BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Kualitas Layanan 2.1.1.1 Pengertian Kualitas Layanan - Pengaruh Kualitas Layanan, Kepercayaan, Image terhadap Kepuasan Nasabah di PT. BPR ( Bank perkreditan Rakyat ) Milala Medan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Kualitas Layanan

2.1.1.1 Pengertian Kualitas Layanan

  Kualitas (quality) merupakan konstruksi yang penting dalam administrasi digunakan untuk menjelaskan pengertian kualitas layanan dalam berbagai konteks. Penelitian administrasi nasabah, kualitas harus dikonseptualisasikan dengan suatu definisi operasional sehingga dapat diukur dengan suatu instrumen yang dibuat untuk keperluan yang lebih komprehensif dalam pengembangan ilmu pengetahuan.

  Goetsch dan Davis (dalam Oemi, 2007:9) mengemukakan bahwa kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan jasa dan jasa layanan, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Definisi tentang kualitas, baik yang konvensional maupun yang strategik, dapat dikatakan bahwa pada dasarnya kualitas mengacu kepada pengertian pokok yaitu kualitas yang terdiri dari sejumlah keistimewaan jasa, baik keistimewaan langsung maupun keistimewaan atraktif yang memenuhi keinginan dan kepuasan nasabah serta kualitas terdiri dari segala sesuatu yang bebas dari kekurangan atau kerusakan. Kualitas juga mengacu kepada segala sesuatu yang menentukan kepuasan nasabah, maka suatu jasa yang dihasilkan baru dapat dikatakan berkualitas apabila sesuai dengan keinginan nasabah, dan dapat dimanfaatkan dengan baik, dengan cara yang baik dan benar. Suatu kualitas layanan akan komperatif dengan unsur-unsur yang mendukungnya, yaitu: (1) adanya jasa yang sesuai dengan bentuk layanan yang dapat memberikan kepuasan kepada nasabah, (2) penyampaian informasi yang kompleks, terformalkan dan terfokus di dalam penyampaiannya, sehingga terjadi bentuk-bentuk interaksi antara pihak yang memberikan layanan jasa dan yang menerima jasa, dengan lingkungan jasa yang dimiliki oleh suatu organisasi.

  Pengertian kualitas layanan merupakan suatu pengertian yang mencakup berbagai penilaian terhadap bentuk-bentuk layanan yang diterima yang bertumpu kepada tiga bentuk kualitas layanan. Ketiga komponen tersebut merupakan satu kesatuan yang saling utuh dan terpadu di dalam mengembangkan suatu layanan dalam rangka memenuhi kepuasan nasabah. Selanjutnya bahwa untuk mengembangkan kualitas lingkungan fisik yang memengaruhi kualitas jasa, maka kondisi ambient, desain dan faktor sosial tidak dapat diabaikan. Apabila ketiga hal tersebut terpenuhi, maka secara langsung atau tidak langsung pihak layanan jasa akan memberikan apresiasi tentang kualitas jasa yang diterimanya.

  Berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas, maka dapat dipahami bahwa kualitas jasa layanan yang diterapkan oleh pihak provider pada umumnya bertumpu kepada kualitas jasa, penyampaian jasa dan lingkungan jasa yang secara rinci berwujud kualitas interaksi, kualitas lingkungan fisik dan hasil kerja yang indikator-indikatornya terbangun dari indikator sikap, perilaku dan keahlian yang menyusun suatu kualitas interaksi, indikator kondisi ambient, desain, faktor sosial merupakan penyusun dari kualitas lingkungan fisik, sedangkan indikator waktu tunggu, bukti fisik dan valensi merupakan indikator yang menyusun kualitas hasil.

  Di antara ketiga variabel-variabel kualitas interaksi, kualitas lingkungan fisik dan kualitas hasil merupakan variabel-variabel yang membentuk kualitas jasa layanan organisasi. Model kualitas layanan adalah suatu model yang menekankan pada pentingnya penerapan kualitas layanan dalam rangka memberikan atau memenuhi kepuasan nasabah. Setiap nasabah senantiasa menilai pentingnya bentuk material atau non material tapi jauh daripada itu bahwa suatu konsep kualitas adalah terpenuhinya secara menyeluruh baik intrinsik maupun ekstrinsik.

2.1.2 Kepercayaan

  Kepercayaan (believeness ) pada prinsipnya adalah suatu penilaian yang tidak meragukan tentang sebuah tindakan dari sebuah proses yang dilakukan secara sadar dan terencana untuk menunjukkan bukti bahwa suatu tindakan dapat dilaksanakan dengan konsekuen. Osborn dan Gaebler (dalam Martul, 2007) menyatakan bahwa wujud konkrit dalam suatu kegiatan layanan administrasi nasabah adalah kepercayaan. Suatu yang penting dalam kegiatan layanan adalah kepercayaan. Menyikapi suatu kepercayaan tidak terlepas dari adanya teori etika menurut Arisutha (2005) mengungkapkan bahwa proses pengambilan keputusan dalam aktivitas layanan nasabah selalu dimaknai sebagai sebuah etika yang menjadi simbol kepercayaan layanan. Etika kepercayaan layanan dimulai dari: 1) tahap agenda setting, analisa masalah, identifikasi kriteria; 2) tahap analisis kebijakan, formulasi dan legitimasi dan adopsi; 3) tahap alokasi sumber daya implementasi dan manajemen; 4) tahap evaluasi proses, evaluasi akhir dan analisis kebijakan yang sedang berjalan.

  Keempat tahap ini menjadi etika yang diyakini sebagai sebuah konsep kepercayaan layanan. Dekker (2008), menyatakan bahwa nasabah menyenangi yang berkompetensi, memiliki kebajikan dari layanan yang diterima, mempunyai integritas dalam mendapatkan layanan yang jujur dan memiliki layanan yang terprediksi. Membangun sebuah paradigma kepercayaan layanan menjadi penting. Memahami kepercayaan layanan dalam suatu organisasi menjadi urgen apabila konstruksi kepercayaan dibangun berdasarkan kompetensi yang mengarah pada peningkatan kualitas kerja, yang dilandasi dengan dasar-dasar dan prinsip kebajikan layanan yang dinilai mengandung filosofi dasar melayani, memiliki integritas hubungan yang saling komparatif dengan wujud layanan yang bermanfaat dan tepat guna, yang selanjutnya kepercayaan layanan tidak terlepas dari adanya suatu prediktibilitas layanan yang tepat waktu. Teori kesopanan menyatakan layanan yang dilakukan secara sopan dan ramah merupakan wujud layanan yang baik. Semakin baik layanan yang ditunjukkan, semakin memberikan prioritas kebajikan yang dirasakan dalam meyakini perlakuan layanan yang dapat dipercaya.

2.1.3 Image

  Image dapat didefinisikan sebagai persepsi atas organisasi yang terdapat dalam ingatan nasabah dan bertindak sebagai penyaring yang mempengaruhi persepsi atas operasi organisasi (Dekker, 2008). Berikut ditunjukkan model layanan.

  Keinderaan Nasabah

  Kesan Kondisi

  Positif Obyek

  Provider Hasil Layanan

  Negatif Gambar 2.4

  Model Image Layanan Nasabah Gambar tersebut menunjukkan bahwa suatu image layanan diawali dari adanya pengamatan berdasarkan keinderaan nasabah untuk menilai kesan layanan yang diterima atas tindakan atau perlakuan provider terhadap obyek layanan yang diberikan, yang melahirkan sebuah hasil image yang ditanggapi berdasarkan alasan positif bila nilai layanan tersebut memuaskan dan beralasan negatif bila nilai layanan mengecewakan. Mengkaji sebuah pernyataan tentang image layanan, selalu berkaitan dengan kesan positif atau negatif. Biasanya kesan positif menjadi sebuah kesan yang memberikan apresiasi yang tinggi bahwa dalam menilai sebuah layanan yang baik harus tumbuh dari kesan yang positif tentang layanan yang diterima. Menilai image layanan yang positif tergambar adanya reputasi, keberhasilan, keunggulan dan familiar sedangkan gambaran tentang layanan yang memiliki kesan negatif terlihat kekecewaan, gugatan, protes dan sanggahan (Dekker, 2008).

  Mengembangkan suatu image layanan selalu memperdebatkan pentingnya image layanan yang diterima oleh nasabah sebagai sebuah proses yang memiliki diterima mampu menjadi sebuah kebanggaan dan menghasilkan sebuah image apresiasi yang tinggi untuk terus mengembangkan layanan yang optimal kepada nasabah. Martul (2007) menyatakan bahwa image layanan yang memiliki apresiasi yang tinggi selalu menjadi bagian penting untuk diperhatikan dan diprioritaskan dalam setiap aktivitas layanan. Image akan memberikan dampak pada nasabah melalui dua cara. Pertama, image bersama dengan lingkungan eksternal seperti komunikasi dari mulut ke mulut yang mengkomunikasikan harapan. Kedua, image yang dapat mendukung atau merusak persepsi nasabah akan nilai, kualitas dan kepuasan.

  Teori Martul (2007) mendefinisikan image sebagai kesan menyeluruh dalam pikiran nasabah tentang suatu organisasi atau perusahaan. Hal ini berhubungan dengan berbagai aturan fisik dan perilaku organisasi atau organisasi tersebut. Samuelson (2008) mendefinisikan image sebagai kesan keseluruhan dari pikiran nasabah setelah merasakan produk atau jasa organisasi atau perusahaan. Dengan kata lain image merefleksikan superoritas, layak dipercaya, kuat dan efisien dalam pikiran nasabah. Mahadzirah dan Awang (2009) membagi image dalam dua komponen yang berbeda disebut dengan fungsional dan emosional. Komponen fungsional berhubungan dengan karakteristik fisik dari organisasi seperti fasilitas, lokasi dan personal sedangkan komponen emosional diasosiasikan dengan dimensi psikologis yang dimanifestasikan sebagai rasa dan sikap terhadap organisasi.

  Penggunaan istilah "satisfaction" dalam era modern saat ini cenderung meluas dan berkaitan dengan kata-kata "satisfactory" (kesesuaian), dan "satisfy" (membuat menjadi menyenangkan). Istilah "kepuasan nasabah" di manajemen administrasi nasabah sendiri memiliki pengertian yang sangat spesifik yaitu memberikan layanan untuk memenuhi kepuasan layanan yang diterima dari pemberi layanan yaitu pemerintah atau birokrasi (Martul, 2007). Kepuasan nasabah merupakan target yang berubah-ubah, sehingga diperlukan adanya suatu gambaran yang lebih jelas mengenai apa kebutuhan nasabah dalam setiap mengadakan transaksi dengan suatu organisasi. Dengan mengandalkan kepuasan sebagai suatu proses, maka definisi kepuasan nasabah akan memusatkan pada asal-usul atau hal-hal yang membangkitkan kepuasan dari pada menjelaskan kepuasan itu sendiri. konsekwensinya, sebahagian besar penelitian telah diarahkan pada pemahaman proses kognitif yang digunakan dalam evaluasi.

  Deskripsi di atas muncul dari teori discrepancy namun dalam perkembangannya juga dipengaruhi oleh teori kontras di mana nasabah akan menggabungkannya setiap perbedaan antara harapan dan evaluasi jasa (Martin, 2008). Teori yang digunakan untuk menjelaskan tentang kepuasan adalah equity

  theory . Menurut teori ini seseorang akan merasa puas bila rasio hasil (outcome)

  yang diperolehnya dibandingkan dengan input yang digunakan dirasakan fair atau adil. Dengan kata lain, kepuasan terjadi apabila konsumen merasakan bahwa rasio hasil terhadap input yang dikeluarkannya proporsional. Perkembangan terakhir sifat dari kepuasan itu sendiri, sedangkan peneliti lainnya memandang kepuasan sebagai respon yang memiliki pengaruh terhadap pengalaman mengkonsumsi dari layanan/barang. Sudut pandang ini mengakui input dari proses perbandingan kognitif tetapi selanjutnya menyatakan bahwa hal tersebut hanya salah satu saja dari faktor yang menentukan "kondisi" kepuasan.

  Dari sudut pandang teori pemenuhan kebutuhan atau teori perilaku yang mengacu kepada teori Maslow, kepuasan dapat dipandang sebagai titik akhir dari proses motivasi, di mana perilaku seseorang diarahkan kepada pencapaian prestasi atau tujuan yang relevan. Teori terakhir yang telah dibuktikan di dalam literatur menyebutkan bahwa hubungan langsung antara kualitas layanan dan behavioral

  

intention di mana kepuasan bertindak sebagai cikal-bakal dan kualitas layanan

  (misalnya hubungan langsung dengan kualitas layanan) dalam kaitannya dengan mempertahankan nasabah ini, O'Maley (2008) mencoba untuk menentukan definisi dari kepuasan nasabah.

  Sebahagian besar literatur menyebutkan bahwa kepuasan nasabah merupakan pendekatan dari ukuran nilai layanan di mana kepuasan nasabah diasumsikan mempengaruhi minat membeli tetapi penelitian mengindikasikan hal yang terlalu disederhanakan jika dikatakan bahwa nasabah yang tidak puas akan tidak loyal (beralih kepada pihak lain) dan nasabah yang puas akan loyal.

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

  Beberapa penelitian terdahulu yang dapat ditelaah dijelaskan di dalam tabel berikut:

  Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu

  Nama Peneliti

  Judul Penelitian

  Variabel Penelitian

  Hasil Penelitian Muhammad

  Ismail (2010)

  Muhammad Fuad

  Randy 2011

  Christiana Okky Augusta Lovenia (2012)

  Pengaruh Kualitas Pelayanan, Citra Perusahaan, Kepercayaan dan Kepuasan Terhadap Loyalitas Nasabah (Studi Kasus Pada Nasabah Bank BRI Cabang Sragen) Pengaruh Kualitas Layanan, Kepercayaan dan Image terhadap Kepuasan Nasabah pada PT Bank SULSELBAR Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Nasabah

  Kualitas Pelayanan Citra Perusahaan Kepercayaan Kepuasan Nasabah Kualitas Layanan Kepecayaan Image Tangibles Reability Responsiveness Assurance Empathy

  Seluruh variabel bebas tersebut bersama-sama berpengaruh signifikan secara parsial maupun simultan terhadap Loyalitas Nasabah.

  Kualitas Layanan, Kepercayaan dan Image berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap Kepuasan Nasabah.

  Kelima variabel bebas tersebut bersama-sama berpengaruh signifikan secara parsial maupun simultan terhadap Kepuasan Nasabah. Penelitian yang ada kaitannya dengan variabel penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Fuad Randy, Muhammad Ismail dan Christiana Okky Augusta Lovenia, tetapi penelitian yang mengkombinasikan pengaruh antara kualitas layanan, kepercayaan serta image terhadap kepuasan nasabah di PT BPR Milala, maka dari itu perlu adanya suatu penelitian yang menggambarkan pengaruh ketiga variabel (kualitas layanan, kepercayaan, image) terhadap kepuasan nasabah di PT BPR Milala.

2.3 Setiap perusahaan perbankan khususnya PT BPR Milala, berupaya

  memberikan pelayanan yang berorientasi pada kepuasan nasabah. Untuk itu diperlukan adanya kebijakan untuk memberikan layanan yang berkualitas kepada setiap nasabah, menanamkan kepercayaan agar nasabah tetap loyal kepada bank dan berupaya untuk menjaga image untuk memberikan kesan tetap menjadi nasabah pada PT. Bank Perkreditan Rakyat Milala. Dalam mewujudkan kepuasan nasabah PT BPR Milala memberikan layanan perbankan kepada nasabah sesuai pemenuhan kebutuhan, keinginan dan harapan untuk mendapatkan layanan yang memuaskan.

  Lebih jelasnya ditunjukkan pada kerangka pikir di bawah ini: Kualitas Layanan

  (X1) Kepuasan Nasabah

  Kepercayaan (Y)

  (X2) Image

  (X3)

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual

2.4 Hipotesis Penelitian

  Hipotesis menurut Erlina (2008:49) adalah proposisi yang dirumuskan dengan maksud untuk di uji secara empiris. Preposisi merupakan ungkapan atau pernyataan yang dapat di percaya, dapat disangkal, atau diuji kebenarannya mengenai konsep atau konstruk yang menjelaskan atau memprediksi fenomena-fenomena. Hipotesis merupakan penjelasan sementara tentang perilaku, fenomena atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau yang akan terjadi. Berdasarkan perumusan masalah dalam penelitian ini pada kerangka konseptual di atas, maka penulis menggunakan penyajian kualitas layanan (X

  1 ), kepercayaan (X 2 ), dan image (X 3 ) berpengaruh

  terhadap kepuasan Nasabah (Y) di PT BPR MILALA baik secara simultan maupun parsial.

BAB III METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah jenis kausal. Menurut Mustafa Edwin (2006:84) desain kausal dilakukan jika peneliti mempelajari

  penyebab dari satu atau lebih masalah. Penelitan kausal tidak hanya terbatas pengaruh satu variabel terhadap variabel lainnya (X mempengaruhi Y), tetapi juga dapat terjadi secara berantai ( X

  1 , X 2 , X 3 mempengaruhi Y). Adapun variabel X 1 ,

  X

  2 , dan X 3 digunakan dalam penelitian ini adalah kualitas layanan, kepercayaan, dan image. Variabel dependen adalah kepuasan nasabah (Y).

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

   Lokasi penelitian dilakukan di PT BPR Milala, Jalan Iskandar Muda

  Nomor 101-B Medan – Sumatera Utara, Telepon: 061-4510604, Fax 061-452438 Waktu penelitian dimulai dari bulan November 2012 sampai dengan bulan Desember 2012.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Kualitas Layanan, Kepercayaan, Image terhadap Kepuasan Nasabah di PT. BPR ( Bank perkreditan Rakyat ) Milala Medan

0 64 89

Pengaruh Kualitas Layanan Dan Kepuasan Nasabah Terhadap Loyalitas Nasabah Pada Perbankan Ritel

0 37 88

Pengaruh Kualitas Layanan SMS Banking terhadap Loyalitas Nasabah pada Bank BRI Iskandar Muda Medan

8 103 108

Analisa Kualitas Layanan terhadap terhadap Kepuasan Nasabah di PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Cabang Sidoarjo Gedangan

0 0 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Kepuasan Nasabah 2.1.1.1. Pengertian Kepuasan Nasabah - Pengaruh Nilai Nasabah, Kualitas Pelayanan, Deposito Mudharabah dan Atribut Produk Syariah Terhadap Kepuasan Nasabah ( Studi Kasus Pada Bank Syariah

0 0 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Kualitas Pelayanan 2.1.1.1 Pengertian Kualitas Pelayanan - Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Loyalitas Pelanggan Melalui Kepuasan Pelanggan Pada BT/BS BIMA Medan

0 1 40

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran Relasional 2.1.1 Pengertian Pemasaran Relasional - Pengaruh Pemasaran Relasional terhadap Kepuasan dan Komitmen pada Nasabah PT. Bank X

1 2 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Kualitas Layanan - Analisis Pengaruh Kualitas Layanan Dan Brand Image Terhadap Keputusan Pelanggan Menggunakan Jasa Kursus Bahasa Inggris The Ark School Sidikalang

0 0 34

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Keamanan - Pengaruh Keamanan, Privasi, dan Kualitas Koneksi Internet Terhadap Kepuasan Nasabah Perbankan Online Pada Bank CIMB Niaga Bukit Barisan

0 0 12

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kualitas 2.1.1. Pengertian Kualitas - Pengaruh Kualitas Pelayanan Kesehatan terhadap Kepuasan Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit Umum Daerah ( RSUD ) Kotapinang Labuhanbatu Selatan

0 1 20