BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS - BAB IV ANALISIS ISU ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

4.1 Permasalahan Pembangunan

  Sebagaimana tertuang dalam RPJPD Kabupaten Bone 2005-2025, maka RPJM Daerah tahap kedua (periode 2008-2013) ditujukan untuk merealisasikan visi pembangunan daerah hingga tahun 2025, yaitu “Bone lebih maju dan berdaya saing dalam tatanan masyarakat religius, berbudaya, mandiri dan demokratis”. Sasaran pokok pembangunan yang ingin dicapai meliputi: (1) mengembangkan kualitas SDM; (2) meningkatkan kinerja pemerintahan daerah; (3) mewujudkan pemerintahan yang professional, efektif, efisien, akuntabel, dan transparan dan Berkelanjutan; serta (4) meningkatkan kesejahteraan masyarakat; (5) meningkatkan partisipasi masyarakat; (6) membangun jejaring kerja; (7) mendorong investasi; (8) membangun sarana dan prasarana; (9) pengembangan budaya daerah.

  Jika dicermati pencapainnya sampai saat ini, maka seluruh sasaran tersebut belum mampu dicapai secara optimal. Permasalahan secara umum yang masih dihadapi adalah :

4.1.1 Urusan Kewenangan Wajib 1. Pendidikan a.

  Kepastian memperoleh layanan pendidikan dasar bermutu belum sepenuhnya terwujud.

  b.

  Dengan APK untuk pendidikan dasar khususnya di SD 110 % sudah mencapai standar nasional dan APM-nya sudah mencapai 99 %, maka pelayanan akses pendidikan sudah memenuhi strandar yang ada. Olehnya itu isu yang diangkat untuk dipenuhi dalam jangka waktu lima tahun kedepan adalah pelayanan pendidikan yang bermutu yang dapat menjamin tercapainya visi bupati terpilih yaitu cerdas.

  c.

  Dengan rasio siswa / kelas pada jenjang SD yaitu 1 : 19 jauh dari standar nasional yaitu 1 : 32, maka perlu peninjauan kelembagaan yang sudah jenuh yang berdampak pada pembiayaan pendidikan yang tinggi.

  d.

  Dengan kompetensi kelayakan guru yang masih rendah baru mencapai angka 53 %, maka untuk mencapai output pendidikan yang cerdas harus meningkatkan mutu pendidik khususnya dalam mengakat kualifikasi pendidik menjadi S-1.

  e.

  Untuk pendidikan menengah capaian APK baru 58% berarti perluasan akses untuk pendidikan menengah perlu menjadi perhatian untuk menyongsong program nasional yaitu Pendidikan Menegah Universal dimana target APK Pendidikan Menengah pada tahun 2020 mencapai 95 %.

2. Kesehatan a.

  Kurangnya jumlah SDM Kesehatan (Dokter spesialis, dokter umum, dokter gigi, bidan dan perawat b.

  Kurangnya kompetensi tenaga kesehatan pada puskesmas dalam penanganan persalinan, deteksi tumbuh kembang anak c.

  Masih kurangnya sarana dan prasarana kesehatan (puskesmas perawatan) d.

  Masih tingginya komplikasi kebidanan dan neonatus komplokasi yang belum ditangani.

  e.

  Masih adanya kasus BGM (Balita dibawah Garis Merah) dan gizi buruk f.

  Masih kurangnya kesadaran masyarakat untuk melakukan kunjungan posyandu, hal ini dapat dilihat dari rendahnya cakupan anak balita.

  g.

  Masih kurangnya cakupan desa dengan UCI h. Masih Tingginya angka kesakitan penyakit degeneratif (Jantung, stroke, i. Masih kurangnya penemuan kasus penyakit (TB, HIV AIDs dan pneumonia) j. Masih kurangnya rumah tangga dengan PHBS yang ditandai dengan rendahnya cakupan ASI Eksklusif, cakupan SPAL, cakupan penggunaan jamban keluarg) k. Belum optimalnya posyandu dalam peningkatan kesehatan berbasis kompetensi

  3. Pekerjaan Umum a.

  Tingkat kerusakan pada jaringan jalan kabupaten/kota maupun jalan-jalan pedesaan cukup tinggi.

  b.

  Belum tersedianya data base jalan/jembatan yang memadai dan relevan dengan kondisi saat ini.

  c.

  Belum optimalnya aksesibilitas dan mobilitas pada daerah terisolir, terpencil, dan daerah perbatasan.

  d.

  Masih tingginya kerusakan jaringan irigasi yang diakibatkan oleh umur konstruksi, bencana alam.

  e.

  Masih terdapatnya DAS kritis yang belum tertangani f. Masih kurangnya sarana dan prasarana Kebinamargaan, serta belum tersedianya tenaga mekanik yang berkompeten dalam menangani alat-alat berat 4.

   Penataan Ruang a.

  Regulasi terkait dengan pengaturan dan pemanfaatan tata ruang di kabupaten Bone, dimana pada saat ini Perda RTRW yang ada baru saja ditetapkan dan belum ada rencana tata ruang lainnya.

  b.

  Fungsi pengawasan dalam pemanfaatan tata ruang belum dapat berjalan optimal, sehingga masih banyak terjadi alih fungsi lahan terutama di wilayah perkotaan.

  c.

  Informasi rencana tata ruang kepada masyarakat masih belum optimal terkait dengan terbatasnya sarana informasi. Hal ini dapat dilihat dari masih banyaknya wilayah kecamatan dan kelurahan yang belum mempunyai peta digital maupun analog tata ruang.

  5. Perumahan Rakyat a.

  Masih rendahnya akses rumah tangga terhadap air bersih dan sanitasi b. Masih rendahnya cakupan rumah layak huni c. Masih terdapatnya kawasan permukiman kumuh yang belum tertangani 6.

   Perencanaan Pembangunan a.

  Relatif rendahnya kualitas sumberdaya manusia perencana dilihat dari kualifikasi pendikan formal.

  b.

  Relatif rendahnya kualitas sumberdaya manusia perencana dilihat dari kemampuan teknis perencanaan.

  c.

  Relatif rendahnya kualitas sumberdaya manusia perencana administratif dari segi kemampuan teknis manajemen perkantoran dan keuangan.

  d.

  Relatif rendahnya kualitas sumberdaya manusia pengumpul, pengolah dan penyaji laporan/data dilihat dari kualifikasi pendikan formal. e.

  Relatif rendahnya kualitas sumberdaya manusia manusia pengumpul, pengolah dan penyaji laporan/data dilihat dari kemampuan teknis perencanaan.

  f.

  Kurangnya prasarana gedung berupa ruang kerja untuk masing-masing bidang terpisah.

  g.

  Kurangnya prasaranan gedung berupa ruang rapat, utnuk rapat-rapat koordinasi bidang dengan SKPD dan ruang rapat pleno perencanaan pembagnunan daerah.

  h.

  Kurangnya peralatan kerja dan peralatan penunjang lainya dalam hal ini adalah peralatan kantor dan komputer. i. Masih kurang sinergisnya koordinasi antar bidang pada lembaga Bappeda dan Satistik dan masih kurang sinergisnya koordinasi eksternal dengan

  SKPD j. Masih rendahnya konsistensi produk perencanaan Kabupaten Bone dengan Provinsi Sulawesi Selatan dan Nasional. k.

  Sejumlah SKPD yang telah memiliki dokumen Renstra SKPD 2008-2013 kualitasnya masih belum bagus, belum sistematis, logical framework

  • – nya masih belum sesuai den target capaiannya belum terukur.

  l.

  Terhadap dokumen-dokumen yang ada belum pernah dilakukan evaluasi, baik evaluasi tahunan, evaluasi tengah periode (mid term evaluation) maupun evaluasi akhir (ex post evaluation).

7. Perhubungan a.

  Belum lengkapnya sarana dan prasarana perhubungan darat, laut, ASDP, dan udara b.

  Rendahnya investasi penyediaan transportasi masal yang aman c. Belum optimalnya keselamatan dan keamanan transportasi yang diberikan kepada masyarakat pengguna jasa transportasi.

  d.

  Rendahnya partisipasi swasta dalam pengembangan transportasi yang efisiensi, berpihak pada kepentingan masyarakat serta kepentingan terkait dengan jaminan kelangsungan usaha 8.

   Lingkungan Hidup a.

  Masih rendahnya cakupan pelayanan pencegahan pencemaran air b.

  Masih rendahnya cakupan pelayanan pencegahan pencemaran udara dari sumber tidak bergerak c.

  Masih rendahnya cakupan penghijauan wilayah rawan longsor dan Sumber Mata Air.

  d.

  Masih rendahnya cakupan pengawasan terhadap pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL).

  e.

  Masih luasnya kerusakan pada kawasan mangrove, disebabkan oleh konversi hutan mangrove menjadi areal tambak, penebangan pohon mangrove untuk berbagai keperluan; dan konversi areal mangrove menjadi permukiman/ persawahan.

  f.

  Masih rendahnya persentase luas Ruang Terbuka Hijau di wilayah perkotaan.

  g.

  Pelayanan informasi status kerusakan lahan dan/atau tanah untuk produksi biomassa.

  h.

   Masih rendahnya persentase volume sampah perkotaan yang terkelola melalui 3R (Reuse, Reduce and Recycle).

  9. Pertanahan a.

  d.

   Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera a.

  Belum senergisnya kebijakan pengendalian jumlah penduduk dan pelaksanaan program KB.

  b.

  Masih kurangnya kesadaran masyarakat untut ber-KB, dapat dilihat dari tingginya unmetneed, masih kurangnya partisipasi PUS untuk ber KB terutama laki-laki serta masih rendahnya kesadaran penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP).

  c.

  Masih terbatasnya kapasitas tenaga dan kelembagaan program KB.

  Masih tingginya PUS yang memiliki istri dengan usia dibawah 20 tahun.

  e.

  Hal ini dikarenakan kurangnya komunikasi, informasi dan edukasi tentang kesehatan reproduksi.

  e.

  Masih terbatasnya kelembagaan kelompok bina keluarga.

  f.

  Kurangnya optimalnya kelembagaan dalam peningkatan tumbuh kembang balita g.

  Kurangnya pengetahuan remaja tentang Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) 13.

   Sosial a.

  Masih banyaknya masyarakat yang menganggap bahwa KDRT merupakan aib yang harus ditutupi, sehingga cakupan penemuan dan pelaporan KDRT diperkirakan masih banyak yang belum tercover di lapangan 12.

  Masih tingginya angka kejadian KDRT di Kabupaten Bone.

  Penyelesaian kasus tanah negara masih sangat kurang dan baru kurang lebih 23,66% yang bersertifikat.

  d.

  b.

  Masih banyak tanah milik perseorangan di Kabupaten Bone yang belum bersertifikat.

  10. Kependudukan dan Catatan Sipil a.

  Kurangnya informasi tentang administrasi kependudukan dan catatan sipil di masyarakat.

  b.

  Kurangnya kesadaran masyarakat tentang arti pentingnya dokumen kependudukan dan Catatan Sipil c.

  Kurangnya kualitas dan kuantitas SDM pengelola administrasi Kependudukan dan Catatan Sipil.

  Kurang representatifnya sarana dan prasarana layanan e. Kurangnya dukungan dari lembaga penerbit persyaratan administrasi kependudukan dan catatan sipil terkait.

  d.

  f.

  Lemahnya sanksi ketidaktertipan administrasi kependudukan dan catatan sipil.

  11. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak a.

  Belum terbangunnya system informasi data terpadu yang dapat diakses oleh semua pihak, dalam bentuk website b.

  Masih kurangnya pemahaman masyarakat tentang keberadaan P2TPA, baik mekanisme pelayanan dan pengaduan.

  c.

  Masyarakat masih belum memahami tentang peraturan dan produk hukum mengenai kebijakan pemerintah dalam rangka penanganan KDRT.

  Belum optimalnya penanganan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) b. Terbatasnya ketersediaan sarana dan prasarana pelayanan sosial, baik panti maupun diluar panti, sampai dengan tahun 2012 hanya terdapat 3 panti asuhan. c.

  Belum optimalnya penyediaan jaminan sosial dan pembinaan terhadap anak. Tahun 2012 jumlah anak yang memiliki masalah kesejahteraan sebanyak 49.857 anak.

  d.

  Belum optimalnya penanganan dan pembinaan terhadap penyandang cacat.Tahun 2012 jumlah penyandang cacat sebanyak 3.387 orang.

  e.

  Belum optimalnya penananganan dan pembinaan eks penyandang penyakit sosial (eks narapidana, PSK, narkoba).

  f.

  Belum optimalnya peran lembaga sosial masyarakat dalam penanganan masalah kesejahteraan sosial.

  g.

  Masih rendah peran pemerintah dan lembaga swasta dalam pemberdayaan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS).

14. Ketenagakerjaan a.

  d.

  Masih rendahnya akses UMKM terhadap akses permodalan, teknologi produksi dan pemasaran produk.

  Belum terwujudnya kemitraan/kerjasama seluruh stakeholder terkait (kalangan dunia usaha) dalam pengembangan investasi.

  Belum optimalnya pengembangan sistem dan teknologi informasi pemasaran potensi/produk Investasi/Penanaman Modal; d.

  Belum secara rutin dan berkelanjutan kegiatan pameran dalam rangka promosi investasi di Kabupaten Bone c.

  Belum efektifnya materi maupun media promosi yang mendorong minat investor untuk melakukan investasi di Kabupaten Bone b.

   Penanaman Modal a.

  Banyaknya koperasi yang tidak aktif dan tidak sehat e. Rendahnya kualitas SDM pengurus koperasi dalam pengelolaan Koperasi f. Belum terbentuk Kerja sama koperasi dengan lembaga lain 16.

  d.

  b. Lemahnya jaringan usaha koperasi dan UMKM dengan pelaku usaha sedang dan besar c.

  Perusahaan-perusahaan kurang memberikan informasi ketenagakerjaan yang ada.

  Tidak lengkapnya data base koperasi dan UMKM

   Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah a.

  Rendahnya tingkat penerapan norma kerja di Perusahaan 15.

  Masih rendahnya kesadaran untuk mengikuti program jamsostek j. Keselamatan dan Kesehatan Kerja masih kurang dipraktekkan di perusahaan k.

  Tingginya angka pengangguran b. Kemampuan dan ketrampilan kerja sangat rendah c. Jiwa wirausaha yang lemah dan tidak tersedianya modal usaha bagi pengusaha pemula.

  Kepastian hukum, penegakan aturan dan Perundang-Undangan ketenagakerjaan, khususnya hubungan Industrial masih lemah g. e.

  Penempatan dan Perlindungan TKI masih belum maksimal karena TKI pada umumnya tidak memenuhi prosedur sesuai dengan ketentuan f.

  e.

  Kurangnya kesepakatan tentang persyaratan kerja, perjanjian kerja, peraturan perusahaan dan perjanjian kerja antara pihak pengusaha dan pekerja h. Pelaksanaan ketentuan pengupahan (UMP) belum dilaksanakan sepenuhnya oleh perusahaan i.

  Belum terwujudnya kerjasama yang sinergis antar SKPD dalam pengembangan investasi dan penanaman modal.

  17. Kebudayaan a.

  Belum optimalnya penyelenggaraan festival seni dan budaya b.

  Ketersediaan Sarana belum optimal dalam mendukung penyelenggaraan festival seni dan budaya c.

  Kurang terawatnya benda, situs dan kawasan cagar budaya yang dilestarikan dikarenakan minimnya SDM dan anggaran yang tersedia.

  d.

  Keterbatasan SDM pelaku seni yang belum mampu memperkenalkan dan menginformasikan kesenian daerah keluar Daerah e.

  Tempat untuk menggelar dan memasarkan karya seni daerah belum bisa dimanfaatkan dengan optimal f.

  Belum tercatatnya dengan baik seluruh organisasi kesenian yang ada sehingga menyulitkan untuk melakukan pembinaan

  18. Pemuda dan Olah Raga a.

  Belum terbangunnya pemahaman dan sinergisitas para stackholder terhadap pembinaan dan pelayanan kepemudaan dan keolahragaan yang disebabkan oleh kurangnya kesadaran akan pentingnya organisasi kepemudaan sebagai wadah pengkaderan pemimpin masa depan dan wahana meraih prestasi.

  b.

  Belum optimalnya partisipasi masyarakat terhadap pelayanan pelayanan kepemudaan dan keolahragaan disebabkan kurangnya kepedulian masyarakat terhadap keberadaan organisasi kepemudaan dan keolahragaan.

  c.

  Belum optimalnya pengelolaan organisasi kepemudaan dan keolahragaan pada masing-masing tingkatan disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan keterampilan SDM dalam pengelolaan organisasi d. Belum terpenuhinya anggaran yang dibutuhkan pada setiap program kegiatan pembinaan dan pelayanan kepemudaan dan keolahragaan disebabkan terbatasnya kemampuan pemerintah daerah dalam hal penganggaran.

  19. Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri a.

  Masih perlunya ditingkatkan partisipasi politik, pendidikan politik dan partisipasi politik dalam Pemilihan Umum.

  b.

  Masih terdapat penyakit masyarakat (Perkat) antara lain prostitusi, trafficking, penyalah gunaan Narkoba, illegal logging, penggunaan minuman keras (Miras) dan penyakit masyarakat lainnya.

  c.

  Munculnya isu-isu terorisme, munculnya potensi konflik berbasis SARA dan tuntutan pemekaran wilayah.

  d.

  Belum optimalnya pelestarian nilai-nilai budaya dan kebangsaan dalam rangka menghadapi globalisasi dan teknologi informasi yang tidak terbendung.

  e.

  Jumlah anggota Linmas yang belum sebanding dengan jumlah penduduk serta belum ditunjang dengan sarana dan prasarana pengamanan yang lebih canggih.

  20. Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Kepegawaian, dan Persandian a.

  Masih lemahnya koordinasi ekstern dan intern di antara SKPD b. Pelaksanaan Tupoksi masing-masing SKPD belum optimal dan merata sering terjadi tumpang tindih tupoksi antar SKPD c.

  Evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan dan program belum dilksanakan secara optimal.

  Belum optimalnya penganekaragaman konsumsi pangan bagi masyarakat, disebabkan oleh kesadaran masyarakat akan pola konsumsi pangan yang masih rendah.

  b.

  Relatif rendahnya kualitas sumberdaya manusia perencana dilihat dari kualifikasi pendikan formal.

  23. Statistik a.

  Kurangnya koordinasi pelaksanaanprogram pemberdayaan masyarakat dari tingkat pusat daearh dan desa. j. pengaruh modernisasi makin lama makin dominan dan mempengaruhi partisipasi masyarakat (kegotongroyongan)

  Kurangnya kosistensi calon kepala desa dalam mengimplementasi kebijakan emberdayaan masyarakat i.

  Akan berakhirnya program pemberdayaan masyarakat dari lembaga donor h.

  Luasnya daerah binaan dan banyaknya daerah binaan f. Cepatnya rotasi Pegawai di lingkup BPM g.

  d. Kurangnya kapasitas kepala desa dalam mengimplementasi kebijakan pemberdayaan masyarakat e.

  Kurangnya sarana dan prasarana b. Anggaran yang terbatas c. Kurangnya profesionalisme SDM

  22. Pemberdayaan masyarakat a.

  Banyaknya makanan instan yang mempengaruhi mutu dan keamanan pangan dan belum optimalnya pengawasan terhadap bahan pangan segar dan produk pangan.

  d.

  c.

  d.

  Belum meratanya distribusi pangan ke seluruh wilayah dengan harga yang terjangkau, sehingga mempengaruhi akses masyarakat terhadap bahan pangan.

  b.

  Belum optimalnya ketersediaan pangan pada bahan pangan tertentu, ditandai produksi beberapa jenis bahan pangan pokok yang belum mencukupi kebutuhan.

  21. Ketahanan Pangan a.

  Penyebaran SDM aparatur termasuk guru belum merata pada masing- masing SKPD khususnya di tingkat kecamatan, kelurahan;

  Jumlah pegawai honorer pada masing-masing SKPD cukup banyak 3.412 orang tersebar ke seluruh SKPD. j.

  Tuntutan penyelenggaraan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) dan pelayanan prima tinggi, namun tidak diimbangi dengan pemberian formasi untuk kebutuhan pegawai dengan jumlah pegawai pensiun didaerah ; i.

  h.

  Responsibilitas SKPD dalam menyelesaikan permasalahan yang terjadi di Kabupaten Bone belum Optimal g. Akuntabilitas pengelolaan keuangan belum optimal.

  f.

  Jumlah satpol PP dan Linmas masih kurang.

  Kemampuan masing-masing individu aparatur dalam penguasaan teknis tugas pokok dan fungsi yang diemban masih kurang e.

  Relatif rendahnya kualitas sumberdaya manusia perencana administratif dari segi kemampuan teknis manajemen perkantoran dan keuangan. c.

  Relatif rendahnya kualitas sumberdaya manusia pengumpul, pengolah dan penyaji laporan/data dilihat dari kualifikasi pendikan formal.

  c.

  c.

  Belum meratanya ketersediaan SDM dalam bidang teknologi informasi, dan terbatasnya Kelompok Informasi Masyarakat (KIM).

  d. Belum adanya rencana aksi untuk percepatan pencapaian target SPM.

  26. Perpustakaan a.

  Rendahnya minat baca masyarakat.

  b.

  Belum berkembangnya berbagai jenis perpustakaan yang ada.

  Terbatasnya kualitas dan kuantitas SDM bidang perpustakaan.

  b.

  d.

  Terbatasnya jumlah koleksi bahan pustaka.

  e.

  Kurangnya pengetahuan dalam bidang teknologi informasi dan perkembangan teknologi informasi.

  f.

  Terbatasnya sarana dan prasarana perpustakaan.

  1) Masih rendahnya tingkat keuntungan usahatani, dan belum berkembangnya kelembagaan petani dan peternak disebabkan pengetahuan dan kemampuan SDM yang masih rendah.

  Terbatasnya jaringan komunikasi dan informatika di berbagai wilayah dalam menunjang akses masyarakat untuk memperoleh informasi melalui teknologi informasi.

  Masih terbatasnya kerjasama informasi pemerintah daerah dengan media massa dalam penyebarluasan program dan hasil pembangunan daerah.

  d.

  h.

  Relatif rendahnya kualitas sumberdaya manusia manusia pengumpul, pengolah dan penyaji laporan/data dilihat dari kemampuan teknis perencanaan.

  e.

  Kurangnya prasarana gedung berupa ruang kerja untuk masing-masing bidang terpisah.

  f.

  Kurangnya peralatan kerja dan peralatan penunjang lainya dalam hal ini adalah peralatan kantor dan komputer.

  g.

  Kurangnya peralatan komunikasi berbasis infomarasi tehnology (IT), dalam hal ini adalah website.

  Belum dimilikinya Prosedur Operasi Standar/Standar Operating Procedure (SOP) untuk seluruh unit kerja. i.

  25. Komunikasi dan Informasi a.

  Masih kurang sinergisnya koordinasi antar bidang pada lembaga Bappeda dan Satistik dan masih kurang sinergisnya koordinasi eksternal dengan SKPD j. Masih rendanya kualitas produk perencanaan terlihat dari rumusan target kinerja yang belum SMART-C (specific, measurable, achievable, relevant, time-bond and continous to improvement) k. Belum adanya data yang akurat, valid dan relevant serta up to date yang dapat mendukung terwujudanya kualitas produk perencanaan yang baik.

  24. Kearsipan a.

  Terbatasnya kualitas dan kuantitas SDM bidang kearsipan.

  b.

  Rendahnya kesadaran SKPD dalam pengelolaan arsip.

  c.

  Belum optimalnya sarana dan prasarana kearsipan.

4.1.2 Urusan Kewenangan Pilihan 1. Pertanian

  2) Masih terbatasnya kemampuan SDM petani dalam mengakses informasi pasar hasil produksi pertanian/perkebunan.

  3)

   Masih rendahnya kualitas SDM aparat dan petani sebagai pelaku agribisnis,

  ditandai dalam berusahatani petani masih menggunakan cara tradisional/ konvensional atau belum menerapkan sistem usahatani yang dan benar (Good Agricultural Practices). 4)

  Masih rendahnya Produksi, Produktivitas dan mutu hasil pertanian disebabkan belum optimalnya dukungan infrastruktur pertanian dan sarana produksi, seperti: irigasi, jalan usaha tani, alat mesin, benih/bibit dan pupuk. 5) Masih terbatasnya sarana dan prasarana yang tersedia di lokasi perkebunan berupa bangunan konservasi untuk sumber-sumber air di musim kemarau. 6)

  Belum optimalnya penyuluhan pertanian/perkebunan kepada petani dan pelaku agribisnis mengenai teknologi terbaru dalam peningkatan produksi pertanian. 7)

  Masih adanya ancaman penyakit zoonosis penyakit hewan lainnya di Kabupaten Bone

  8) Belum optimalnya produksi hasil peternakan, disebabkan masih rendahnya kualitas SDM peternak mengenai mekanisme peternakan yang baik, terbatasnya petugas peternakan dalam menjangkau luas Wilayah, meningkatnya pemotongan betina produktif

  9) Masih terbatasnya jangkauan pemasaran hewan ternak dan hasil produksi peternakan.

  10) Belum optimalnya penerapan teknologi peternakan dalam menunjang peningkatan populasi ternak dan produksi hasil peternakan.

2. Kehutanan

  1) Masih rendahnya cakupan luasan hutan yang direhabilitasi yaitu rata-rata

  6,7 %

2) Masih tingginya kerusakan hutan yaitu 43.300 ha.

  3) Belum semua kawasan hutan dikelola dalam unit-unit pengelolaan, khususnya pada kawasan hutan produksi dan hutan lindung.

  4) Tingginya gangguan keamanan hutan baik terhadap kawasan maupun hasil-hasilnya, termasuk ancaman kebakaran hutan dan lahan.

  5) Lahan kritis termasuk kategori sangat kritis masih luas yang berdampak pada menurunnya daya dukung DAS, terutama dalam kaitannya dengan sistem tata air dalam hubungannya dengan masalah bencana banjir, kekeringan dan tanah longsor. 6)

  Kurangnya data informasi kehutanan yang terintegrasi sesuai dengan kebutuhan para pihak. 7)

  Kapasitas kelembagaan kehutanan yang masih terbatas termasuk kapasitas (kualitas dan kuantitas) sumberdaya manusia (SDM), baik pada tatanan bagian kehutanan maupun perkebunan.

  8) Ketersediaan infrastruktur, sarana prasarana, lahan, dan air yang kurang memadai.

  9) Rendahnya produksi dan produktivitas komoditas andalan perkebunan khususnya kakau, cengkeh, kelapa dalam, kopi dan kapas.

  10) Belum padunya antar sektor dalam menunjang pembangunan pertanian

  11) Keterbatasan akses petani terhadap permodalan dan masih tingginya suku bunga usaha tani.

3. Energi dan Sumberdaya Mineral 1.

  6) Belum optimalnya penyuluhan perikanan untuk menunjang peningkatan produksi perikanan.

  8) Masih kurangnya cakupan dan volume pembinaan UDKM

  7) Masih kurangnya permodalan dan infrastruktur pendukung usaha

  6) Kurangnya publikasi dan sosialisasi aspek perlindungan konsumenMasih kurang networkning dalam pembinaan

  5) Masih rendahnya tingkat kesadaran konsumen dan pelaku usaha akan hak dan kewajibannya serta ketentuan yang berlaku;

  4) Keterbatasan jumlah dan kualifikasi teknis sumber daya manusia;

  3) Minimnya instrumen pengawasan barang beredar yang tersedia;

  2) Masih kurangnya ketrampilan (produksi, manajemen, teknologi dan akses permodalan) pelaku usaha (UDKM) tentang pengelolaan usaha

  1) Rendahnya kontribusi perdagangan dalam PDRB dibandingkan sektor lainnya.

  6. Perdagangan

  7) Masih terbatasnya produk olahan ikan yang bermutu dan berdaya jual, disebabkan jumlah kelompok pengolah yang masih kurang, penerapan teknologi produksi yang masih rendah, dan penggunaan alat pemasaran yang kurang higienis.

  Masih terdapat pengelola usaha pertambangan dan penggalian bahan tambang yang kurang menyadari pentingnya upaya pelestarian lingkungan.

  2. Masih adanya usaha pertambangan tidak memiliki ijin usaha, yang berpotensi merusak lingkungan.

  4) Menurunnya produksi perikanan tangkap disebabkan perubahan iklim, kerusakan habitat terumbu karang dan mangrove, perubahan iklim, dan kerusakan habitat terumbu karang dan mangrove.

  3) Belum optimalnya produksi perikanan budidaya, dipengaruhi oleh fluktuasi harga dan penyakit ikan, serta keterbatasan sarana produksi, dan penerapan teknologi yang masih rendah.

  2) Masih rendahnya partisipasi masyarakat dalam pengawasan dan pengendalian sumberdaya kelautan.

  1) Masih kurangnya keberdayaan nelayan dan kemandirian pelaku usaha kelautan perikanan dan kelautan.

  5. Kelautan dan Perikanan

  3) Belum optimalnya partisipasi sektor swasta dalam penyediaan fasilitas pendukung dalam hal ini ialah biro perjalanan wisata dan pemandu wisata.

  2) Belum optimalnya pengembangan Obyek Daya Tarik Wisata baru yang potensial.

  1) Menurunnya konstribusi sektor pariwisata pada PAD akibat melamahnya daya saing Obyek wisata yang dikelolah oleh Pemda .

  4. Pariwisata

  4. Tingginya tingkat penggunaan energi listrik dan bahan bakar minyak disebabkan kesadaran masyarakat yang rendah.

  3. Masih banyaknya keluarga yang belum dapat mengakses listrik, karena berada di desa terpencil tanpa adanya jaringan listrik PLN, dan belum optimalnya pengembangan energi terbarukan.

  5) Masih rendahnya mutu hasil perikanan disebabkan penerapan teknologi pengolahan pasca panen yang masih rendah.

7. Industri

  1) Masih Rendahnya kontribusi industri dalam PDRB

2) Masih rendahnya cakupan KUB yang dibina.

  3) Masih kurangnya ketrampilan (produksi, manajemen, teknologi dan akses permodalan) pelaku usaha IKM tentang pengelolaan usaha

  4) Masih kurangnya permodalan dan infrastruktur pendukung usaha

  5) Rendahnya minat masyarakat untuk menjadi wirasusahawan 8.

   Ketransmigrasian

  1) Belum optimalnya pengembangan wilayah penempatan transmigrasi yang aman dan nyaman.

4.2 Isu-Isu Strategis

  Berdasarkan berbagai permasalahan diatas, maka isu strategis pembangunan sebagai berikut:

  1. Peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan aksesibilitas pelayanan kesehatan yang adil dan berkualitas

  Rendahnya derajat kesehatan masyarakat Kabupaten Bone dipengaruhi oleh Angka Kematian Ibu (AKI) dari tahun 2008

  • – 2012 cenderung mengalami peningkatan. Pada tahun 2009 AKI Kabupaten Bone sebesar 24,2 per 100.000 kelahiran hidup meningkat pada tahun 2012 menjadi 29,32 per 100.000 kelahiran hidup. Terdapat 3 capaian yang belum tercapai yaitu cakupan ibu hamil komplikasi yang ditangani, cakupan neo-natal dengan komplikasi yang ditangani, cakupan kunjungan balita, cakupan Desa dengan UCI (Universal Child Immunization), cakupan penemuan AFP rate per 10.000 penduduk< 15 tahun, dan cakupan penemuan pasien baru TB BTA posistif. Kondisi Jamban Keluarga (Jaga) masyarakat Bone masih dibawah target Indikator Indonesia Sehat. Penggunaan Jaga pada tahun 2012 hanya 48,70% dengan target 65%. Berdasarkan perhitungan kebutuhan tenaga medis, Kabupaten Bone masih memerlukan tenaga medis cukup banyak. Dokter Spesialis berdasarkan perhitungan dibutuhkan sejumlah 30 dokter spesialis untuk jumlah penduduk 724.905 jiwa, sedangkan dokter umum yang dibutuhkan adalah 243 dokter umum dan kebutuhan dokter gigi sebanyak 59 orang.

  2. Peningkatan kualitas dan kuantitas pendidikan masyarakat secara optimal

  Keterjangkauan diukur melalui beberapa indikator yaitu Angka Partisapasi Kasar (APK), Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka Melanjutkan (AM) pada tiap jenjang pendidikan. APK dan APM Pendidikan Dasar yaitu SD dan SMP di kabupaten Bone relatif rendah bila dibandingkan dengan capaian provinsi maupun nasional. Dengan rasio siswa / kelas pada jenjang SD yaitu 1 : 19 jauh dari standar nasional yaitu 1 : 32, maka perlu peninjauan kelembagaan yang sudah jenuh yang berdampak pada pembiayaan pendidikan yang tinggi, melalui program Manajemen Pelayanan Pendidikan (Regrouping). Kompetensi kelayakan guru juga masih rendah baru mencapai angka 53 %, maka untuk mencapai output pendidikan yang cerdas harus meningkatkan mutu pendidik khususnya dalam meningkatkan kualifikasi pendidik menjadi S-1.

  3. Pengurangan angka kemiskinan dan pengangguran

  Berdasarkan indikator kemiskinan Kabupaten/Kota (Susenas 2012), jumlah penduduk miskin Kabupaten Bone sebanyak 88.800 jiwa (12,25 %). Angka tersebut masih lebih tinggi dari angka kemiskinan nasional dan provinsi.

  4. Realisasi investasi dan pengembangan Industri dan UMKM secara optimal

  Secara umum, iklim investasi di Kabupaten Bone sangat baik namun tidak didukung dengan kebijakan maupun regulasi terhadap kegiatan promosi sehingga menghambat kemajuan dunia usaha maupun kegiatan penanaman modal lainnya. SPM Bidang Penanaman modal menargetkan jumlah kegiatan promosi peluang penanaman modal dilaksanakan sebanyak 4 kali dalam setahun, kenyataannya sejak tahun 2008 - 2012 hanya dilaksanakan sebanyak 1 kali dalam setahun. Demikian pula halnya dengan jumlah pemohon penanaman modal dalam negeri yang ditargetkan sesuai SPM sebesar 30% setiap tahun, namun sepanjang tahun 2008

  • – 2012 belum ada leading sector yang ada.

  investor yang mengajukan permohonan melalui Kelemahan investasi di Kabupaten Bone juga sangat dipengaruhi oleh rendahnya kegiatan pengkajian/penelitian yang berkaitan dengan pengembangan investasi dan penanaman modal, termasuk belum terwujudnya kerjasama yang sinergis antar SKPD, dunia usaha maupun stakeholder terkait lainnya dalam pengembangan investasi dan penanaman modal.

  5. Penyediaan dan pemerataan infrastruktur di seluruh wilayah perkotaa, perdesaan dan perbatasan

  Berdasarkan Data Dasar Prasarana Jalan Kabupaten (DD-1) Dinas Pekerjaan Umum dan Sumber Daya Air Kabupaten Bone Tahun 2013 masih ada sekitar 39,70 % panjang ruas jalan kabupaten dalam kondisi rusak berat dan 20,81 % kondisi rusak ringan. Hal ini akan menjadi perhatian pemerintah daerah agar mampu menuntaskan persoalan fisik dan prasarana yang menjadi salah satu kendala pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bone.

  6. Peningkatan sistem tata kelola pemerintahan yang baik dalam dukungan sumber daya aparatur pemerintah yang profesional

  Penyelenggaraan tata kelola pemerintahan di kabupaten Bone belum maksimal, good governance masih terdapat beberapa kelemahan dalam pencapaian indikator yang belum dapat dicapai secara optimal seperti : efisiensi dan efektifitas Struktur Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Daerah, Opini BPK yang belum berhasil mencapai WTP, termasuk panjangnya rentang kendali pelayanan publik.

  7. Peningkatan peran serta perempuan dalam pembangunan

  Perkembangan IPG Kabupaten Bone dalam kurun waktu empat tahun menunjukkan bahwa capaian IPG Kabupaten Bone masih jauh dibawah capaian IPG Provinsi dan Nasional. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa kinerja pemerintah daerah untuk mengurangi disparitas gender disetiap tahapan dan mekanisme perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi pembangunan.

  8. Peningkatan kualitas lingkungan dan penanggulangan potensi bencana alam

  Terdapat beberapa tantangan atau ancaman yang dihadapi berkaitan dengan pembangunan lingkungan hidup di Kabupaten Bone. Pertama ancaman pencemaran lingkungan akibat peningkatan aktivitas perekonomian masyarakat, diantaranya oleh aktivitas industri, aktivitas rumah tangga (domestik), dan pertanian dengan adanya pemakaian pupuk anorganik dan pestisida. Pembangunan industri menghasilkan limbah cair, gas dan padatan yang dapat memberikan dampak negatif terhadap lingkungan air, udara dan tanah. Kedua, degradasi hutan, lahan dan sumber-sumber mata air. Kerusakan lahan di Kabupaten Bone ditandai dengan semakin luasnya lahan-lahan yang tidak produktif atau lahan kritis yang diakibatkan oleh pembukaan lahan pada daerah kemiringan, penambangan bahan galian secara liar (Penambangan Tanpa Ijin/PETI), dan pemanfaatan lahan yang tidak memperhatikan kaidah-kaidah konservasi tanah dan air. Ketiga, degrasi pesisir dan laut yang ditandai oleh adanya kerusakan ekosistem mangrove. Kawasan mangrove di pesisir Teluk Bone Kabupaten Bone sepanjang 138 km, sebagian besar mengalami kerusakan yang parah. Kerusakan tersebut disebabkan oleh konversi hutan mangrove menjadi areal tambak, permukiman/persawahan, dan penggunaan lainnya. Keempat perubahan iklim yang dapat mempengaruhi kondisi lingkungan hidup dan dapat menjadi ancaman terjadinya bencana alam.

9. Pengembangan seni dan budaya daerah yang berbasis nilai-nilai agama dan kearifan lokal

  Melihat capaian kinerja Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bone Tahun 2008-2012 maka perkembangan seni dan budaya di Kabupaten Bone dinilai masih rendah khususnya dalam hal belum optimalnya pengembangan destinasi pariwisata dan Objek Daerah Tujuan Wisata (ODTW) serta pembinaan/pemeliharaan benda dan cagar budaya. Disisi lain, cakupan kajian seni, fasilitas seni dan gelar seni belum maksimal dalam mendorong pengembangan kepariwisataan dan peningkatan PAD Kabupaten Bone.

  Disamping tantangan akan kurangnya akses dan promosi terhadap daya tarik wisata, besarnya potensi objek dan daya tarik wisata akan menjadi peluang bagi pemerintah daerah dalam mengembangkan seni dan budaya di Kabupaten Bone, melalui dukungan kebijakan yang memberi ruang terhadap pengembangan kepariwisataan.

10. Pengembangan sumber-sumber pendapatan daerah utamanya Pendapatan Asli Daerah

  Kontribusi PAD terhadap APBD masih sangat rendah, baru mencapai sekitar 4% pertahun. Hal ini masih sangat jauh dari standar nasional minimal sebesar 30 %. Kondisi ini disebabkan oleh belum optimalnya kegiatan intensifikasi, ekstensifikasi, dan pengawasan.