LAPORAN PENDAHULUAN C A SERVIKS

LAPORAN PENDAHULUAN
PROGRAM PROFESI NERS PSIK FK UNSRI
Keperawatan Maternitas

1. Pengertian
Carsinoma atau kanker adalah pertumbuhan ganas berasal dari
jaringan epitel sedangkan serviks itu merupakan bagian dari rahim
sebagai jalan lahir yang berbentuk silinder. Serviks uteri : leher rahim.
Carsinoma serviks adalah suatu proses keganasan yang terjadi pada
serviks, dimana pada keadaan ini terdapat kelompok sel yang abnormal
yang terbentuk oleh jaringan yang tumbuh secara terus menerus dan
tidak terbatas, tidak terkoordinasi, tidak berguna bagi tubuh sehingga
jaringan di sekitarnya tidak dapat melaksanakan fungsi sebagaimana
mestinya dan penyakit ini dapat terjadi berulang.
2. Anatomi dan Fisiologi
Serviks merupakan segmen uterus berada bagian bawah yang
dilapisi epitel torak pensekresi mukus dalam kesinambungan langsung
dengan epitel vagina, yang befungsi sebagai jalan lahir.
Ekstoserviks merupakan epitel berlapis yang gepeng serupa
dengan vagina, dengan peralihan agak mendadak diantara keduanya,
sambungan skuamakolumnar. Serviks mengalami perubahan/dramatis

selama

masa

Sambungan

usia

reproduktif

skuamokolumnar

maupun
normalnya

dalam

siklus

terletak


menstruasi.

dalam

kanalis

endoservikalis, tetapi dapat berada jauh di luar pada ektoserviks, baik
pasca persalinan atau atas dasar kongenital.
Mukus serviks dihasilkan sebagai respon terhadap estrogen dan
dengan eversi sel torak pensekresi mucus pada ektoserviks, suatu sekret
mukoid dan kadang-kadang purulen bisa dialami. Walaupun ini bisa

menyebabkan secret yang berbau busuk, tetapi tidak ada makna
patologi dan tampaknya tidak mengubah kapasitas reproduksi.
Mukus memberikan sawar bakteri diantara traktus genitalis atas
yang steril dan vagina yang mengandung bakteri dan memudahkan
sperma berjalan pada saat ovulasi. Arsitektur endoserviks mempunyai
beberapa kripta yang memberikan penampungan untuk sperma, tempat
sperma bertahan sampai beberapa hari setelah koitus.

Saluran yang terdapat pada serviks disebut kanalis servikalis
berbentuk sebagai saluran lonjongan panjang 2,5 cm. Saluran ini dilapisi
oleh kelenjar-kelenjar serviks, berbentuk sel-sel toraks bersilia dan
berfungsi sebagai reseptakulum seminis. Pintu saluran serviks sebelah
dalam disebut ostium uteri internum (OUI) dan pintu vagina (OUE)
Ostium Oteri Eksternum. Kedua pintu ini penting dalam klinik misalnya
pada penilaian jalannya persalinan, abortus dan sebagainya.
3. Etiologi
Penyebab kanker serviks tidak diketahui secara pasti, namun
beberapa faktor diyakini terkait dalam proses timbulnya penyakit ini.
Faktor resiko diantara meliputi riwayat coitus usia dini (kurang dari 20
tahun). riwayat penyakit menular seksual khususnya (HPV) Human
Papilloma Virus, Herpes, Virus dan mungkin juga Cytomegalovirus :
pasangan seksual multiple (lebih dari 2) : pap smear – abnormal, parner
seksual yang mengidap penyakit menular seksual, ketergantungan pada
rokok, eksposure DES (Diethyistribestrol) pada uterus dan kelompok
sosial ekonomi rendah.

4. Patofisiologi
Proses perkembangan kanker serviks berlangsung lambat, diawali

dengan adanya perubahan displasia yang perlahan-lahan menjadi
progresif. Displasia tidak melibatkan seluruh lapisan epitel serviks, yang

dibagi menjadi displasia ringan, sedang dan berat. Displasia ini dapat
muncul bila ada aktivitas regresi epitel yang meningkat misalnya akibat
trauma mekanik atau kimiawi, infeksi virus atau bakteri dan gangguan
keseimbangan hormon. Displasia adalah neoplasma serviks intraepitel
(CIN). Tingkatan adalah CIN 1 (displasia ringan), CIN 2 (displasia sedang),
CIN 3 (displasia berat dan insitu).
Dalam jangka waktu 7 – 10 tahun, perkembangan tersebut menjadi
bentuk invasi pada stroma serviks dengan adanya proses keganasan.
Perluasan lesi di serviks dapat menimbulkan luka, perkembangan
tersebut menjadi bentuk preinvasif, carsinoma insitu yang diawali fase
statis dalam waktu 10 – 12 bulan berkembang menjadi bentuk invasi
pada stroma serviks dengan adanya proses keganasan. Perluasan lesi di
serviks dapat menimbulkan luka, pertumbuhan yang eksofilik atau dapat
berinfiltrasi ke kanalis serviks. Lesi dapat meluas ke forniks, jaringan
pada serviks. Para metrium dan pada akhirnya dapat meluas ke arah
segmen bawah uterus dan cavum uterus. Penyebab kanker ditentukan
oleh stadium dan ukuran tumor, jenis histologik dan ada tidaknya invasi

ke pembuluh darah, anemis, hipertensi dan adanya demam.
5. Manifestasi Klinik
Pada tahap awal terjadinya kanker serviks tidak ada gejala-gejala
khusus. Biasanya timbul gejala berupa ketidakteraturan siklus haid
(irregularitas), amenorrhe, hiperamenorrhe, juga adanya pengeluaran
sekret vagina yang sering atau perdarahan intermenstrual dan pada post
koitus dan latihan berat. Perdarahan yang khas terjadi pada penyakit
yaitu darah yang keluar berbentuk makoid.
Nyeri dirasakan dapat menjalar ke ekstremitas bagian bawah dari
daerah lumbal. Pada tahap lanjut gejala yang mungkin dan bisa timbul
lebih bervariasi. Sekret dari vagina berwarna kuning, berbau, dan
terjadinya instansi vagina serta mukosa vulva. Perdarahan pervagina
akan semakin sering terjadi pada nyeri semakin progresif.

Pada tahap yang lebih lanjut dapat terjadi komplikasi vistulvesika
vagina. Sehingga urine dan faeces dapat keluar melalui vagina. Gejala
lain yang dapat terjadi adalah nausea, muntah, demam, dan anemia.
Tahap klinis
Penentuan


tahapan

klinis

penting

dalam

memperkirakan

penyebaran penyakit, membantu prognosis dan rencana tindakan dan
memberikan arti perbandingan dan metode therapy.
Tahapan stadium klinik yang dipakai sekarang ialah pembagian
yang ditentukan oleh International Federation of Gynecologi and
Obstetrics

(FIGO)

tahun


1976.

pembagian

ini

didasarkan

atas

pemeriksaan klinik, radiology, kinetase endoserviks, dan biopsy.
Tahapan-tahapan tersebut yaitu :
- Karsinoma pre invasive.
Karsinoma insitu, karsinoma intra epitel.
- Karsinoma invasive
a. Stadium I Karsinoma terbatas pada serviks
I. a. Karsinoma mikro invasive (invasi stoma awal).
I.b Stadium I lainnya, karsinoma invasive yang terbatas pada serviks.
b. Stadium II Karsinoma meluas keluar serviks, tetapi tidak mencapai
dinding panggul

II. a. Para metrium masih bebas.
II. b. Para metrium sudah terkena.
c. Stadium III Karsinoma sudah mencapai dinding panggul pada
pemeriksaan rectal tidak ada celah antara tumor mencapai 1/3 distal
vagina, dengan komplikasi hidronefrosis dan afungsi ginjal.
III. a. Belum mencapai dinding panggul.
III. b. Sudah mencapai dinding panggul dan atau ada hidronefrosis
atau afungsi ginjal.

d. Stadium IV Karsinoma sudah meluas keluar pelvik kecil (true pelvic
atau secara klinik sudah mengenai mukosa veksika urinaria dan
rectum).
IV. a. Menyebar ke organ sekitarnya.
IV. b. Menyebar ke organ yang jauh.
6. Test Diagnostik
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan berikut:
a. Sitologi
Keuntungan :
- Murah.
- Dapat memeriksa bagian-bagian yang tidak terlihat kelemahan.

- Tidak dapat menentukan dengan tepat lokalisasi.
Kelemahan :
- Tidak dapat menentukan dengan tepat lokalisasi.
b. Sciller Test
Dasarnya :
Epitel Ca. tidak mengandung glikogen, karena itu dapat mengikat
jodium. Kalau portio diberi jodium, maka epitel yang normal akan
berwarna coklat tua, sedang yang Ca tidak berwarna, sayangnya bahwa
trauma dan infeksi juga dapat memberikan tes positif.
c. Pap Smear
Pap

smear

(tes

Papanicolau)

adalah


suatu

pemeriksaan

mikroskopik terhadap sel-sel yang diperoleh dari apusan serviks. Pada
pemeriksaan Pap smear, contoh sel serviks diperoleh dengan bantuan
sebuah spatula yang terbuat dari kayu atau plastik (yang

dioleskan

bagian luar serviks) dan sebuah sikat kecil (yang dimasukkan ke dalam
saluran servikal). Sel-sel serviks lalu dioleskan pada kaca obyek lalu
diberi pengawet dan dikirimkan ke laboratorium untuk diperiksa. 24 jam

sebelum

menjalani Pap smear, sebaiknya tidak melakukan pencucian

atau pembilasan vagina, tidak melakukan hubungan seksual, tidak
berendam dan tidak menggunakan tampon. Pap smear sangat efektif

dalam mendeteksi perubahan prekanker pada serviks.
Hasil pemeriksaan Pap smear menunjukkan stadium dari kanker serviks:
·

Normal

·

Displasia ringan (perubahan dini yang belum bersifat ganas)

·

Displasia berat (perubahan lanjut yang belum bersifat ganas)

·

Karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks

paling luar)
·

Kanker invasif (kanker telah menyebar ke lapisan serviks yang
lebih dalam atau ke organ tubuh lainnya).

d. Kolposkopi
Kolposkop

:Alat

untuk

melihat

cerviks

dengan

lampu

dan

dibesarkan 10 – 40 kali. Serviks mula – mula dibersihkan dengan kapas,
kemudian dengan acidum aceticum 3 % hasil pemeriksaan kalposkopi
dapat sebagai berikut :
a.

Benigna
1.

Epitel gepeng yang normal.

2.

Ectodi

3.

Zone transforman

4.

Perubahan peradangan

b.

Suspek
1.

Lekoplakia

2.

Punctation : Daerah bertitik merah

3.

Papillary punctation

4.

Mozaik

5.

Transformasi yang atypis

Keuntungan : Dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan sehingga
mudah melakukan biopsi.
Kelemahan : Hanya dapat memeriksa daerah yang terlihat saja yaitu
portio,

selain kelainan pada skuamous columner dan

intraservikal tidak terlihat.
c. Kolpomikroskopi
Pembesaran 200 kali. Sebelum dilihat dengan kolpokop diwarnai
dulu dengan Maiyer emaktocylin atau tolvidine blue. Dykaryose dan selsel atypis dari carcinoma dapat dilihat tidak begitu populer.
d.

Biopsi
Sebagai suplemen terhadap sitologi. Daerah tempat diadakan

biopsi, berdasarkan hasil pemeriksaan kolposkopi. Kalau perlu diadakan
multiple punch biopsi atau kuretasi serviks, dengan biopsi dapat
ditentukan jenis Ca – nya.
e. Konisasi
Dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan pada serviks tidak
tampak kelainan – kelainan yang jelas. Untuk pemeriksaan Ca diperlukan
konisasi dengan pisau (Cold Conization).
7. Penanganan
Makin tinggi diagnosis makin baik hasil terapi., dan terapi
karsinoma serviks dilakukan bilamana diagnosis telah dipastikan secara
histologik dan direncanakan dengan matang oleh suatu tim.
Disamping terapi karsinoma serviks didasarkan atas stadium juga
didasarkan keinginan dan mempertahankan fungsi reproduksi (hanya
pada stadium Ia). Pada stadium 0 dapat dilakukan biopsi kerucut
(conebiopsy) meskipun untuk diagnostik, dapat juga terapeutik. Bila
penderita cukup tua atau sudah punya anak, uterus dapat diangkat, agar

penyakit tidak kambuh dapat dilakukan histerektomi sederhana (simple
vagina hysterectomy).
Staidum Ia bila masih ingin punya anak dilakukan amputasi
kerucut secara radikal, bila tidak ingin punya anak lagi

dilakukan

histerektomi total. Stadium IB dan Ia dilakukan histerektomi radikal +
anjuran therapy. Stadium IIB sampai IVA dilakukan kemoterapi dan atau
radioterapi. Sedangkan bila sudah sampai stadium IVB dilakukan
radioterapi saja.
Pengobatan lesi prekanker pada serviks tergantung kepada beberapa
faktor berikut:
· Tingkatan lesi (apakah tingkat rendah atau tingkat tinggi)
· Rencana penderita untuk hamil lagi
· Usia dan keadaan umum penderita.
· Lesi tingkat rendah biasanya tidak memerlukan pengobatan lebih
lanjut, terutama jika daerah yang abnormal seluruhnya telah diangkat
pada waktu pemeriksaan biopsi. Tetapi penderita harus menjalani
pemeriksaan Pap smear dan pemeriksaan panggul secara rutin.

Pengobatan pada lesi prekanker bisa berupa:
· Kriosurgeri (pembekuan)
· Kauterisasi (pembakaran, juga disebut diatermi)
· Pembedahan laser untuk menghancurkan sel-sel yang abnormal tanpa
melukai jaringan yang sehat di sekitarnya
· LEEP (loop electrosurgical excision procedure) atau konisasi.
Setelah menjalani pengobatan, penderita mungkin akan merasakan kram
atau nyeri lainnya, perdarahan maupun keluarnya cairan encer dari
vagina.

Pemilihan pengobatan untuk kanker serviks tergantung kepada lokasi
dan ukuran tumor, stadium penyakit, usia, keadaan umum penderita dan
rencana penderita untuk hamil lagi.
Pembedahan
Pada karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks
paling luar), seluruh kanker seringkali dapat diangkat dengan bantuan
pisau bedah ataupun melalui LEEP.
Dengan pengobatan tersebut, penderita masih bisa memiliki anak.
Karena kanker bisa kembali kambuh, dianjurkan untuk menjalani
pemeriksaan ulang dan Pap smear setiap 3 bulan selama 1 tahun
pertama dan selanjutnya setiap 6 bulan.
Jika penderita tidak memiliki rencana untuk hamil lagi, dianjurkan
untuk menjalani histerektomi.
1. Pada kanker invasif, dilakukan histerektomi dan pengangkatan
struktur di sekitarnya (prosedur ini disebut histerektomi radikal) serta
kelenjar getah bening. Pada wanita muda, ovarium (indung telur)
yang normal dan masih berfungsi tidak diangkat.
2. Terapi penyinaran
Terapi penyinaran (radioterapi) efektif untuk mengobati kanker invasif
yang masih terbatas pada daerah panggul. Pada radioterapi digunakan
sinar berenergi tinggi untuk merusak sel-sel kanker dan menghentikan
pertumbuhannya. Ada 2 macam radioterapi:
a. Radiasi eksternal : sinar berasar dari sebuah mesin besar . Penderita
tidak perlu dirawat di rumah sakit, penyinaran biasanya dilakukan
sebanyak 5 hari/minggu selama 5-6 minggu.
b. Radiasi internal : zat radioaktif terdapat di dalam sebuah kapsul
dimasukkan langsung ke dalam serviks. Kapsul ini dibiarkan selama 1-

3 hari dan selama itu penderita dirawat di rumah sakit. Pengobatan ini
bisa diulang beberapa kali selama 1-2 minggu.
Efek samping dari terapi penyinaran adalah:
· Iritasi rektum dan vagina
· Kerusakan kandung kemih dan rektum
· Ovarium berhenti berfungsi.
3.

Kemoterapi
Jika kanker telah menyebar ke luar panggul, kadang dianjurkan
untuk menjalani kemoterapi. Pada kemoterapi digunakan obat-obatan
untuk membunuh sel-sel kanker. Obat anti-kanker bisa diberikan
melalui suntikan intravena atau melalui mulut. Kemoterapi diberikan
dalam suatu siklus, artinya suatu periode pengobatan diselingi dengan
periode

pemulihan,

lalu

dilakukan

pengobatan,

diselingi

denga

pemulihan, begitu seterusnya. Adapun obat-obat yang dipakai sebagai
kemoterapi diberikan 5 seri selang 3-4 minggu.
Premedikasi :
-

Antalgin injeksi.

-

Dipenhydramine injeksi.

-

Dexamethason injeksi.

-

Metochlorpropamide injeksi.

-

Furosemide injeksi.

Sitostatika :
-

Ciplatinum (50 mg/m2 luas permukaan tubuh per infus hari I).

-

Vincristin (0,5 mg/m2 luas permukaan tubuh intraevenous hari I).

-

Bleomisin (30 mg) per infus hari II.

-

Mitomicin (40 mg dosis tunggal, dianjurkan dengan radioterapi).

4. Terapi Biologis
Pada terapi biologis digunakan zat-zat untuk memperbaiki
sistem kekebalan tubuh dalam melawan penyakit. Terapi biologis
dilakukan pada kanker yang telah menyebar ke bagian tubuh lainnya.

Yang

paling

sering

digunakan

adalah

interferon,

yang

bisa

dikombinasikan dengan kemoterapi.
Efek Samping Pengobatan
Selain membunuh sel-sel kanker, pengobatan juga menyebabkan
kerusakan pada sel-sel yang sehat sehingga seringkali menimbulkan
efek samping yang tidak menyenangkan. Efek samping dari pengobatan
kanker sangat tergantung kepada jenis dan luasnya pengobatan. Selain
itu, reaksi dari setiap penderita juga berbeda-beda. Metoda untuk
membuang atau menghancurkan sel-sel kanker pada permukaan serviks
sama dengan metode yang digunakan untuk mengobati lesi prekanker.
Efek samping yang timbul berupa kram atau nyeri lainnya,
perdarahan atau keluar cairan encer dari vagina. Beberapa hari setelah
menjalani histerektomi, penderita bisa mengalami nyeri di perut bagian
bawah. Untuk mengatasinya bisa diberikan obat pereda nyeri. Penderita
juga mungkin akan mengalami kesulitan dalam berkemih dan buang air
besar. Untuk membantu pembuangan air kemih bisa dipasang kateter.
Beberapa saat setealh pembedahan, aktivitas penderita harus dibatasi
agar

penyembuhan

berjalan

lancar.

Aktivitas

normal

(termasuk

hubungan seksual) biasanya bisa kembali dilakukan dalam waktu 4-8
minggu.
Setelah menjalani histerektomi, penderita tidak akan mengalami
menstruasi lagi. Histerektomi biasanya tidak mempengaruhi gairah
seksual dan kemampuan untuk melakukan hubungan seksual. Tetapi
banyak

penderita

histerektomi.

yang

Pandangan

mengalami
penderita

gangguan
terhadap

emosional

setelah

seksualitasnya

bisa

berubah dan penderita merasakan kehilangan karena dia tidak dapat
hamil lagi.
Selama

menjalani

radioterapi,

penderita

mudah

mengalami

kelelahan yang luar biasa, terutama seminggu sesudahnya. Istirahat

yang cukup merupakan hal yang penting, tetapi dokter biasanya
menganjurkan agar penderita sebisa mungkin tetap aktif.
Pada radiasi eksternal, sering terjadi kerontokan rambut di daerah
yang disinari dan kulit menjadi merah, kering serta gatal-gatal. Mungkin
kulit

akan

menjadi

lebih

gelap.

Daerah

yang

disinari

sebaiknya

mendapatkan udara yang cukup, tetapi harus terlindung dari sinar
matahari dan penderita sebaiknya tidak menggunakan pakaian yang bisa
mengiritasi daerah yang disinari.
Biasanya, selama menjalani radioterapi penderita tidak boleh
melakukan hubungan seksual. Kadang setelah radiasi internal, vagina
menjadi lebh sempit dan kurang lentur, sehingga bisa menyebabkan
nyeri ketika melakukan hubungan seksual. Untuk mengatasi hal ini,
penderita diajari untuk menggunakan dilator dan pelumas dengan bahan
dasar air. Pada radioterapi juga bisa timbul diare dan sering berkemih.
Efek samping dari kemoterapi sangat tergantung kepada jenis dan
dosis obat yang digunakan. Selain itu, efek sampingnya pada setiap
penderita berlainan. Biasanya obat anti-kanker akan mempengaruhi selsel yang membelah dengan cepat, termasuk sel darah (yang berfungsi
melawan infeksi,

membantu

pembekuan

darah

atau

mengangkut

oksigen ke seluruh tubuh). Jika sel darah terkena pengaruh obat antikanker, penderita akan lebih mudah mengalami infeksi, mudah memar
dan mengalami perdarahan serta kekurangan tenaga.
Sel-sel pada akar rambut dan sel-sel yang melapisi saluran
pencernaan

juga

membelah

dengan

cepat.

Jika

sel-sel

tersebut

terpengaruh oleh kemoterapi, penderita akan mengalami kerontokan
rambut, nafsu makannya berkurang, mual, muntah atau luka terbuka di
mulut.
Terapi biologis bisa menyebabkan gejala yang menyerupai fu,
yaitu menggigil, demam, nyeri otot, lemah, nafsu makan berkurang,
mual, muntah dan diare. Kadang timbul ruam, selain itu penderita juga
bisa mudah memar dan mengalami perdarahan.

9. Pencegahan
Ada 2 cara untuk mencegah kanker serviks:
« Mencegah terjadinya infeksi HPV
« Melakukan pemeriksaan Pap smear secara teratur .
Pap smear dapat mendeteksi sampai 90% kasus kanker serviks
secara akurat dan dengan biaya yang tidak terlalu mahal. Akibatnya
angka kematian akibat kanker serviks pun menurun sampai lebih dari
50%. Setiap wanita yang telah aktif secara seksual atau usianya telah
mencapai 18 tahun, sebaiknya menjalani Pap smear secara teratur yaitu
1 kali/tahun. Jika selama 3 kali berturut-turut menunjukkan hasil yang
normal, Pap smear bisa dilakukan 1 kali/2-3tahun.
Anjuran untuk melakukan Pap smear secara teratur:
·

Setiap tahun untuk wanita yang berusia diatas 35 tahun

·

Setiap tahun untuk wanita yang berganti-ganti pasangan seksual
atau pernah menderita infeksi HPV atau kutil kelamin,

·

Setiap tahun untuk wanita yang memakai pil KB.

·

Setiap 2-3 tahun untuk wanita yang berusia diatas 35 tahun jika 3
kali Pap smear berturut-turut menunjukkan hasil negatif atau untuk
wanita yang telah menjalani histerektomi bukan karena kanker.

·

Sesering mungkin jika hasil Pap smear menunjukkan abnormal

·

Sesering mungkin setelah penilaian dan pengobatan prekanker

maupun kanker serviks.
Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kanker serviks sebaiknya:
·

Anak perempuan yang berusia dibawah 18 tahun tidak melakukan
hubungan seksual jangan melakukan hubungan seksual dengan
penderita kutil kelamin atau gunakan kondom untuk mencegah
penularan kutil kelamin

·

Jangan berganti-ganti pasangan seksual

·

Berhenti merokok.

·

Pemeriksaan panggul setiap tahun (termasuk Pap smear) harus
dimulai ketika seorang wanita mulai aktif melakukan hubungan
seksual atau pada usia 20 tahun. Setiap hasil yang abnormal harus
diikuti dengan pemeriksaan kolposkopi dan biopsi.

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
 DATA DASAR PENGKAJIAN PASIEN
AKTIVITAS/ISTIRAHAT
Gejala

:Kelemahan dan atau keletihan

Perubahan pada pola istirahat dan jam kebiasaan tidur pada malam hari; adanya faktorfaktor yang mempengaruhi tidur mis: nyeri, ansietas, berkeringat malam
Keterbatasan partisipasi dalam hobi, latihan
Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen lingkungan, tingkat stress tinggi
SIRKULASI
Gejala

:Palpitasi,nyri dada pada pengerahan kerja

Kebiasaan:Perubahan pada TD
INTEGRITAS EGO
Gejala

:Faktor stress (keuangan,pekerjaan, perubahan peran) dan cara mengatasi stres

(mis: merokok, minum alkohol, menunda mencari pengobatan, keyakinan
religius/spiritual)
Masalah tentang perubahan dalam penampilan mis: alopecia, lesi cacat, pembedahan
Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu, tidak
bermakna, rasa bersalah, kehilangan kontrol, depresi
Tanda

:Menyangkal, menarik diri, marah

ELIMINASI
Gejala

:Perubahan pada pola defekasi mis: darah pada feses, nyeri pada defekasi

Perubahan eliminasi urinarius mis: nyeri atau rasa terbakar pada saat berkemih, hematuria,
sering berkemih

Tanda

:Perubahan pada bising usus, distensi abdomen

MAKANAN/CAIRAN
Gejala

:Kebiasaan diet buruk (mis: rendah serat, tinggi lemak, aditif, bahan pengawet)

Anoreksia, mual/muntah
Intoleransi makanan
Perubahan pada berat badan: penurunan berat badan hebat, kakeksia, berkurangnya
massa otot
Tanda

:Perubahan pada kelembaban/turgor kulit, edema

NEUROSENSORI
Gejala

:Pusing, sinkope

NYERI/KENYAMANAN
Gejala

:Tidak ada nyeri atau derajat bervariasi mis: ketidaknyamanan ringan sampai

nyeri yang berat
PERNAFASAN
Gejala

:Merokok (tembakau, mariyuana, hidup dengan seseorang yang merokok)

Pemajanan abses
KEAMANAN
Gejala

:Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen

Pemajanan matahari lama/berlebihan
Tanda

:Demam

Ruam kulit, ulserasi
SEKSUALITAS
Gejala

:Masalah seksual mis: dampak pada hubungan, perubahan pada tingkat

kepuasan
Nuligravida lebih besar dari 30 tahun
Multigravida, pasangan seks multipel, aktivitas seksual dini, herpes genitalia
INTERAKSI SOSIAL
Gejala

:Ketidakadekuatan/kelemahan sistem pendukung

Riwayat perkawinan (berkenaan dengan kepuasan di rumah, dukungan atau bantuan)
Masalah tentang fungsi/tanggung jawab peran
PENYULUHAN/PEMBELAJARAN
Gejala

:Riwayatkanker pada keluarga mis: ibu atau bibi dengan kanker payudara

Sisi primer: penyakit primer, tanggal ditemukan/didiagnosis
Penyakit metastatik: sisi tambahan yang terlibat, bila tidak ada, riwayat alamiah dari
primer akan memberikan informasi penting untuk mencari metastatik
Riwayat pengobatan:pengobatan sebelumnya untuk tempat kankerdan pengobatan yang
diberikan
Pertimbangan
Rencana pemulangan DRG menunjukkan rerata lama dirawat: tergantung pada sistem
khusus yang terkena dengan kebutuhan terapeutik. Rujuk pada sumber-sumber yang
tepat
Memerlukan bantuan dalam keuangan, obat-obatan/pengobatan, perawatan kanker/alat
perawatan, transportasi,belanjamakanan dan persiapan, perawatan diri,megurus
rumah/tugas pemeliharaan,pengawasan untuk perawatan anak, perubahan pada fasilitas
tinggal/hospice
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Tes seleksi tergantung riwayat, manifestasi klinis, dan indeks kecurigaan untuk kanker
tertentu
Skan (mis., MRI, CT, gallium) dan ultrasound: dilakukan untuk tujuan diagnostik,
identifikasi metastatik, dan evaluasi respon pada pengobatan
Biopsi (aspirasi, eksisi, jarum, melubangi): dilakukan untuk diagnosis banding dan
menggambarkan pengobatan dan dapat dilakukan melalui sum-sum tulang, kulit, organ
dsb.Contoh: sum-sum tulang dilakukan pada penyakit mieloproliferatif untuk diagnosis;
pada tumor solid untuk pentahapan

Penanda tumor (zat yang dihasilkan dan disekresi oleh sel tumor dan ditemukan dalam
serum,mis., CEA, antigen spesifik prostat, alfa-fetoprotein, HCG, asam fosfat prostat,
kalsitonin, antigen onkofetal pankreas, CA 15-3, CA 19-9, CA 125 dsb). Dapat
membantu dalam mendiagnosis kanker tapi lebih bermanfaat sebagai prognostik
dan/atau monitor terapeutik. Reseptor estrogen dan progesteron adalah esai yang
dilakukan pada jaringan payudara untuk memberikan informasi tentang apakah atau
bukan manipulasi hormonal akan terapeutik pada kontrol penyakit metastatic
Tes kimia skrining: mis., elektrolit (natrium, kalium, kalsium); tes ginjal (BUN/Cr); tes
hepar(bilirubin, AST/SGOT alkalin fosfat, LDH); tes tulang (alkalin fosfat, kalsium)
JDL dengan diferensial dan trombosit: dapat menunjukkan anemia, perubahan pada SDM
dan SDP; trombosit berkurang atau meningkat
Sinar X-dada:menyelidiki penyakit paru metastatik dan primer
PRIORITAS KEPERAWATAN
1. Dukungan adaptasi dan kemmandirian
2. Meningkatkan kenyamanan
3. Mempertahankan fungsi fisiologis optimal
4. Mencegah komplikasi
5. Memberikan informasi tentang proses/kondisi penyakit, prognosis dan kebutuhan
pengobatan
TUJUAN PEMULANGAN
1. Pasien menerima situasi dengan realistis
2. Nyeri hilang/terkontrol
3. Homeostasis dicapai
4. Komplikasi dicegah/dikurangi
5. Proses/kondisi penyakit, prognosis, pilihan terapeutik dan aturan dipahami

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Antisipasi berduka b/d kehilangan yang diantisipasi dari kesejahteraan fisiologis (
mis.: kehilangan bagian tubuh, perubahan fungsi tubuh ); perubahan gaya hidup.
Tujuan : Mengidentifikasi dan mengekspresikan, Melanjutkan aktivitas

kehidupan

normal, melihat ke arah/merencanakan masa depan, mengharapkan untuk hari ini
saja,. Mengungkapkan pemahaman tentang proses menjelang ajal dan perasaan
didukung dalam melalui berduka.
Intervensi :
 Perkirakan syok awal dan ketidakyakinan setelah diagnosis kanker dan/atau prosedur
yang menimbulkan trauma (mis., bedah yang menimbulkan kecacatan, kolostomi,
amputasi).
Rasional : Sedikit pasien yang benar-benar siap untuk realita perubahan yang dapat
terjadi.
 Kaji pasien/orang terdekat terhadap berduka yang mengalami. Jelaskan proses sesuai
kebutuhan.
Rasional :Pengetahuan tentang proses berduka memperkuat normalitas perasaan/reaksi
terhadap apa yang dialami dan dapat membantu pasien menghadapi lebih efektif
dengan mereka
 Dorong pengungkapan pikiran/masalah dan penerimaan ekspresi kesedihan, marah,
penolakan. Akui normalitas perasaan ini.
Rasional :Pasien merasa terdukung mengekspresi perasaan dengan memahami bahwa
konflik emosi yang dalam dan sering adalah normal dan dialami orang lain dalam
situasi sulit ini.
 Sadari perubahan alam perasaan, bermusuhan, dan perilaku lain yang ditunjukkan.
Susun batasan perilaku tidak tepat. Perbaiki pikiran negatif.
Rasional :Penelitian menunjukkan bahwa beberapa pasien kanker beresiko tinggi
terhadap bunuh diri.Mereka secara khusus rentan bila baru didiagnosa dan/atau
pulang ke rumah.

 Kunjungi dengan sering dan berikan kontak fisik dengan tepat/sesuai kebutuhan.
Pindahkan pasien lebih mendekat ke kantor perawat bila ketakutan; biarkan pintu
terbuka bila nyaman untuk pasien.
Rasional :Membantu mengurangi perasaan isolasi dan diabaikan
 Kuatkan penyuluhan tentang proses penyakit dan pengobatan dan berikan informasi
sesuai permintaan/tepat tentang menjelang ajal. Bersikap jujur; jangan memberikan
harapan palsu saat memberikan dukungan emosinal.
Rasional :Pasien/orang terdekat mendapat keuntungan dari informasi factual. Indifidu
dapat mengajukan pertanyaan secara langsung tentang kematian, dan jawaban jujur
meningkatkan rasa percaya dan keyakinan bahwa informasi benar.
 Tinjau ulang pengalaman hidup masa lalu, perubahan peran, dan keterampilan kopng.
Bicara tentang sesuatu yang menarik perhatian pasien.
Rasional : Kesempatan untuk mengidentifikasi keterampilan yang dapat membantu
indifidu menghadapi berduka terhadap situasi baru secara lebih efektif.
 Identifikasi aspek positif dari situasi.
Rasional : Kemungkinan remisi dan progresi lambat dari penyakit dan/atau terapi baru
dapat menurunkan harapan pada masa depan.
 Diskusikan cara-cara pasien atau orang terdekat dapat merencanakan bersama untuk
masa depan. Dorong menyusun tujuan realistis
Rasional :Menjadi bagian dari pemecahan masalah/perencanaan dapat memberikan
rasa control terhadap kejadian yang diantisipasi.
 Bantu pasien atau orang terdekat mengidentifikasi kekuatan pada diri sendiri atau
situasi dan system pendukung
Rasional :Mengenali sumber ini memberi kesempatan melalui perasaan berduka.
 Dorong partisipasi dalam perawatan dan pengobatan
Rasional : Memungkinkan pasien mempertahankan control terhadap kehidupan.
 Perhatikan bukti konflik, ekspresi marah dan pernyataan kecewa, rasa bersalah, putus
asa” Tak ada gunanya hidup “
Rasional : Konflik interpersonal/perilaku marah mungkin cara – cara pasien
mengekspresikan atau menghadapi perasaan kecewa dan dapat menandakan ide bunuh
diri.

 Berikan lingkungan terbuka untuk diskusi dengan pasien atau orang terdekat tentang
keinginan atau rencana mengalami kematian misalnya membuat surat warisan,
pengaturan penguburan, donor organ, asuransi, waktu untuk bersama keluarga.
Rasional : Bila pasien atau orang terdekat bersama-sama menyadari ancaman kematian,
mereka lebih mudah menghadapi urusan atau aktifitas yang diinginkan yang belum
selesai.
 Sadari perasaan sendiri tentang kanker, ancaman kematian.Terima metode apapun
yang dipilih oleh pasien atau orang terdekat untuk saling membantu selama proses.
Rasional : Ansietas dan ketidakinginan pemberi perawatan untuk menerima kenyataan
tentang kemungkinan kematiannya sendiri dapat menghambat kemampuan untuk
membantu pasien/orang terdekat, memerlntuan orang lain untuk memberi dukungan
yang diperlukan.
2. Nyeri b/d proses penyakit ( kompresi/destruksi jaringan saraf, infiltrasi saraf, atau
suplai vaskulernya, obstruksi jaras saraf, inflamasi)
Tujuan : Melaporkan penghilangan nyeri maksimal.
Intervensi :
 Tentukan riwayat nyeri misalnya lokasi nyeri, frekuensi, durasi, dan intensitas (skala
0 – 10 ) dan tindakan penghilangan yang digunakan.]
Rasional : Informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan/keefektifan
intervensi. Catatan : Pengalaman nyeri adalah individual yang digabungkan dengan
baik respon fisik dan emosional.
 Evaluasi/sadari terapi tertentu mis., : Pembedahan, radiasi, kemoterapi, bioterapi.
Ajarkan pasien/orang terdekat apa yang diharapkan.
Rasional : Ketidaknyamanan tentang luas adalah umum (mis. : nyeri insisi, kulit
terbakar, nyeri punggung bawa, sakit kepala) tergantung pada prosedur atau agen
yang digunakan.
 Berikan tindakan kenyamanan dasar (mis. : reposisi, gosokan punggung ) dan
aktivitas hiburan (mis. :musik, televisi ).
Rasional : Meningkatkan relaksasi dan membantu memfokuskan
kembali perhatian.

 Dorong penggunaan keterampilan managemen nyeri (mis.: tekniok relaksasi,
Visualisasi, bimbingan imajinasi ), tertawa, musik, dan sentuhan terapeutik.
Rasional : Memungkinkan pasien untuk berpartisipasi secara aktiv dan meningkatkan
rasa control.
 Evaluasi penghilangan nyeri/control. Nilai aturan pengobatan bila perlu
Rasional : Tujuannya adalah control nyeri maksimum dengan pengaruh minimum pada
AKS.
 Berikan analgesic sesuai indikasi mis.: Brompton’s cock-tail, morving, metadon, atau
campuran narkotik IV khusus.Berikan hanya untuk memberikan analgesic dalam sehari.
Rasional ; Nyeri adalah komplikasi sering dari kanker, meskipun respon individual
berbeda. Saat perubahan penyakit/pengobatan terjadi, penilaian dosis dan pemberian
aka diperlukan.Catatan ; adiksi atau ketergantungan pada obat bukan masalah.
 Berikan/instruksikan penggunaan PCA dengan tepat.
Rasional : Analgesia dikontrol pasien sehingga pemberian obat tepat waktu, mencegah
fluktuasi pada intensitas nyeri.Sering pada dosis total rendah akan diberikan melalui
metode konvensional.

3. Resiko tinggi perubahan pola seksual b/d perubahan fungsi/struktur
tubuh, penyakit,dan pengobatan medis.
Tujuan : Mempertahankan aktivitas seksual pada tingkat yang diinginkan bila
mungkin.
Intervensi :
 Diskusikan dengan pasien/orang terdekat sifat seksualitas dan reaksi bila ini berubah
atau terancam.Berikan informasi tentang normalitas masalah-masalah ini dan bahwa
banyak orang menemukan bantuan untuk proses adaptasi
Rasional : Pengakuan legitimasi tentang masalah. Seksualitas cara pria dan wanita
memandang mereka sendiri sebagai individu dan bagaimana menyampaikan antara
mereka dan diantara setiap area kehidupan.

 Anjurkan pasien tentang efek samping dari pengobatan kanker yang diresepkan yang
diketahui mempengaruhi seksualitas
Rasional : Pedoman antisipasi dapat membantu pasien dan orang terdekat melalui
proses adaptasi pada keadaan baru.
 Berikan waktu tersendiri untuk pasien yang dirawat. Ketuk pintu dan dapatkan izin
dari pasien/orang terdekat sebelum masuk
Rasional : Kebutuhan seksualitas tidak berakhir karena pasien dirawat. Kebutuhan
keintiman berlanjut dan sikap terbuka dan menerima untuk ekspresi kebutuhan ini
adalah penting.
4. Ansietas / ketakutan b/d krisis situasi (kanker)
Tujuan : Menunjukkan rentang yang tepat dari perasaan dan
berkurangnya rasa takut tampak rileks dan melaporkan ansietas
berkurang pada tingkat dapat diatasi
Intervensi:
 Tinjau ulang pengalaman pasien/orang terdekat sebelumnya dengan kanker. Tentukan
apakah dokter telah mengatakan pada pasien dan apakah kesimpulan pasien telah
tercapai
Rasional : Membantu dalam identifikasi rasa takut dan kesalahan konsep berdasarkan
pada pengalaman dengan kanker
 Dorong pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan
Rasional : Memberikan kesempatan untuk memeriksa rasa takut realistis serta kesalahan
konsep tentang diagnosis
 Berikan lingkungan terbuka dimana pasien merasa aman untuk mendiskusikan
perasaan atau menolak untuk berbicara
Rasional : Membantu pasien untuk merasa diterima pada adanya kondisi tanpa
perasaan dihakimi dan meningkatkan rasa terhormat dan control
 Pertahankan kontak sering dengan pasien. Bicara dengan menyentuh klien bila tepat
Rasional : Memberikan keyakinan bahwa pasien tidak sendiri atau ditolak; berikan
respek dan penerimaan individu, mengembangkan kepercayaan

 Sadari efek-efek isolasi pada pasien bila diperlukan untuk imunosupresi atau implan
radiasi. Batasi penggunaan pakaian/masker isolasi bila tepat
Rasional : Penyimpangan sensori dapat terjadi nilai stimulasi yang cukup tidak
tersedia dan dapat memperberat perasaan ansietas/takut
 Bantu pasien/orang terdekat dalam mengenali dan mengklarifikasi rasa takut untuk
memulai mengembangkan strategi koping untuk menghadapi rasa takut ini
Rasional : Keterampilan koping sering rusak setelah diagnosis dan selama fase
pengobatan yang berbeda. Dukungan dan konseling sering perlu untuk memungkinkan
individu mengenal dan menghadapi rasa takut dan untuk meyakini bahwa strategi
kontrol/koping tersedia
 Berikan informasi akurat, konsisten mengenai prognosis. Hindari memperdebatkan
tentang persepsi pasien terhadap situasi
Rasional : Dapat menurunkan ansietas dan memungkinkan pasien membuat
keputusan /pilihan berdasarkan realita
 Izinkan ekspresi marah, kecewa tanpa konfrontasi. Berikan informasi dimana
perasaan adalah normal dan diekspresikan secara tepat
Rasional : Penerimaan perasaan memungkinkan pasien mulai menghadapi situasi
 Jelaskan pengobatan yang dianjurkan, tujuannya, potensial efek samping. Membantu
pasien menyiapkan pengobatan
Rasional : Tujuan pengobatan kanker aadalah menghancurkan sel-sel malignan
sambil meminimasi kerusakan pada sel yang normal. Pengobatan dapat meliputi
pembedahan (kuratif, preventif, paliatif) serta kemoterapi, radiasi (internal, eksternal)
atau pengobatan lebih baru/spesifik seperti hipertermia seluruh tubuh atau bioterapi.
Transplantasi sumsum tulang mungkin dianjurkan untuk beberapa tipe kanker
 Jelaskan prosedur, berikan kesempatan untuk bertanya dan jawaban jujur. Tinggal
dengan pasien selama prosedur yang menimbulkan ansietas dan konsultasi
Rasional : Informasi akurat memungkinkan klien menghadapi situasi lebih efektif
dengan realitas, karenanya menurunkan ansietas dan rasa takut karena ketidaktahuan
 Berikan pemberi perawatan primer atau konsisten kapanpun mungkin

Rasional

:Membantu menurunkan ansietas dengan mengembangkan hubungan

terapeutik dan memudahkan perawatan continue
 Tingkatkan rasa tenang dan lingkungan tenang
Rasional :Memudahkan istirahat, menghemat energi dan meningkatkan kemampuan
koping
 Identifikasi tahap/stadium berduka pasien dan orang terdekat yang sedang dialami
Rasional :Pilihan intervensi ditentukan oleh tahap berduka, perilaku koping mis., marah/
menarik diri, menyangkal
 Perhatikan koping tak efektif mis., interaksi sosial buruk, tidak berdaya, fungsi
menyerah setiap hari dan kepuasan sumber
Rasional :Mengidentifikasi masalah individu dan memberikan dukungan pada
pasien/orang terdekat dalam menggunakan keterampilan koping efektif
 Waspada pada tanda menyangkal/depresi mis., menarik diri, marah, tanda tidak tepat.
Tentukan adanya ide bunuh diri dan kaji potensial nyeri pada skala 1-10
Rasional : Pasien dapat menggunakan mekanisme pertahanan dari menyangkal dan
mengekspresikan harapan dimana diagnosis tidak akurat. Perasaan bersalah, distress
spiritual, gejala fisik, atau kurang perawatan diri dapat membuat pasien menjadi
menarik diri dan yakin bahwa bunuh diri adalah pilihan yang ada
 Dorong dan kembangkan interaksi pasien dengan sistem pendukung
Rasional : Mengurangi perasaan isolasi. Bila sistem pendukung tidak tersedia, sumber
luar mungkin dibutuhkan dengan segera mis., kelompok pendukung kanker local
 Berikan informasi yang dapat dipercaya dan konsisten dengan dukungan untuk orang
terdekat
Rasional : Memungkinkan untuk interaksi interpersonal lebih baik dan menurunkan
ansietas dan rasa takut
 Libatkan orang terdekat sesuai indikasi bila keputusan mayor akan dibuat
Rasional

:Menjamin sistem pendukung untuk pasien dan memungkinkan orang

terdekat terlibat dengan cepat
5. Resiko Tinggi Infeksi b/d defisiensi imun
Faktor resiko meliputi:

a.

Ketidakadekuatan pertahanan sekunder dan imunosupresi mis., supresi sumsum
tulang (efek samping pembatasan dosis baik kemoterapi dan radiasi)

b.

Malnutrisi, proses penyakit kronis

c.

Prosedur invasive

Intervensi :
 Tingkatkan prosedur mencuci tangan yang baik dengan staf dan pengunjung. Batasi
pengunjumg yang mengalami infeksi. Tempatkan pada isolasi sesuai indikasi
Rasional : Lindungi pasien dari sumber-sumber infeksi, seperti pengunjung dan staf yang
mengalami ISK
 Tekankan hiegine personal
Rasional : Membantu potensial sumber infeksi dan/atau pertumbuhan sekunder
 Pantau suhu
Rasional : Peningkatan suhu terjadi (bila tidak tertutup obat kortikosteroid atau antiinflamasi) karena berbagai faktor mis., efek samping kemoterapi, proses penyakit atau
infeksi. Identifikasi dini proses infeksi memungkinkan terapi yang tepat untuk dimulai
dengan segera
 Kaji semua sistem (mis., kulit, pernafasan, genitourinasia) terhadap tanda/gejala
infeksi secara kontinu
Rasional : Mengenali dini dan intervensi segera dapat mencegah progresif pada
situasi/sepsis yang lebih serius
 Ubah posisi dengansering ; pertahankan linen kering dan bebas kerutan
Rasional : Menurunkan tekanan dan iritasi pada jaringan dan mencegah kerusakan kulit
(sisi potensial untuk pertumbuhan bakteri)
 Tingkatkan istirahat adekuat/periode latihan
Rasional : Membatasi keletihan, mendorong gerakan yang cukup untuk mencegah
komplikasi stasis mis., pneumonia, dekubitus dan pembentukan thrombus
 Tekankan pentingnya hiegine oral yang baik
Rasional : Terjadinya stomatisis meningkatkan resiko terhadap infeksi /pertumbuhan
sekunder
 Hindari/ batasi prosedur invasif. Taati teknik aseptik

Rasional : Menurunkan resiko kontaminasi membatasi entriportal terhadap agen
infeksius
KOLABORASI
 Pantau DJL dengan SDP diferensial dan jumlah granulosit dan trombosit sesuai
indikasi
Rasional : Aktivitas sumsum tulang dihambat oleh efek kemoterapi, status penyakit atau
terapi radiasi. Pemantauan status mielosupresi penting untuk mencegah komplikasi
lanjut (mis., infeksi, anemia atau hemoragi) dan jadwal pemberian obat
 Dapatkan kultur sesuai indikasi
Rasional : Mengidentifikasi organisme penyebab dan terapi yang baik
 Berikan antibiotik sesuai indikasi
Rasional : Mungkin digunakan untuk mengidentifikasi infeksi atau diberikan secara
profilaktif pada pasien imunisupresi