Tugas Mengenai legal drafting (bta)

LEGISLATIF DRAFTING
“RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI
TENTANG PENGAWASAN PEREDARAN, PENGGUNAAN DAN
PERLINDUNGAN MINUMAN TRADISIONAL BALI (BREM, TUAK,
ARAK (BTA) )”

KELAS VI D
Oleh :
I Nyoman Nata Suryawan
1504742010228
I Kt. Arya Widiasa Gapar
1504742010202
I Gede Yuliada Nurama
1504742010216

Npm.
Npm.
Npm.

JURUSAN ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MAHASARASWATI
2018

NASKAH AKADEMIK
RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI
TENTANG PENGAWASAN PEREDARAN, PENGGUNAAN DAN PERLINDUNGAN
MINUMAN TRADISIONAL BALI (BREM, TUAK, ARAK (BTA) )
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pulau Bali yang begitu terkenal yaitu alam yang indah dan budaya yang unik sudah menjadi
sesuatu yang lumrah dalam tujuan wisata, namun masih banyak peluang yang bisa
dikembangkan untuk menjadi daya tarik pariwisata, salah satunya adalah kuliner. 1 Kuliner
tradisional yang ditawarkan pun tidak kalah menariknya untuk menjadi sesuatu yang
diistimewakan dalam pariwisata. Minuman tradisional Bali sangat beragam macamnya, mulai
dari minuman beralkohol maupun obat tradisional Bali. 2 Pulau Bali sebagai daerah pariwisata,
tentunya memiliki beraneka ragam makanan dan minuman khas yang beraneka ragam
jenisnya. Khususnya mengenai minuman khas/tradisional yang sering dibuat untuk dikonsumsi
dan sarana upacara di Bali berupa brem, tuak dan arak pada dasarnya termasuk minuman
beralkohol yang pengawasan peredaran, penggunaan dan perlindungannya belum diatur dengan

baik oleh pemerintah daerah Bali.3 Hal ini dikarenakan belum adanya peraturan terkait
pengawasan peredaran, penggunaan dan perlindungan minuman beralkohol yang jenisnya brem,
tuak, dan arak yang termasuk minuman tradisional.

1

I Komang Antara., Sudarsana Arka, Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Dan Disparitas
Pendapatan Antardaerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Provinsi Bali. Jurnal Ekonomi
Kuantitatif Terapan, Vol 8 No.1, Febuari 2015.
2

I Made, Suarsana, 2015, “Desain Komunikasi Visual Sebagai Media Sosialisasi Minuman Tradisional Loloh
Bali”.Jurnal advokasi ISI Denpasar, vol 1, hal 1.
3
Supratikno Raharjo,Agus Aris Munandar, Sejarah Kebudayaan Bali: Kajian Perkembangan dan Dampak
Pariwisata (Jakarta: Direktorat Jendral Kebudayaan, 1998),

Minuman tradisional Bali khususnya berupa brem, tuak dan arak digunakan oleh masyarakat
Hindu di Bali sebagai sarana upacara keagamaan. Saat ini pengawasan peredaran, penggunan
dan perlindungannya masih menyimpang dari semestinya, maka dari itu perlu diatur oleh

pemerintah provinsi Bali dalam bentuk Perda agar minuman tradisional tersebut tidak
disalahgunakan.
Di dalam penggunaanya, pemerintah Provinsi Bali perlu menegaskan yang mana minuman
yang digunakan untuk sarana upacara dan yang mana dapat dikonsumsi. Karena keberadaan
minuman tradisional tersebut bisa saja mengancam jiwa manusia baik secara langsung maupun
tidak langsung. Pada kenyataan yang ada, negara kita sampai sekarang belum dapat membuat
payung hukum tentang pengawasan peredaran, penggunaan dan perlindungan minuman
tradisional tersebut. Dan perlu diatur pembatasan usia yang mengonsumsi minuman tersebut agar
tidak semua usia dapat mengonsumsinya, karena anak-anak perlu dilindungi dari mengonsumsi
minuman tersebut untuk mengantisipasi dampak-dampak negatif yang mungkin timbul terhadap
peredaran minuman tradisional tersebut, memanglah mendesak supaya seyogyanya dibentuk
suatu peraturan daerah di provinsi Bali mengenai pengawasan peredaran, penggunaan dan
perlindungan minuman tradisional tersebut. Perda juga perlu mengatur perlindungan mengenai
hak cipta minuman tradisional Bali tersebut agar tidak di klaim negara lain. Dan akhirnya
masyarakat Bali dapat memiliki produknya sendiri yang mencirikan khas daerah Bali yang sudah
dikenal oleh nasional maupun mancanegara. Pemerintah juga wajib memberikan label pada
kemasan produk minuman tradisional tersebut, agar masyarakat bisa membedakan minuman
untuk ritual keagamaan, maupun minuman untuk dikonsumsi.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latar belakang dan alasan tersebut, identifikasi masalah dirumuskan sebagai berikut;

1. Pengawasan peredaran, penggunaan dan perlindungan minuman tradisional Bali khususnya
brem, tuak dan arak untuk mengantisipasi terjadinya penyalahgunaan akibat ketidaktahuan
antara minuman untuk kegiatan upacara keagamaan dan untuk dikonsumsi.
2. Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, diperlukan turut campur atau pelibatan negara,
dalam hal ini Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Bali, sebagai penyelenggara negara
yang berfungsi dalam bidang legislasi nasional, memandang perlu untuk mengajukan usul

inisiatif rancangan peraturan daerah provinsi yang mengatur tentang pengawasan peredaran,
penggunaan dan perlindungan minuman tradisional Bali.
3. Landasan filosofis pembentukan rancangan peraturan daerah provinsi yang mengatur tentang
pengawasan peredaran, penggunaan dan perlindungan minuman tradisional Bali ini adalah
demi mewujudkan kepedulian mengembangkan industri wisata di Bali, landasan sosiologis
merupakan kebutuhan masyarakat akan rasa keamanan, ketertiban, dan kenyamanan, dan
landasan yuridis dijamin oleh Konstitusi Negara Republik Indonesia, dimana setiap
warganegara berhak mendapatkan lingkungan hidup yang baik, dan sehat.
4. Adapun sasaran yang akan diwujudkan, ruang lingkup pengaturan, jangkauan, dan arah
pengaturan

tentang


tradisional Bali.

pengawasan peredaran, penggunaan dan perlindungan minuman

ini, akan tercermin dalam batang tubuh rancangan peraturan daerah

provinsi ini.
C. TUJUAN, KEGUNAAN, DAN SASARAN
Sesuai dengan ruang lingkup identifikasi masalah yang dikemukakan diatas, maka penyusunan
Naskah Akademik dirumuskan sebagai berikut:
1. Bertujuan untuk memberikan latar belakang, arahan dan dukungan dalam perumusan
pengaturan, dan pengendalian peredaran minuman tradisional Bali khususnya brem,
tuak dan arak dengan segala

dimensinya

secara

menyeluruh, terpadu, dan


berwawasan lingkungan;
2. Berguna sebagai acuan atau referensi penyusunan dan pembahasan Rancangan peraturan
daerah provinsi tentang pengawasan peredaran minuman tradisional Bali khususnya
brem, tuak dan arak, dengan memberikan uraian tentang aspek pengaturan pengendalian
peredaran minuman tradisional Bali khususnya brem, tuak dan arak dengan segala
dimensinya, di masa kini dan masa yang akan datang;
3. Dalam segi penggunaannya agar masyarakat mengetahui dan mampu membedakan
minuman untuk ritual keagamaan, maupun minuman untuk dikonsumsi.
4. Mempunyai sasaran agar terwujudnya tata pengaturan pengendalian peredaran minuman
tradisional Bali khususnya brem, tuak dan arak di provinsi Bali.

D. METODE
Penyusunan Naskah Akademik ini, menggunakan Metode Penelitian Hukum, baik melalui
metode yuridis normatif, maupun melalui metode empiris, dan metode penelitian sosial, dengan
Metode Survei, yaitu;
1. Metode Yuridis Normatif, dilakukan melalui Studi Pustaka, yang menelaah (terutama)
data sekunder yang berupa peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan
Minuman beralkohol.
2. Metode Yuridis Empiris, atau sociolegal adalah penelitian yang diawali dengan
penelitian normatif, yang dilanjutkan dengan observasi yang mendalam serta

penyebarluasan quesioner, untuk mendapatkan data non hukum yang terkait dan
berpengaruh terhadap peraturan perundang-undangan yang diteliti.

BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTIK EMPIRIS
A. KAJIAN TEORITIS
1. Minuman tradisonal;
Adalah minuman yang diracik dengan bahan - bahan unik , yang merupakan warisan nenek
moyang. Minuman tradisional dibuat secara alami tanpa bahan pengawet dan juga sederhana.
Minuman tradisional Bali kebanyakan mengandung ethanol. Contoh minuman tradisional Bali
yang mengandung ethanol misalnya brem, tuak, arak yang diproses dari bahan hasil pertanian
yang mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi dan destilasi atau fermentasi tanpa
destilasi, baik dengan cara memberikan perlakuan terlebih dahulu atau tidak, menambahkan
bahan lain.4
2. Fermentasi, dan Destilasi;
Fermentasi, adalah suatu cara untuk mengubah substrat menjadi produk tertentu yang
dikehendaki dengan menggunakan bantuan mikroba, sedangkan Destilasi, adalah suatu proses
pemisahan ethanol dari cairan termentasi. Adapun alkohol adalah senyawa ethanol (ethyl
alcohol), yaitu suatu jenis alkohol yang paling populer digunakan dalam industri.5
B. PRAKTIK EMPIRIS

Minuman tradisional khususnya brem, tuak dan arak dalam kehidupan masyarakat di Bali
sepertinya sudah tidak asing lagi. Saat ini, minuman beralkohol dikonsumsi oleh remaja, orang
dewasa, hingga orangtua yang sudah berumur, kesadaran masyarakat kita tentang bahaya
minuman beralkohol masih sangat minim yang mana termasuk untuk kegiatan ritual keagamaan
dan yang mana untuk dikonsumsi.6
Dari segi kehidupan sosial keagamaan, minuman tradisional khususnya brem, tuak dan
arak sangat banyak digunakan masyarakat Bali untuk upacara keagamaan. Tidak jarang juga
4

AGRITECH, Vol. 37, No. 1, Februari 2017, Hal. 7-14

5
6

Wamaliya, Firmila dan I Gusti Putu Nata Wirawan, Minuman Tradisional, E-Jurnal EP Unud,
Vol.3 No.6, pp: 227-281

banyak masyarakat yang salah paham bahwa minuman tersebut untuk upacara agama malah
dikonsumsi.
Bali sebagai daerah pariwisata, tentunya banyak beredar minuman-minuman tersebut

yang digunakan untuk ritual keagamaan dan untuk dikonsumsi yang cukup menarik perhatian
wisatawan. Banyak pelaku usaha yang mengedarkan minuman-minuman tersebut yang ilegal.
Hal ini disebabkan karena belum adanya peraturan terkait pengawasan peredaran minumanminuman tersebut di Bali.
C. KAJIAN TERHADAP ASAS YANG TERKAIT DENGAN NORMA (KAIDAH)
Analisa terhadap asas yang terkait dengan norma tentang minuman beralkohol antara
lain:
1. Asas Keseimbangan Kesehatan dan Nilai-nilai Ekonomis
Sebagaimana diuraikan di Bab Pendahuluan, bahwa minuman tradisional Bali khususnya
berupa brem, tuak dan arak sebenarnya adalah suatu minuman yang mengandung alkohol,
dimana didalamnya juga berisi ethanol, yang kalau penggunaannya tidak sesuai dengan aturan
yang tercantum dalam UU No. 23/1992 tentang Kesehatan, sangat berbahaya untuk kesehatan
manusia.7
2.

Asas Kemanfaatan Umum
Pengendalian peredaran minuman – minuman tersebut dilaksanakan untuk memberikan

manfaat yang sebesar-besarnya bagi kepentingan kesehatan pribadi maupun umum. Di samping
itu pengendalian peredaran minuman tradisional Bali khususnya berupa brem, tuak dan arak juga
diarahkan untuk tidak merugikan kepentingan tenaga kerja, baik di pertanian/perkebunan,

maupun di industri minuman.8
Oleh sebab itu, didalam rancangan peraturan daerah provinsi ini, salah satunya
memperhatikan dengan sungguh-sungguh asas kemanfaatan untuk publik (umum) secara
komprehensif.
7

Hartanti Nurwijaya, Zullies Ikawati, dkk, 2009, Bahaya Alkohol dan Cara Mencegah
Kecanduannya, Cetakan 1, PT Elex Media Komputindo, Jakarta. hal.10.
8
Arief Hakim, M., 2004, Bahaya Narkoba-Alkohol :cara Islam mengatasi, mencegah dan
melawan, Edisi 1, Nuansa, Bandung. Hal. 65.

3. Asas Keterpaduan dan Keserasian
Penyelenggaraan pengendalian dan keserasian dalam pengendalian Minuman tradisional
Bali khususnya berupa brem, tuak dan arak, dilaksanakan secara seimbang dalam mewujudkan
keserasian untuk berbagai

kepentingan baik kepentingan kesehatan, kepentingan ekonomis

pariwisata, maupun keagamaan.

D. KAJIAN TERHADAP KONDISI YANG ADA
Konsumsi

Minuman tradisional Bali khususnya berupa brem, tuak dan arak sudah

menjadi masalah yang kompleks, tidak saja menyangkut masalah di bidang kesehatan tetapi
juga menyangkut masalah-masalah yang berkaitan dengan Ritual Keagamaan, dan perpajakan,
serta tidak jarang juga masalah yang berdampak psikologis.
Di Bali, konsumsi terhadap minuman tersebut juga menjadi salah satu masalah yang
harus dihadapi. Industri pariwisata di Bali banyak mengedarkan minuman beralkohol ilegal
dipasaran. Banyak pelaku usaha yang mengedarkan minuman tersebut secara ilegal, tanpa
melihat batasan umur, serta tidak memberikan lebel yang mana seharusnya dikonsumsi dan mana
yang dioergunakan untuk ritual agama.
E. KAJIAN TERHADAP IMPLIKASI PENERAPAN SISTEM BARU
Kajian terhadap implikasi penerapan sistem baru yang akan diatur dalam Rancangan
peraturan daerah provinsi tentang pengawasan peredaran dan penggunaan Minuman tradisional
Bali khususnya berupa brem, tuak dan arak, akan memiliki implikasi, baik terhadap aspek
kehidupan masyarakat, maupun terhadap aspek beban keuangan negara.
1. Aspek Kehidupan Masyarakat;
Penggunaan Minuman tradisional Bali khususnya berupa brem, tuak dan arak dalam
kehidupan masyarakat, seringkali didasari oleh motif-motif sosial, antara lain seperti untuk
meningkatkan prestige, atau adanya pengaruh pergaulan dan perubahan gaya hidup. Selain itu,
aspek sosial lainnya, seperti sistem norma dan nilai (keluarga dan masyarakat), juga menjadi
kunci dalam permasalahan penyalahgunaan alkohol. dan peredaran minuman beralkohol
khususnya didaerah Bali masih belum adanya pengawasan secara komprehensif.

Oleh sebab itu, perlu dibentuknya suatu peraturan daerah provinsi yang mengatur tentang
pengawasan peredaran dan penggunaan Minuman tradisional Bali khususnya berupa brem, tuak
dan arak, akan berdampak positif bagi kehidupan masyarakat.
2. Aspek Beban Keuangan;
Sebagaimana dimaklumi bersama, bahwa penerapan sistem baru, apalagi yang berkaitan
dengan diberlakukannya suatu peraturan perundang-undangan dalam bentuk peraturan daerah
provinsi yang mengatur tentang pengawasan peredaran Minuman Beralkohol, dipastikan akan
memiliki dampak terhadap aspek beban keuangan pemerintah daerah provinsi Bali.
Pembuatan Naskah Akademik, dan draf rancangan Perda Provinsi tentang pengawasan
peredaran dan penggunaan Minuman tradisional Bali khususnya berupa brem, tuak dan arak
yang melibatkan banyak pihak sebagai stake- holder, tentunya memerlukan dana, pengusul
sangat yakin bahwa beban keuangan ini sangat tidak berarti dengan manfaat yang akan diperoleh
jika RaPerda Provinsi tentang pengawasan peredaran dan penggunaan Minuman tradisional Bali
khususnya berupa brem, tuak dan arak ini, menjadi peraturan daerah provinsi Bali dan mengikat
seluruh warga Bali.

BAB III
ANALISIS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT
A. KONDISI HUKUM YANG ADA
Dalam UU No. 23/1992 tentang Kesehatan, masalah minuman beralkohol, tidak diatur secara
eksplisit. Dalam Pasal 44 UU No. 23/1992 berbunyi:
1) Pengamanan penggunaan bahan yang mengandung zat adiktif, diarahkan agar
tidak mengganggu dan membahayakan kesehatan perorangan, keluarga, masyarakat,
dan lingkungannya.
2) Produksi, peredaran, dan penggunaan bahan yang mengandung zat adiktif, harus
memenuhi standar dan/atau persyaratan yang ditentukan.
3) Ketentuan mengenai pengaman bahan yang mengandung zat adiktif, sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dan (2) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
Dalam Penjelasan Pasal 44 tersebut dikatakan bahwa:
1) Bahan yang mengandung zat adiktif adalah bahan yang penggunaannya dapat
menimbulkan kerugian bagi dirinya atau masyarakat sekelilingnya;
2) Penetapan standar diarahkan agar zat adiktif yang dikandung oleh bahan tersebut dapat
ditekan dan untuk mencegah beredarnya bahan palsu. Penetapan persyaratan penggunaan
bahan yang mengandung zat adiktif ditujukan untuk menekan dan mencegah penggunaan
yang mengganggu atau merugikan kesehatan orang lain;
B. KETERKAITAN UNDANG-UNDANG DAN PERATURAN DAERAH
Salah satu alasan yang sangat penting disusunnya Naskah Akademik Rancangan
peraturan daerah provinsi ini tentang pengawasan pengedaran dan penggunaan Minuman
tradisional Bali khususnya berupa brem, tuak dan arak, karena hingga saat ini belum ada suatu
peraturan daerah provinsi yang mengatur secara khusus tentang pengawasan peredaran dan
penggunaan Minuman tradisional Bali khususnya berupa brem, tuak dan arak.
Oleh sebab itu, untuk membahas keterkaitan undang-undang dengan RaPerda tentang
pengawasan peredaran dan penggunaan minuman tradisional Bali khususnya berupa brem, tuak

dan arak ini, dapat disebutkan bahwa Undang-Undang yang terkait adalah Undang-Undang No. 5
Tahun 1997 tentang Psikotropika, dan Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika,
yang dampak negatifnya kurang lebih sama dengan Minuman beralkohol, dan telah diatur
dalam suatu Undang-Undang tersendiri.
Dibawah ini beberapa contoh, antara lain;
1. UU No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika;
a)

Konsiderans Menimbang, huruf d, yaitu “bahwa penyalahgunaan psikotropika dapat

merugikan kehidupan manusia dan kehidupan bangsa, sehingga pada gilirannya, dapat
mengancam ketahanan nasional”
b)

Ketentuan Umum, Pasal 1, point 1, sebagai berikut: “Psikotropika, adalah zat atau obat, baik

alamiah maupun sintetis bukari narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh seloektif
pada susunan saraf pusat, yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan
perilaku”
2. UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika:
a) Konsideran Menimbang, huruf e, yaitu “bahwa tindak pidana Narkotika telah bersifat
transnasional yang dilakukan dengan menggunakan modus operandi yang tinggi, teknologi
canggih, didukungoleh jaringan organisasi yang luas, dan sudah banyak menimbulkan korban,
terutama di kalangan generasi muda bangsa yang sangat membahayakan kehidupan masyarakat,
bangsa, dan negara sehingga Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika sudah
tidak sesuai lagi dengan perkembangan situasi dan kondisi yang berkembang untuk
menanggulangi dan memberantas tindak pidana tersebut;”
b) Ketentuan Umum, Pasal 1, point 1, sebagai berikut; “Narkotika adalah zat atau obat yang
berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat
menyebabkan

penurunan

atau

perubahan

kesadaran,

hilangnya

rasa,

mengurangi

sampaimenghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke
dalam golongangolongansebagaimana terlampir dalam Undang-Undang ini.

3.

Perda Kab. Sleman No. 8 Tahun 2007, tentang Minuman Beralkohol;

Konsiderans Menimbang huruf a, “bahwa dalam rangka menjaga dan memelihara kesehatan
jasmani dan rohani masyarakat, ketentraman danketertiban masyarakat, tujuan pariwisata, adat
istiadat, dan agama, maka perlu adanya pengawasan dan pengendalian melalui pelarangan
pengedaran, penjualan, dan penggunaan minuman beralkohol”.

BAB IV
LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS
A. LANDASAN FILOSOFIS;
Secara filosofis, pengawasan peredaran dan penggunaan minuman tradisional Bali
khususnya berupa brem, tuak dan arak tersebut sebagai wujud kepedulian mengembangkan
industri khususnya industri pariwisata di Bali. Minuman tersebut pada dasarnya merupakan suatu
bentuk gangguan terhadap kehidupan dan penghidupan masyarakat bila disalahgunakan.
Didalam UUD 1945, dikuatkan pula dengan hak setiap orang atas perlindungan diri
pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda yang dibawah kekuasaannya,serta
berhak atas rasa aman dari ancaman ketakutan untuk berbuat, atau tidak berbuat sesuatu, yang
merupakan hak asasi, hak hidup sejahtera lahir batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik, dan sehat, serta berhak mernperoleh pelayanan kesehatan (Pasal 28
G, ayat (1), dan Pasal 28 H, ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
B. LANDASAN SOSIOLOGIS;
Pertimbangan sosiologis berkaitan dengan permasalahan empiris, dan kebutuhan yang
dialami oleh masyarakat, yang menyangkut tentang pengaturan pengawasan peredaran minuman
beralkohol. Oleh karena itu, secara sosiologis, Perda Provinsi tentang pengawasan peredaran
minuman tradisional Bali khususnya berupa brem, tuak dan arak haruslah memberikan jawaban
atau solusi terhadap permasalahan yang berkaitan dengan peredaran minuman beralkohol.
C. LANDASAN YURIDIS
Aspek yang berkaitan dengan hukum (yuridis) dalam pembentukan Rancangan peraturan
daerah provinsi Bali tentang pengawasan peredaran minuman tradisional Bali khususnya berupa
brem, tuak dan arak ini, dikaitkan dengan peran hukum baik sebagai pengatur perilaku (social
control), maupun sebagai instrumen untuk penyelesaian suatu masalah (dispute solution). Aspek
yuridis ini sangat diperlukan, karena hukum, atau peraturan perundang-undangan dapat

menjamin adanya kepastian (certainty), dan keadilan (fairness) dalam penanganan akibat
minuman tradisional Bali khususnya berupa brem, tuak dan arak ini.
Dalam kaitannya dengan peran dan fungsi hukum tersebut, maka persoalan hukum yang
terkait dengan pengaturan, pengendalian, dan pengawasan terhadap penggunaan minuman
beralkohol masih bersifat sektoral, dan parsial, sedangkan kebutuhan yang sangat mendesak
adalah adanya peraturan daerah provinsi yang mengatur tentang pengawasan peredaran minuman
beralkohol.9

9

Satya Joewana, 1989, Gangguan Penggunaan Zat Narkotika, Alkohol dan Zat Adiktif Lain,
Cetakan 1, PT Gramedia, Jakarta. hal 56.

BAB V
JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN,
DAN RUANG LINGKUP MATERI MUATAN
A. JANGKAUAN PENGATURAN
Lingkup atau Jangkauan pengaturan, dalam Rancangan Peraturan daerah provinsi Bali
tentang Pengawasan Peredaran dan Penggunaan minuman tradisional Bali khususnya berupa
brem, tuak dan arak ini, mencakup hal-hal sebagai berikut:
Pencegahan
Pengawasan;
Penindakan
Pengadaan
Penyediaan
Peredaran
Penggunaan
Kewenangan mengawasi
Jenis minuman beralkohol
Jumlah kuota yang diijinkan bagi masing-masing hotel di Bali
Mekanisme kerjasama
B. ARAH PENGATURAN
Dalam pengadaan dan pengawasan peredaran minuman tradisional Bali khususnya berupa brem,
tuak dan arak yang legal dikalangan masyarakat diperlukan suatu peraturan yang menjadi payung
hukum dalam melaksanakan hal tersebut.

Peraturan pengadaan minuman tradisional Bali khususnya berupa brem, tuak dan arak adalah
untuk mengantisipasi terjadinya pelanggaran akibat ketidaktahuan akan minuman yang
digunakan untuk ritual keagamaan atau untuk dikonsumsi.
C. RUANG LINGKUP MATERI MUATAN
Berdasarkan ketentuan Pasal 10 UU No. 12 Tahun 2011, maka masalah pengendalian
peredaran minuman beralkohol, karena menyangkut hak-hak asasi manusia untuk mendapatkan
pekerjaan yang layak, untuk mendapatkan lingkungan hidup yang sehat, dan untuk berkreasi dan
berekspresi, hak dan kewajiban warga negara, keuangan negara, dan untuk mendapatkan
perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia tersebut, maka pengendalian minuman beralkohol,
merupakan salah satu materi muatan undang-undang ini.
Selanjutnya, mengenai ruang lingkup Materi Muatan, pada dasarnya mencakup:
1. Ketentuan Umum
Dalam ketentuan umum ini, memuat rumusan akademik mengenai
pengertian istilah, dan trasa, yaitu;
1. Istilah,

adalah

kata

atau

frasa

yang

dipakai

sebagai

nama/lambang,

yang

mengungkapkan makna, konsep, proses, keadaan, atau sitat yang khas dalam bidang
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
2. Frasa, adalah satuan linguistik yang lebih besar dari kata, dan lebih kecil dari klausa, dan
kalimat. Frasa berarti juga kumpulan kata non predikat.
2. Materi Muatan Yang Akan Diatur;
Sebagaimana diuraikan di atas, maka materi muatan atau substansi yang berkaitan dengan
RaPerda tentang pengawasan peredaran minuman tradisional Bali khususnya berupa brem, tuak
dan arak, harus diatur sejak dari hulu sampai dengan hilir, atau sejak dari produksi minuman
keras sampai dengan penggunaannya (konsumsi), termasuk

ekspor dan impornya. Adapun

materi muatan Rancangan Peraturan Daerah tentang Pengawasan Peredaran minuman tradisional
Bali khususnya berupa brem, tuak dan arak, meliputi, antara lain:

a. Pencegahan;
Norma yang dapat dibuat :
1. pengkajian dan penyusunan kebijakan untuk mencegah terjadinya peredaran, pengadaan
dan penyediaan minuman tradisional Bali khususnya berupa brem, tuak dan arak yang
tidak sesuai dengan fungsinya;
2. pencegahan terjadinya penyediaan minuman tradisional Bali khususnya berupa brem,
tuak dan arak berlebihan untuk kalangan dibawah umur.
3. sosialisasi dan penyadaran larangan peredaran minuman tradisional Bali khususnya
berupa brem, tuak dan arak yang ilegal kepada masyarakat dan Pelaku Usaha; dan
4. pembinaan kepada masyarakat dan Pelaku Usaha terhadap larangan minuman tradisional
Bali khususnya berupa brem, tuak dan arak yang ilegal.
b. Pengawasan;
Norma yang dapat dibuat :
1. Produksi minuman tradisional Bali khususnya berupa brem, tuak dan arak
2. Perdagangan minuman tradisional Bali khususnya berupa brem, tuak dan arak
3. Pengedaran minuman tradisional Bali khususnya berupa brem, tuak dan arak
4. Penyimpanan minuman tradisional Bali khususnya berupa brem, tuak dan arak
5. Pengadaan minuman tradisional Bali khususnya berupa brem, tuak dan arak
c. Penindakan
Norma yang dapat dibuat antara lain:
1. Penindakan terhadap pelaku yang melanggar ketentuan perda ini.
d. Pengadaan
Norma yang dapat dibuat antara lain:

1. Pengadaan minuman tradisional Bali khususnya berupa brem, tuak dan arak yang
legal
2. jumlah pengadaan minuman tradisional Bali khususnya berupa brem, tuak dan
arak
3. ijin pengadaan minuman tradisional Bali khususnya berupa brem, tuak dan arak
e. Penyediaan
Norma yang dapat dibuat antara lain;
1. Penyediaan minuman tradisional Bali khususnya berupa brem, tuak dan arak yang legal
2. Kuota penyediaan bagi masing-masing retailman
3. ijin penyediaan minuman tradisional Bali khususnya berupa brem, tuak dan arak
f. Peredaran
Norma yang dapat dibuat antara lain;
1. Siapa saja yang boleh mengedarkan minuman tradisional Bali khususnya berupa brem,
tuak dan arak legal
2. menjual dan membeli minuman tradisional Bali khususnya berupa brem, tuak dan arak
baik langsung ataupun tidak langsung
3. mengedarkan minuman tradisional Bali khususnya berupa brem, tuak dan arak baik
secara langsung maupun tidak langsung
g. Kewenangan mengawasi
Norma yang dapat dibuat antara lain:
1. Siapa saja yang berwenang mengawasi, pengadaan,penyediaaan, dan peredaran minuman
tradisional Bali khususnya berupa brem, tuak dan arak

h. Jumlah kuota yang diijinkan bagi masing-masing hotel di Bali
Norma yang dapat dibuat antara lain:
1. Jumlah kuota yang diijinkan bagi masing-masing hotel untuk penggunaan minuman
tradisional Bali khususnya berupa brem, tuak dan arak
i. Mekanisme kerjasama
Norma yang dapat dibuat antara lain:
1. Aturan tentang mekanisme kerjasama dalam pencengahan dan pembinaan terkait dengan
minuman tradisional Bali khususnya berupa brem, tuak dan arak.
D. Penegakkan Hukum dan Ketentuan Sanksi;
Norma-norma yang dapat dibuat antara lain adalah:
Sanksi pidana dikenakan kepada setiap orang yang melanggar ketentuan dalam Perda
ini.
E. Ketentuan Peralihan
Ketentuan Peralihan adalah salah satu ketentuan dalam peraturan perundang-undangan
yang rumusannya dapat didefinisikan “ketika diperlukan atau jika diperlukan”. Definisi ini
berarti bahwa tidak semua peraturan perundang-undangan memiliki Ketentuan Peralihan
(Transitional Provision). Substansinya bahwa Ketentuan Peralihan diperlukan untuk mencegah
kondisi kekosongan hukum akibat perubahan ketentuan dalam perundang-undangan.

BAB VI
PENUTUP
Berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang , Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan, di Bab Penutup ini, diuraikan juga tentang Sub Bab mengenai Kimpulan
dan Sub Bab Saran.
A. KESIMPULAN
1. Pengawasan peredaran minuman tradisional Bali khususnya berupa brem, tuak dan arak
pada hakekatnya agar masyarakat bisa membedakan minuman untuk ritual keagamaan,
maupun minuman untuk dikonsumsi.
2. Saat ini belum ada peraturan perundang-undangan dalam bentuk Peraturan Daerah
Provinsi yang khusus mengatur tentang Pengawasan Peredaran minuman tradisional Bali
khususnya berupa brem, tuak dan arak.
B. SARAN
1. Untuk mengantisipasi terjadinya pelanggaran akibat ketidaktahuan akan aturan jenis
minuman beralkohol yang harus dilengkapi bea cukai yang sah.dan juga untuk
mengawasi dan menindak pelaku usaha yang melanggar, perlu diterbitkannya Peraturan
Daerah Provinsi yang khusus mengatur tentang Pengawasan Peredaran Minuman
Beralkohol.
2. Untuk melaksanakan amanah Pasal 28 H ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia 1945
yang intinya, bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir batin, maka RaPerda
tentang Pengawasan Peredaran minuman tradisional Bali khususnya berupa brem, tuak
dan arak, hendaknya menjadi Prioritas dalam Program Legislasi Daerah tahun 2018, dan
dibahas serta diundangkan dalam Tahun 2018.

DAFTAR PUSTAKA
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945:
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nornor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan, khususnya mengenai teknik Penyusunan Peraturan
Perundang-undangan di Indonesia;
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan, khususnya mengenai I teknik Penyusunan Peraturan
Perundang-undangan di Indonesia;
5. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengawasan dan
Pengendalian Minuman Beralkohol;
8. Perda Kab. Sleman No. 8 Tahun 2007, tentang Minuman Beralkohol

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR ... TAHUN ...
TENTANG PENGAWASAN PEREDARAN, PENGGUNAAN DAN
PERLINDUNGAN MINUMAN TRADISIONAL BALI (BREM, TUAK,
ARAK (BTA) )”
GUBERNUR BALI,
Menimbang :
a. bahwa Minuman Tradisional Bali (Brem, Tuak, Arak) adalah minuman beralkohol yang
berasal dari proses penyulingan yang digunakan masyarakat Bali sebagai pelengkap upacara
keagamaan dan konsumsi, bila dikonsumsi minuman tersebut dapat menimbulkan dampak
negatif, baik terhadap individu, keluarga maupun lingkungan sosial serta dapat menjadi
pemicu munculnya berbagai gangguan kesehatan, keamanan, ketentraman dan ketertiban
masyarakat.
b. bahwa salah satu upaya untuk melindungi masyarakat dari dampak negatif Minuman
Tradisional Bali (Brem, Tuak, Arak) perlu adanya pengawasan peredaran, penggunaan dan
perlindungan minuman tradisional bali (brem, tuak, arak) oleh Pemerintah Daerah;
c. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 7 ayat (4) Peraturan Presiden Nomor 74 Tahun 2013
tentang Pengawasan Minuman Beralkohol dan ketentuan Pasal 20 ayat (4) Peraturan
Menteri Perdagangan Nomor 20/MDAG/PER/4/2014 tentang Pengendalian dan Pengawasan
Terhadap Pengadaaan Peredaran Minuman Beralkohol sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor : 6/M/DAG/PER/1/2015
tentang

Perubahan

Kedua

atas

Peraturan

Menteri

Perdagangan

Nomor

20/MDAG/PER/4/2014 tentang Pengendalian dan Penjualan Minuman Beralkohol,
Pemerintah Daerah berwenang melakukan Pengendalian dan Pengawasan peredaran
Minuman Beralkohol melalui Pemerintah Daerah;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf
c perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang pengawasan peredaran, penggunaan dan
perlindungan minuman tradisional bali (brem, tuak, arak);
Mengingat :

1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-UndangNomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3269);
3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3821);
4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 144 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5063);
5. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5492);
6. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5512);
7. Undang – Undang 23 Tahun 2014 sebagaimana diubah Undang – Undang Nomor 2
Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang – Undang
Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang – Undang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor Tahun 2015 Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5657);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2004 tentang Perdagangan Barang – Barang
Dalam Pengawasan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 46,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4402);
9. Peraturan Presiden Nomor 74 Tahun 2013 Tentang Pengendalian dan Pengawasan
Minuman Beralkohol (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 190);
10. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor : 06/MDAG/PER/I/2015 tentang Perubahan
Kedua Atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor : 20/MDAG/PER/4/2014 tentang
Pengendalian dan Pengawasan Terhadap Pengadaan, Peredaran, dan Penjualan Minuman
Beralkohol;

Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI BALI dan
GUBERNUR BALI
MEMUTUSKAN:
Menetapkan:

PERATURAN DAERAH TENTANG PENGAWASAN PEREDARAN,

PENGGUNAAN DAN PERLINDUNGAN MINUMAN TRADISIONAL BALI (BREM,
TUAK, ARAK).
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah Provinsi Bali.
2. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah sebagai unsur peyelenggaraan Pemerintahan
Daerah yang memipin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
Daerah otonom.
3. Gubernur adalah Gubernur Bali.
4. Pengawasan peredaran adalah kegiatan memantau, melaporkan, dan mengevaluasi setiap
peredaran Minuman Beralkohol di Daerah sesuai dengan peraturan perundang –
undangan.
5. Penggunaan adalah proses, cara, perbuatan menggunakan minuman tradisional
beralkohol sesuai dengan fungsinya;
6. Minuman Tradisional beralkohol adalah Minuman Beralkohol yang dibuat secara
tradisional dan turun temurun yang dikemas secara sederhana dan pembuatannya
dilakukan sewaktu-waktu, serta dipergunakan untuk kebutuhan adat istiadat atau upacara
keagamaan.

7. Peredaran Minuman Tradisional Beralkohol adalah kegiatan menyalurkan Minuman
Tradisional Beralkohol yang dilakukan oleh distributor, subdistribotor, Pengecer, atau
Penjual Langsung untuk diminum ditempat.
8. Pengecer Minuman Tradisional Beralkohol yang selanjutnya disebut Pengecer adalah
Perusahaan yang menjual Minuman Tradisional Beralkohol kepada kunsumen akhir
dalam bentuk kemasan ditempat yang telah ditentukan.
9. Masyarakat dibawah umur adalah orang yang berumur dibawah 21 tahun.
10. Penjual Langsung Minuman Tradisional Beralkohol untuk diminum ditempat yang
selanjutnya disebut Penjual Langsung adalah perusahaan yang menjual Minuman
Tradisional Beralkohol kepada konsumen akhir untuk langsung diminum ditempat yang
telah ditentukan.
11. Hotel dan Bar adalah tempat usaha pariwisata sebagaimana ditetapkan dalam peraturan
perundang – undangan dibidang pariwisita.
12. Minimarket adalah toko dengan sistem pelayanan mandiri yang menjual berbagai jenis
barang konsumsi terutama produk makanan dan/atau produk rumah tangga lainnya
dengan luas lantai tidak lebih dari 400 M2 (empat ratus meter persegi).
13. Supermarket adalah toko dengan sistem pelayanan mandiri yang menjual berbagai jenis
barang konsumsi terutama produk makanan dan/atau produk rumah tangga lainnya
dengan luas lantai produk rumah tangga lainnya dengan luas lantai lebih dari 400m2
(empat ratus meter persegi).
14. Hypermarket adalah toko dengan sistem pelayanan mandiri yang menjual berbagai jenis
barang konsumsi terutama makanan dan/atau produk rumah tangga lainnya dengan luas
lantai lebih dari 5.000 m2 (lima ribu meter persegi). ‘
15. Surat Izin Usaha Perdagangan yang selanjutnya disingkat SIUP adalah surat izin dapat
melaksanakan kegiatan usaha perdagangan.
16. Surat Izin Usaha Perdagangan Minuman Tradisional Beralkohol yang selanjutnya
disingkat SIUP-MB adalah surat izin untuk dapat melaksanakan kegiatan usaha
perdagangan khusus Minuman Tradisional Beralkohol.
17. Setiap orang adalah orang perseorangan atau badan usaha yang berbadan hukum atau
tidak berbadan hukum.
Pasal 2

Pengendalian dan Pengawasan Minuman Tradisional Beralkohol berasaskan:
a. perlindungan;
b. kepastian hukum;
c. keberlanjutan; dan
d. keterpaduan.
Pasal 3
Pengendalian dan Pengawasan Minuman Tradisional Beralkohol bertujuan:
a. melindungi masyarakat dari dampak negatif yang ditimbulkan oleh Minuman
Tradisional Beralkohol yang disalahgunakan oleh masyarakat dibawah umur;
b. menumbuhkan kesadaran masyarakat mengenai bahaya Minuman Tradisional
Beralkohol apabila disalahgunakan; dan
c. menciptakan ketertiban dan ketenteraman dimasyarakat dari gangguan yang
ditimbulkan oleh konsumsi Minuman Tradisional Beralkohol.
BAB II
PENGGOLONGAN
Pasal 4
(1) Minuman Tradisional beralkohol diproduksi di Bali.
(2) Minuman Tradisional Beralkohol diproduksi di Bali sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b, mencakup Minuman Tradisional Beralkohol produksi pabrik dan produksi
tradisional.
(3) Minuman Tradisional Beralkohol berdasarkan kadar kandungan ethanolnya digolongkan
atas 3 (tiga) jenis:
a. Brem adalah Minuman Beralkohol dengan kadar alkohol/etanol (C2H5OH) 0 %
sampai dengan 5 %;
b. Tuak adalah Minuman Beralkohol dengan kadar alkohol/etanol (C2H5OH) 5 % sampai
dengan 20 %; dan

c. Arak adalah Minuman Beralkohol dengan kadar alkohol/etanol (C2H5OH) 20 %
sampai dengan 55 %.
(4) Minuman Tradisional Beralkohol sebagaiamana dimaksud pada ayat (3) huruf a, huruf b
dan huruf c ditetapkan sebagai barang dalam Pengawasan.
BAB III
PENJUALAN, PERIZINAN DAN PENGGUNAAN MINUMAN TRADISIONAL
BERALKOHOL (BREM, TUAK, ARAK)
Pasal 5
(1) Penjualan Minuman Tradisional Beralkohol (Brem, Tuak, Arak) secara eceran hanya
dijual oleh Pengecer di supermarket atau di pasar tradisional.
(2) Pengecer yang menjual Minuman Tradisional Beralkohol secara eceran sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), wajib memiliki SIUP-MB dari Gubernur atau Pejabat yang
ditunjuk dan SKP-A dari Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian
Perdagangan Republik Indonesia.
(3) Penggunaan

Minuman

Tradisional

Bali

harus

dicantumkan

label

ketentuan

penggunaannya, yang mana untuk upacara keagamaan dan yang untuk dikonsumsi.
Pasal 6
(1) Pengecer sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1), wajib menempatkan Minuman
Tradisional Beralkohol pada tempat khusus atau tersendiri dan tidak bersamaan dengan
produk lain.
(2) Pengecer berkewajiban melarang pembeli Minuman Tradisional Beralkohol meminum
langsung di lokasi penjualan.
(3) Pengecer wajib memberikan label yang mana untuk upacara keagamaan dan yang untuk
dikonsumsi pada kemasan.

Pasal 7

(1) Penjualan Langsung Minuman Tradisional Beralkohol (Brem, Tuak dan Arak ) dapat
dijual di tempat tertentu.
(2) Penjualan Langsung Minuman Tradisional Beralkohol (Brem, Tuak dan Arak)
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib memiliki SIUP-MB dari pejabat yang
ditunjuk.
(3) Penjualan Minuman Tradisional Beralkohol (Brem, Tuak dan Arak) yang dijual ditempat
tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat diminum di rumah dengan ketentuan
per kemasan berisi paling banyak 187 ml (seratus delapan puluh tujuh mililiter).
(4) Hotel non bintang atau Hotel melati dilarang menjual Minuman Beralkohol.
Pasal 8
(1) Pengecer dan Penjual Langsung Minuman Tradisional Beralkohol (Brem, Tuak dan
Arak), wajib menyampaikan laporan realisasi penjualan Minuman Tradisional
Beralkohol kepada SKPD yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang
perdagangan.
(2) Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan setiap triwulan
tahun kalender berjalan sebagai berikut:
a. Triwulan I disampaikan paling lambat pada tanggal 31 Maret;
b. Triwulan II disampaikan paling lambat pada tanggal 30 Juni;
c. Triwulan III disampaikan paling lambat pada tanggal 30 September; dan
d. Triwulan IV disampaikan paling lambat pada tanggal 31 Desember.
Pasal 9
(1) Pengecer Minuman Tradisional Beralkohol dilarang menjual Minuman Tradisional
Beralkohol kepada konsumen atau pembeli yang belum berusia 21 (dua puluh satu)
tahun dengan menunjukan kartu identitas atau Kartu Tanda Penduduk (KTP) kepada
penjual.

(2) Penjual Langsung Minuman Tradisional Beralkohol dilarang menjual minumannya
untuk diminum selain ditempat/didalam lingkungan yang belum berusia 21 (dua puluh
satu ) tahun.
Pasal 10
(1) Setiap orang dilarang memperdagangkan Minuman Tradisional Beralkohol di lokasi atau
tempat yang berdekatan dengan:
a. gelanggang remaja, kaki lima, terminal, stasiun, kios-kios kecil, penginapan
remaja, dan bumi perkemahan;
b. tempat ibadah, sekolah, rumah sakit; dan
c. tempat tertentu lainnya yang ditetapkan oleh Gubernur.
(2) Lokasi atau tempat berdekatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), paling dekat 200
(dua ratus) meter.
Pasal 11
Setiap orang dilarang mengiklankan Minuman Tradisional Beralkohol dalam media massa cetak
maupun elektronik, dan media luar ruang.
Pasal 12
(1) Permohonan SIUP-MB Pengecer dan Penjual Langsung hanya dapat dilakukan oleh
perusahaan yang berbentuk badan hukum, perseroaan, atau persekutuan.
(2) SIUP-MB berlaku selama 3 (tiga) tahun terhitung sejak tanggal diterbitkan dan dapat
diperpanjang berdasarkan hasil evaluasi Pemerintah Daerah.
(3) Tata cara penerbitan SKP-A dan SKPL-A berpedoman pada peraturan perundangundangan yang mengatur tentang pengawasan peredaran, penggunaan dan perlindungan
minuman tradisional bali (brem, tuak, arak).
(4) SIUP-MB dilarang dipindahtangankan kepada pihak lain dengan alasan apapun.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penerbitan SIUP-MB Pengecer dan Penjual
Langsung Minuman Tradisional Beralkohol diatur dengan Peraturan Gubernur.
BAB IV

PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN
Pasal 13
(1) Pemerintah Daerah berwenang melaksanakan Pengendalian, dan Pengawasan Minuman
Tradisional Beralkohol.
(2) Pengendalian, dan Pengawasan Minuman Tradisional Beralkohol sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), dilaksanakan oleh tim terpadu yang dibentuk oleh Gubernur.
Pasal 14
(1) Tim terpadu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2), paling sedikit terdiri atas:
a. SKPD yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang perdagangan dan
perindustrian;
b. SKPD yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang kesehatan;
c. SKPD yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang pariwisata;
d. SKPD yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang keamanan dan
ketertiban; dan
e. Unsur terkait lainnya.
(2) Dalam melakukan Pengendalian dan Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
13, tim terpadu dapat mengikutsertakan aparat kepolisian, kejaksaaan dan intansi
pemerintah yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang pengawasan obat dan
makanan.
(3) Tim terpadu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diketuai oleh Kepala SKPD yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang perdagangan dan perindustrian.
(4) Dalam hal diperlukan atau diperoleh informasi terkait peredaran dan penjualan Minuman
Tradisional Beralkohol yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan, Kepala
SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (3) atas nama tim terpadu secara sendiri dapat
melakukan pengawasan peredaran dan penjualan Minuman Tradisional Beralkohol.
Pasal 15

Pelaksanaan Pengendalian dan Pengawasan oleh tim terpadu sebagaimana dimaksud dalam Pasal
14, dikoordinasikan oleh Gubernur.
Pasal 16
Tim terpadu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2), melaksanakan Pengendalian dan
Pengawasan secara berkala.
Pasal 17
Pendanaan kegiatan tim terpadu bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
Pasal 18
Dalam hal hasil Pengendalian dan Pengawasan menunjukan adanya bukti awal bahwa telah
terjadi tindak pidana, penyidikan segera dilakukan oleh penyidik yang berwenang sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
BAB V
PERAN SERTA MASYARAKAT
Pasal 19
(1) Masyarakat dapat berperan dalam Pengawasan Minuman Tradisional Beralkohol baik
dilakukan orang perseorangan dan/atau kelompok masyarakat.
(2) Peran serta sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan dengan memberikan laporan
kepada instansi berwenang dalam hal terjadi pelanggaran terhadap larangan dan atau
kewajiban sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah ini.
(3) Dalam hal diperlukan atau diperoleh informasi pelanggaran terhadap Peraturan Daerah
ini aparat pemerintah ditingkat kecamatan, kelurahan, Kelihan Dinas dan Kelihan Adat
dapat berperan aktif untuk melakukan Pengendalian dan Pengawasan di wilayahnya
masingmasing untuk melaporkan kepada tim terpadu.
BAB VI
LARANGAN

Pasal 20
Setiap orang dilarang menyimpan, mengedarkan, dan/atau menjual langsung Minuman
Beralkohol Tradisional dan Minuman Beralkohol campuran atau racikan.
Pasal 21
Setiap orang dilarang mengkomsumsi segala jenis Minuman Tradsisional Beralkohol di tempat
umum yang merupakan ruang publik.
BAB VII
SANKSI ADMINISTRATIF
Pasal 22
(1) Pengecer dan Penjual Langsung yang melanggar ketentuan larangan dan/atau kewajiban
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2),Pasal 6 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 7 ayat
(2), Pasal 8 ayat (1), Pasal 9 ayat (1) dan ayat (2) dan Pasal 12 ayat (4) dikenakan sanksi
berupa pencabutan izin usaha dan/atau SIUP-MB.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai sanksi admnistratif sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), dilaksanakan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB VIII
KETENTUAN PENYIDIKAN
Pasal 23
(1) Selain oleh Penyidik Pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia, penyidikan
terhadap pelanggaran atas Peraturan Daerah ini dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri
Sipil dilingkungan Pemerintah Daerah.
(2) Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Pejabat
Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah yang diangkat oleh
Pejabat yang berwenang sesuai dengan peraturan perundang –undangan.
(3) Wewenang Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:

a. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau laporan
berkenaan dengan tindak pidana agar keterangan atau laporan tersebut menjadi
lebih lengkap dan jelas;
b. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau
badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak
pidana Minuman Tradisional Beralkohol;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan
dengan tindak pidana Minuman Tradisional Beralkohol;
d. memeriksa buku, catatan, dan dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana
Minuman Tradisional Beralkohol;
e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan,
pencatatan, dan dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti
tersebut;
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksaan tugas penyidik tindak
pidana Minuman Tradisional Beralkohol;
g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau
tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas
orang, benda, dan/atau dokumen yang dibawa;
h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana Minuman Tradisional
Beralkohol;
i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka
atau saksi;
j. menghentikan penyidikan; dan/atau
k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana
dibidang Minuman Beralkohol sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. (4) Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikan
kepada penuntut umum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik
Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang - Udang Hukum
Acara Pidana.
BAB IX

KETENTUAN PIDANA
Pasal 24
(1) Setiap orang yang melanggar ketentuan Pasal 5 ayat (3), Pasal 7 ayat (5), Pasal 10, Pasal 11,
Pasal 20, Pasal 21, dan Pasal 22 dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan
atau denda paling banyak Rp50.000.000 (lima puluh juta rupiah).
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran. (3) Selain tindak
pidana pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tindak pidana kejahatan dapat juga
dikenakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 25
Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 5 Tahun
2012 tentang Pengendalian Peredaran Minuman Beralkohol Di Provinsi Bali (Lembaran Daerah
Tahun 2012 Nomor 14 seri E, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Bali Nomor 106 seri E)
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 26
Peraturan Pelaksanaan dari Peraturan Daerah ini harus ditetapkan paling lama 6 (enam) bulan
terhitung sejak Peraturan Daerah ini diundangkan.
Pasal 27
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang
mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya
dalam Lembaran Daerah Provinsi Bali.

Ditetapkan di Bali
Pada tanggal 26 juni 2018
GUBERNUR BALI

I KETUT ARYA WIDIASA GAPAR
Diundangkan di Bali
Pada tanggal 29 Juni 2018
SEKRETARIS DAERAH PROVINSI BALI,

I NYOMAN NATA SURYAWAN
LEMBARAN DAERAH PROVINSI BALI TAHUN... NOMOR ...

PENJELASAN
ATAS
RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI
NOMOR …TAHUN ...
TENTANG
PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN MINUMAN BERALKOHOL
PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR … TAHUN …
TENTANG PENGAWASAN PEREDARAN, PENGGUNAAN DAN PERLINDUNGAN
MINUMAN TRADISIONAL (BREM, TUAK, ARAK (BTA) DI PROVINSI BALI
I.

UMUM

Minuman Tradisional Beralkohol merupakan produk yang mengandung potensi ekonomi tinggi,
minuman yang mengandung ethanol yang diproses dari bahan hasil pertanian yang mengandung
karbohidrat dengan cara fermentasi dan destilasi, apabila dikonsumsi akan berpotensi
mempengaruhi kesadaran konsumen baik ucapan, sikap maupun tindakannya, dan terutama
dalam hubungan dengan posisi Bali sebagai daerah tujuan wisata internasional. Minuman
tradisional Bali khususnya berupa brem, tuak dan arak digunakan oleh masyarakat Hindu di Bali
sebagai sarana upacara keagamaan. Saat ini pengawasan peredaran,

penggunan dan

perlindungannya masih menyimpang dari semestinya, maka dari itu perlu diatur oleh pemerintah
provinsi Bali dalam bentuk Perda agar minuman tradisional tersebut tidak disalahgunakan.
PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup Jelas
Pasal 2
Huruf a
Yang dimaksud dengan “Asas Perlindungan adalah bahwa pengaturan mengenai larangan
Minuman