BAB II PROFIL KABUPATEN KARO DAN PROFIL KENA UKUR - Pemberhentian Kepala Daerah Studi Kasus Pemberhentian Bupati Karo, Kena Ukur Karo Jambi Surbakti Masa Jabatan 2010-2015

BAB II PROFIL KABUPATEN KARO DAN PROFIL KENA UKUR Bab dua menjelaskan secara umum mengenai profil Kabupaten Karo, profil pemerintahan Kabupaten Karo, profil singkat DPRD Kabupaten Karo serta profil singkat DPC Partai Demokrat Kabupaten Karo dan profil Kena Ukur Karo jambi Surbakti. Mengapa penting untuk mengetahui

  profil Kabupaten Karo karena Kabupaten Karo merupakan lokasi dari penelitian ini, mengetahui profil pemerintah adalah karena dalam hal ini penelitian berkaitan langsung dengan pemerintahan Kabupaten Karo.Hal penting lainnya yaitu untuk mengetahui profil DPRD Kabupaten Karo, mengapa hal ini penting untuk diketahui adalah karena anggota DPRD Kabupaten Karo merupakan informan utama dalam penelitian ini.

  Profil DPC Partai Demokrat Kabupaten Karo juga dibahas dalam bab ini, karena saat ini Kena Ukur Surbakti merupakan ketua DPC Partai Demokrat sejak tahun 2011. Begitu pula alasan untuk mengetahui profil Kena Ukur Karo Jambi Surbakti adalah karena Kena Ukur Karo Jambi merupakan objek pada penelitian ini yang mana informasi dari anggota DPRD, DPC Partai Demokrat serta dari Karo Jambi inilah yang nantinya akan di analisis oleh peneliti. Hal yang akan dijelaskan terlebih dahulu dalam bab ini adalah mengenai profil Kabupaten Karo yang dilanjutkan dengan profil pemerintahan Kabupaten Karo, profil singkat DPRD Kabupaten Karo, serta profil DPC Partai Demokrat dan profil Kena Ukur Karo Jambi Surbakti.

2.1 Profil Kabupaten Karo

  Profil Kabupaten Karo yang dijelaskan di dalam sub bab ini adalah mengenai sejarah Kabupaten Karo, lokasi dan keadaan geografis Kabupaten Karo, keadaan penduduk serta Agama di Kabupaten Karo. Bab ini menjelaskan bagaimana awal berdirinya Kabupaten Karo, bagaimana kondisi fisik kabupaten Karo, wilayah terluas di Kabupaten Karo, penduduk terbanyak di Kabupaten Karo serta agama mayoritas yang di anut di Kabupaten Karo saat ini.

  Tanah Karo terbentuk sebagai Kabupaten Daerah Tingkat II setelah melalui proses yang sangat panjang dan dalam perjalanan sejarahnya Kabupaten ini telah mengalami perubahan mulai dari zaman penjajahan Belanda, zaman penjajahan Jepang hingga zaman kemerdekaan. Sebelum kedatangan penjajahan Belanda diawal abad XX di daerah dataran tinggi Karo, di kawasan itu hanya terdapat kampung (Kuta), yang terdiri dari satu atau lebih “kesain” (bagian dari kampung).Tiap-tiap kesain diperintah oleh seorang “Pengulu”. Menurut P. Tambun dalam bukunya “Adat Istiadat Karo”, Balai Pustaka 1952, arti dari pengulu adalah seseorang dari marga tertentu dibantu oleh 2 orang anggotanya dari kelompok “Anak Beru” dan “Senina”. Mereka ini disebut dengan istilah “Telu si Dalanen” atau tiga sejalanan menjadi satu badan administrasi/pemerintahan dalam lingkungannya.Anggota ini secara turun menurun dianggap

   sebagai “pembentuk kesain”, sedang kekuasaan mereka adalah pemerintahan kaum keluarga.

  Di atas kekuasaan penghulu kesain, diakui pula kekuasaan kepala kampung asli (Perbapaan) yang menjadi kepala dari sekumpulan kampung yang asalnya dari kampung asli itu.Kumpulan kampung itu dinamai Urung.Pimpinannya disebut dengan Bapa Urung atau biasa juga disebut Raja Urung.Urung artinya satu kelompok kampung dimana semua pendirinya masih dalam satu marga atau dalam satu garis keturunan.

  Ada beberapa sistem atau cara penggantian perbapaan atau Raja Urung atau juga Pengulu di zaman itu, yaitu dengan memperhatikan hasil keputusan “runggun/permusyawaratan” kaum kerabat berdasarkan kepada 2 (dua) dasar/pokok yakni: 1) Dasar Adat “Sintua-Singuda” yang 25 dicalonkan. Yang pertama-tama berhak menjadi Perbapaan adalah anak tertua. Namun kalau iaberhalanagan atau karena sebab yang lain, yang paling berhak di antara saudara-saudaranya adalah jatuh kepada anak yang termuda. Dari semua calon Perbapaan maka siapa yang terkemuka atau siapa yang kuat mendapatkan dukungan, misalnya siapa yang mempunyai banyak Anak Beru dan Senina, besar kemungkinan jabatan Perbapaan/Raja Urung atau Pengulu, akan jatuh kepadanya. Jadi dengan demikian, kedudukan Perbapaan, yang disebutkan di atas harus jatuh kepada yang tertua atau yang termuda, tidaklah sepenuhnya dijalankan secara baik waktu itu. Banyak contoh terjadi dalam hal pergantian Perbapaan seperti itu, antara lain ke daerah Perbapaan Lima Senina. Lebih-lebih kejadian seperti itu terjadi setelah di daerah itu berkuasa kaum penjajah Belanda di permulaan abad XX (1907).Belanda melakukan “intervensi” dalam hal penentuan siapa yang diangap pantas sebagai Perbapaan dari kalangan keluarga yang memerintah, walaupun ada juga selalu berdasarkan adat. 2) Dasar “Bere-bere”, yakni menurut keturunan dari pihak Ibu. Hanya dari keturunan ibu/kemberahen tertentu saja yang pertama-tama berhak menjadi Perbapaan.Namun setelah kedatangan perjajahan Belanda sistem atau dasar

   “Bere-bere” ini dihapuskan.

  Kabupaten Karo merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di Provinsi Sumatera Utara, yang terletak pada jajaran Bukit Barisan dan sebagian besar wilayahnya merupakan dataran tinggi.Dua gunung berapi aktif terletak di wilayah ini sehingga rawan gempa vulkanik.

  Secara Geografis letak Kabupaten Karo berada diantara 2º50’-3º19’ Lintang Utara dan 97º55’-98º38’ Bujur Timur dengan luas 2.127,25 Km2 atau 2,97 persen dari luas Propinsi Sumatera Utara.Wilayah Kabupaten Karo berada pada ketinggian 120-1420 M di atas permukaan

  

  26

  Batas-batas wilayah Kabupaten Karo adalah: 1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Kabupaten Deli Serdang, 2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Dairi dan Kabupaten Samosir, 3) Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Simalungun, 4) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh (Tenggara Propinsi Nangroe Aceh Darusalam).

   Data tentang luas wilayah kabupaten karo per kecamatan dapat dilihat di Tabel 2.1, dimana

  dalam tabel ini diperlihatkan dari 17 Kecamatan dan 269 desa, kecamatan mana yang memiliki total luas wilayah terbanyak di Kabupaten Karo dan kecamatan mana yang memiliki total luas wilayah terendah. Untuk lebih jelas dapat dilihat di Tabel 1 dibawah ini :

  Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Karo Tahun 2013

  No. Kecamatan Desa/Kelurahan Luas (Km²) Rasio Terhadap Total Luas Kabupaten (%)

  1 Mardingding 12 267,11 12,56

  2 Laubaleng 15 252,60 11,87

  3 Tigabinanga 20 160,38 7,54

  4 Juhar 25 218,56 10,27

  5 Munte 22 125,64 5,91

  6 Kutabuluh 16 195,70 9,20

  7 Payung 8 47,24 2,22

  8 Tiganderket 17 86,76 4,08

  9 Simpang Empat 17 93,48 4,39

  10 Naman Teran 14 87,82 4,13

  11 Merdeka 9 44,17 2,08

  12 Kabanjahe 13 44,65 2,10

  13 Berastagi 10 30,50 1,43

  14 Tigapanah 26 186,84 8,78

  15 Dolat Rayat 7 32,25 1,52

  16 Merek 19 125,51 5,90

  17 Barusjahe 19 128,04 6,02 Jumlah 269 2.127,25 100,00 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, Karo Dalam Angka 2014, BPS Kabupaten Karo , 2014.

  Dari tabel 2.1 dapat dilihat bahwa kecamatan dengan luas terbanyak dikabupaten Karo

  2

  adalah kecamatan Mardingding, dengan total luas wilayah 267,11 Km . Sementara kecamatan

  2 dengan luas wilayah terendah adalah kecamatan Berastagi dengan total luas wilayah 30,50 Km .

  Namun jumlah luas wilayah ini berbanding terbalik dengan kepadatan penduduk di masing- masing Kecamatan dimana Kecamatan Berastagi justru memiliki penduduk yang lebih banyak daripada kecamatan Mardingding. Untuk lebih jelas akan diperlihatkan dalam tabel 2.2.

  Hasil Sensus tahun 2010 Penduduk Kabupaten Karo berjumlah 350.960 jiwa. Pada tahun 2013, menurut proyeksi penduduk Karo meningkat menjadi 363.755 jiwa yang mendiami wilayah seluas 2.127,25 Km². Kepadatan penduduk diperkirakan sebesar 171 jiwa/ Km². Laju Pertumbuhan Penduduk Karo Tahun 2010 – 2013 adalah sebesar 1,17 persen per tahun. Tahun 2013 di Kabupaten Karo Penduduk laki-laki lebih sedikit dari Perempuan.Laki- laki berjumlah 180.535 jiwa dan Perempuan berjumlah 183.220 jiwa.Untuk lebih jelas dibawah ini terdapat jumlah penduduk berdasarkan rasio kepadatan penduduk dalam setiap Kecamatan di Kabupaten Karo.

  Tabel 2.2 Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Per Kecamatan Tahun 2013

  13 Berastagi 30,50 44 091 1 445,61

  2 .

  . Sementara kecamatan dengan jumlah penduduk terdendah adalah kecamatan Dolat Rakyat dengan jumlah penduduk sebesar 8.599 jiwa dengan kepadatan 149,09 tiap km

  2

  1.469,99 tiap km

Tabel 2.2 menunjukkan bahwa kecamatan dengan jumlah kepadatan penduduk terbanyak adalah Kecamatan Kabanjahe dengan jumlah penduduk sebesar 66.635 jiwa dengan kepadatan

  Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, Karo Dalam Angka 2014, BPS Kabupaten Karo , 2014.

  17 Barusjahe 128,04 22 904 178,88 Jumlah/Total 2013 2 127,25 363 755 171,00 2012 2 127,25 358 823 168,68 2011 2 127,25 354 242 166,53

  16 Merek 125,51 18 712 149,09

  15 Dolat Rayat 32,25 8 599 266,64

  14 Tigapanah 186,84 30 388 162,64

  12 Kabanjahe 44,65 66 635 1 469,99

  No Kecamatan Luas Wilayah (Km 2 ) Penduduk Kepadatan Penduduk Tiap Km 2

  11 Merdeka 44,17 13 794 312,29

  10 Naman Teran 87,82 13 263 151,02

  9 Simpang Empat 93,48 19 707 210,82

  8 Tiganderket 86,76 13 659 157,43

  7 Payung 47,24 11 232 237,76

  6 Kutabuluh 195,70 10 972 56,07

  5 Munte 125,64 20 404 162,40

  4 Juhar 218,56 13 726 62,80

  3 Tigabinanga 160,38 20 626 128,61

  2 Laubaleng 252,60 18 359 72,68

  1 Mardingding 267,11 17 684 66,20

  Setelah kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak dan kecamatan dengan jumlah menurut jenis kelamin per kecamatan di Kabupaten Karo. Dari total penduduk sebanyak 363.755 jiwa yang mediami 17 Kecamatan di wilayah Kabupaten Karo, diperlihatkan dibawah ini apakah laki-laki atau perempuan yang lebih mendominasi.

  Tabel 2.3 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Per Kecamatan di Kabupaten Karo Tahun 2013

  10 Naman Teran 6 751 6 512 13 263 103,67

  Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, Karo Dalam Angka 2014, BPS Kabupaten Karo , 2014.

  17 Barusjahe 11 285 11 619 22 904 97,13 Jumlah Tahun 2013 180 535 183 220 363 755 98,53 Tahun 2012 178 073 180 750 358 823 98,52 Tahun 2011 176 077 178 165 354 242 98,83

  16 Merek 9 584 9 128 18 712 105,00

  15 Dolat Rayat 4 252 4 347 8 599 97,81

  14 Tiga Panah 15 028 15 360 30 388 97,84

  13 Berastagi 21 950 22 141 44 091 99,14

  12 Kabanjahe 32 076 33 559 66 635 95,58

  11 Merdeka 6 915 6 879 13 794 100,52

  9 Simpang Empat 9 848 9 859 19 707 99,89

  No Kecamatan Laki-Laki Perempuan Jumlah Sex rasio

  8 Tiganderket 6 660 6 999 13 659 95,16

  7 Payung 5 552 5 680 11 232 97,75

  6 Kutabuluh 5 425 5 547 10 972 97,80

  5 Munte 10 081 10 323 20 404 97,66

  4 Juhar 6 823 6 903 13 726 98,84

  3 Tigabinanga 10 262 10 364 20 626 99,02

  2 Lau Baleng 9 218 9 141 18 359 100,84

  1 Mardinding 8 825 8 859 17 684 99,62

  Dari data jumlah penduduk menurut jenis kelamin diatas, dapat dilihat bahwa jumlah laki-laki seluruhnya dari 17 kecamatan di Kabupaten Karo adalah sebanyak 180.535 bahwa jumlah perempuan mendominasi di kabupaten Karo.

  Penduduk kabupaten Karo merupakan masyarakat yang terdiri dari berbagai agama yakni agama Kristen Protestan, Islam, Kristen Katholik, Hindu dan Budha.Tahun 2013 Menurut Departemen Agama Kabupaten Karo tercatat sebanyak 168 Mesjid,

  59 Surau atau Langgar, sebanyak 630 Gereja Protestan, sebanyak 124 Gereja Katolik, sebanyak 6 pura dan 1 vihara. Dibawah ini diperlihatkan tabel mengenai jumlah penduduk yang menganut agama Kristen Protestan, Islam, Kristen Katholik, Hindu dan Budha.

  Tabel 2.4 Jumlah Penduduk Penganut Agama di Kabupaten Karo

  No Agama/Kepercayaan Jumlah Persentase

  1 Islam 87.371 jiwa 24,00%

  2 Kristen Protestan 204.283 jiwa 56,20%

  3 Kristen Khatolik 72.101 jiwa 19,80%

  • 4 Hindu

  0,00

  • 5 Budha

  0,00

  • 6 Lainnya

  0,00

  7 Jumlah 363.755 100% Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, Karo Dalam Angka 2014, BPS Kabupaten Karo , 2014.

  Melalui Tabel 2.4 diatas dapat dilihat bahwa penduduk Kabupaten Karo adalah mayoritas beragama Kristen Protestan dengan jumlah 204.283 jiwa atau mencapai persentasi 56,20%, diikuti agama Islam dengan jumlah 87.371 jiwa atau persentasi sebesar 24% dan agama Katolik dengan jumlah 72.101 jiwa atau persentasi sebesar 19,80%. Pada tabel juga terdapat 6 pura untuk agama hindu dan 1 vihara untuk agama budha namun tidak terdapat masyarakat yang menganut agama budha maupun hindu. Dari data BPS dalam Karo Dalam Angka Tahun 2014, pada tahun 2011 ada sebanyak 7.459 jiwa penduduk Kabupaten Karo yang beragama hindu namun tidak terdapat penduduk yang beragama budha pada tahun yang sama. Pada tahun 2012 ada sebanyak 459 jiwa penduduk Karo yang beragama hindu, dan sebanyak 1.507 penduduk beragama budha. Namun pada tahun 2013 tidak terdapat agama hindu maupun budha dalam data kependudukan yang dikeluarkan oleh BPS Kabupaten Karo ini.

2.2 Profil Pemerintahan Kabupaten Karo

  Secara Administrasi Kabupaten Karo terdiri dari 17 Kecamatan dan 269 Desa/kelurahan

  

  (259 Desa dan 10 Kelurahan). Pusat Pemerintahan Kabupaten Karo berada di Kabanjahe.Sistem pemerintahan tertua yang dijumpai di wilayah Kabupaten Karo ialah Penghulu, yang menjalankan pemerintahan di Kampung (Kuta) menurut adat. Terbentuknya suatu Kuta harus memenuhi persyaratan adat antara lain: ada Merga pendiri (Merga taneh/simantek Kuta), ada Senina Simantek Kuta, ada Anak Beru simantek Kuta (Anak Beru Taneh) serta ada Kalimbubu Simantek Kuta (Kalimbubu Taneh).

  Pada masa penjajahan Belanda mulai tahun 1906, sistem pemerintahan di wilayah Kabupaten Karo pada dasarnya ialah: a) Pemerintahan oleh Onderafdeling Karo Landen yang dipimpin oleh Controleur pimpinan pemerintahan selalu ditangan bangsa Belanda, b) Landschaap, yaitu pemerintahan Bumi Putra. Pemerintahan (Landschaap) ini dibentuk berdasarkan perjanjian pendek dengan pemerintahan Onderafdeling.Berdasarkan perjanjian pendek (KorteVerklaring) tahun 1907, maka di Tanah Karo terdapat 5 (lima) Landschaap yang dikepalai oleh Sibayak yang membawahi beberapa urung yang dikepalai oleh Raja Urung yaitu: a) Landschaap Lingga, membawahi 6 (enam) urung: Sepuluh Dua Kuta di Kabanjahe, Telu Kuta di Lingga, Tigapancur di Tigapancur, Empat Teran di Naman, Lima Senina di Batu Karang, dan Tiganderket di Tiganderket, b) Landschaap Kutabuluh, membawahi 2 (dua) urung: Namo Haji di Kuta Buluh, dan Liang Melas di Samperaya, c) Landschaap Sarinembah, membawahi 4 (empat) urung: Sepuluhpitu Kuta di Sarinembah, Perbesi di Perbesi, Luhar di Juhar, dan Kuta Bangun di Kuta Bangun, d) Landschaap Suka, membawahi 4 (empat) urung: Suka di Suka, Sukapiring/Seberaya di Seberaya, Ajinembah di Ajinembah, dan Tongging di Tongging, e) Landschaap Barusjahe, membawahi 2 (dua) urung: Sipitu Kuta di Barusjahe, dan Sinaman Kuta

  

  Pada masa Kemerdekaan RI Struktur pemerintahan di Tanah Karo adalah sebagai berikut: a) Pemerintahan Tanah Karo sebagai alat pemerintahan Pusat yang pada saat itu dikepalai oleh Sibayak Ngerajai Milala, b) Pemerintahan Swapraja yaitu Landschaap: Lingga dengan 6 Urung, Barusjahe dengan 2 Urung, Suka dengan 4 Urung, Sarinembah dengan 4

31 Urung, Kutabuluh dengan 2 Urung.

  Oleh Komite Nasional Indonesia, Tanah Karo dalam sidangnya tanggal 13 Maret 1946, Kabupaten Karo diperluas dengan Daerah Deli Hulu dan Cingkes, dibagi kedalam 3 (tiga) Kewedanaan dengan masing-masing membawahi 5 (lima) Kecamatan yaitu: Pertama, Kewedanaan Kabanjahe membawahi 5 Kecamatan yaitu: Kabanjahe, Tigapanah, Barusjahe, Simpang Empat, dan Payung. Kedua, Kewedanaan Tigabinanga membawahi 5 Kecamatan yaitu: Tigabinanga, Juhar, Munte, Kutabuluh, dan Mardingding. Ketiga, Kewedanaan Deli Hulu membawahi 5 Kecamatan yaitu: Pancur Batu, Sibolangit, Kutalimbaru, Biru-Biru, dan Namo

32 Rambe.

  Susunan Pemerintahan Daerah seperti yang diatur menurut UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah bahwa unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah adalah 30 Pemerintahan Daerah dan DPRD, dimana Pemerintah Daerah sebagai Badan Eksekutif dan 31 Ibid., hal.xivi-xlvii.

  DPRD sebagai Badan Legislatif. Pemerintah Daerah Kabupaten dipimpin oleh seorang Bupati dan dalam menjalankan tugas dan wewenangnya selaku Kepala Daerah dibantu oleh seorang Wakil Bupati.Penyelenggaraan Pemerintah Daerah menggunakan asas Otonomi dan Tugas

33 Pembantuan.

  Sejak Terbentuknya Kabupaten Karo hingga saat ini tercatat ada sebanyak 19 orang yang pernah memimpin Kabupaten Karo.Baik yang melalui pemilihan langsung maupun tidak langsung, baik yang menyelesaikan periode jabatan setelah terpilih maupun tidak selesai seperti Kena Ukur Surbakti dalam kasus ini. Untuk lebih jelas dapat dilihat dari tabel dibawah ini :

  Tabel 2.5 Nama Pemimpin Kabupaten Karo

  No Nama Bupati Masa Bakti

  1 Ngerajai Milala 1945-1946

  2 Mhd. Kosim 1946-1947

  3 Raja Kelelong Sinulingga 1947-1949

  4 Rajin Peranginangin 1950

  5 Rakutta Sembiring Milala 1950-1957

  6 T. Raja Purba 1957

  7 Abdullah eteng 1957-1960

  8 Mayor Matang Sitepu 1960-1966

  9 Drs. Baharuddin Siregar 1966-1969

  10 Kol. Tampak Sebayang, SH 1969-1980

  11 Drs. Rukun Sembiring 1980-1985

  12 Ir. Menet Ginting M.A.D.E 1985-1990

  13 Drs. Rupai Perangin-angin 1990-1994

  14 Kol. Drs. D.D Sinulingga 1995-2000

  15 Drs. IS. Sihotang (Pjs) 2000

  16 Sinar Perangin-angin 2000-2005

  17 Kol. (Pur) Drs. D.D Sinulingga 2005-2010

  18 DR (HC) Kena Ukur Karo Jambi Surbakti 2011-2014

  19 Terkelin S Brahmana, SH (Plt. Bupati) Juli 2014- Sekarang Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, Karo Dalam Angka 2014, BPS Kabupaten Karo , 2014.

  Sama seperti Kabupaten lain di seluruh Indonesia, Kabupaten Karo juga memiliki visi dan misi dalam menjalankan pemerintahannya. Selanjutnya akan disebutkan visi dan misi pemerintahan Kabupaten Karo. Visi pembangunan Kabupaten Karo adalah, “Terwujudnya Masyarakat Karo yang Makmur dan Sejahtera Berbasis Pembangunan Pertanian dan Pariwisata yang berwawasan lingkungan.”Dan misi pembangunan Kabupaten Karo adalah, 1) Meningkatkan kapasitas dan profesionalisme aparatur. 2) Meningkatkan produksi pertanian dan pemasaran hasil pertanian setor unggulan yang berdaya saing melalui dukungan agro industri. 3) Membangun dan atau meningkatkan kuantitas dan kualitas daerah tujuan wisata yang mampu meningkatkan kunjungan wisatawan domestik maupun mancanegara. 4) Membangun dan meningkatkan kualitas infrastruktur yang menjangkau sentra produksi, kawasan strategis dan wilayah terisolir yang memiliki dampak terhadap percepatan pembangunan ekonomi daerah. 5) Menjamin dan meningkatkan kuantitas serta kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat secara merata. 6) Mengembangkan dan memperkuat ekonomi kerakyatan yang saling bersinergi dan berkelanjutan. 7) Meningkatkan kualitas dan aksesibilitas pendidikan. 8) Melakukan harmonisasi dan sinergitas hubungan antar tingkat pemerintahan dalam pembangunan kewilayahan melalui pemantapan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten (RTRWK) secara

   berkelanjutan. 9) Memperkuat kapasitas kelembagaan dan SDM masyarakat. Dari visi dan misi pembangunan pemerintahan Kabupaten Karo dapat dilihat bahwa pemerintahan Kabupaten Karo lebih berfokus dalam peningkatan keunggulan pertanian yang dimiliki oleh Kabupaten Karo. Fokus selanjutnya adalah peningkatan dalam wisata alam Kabupaten Karo, penigkatan kualitas infrastruktur, peningkatan kualitas pelayanan kesehatan secara merata, memperkuat ekonomi kerakyatan, peningkatan kualitas pendidikan, sinergitas antar tingkat pemeritahan secara berkelanjutan dan memperkuat sumber daya masyarakat.

  Penduduk asli yang mendiami wilayah Kabupaten Karo disebut Suku Bangsa Karo.Suku Bangsa Karo ini mempunyai adat istiadat yang sampai saat ini terpelihara dengan baik dan sangat mengikat bagi Suku Bangsa Karo sendiri. Suku ini terdiri 5 (lima) Merga, Tutur Siwaluh, dan Rakut Sitelu. Dari suku bansa ini akan dijelaskan lagi sub-sub dari suku masing-masing, yaitu :Pertama, Merga Silima yakni: Karo-Karo, Ginting, Sembiring, Tarigan, Perangin-angin.

  Dari kelima Merga tersebut di atas, masih terdapat sub-sub Merga. Berdasarkan Merga ini maka tersusunlah pola kekerabatan atau yang dikenal dengan Rakut Sitelu, Tutur Siwaluh dan Perkade-kaden Sepuluh Dua Tambah Sada Rakut Sitelu yaitu: Senina/Sembuyak, Kalimbubu, Anak Beru. Kedua, Tutur Siwaluh yaitu: Sipemeren, Siparibanen, Sipengalon, Anak Beru, Anak Beru Menteri, Anak Beru Singikuri, Kalimbubu, Puang Kalimbubu. Ketiga, Perkade-kaden Sepuluh Dua: Nini, Bulang, Kempu, Bapa, Nande, Anak, Bengkila, Bibi, Permen, Mama, Mami,

35 Bere-bere.

  Dalam perkembangannya, adat Suku Bangsa Karo terbuka, dalam arti bahwa Suku Bangsa Indonesia lainnya dapat diterima menjadi Suku Bangsa Karo dengan beberapa persyaratan adat. Masyarakat Karo kuat berpegang kepada adat istiadat yang luhur, merupakan modal yang dapat dimanfaatkan dalam proses pembangunan. Dalam kehidupan masyarakat Karo, idaman dan harapan (sura-sura pusuh peraten) yang ingin diwujudkan adalah pencapaian 3

  (tiga) hal pokok yang disebut Tuah, Sangap, dan Mejuah-juah.Pertama, Tuah berarti menerima berkah dari Tuhan Yang Maha Esa, mendapat keturunan, banyak kawan dan sahabat, cerdas, gigih, disiplin dan menjaga kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup untuk generasi yang akan datang. Kedua, Sangap berarti mendapat rejeki, kemakmuran bagi pribadi, bagi anggota keluarga, bagi masyarakat serta bagi generasi yang akan datang. Ketiga, Mejuah-juah berarti sehat sejahtera lahir batin, aman, damai, bersemangat serta keseimbangan dan keselarasan antara manusia dengan manusia, antara manusia dan lingkungan, dan antara manusia dengan Tuhannya. Ketiga hal tersebut adalah merupakan satu kesatuan yang bulat yang tak dapat

   dipisah-pisahkan satu sama lain.

  Wilayah pemerintahan Kabupaten Karo sejak tanggal 29 Desember 2006 resmi berubah dari 13 kecamatan menjadi 17 Kecamatan dan 269 Desa/ Kelurahan yaitu: 1) Kecamatan Kabanjahe, sebanyak 8 desa dan 5 Kelurahan, 2) Kecamatan Berastagi, sebanyak 6 Desa dan 4 Kelurahan, 3) Kecamatan Tigapanah, sebanyak 26 Desa. 4) Kecamatan Dolat Rayat sebanyak 7 Desa. 5) Kecamatan Merek, sebanyak 19 Desa. 6) Kecamatan Barusjahe, sebanyak 19 Desa. 7) Kecamatan Simpang Empat, sebanyak 17 Desa 8) Kecamatan Naman Teran sebanyak 14 Desa.

  9) Kecamatan Merdeka sebanyak 9 Desa. 10) Kecamatan Payung, sebanyak 8 Desa. 11) Kecamatan Tiganderket sebanyak 17 Desa.12) Kecamatan Kutabuluh, sebanyak 16 Desa, 13) Kecamatan Munte, sebanyak 22 Desa. 14) Kecamatan Juhar, sebanyak 25 Desa. 15) Kecamatan Tigabinanga, sebanyak 19 Desa dan 1 Kelurahan. 16) Kecamatan Laubaleng, sebanyak 15 Desa.

  

  17) Kecamatan Mardingding, sebanyak 12 Desa Dari sebanyak 17 Kecamatan yang ada, tidak semua kecamatan memiliki desa dan 36 kelurahan. Adapun kecamatan yang memiliki desa dan kecamatan adalah kecamatan Kabanjahe dengan tambahan 5 kelurahan, kecamatan Berastagi dengan tambahan 4 kelurahan dan desa Tigabinanga dengan tambahan 1 kelurahan.

2.3 Profil Singkat DPRD Kabupaten Karo

  Dewan Perwakilan Rakyat atau sering disebut dengan parlemen, kata parlemen berasal dari kata “parle” yang berarti bicara.Artinya aspirasi masyarakat yang sudah diakomodir dalam sebuah wacana kepentingan rakyat, kemudian harus mereka suarakan atau bicarakan dalam sidang parlemen kepada pemerintah yang berkuasa. Ada tiga tugas utama Dewan Perwakilan Rakyat sebagai pemegang kekuasaan legislatif yang di Indonesia yaitu; memelihara dan menjaga serta memajukan kepentingan Rakyat, membantu dan mengawasi Pemerintah agar menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya, dan menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tiap tahun.

  Yang menjadi sentral adalah memajukan kepentingan rakyat adalah menjadi sasaran utama dari ketiga tugas DPR ini dan membantu dan mengawasi pemerintah serta menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara bertujuan untuk mewujudkan kepentingan rakyat. Ada sejumlah instrumen yang tersedia untuk pelaksanaan tugas DPR yaitu pertama, kewenangan dalam pembuatan Undang-Undang dan atau Perda untuk DPRD yang bertujuan untuk mengatur tata cara pelaksanaan tugas eksekutif dalam menjalankan pemerintahan. Peranan DPR sangat besar dalam pengesahan sebuah RUU dan atau Ranperda untuk DPRD yang diajukan oleh Pemerintah.Kedua, adalah mengawasi Pemerintah.Pengawasan tentu bertujuan agar semua

   aturan yang ada telah mendapat persetujuan DPR terlaksana sebagaimana mestinya. Dalam wacana otonomi daerah, terdapat beberapa unsur pemerintahan yang menjalankan roda pemerintah di daerah.Yang berkaitan dengan pengawasan, pengesahan anggaran daerah, dan legislasi adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).Adapun yang dimaksud dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) adalah lembaga perwakilan rakyat daerah sebagai

  

  unsur penyelenggara pemerintahan daerah. Jadi DPRD bagian dari penyelenggara pemerintahan yang di daerah, baik ditingkat provinsi maupun kabupaten/kota dan bersama-sama dengan pemerintah daerah mewarnai sistem otonomi daerah.

  Dalam kaitan perwakilan, DPRD sebagai perwakilan dari masyarakat yang duduk di lembaga penyelenggaraan pemerintahan daerah dan mempunyai fungsi merumuskan kemauan rakyat itu melalui pembuatan perda yang mengikat seluruh rakyat di daerah tersebut.Sehingga DPRD dapat juga dikatakan sebagai pembuat keputusan yang menyangkut kepentingan umum.

  Menurut Pasal 13 UU No. 5 Tahun 1974 : ” Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah”. Dengan demikian maka dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah ada pembagian yang jelas dalam kedudukan yang sama tinggi antara Kepala Daerah dan DPRD, yaitu Kepala Daerah memimpin eksekutif dan DPRD bergerak dalam bidang legislatif. Akan tetapi DPRD tidak boleh mencampuri urusan eksekutif.Dan dalam

   Undang-undang ini tidak mengenal lembaga BPH atau DPD.

  Susunan Pemerintahan Daerah seperti yang diatur menurut UU No.22 Tahun 1999 bahwa di daerah di bentuk DPRD sebagai Badan Legislatif Daerah dan Pemerintahan Daerah sebagai Badan Eksekutif Daerah. Kepala Daerah Kabupaten disebut Bupati, dan dalam melaksanakan

   39 tugas dan kewenangan selaku Kepala Daerah, Bupati dibantu oleh Seorang Wakil Bupati. 40 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, Pasal 40. 41 BN Marbun, DPRD Pertumbuhan dan Cara Kerjanya,Jakarta: Pustaka Sinar Harapan , 2006, hal.76.

  Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, Karo Dalam Angka 2014, BPS Kabupaten Karo , 2014. hal. xlvii.

  Sejak dibentuknya Kabupaten Karo hingga saat ini lembaga Legislatif Kabupaten Karo telah dipimpin oleh 16 orang, dan salah satunya adalah puteri kandung dari Kena Ukur Karo Jambi Surbakti, Nora Else Surbakti yang justru duduk sebagai ketua DPRD Kabupaten Karo setelah terjadinya pemberhentian Kena Ukur oleh DPRD Karo periode sebelum kepemimpinannya. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat dalam tabel 6 dibawah ini :

  Tabel 2.6 Ketua DPRD Kabupaten Karo

  No. Nama Ketua DPRD Masa Bakti

  1. Selamat Ginting 1950-1955

  2. Tokoh Purba 1955-1959

  3. Matang Sitepu 1959-1962

  4. Tampe Perangin-angin 1962-1965

  5. Kolam Bukit 1969-1971

  6. Panjang Barus 1971-1977

  7. Muli Sembiring 1977-1982

  8. Kursi Singarimbun 1982-1987

  9. Kursi Singarimbun 1987-1992

  10. Musim Firman Tarigan 1992-1997

  11. Natangsa Suka Tendel 1997-1999

  12. Bon Purba 1999-2004

  13. R. Romanus Purba 2004-2009

  14. Siti Aminah BR Perangin-angin 2009-2011

  15. Effendy Sinukaban, SE 2011-2014

  16. Nora Else Surbakti 2014- Sekarang Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, Karo Dalam Angka 2014, BPS Kabupaten Karo , 2014.

  Untuk Menetapkan Anggota DPRD Karo Periode Tahun 2009-2014 telah ditetapkan Wilayah daerah pemilihan yang terdiri dari : a) daerah pemilihan I: Kabanjahe, b) Daerah pemilihan II: Berastagi, Simpang Empat, Merdeka dan Namanteran, c) Daerah Pemilihan III: Tigapanah, Barusjahe, Merek dan Dolat Rayat, d) Daerah Pemilihan IV: Munte, Payung, Kutabuluh dan Tiganderket, e) Daerah Pemilihan V: Tigabinanga, Juhar, Laubaleng dan

42 Mardingding.

  Adapun nama-nama anggota DPRD Kabupaten Karo pada saat pemakzulan Kena Ukur Karo Jambi Surbakti yang dilakukan anggota DPRD pada periode 2009-2014 yaitu :

  Tabel 2.7 Anggota DPRD Kabupaten Karo Periode 2009-2014

NO NAMA JABATAN

  1 Effendy Sinukaban, SE Ketua DPRD

  2 Ferianta Purba, SE Wakil Ketua DPRD

  3 Onasis Sitepu, ST Wakil Ketua DPRD

  4 Aceh Silalahi Anggota DPRD

  5 Alar Karo-karo Anggota DPRD

  6 Drg.Bantuan Purba, M.Si Anggota DPRD

  7 Chairani Br Bako Anggota DPRD

  8 Drs.Darta Bangun Anggota DPRD

  9 Ir. Edi Ulina Ginting Anggota DPRD

  10 Eka Jaya Sitepu, SE Anggota DPRD

  11 Frans Dante Ginting Anggota DPRD

  12 Gilbert Ginting Anggota DPRD

  13 Harapan Sitepu Anggota DPRD

  14 Harison Sitepu, SE Anggota DPRD

  15 Inganta Kembaren, SH Anggota DPRD

  16 Join Fransisco Ginting Anggota DPRD

  17 Makmur Jambak, SPdi Anggota DPRD

  28 Sentosa Sinuligga Anggota DPRD

  35 Ir. Thomas Sitepu Anggota DPRD Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, Karo Dalam Angka 2014, BPS Kabupaten Karo , 2014.

  34 Suranta Sitepu, SSi Anggota DPRD

  33 Suranta Ginting, SE Anggota DPRD

  32 Sumihar Sagala, SE Anggota DPRD

  31 Sudirman Ginting Anggota DPRD

  30 Sudarto Sitepu Anggota DPRD

  29 Siti Aminah Br Perangin-angin, SE Anggota DPRD

  27 Saut Guring Anggota DPRD

  18 Martin Luter Sinulingga Anggota DPRD

  26 Sarijon Bako, SP Anggota DPRD

  25 Rendra Gaulle Ginting, SH Anggota DPRD

  24 Dra. Remita Br Sembiring Anggota DPRD

  23 Perhiasen Trywaty Br Ginting Anggota DPRD

  22 Pengamat Sembiring, SE Anggota DPRD

  21 Nantanail Ginting, SE Anggota DPRD

  20 Ir. Monni Pandia Anggota DPRD

  19 Masdin D.T Ginting Anggota DPRD

  Disetiap periode jabatan dalam lembaga legislatif, terdapat banyak keputusan yang dikeluarkan baik berupa peraturan daerah, anggaran dan lain-lain. Dalam tabel dibawah ini akan diperlihatkan jenis keputusan yang dikeluarkan oleh DPRD masa kepemimpinan Effendy Sinukaban. Adapun jenis keputusan yang sudah dibuat oleh DPRD Kabupaten Karo periode 2009-2014 adalah :

  Tabel 2.8 Keputusan DPRD Kabupaten Karo

  No Jenis Keputusan Jumlah

  1 Peraturan Daerah

  4

  2 Keputusan DPRD

  6

  3 Peringatan

  4 Pernyataan

  1

  5 Resolusi

  6 Kesimpulan

  7 Keputusan Pimpinan DPRD

  2

  8 Memorandum

  9 Pendapat Panitia Anggaran

  1 Jumlah

  14 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, Karo Dalam Angka 2014, BPS Kabupaten Karo , 2014 .

  Selanjutnya DPRD selama 5 tahun masa jabatannya juga melakukan beberapa jenis kegiatan, seperti rapat paripurna, rapat komisi, rapat anggaran dan lain-lain. Utuk lebih jelasnyadapat dilihat dalam tabel 9 dibawah ini. Adapun jenis kegiatan yang sudah dilaksanakan oleh DPRD Kabupaten Karo adalah :

  Tabel 2.9 Kegiatan DPRD Kabupaten Karo

  No Jenis Kegiatan Jumlah

(1) (2)

  1 Paripurna Istimewa

  4

  2 Paripurna Terbuka

  24

  3 Paripurna Khusus

  4 Rapat-rapat

  84

  • Rapat Banmus (Badan Musyawarah)

  16

  • Rapat Pimpinan

  21

  • Rapat Kerja

  21

  • Rapat Gabungan Komisi/Dengar Pendapat

  26

  5 Panitia Anggaran

  10

  6 Rapat Panitia Khusus

  5

  7 Rapat Kerja Komisi Rapat Dengar Pendapat

  5

  • Komisi A -Komisi B -Komisi C

  1

  4

  8 Rapat Rutin Komisi I Jumlah 132 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, Karo Dalam Angka 2014, BPS Kabupaten Karo , 2014.

  Dari tabel diatas 9 dapat dilihat bahwa DPRD Kabupaten Karo paling banyak melakukan kegiatan rapat seperti rapat Banmus, rapat Pimpinan, rapat kerja, dan rapat gabungan/dengar pendapat yang bila ditotal sebanyak 84 kali rapat.

2.4 Profil DPC Partai Demokrat Kabupaten Karo dan Profil Kena Ukur Karo Jambi Surbakti

  Partai Demokrat kabupaten karo berdiri melalui MUSCAB I Partai Demokrat kabupaten karo pada tanggal 12-13 Maret 2005 di Berastagi.Artinya pada tahun itulah terbentuk kepengurusan pertama DPC Partai Demokrat Kabupaten Karo untuk mengemban tugas sebagai organisasi politik.Tugas yang dimaksud disini adalah peraturan dan visi misi sebagaimana yang telah diatur dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PD maupun ketentuan ketentuan serta ketetapan organisasi yang menjadi kebijakan DPP Partai Demokrat. Awal berdirinya Dewan Pimpinan Cabang Kabupaten Karo dipimpin oleh Drg. Bantuan Purba M.Si sebagai ketua umum dan Masa Sinulingga sebagai sekertaris umum untuk masa bakti 2005-2011. Struktur awal DPC ditetapkan melalu Surat keputusan Dewan Pimpinan Daerah Tk. I Sumatera Utara dengan No. 29/SK/SU/DPD.PD/VII/2006 tertanggal 01 Agustus 2006 dan menyusul kembali Surat Dewan Pimpinan Pusat No. 33/SK/DPP.PD/DPC/III/2009 tertanggal 23 Maret

   2009 tentang susunan dan personalia DPC Partai Demkrat Kab. Karo masa bakti 2005-2011.

  Sejak dilaksanakannya Muscab I PD Kabupaten Karo pada bulan Maret 2005, kegiatan- kegiatan awal yang menjadi prioritas partai adalah pelaksanaan Musancab ( Musyawarah Anak Cabang) di Kabupaten Karo yang terdiri dari 17 kecamatan. Dari kerja keras kader Partai Demokrat Kabupaten Karo dalam mensukseskan agenda ini maka terbentuklah DPAC di setiap

   kecamatan dan Pengurus Ranting di 258 desa dan kelurahan.

  Untuk menjalankan suatu organisasi tentu dibutuhkan suatu struktur yang mengatur tentang pembagian kerja anggota organisasi dalam menjalankan tugas dan fungsi organisasi tersebut.Sehingga pasca pendirian partai Demokraat Kabupaten karo dibentuklah susunan kepengurusan yang diputuskan oleh internal partai. Adapun bentuk susunan Kepengurusan DPC Partai Demokrat Kabupaten Karo masa bhakti 2011-2016 adalah sebagai berikut :

43 Sumber data : Data Laporan Pertanggungjawaban DPC Partai Demokrat Kab. Karo masa bakti 2005-2011 pada

  Gambar 2.1 Struktur Kepengurusan DPC Partai Demokrat Kabupaten Karo masa bhakti 2011-2016

  DR (HC) Kena Ukur Karo Jambi Surbakti Ketua Umum Drg. Bantuan Purba, M.Si Masa Sinulingga Jhon Heri Sembiring Wakil Ketua I Sekertaris Umum

  Bendahara Umum Mustra Perangin-angin, SS Irwan Sitepu

  Lisada Ulina br Girsang, SE Sekertaris I Wakil Ketua II

  Bendahara I Nataleo Kaban, SH Usaha Pelawi, SE Sekertaris II Bendahara II Akorta Ginting, S.Pd

  Sekertaris III Sumber : Data Laporan Pertanggungjawaban DPC Partai Demokrat Kab. Karo masa bakti 2005-2011 pada Muscab

II. Struktur kepengurusan ini ditetapkan oleh partai melalui hasil Musayawarah Cabang ke II Partai Demokrat Kabupaten Karo yang dilaksanakan di Berastagi pada tanggal 30 Juni 2014.

  Kepengurusan ini di tetapkan dengan keputusan MUSCAB II Partai Demokrat dengan nomor :

   09/MUSCAB II/PD/Kabupaten Karo/I/2011.

  Kebijakan Umum Partai Demokrat terdiri dari Satuan Tugas pokok, target realitis, pokok strategi dan sasaran, serta tahapan dan pokok kegiatan. Pertama, tugas pokok : 1) Membulatkan dan menyamakan visi dan misi politik partai Demokrat, dalam upaya menyukseskan agenda konsolidasi partai, yang meliputi konsolidasi kelembagaan kaderisasi dan keanggotaan. 2) Mengembangangkan, serta mensosialisasikan sikap politik partai Demokrat, yang demokratis berbasis kebangsaan, religius dan merakyat melalui program penggalangan territorial, terutama didaerah basis untuk meraih simpati masyarakat pada setiap linkungan TPS, serta melalui program penggalangan fungsional untuk memperkuat basis partai di semua kelompok strategis.

  3) Membangun opini yang lebih meningkatkan citra calon anggota legislatif dan partai Demokrat, melalui berbagai kegiatan dan pendekatan yang dapat menimbulkan simpati masyarakat secara luas, dengan dukungan media massa secara efektif. 4) Memperkuat peran calon Anggota Legislatif dan partai di kecamatan dan desa melalui kader, fungsionaris dan simpatisan partai, yang menjadi pimpinan maupun penggerak kegiatan di lingkungan supra dan infra struktur politik Kabupaten Karo, sehinga dapat memberi manfaat bagi masyarakat khususnya dikawasan basis suara partai.

  Kedua , target: 1) Merebut kepercayaan masyarakat Karo dalam Pemilihan umum dengan

  dukungan perolehan suara sekurang-kurangnya 20% total suara sah dalam Pemilu. 2) Meraih komposisi kursi terbesar dalam Kursi DPRD Kabupaten Karo, yang menjadi persyarat Demokrat sebagai partai pemenang Pemilu di Kabupaten Karo.

  Ketiga , Pokok Strategi dan Sasaran: 1) Konsolidasi meningkatkan solidaritas Partai serta

  militansi kader, anggota dan simpatisan Partai segenap jajaran dan tingkatan partai se-Kabupaten Karo. Dimana konsolidasi lebih ditekankan pada penguatan struktur kelembagaan partai sampai ketingkat paling bawah. 2) Penggalangan untuk menyentuh hati nurani rakyat sehingga bersimpati memilih calon anggota legislatif yang didukung Partai Demokrat dalam Pemilu 2014.

  3) Perkuat Basis, untuk memperluas basis dukungan terhadap calon di kecamatan, desa atau

   kelurahan. 4) Pembinaan Opini, untuk meningkatkan citra calon dikalangan masyarakat luas.

  Kesimpulan dari proses ini adalah bagaimana kemapuan Partai Demokrat melakukan Kaderisasi, mulai dari tingat kabupaten, hingga tingkatan terendah serta organisasi bawahan partai, dengan kondisi demikian kekuatan partai bukan hanya terpusat pada pengurusan partai di tingkat DPC di kabupaten Karo, tetapi memiliki kekuatan ataupun mesin politik sampai kepada tingkatan yang bersinggungan langsung dengan grass rout (masyarakat akar rumput).

  Selanjutnya dalam penunjukan pengurus Pimpinan Kelurahan dan Pimpinan Desa Partai Demokrat, selalu mengutamakan, orang yang menjadi tokoh masyarakat, atau dikenal luas oleh masyarakat di setiap desa. Keberadaan pengurus desa, ini selalu dimonitor oleh pengurus kecamatan, dengan melakukan evaluasi terhadap proses kaderisasi dan kesolidan pengurus pada saat rapat-rapat internal Demokrat di tingkat kecamatan. Kemudian hasil pembahasan di tingkat kecamatan akan di konsultasikan kembali dalam rapat harian pengurus Partai Demokrat di tingkat Kabupaten, yang ditujukan untuk megetahui permasalahan yang terjadi dan pemenangan yang akan dilakukan. Karena pada dasarnya desain pemenangan Demokrat dalam Pemilu sangat bertumpu dari kekuatan konsolidasi dalam Internal Partai, dan militansi kader untuk mewujudkan cita-cita partainya.

  Karena dengan hal inilah Partai Demokrat meyakini, akan mampu bertahan dan tetap dipercaya oleh kadernya sebagai perwakilan mereka di parlemen Kabupaten Karo, di tengah pertarungan politik yang begitu ketat dari seluruh partai politik kompetitor Partai Demokrat pada saat Pemilihan Umum di langsungkan. Atau dengan kata lain kunci kesuksesan Partai Demokrat dalam memenangkan Pemilu, terletak pada mesin partai yang kuat, dengan di barengi kesolidan kader-kadernya seperti yang disampaikan oleh Jidin Ginting sebagai Ketua Fraksi Partai Demokrat : “ya menurut saya kunci kesuksesan Partai Demokrat dalam memenangkan Pemilu terletak pada mesin partai yang kuat dengan dibarengi kesolidan kader-kadernya, itu saja saya

  

  rasa ya.” Profil Kena Ukur penting untuk diketahui dalam hal ini adalah karena Kena Ukur merupakan objek dari pemberhentian Bupati yang diteliti dalam tulisan ini. Adapun profil singkat dari Mantan Bupati Kabupaten Karo Kena Ukur Karo Jambi Surbakti yang diperoleh adalah, nama lengkap Kena Ukur Surbakti. Nama Karo Jambi merupakan nama catutan seperti yang dikatakan oleh Irwan Sitepu : “Karo Jambi itu kan maksudnya orang Karo yang berada di Jambi dulu masih pake sandal itu. Kalau namanya Kena Ukur itu namanya, Karo Jambi kan

  

  panggilan itu di Jambi.” Jadi nama yang terkenal selama ini “Karo Jambi” merupakan nama panggilan yang sudah terkenal yang di dapat oleh Kena Ukur selama merantau di Jambi sebagai pengusaha. Kena Ukur lahir di Kabupaten Karo tepatnya di Kutambaru pada tanggal 17 November 1946. Ketika menjabat sebagai Bupati, Kena Ukur tinggal dan beralamat di jalan Veretan No.40 Gunung Leto, Kecamatan Kabanjahe, Kabupaten Karo.Ken Ukur menganut agama Kristen Protestan dan merupakan runggun di GBKP (Gerja Batak Karo Protestan) di Kabanjahe.

  Selanjutnya mengenai riwayat pendidikan yang ditempuh oleh Kena Ukur selama hidupnya yang membawanya pula hingga menjabat menjadi Bupati Karo pada tahun 2011.

  Adapun riwayat pendidikan yang ditempuh oleh Kena Ukur adalah : 1) Lulus SR di Tiganderket 47 (sekarang SD Negeri No. 040487 Tiganderket) tahun 1962. 2) Lulus SLTP N 1 Kabanjahe tahun

  

Hasil wawancara dengan Jidin Ginting, SH ketua Fraksi PD DPRD Kab. Karo pada tanggal 23 Maret 2014 pukul

48 15:15 WIB di Kantor DPRD Kabupaten Karo.

  1865 (dengan SKPI tahun 2003). 3) Lulus STM Negeri 1 Kp Baru Medan 1968 (dengan SKPI

   yang dikeluarkann oleh SMK Negeri 2 Medan pada tahun 2010).

  Dari keterangan riwayat pendidikan diatas dapat ditemukan banyak sekali kejanggalan, yang mana masalah ini merupakan salah satu pemicu timbulnya rencana pemberhentian beliau oleh DPRD Kabupaten Karo. Kejanggalan-kejanggalan yang ditemukan tersebut dimulai dari :

  

Pertama , Kena Ukur Surbakti lahir pada tahun 1946 dan lulus SR pada tahun 1962 yang berarti

  bahwa beliau lulus pada usia 16 tahun. Kedua, Kena Ukur Surbakti masuk STM dengan tahun ajaran tahun 1968 dan lulus pada tahun 1968 juga. Ketiga, pada keterangan (gambar SKPI Kena Ukur) ditulis dan diakui bahwa Kena Ukur merupakan siswa di STM Negeri 1 Kp Baru Medan, namun SKPI beliau dikeluarkan oleh SMK Negeri 2 Medan. Keempat, dalam keterangan pengeluaran SKPI STM, SMK Negeri mengeluarkannya pada tahun 2010 sementara pada tahun 2005 Kena Ukur Surbakti sudah menjadi calon Bupati Kabupaten Karo.

  Sebelum menjabat sebagai Bupati Karo, Kena Ukur telah banyak memimpin organisasi dan memiliki perusahaan yang karena begitu banyaknya hingga tidak dapat disebutkan satu persatu. Kena Ukur Surbakti Juga memiliki perkebunan yang begitu luas,seperti yang dikatakan oleh Irwan Sitepu : “Dia juga pemilik Perusahaan PT. Karo Jambi, ada lebih 10 kurasa

  

  perusahaanya sangkin banyaknya jadi lupa.” Melalui wawancara yang sama dapat diketahui juga beberapa organisasi maupun partai dan perusahaan yang dipimpin oleh Kena Ukur yang tercatat sejak tahun 2013. Adapun riwayat pekerjaan Kena Ukur yang diperoleh antara lain: 1) Ketua Pemuda Merga silima se-Indonesia pada tahun 2003. 2) Anggota DPRD Tk.II dari partai Golkar pada tahun 2004. 3) Calon Bupati 49 Kabupaten Karo dari Partai PDI P pada tahun 2005. 4) Ketua PNI Marhaenisme pada tahun

  2007. 5) Ketua PKPB (Partai Karya Peduli Bangsa) pada tahun 2008. 6) DPRD Tk.II pada tahun 2009. 7) Bupati Kabupaten Karo pada tahun 2010. 8) Ketua DPC Partai Demokrat Kabupaten Karo pada tahun 2011. 9) Pemilik Perusahaan PT. Karo Jambi dan perkebunan sawit di Jambi.

  Dari keterangan diatas ditemukan fakta bahwa Kena Ukur sudah beberapa kali berpindah-pindah partai. Mulai dari partai Golkar yang membawanya duduk sebagai anggota DPRD Kabupaten Karo pada tahun 2004, berselang kurang dari setahun beliau mencalonkan diri sebagai Bupati Karo bersama Siti Aminah Br Perangin-angin dengan diusung partai PDI Perjuangan. Selanjutnya pada tahun 2007 Kena Ukur menjadi ketua Partai Nasional Indonesia (PNI) Marhaenisme, berselang kurang dari setahun pula ia menjadi ketua PKPB (Partai Karya Peduli Bangsa) yang membawanya kembali menjadi anggota DPRD Kabupaten Karo dan berhasil memenangkan Pemilihan Umum Daerah dan menjadi Bupati Kabupaten Karo pada tahun 2010. Dengan waktu yang sama pula kurang dari setahun, Kena Ukur kemudian menjadi ketua DPC Partai Demokrat Kabupaten Karo pada tahun 2011 hingga saat ini.