4. BAB IV ANALISI ISU ISU STRATEGIS-REVISI 5 SEPTEMBER 2018

  Kabupaten Pangandaran Tahun 2016 - 2021

BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS DAERAH Pembangunan Kabupaten Pangandaran diarahkan untuk

  memfungsikan potensi yang dimiliki oleh kabupaten ini bagi peningkatan kesejahteraan masyarakatnya, dengan tetap menjamin agar terjadi keberlanjutan pembangunann (sustainable development), sesuai dengan tujuan pembangunan pasca 2015 oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang dikenal dengan konsep Sustainable Development Goals. Konsep pembangunan berkelanjutan memperhatikan 3 (tiga) aspek utama dalam pelaksanaan pembangunannya, yaitu aspek ekonomi, aspek sosial dan aspek lingkungan yang dikenal dengan 3 pilar pembangunan berkelanjutan. Persyaratan pembangunan berkelanjutan adalah mengembangkan perekonomian yang bisa terus meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat (Economically Viable). Selain itu, pengembangan perekonomian masyakat juga harus secara sosial bisa diterima oleh sebagian besar masyarakat karena sesuai dengan budaya masyarakat dan norma-norma yang ada di masyarakat (Socially

  

Acceptable). Sedangkan syarat ketiga dari pembangunan berkelanjutan

  adalah aktivitas pembangunan harus mempertimbangkan aspek lingkungan, dalam pengertian mempertimbangkan daya tampung dan daya dukung lingkungan (Environmentally Sustainable).

  Tiga pilar pokok pembangunan berkelanjutan saat ini dirasakan belum cukup untuk menjamin terciptanya pembangunan yang berkelanjutan. Glaser (2006) menyatakan diperlukan pilar tambahan selain 3 Pilar Pembangunan yang sudah ditetapkan sebelumnya, yaitu institusi. Pembangunan berkelanjutan tidak hanya membutuhan keseimbangan antara aspek ekonomi, aspek sosial dan aspek lingkungan, akan tetapi juga membutuhkan Institusi (aturan main) yang menjamin pembangunan berjalan sesuai dengan apa yang dituju (Glaser, 2006). Institusi akan menjamin bahwa masyarakat akan bersikap rasional untuk mematuhi aturan yang ada karena akan mendapatkan insentif ketika sistem tersebut berjalan. Secara diagramatis 3 (tiga) pilar

  Kabupaten Pangandaran Tahun 2016 - 2021

  pembangunan berkelanjutan ditambah kelembagaan, bisa digambarkan seperti pada gambar 4.1. di bawah ini.

  

Gambar. 4.1

Konsep 3 Pilar Pembangunan Berkelanjutan Plus Institusi

Sustainability t l n a e ic n l o m m ia ti n o c o n o tu o ir s ti c v s e n in E Nature Society

  Berdasarkan konsep pembangunan berkelanjutan tersebut maka, penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) merupakan perwujudan dari rencana strategis yang dimaksudkan untuk menetapkan prioritas-prioritas pembangunan yang akan dicapai dalam jangka waktu 5 (lima) tahun periode pemerintahan Kepala Daerah yang mengarah kepada terlaksananya pembangunan berkelanjutan. Oleh karena RPJMD merupakan suatu proses untuk mengambil keputusan terkait dengan apa yang akan dilakukan dan apa yang tidak akan dilakukan oleh pemerintah daerah, dan upaya untuk mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki oleh daerah secara efsien, efektif dan berkelanjutan.

  Upaya untuk dapat menentukan prioritas-prioritas pembangunan dimulai dari identifkasi permasalahan dasar pembangunan yang dihadapi oleh daerah untuk kemudian menyusun isu-isu strategis pembangunan daerah. Isu-isu strategis pembangunan daerah adalah kondisi atau hal yang diperhatikan atau dikedepankan dalam perencanaan pembangunan selama 5 (lima) tahun periode pemerintahan. Analisis isu-isu strategis diidentifkasi berdasarkan

  Kabupaten Pangandaran Tahun 2016 - 2021

  berbagai permasalahan pembangunan daerah yang sangat mendesak dan memiliki pengaruh yang kuat terhadap keberhasilan pembangunan serta disusun berdasarkan isu strategis yang dapat dimanfaatkan sebagai peluang yang akan muncul dalam 5 (lima) tahun mendatang, termasuk mengantisipasi berbagai ancamannya.

  Analisis isu-isu strategis merupakan salah satu bagian terpenting dalam dokumen RPJMD karena menjadi dasar utama visi dan misi pembangunan jangka menengah. Analisis ini menjelaskan butir-butir penting dari isu-isu strategis yang akan menentukan kinerja pembangunan dalam 5 (lima) tahun mendatang.

  Analisis isu-isu strategis dalam RPJMD Kabupaten Pangandaran Tahun 2016 – 2021 dilakukan melalui pendekatan analisis SWOT yang meliputi analisis lingkungan internal dan eksternal, penetapan permasalahan pembangunan daerah serta mengidentifkasi isu - isu strategis pembangunan daerah. Oleh sebab itu bab ini akan berisikan analisis dari isu-isu strategis yang menjadi landasan utama penentuan visi dan misi pembangunan jangka menengah di Kabupaten Pangandaran. Permasalahan-permasalah utama dan isu-isu strategis pembangunan akan diuraikan berdasarkan bidang-bidang pembangunan daerah.

4.1 Analisis Lingkungan Internal dan eksternal

  Kabupaten Pangandaran merupakan daerah tujuan wisata utama di Jawa Barat, dan juga termasuk kedalam salahsatu Kawasan Strategis Nasional (KSN). Hamparan pantai yang relatif panjang serta wilayah alam yang menarik merupakan atraksi utama pariwisata di daerah ini. Aktivitas primer – pertanian – serta aktivitas perdagangan, akomodasi dan makanan, minuman masih merupakan aktivitas utama yang dilakukan oleh sebagian besar masyarakat Kabupaten Pangandaran – dilihat dari kontribusi sektoral terhadap perekonomian secara keseluruhan (PDRB). Berdasarkan hasil analisis daya saing aktivitas perekonomian Kabupaten Pangandaran ditopang oleh beberapa kegiatan utama yaitu aktivitas pertanian (yang menjadi sektor basis, dengan kontribusi terhadap PDRB terbesar, akan tetapi memiliki daya saing yang lemah karena terkategorikan termasuk

  Kabupaten Pangandaran Tahun 2016 - 2021

  sektor yang lambat tumbuh), serta aktivitas pedagangan dan juga aktivitas akomodasi dan makanan, minuman (aktivitas yang terkait dengan ekonomi pariwisata) merupakan aktivitas ekonomi basis, dan memiliki daya saing tinggi yang menjadi aktivitas ekonomi yang akan memiliki pertumbuhan progresif.

  Selain itu, aktivitas ekonomi transportasi dan pergudangan merupakan aktivitas dengan share ketiga terbesar dalam PDRB, dan termasuk dalam sektor basis dengan karakteristik memiliki daya saing yang tinggi dengan pertumbuhan yang cepat. Aktivitas ekonomi ini di harapkan akan dapat menjadi sektor yang akan memiliki konektivitas terhadap aktivitas-aktivitas ekonomi lainnya di Kabupaten Pangandaran, sehingga menjadi salahsatu sektor penting untuk dikembangkan di masa yang akan datang. Ketiga sektor yang telah dijelaskan di atas merupakan sektor-sektor penting dalam pembangunan Kabupaten Pangandaran di masa yang akan datang. Oleh sebab itu, maka ketiga aktivitas ekonomi tersebut harus dipertimbangkan dalam penyusunan strategi pembangunan dalam RPJMD Kabupaten Pangandaran 2016 – 2021.

  Agar perencanaan pembangunan berhasil meningkatkan kemajuan dan kesejahteraan masyarakat, maka rencana strategis yang disusun dalam RPJMD harus mampu menghasilkan isu-isu strategis pembangunan yang tidak lain merupakan prioritas-prioritas pembangunan di Kabupaten Pangandaran. Langkah awal menentukan prioritas pembangunan dilakukan dengan menganalisis faktor internal dan faktor eksternal pembangunan di Kabupaten Pangandaran – melalui analisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman – yang dihadapi oleh Kabupaten Pangandaran hingga saat ini.

4.1.1 Analisis Lingkungan Internal

  Berdasarkan analisis yang dilakukan pada lingkungan internal, akan dapat diidentifkasi faktor-faktor kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh Kabupaten Pangandaran. Karena bersifat internal, semua faktor kekuatan dan faktor kelemahan ini berada dalam jangkauan kapasitas pemerintah daerah untuk mempengaruhinya.

  Kabupaten Pangandaran Tahun 2016 - 2021

  4.1.1.1 Analisis Kekuatan

  1. Pemekaran wilayah Kabupaten Pangandaran dari Kabupaten Ciamis akan memberikan keleluasaan dan peluang yang lebih besar bagi Pemerintah Daerah untuk mewujudkan keinginan dan melayani masyarakat daerah Pangandaran lebih baik lagi.

  2. Sebagai suatu destinasi pariwisata utama di Provinsi Jawa Barat, Kabupaten Pangandaran memiliki daerah tujuan wisata (DTW) yang bervariasi mulai dari wisata alam, wisata budaya dan juga wisata minat khusus/buatan.

  3. Garis pantai Kabupaten Pangandaran cukup panjang dan memiliki ciri khas bahwa pantainya bisa sekaligus melihat terbit dan tenggelamnya matahari dari tempat yang sama. Selain itu wilayah pantai Pangandaran landai dengan air yang jernih serta jarak antara pasang dan surut relatif lama sehingga memungkinkan orang untuk berenang dengan aman lebih lama.

  4. DTW di Kabupaten Pangandaran relatif tersebar merata di seluruh kecamatan yang ada. Aktivitas Pariwisata memiliki keterkaitan ekonomi baik kebelakang maupun kedepan yang besar terhadap aktivitas-aktivitas lainnya (seperti aktivitas pertanian khusunya perikanan, perdagangan, maupun transportasi dan akomodasi sehingga mampu menjadi leading

  sector pembangunan di Kabupaten Pangandaran.

  5. Pengembangan sektor pariwisata di Kabupaten Pangandaran – menurut survey yang dilakukan di tahun 2015 – memiliki nilai skor yang tinggi dalam aspek dukungan masyarakat, serta kesesuaian kondisi lingkungan yang menjadi prasyarat pembangunan berkelanjutan.

  4.1.1.2 Analisis Kelemahan

  1. Masih terdapat struktur dan urusan pemerintahan yang disatukan, sehingga kelembagaan dan kebijakan pembangunan belum terkoordinasi secara sempurna, yang pada akhirnya proses berjalannya pemerintahan belum terlaksana secara optimal.

  Kabupaten Pangandaran Tahun 2016 - 2021

  2. Hingga saat ini RTRW Kabupaten Pangandaran belum disahkan menjadi Perda, sehingga berbagai regulasi yang terkait dengan proses penataan ruang, seperti aturan tata guna lahan dan zonasi belum dapat dilakukan secara baik.

  3. Masih terdapat kondisi infrastruktur dasar yang belum baik, terutama jalan yang menyebabkan aksesibilitas ke sebagian wilayah dirasakan sulit serta menghambat konektivitas dan pengembangan pembangunan secara inklusif.

  4. Sumberdaya manusia masyarakat Kabupaten Pangandaran perlu ditingkatkan agar mampu menciptakan manusia yang mandiri, berkualitas dan berdaya saing sehingga mampu mendorong pembangunan yang efsien dan efektif serta berkelanjutan.

  5. Program kemitraan dengan masyarakat lokal masih kurang dilaksanakan dalam industri pariwisata.

4.1.2 Analisis Lingkungan Eksternal

  Seperti juga pada analisis lingkungan internal, maka analisis lingkungan eksternal juga terdiri atas dua faktor yaitu, faktor peluang dan faktor ancaman. Karena bersifat eksternal, sebagian besar dari faktor peluang dan ancaman berada diluar jangkauan pemerintah daerah untuk mempengaruhinya, atau paling tidak kemampuan pemerintah daerah untuk mempengaruhi faktor peluang dan ancaman adalah lebih terbatas kalau dihadapi secara terfokus dan bertahap.

4.1.2.1 Peluang

  1. Dalam RTRW Provinsi Jawa Barat 2009 -2029 (Perda Nomor 22 Tahun 2010) Kabupaten Pangandaran ditetapkan sebagai Kawasan Andalan Nasional Priangan Timur – Pangandaran.

  Sektor prioritas yang akan dikembangkan adalah pertanian, industri, perkebunan, pariwisata dan perikanan.

  2. Ditetapkannya Kabupaten Pangandaran sebagai salahsatu Kawasan Strategis Pariwisata Nasional menurut PP Nomor 50 tahun 2011 tentang RIPPARNAS 2010 - 2025 dan juga Perda Jawa Barat Nomor 12 tahun 2014 dimana Kabupaten Pangandaran ditetapkan sebagai salahsatu Pusat Pertumbuhan

  Kabupaten Pangandaran Tahun 2016 - 2021

  Provinsi, membuat Kabupaten Pangandaran akan memiliki tambahan potensi pembangunan karena akan didukung oleh program-program pembangunan yang berasal dari nasional maupun dari provinsi.

  3. Ditetapkannya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) memberikan peluang pasar di regional dan internasional yang tinggi terhadap daerah tujuan wisata Pangandaran untuk dikenal dan dikunjungi oleh turis-turis asing di wilayah ASEAN khususnya maupun dunia pada umumnya.

  4. Trend berkembangnya industri kreatif berbasis pada aktivitas pariwisata di seluruh wilayah Indonesia sebagai akibat dari berdirinya Kementrian Pariwisatan dan Ekonomi Kreatif, diharapkan akan mendorong aktivitas pariwisata dan ekonomi kreatif di Kabupaten Pangandaran.

  5. Rencana pembangunan dan pengembangan infrastruktur di wilayah Pangandaran perpanjangan runway Bandara Nusawiru milik Pemprov Jawa Barat, dan Pembangunan Pelabuhan Bojongsalawe oleh Kementerian Perhubungan, serta rencana reaktifasi jalur kereta api Pangandaran – Banjar, dan kerja sama Kabupaten Pangandaran dengan Perguruan Tinggi perlu ditindaklanjuti dan didukung oleh Pemerintah Kabupaten Pangandaran dalam rangka pengembangan industri pariwisata tidak hanya sebagai daerah tujuan wisata tetapi juga rintisan Kabupaten Pangandaran sebagai pusat Pariwisata di Jawa Barat.

4.1.2.2 Ancaman

  1. Globalisasi yang terjadi telah membuat produk-produk import dengan mudah masuk, sementara pengembangan rantai nilai aktivitas perekonomian masyarakat dirasa belum mampu untuk bersaing dengan produk-produk import tersebut.

  2. Kemudahan akses teknologi informasi, komunikasi dan modernisasi bisa menyebabkan berubahnya nilai-nilai sosial budaya masyarakat di Kabupaten Pangandaran, yang pada akhirnya akan menggeser kearifan lokal masyarakat yang guyub, santun, selalu menjaga aktivitas ekonomi dan budaya dengan keseimbangan alam.

  Kabupaten Pangandaran Tahun 2016 - 2021

  3. Kondisi geografs Kabupaten Pangandaran secara alamiah berada pada daerah rawan bencana, baik bencana tsunami, pergerakan tanah dan juga banjir. Oleh sebab itu ancaman utama pembangunan di Kabupaten Pangandaran adalah adanya kemungkinan bahaya bencana alam.

  4. Hasil survey dalam laporan Ripparda menunjukkan ada kecenderungan DTW yang aktivitas pariwisatanya sudah berkembang akan berkorelasi dengan penurunan kualitas lingkungan di DTW tersebut, yang tidak menjamin keberlangsungan pembangunan wisata yang berkelanjutan.

  5. Ketidakstablian perekonomian dunia seperti perlemahan ekonomi dunia yang disebabkan penurunan harga komoditas minyak bumi dunia, menyebabkan penurunan daya beli masyarakat internasional. Kondisi ini akan mempengaruhi kedatangan wisatawan mancanegara maupun domestik di Kabupaten Pangandaran.

  

4.2 Permasalahan Pembangunan Kabupaten

Pangandaran

  Penyelenggaraan pembangunan selama Kabupaten Pangandaran masih merupakan bagian dari Kabupaten Ciamis telah memberikan beberapa capaian pembangunan yang diharapkan oleh kabupaten induknya. Akan tetapi pembangunan yang dilaksanakan pada periode sebelumnya masih menyisakan beberapa permasalahan dan tantangan dari berbagai aspek yang dihadapi. Permasalahan pembangunan merupakan gap yang terjadi antara apa yang diharapkan dengan apa yang terjadi. Permasalahan pembangunan ditandai dengan suatu keadaan yang masih perlu ditingkatkan atau dikembangkan baik oleh pemerintah maupun masyarakat, karena hasilnya belum optimal.

  Perencanaan pembangunan Kabupaten Pangandaran 2016 – 2021 menghadapi beberapa permasalahan baik yang terkait dengan masalah sosial budaya, ekonomi, infrastruktur dan permasalahan pemerintahan secara umum. Adapun beberapa permasalahan yang dapat teridentifkasi diantaranya adalah sebagai berikut:

  Kabupaten Pangandaran Tahun 2016 - 2021

1) Belum optimalnya koordinasi kelembagaan di Kabupaten

Pangandaran

  Berbagai permasalahan tentang penegakan sistem birokrasi masih belum ideal, adanya kesenjangan antara aparatur dan kewenangan masih menjadi masalah utama bagi berjalannya sistem pemerintahan. Sehingga dengan itu semua maka roda pemerintahan menjadi sedikit terhambat untuk dapat menyeseuaikan dengan Kabupaten lainnya.

  

2) Masih lemahnya penanganan limbah akibat aktivitas

pariwisata

  Pembangunan pariwisata tidak berarti hanya membangun daerah tujuan wisata (DTW) dari sisi fsik saja, akan tetapi juga membangun bidang sosial dan ekonomi juga. Aktivitas pariwisata yang berkelanjutan membutuhkan tidak hanya kelayakan dari aspek ekonomi, akan tetapi bagaimana agar aktivitas pariwisata tersebut dapat diterima keberadaannya oleh masyarakat – karena masyarakat mendapatkan insentif dari keberadaan lokasi pariwisata tersebut – dan juga tidak merusak lingkungan. Survey Ripparda tahun 2015 menunjukkan adanya kecenderungan bahwa lokasi pariwisata yang ramai dikunjungi oleh para wisatawan, cenderung akan meningkatkan aktivitas ekonomi informal di DTW tersebut, yang pada akhirnya berpotensi untuk mengurangi daya tarik wisata melalui penurunan kualitas lingkungan. Oleh sebab itu penanganan limbah akibat aktivitas wisata diharapkan dapat meningkatkan kelestarian lingkungan hidup dan kenyamanan wisatawan.

  

3) Belum optimalnya pengendalian pemanfaatan ruang

melalui analisis daya dukung dan daya tampung lingkungan

  Kabupaten Pangandaran merupakan wilayah yang rawan terhadap kejadian bencana alam. Kejadian bencana alam sering terjadi di sebagian besar wilayah Kabupaten Pangandaran. Jenis bencana alam yang sering terjadi di Kabupaten Pangandaran antara lain

  Kabupaten Pangandaran Tahun 2016 - 2021

  tsunami, gempa bumi, longsor, dan banjir. Hingga saat ini masih banyak pembangunan di Kabupaten Pangandaran yang belum disesuaikan dengan peruntukan tata ruang. Oleh sebab itu perencanaan pembangunan kedepan harus mempertimbangan aspek tata ruang dan juga aspek daya tampung dan daya dukung lingkungan.

4) Kurangnya Infrastruktur pengembangan wilayah

  Kemajuan suatu wilayah sangat bergantung kepada ketersediaan dari infrastruktur yang ada di wilayahnya. Laporan PBB dalam World Development Report (WDR) tahun 1994 menggambarkan pentingnya infrastruktur – yang disebut sebagai social overhead

  capital – dalam peningkatan pembangunan. Infrastruktur bisa

  dibagi ke dalam 2 bidang, yaitu infrastruktur ekonomi dan infrastruktur sosial. Yang dimaksud dengan infrastruktur pengembangan wilayah lebih memfokuskan pada infrastruktur ekonomi, yang terdiri atas; (1) utilitas publik seperti telekomunikasi, sistem air perpipaan, saluran air/drainase; (2) jaringan jalan; dan (3) prasarana transportasi lainnya seperti jalur kereta api, bandara dan pelabuhan.

  Hubungan antara ketersediaan infrastruktur dan kemajuan pembangunan sangat erat. Teori Infrastructure Led Growth menyatakan bahwa daerah-daerah dengan kelengkapan infrastruktur yang lebih baik akan bisa menikmati keberhasilan pembangunan yang lebih baik dibandingkan dengan daerah- daerah yang kurang memiliki infrastruktur ekonomi. Minimnya ketersediaan infrastruktur akan menyebabkan produktivitas modal menjadi rendah sehingga dibutuhkan modal yang sangat besar untuk menciptakan output pembangunan dalam jumlah tertentu. Rendahnya produktivitas modal ditandai dengan nilai ICOR (incremental capital output ratio) yang tinggi, angka ini biasa ditemui pada daerah-daerah yang sedang berkembang.

  Ketersediaan infrastruktur di Kabupaten Pangandaran hingga saat ini masih relatif terbatas. Prasarana jalan, listrik, air bersih sistem perpipaan dan saluran drainase masih belum tersebar merata di

  Kabupaten Pangandaran Tahun 2016 - 2021

  seluruh wilayah. Sehingga potensi ekonomi yang besar belum dapat termanfaatkan bagi kesejahteraan masyarakat.

  

5) Belum optimalnya aksesibilitas ke kawasan-kawasan

daerah tujuan wisata

  Pengembangan pariwisata membutuhkan konektivitas yang baik antar satu daerah tujuan wisata dengan yang lainnya. Oleh sebab itu peningkatan aksesibilitas antar daerah tujuan wisata menjadi prasyarat penting pengembangan pariwisata di Kabupaten Pangandaran. Hingga saat ini akses pariwisata ke lokasi-lokasi tujuan wisata di pangandaran hanya terfokus pada aksesibilitas darat saja – yaitu jalan raya. Kondisi jalan raya yang ada juga belum begitu baik secara keseluruhan. Untuk pengembangan pariwisata ke depan Kabupaten Pangandaran membutuhkan aksesibilitas lain, seperti bandara, jalur rel kereta api, jalan tol dan pelabuhan. Oleh sebab itu kerjasama yang baik dengan pihak-pihak yang berkepentingan mutlak dilakukan oleh Pemerintah Daerah untuk meningkatkan Pangandaran sebagai salah satu tujuan wisata bertaraf internasional.

  

6) Belum efektifnya kemitraan dengan masyarakat lokal

dalam industri pariwisata

  Adanya kolaborasi pengembangan pariwisata Kabupaten Pangandaran dengan nilai-nilai budaya yang masih melekat di masyarakat. Tarian ronggeng ataupun jenis kesenian lain dapat dijadikan motor penggerak promosi pariwisata Kabupaten Pangandaran. selain itu, pengembangan desa-desa wisata bisa menjadi jalan lain dari terjadinya kolaborasi kesenian daerah dengan industri pariwisata.

  

7) Kurangnya pemberdayaan masyarakat dan kurangnya

kualitas dan kuantitas sumber daya manusia

  Beberapa kendala dari pembangunan yang ditujukan untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat seperti diantaranya adalah hambatan kelembagaan, sikap dan sumber daya. Hambatan kelembagaan dimaksudkan adalah dominasi

  Kabupaten Pangandaran Tahun 2016 - 2021

  pendekatan top-down yang mekanistik membuat pengembangan partisipatif sulit untuk dilakukan, meskipun pendekatan dengan konsep yang berpusat pada manusia dan bersifat partisipatif sudah mulai mendapat perhatian. Kendala sikap dimaksudkan masih belum kuatnya struktur hirarkis Pemerintah dan masih terdapat sikap-sikap Pegawai Negeri cenderung dilayani ketimbang melayani masyarakat. Keterbatasan sumber daya keuangan pemerintah disatu sisi, serta kualitas sumber daya manusia yang masih rendah di sisi lain juga merupakan hambatan besar bagi pelaksanaan pendekatan pemberdayaan masyarakat. Kualitas sumberdaya manusia Kabupaten Pangandaran sebagian besar belum mampu untuk bersaing secara global dikarenakan kualitas SDM masih sangat rendah. Rendahnya kualitas SDM berkorelasi juga dengan masih rendahnya sarana dan prasarana peningkatan kualitas SDM tersebut, seperti sarana pendidikan dan kesehatan yang masih terbatas.

  

8) Belum tergalinya potensi pariwisata yang dimiliki

Kabupaten Pangandaran secara merata sehingga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat.

  Salah satu keunggulan Kabupaten Pangandaran adalah bervariasinya jenis potensi wisata yang terdapat di seluruh wilayah Kabupaten Pangandaran. Aktivitas Pariwisata yang tersebar merata di seluruh kecamatan dan bisa menjadi leading sector karena memiliki keterkaitan ekonomi kebelakang maupun kedepan yang besar. Selain itu, memadukan sektor pariwisata sebagai unggulan utama dengan didukung oleh sektor ekonomi lainnya akan menambah kuat dan tangguhnya sektor perekonomian Kabupaten Pangandaran.

4.3 Isu-Isu Strategis Pembangunan Kabupaten Pangandaran

  Setelah identifkasi faktor internal (kekuatan dan kelemahan) serta faktor eksternal (peluang dan ancaman) dilakukan, maka untuk menghasilkan isu-isu strategis pembangunan di Kabupaten Pangandaran dilakukan analisis SWOT. Logika dasar dari analisis SWOT pada dasarnya adalah upaya yang dilakukan untuk dapat memaksimalkan kekuatan dan peluang, namun secara bersamaan

  Kabupaten Pangandaran Tahun 2016 - 2021

  dapat meminimalkan kelemahan dan ancaman. Jika suatu daerah mengidentifkasi beberapa kelemahan yang cukup signifkan, maka daerah tersebut akan berusaha berjuang untuk mengatasinya, dan berusaha semaksimal mungkin untuk mengubah kelemahannya menjadi kekuatan. Begitupun ketika suatu daerah dihadapkan pada adanya ancaman dari luar yang cukup signifkan, maka daerah terebut seharusnya berusaha menghindari ancaman tersebut dan berkonsentrasi upaya untuk meningkatkan peluang yang bisa didapatnya.

  Ada 4 alternatif strategi yang bisa dilakukan oleh suatu daerah dalam melaksanakan strategi pembangunannya, yaitu: a) Strategi SO, merupakan suatu strategi yang ditujukan untuk memanfaatkan kekuatan internal daerah agar dapat menarik keuntungan dari peluang eksternal yang mampu diambil oleh daerah.

  b) Strategi WO, adalah suatu strategi yang bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal daerah dengan cara mengambil keuntungan dari peluang eksternal yang dapat diraihnya karena terkadang peluang-peluang besar muncul tetapi daerah masih memiliki kelemahan internal yang menghalanginya untuk memanfaatkan peluang tersebut.

  c) Strategi ST, dilakukan dengan menggunakan kekuatan yang ada di daerah untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal yang akan dihadapinya.

  d) Strategi WT, pada dasarnya strategi ini merupakan taktik defensif yang diarahkan untuk mengurangi kelemahan internal serta menghindari ancaman eksternal yang ada dan akan dihadapi oleh daerah.

Tabel 4.1. dan tabel 4.2. di bawah ini mencoba untuk menjabarkan keempat strategi dalam analisis SWOT sebagai dasar

  untuk menghasilkan strategi pembangunan daerah selama 5 tahun yang akan datang di Kabupaten Pangandaran. Diharapkan alternatif strategi ini dapat dijadikan dasar untuk menyusun visi dan misi pembangunan RPJMD dalam jangka 5 tahun ke depan.

  • 2019 dan kerjasama Perguruan Tinggi Membuka Peluang perubahan dari DTW menjadi Pusat Pariwisata

  4) Pembangunan parisiwata berkelanjutan di Kabupaten Pangandaran akan tercipta dengan adanya dukungan dan kerjasama yang lebih baik tidak hanya dengan masyarakat pangandaran akan tetapi dengan pemerintah regional maupun nasional, maupun kerjasama dengan kementrian dan perguruan tinggi – bahkan kerjasama dengan luar negeri.

  3 Maish terdapat kondisi infrastruktur dasar yang belu baik, terutama jalan, yang menyebabkan aksesibilitas ke sebagian wilayah dirasakan sulit serta menghambat konektivitas dan pengembangan pembangunan secara inklusif

  2 RTRW Kabupaten Pangandaran belum disahkan, sehingga berbagai regulasi yang terkait dengan poses penataan ruang belum terimplementasikan

  3) Implementasi MEA bisa meningkatkan peluang Kabupaten Pangandaran sebagai daerah tujuan wisata

  1) Agar dapat menangkap peluang sebagai daerah kawasan strategis pariwisata nasional dan juga sebagai daerah tujuan pariwisata skala internasional maka Pemerintah Daerah Kabupaten Pangandaran harus mampu mewujudkan tata kelola pemerintahan yang akuntabel, bersih dan melayani. 2) Kemajuan pembangunan pariwisata yang berkelanjutan membutuhkan kepastian regulasi pengelolaan ruang dan lingkungan yang baik hingga ke tingkat yang lebih detail (zonasi). Oleh karenanya Pemerintah Daerah kabupaten Pangandaran harus segera membuat rencana ruang hingga ketingkat detail, agar mampu mewujudkan penataan ruang yang harmonis dan pengendalian pemanfaatan ruang yang berwawasan lingkungan

  Strategi WO, bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal daerah dengan cara mengambil keuntungan dari peluang eksternal yang dapat diraihnya. . Strategi WO yang diusulkan dari analisis internal dan eksternal diantaranya adalah:

  1 Kebijakan pembangunan di daerah belum terkoordinasi secara sempurna

  K e le m a h a n

  4 Sektor Pariwisata dipercaya bisa sustainable karena bisa diterima oleh kondisi sosial masyarakat dan sesuai dengan kondisi lingkungan

  3 Aktivitas Pariwisata tersebar merata di seluruh kecamatan dan bisa menjadi leading sector krn memiliki keterkaitan ekonomi kebelakang maupun kedepan yang besar

  2 Garis pantai yang panjang yang bisa melihat terbit dan tenggelamnya matahari dari tempat yang sama

  3) Potensi ekonomi parwisata Kabupaten Pangandaran mampu mendorong kedewasaan dan kreatiftas ekonomi yang lebih besar, yang bisa dijadikan dasar untuk tumbuh dan berkembangnya perekonomian kabupatensecara berkesinambungan dimasa yang akan datang, karena memiliki keterkaitan yang erat baik keterkaitan ke depan maupun keterkaitan kebelakang,

  Kabupaten Pangandaran Tahun 2016 - 2021

Tabel. 4.1

Strategi Pembangunan Kabupaten Pangandaran Berdasarkan

  2) Kondisi DTW yang ada, mampu menjadikan Kabupaten Pangandaran sebagai daerah tujuan wisata yang berskala internasional – sejajar dengan daerah tujuan wisata internasional lain di Indonesia.

  1) Pemerintah daerah Kabupaten Pangandaran mampu mewujudkan tingkat pelayanan yang lebih baik terkait dengan pengembangan sektor –sektor yang merupakan aktivitas kegiatan masyarakat terbesar, yaitu sektor pertanian, industri, perkebunan, pariwisata dan perikanan

  Strategi SO ditujukan untuk memanfaatkan kekuatan internal daerah agar dapat menarik keuntungan dari peluang eksternal yang mampu diambil oleh daerah. Strategi SO yang diusulkan dari analisis internal dan eksternal diantaranya adalah:

  1 Kabupaten Pangandaran memiliki daerah tujuan wisata (DTW) yang bervariasi

  K e ku a ta n

  Rencana pembangun an infrastruktur dalam RPJMN 2015

  Adanya Kementrian Pariwisatan dan Ekonomi Kreatif, akan mendorong aktivitas pariwisata dan ekonomi kreatif di Kabupaten Pangandara n

  Implement asi MEA memberik an peluang pasar di regional dan internasion al yang tinggi terhadap DTW Pangandar an

  Pangandara n sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional dan Pusat Pertumbuh an Jabar

  Peluang Dalam RTRW Jabar Pangandaran sebagai Kawasan Andalan Nasional dengan pertanian, industri, perkebunan, pariwisata dan perikanan sebagai sektor unggulan

  

SO dan WO

  4 Sumberdaya manusia

  Kabupaten Pangandaran Tahun 2016 - 2021

  1 Kabupaten Pangandaran memiliki daerah tujuan wisata (DTW) yang bervariasi

  3 Aktivitas Pariwisata tersebar merata di seluruh kecamatan dan bisa menjadi leading sector karena memiliki keterkaitan ekonomi kebelakang maupun kedepan yang besar

  2 Garis pantai yang panjang yang bisa melihat terbit dan tenggelamnya matahari dari tempat yang sama

  4) Keterkaitan yang besar antara aktivitas pariwisata dengan sektor-sektor ekonomi lainnya di Kabupaten Pangandaran menjadi ciri khas perekonomian Kabupaten Pangandaran yang mampu bersaing dengan produk-produk impor yang masuk akibat meningkatnya globalisasi ekonomi di kawasan ASEAN.

  3) Sektor Pariwisata yang berkelanjutan di Kabupaten Pangandaran didukung tidak saja oleh keindahan alam tetapi juga oleh keistimewaan budaya masyarakatnya diyakini bisa mencegah degradasi nilai-nilai budaya dan kearifan lokas masyarakat

  2) Keistimewaan DTW Kabupaten Pangandaran, baik dari variasinya sebaran lokasi, maupun dukungan masyarakat nya, mampu dijadikan dasar untuk menjadi daya tarik wisatawan - baik asing maupun domestik - datang ke daerah ini meskipun pada kondisi perekonomian dunia yang tidak stabil

  1) Semangat untuk melayani masyarakat akan bisa mewujudkan kabupaten Pangandaran sebagai tempat pariwisata yang responsif terhadap potensi bencana yang mungkin terjadi dan mampu menjaga lingkunganan agar dapat mewujudkan pariwisata yang berkelanjutan

  Strategi ST, bertujuan untuk menggunakan kekuatan yang ada di daerah untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal yang akan dihadapinya. Strategi ST yang diusulkan dari analisis internal dan eksternal yang telah dilakukan diantaranya adalah:

  K e ku a ta n

  Kabupaten Pangandaran perlu ditingkatkan agar mampu menciptakan manusia yang mandiri, berkualitas dan berdaya saing sehingga mampu mendorong pembangunan yang efsien dan efektif serta berkelanjutan kelas dunia. Kondisi ini hanya akan mampu diwujudkan dengan adanya dukungan pembangunan sarana dan prasarana pendukung parawisata yang memadai dan juga pembangunan sumberdaya manusia yang sesuai dengan persyaratan daerah tujuanwisata kelas dunia.

  Ketidakstabli an perekonomia n dunia mempengaru hi kedatangan wisatawan mancanegar a maupun domestik di Kabupaten Pangandaran

  DTW yang aktivitas pariwisatany a sudah berkembang berkorelasi dengan penurunan kualitas lingkungan di DTW tersebut, yang tidak menjamin keberlangsun gan pembanguna n wisata yang berkelanjutan

  Kondisi geografs Kabupaten Pangandar an secara alamiah berada pada daerah rawan akan bencana

  Kemudahan akses teknologi informasi, komunikasi dan modernisasi bisa menyebabk an berubahnya nilai-nilai sosial budaya dan kearifan lokal masyarakat di Kabupaten Pangandara n

  Ancaman Globalisasi membuat produk import mudah masuk, sementara aktivitas perekonomi an masyarakat dirasa belum mampu untuk bersaing

  

Tabel. 4.2

Strategi Pembangunan Kabupaten Pangandaran Berdasarkan

ST dan WT

  5 Program kemitraan dengan masyarakat lokal masih kurang dilaksanakan dalam industri pariwisata.

  4) Peningkatan perekonomian daerah yang inklusif melalui pengembangan sektor pertanian, perikanan, perkebunan

  4 Sektor Pariwisata dipercaya bisa sustainable karena bisa diterima oleh kondisi sosial masyarakat dan sesuai dengan kondisi lingkungan

  Kabupaten Pangandaran Tahun 2016 - 2021 K e le m a h a n

  1 RTRW Kabupaten Pangandaran belum disahkan, sehingga berbagai regulasi yang terkait dengan proses penataan ruang belum terimplementasikan

  Strategi WT, merupakan bentuk dari strategi defensif yang diarahkan untuk mengurangi kelemahan internal serta menghindari ancaman eksternal yang ada dan akan dihadapi oleh daerah. Strategi WT yang diusulkan dari analisis internal dan eksternal yang telah dilakukan diantaranya adalah

  1) Hal yang perlu dihindari oleh Pemerintah Kabupaten Pangandaran adalah terhambatnya upaya untuk melakukan proses reformasi birokrasi pemerintah.

  Kondisi ini akan berdampak pada aktivitas andalan daerah yaitu pariwisata – berupa penanganan yang lambat terhadap potensi bencana sehingga memperkecil terwujudnya sustainable tourism, hilangnya dukungan masyarakat terhadap pemerintah, serta terkikisnya budaya dan kearifan lokal. Apabila hal ini terjadi maka pariwisata di Kabupaten Pangandaran akan ditinggalkan oleh para wisatawan baik dari domestik maupun wisatawan mancanegara

  2) Sustainable tourism hanya akan bisa terwujud jika Pemerintah Daerah Kabupaten Pangandaran mampu meningkatkan penegakkan regulasi (law enforcement) di bidang tata ruang

  3) Peningkatan infrastruktur secara umum dan inftrastruktur pariwisata secara khusus dan juga peningkatan sumberdaya manusia akan meningkatkan daya saing pariwisata Kabupaten Pangandaran, sehingga menjadi daya tarik bagi wisatawan – baik domestik maupun mancanegara. 4) Social acceptabel dari aktivitas pariwisata menjadi prasyarat bagi terwujudnya pariwisata yang berkelanjutan akan tercipta apabila ada kemitraan antara masyarakat dengan para pelaku di industri pariwisata

  2 Masih kurang/buruknya kondisi infrastruktur dasar, terutama jalan, yang menyebabkan aksesibilitas ke sebagian wilayah dirasakan sulit serta menghambat konektivitas dan pengembangan pembangunan secara inklusif

  3 Sumberdaya manusia Kabupaten Pangandaran perlu ditingkatkan agar mampu menciptakan manusia yang mandiri, berkualitas dan berdaya saing sehingga mampu mendorong pembangunan yang efsien dan efektif serta berkelanjutan

  4 Program kemitraan dengan masyarakat lokal masih kurang dilaksanakan dalam industri pariwisata.