. Uji Instrumen Penelitian………..………... 7. Prosedur Pelaksanaan Penelitian………..……….. 7.1. Tahap Persiapan………..……….. 7.2. Tahap Pelaksanaan………..………. 7.3. Tahap Pengolahan………..……….. 8. Metode Analisis Data……….……….……….…...


(10)

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN……….. 1. Analisa Data………..….. 2. Hasil Uji Analisa Data………..……….. 3. Pembahasan………..………... BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………..……….. 1. Kesimpulan……….. 2. Saran………....………....

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Distribusi Aitem‐Aitem Skala Kelelahan Kerja Sebelum Uji Coba………,,,………... Tabel 2. Distribusi Aitem‐Aitem Skala Kelelahan Kerja Setelah Uji

Coba………...………,,,…………... Tabel 3. Rancangan Prosedur Pelaksanaan Penelitian ……….... Tabel 4. Gambaran Umum Subjek Penelitian Berdasarkan

Usia……….……….…... Tabel 5. Descriptive Statistics ….……….….. Tabel 6. Rank Table ………..………....… Tabel 7. Test Statistics .……...……….…..


(12)

(13)

Pengaruh Aromaterapi Terhadap Penurunan Kelelahan Kerja di Rumah Mode Widuri

Riana Octhaviany & Cherly Kemala Ulfa

Abstrak

Salah satu yang dapat mempengaruhi kesuksesan sebuah organisasi atau perusahaan adalah kondisi pekerja. Kondisi yang sering dialami oleh pekerja adalah kelelahan. Kelelahan ini merupakan kondisi pelemahan fisik, motivasi, dan kegiatan apabila ia mengeluarkan energi setelah melakukan suatu aktivitas tertentu yang disebabkan oleh pekerjaan yang bertumpuk dan monoton. Salah satu cara yang bisa digunakan untuk menurunkan kelelahan adalah dengan memberikan aromaterapi secara inhalasi setelah jam kerja. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh aromaterapi terhadap penurunan kelelahan kerja. Metode yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan desain eksperimen. Desain eksperimen yang digunakan adalah one group pretest-posttest design. Subjek penelitian adalah seluruh pekerja yang ada di Rumah Mode Widuri yaitu sebanyak 18 pekerja. Sedangkan teknik pengambilan sampelnya yaitu whole sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan skala kelelahan kerja dan dianalisis secara statistik dengan menggunakan uji wilcoxon. Hasil analisis menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah pemberian aromaterapi (M1= 39.06, M2= 34.44, p=0.000). Hal ini menunjukkan bahwa aromaterapi berpengaruh terhadap penurunan kelelahan pekerja.


(14)

The Effect of Aromatherapy to Decrease of Fatigue in Rumah Mode Widuri Riana Octhaviany & Cherly Kemala Ulfa

Abstract

One that can affect the success of an organization or company is worker conditions. The conditions that often perceived is fatigue. Fatigue is a condition of physical weakness, motivation, and activity if worker expend energy after doing an activity that caused the work initiative. One way that can be used to decrease fatigue is to provide aromatherapy by inhalation after work. The purpose of this research was to observe the effect of aromatherapy to decrease fatigue. The method of this research is quantitative experimental design. Experimental design of this research is one group pretest-posttest. Subjek in the research were all of the worker on Rumah Mode Widuri that is 18 workers. While the sampling technique is the whole sampling. Data collection measured using a scale of fatigue and analysed with wilcoxon test. The analysis showed that there were significant differences between before and after treatment (M1= 39.06, M2= 34.44, p= 0.000). The results of this research indicate that there is an aromatherapy effect of the reduction in fatigue.


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Organisasi atau perusahaan merupakan sebuah tempat dimana pekerja merupakan salah satu bagian penting dalam kesuksesan sebuah perusahaan. Bekerja adalah penggunaan tenaga dan penggunaan bagian tubuh seperti tangan dan kaki secara terorganisasi. Penggunaan tenaga ini berbeda menurut sifat-sifat dari pekerjaan itu sendiri. Walaupun demikian, penjelasan kualitatif dari proses bekerja adalah sama yaitu bertambahnya aktivitas persyarafan, menegangnya otot-otot, meningkatnya peredaran darah ke dalam organ-organ yang dibutuhkan dalam bekerja, dan meningkatnya kebutuhan terhadap tenaga. Keadaan tersebut tidak dapat dilakukan terus menerus karena dapat menimbulkan kelelahan pada pekerjaan mereka yang akan berakibat pada pengurangan kapasitas kerja dan ketahanan tubuh (Margreth, 2002).

Suma’mur (1994) mengemukakan, pekerjaan ialah suatu aktivitas rutin bagi tenaga kerja yang melaksanakannya. Dalam aktivitas tersebut tenaga kerja memerlukan energi yang harus disesuaikan dengan jenis pekerjaannya dan perlu keharmonisan faktor lingkungan seperti: fisik, kimia, biologi, ergonomi, dan psikologi untuk mempengaruhi jasmani dan rohaninya. Agar seseorang tenaga kerja dapat terjamin keadaan kesehatan dan produktivitas kerjanya maka perlu keseimbangan beban kerja, beban tambahan lingkungan kerja, dan kapasitas kerja.


(16)

Selye (1992) mengatakan kelelahan akan terjadi apabila kemampuan seseorang dalam pekerjaannya sudah menurun dan adaptasi terhadap stres juga terbatas. Apabila kelelahan tersebut dialaminya berkepanjangan dan tidak adanya penanganan yang serius, maka akan mengakibatkan kelelahan kronis yang dapat mempengaruhi organ tubuh lainnya sehingga orang tersebut akan menjadi sakit. Pendapat lain juga dikemukakan oleh Kartono (1986) yang mengatakan bahwa setiap individu yang melakukan pekerjaan pasti mengalami kelelahan dan itu berbeda bagi setiap individu walaupun pekerjaan tersebut dilakukan dalam keadaan duduk. Menjahit merupakan salah satu pekerjaan yang dilakukan dengan posisi duduk yang bersifat statis dan repetitive sehingga mengalami sikap kerja yang monoton. Mereka juga mengalami kelelahan psikologis ketika harus menyelesaikan jahitan yang diperintahkan oleh pemilik dan harus menghadapi pelanggan yang merasa kurang puas dengan hasil jahitan yang menyebabkan harus memperbaiki lagi jahitan tersebut. Penjahit juga mengeluh mengalami sakit pinggang, punggung, dan bagian mata merupakan gejala-gejala kelelahan kerja. Semua kondisi ini dapat menyebabkan kelelahan kerja.

Kelelahan adalah suatu keadaan yang dirasakan oleh manusia apabila ia mengeluarkan energi setelah melakukan suatu aktivitas tertentu (Marwan, 1979). Last (1992) dalam Nasution (1998) mengemukakan bahwa kelelahan adalah suatu proses yang merupakan hasil perubahan secara fisiologis, psikologis dan mekanis yang terjadi karena melakukan kerja. Hal yang hampir serupa juga dikemukakan oleh Anoraga (2009) bahwa kelelahan mental umumnya ditimbulkan oleh


(17)

pelaksanaan dan kegiatan yang tidak menarik, monoton dan berulang-ulang (repetitif).

Menurut Bartley dan Chute dalam Fitrihana (2004) kelelahan kerja dapat mengakibatkan menurunnya prestasi kerja, bada terasa tidak enak, serta menurunnya semangat kerja. Selain itu, kelelahan kerja dapt berdampak terhadap menurunnya konsentrasi kerja, sehingga bisa menyebabkan seseorang melakukan kesalahan kerja. Apabila hal ini terjadi, pada akhirnya dapat menimbulkan kecelakaan kerja. Kelelahan merupakan suatu keadaan atau kondisi yang harus mendapat perhatian lebih. Survei di negara maju melaporkan bahwa antara 10-50% masyarakat pekerja mengalami kelelahan kerja. Kelelahan dialami oleh 25% dari seluruh pekerja wanita dan 20% dari seluruh pekerja pria. Dengan prevalensi kelelahan sekitar 20% diantara pasien yang datang membutuhkan pelayanan kesehatan. Hasil subjective self rating test dari Industrial Fatigue Research Comittee (IRFC) dengan kuisioner yang dapat mengukur tingkat kelelahan kerja secara subjektif diketahui 70% pekerja penjahit di wilayah Ketapang Cipondoh Tangerang mengalami kelelahan kerja secara subjektif dan 30% pekerja penjahit di wilayah Ketapang Cipondoh Tangerang tidak mengalami kelelahan kerja secara subjektif (Umyati, 2010).

Suma’mur (1989) mengemukakan, jenis-jenis kelelahan ialah: (1) kelelahan mental (psikis) yaitu kelelahan yang mempengaruhi pikiran dan perasaan seperti yang disebabkan oleh pekerjaan yang berulang (repetitive) dan stres, (2) kelelahan otot (fisik) yaitu kelelahan yang mempengaruhi organ-organ tubuh seperti yang disebabkan oleh kerja berat atau sewaktu bekerja dengan


(18)

menggunakan otot terus-menerus, (3) kelelahan umum ialah gabungan antara kelelahan mental (psikis) dengan kelelahan otot/fisik.

Kelelahan tidak hanya berasal dari keadaan fisik seorang pekerja, melainkan keadaan psikologis. Green (1992) menambahkan bahwa kelelahan psikologis yaitu kelelahan yang disebabkan oleh faktor psikologis seperti: konflik-konflik mental, monotoni pekerjaan, bekerja karena keadaan terpaksa, dan pekerjaan yang bertumpuk-tumpuk. Seperti misalnya pada pekerja di usaha konveksi. Sistem pekerjaan dimana mereka harus duduk satu harian selama lebih kurang 8 hingga 9 jam membuat mereka sering mengalami kelelahan baik fisik maupun psikologis. Tuntutan pekerjaan yang menumpuk dan pekerjaan yang monoton dan berulang-ulang tersebut membuat mereka merasa lelah. Namun, semua pekerjaan akan menghasilkan kelelahan kerja yang akan menurunkan kinerja serta menambah tingkat kesalahan kerja (Nurmianto, 2003).

Kelelahan yang dirasakan oleh pekerja memiliki penyebab-penyebab dan salah satu tokoh yang mengemukakan adalah Siswanto dalam Ambar (2006). Ia mengatakan bahwa faktor penyebab kelelahan kerja berkaitan dengan pengorganisasian kerja yang tidak menjamin istirahat dan rekreasi, variasi kerja dan intensitas pembebanan fisik yang tidak serasi dengan pekerjaan; faktor psikologis, misalnya rasa tanggung jawab dan khawatir yang berlebihan, serta konflik yang kronis/menahun; lingkungan kerja yang tidak menjamin kenyamanan kerja serta tidak menimbulkan pengaruh negatif terhadap kesehatan pekerja; status kesehatan (penyakit) dan status gizi; dan pekerjaan/ lingkungan kerja yang membosankan dan monoton.


(19)

Kelelahan dapat diatasi dengan berbagai cara. Winter (1983), Green (1992), Suma’mur (1994), Setyawati (1994), Payne (1995), Silaban (1996), Nasution (1998), Jhonson & Tulin (2001) dalam Laurina (2002) mengemukakan beberapa cara untuk mengatasi kelelahan yaitu: dengan pemberian waktu istirahat, pengaturan shift kerja, memberi waktu libur, rekreasi, penyuluhan cara kerja yang efektif dan efisien, penerapan ergonomi, organisasi proses produksi yang tepat, lingkungan kerja yang tidak membosankan, dekorasi ruangan yang lembut, pencahayaan yang adekuat, suhu ruangan yang nyaman, jauh dari kebisingan, pemberi musik pengiring kerja, olahraga yang teratur, nutrisi yang tepat, relaksasi, ataupun pemberian insentif/penggajian yang tepat.

Salah satu dari teknik-teknik diatas yang bisa digunakan untuk mengatasi kelelahan adalah dengan relaksasi. Menurut pendapat Cormier dalam Abimanyu dan Manrihu (1996) relaksasi merupakan usaha untuk mengajari seseorang untuk relaks dengan menjadikan orang itu sadar tentang perasaan-perasaan tegang.

Menurut Thantawy (1997), relaksasi adalah teknik mengatasi kekhawatiran/kecemasan atau stres melalui pengendoran otot-otot dan syaraf. Relaksasi merupakan kondisi istirahat pada aspek fisik dan mental manusia dan berbagai manfaat yang dapat ditimbulkan dari relaksasi adalah mampu meningkatkan kesehatan secara umum dengan memperlancar proses metabolisme tubuh, menurunkan tingkat agresifitas dan perilaku-perilaku buruk dari dampak stres, mampu meningkatkan rasa harga diri dan keyakinan diri, pola pikir menjadi lebih matang, mampu mempermudah dalam mengendalikan diri, dapat mengurangi stres secara keseluruhan, dan meningkatkan kesejahteraan.


(20)

Benson (dalam Price.S & Price. L, 1997) mengatakan bahwa respon relaksasi dapat dipicu lewat banyak cara, termasuk membaca, mendengarkan musik yang disenangi, sifat kontemplasi dan tentu saja, aromaterapi. Senada dengan ini, Mackinnon (2004) memperkuat pernyataan Benson bahwa manfaat aromaterapi adalah untuk meningkatkan keadaan fisik dan psikologis sehingga menjadi lebih baik dengan menggunakan minyak esensial. Selain itu, manfaat aromaterapi dipercaya dapat memberikan efek relaksasi bagi saraf dan otot-otot yang tegang (carminative) setelah lelah beraktivitas (Dewi dalam penelitian Aromaterapi Lavender sebagai Media Relaksasi). Oleh karena itu, salah satu cara relaksasi yang dapat dilakukan untuk menurunkan kelelahan ialah dengan pemberian aromaterapi.

Aromaterapi itu sendiri berasal dari dua kata, yaitu aroma dan terapi. Aroma berarti bau harum atau bau-bauan dan terapi berarti pengobatan. Jadi aromaterapi adalah salah satu cara pengobatan penyakit dengan menggunakan bau-bauan yang umumnya berasal dari tumbuh-tumbuhan serta berbau harum dan enak yang disebut dengan minyak atsiri (Agusta, 2000).

Koensoemardiyah (2009) mengatakan, aromaterapi merupakan suatu metode yang menggunakan minyak atsiri sebagai komponen utama untuk meningkatkan kesehatan fisik dan juga mempengaruhi kesehatan emosi seseorang. Salah satu manfaat dari pemberian aromaterapi adalah untuk menurunkan kadar stres dan kelelahan pada seseorang. Perpaduan jenis minyak atsiri berupa minyak lavender, minyak bergamot, dan minyak geraminium rose dapat menimbulkan


(21)

suasana relaks dan keseimbangan emosional sehingga tercipta suasana tenteram dan bahagia.

Agusta (2000) mengatakan bahwa aktivitas tubuh yang mencapai kapasitas maksimum dapat menimbulkan kelelahan pada otot maupun mental. Untuk mengembalikan kesegaran tersebut diperlukan minyak atsiri yang dapat melemaskan otot, menyegarkan pikiran, dan meningkatkan energi dalam tubuh dengan menggunakan beberapa jenis minyak atsiri seperti minyak lemon, minyak lavender, dan minyak clary sage.

Dalam penggunaannya, aromaterapi dapat diberikan melalui beberapa cara, antara lain: inhalasi, berendam, pijat, dan kompres. Dari keempat cara tersebut yang merupakan cara tertua, termudah, dan tercepat untuk diaplikasikan adalah aromaterapi inhalasi (Bharkatiya, 2008). Inhalasi merupakan salah satu cara yang diperkenalkan dalam penggunaan metode terapi aroma yang paling simpel, cepat, serta merupakan metode yang paling tua dalam penggunaan aromaterapi (Buckle, 2003). Bau-bauan dari aromaterapi yang dilakukan dengan cara inhalasi akan masuk ke hidung dan berhubungan dengan silia (bulu hidung). Reseptor di silia mengubah bau tersebut menjadi impuls listrik yang dipancarkan ke otak dan mempengaruhi bagian otak yang berkaitan dengan mood (suasana hati), emosi, ingatan, dan pembelajaran (Tara, 2005).

Sehingga dari penjelasan diatas peneliti ingin mengetahui lebih lanjut mengenai pengaruh aromaterapi terhadap penurunan kelelahan kerja.


(22)

2. PERUMUSAN MASALAH

a. Apakah ada pengaruh aromaterapi terhadap penurunan kelelahan kerja di Rumah Mode Widuri?

b. Seberapa besar penurunan kelelahan kerja setelah diberikan aromaterapi di Rumah Mode Widuri?

3. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh aromaterapi terhadap penurunan kelelahan kerja di Rumah Mode Widuri dan seberapa besar pengaruh aromaterapi tersebut terhadap penurunan kelelahan kerja di Rumah Mode Widuri.

4. MANFAAT PENELITIAN

Adapun manfaat penelitian ini ialah: a. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memperluas pengetahuan dan khasanah mengenai pengaruh aromaterapi terhadap kelelahan kerja.

b. Manfaat Praktis

Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan dan pertimbangan bagi pekerja dan pemilik usaha mengenai sejauh mana


(23)

pengaruh aromaterapi terhadap penurunan kelelahan kerja, sehingga pekerja dapat merasakan manfaat aromaterapi. Selain itu, bagi peneliti untuk dapat lebih mengetahui pengaruh aromaterapi terhadap penurunan kelelahan. Bagi peneliti lain dapat dijadikan referensi dalam melakukan kajian atau penelitian dengan pokok permasalahan yang sama serta sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan langsung dengan penelitian ini.

5. SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : BAB I : Pendahuluan

Bab I ini berisikan penjelasan mengenai latar belakang, perumusan masalah, tujuan penilitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : Landasan Teori

Bab II ini berisikan uraian landasan teori yang mendasari masalah yang menjadi objek penelitian, meliputi landasan teori kelelahan kerja dan juga aromaterapi. Selain itu, pada bab II ini juga akan memuat tentang hipotesa penelitian.


(24)

Bab III ini berisikan metode yang akan digunakan dalam penelitian yang terdiri dari variabel penelitian, definisi operasional dari variabel penelitian, populasi, sampel yang digunakan, teknik pengambilan sampel, metode pengambilan data, uji validitas, uji daya beda dan reliabilitas alat ukur, metode analisa data, dan juga hasil uji coba alat ukur yang digunakan dalam penelitian.

BAB IV : Hasil Analisis Data

Bab IV ini meliputi analisa data dan pembahasan yang berisi uraian singkat hasil penelitian, interpretasi data dan pembahasan.


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. KELELAHAN 1.1. Definisi Kelelahan

Kelelahan memiliki definisi yang berbeda-beda menurut beberapa ahli, tetapi semuanya berakibat kepada kehilangan efisiensi dan pengurangan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh (Tarwaka, 2004). Suma’mur (1989) mengemukakan, kelelahan secara umum ialah gabungan antara kelelahan mental (psikis) yang mempengaruhi pikiran dan perasaan seperti yang disebabkan oleh pekerjaan yang berulang (repetitive) serta stres, dan kelelahan otot/fisik yang mempengaruhi organ-organ tubuh seperti yang disebabkan oleh kerja berat atau sewaktu bekerja dengan menggunakan otot terus-menerus. Grandjean (1992) menyebutkan kelelahan dapat digolongkan dalam dua jenis, yaitu kelelahan otot yang merupakan tremor pada otot/perasaan nyeri pada otot dan kelelahan umum yang merupakan berkurangnya kemauan untuk bekerja yang disebabkan karena intensitas dan lamanya kerja fisik, keadaan lingkungan, sebab-sebab mental, status kesehatan, dan keadaan gizi. Last (1992) dalam Nasution (1998) mengemukakan bahwa kelelahan adalah proses yang merupakan hasil dari perubahan secara fisiologis, psikologis dan mekanis yang terjadi karena melakukan kerja. Tarwaka, Solichul, dan Sudiajeng.L (2004) menyimpulkan bahwa kelelahan adalah suatu


(26)

mekanisme perlindungan tubuh agar terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat.

1.2. Faktor Penyebab Terjadinya Kelelahan Akibat Kerja

Tarwaka (2004) mengatakan bahwa kelelahan dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti monotoni, kerja otot statis, alat dan sarana kerja yang tidak sesuai dengan antropometri pemakaiannya, stasiun kerja yang tidak ergonomis, sikap paksa dan pengaturan waktu kerja-istirahat yang tidak tepat yang keseluruhan ini biasa terjadi pada akhir jam kerja.

Grandjean dalam Tarwaka, Solichul, dan Sudiajeng.L (2004) menjelaskan bahwa faktor penyebab terjadinya kelelahan di industri sangat bervariasi, dan untuk memelihara kesehatan dan efisiensi, proses penyegaran harus dilakukan diluar tekanan. Adapun faktor-faktor penyebab kelelahan tersebut, yaitu:

a. Intensitas dan lamanya kerja fisik dan mental b. Lingkungan

c. Circadian rhythm

d. Problem fisik

e. Kenyerian dan kondisi kesehatan, dan f. Nutrisi

Kondisi kerja yang berulang-ulang (repetitive) dapat menimbulkan suasana monoton yang berakumulasi menjadi rasa bosan, dimana rasa bosan itu sendiri dikategorikan sebagai kelelahan. Pembebanan otot secara statis dalam


(27)

waktu yang cukup lama akan mengakibatkan RSI (Repetition Strain Injuries) yaitu nyeri otot, tulang, dan tendon yang diakibatkan karena jenis pekerjaan yang bersifat berulang atau repetitive. Suasana kerja dengan otot statis dapat menyebabkan aliran darah menurun, sehingga asam laktat terakumulasi dan merngakibatkan kelelahan otot lokal (Eko Nurmianto, 2004).

Faktor psikologis juga memainkan peranan besar dalam menimbulkan kelelahan. Seringkali pekerja-pekerja tidak mengerjakan apapun juga, tetapi mereka merasa lelah (Suma’mur P.K., 1996). Sebabnya ialah adanya tanggung jawab, kecemasan dan konflik. Anoraga (2009) mengemukakan bahwa kelelahan pada umumnya ditimbulkan oleh pelaksanaan dan kegiatan yang tidak menarik, monoton dan berulang-ulang (repetitif). Green (1992) menambahkan bahwa kelelahan dapat juga disebabkan oleh faktor psikologis seperti: konflik-konflik mental, monotomi pekerjaan, bekerja karena keadaan terpaksa, dan pekerjaan yang bertumpuk-tumpuk.

1.3. Gejala Kelelahan

Gambaran mengenai gejala kelelahan (fatigue symptoms) secara subyekif dan obyektif antara lain : perasaan lesu, ngantuk dan pusing, tidak / berkurangnya konsentrasi, berkurangnya tingkat kewaspadaan, persepsi yang buruk dan lambat, tidak ada/berkurangnya gairah untuk bekerja, menurunnya kinerja jasmani dan rohani (A.M. Sugeng Budiono, 2003).

Gejala-gejala atau perasaan-perasaan yang ada hubungannya dengan kelelahan yaitu (Suma’mur P.K., 1996):


(28)

1) Pelemahan kegiatan ditandai dengan gejala: perasaan berat di kepala, badan merasa lelah, kaki merasa berat, menguap, merasa kacau pikiran, mengantuk, merasa ada beban pada mata, kaku dan canggung dalam gerakan, tidak seimbang dalam berdiri, dan merasa ingin berbaring.

2) Pelemahan motivasi ditandai dengan gejala: lelah berbicara, menjadi gugup, tidak dapat berkonsentrasi, tidak dapat mempunyai perhatian terhadap sesuatu/memusatkan perhatian, cenderung untuk lupa, tidak tekun dalam pekerjaannya, kurang kepercayaan, cemas terhadap sesuatu, tidak dapat mengontrol sikap, dan tidak dapat tekun dalam bekerja.

3) Pelemahan fisik ditandai dengan gejala: sakit kepala, kekakuan di bahu, merasa nyeri di punggung, merasa pernapasan tertekan, tremor pada anggota badan, merasa kurang sehat, haus, suara serak, spasme dari kelopak mata, dan merasa pening.

1.4. Macam Kelelahan

Menurut Suma’mur P.K. (1996), kelelahan dapat dibedakan menjadi 2 macam:

1.Kelelahan Umum

Gejala utama kelelahan umum adalah perasaan letih yang luar biasa dan terasa aneh. Semua aktivitas menjadi terganggu dan terhambat karena timbulnya gejala kelelahan tersebut. Tidak adanya gairah untuk bekerja baik secara fisik maupun psikis, segalanya terasa berat dan merasa ngantuk (A.M. Sugeng Budiono, 2003). Perasaan adanya kelelahan umum adalah ditandai dengan


(29)

berbagai kondisi antara lain kelelahan visual, kelelahan seluruh tubuh, kelelahan mental, kelelahan urat saraf, stres, dan perasaan malas bekerja (Eko Nurmianto, 2003). Sebab–sebab kelelahan umum adalah monotoni, intensitas dan lamanya kerja, mental dan fisik, keadaan lingkungan, sebab–sebab mental seperti tanggung jawab, kekhawatiran dan konflik serta penyakit. Pengaruh-pengaruh ini berkumpul di dalam tubuh dan mengakibatkan perasaan lelah (Suma’mur P.K., 1996).

2.Kelelahan Otot

Fenomena berkurangnya kinerja otot setelah terjadinya tekanan melalui fisik untuk suatu waktu disebut kelelahan otot secara fisiologi, dan gejala yang ditunjukan tidak hanya berupa berkurangnya tekanan fisik, namun juga pada makin rendahnya gerakan. Pada akhirnya kelelahan fisik ini dapat menyebabkan sejumlah hal yang kurang menguntungkan seperti: melemahnya kemampuan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya dan meningkatnya kesalahan dalam melakukan kegiatan kerja, sehingga dapat mempengaruhi produktivitas kerjanya. Gejala Kelelahan otot dapat terlihat pada gejala yang tampak dari luar atau external signs (AM Sugeng Budiono, 2003)

Derajat beratnya beban kerja tidak hanya tergantung pada jumlah kalori yang dikonsumsi, akan tetapi juga bergantung pada jumlah otot yang terlibat pada pembebanan otot statis. Sejumlah konsumsi energi tertentu akan lebih berat jika hanya ditunjang oleh sejumlah kecil otot relative terhadap sejumlah besar otot (Eko Nurmianto, 2003). Dalam suasana kerja statis, aliran darah menurun,


(30)

sehingga asam laktat terakumulasi dan mengakibatkan kelelahan otot lokal. Di samping itu juga dikarenakan beban otot yang tidak merata pada sejumlah jaringan tertentu yang pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja seseorang (Eko Nurmianto, 2003).

1.5. Cara Mengurangi Kelelahan

Kelelahan dapat dikurangi dengan berbagai cara yang ditujukan kepada keadaan umum dan lingkungan fisik di tempat kerja, misalnya dengan pengaturan jam kerja, pemberian kesempatan istirahat yang tepat. Selain itu, penerapan ergonomi juga sangat membantu, monotoni dan tegangan dapat dikurangi dengan penggunaan warna serta dekorasi pada lingkungan kerja. Demikian pula organisasi proses produksi yang tepat, selanjutnya usaha ditujukan kepada kebisingan, tekanan panas, pengudaraan dan penerangan yang baik (Suma’mur P.K., 1996).

Winter (1983), Green (1992), Suma’mur (1994), Setyawati (1994), Payne (1995), Silaban (1996), Nasution (1998), Jhonson & Tulin (2001) dalam Laurina (2002) mengemukakan beberapa cara untuk mengatasi kelelahan yaitu: dengan pemberian waktu istirahat, pengaturan shift kerja, memberi waktu libur, rekreasi, penyuluhan cara kerja yang efektif dan efisien, penerapan ergonomi, organisasi proses produksi yang tepat, lingkungan kerja yang tidak membosankan, dekorasi ruangan yang lembut, pencahayaan yang adekuat, suhu ruangan yang nyaman, jauh dari kebisingan, pemberi musik pengiring kerja, olahraga yang teratur, nutri yang tepat, relaksasi, ataupun pemberian insentif/penggajian yang tepat.


(31)

A.M. Sugeng Budiono, 2003 menyebutkan bahwa untuk mencegah dan mengatasi memburuknya kondisi kerja akibat faktor kelelahan pada tenaga kerja disarankan agar:

1) Memperkenalkan perubahan pada rancangan produk 2) Merubah metode kerja menjadi lebih efisien dan efektif

3) Menerapkan penggunaan peralatan dan piranti kerja yang memenuhi standar ergonomi

4) Menjadwalkan waktu istirahat yang cukup bagi seorang tenaga kerja 5) Menciptakan suasana lingkungan kerja yang sehat, aman, dan nyaman

bagi tenaga kerja

6) Melakukan pengujian dan evaluasi kinerja tenaga kerja secara periodik 7) Menerapkan sasaran produktivitas kerja berdasarkan pendekatan

manusiawi dan fleksibilitas yang tinggi.

Serta di tambahkan oleh Nurmianto (2004) dengan memberikan waktu istirahat yang cukup.

Menurut Tarwaka, Solichul, dan Sudiajeng.L (2004), cara mengatasi kelelahan, yaitu:

a. Menyesuaikan kapasitas kerja fisik b. Menyesuaikan kapasitas kerja mental c. Meredesain stasiun kerja ergonomis d. Sikap kerja alamiah


(32)

f. Bekerja lebih bervariasi g. Meredesain lingkungan kerja h. Mereorganisasi kerja

i. Memperhatikan kebutuhan kalori seimbang

j. Beristirahat setiap 2 jam kerja dengan sedikit kudapan

1.6. Pengukuran Kelelahan

Menurut Grandjean (1992) dalam Tarwaka, Solichul, dan Sudiajeng.L (2004), metode pengukuran kelelahan dapat dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok sebagai berikut:

1.6.1. Kualitas dan kuantitas kerja yang dilakukan

Kualitas output dalam metode ini digambarkan sebagai jumlah proses kerja atau proses operasi yang dilakukan oleh setiap unit. Sedangkan kuantitas output nya ialah frekuensi kecelakaan, kerusakan produk, atau penolakan produk dapat menggambarkan terjadinya kelelahan. Namun faktor ini bukanlah merupakan faktor penyebab karena masih banyak faktor yang harus dipertimbangkan kembali seperti, target produksi, faktor sosial, dan perilaku psikologis dalam bekerja.

1.6.2. Uji psiko-motor (psychomotor test)

Metode ini melibatkan fungsi persepsi, interpretasi dan reaksi motor. Salah satu cara yang dapat digunakan adalah dengan pengukuran waktu reaksi. Waktu


(33)

reaksi adalah jangka waktu dari pemberian suatu rangsang sampai kepada suatu saat kesadaran atau dilaksanakan kegiatan. Ini dapat dilakukan dengan menggunakan nyala lampu, denting suara, sentuhan kulit atau goyangan badan. Terjadinya pemanjangan waktu reaksi merupakan petunjuk adanya perlambatan pada proses faal syaraf dan otot.

1.6.3. Uji hilangnya kelipan (flicker-fusion test)

Kondisi yang lelah, membuat kemampuan tenaga kerja untuk melihat kelipan akan berkurang. Semakin lelah akan semakin panjang waktu yang diperlukan untuk jarak antara dua kelipan. Metode ini juga dapat digunakan untuk menunjukkan keadaan kewaspadaan tenaga kerja.

1.6.4. Perasaan kelelahan subjektif (subjective feelings of fatigue) Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengukur kelelahan adalah dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan mengenai gejala-gejala atau perasaan-perasaan yang secara subjektif dirasakan oleh responden. Metode pengukuran kelelahan yang dapat digunakan adalah kuesioner yang dikeluarkan oleh Industrial Fatigue Research Committee (IFRC) Jepang yang disebut dengan Subjective Self Rating Test (SSRT) dimana berisi sejumlah pertanyaan yang berhubungan dengan gejala-gejala kelelahan. Ini merupakan salah satu kuisioner yang dapat untuk mengukur kelelahan subjektif yang dibuat tahun 1967. Kuesioner ini terdiri dari 30 gejala kelelahan yang disusun dalam bentuk daftar pertanyaan. 10 aitem pertama mengindikasikan adanya pelemahan aktifitas, 10


(34)

aitem kedua pelemahan motifasi dan 10 aitem ketiga mengindikasikan kelelahan fisik, yang terdiri dari:

1) Perasaan berat di kepala 16) Mudah lupa

2) Lelah seluruh badan 17) Kepercayaan diri berkurang 3) Berat di kaki 18) Merasa cemas

4) Menguap 19) Sulit mengontrol sikap 5) Pikiran kacau 20) Tidak tekun dalam pekerjaan 6) Mengantuk 21) Sakit di kepala

7) Ada beban pada mata 22) Kaku di bahu 8) Gerakan canggung dan kaku 23) Nyeri di punggung 9) Berdiri tidak stabil 24) Sesak nafas

10)Ingin berbaring 25) Haus 11)Susah berfikir 26) Suara serak 12)Lelah untuk berbicara 27) Merasa pening

13)Gugup 28) Spasme di kelopak mata

14)Tidak berkonsentrasi 29) Tremor pada anggota badan 15)Sulit memusatkan perhatian 30) Merasa kurang sehat

1.6.5. Uji mental

Pada metode ini konsentrasi merupakan salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk menguji ketelitian dan kecepatan menyelesaikan pekerjaan. Salah satu alat yang dapat digunakan adalah Bourdon Wiersma Test, dimana alat


(35)

ini merupakan alat yang dapat digunakan untuk menguji kecepatan, ketelitian, dan konsentrasi seseorang. Namun demikian, alat tes ini lebih tepat digunakan untuk mengukur kelelahan akibat aktivitas atau pekerjaan yang lebih bersifat mental.

2. AROMATERAPI 2.1. Definisi Aromaterapi

Aromaterapi berasal dari dua kata, yaitu aroma dan terapi. Aroma berarti bau harum atau bau-bauan dan terapi berarti pengobatan. Jadi aromaterapi adalah salah satu cara pengobatan penyakit dengan menggunakan bau-bauan yang umumnya berasal dari tumbuh-tumbuhan serta berbau harum dan enak yang disebut dengan minyak atsiri (Agusta, 2000). Hal serupa juga diutarakan oleh Watt & Janca (2008) yang menyebutkan bahwa aromaterapi adalah terapi yang menggunakan minyak esensial yang dinilai dapat membantu mengurangi bahkan mengatasi gangguan psikologis dan gangguan rasa nyaman seperti cemas, depresi, dan nyeri. Selain itu, Koensoemardiyah (2009) mengatakan aromaterapi merupakan suatu metode yang menggunakan minyak atsiri sebagai komponen utama untuk meningkatkan kesehatan fisik dan juga mempengaruhi kesehatan emosi seseorang. Aromaterapi adalah terapi yang menggunakan essential oil atau sari minyak murni untuk membantu memperbaiki atau menjaga kesehatan, membangkitkan semangat, menyegarkan serta membangkitkan jiwa raga (Hutasoit, 2002).


(36)

2.2. Jenis-Jenis dan Khasiat Aromaterapi

Koensoemardiyah (2009) dan Agusta (2000) mengatakan bahwa ada banyak jenis-jenis tanaman yang dapat dijadikan sebagai minyak atsiri untuk aromaterapi. Beberapa diantaranya yang dapat menurunkan tingkat kelelahan kerja, yaitu:

1. Akar wangi. Berkhasiat untuk melemaskan dan menyegarkan pikiran dan tubuh, meningkatkan sirkulasi darah, menenangkan, menstabilkan emosi, dan membantu mengatasi stres.

2. Lavender. Berfungsi untuk meringankan nyeri otot dan sakit kepala, membangkitkan kesehatan, menurunkan ketegangan, stres, kejang otot, serta dapat digunakan untuk meningkatkan imunitas.

3. Cengkih. Bermanfaat untuk meringankan nyeri, otot dan atritis, mengatasi kegelisahan mental, menyehatkan dan memperkuat ingatan.

4. Mawar. Bermanfaat untuk memperbaiki kondisi kulit, meringankan stres, serta antidepresan.

5. Merica hitam. Bermanfaat untuk menyembuhkan infeksi, meningkatkan sirkulasi darah, menghangatkan otot yang kejang dan sendi yang kaku, serta meningkatkan energi.

6. Clary sage. Bermanfaat untuk melemaskan otot, menurunkan stres, menimbulkan perasaan tenang dan senang, dan salah satu relaksan yang sangat kuat dalam aromaterapi.


(37)

7. Jahe. Bermanfaat untuk menghilangkan radang sendi, rematik, dan sakit pada otot.

8. Jasmin. Bermanfaat untuk menghilangkan ketegangan, kegelisahan, dan dapat membentuk perasaan optimis, senang dan bahagia, serta menghilangkan kelesuan.

9. Jeruk nipis. Bersifat sebagai pembangkit tenaga dan dapat menjernihkan pikiran.

10. Jinten manis. Bermanfaat untuk menimbulkan perasaan senang dan gembira sehingga cocok digunakan untuk relaksasi atau melemaskan dan menyeimbangkan emosi.

11. Kayu manis. Bermanfaat untuk menghangatkan dan menyembuhkan otot yang kejang dan juga mengurangi nyeri sendi.

12. Kenanga. Bermanfaat sangat kuat untuk merelaksasi badan dan pikiran serta menurunkan tekanan darah.

2.3. Manfaat Aromaterapi

Aroma yang terkandung dalam minyak esensial dapat menimbulkan rasa tenang akan merangsang daerah di otak untuk memulihkan daya ingat, mengurangi kecemasan, depresi, dan stres (Buckle, 2003). Kelebihan nyata dari


(38)

aromaterapi adalah bahwa ia bekerja pada tingkat sel dan fisik dan juga dalam emosional, intelektual, spiritual, dan estetika hidup (Primadiati, 2002).

Jaelani (2009) juga menegaskan bahwa salah satu efektivitas kandungan kimia dalam minyak esensial dapat mempengaruhi aktivitas fungsi kerja otak melalui sistem saraf yang berhubungan dengan indera penciuman. Respon ini akan merangsang peningkatan aktivitas neutrotransmiter, yaitu berkaitan dengan pemulihan kondisi psikologis (seperti emosi, perasaan, pikiran, dan keinginan).

Salah satu manfaat dari pemberian aromaterapi adalah untuk menurunkan kadar stres dan kelelahan pada seseorang. Perpaduan jenis minyak atsiri berupa minyak lavender, minyak bergamot, dan minyak geraminium rose dapat menimbulkan suasana relaks dan keseimbangan emosional sehingga tercipta suasana tenteram dan bahagia (Koensoemardiyah, 2009).

Agusta (2000) menyebutkan bahwa aromaterapi dapat bermanfaat untuk mengatasi berbagai masalah fisik seperti pegal, sakit kepala, diabetes, kelelahan, rematik, migrain, radang sendi, dan sebagainya. Selain itu, masalah mental dan psikologis seperti aprodisiak, depresi, stres, dan insomnia juga dapat di atasi dengan pemberian aromaterapi.

Menurut Schilcher (dalam Price.S & Price.L, 1997), minyak esensial memiliki kemampuan antiinflamasi, antiseptik, perangsang selera makan, karminatif, koleretik, perangsang sirkulasi, deodoran, ekspektoran, hiperemik, insektisida, sedatif, pengatur keseimbangan, dan penghasil energi. Benson (dalam Price.S & Price. L, 1997) mengatakan bahwa respon relaksasi dapat dipicu lewat


(39)

banyak cara, termasuk membaca, mendengarkan musik yang disenangi, dan tentu saja, aromaterapi.

Manfaat Aromaterapi yang menggunakan minyak lavender dipercaya dapat memberikan efek relaksasi bagi saraf dan otot-otot yang tegang (carminative) setelah lelah beraktivitas. Bau-bauan dapat memberikan peringatan pada kita akan adanya bahaya dan juga dapat memberikan efek relaksasi. Tubuh dikatakan dalam keadaan relaksasi apabila otot-otot di tubuh kita dalam keadaan tidak tegang. Bagi orang yang sehari-harinya melaksanakan berbagai kesibukan dengan tingkat kelelahan dan stres yang tinggi serta kurangnya waktu yang dapat digunakan untuk beristirahat dan berwisata, aromaterapi dengan menggunakan teknik inhalasi aroma minyak lavender dapat diterapkan selain karena manfaat-manfaat aromaterapi lavender yang sangat sesuai dengan kebutuhan, waktu yang diperlukan untuk melakukan teknik tersebut juga tidak banyak (Dewi dalam penelitian Aromaterapi Lavender sebagai Media Relaksasi).

2.4. Cara Penggunaan Aromaterapi

Terapi aroma dapat digunakan dalam beberapa cara yaitu melalui: a. Inhalasi

Inhalasi merupakan salah satu cara yang diperkenalkan dalam penggunaan metode terapi aroma yang paling simpel dan cepat. Inhalasi juga merupakan metode yang paling tua dalam penggunaan aromaterapi. Aromaterapi masuk dari


(40)

luar tubuh ke dalam tubuh dengan satu tahap mudah melewati paru-paru dan dialirkan ke pembuluh darah melalui alveoli (Buckle, 2003).

Inhalasi sama dengan penciuman, dimana dapat dengan mudah merangsang olfactory setiap kali bernafas dan tidak akan mengganggu pernafasan normal apabila mencium bau yang berbeda dari minyak esensial (Alexander,2001). Aroma dapat memberikan efek yang cepat dan kadang hanya dengan memikirkan baunya dapat memberikan bau yang nyata. Bau cepat memberikan efek terhadap fisik maupun psikologis (Buckle, 2003).

Cara inhalasi biasanya diperuntukkan untuk individu, yaitu dengan menggunakan cara inhalasi langsung. Namun, cara inhalasi juga dapat digunakan secara bersamaan. Metode ini disebut inhalasi tidak langsung. Adapun cara penggunaan aromaterapi secara langsung menurut Buckle (2003), yaitu:

1) Tissue, dengan meneteskan 1-5 tetes minyak esensial kemudian dihirup 5-10 menit oleh individu.

2) Steam, dengan menambahkan1-5 tetes minyak esensial kedalam alat steam

atau penguapan yang telah diisi air dan digunakan selama sekitar 10 menit.

Selain penggunaan aromaterapi secara langsung, pemberian aromaterapi secara tidak langsung juga dapat dilakukan menurut Departement of Health (2007), yaitu dengan cara:

1) Menambahkan 1-5 tetes minyak esensial ke dalam alat pemanas yang telah berisi air, kemudian letakkan di tempat yang aman. Ini dapat berfungsi sebagai pengharum ruangan atau penyegar ruangan.


(41)

2) Menambahkan 2-5 tetes minyak aromaterapi dalam vaporizer dengan 20mL air untuk dapat menghasilkan uap air yang ditempatkan diatas peralatan listrik sebagai alat penguap.

b. Pijat

Teknik pijat merupakan teknik yang paling umum. Melalui pemijatan, daya penyembuhan yang terkandung oleh minyak esensial bisa menembus melalui kulit dan dibawa ke dalam tubuh, mempengaruhi jaringan internal dan organ-organ tubuh. Minyak esensial baru dapat digunakan setelah dilarutkan dengan minyak dasar karena minyak esensial sangat berbahaya bila diaplikasikan langsung ke kulit dalam bentuk minyak yang murni (Departement of Health, 2007). Terapi aroma yang digunakan dengan cara pijat, merupakan cara yang digemari. Dalam penggunaannya dibutuhkan 2 tetes minyak esensial ditambah 1mL minyak pijat (Hutasoit, 2002).

c. Kompres

Penggunaan terapi aroma melalui kompres hanya memerlukan sedikit minyak aromaterapi. Kompres hangat dengan minyak terapi aroma dapat digunakan untuk menurunkan nyeri punggung dan nyeri perut (Depratement of Health, 2007).


(42)

d. Berendam

Berendam merupakan cara lain yang dapat digunakan dengan aromaterapi. Dengan cara ini, efek minyak esensial yang diteteskan ke dalam air hangat akan membuai perasaan, menghilangkan pegal-pegal, dan juga memberikan efek merangsang (Hadibroto & Alam, 2001). Minyak esensial yang dibutuhkan untuk berendam ialah sekitar 5-8 tetes minyak esensial yang telah dipilih (Hutasoid, 2002).

Dari berbagai cara tersebut, cara yang tertua, termudah, dan tercepat yang dapat diaplikasikan adalah aromaterapi inhalasi (Bharkatiya dkk, 2008).

2.5. Cara Kerja Aromaterapi Melalui Inhalasi

Menurut Dr. Alan Huck, bau berpengaruh langsung terhadap otak manusia, mirip narkotika. Ternyata hidung kita memiliki kemampuan untuk membedakan lebih dari 100.000 bau yang berbeda yang mempengaruhi kita dan itu terjadi tanpa kita sadari. Bau-bauan tersebut masuk ke hidung dan berhubungan dengan silia. Reseptor di silia mengubah bau tersebut menjadi impuls listrik yang dipancarkan ke otak dan mempengaruhi bagian otak yang berkaitan dengan mood (suasana hati), emosi, ingatan, dan pembelajaran (Tara, 2005).

Buckle (2003) menjelaskan bahwa saat minyak esensial dihirup, molekul bau yang terkandung dalam minyak esensial lavender diterima oleh olfactory ephitelium. Setelah diterima di olfactory ephitelium, molekul bau ditransmisikan sebagai suatu pesan ke pusat penghirup yang terletak di bagian belakang hidung.


(43)

Pada tempat ini, berbagai sel neuron mengubah bau tersebut dan menghantarkannya ke susunan saraf pusat (SSP) yang selanjutnya dihantarkan menuju sistem limbik otak.

Sistem limbik otak merupakan tempat penyimpanan memori, pengaturan suasana hati, emosi senang, marah, kepribadian, orientasi seksual, dan tingkah laku. Pada sistem limbik, molekul bau akan dihantarkan menuju hipothalamus untuk diterjemahkan. Di hipothalamus, seluruh unsur pada minyak esensial merangsang hipothalamus untuk menghasilkan Corticotropin Releasing Factor (CRF). Proses selanjutnya yaitu CRF merangsang kelenjar pituitary untuk meningkatkan produksi Proopioidmelanocortin (POMC) sehingga produksi enkephalin oleh medulla adrenal meningkat. Kelenjar pituitary juga menghasilkan

endorphin sebagai neurotransmiter yang mempengaruhi suasana hati menjadi

rileks (Buckle, 2003).

Selain itu, kandungan linalool asetat sebagai komposisi utama dalam minyak esensial lavender dinilai mampu mengendurkan dan melemaskan sistem kerja saraf dan otot-otot yang tegang dengan cara menurunkan kerja dari saraf simpatis saat seseorang mengalami kecemasan (Rahayu dkk, 2007). Saraf simpatis yang membawa serabut saraf vasokonstriksor akan mengalami penurunan kinerja saat linalool asetat masuk ke dalam tubuh melalui inhalasi. Kondisi ini juga mengakibatkan menurunnya produksi epinefrin yang dikeluarkan oleh ujung-ujung saraf vasokonstriksor sehingga gejala kecemasan mengalami penurunan bahkan tidak dirasakan lagi.


(44)

3. DINAMIKA AROMATERAPI TERHADAP KELELAHAN

Kelelahan merupakan proses yang terakumulasi dari berbagai faktor penyebab yang mendatangkan ketegangan (stres) yang dialami oleh tubuh manusia. Kelelahan akibat kerja sering kali diartikan sebagai menurunnya efisiensi, performansi kerja dan berkurangnya kekuatan / ketahanan fisik tubuh untuk terus melanjutkan yang harus dilakukan (Wignjosoebroto,2000). Kelelahan kerja ditandai oleh adanya perasaan lelah, output menurun, dan kondisi fisiologis yang dihasilkan dari aktivitas terus menerus (Anastesi, 1993). Perasaan adanya kelelahan juga ditandai dengan berbagai kondisi antara lain kelelahan visual, kelelahan seluruh tubuh, kelelahan mental, kelelahan urat saraf, perasaan malas bekerja, dan stres (Eko Nurmianto, 2003). Stres cukup berpengaruh terhadap kelelahan individu yang dapat dilihat dari reaksi emosional (mudah marah dan emosi tidak terkontrol), reaksi perubahan kebiasaan (merokok atau menggunakan obat-obatan terlarang), dan perubahan fisiologis. Perubahan fisiologis akibat stres seperti menegangnya otot dibagian kepala dan leher, susah tidur (insomnia), menurunnya daya tahan tubuh, jantung, dan gangguan fisiologis lainnya (Tarwaka, 2004). Kelelahan menunjukkan kondisi yang berbeda-beda dari setiap individu, tetapi semuanya bermuara pada kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh (Tarwaka, 2004).

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi kelelahan adalah dengan relaksasi. Relaksasi juga merupakan salah satu strategi yang dapat digunakan untuk mengurangi dampak stres terhadap kelelahan (Lahey, 2007). Menurut pendapat Cormier dan Cormier, 1985 (Abimanyu dan Manrihu, 1996)


(45)

relaksasi merupakan usaha untuk mengajari seseorang untuk relaks dengan menjadikan orang itu sadar tentang perasaan-perasaan tegang. Salah satu cara relaksasi yang dapat dilakukan ialah dengan pemberian aromaterapi. Benson (dalam Price.S & Price. L, 1997) mengatakan bahwa respon relaksasi dapat dipicu lewat banyak cara, salah satunya dengan aromaterapi. Senada dengan itu, Mackinnon (2004) mengatakan bahwa manfaat aromaterapi adalah untuk meningkatkan keadaan fisik dan psikologis sehingga menjadi lebih baik dengan menggunakan minyak esensial. Selain itu, manfaat Aromaterapi dipercaya dapat memberikan efek relaksasi bagi saraf dan otot-otot yang tegang (carminative) setelah lelah beraktivitas (Dewi dalam penelitian Aromaterapi Lavender sebagai Media Relaksasi).

Koensoemardiyah (2009) mengatakan, aromaterapi merupakan suatu metode yang menggunakan minyak atsiri sebagai komponen utama untuk meningkatkan kesehatan fisik dan juga mempengaruhi kesehatan emosi seseorang. Sejalan dengan ini, penelitian Matsumoto yang berjudul “Does lavender aromatherapy alleviate premenstrual emotional symptoms?” didapat hasil bahwa ternyata aromaterapi lavender terbukti menunjukkan adanya potensi sebagai terapi untuk menurunkan symptom emosi.

Penelitian lainnya adalah dari Ferguson, dkk (2012) yang berjudul “effect of lavender aromatherapy on acute stressed horses”. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa secara signifikan aromaterapi lavender dapat menurunkan HR (detak jantung) setelah adanya respon stres pada seseorang. Hal ini sesuai dengan salah satu manfaat dari pemberian aromaterapi yaitu untuk menurunkan kadar


(46)

stres dan kelelahan pada seseorang. Agusta (2000) mengatakan bahwa aktivitas tubuh yang mencapai kapasitas maksimum dapat menimbulkan kelelahan pada otot maupun mental. Untuk mengembalikan kesegaran tersebut diperlukan minyak asiri yang dapat melemaskan otot, menyegarkan pikiran, dan meningkatkan energi dalam tubuh. Chien, dkk (2012) melakukan penelitian yang berjudul “the effect of lavender aromatherapy on autonomic nervous system in midlife women with insomnia” dan mendapatkan hasil bahwa aromaterapi lavender dapat meningkatkan kualitas tidur. Dimana tidur merupakan cara untuk dapat memulihkan kondisi setelah lelah beraktivitas.

Dalam penggunaannya, aromaterapi dapat diberikan melalui beberapa cara, antara lain inhalasi, berendam, pijat, dan kompres. Dari keempat cara tersebut, cara yang tertua, termudah, dan tercepat diaplikasikan adalah aromaterapi inhalasi (Bharkatiya, 2008). Inhalasi merupakan salah satu cara yang diperkenalkan dalam penggunaan metode terapi aroma yang paling simpel, cepat, serta merupakan metode yang paling tua dalam penggunaan aromaterapi (Buckle, 2003). Bau-bauan dari aromaterapi yang dilakukan dengan cara inhalasi akan masuk ke hidung dan berhubungan dengan silia. Reseptor di silia mengubah bau tersebut menjadi impuls listrik yang dipancarkan ke otak dan mempengaruhi bagian otak yang berkaitan dengan mood (suasana hati), emosi, ingatan, dan pembelajaran (Tara, 2005).


(47)

4. HIPOTESA

Hipotesa dalam penelitian ini adalah ada pengaruh aromaterapi terhadap penurunan kelelahan kerja di Rumah Mode Widuri.


(48)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

1. JENIS PENELITIAN

Metode eksperimental merupakan metode yang akan digunakan dalam penelitian ini. Hal ini dikarenakan penelitian eksperimen sesuai dengan tujuan penelitian. Tujuan metode penelitian eksperimental adalah untuk menyelidiki kemungkinan saling hubungan sebab-akibat dengan cara mengenakan kepada satu atau lebih kelompok eksperimental satu atau lebih perlakuan dan membandingkan hasilnya dengan satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak dikenai kondisi perlakuan atau mendeteksi sejauhmana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan pada koefisien korelasi (Suryabrata, 2003). Desain ekperimen yang digunakan adalah Quasi Experiment, yaitu suatu desain eksperimen yang memungkinkan peneliti mengendalikan variabel sebanyak mungkin dari situasi yang ada (Kasiram, 2008). One group pre test-post test design ini digunakan dikarenakan pengukuran awal dan setelah pemberian perlakuan hanya dikenakan pada satu kelompok saja.

Skema : O X O

RANCANGAN EKSPERIMEN

KELOMPOK PRE TEST TREATMENT POST TEST


(49)

Keterangan : T1 = pre test (sebelum perlakuan)

X = treatment (perlakuan)

T3 = post test (setelah perlakuan)

2. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN

Variabel yang terlibat dalam penelitian ini meliputi :

a. Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah kelelahan kerja. b. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah aromaterapi.

c. Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah intensitas kerja, sarapan pagi, dan kondisi kesehatan pekerja.

3. DEFINISI OPERASIONAL

Definisi operasional variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Definisi Operasional Kelelahan Kerja

Kelelahan adalah suatu keadaan yang dirasakan pekerja yang ditandai dengan gejala-gejala, badan merasa lelah, kaki merasa berat, menguap, merasa kacau pikiran, mengantuk, merasa ada beban pada mata, canggung dalam gerakan, tidak seimbang dalam berdiri, merasa ingin berbaring, menjadi gugup, tidak dapat berkonsentrasi, tidak dapat mempunyai perhatian terhadap sesuatu/memusatkan perhatian, cenderung untuk lupa, tidak tekun dalam pekerjaannya, kurang kepercayaan, cemas


(50)

terhadap sesuatu, sakit kepala, merasa nyeri di punggung, merasa pernapasan tertekan, spasme dari kelopak mata, dan merasa pening. Kesemua gejala kelelahan ini dapat diukur dengan skala pengukuran kelelahan yang terdiri dari 20 daftar pertanyaan. Semakin tinggi skor skala pengukuran tersebut menandakan semakin lelah kondisi pekerja dan sebaliknya, semakin rendah skor pengukuran kelelahan menandakan semakin tidak lelah kondisi pekerja.

b. Definisi Operasional Aromaterapi

Aromaterapi adalah aroma lavender yang dipercaya dapat berfungsi untuk menurunkan kelelahan pekerja yang dilakukan melalui cara inhalasi (pernafasan) dengan menggunakan tisu yang telah di teteskan 2 tetes minyak esensial beraroma lavender dan kemudian dihirup sebanyak 3 kali dalam waktu 5 menit oleh pekerja di akhir jam kerja.

c. Definisi Operasional Intensitas Kerja

Intensitas kerja adalah waktu yang digunakan pekerja untuk melakukan aktivitas (kerja) yaitu selama 8 jam yang dimulai dari pukul 9 pagi hingga pukul 6 sore dengan istirahat selama 1 jam antara pukul 1 siang hingga pukul 2 siang.


(51)

d. Definisi Operasional Sarapan Pagi

Sarapan pagi adalah makanan yang diberikan kepada pekerja sebelum mereka memulai aktivitas bekerja mereka. Sarapan tersebut di bagikan kepada mereka di Rumah Mode Widuri yang terdiri dari 3 jenis kue dan segelas teh manis panas.

e. Definisi Operasional Kondisi Kesehatan Pekerja

Kondisi kesehatan pekerja adalah keadaan yang sedang dialami oleh pekerja saat treatment atau perlakuan akan diberikan. Kondisi yang dimaksud adalah gangguan penciuman yang akan dapat menghambat kelancaran dari treatment. Gangguan tersebut seperti flu atau sinusitis. Hal ini dapat dilakukan dengan bertanya secara personal kepada seluruh pekerja yang akan dijadikan sampel penelitian.

4. POPULASI

Populasi merupakan keseluruhan individu yang akan diselidiki dan mempunyai minimal satu sifat atau ciri–ciri yang sama dan untuk siapa kenyataan yang diperoleh dari subjek penelitian hendak digeneralisasikan (Hadi, 2000). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja yang ada di usaha konveksi Rumah Mode Widuri yaitu sebanyak 18orang pekerja.


(52)

5. METODE PENGUMPULAN DATA

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan skala yang berbentuk skala likert dengan beberapa pilihan, yaitu SS (sangat sering) dengan diberi nilai 4, S (sering) dengan diberi nilai 3, K (kadang-kadang) yang diberi nilai 2, TP (tidak pernah) yang diberi nilai 1. Tinggi rendahnya skor menunjukkan tinggi rendahnya kelelahan kerja yang dimiliki pekerja. Skor diperoleh dengan cara menyebarkan skala kepada pekerja yang berisi daftar pertanyaan yang telah disiapkan dan disusun sedemikian rupa sehingga subjek penelitian dapat mengisi skala tersebut dengan mudah.

Skala Kelelahan Kerja

Skala ini disusun berdasarkan dimensi dan indikator kelelahan kerja menurut Suma’mur (1996). yaitu : pelemahan kegiatan, pelemahan motivasi, dan pelemahan fisik. Skala ini berbentuk skala Likert dengan beberapa pilihan, yaitu SS (sangat sering) dengan diberi nilai 4, S (sering) dengan diberi nilai 3, K (kadang-kadang) yang diberi nilai 2, TP (tidak pernah) yang diberi nilai 1. Tinggi rendahnya skor menunjukkan tinggi rendahnya kelelahan kerja yang dimiliki karyawan. Dimana semakin tinggi skor nilai menunjukkan tingginya kelelahan kerja yang dimiliki pekerja, sebaliknya rendahnya skor menunjukkan rendahnya kelelahan yang dimiliki pekerja.


(53)

Tabel 1. Distribusi AitemAitem Skala Kelelahan Kerja Sebelum Uji Coba

No Aspek Kelelahan Kerja

Indikator Kelelahan

Kerja Aitem Total (%)

1 Pelemahan Kegiatan

• perasaan berat di kepala

• badan merasa lelah

• kaki merasa berat

• menguap

• merasa kacau piki-ran

• mengantuk

• merasa ada beban pada mata

• kaku dan canggung dalam gerakan

• tidak seimbang da-lam berdiri

• merasa ingin berba-ring.

1, 4, 7, 10, 13, 16, 19, 22, 25, 28.

10 33,3

2 Pelemahan Motivasi

• lelah berbicara

• menjadi gugup

2, 5, 8, 11, 14, 17, 20, 23, 26, 29.


(54)

• tidak dapat berkon-sentrasi

• tidak mempunyai perhatian terhadap sesuatu/memusatkan perhatian

• cenderung untuk lu-pa

• tidak tekun dalam pekerjaannya

• kurang kepercayaan

• cemas terhadap se-suatu

• tidak dapat mengon-trol sikap

• tidak dapat tekun dalam bekerja.

3 Pelemahan Fisik

• sakit kepala

• kekakuan di bahu

• merasa nyeri di punggung

• merasa pernapasan

3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 27, 30.


(55)

tertekan

• tremor pada anggota badan

• merasa kurang sehat

• haus

• suara serak

• spasme dari kelopak mata

• merasa pening.

Total 30 30 30 100

Tabel 2. Distribusi AitemAitem Skala Kelelahan Kerja Setelah Uji Coba

No. Aspek Indikator Kelelahan Kerja Jumlah

Aitem (%)

1. Pelemahan Kegiatan

Kaki merasa berat

8 40

Menguap

Merasa kacau pikiran Mengantuk

Merasa ada beban pada mata Kaku dan canggung dalam gerakan


(56)

Merasa ingin berbaring

2. Pelemahan motivasi

Menjadi gugup

7 35

Tidak dapat berkonsentrasi Tidak mempunyai perhatian terhadap sesuatu/memusatkan perhatian

Cenderung untuk lupa Tidak tekun dalam pekerjaannya

Kurang kepercayaan Cemas terhadap sesuatu

3. Pelemahan fisik

Sakit kepala

5 25

Merasa nyeri dipunggung Merasa pernapasan tertekan Spasme dari kelopak mata Merasa pening

20 20 100

6. UJI INSTRUMEN PENELITIAN

Jenis alat ukur dalam penelitian ini digunakan untuk mengolah data yang didapat dari lapangan. Penelitian ini menggunakan koefisien korelasi dengan analisi regresi yang dapat diperoleh melalui analisa data dengan menggunakan program software SPSS version 17,0 for windows.


(57)

a. Validitas Alat Ukur

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan apabila dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto, 2002). Menurut Sugiyono (2007), penelitian yang valid artinya bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti.

Penelitian ini menggunakan content validity dan face validity. Menurut Gregory (2000) content validity (validitas isi) menunjukkan sejauhmana pertanyaan, tugas atau butir dalam suatu tes atau instrumen mampu mewakili secara keseluruhan dan proporsional perilaku sampel yang dikenai tes tersebut. Artinya tes mencerminkan keseluruhan konten atau materi yang diujikan atau yang seharusnya dikuasai secara proporsional. Untuk mengetahui apakah tes itu valid atau tidak, validitas ini ditegakkan pada langkah telaah dan revisi butir pernyataan berdasar pendapat para penelaah (professional judgement) (Suryabrata, 2008), dalam hal ini professional judgement yang digunakan yaitu dosen pembimbing untuk memastikan bahwa soal-soal tes itu sudah mewakili atau mencerminkan keseluruhan konten atau materi yang seharusnya dikuasai secara proporsional. Ebel (dalam Nazir, 1988) menyebutkan bahwa face validity (validitas muka) adalah validitas yang berhubungan apa yang nampak dalam mengukur sesuatu dan bukan terhadap apa yang seharusnya hendak diukur. Apabila isi alat ukur telah tampak sesuai dengan apa yang ingin diukur maka dapat dikatakan validitas muka telah terpenuhi.


(58)

b. Reliabilitas Alat Ukur

Arikunto (2002) menyebutkan bahwa reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat ukur pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik.

Uji reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan test-retest reliability yaitu menguji reabilitas tes akhir. Pendekatan ulang, test retest ini dilakukan dengan cara memberikan tes yang dicari reliabilitasnya kepada sekelompok subjek, kemudian selang beberapa waktu tes itu akan diberikan kembali kepada subjek yang sama. Untuk mengetahui reliabilitas tes, peneliti menggunakan rumus Spearman Brown dan diolah dengan komputer program SPSS versi 17.0 for Windows. Batasan penerimaan reliabilitas dianggap memuaskan apabila koefisiennya mencapai minimal 0,5 (Azwar, 2003).

7. PROSEDUR PELAKSANAAN PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan melalui 3 tahap, yaitu tahap persiapan, pelaksanaan dan tahap akhir (pengolahan data).

Tabel 3. Rancangan Prosedur Pelaksanaan Penelitian

No. Tahapan Kegiatan

1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini hal-hal yang dilakukan adalah menentukan materi-materi yang akan dikaji, membuat instrumen penelitian, melakukan


(59)

validasi instrumen pada ahli terutama dosen, melakukan uji coba alat ukur, menganalisa alat ukur, merevisi alat ukur, mengunjungi beberapa tempat usaha jahit guna melihat karakteristik yang sesuai untuk dijadikan tempat penelitian. menentukan tempat yang paling sesuai dengan tujuan penelitian, membicarakan perihal izin penelitian kepada pemilik usaha sekaligus meminta informasi yang berguna untuk mendukung penelitian kepada pemilik usaha, mengurus surat izin untuk melakukan penelitian di tempat usaha jahit kepada Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, memberikan surat izin kepada usaha jahit “RUMAH MODE WIDURI” dan membicarakan maksud serta tujuan penelitian ini kepada pemilik usaha, menetapkan subjek untuk dijadikan sampel penelitian, dan mengontrol hal-hal yang dapat mempengaruhi hasil ataupun jalannya penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

Memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan penelitian kepada para sampel penelitian perihal berapa lama waktu yang diperlukan dalam melakukan penelitian ini, bagaimana proses yang akan dilakukan, apa yang harus mereka lakukan,


(60)

dan membangun kerjasama serta komitmen yang baik guna kelancaran jalannya penelitian. Memberikan skala pre-test kepada para sampel penelitian di akhir jam kerja pada tanggal 24 April sore. Selanjutnya, memberikan treatment selama 3hari berturut-turut di akhir jam kerja. Adapun treatment yang dilakukan ialah:

- Pada hari pertama yang dilakukan adalah peneliti meneteskan minyak atsiri beraroma lavender sebanyak 2 tetes ke tisu lembut seperti tisu dengan merk paseo ataupun nice yang dipercaya memiliki tingkat daya serap yang tinggi. Tisu yang telah di teteskan minyak atsiri tersebut diberikan kepada para sampel penelitian satu persatu. Selanjutnya aroma yang ada di tisu tersebut dihirup selama 2 menit dengan nafas yang dalam dan panjang sehingga aromaterapi yang dihirup tadi dapat memberikan efek ke bagian otak yang nantinya di percaya dapat menurunkan tingkat kelelahan. Selain itu bisa juga dihirup selama 3 kali dalam kurun waktu 5 menit dengan nafas yang dalam dan panjang.

- Pada hari kedua yang dilakukan sama seperti hari pertama. Peneliti meneteskan minyak


(61)

atsiri beraroma lavender sebanyak 2 tetes ke tisu lembut. Tisu yang telah di teteskan minyak atsiri beraroma lavender tersebut diberikan kepada para sampel penelitian satu persatu. Selanjutnya aroma yang ada di tisu tersebut dihirup selama 2 menit dengan nafas yang dalam dan panjang sehingga aromaterapi yang dihirup tadi dapat memberikan efek ke bagian otak yang nantinya di percaya dapat menurunkan tingkat kelelahan. Selain itu bisa juga dihirup selama 3 kali dalam kurun waktu 5 menit dengan nafas yang dalam dan panjang. Di hari kedua para sampel tidak lagi begitu banyak bertanya tentang cara menghirupnya karena telah dilakukan di hari sebelumnya. - Di hari ketiga, hal yang dilakukan juga sama.

Namun di hari ketiga setelah para sampel penelitian melakukan treatment seperti yang disebutkan diatas, maka mereka akan kembali mengisi skala post-test dengan harapan efek yang dirasakan selama 3hari dilakukannya treatment tersebut tidak hilang.


(62)

dan tanda terimakasih kepada para sampel penelitian dan pemilik usaha yang telah mau bekerjasama dalam proses jalannya penelitian serta telah mau untuk menyediakan waktu dan tempat.

3. Tahap Pengolahan

Setelah data hasil pengukuran kelelahan kerja diperoleh, baik sebelum dan sesudah penggunaan aromaterapi, maka dilakukan pengolahan data dengan menggunakan SPSS versi 17.0 for

Windows. Proses pengolahan data dilakukan

dengan analisis univariat dan analisis bivariat. Analisis bivariat dilakukan dengan uji t, apabila data terdistribusi normal. Jika data tidak terdistribusi normal maka dilakukan uji Wilcoxon. Kemudian hasil temuan penelitian dianalisis dan dibahas, sehingga diperoleh kesimpulan dari penelitian.

7.1. Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan ini, yang dilakukan peneliti di lapangan adalah:

1. Mengunjungi beberapa tempat usaha jahit guna melihat karakteristik yang sesuai untuk dijadikan tempat penelitian.


(63)

3. Membicarakan perihal izin penelitian kepada pemilik usaha sekaligus meminta informasi yang berguna untuk mendukung penelitian kepada pemilik usaha.

4. Mengurus surat izin untuk melakukan penelitian di tempat usaha jahit kepada Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

5. Memberikan surat izin kepada usaha jahit “RUMAH MODE WIDURI” dan membicarakan maksud serta tujuan penelitian ini kepada pemilik usaha.

6. Menetapkan subjek untuk dijadikan sampel penelitian. Adapun yang di maksud dengan sampel dalam penelitian ini adalah:

- Pekerja yang tidak memiliki gangguan dalam penciuman seperti flu, sinusitis berat, ataupun gangguan dan masalah penciuman lainnya yang menyulitkan pekerja untuk dapat mencium aroma dengan baik. 7. Mengontrol hal-hal yang dapat mempengaruhi hasil ataupun jalannya

penelitian. Adapun hal-hal yang dapat dikontrol ialah sebagai berikut: - Intensitas kerja dengan menyamakan waktu kerja selama 8 jam yang

dimulai dari pukul 9 pagi hingga pukul 6 sore dengan istirahat antara pukul 1 siang hingga pukul 2 siang.

- Memberikan sarapan pagi yang sama kepada para subjek penelitian pada pukul 9 pagi dengan harapan subjek tidak dalam kondisi lapar pada saat bekerja.

- Memastikan dengan mengobservasi dan bertanya kepada setiap subjek perihal kondisi kesehatan yang sedang dialami yang mungkin


(64)

dapat mengganggu jalannya penelitian. Adapun kondisi kesehatan yang dimaksud berkaitan dengan masalah penciuman.

7.2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap persiapan ini, yang dilakukan peneliti di lapangan adalah:

2. Memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan penelitian kepada para sampel penelitian perihal berapa lama waktu yang diperlukan dalam melakukan penelitian ini, bagaimana proses yang akan dilakukan, apa yang harus mereka lakukan, dan membangun kerjasama serta komitmen yang baik guna kelancaran jalannya penelitian.

“Selamat sore ibu-ibu. Sebelumnya saya ingin memperkenalkan diri dan maksud serta tujuan saya disini. Saya Riana Octhaviany dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara yang sedang melakukan sebuah penelitian skripsi. Nah, ibu-ibu ialah orang yang akan menjadi sampel dalam penelitian saya. Penelitian saya ini hanya membutuhkan waktu 3 hari yang dimulai dari besok. Tapi dihari ini bapak dan ibu sekalian akan saya berikan daftar pertanyaan yang sebentar lagi akan saya berikan. Besok saya akan datang dan mulai untuk melakukan penelitian. Yang saya lakukan adalah memberikan selembar tisu yang telah memiliki aroma tertentu kepada ibu sekalian untuk dihirup dengan waktu yang besok akan saya tentukan dan saya jelaskan. Di hari ketiga atau diakhir penelitian ini, setelah ibu sekalian menghirup aroma tersebut, maka selanjutnya adalah ibu-ibu akan mengisi kembali lembar daftar pertanyaan yang nanti akan saya berikan. Tidak ada yang perlu ibu-ibu cemaskan atau takutkan karena aroma yang nantinya saya berikan tidak akan memberikan efek samping apapun dan aman untuk ibu sekalian. Selain itu, semua data yang saya dapatkan dari ibu sekalian akan saya jaga kerahasiaannya. Oleh karena itu saya sangat memohon partisipasi ibu sekalian untuk terus terlibat dalam kegiatan ini serta kerjasama yang baik guna


(65)

kelancaran proses penelitian saya ini. Terimakasih yaa bu untuk waktu dan kesempatannya.”

3. Memberikan skala pre-test kepada para sampel penelitian di akhir jam kerja pada tanggal 24 April sore.

4. Selanjutnya, memberikan treatment selama 3hari berturut-turut di akhir jam kerja. Adapun treatment yang dilakukan ialah:

- Pada hari pertama yang dilakukan adalah peneliti meneteskan minyak atsiri beraroma lavender sebanyak 2 tetes ke tisu lembut seperti tisu dengan merk paseo ataupun nice yang dipercaya memiliki tingkat daya serap yang tinggi. Tisu yang telah di teteskan minyak atsiri tersebut diberikan kepada para sampel penelitian satu persatu. Selanjutnya aroma yang ada di tisu tersebut dihirup selama 2 menit dengan nafas yang dalam dan panjang sehingga aromaterapi yang dihirup tadi dapat memberikan efek ke bagian otak yang nantinya di percaya dapat menurunkan tingkat kelelahan. Selain itu bisa juga dihirup selama 3 kali dalam kurun waktu 5 menit dengan nafas yang dalam dan panjang.

- Pada hari kedua yang dilakukan sama seperti hari pertama. Peneliti meneteskan minyak atsiri beraroma lavender sebanyak 2 tetes ke tisu lembut. Tisu yang telah di teteskan minyak atsiri beraroma lavender tersebut diberikan kepada para sampel penelitian satu persatu. Selanjutnya aroma yang ada di tisu tersebut dihirup selama 2 menit dengan nafas yang dalam dan panjang sehingga aromaterapi yang


(66)

dihirup tadi dapat memberikan efek ke bagian otak yang nantinya di percaya dapat menurunkan tingkat kelelahan. Selain itu bisa juga dihirup selama 3 kali dalam kurun waktu 5 menit dengan nafas yang dalam dan panjang. Di hari kedua para sampel tidak lagi begitu banyak bertanya tentang cara menghirupnya karena telah dilakukan di hari sebelumnya.

- Di hari ketiga, hal yang dilakukan juga sama. Namun di hari ketiga setelah para sampel penelitian melakukan treatment seperti yang disebutkan diatas, maka mereka akan kembali mengisi skala post-test dengan harapan efek yang dirasakan selama 3hari dilakukannya treatment tersebut tidak hilang.

5. Mengucapkan terimakasih dan tanda terimakasih kepada para sampel penelitian dan pemilik usaha yang telah mau bekerjasama dalam proses jalannya penelitian serta telah mau untuk menyediakan waktu dan tempat.

7.3. Tahap Pengolahan

Setelah data hasil pengukuran kelelahan kerja diperoleh, baik sebelum dan sesudah penggunaan aromaterapi, maka dilakukan pengolahan data dengan menggunakan SPSS versi 17.0 for Windows. Proses pengolahan data dilakukan dengan uji Wilcoxon. Kemudian hasil temuan penelitian dianalisis dan dibahas, sehingga diperoleh kesimpulan dari penelitian.


(67)

8. METODE ANALISA DATA

Data yang diperoleh kemudian dianalisis untuk mendapatkan jawaban tentang pengaruh aromaterapi terhadap penurunan kelelahan kerja. Proses pengolahan data dilakukan dengan menggunakan uji-wilcoxon.


(68)

BAB IV

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

Keseluruhan dari hasil penelitian akan dijelaskan pada bab ini. Pembahasan akan dimulai dari gambaran umum pada subjek penelitian yang akan dilanjutkan dengan analisa dan interpretasi data penelitian.

1. ANALISA DATA

1.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian Berdasarkan Usia

Dalam penelitian ini, terdapat 18 subjek penelitian, dimana tiap-tiap subjek bekerja sebagai penjahit. Berdasarkan umur subjek penelitian, maka diperoleh kategori umur subjek seperti yang tertera pada diagram berikut:

Tabel 4. Gambaran Umum Subjek Penelitian Berdasarkan Usia

30 ‐ 40 tahun 50% <30 tahun

33% > 40 tahun

17%

Gambaran Umum Subjek

Penelitian Berdasarkan Usia


(69)

Berdasarkan data pada diagram diatas terlihat bahwa subjek yang berumur di bawah 30 tahun sebanyak 6 orang (33,33%), subjek yang berumur antara 30 sampai dengan 40 sejumlah 9 orang (50%), dan subjek yang berumur di atas 40 tahun ada sebanyak 3 orang (16,66%). Di sini terlihat bahwa setengah dari seluruh pekerja di Rumah Mode Widuri yang dijadikan subjek penelitian berumur antara kisaran 30 tahun hingga 40 tahun.

2. HASIL UJI HIPOTESIS

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh aromaterapi terhadap penurunan kelelahan kerja. Metode analisa data yang tepat untuk digunakan adalah uji wilcoxon terhadap kelompok eksperimen yang diberikan pretest dan posttest berupa skala kelelahan kerja yang terdiri dari 20 daftar pertanyaan mengenai kelelahan yang bertujuan untuk membandingkan hasil sebelum dan sesudah diberi perlakuan (treatment) berupa aromaterapi.

Adapun hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini adalah “ada pengaruh aromaterapi terhadap penurunan kelelahan kerja”. Pengujian hipotesa dalam penelitian ini menggunakan uji wilcoxon dan analisis hasil penelitian ini ialah dilakukan dengan menggunakan program statistik SPSS for windows versi 17.0.


(70)

Tabel 5. Descriptive Statistics

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

pre 18 39.06 8.214 25 60

post 18 34.44 7.838 23 54

Tabel ini menunjukkan hasil penelitian bahwa terjadi penurunan rata-rata (mean) kelelahan kerja yang bermakna setelah diberikannya aromaterapi secara inhalasi. Mean sebelum diberikannya aromaterapi adalah sebesar 39.06 (SD = 8.214) yang menurun menjadi 34.44 (SD = 7.838) setelah diberikan aromaterapi secara inhalasi.

Tabel 6. Rank Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

post - pre Negative Ranks 16a 8.50 136.00

Positive Ranks 0b .00 .00

Ties 2c

Total 18

a. post < pre b. post > pre c. post = pre

Tabel ini menunjukkan bahwa dari 18 orang pekerja yang dijadikan subjek pada penelitian ini, ada sebanyak 16 orang pekerja yang mengalami penurunan skor kelelahan kerja setelah diberikan aromaterapi (treatment) secara inhalasi.


(71)

Sebanyak 2 orang pekerja tidak mengalami penurunan kelelahan kerja ataupun peningkatan kelelahan kerja.

Tabel 7. Test Statistics Test Statisticsb

post - pre

Z -3.523a

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Based on positive ranks. b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Tabel diatas menunjukkan hasil uji statistik aromaterapi terhadap penurunan kelelahan kerja yang terlihat memiliki taraf signifikansi 0.000 (p ≤ 0.05). Sehingga dapat dinyatakan bahwa pemberian aromaterapi secara inhalasi efektif terhadap penurunan kelelahan kerja.

3. PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini, hasil yang di dapat adalah ada pengaruh aromaterapi terhadap penurunan kelelahan kerja pada pekerja jahit di Rumah Mode Widuri. Peneliti membandingkan kelelahan kerja subjek penelitian sebelum dan sesudah pemberian aromaterapi secara inhalasi dalam satu kelompok yaitu kelompok treatment dalam penelitian ini. Kelelahan kerja menurut Suma’mur (1989) secara umum ialah gabungan antara kelelahan mental (psikis) yang mempengaruhi pikiran dan perasaan seperti yang disebabkan oleh pekerjaan yang berulang


(72)

(repetitive) serta stres, dan kelelahan otot/fisik yang mempengaruhi organ-organ tubuh seperti yang disebabkan oleh kerja berat atau sewaktu bekerja dengan menggunakan otot terus-menerus. Anoraga (2009) mengemukakan bahwa kelelahan pada umumnya ditimbulkan oleh pelaksanaan dan kegiatan yang tidak menarik, monoton dan berulang-ulang (repetitif). Selain itu, Green (1992) menambahkan bahwa kelelahan dapat juga disebabkan oleh faktor psikologis seperti: konflik-konflik mental, monotomi pekerjaan, bekerja karena keadaan terpaksa, dan pekerjaan yang bertumpuk-tumpuk.

Adapun indikator kelelahan kerja tersebut ialah yang pertama yaitu pelemahan kegiatan yang ditandai dengan gejala perasaan berat di kepala, badan merasa lelah, kaki merasa berat, menguap, merasa kacau pikiran, mengantuk, merasa ada beban pada mata, kaku dan canggung dalam gerakan, tidak seimbang dalam berdiri, dan merasa ingin berbaring. Selanjutnya pelemahan motivasi yang ditandai dengan gejala lelah berbicara, menjadi gugup, tidak dapat berkonsentrasi, tidak dapat mempunyai perhatian terhadap sesuatu/memusatkan perhatian, cenderung untuk lupa, tidak tekun dalam pekerjaannya, kurang kepercayaan, cemas terhadap sesuatu, tidak dapat mengontrol sikap, dan tidak dapat tekun dalam bekerja. Yang terakhir ialah pelemahan fisik ditandai dengan gejala sakit kepala, kekakuan di bahu, merasa nyeri di punggung, merasa pernapasan tertekan, tremor pada anggota badan, merasa kurang sehat, haus, suara serak, spasme dari kelopak mata, dan merasa pening.

Pemberian aromaterapi (treatment) dilakukan selama 3hari dari mulai tanggal 24 – 26 April 2014. Sebelum diberikan aromaterapi (treatment) kepada


(73)

subjek penelitian, sehari sebelumnya telah dilakukan pretest kepada subjek penelitian. Pemberian aromaterapi dilakukan selama tiga hari. Dihari ketiga setelah subjek penelitian mendapatkan treatment (pemberian aromaterapi), kemudian diberikan posttest kepada subjek penelitian. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah terjadi penurunan kelelahan kerja pada subjek penelitian setelah diberikannya aromaterapi secara inhalasi.

Pemberian aromaterapi sebagai upaya menurunkan kelelahan kerja ini dilakukan sesuai dengan teori Koensoemardiyah (2009) yang mengatakan bahwa aromaterapi merupakan suatu metode yang menggunakan minyak atsiri sebagai komponen utama untuk meningkatkan kesehatan fisik dan juga mempengaruhi kesehatan emosi seseorang.

Manfaat Aromaterapi yang menggunakan minyak lavender dipercaya dapat memberikan efek relaksasi bagi saraf dan otot-otot yang tegang (carminative) setelah lelah beraktivitas (Dewi dalam penelitian Aromaterapi Lavender sebagai Media Relaksasi). Ini terbukti dari hasil perubahan kelelahan kerja subjek penelitian yang dapat dilihat dari perubahan skor kelelahan kerja sebelum diberikannya aromaterapi dengan setelah diberikannya aromaterapi. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa terjadi penurunan rata-rata skor kelelahan kerja pada saat pretest yaitu sebesar 39.06 (SD = 8.214) yang menurun menjadi 34.44 (SD = 7.838) pada saat posttest. Pada saat sebelum dan sesudah diberikannya aromaterapi (treatment) diperoleh perbedaan secara signifikan

sebesar p = 0.000 dengan α = 0.05 (p < 0.05). Dari hasil tersebut maka dapat


(1)

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2014

NO :

RAHASIA


(2)

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Dengan hormat,

Dalam rangka penyelesaian penelitian skripsi saya di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, saya membutuhkan sejumlah data yang hanya akan diperoleh dengan adanya kerjasama dari Anda untuk mengisi skala ini.

Saya memohon kesediaan Anda dalam meluangkan waktu untuk mengisi skala ini dengan harapan Anda akan memberikan jawaban yang jujur, terbuka, dan apa adanya.

Semua jawaban dianggap benar selama jawaban tersebut mewakili diri Anda yang sebenarnya. Seluruh data dan identitas akan dijaga kerahasiaannya dan hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian. Cara menjawab skala ini dijelaskan di dalam petunjuk pengisian skala. Periksalah kembali jawaban Anda dan jangan sampai ada nomor yang terlewatkan.

Saya ucapkan terima kasih atas segala partisipasi dan kerjasama Anda.

Medan, Maret 2014

Hormat saya,


(3)

Berikut ada sejumlah pernyataan, baca dan pahami baik-baik setiap pernyataan. Anda diminta untuk memilih salah satu pilihan yang berada di sebelah kanan pernyataan berdasarkan keadaan diri Anda yang sesungguhnya. Berilah tanda silang (X) pada salah satu pilihan yang ada. Alternatif jawaban yang tersedia terdiri dari 4 pilihan, yaitu :

SS : sangat sering S : sering

K : kadang-kadang TP : tidak pernah

Jika Anda ingin mengganti jawaban, Anda dapat memberikan garis dua (=) pada jawaban yang salah.

Contoh Pengisian :

No

Aitem

SS

S

K

TP

1

Saya merasa keram di kaki

X

X


(4)

Identitas Diri

Nama/Inisial : Jenis Kelamin :

Usia : Tahun

No Aitem SS S K TP

1 Saya merasa sakit dibagian kepala saat bekerja 2 Saya merasa gugup menghadapi sesuatu

3 Saya merasa tidak kuat lagi berjalan setelah bekerja

4 Saya merasa tidak dapat berkonsentrasi dalam bekerja

5 Saya merasa nyeri di bagian punggung 6 Saya menguap saat bekerja

7 Saya merasa tidak mempunyai perhatian terhadap sesuatu

8 Saya merasa sulit bernapas 9 Saya merasa sukar berfikir

10 Saya cenderung lupa terhadap sesuatu 11 Saya mengantuk saat bekerja

12 Saya merasa bertindak lamban


(5)

16 Saya merasa cemas terhadap sesuatu hal

17 Saya merasa tidak mampu seimbang dalam berdiri 18 Saya merasa lelah dibagian mata

19 Saya merasa ingin berbaring 20 Saya merasa pusing saat bekerja

MOHON PERIKSA KEMBALI JAWABAN ANDA,

# TERIMA KASIH #


(6)

DOKUMENTASI DI LAPANGAN