Makalah Teori Belajar 1 .docx
Makalah Teori Belajar
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Banyak negara yang mengakui bahwa persoalan pendidikan merupakan persoalan yang
pelik. Namun semuanya merasakan bahwa pendidikan merupakan salah satu tugas negara yang
amat penting. Bangsa yang ingin maju, membangun, dan berusaha memperbaiki keadaan
masyarakat dan dunia tentu mengatakan bahwa pendidikan merupakan kunci keberhasilan suatu
bangsa.
Tantangan dunia pendidikan ke depan adalah mewujudkan proses demokratisasi belajar.
Pembelajaran
yang
mengakui
hak
anak
untuk
melakukan
tindakan
belajar
sesuai
karakteristiknya. Hal penting yang perlu ada dalam lingkungan belajar yang demokratis adalah
reallness. Sadar bahwa anak memiliki kekuatan disamping kelemahan, memiliki keberanian di
samping rasa takut dan kecemasan, bisa marah di samping juga bisa gembira .
Bagi para guru, salah satu pertanyaan yang paling penting tentang belajar adalah :
Kondisi seperti apa yang paling efektif untuk menciptakan perubahan yang diinginkan dalam
tingkah laku? Atau dengan kata lain, bagaimana bisa apa yang kita ketahui tentang belajar
diterapkan dalam instruksi? Sebelum kita menjawab pertanyaan tersebut, kita harus melihat pada
penjelasan-penjelasan psikologis tentang belajar.
Hidup bersama antarmanusia akan berlangsung dalam berbagai bentuk komunikasi dan
situasi. Dalam kehidupan semacam inilah terjadi interaksi. Dengan demikian kegiatan hidup
manusia akan selalu dibarengi dengan proses interaksi atau komunikasi, baik interaksi dengan
alam lingkungan, interaksi dengan sesama, maupun interaksi dengan tuhannya, baik itu sengaja
maupun tidak disengaja.
Sehubungan dengan hal tersebut, dengan ketidak terbatasannya akal dan keinginan
manusia, untuk itu perlu difahami secara benar mengenai pengertian proses dan interaksi belajar.
Belajar dan mengajar adalah dua kegiatan yang tunggal tapi memang memiliki makna yang
berbeda. Belajar diartikan sebagai suatu perubahan tingkah-laku karena hasil dari pengalaman
yang diperoleh. Sedangkan mengajar adalah kegiatan menyediakan kondisi yang merangsang
serta mangarahkan kegiatan belajar siswa/subjek belajar untuk memperoleh pengetahuan,
keterampilan, nilai dan sikap yang dapat membawa perubahan serta kesadaran diri sebagai
pribadi.
Menurut Arden N. Frandsen mengatakan bahwa hal yang mendorong seseorang itu untuk
belajar antara lain sebagai berikut:
1.
Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas;
2.
Adanya sifat kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk maju;
3.
Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru, dan teman-teman;
4.
Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru, baik
dengan koperasi maupun dengan kompetensi;
5.
Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman;
6.
Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir dari pada belajar. (Frandsen, 1961, p. 216).
Secara luas teori belajar selalu dikaitkan dengan ruang lingkup bidang psikologi atau
bagaimanapun juga membicarakan masalah belajar ialah membicarakan sosok manusia. Ini dapat
diartikan bahwa ada beberapa ranah yang harus mendapat perhatian. anah-ranah itu ialah ranah
kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor. Akan tetapi manusia sebagai makhluk yang
berpikir, berbeda dengan binatang. Binatang adalah juga makhluk yang dapat diberi pelajaran,
tetapi tidak menggunakan pikiran dan akal budi. Ivan Petrovich Pavlov, ahli psikologi Rusia
berpengalaman dalam melakukan serangkaian percobaan. Dalam percobaan itu ia melatih
anjingnya untuk mengeluarkan air liur karena stimulus yang dikaitkan dengan makanan. Proses
belajar ini terdiri atas pembentukan asosiasi (pembentukan hubungan antara gagasan, ingatan
atau kegiatan pancaindra) dengan makanan. Proses belajar yang digambarkan seperti itu menurut
Pavlov terdiri atas pembentukan asosiasi antara stimulus dan respons refleksif.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Teori Belajar
2.
Teori Behaviorisme
Behaviorisme merupakan salah satu pendekatan untuk memahami perilaku individu.
Behaviorisme memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek
– aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat
dan perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks
sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu. Teori kaum behavoris lebih
dikenal dengan nama teori belajar, karena seluruh perilaku manusia adalah hasil belajar. Belajar
artinya perbahan perilaku organise sebagai pengaruh lingkungan. Behaviorisme tidak mau
mempersoalkan apakah manusia baik atau jelek, rasional atau emosional; behaviorisme hanya
ingin mengetahui bagaimana perilakunya dikendalikan oleh faktor-faktor lingkungan.
Dalam arti teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia.
Memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan.
Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka. Dari hal ini, timbulah konsep
”manusia mesin” (Homo Mechanicus).
Ciri dari teori ini adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat
mekanistis, menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon,
menekankan pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil belajar,mementingkan peranan
kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan. Pada
teori belajar ini sering disebut S-R psikologis artinya bahwa tingkah laku manusia dikendalikan
oleh ganjaran atau reward dan penguatan atau reinforcement dari lingkungan.
Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksireaksi behavioural dengan stimulusnya. Guru yang menganut pandangan ini berpandapat bahwa
tingkahlaku siswa merupakan reaksi terhadap lingkungan dan tingkahl laku adalah hasil belajar.
3.
Teori Humanistik
Pengertian humanistik yang beragam membuat batasan-batasan aplikasinya dalam
dunia pendidikan mengundang berbagai macam arti pula. Sehingga perlu adanya satu pengertian
yang disepakati mengenai kata humanistik dala pendidikan. Dalam artikel “What is Humanistik
Education?”, Krischenbaum menyatakan bahwa sekolah, kelas, atau guru dapat dikatakan
bersifat humanistik dalam beberapa kriteria. Hal ini menunjukkan bahwa ada beberapa tipe
pendekatan humanistik dalam pendidikan. Ide mengenai pendekatan-pendekatan ini terangkum
dalam psikologi humanistik.
Dalam artikel “some educational implications of the Humanistic Psychologist”
Abraham Maslow mencoba untuk mengkritisi teori Freud dan behavioristik. Menurut Abraham,
yang terpenting dalam melihat manusia adalah potensi yang dimilikinya. Humanistik lebih
melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia daripada berfokus pada “ketidaknormalan”
atau “sakit” seperti yang dilihat oleh teori psikoanalisa Freud. Pendekatan ini melihat kejadian
setelah “sakit” tersebut sembuh, yaitu bagaimana manusia membangun dirinya untuk melakukan
hal-hal yang positif. Kemampuan bertindak positif ini yang disebut sebagai potensi manusia dan
para pendidik yang beraliran humanistik biasanya memfokuskan penganjarannya pada
pembangunan kemampuan positif ini.
Kemampuan positif disini erat kaitannya dengan pengembangan emosi positif yang
terdapat dalam domain afektif, misalnya ketrampilan membangun dan menjaga relasi yang
hangat dengan orang lain, bagaimana mengajarkan kepercayaan, penerimaan, keasadaran,
memahami perasaan orang lain, kejujuran interpersonal, dan pengetahuan interpersonal lainnya.
Intinya adalah meningkatkan kualitas ketrampilan interpersonal dalam kehidupan sehari-hari.
Selain menitik beratkan pada hubungan interpersonal, para pendidikan yang beraliran
humanistik juga mencoba untuk membuat pembelajaran yang membantu anak didik untuk
meningkatkan kemampuan dalam membuat, berimajinasi, mempunyai pengalaman, berintuisi,
merasakan, dan berfantasi. Pendidik humanistik mencoba untuk melihat dalam spektrum yang
luas mengenai perilaku manusia. “Berapa banyak hal yang bisa dilakukan manusia? Dan
bagaimana aku bisa membantu mereka untuk melakukan hal-hal tersebut dengan lebih baik?
Melihat hal-hal yang diusahakankan oleh para pendidik humanistik, tampak bahwa
pendekatan ini mengedepankan pentingnya emosi dalam dunia pendidikan. Freudian melihat
emosi sebagai hal yang mengganggu perkembangan, sementara humanistik melihat keuntungan
pendidikan emosi. Jadi bisa dikatakan bahwa emosi adalah karakterisitik yang sangat kuat yang
nampak dari para pendidik beraliran humanistik. Karena berpikir dan merasakan saling
beriringan, mengabaikan pendidikan emosi sama dengan mengabaikansalah satu potensi terbesar
manusia. Kita dapat belajar menggunakan emosi kita dan mendapat keuntungan dari pendekatan
humanistik ini sama seperti yang kita dapatkan dari pendidikan yang menitikberatkan kognisi.
Tokoh-Tokoh Teori Belajar
4.
Teori Behaviorisme
Beberapa tokoh besar dalam aliran behaviorisme antara lain adalah :
a.
Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936)
Ivan Petrovich Pavlov lahir 14 September 1849 di Ryazan Rusia. Ia mengemukakan
bahwa dengan menerapkan strategi ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara stimulus
alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan,
sementara individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar
dirinya.
Pavlov mengadakan percobaan laboratories terhadap anjing. Dalam percobaan ini
anjing di beri stimulus bersarat sehingga terjadi reaksi bersarat pada anjing. Contoh situasi
percobaan tersebut pada manusia adalah bunyi bel di kelas untuk penanda waktu tanpa disadari
menyebabkan proses penandaan sesuatu terhadap bunyi-bunyian yang berbeda dari pedagang
makan, bel masuk, dan antri di bank. Dari contoh tersebut diterapkan strategi Pavlo ternyata
individu dapat dikendalikan melalui cara mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat
untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan. Sementara individu tidak sadar
dikendalikan oleh stimulus dari luar.
Belajar menurut teori ini adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya
syarat-syarat yang menimbulkan reaksi.Yang terpenting dalam belajar menurut teori ini adalah
adanya latihan dan pengulangan. Kelemahan teori ini adalah belajar hanyalah terjadi secara
otomatis keaktifan dan penentuan pribadi dihiraukan.
b.
Thorndike (1874-1949)
Menurut Thorndike belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara
peristiwa yang disebut stimulus dan respon. Thorndike menggambarkan proses belajar sebagai
proses pemecahan masalah. Dalam penyelidikannya tentang proses belajar, pelajar harus diberi
persoalan, dalam hal ini Thorndike melakukan eksperimen dengan sebuah puzzlebox.
Eksperimen yang dilakukan adalah dengan kucing yang dimasukkan pada sangkar tertutup yang
apabila pintunya dapat dibuka secara otomatis bila knop di dalam sangkar disentuh. Percobaan
tersebut menghasilkan teori Trial dan Error. Ciri-ciri belajar dengan Trial dan Error Yaitu :
adanya aktivitas, ada berbagai respon terhadap berbagai situasi, ada eliminasai terhadap berbagai
respon yang salah, ada kemajuan reaksi-reaksi mencapai tujuan.
Atas dasar percobaan di atas, Thorndike menemukan hukum-hukum belajar :
1.
Hukum kesiapan (Law of Readiness)
Jika suatu organisme didukung oleh kesiapan yang kuat untuk memperoleh stimulus maka
pelaksanaan tingkah laku akan menimbulkan kepuasan individu sehingga asosaiasi cenderung
diperkuat.
2.
Hukum latihan
Hukum latihan akan menyebabkan makin kuat atau makin lemah hubungan S-R. Semakin sering
suatu tingkah laku dilatih atau digunakan maka asosiasi tersebut semakin kuat. Hukum ini
sebenarnya tercermin dalam perkataan repetioest mater studiorum atau practice makes perfect.
3.
Hukum akibat ( Efek )
Hubungan stimulus dan respon cenderung diperkuat bila akibat menyenangkan dan cenderung
diperlemah jika akibatnya tidak memuaskan. Rumusan tingkat hukum akibat adalah, bahwa
suatu tindakan yang disertai hasil menyenangkan cenderung untuk dipertahankan dan pada
waktu lain akan diulangi. Jadi hokum akibat menunjukkan bagaimana pengaruh hasil suatu
tindakan bagi perbuatan serupa.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Tujuan utama para pendidik adalah mambantu siswa untuk mengembangkan dirinya
yaitu membantu masing- masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia
yang unik & membantu dalam mewujudkan potensi- potensi yang ada pada diri
mereka.Sedangkan teori belajar behavioristik merupakan proses perubahan tingkah laku sebagai
akibat adanya interaksi antara stimulus dengan respons yang menyebabkan siswa mempunyai
pengalaman baru. Aplikasinya dalam pembelajaran adalah bahwa guru memiliki kemampuan
dalam mengelola hubungan stimulus respons dalam situasi pembelajaran sehingga hasil belajar
siswa dapat optimal.
Manfaat dari beberapa teori belajar adalah :
1.
Membantu guru untuk memahami bagaimana siswa belajar,
2.
Membimbing guru untuk merancang dan merencanakan proses pembelajaran,
3.
Memandu guru untuk mengelola kelas,
4.
Membantu guru untuk mengevaluasi proses, perilaku guru sendiri serta hasil belajar siswa
B.
Saran
Pengertian, prinsip, dan perkembangan teori pembelajaran hendaknya dipahami oleh
para pendidik dan diterapkan dalam dunia pendidikan dengan benar, sehingga tujuan pendidikan
akan benar-benar dapat dicapai. Dengan memahami berbagai teori belajar, prinsip-prinsip
pembelajaran dan pengajaran, pendidikan yang berkembang di bangsa kita niscaya akan
menghasilkan out put-out put yang berkualitas yang mampu membentuk manusia Indonesia
seutuhnya.
DAFTAR PUSTAKA
Budiningsih, Asri C. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Darsono, Max. 2001. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press.
http://www.freewebs.com/hijrahsaputra/catatan/TEORI%20BELAJAR%20DAN
%20PEMBELAJARAN.htm
• http://rohman-makalah.blogspot.com/2008/07/teori-belajar-akhmad-sudrajat-m.html
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Banyak negara yang mengakui bahwa persoalan pendidikan merupakan persoalan yang
pelik. Namun semuanya merasakan bahwa pendidikan merupakan salah satu tugas negara yang
amat penting. Bangsa yang ingin maju, membangun, dan berusaha memperbaiki keadaan
masyarakat dan dunia tentu mengatakan bahwa pendidikan merupakan kunci keberhasilan suatu
bangsa.
Tantangan dunia pendidikan ke depan adalah mewujudkan proses demokratisasi belajar.
Pembelajaran
yang
mengakui
hak
anak
untuk
melakukan
tindakan
belajar
sesuai
karakteristiknya. Hal penting yang perlu ada dalam lingkungan belajar yang demokratis adalah
reallness. Sadar bahwa anak memiliki kekuatan disamping kelemahan, memiliki keberanian di
samping rasa takut dan kecemasan, bisa marah di samping juga bisa gembira .
Bagi para guru, salah satu pertanyaan yang paling penting tentang belajar adalah :
Kondisi seperti apa yang paling efektif untuk menciptakan perubahan yang diinginkan dalam
tingkah laku? Atau dengan kata lain, bagaimana bisa apa yang kita ketahui tentang belajar
diterapkan dalam instruksi? Sebelum kita menjawab pertanyaan tersebut, kita harus melihat pada
penjelasan-penjelasan psikologis tentang belajar.
Hidup bersama antarmanusia akan berlangsung dalam berbagai bentuk komunikasi dan
situasi. Dalam kehidupan semacam inilah terjadi interaksi. Dengan demikian kegiatan hidup
manusia akan selalu dibarengi dengan proses interaksi atau komunikasi, baik interaksi dengan
alam lingkungan, interaksi dengan sesama, maupun interaksi dengan tuhannya, baik itu sengaja
maupun tidak disengaja.
Sehubungan dengan hal tersebut, dengan ketidak terbatasannya akal dan keinginan
manusia, untuk itu perlu difahami secara benar mengenai pengertian proses dan interaksi belajar.
Belajar dan mengajar adalah dua kegiatan yang tunggal tapi memang memiliki makna yang
berbeda. Belajar diartikan sebagai suatu perubahan tingkah-laku karena hasil dari pengalaman
yang diperoleh. Sedangkan mengajar adalah kegiatan menyediakan kondisi yang merangsang
serta mangarahkan kegiatan belajar siswa/subjek belajar untuk memperoleh pengetahuan,
keterampilan, nilai dan sikap yang dapat membawa perubahan serta kesadaran diri sebagai
pribadi.
Menurut Arden N. Frandsen mengatakan bahwa hal yang mendorong seseorang itu untuk
belajar antara lain sebagai berikut:
1.
Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas;
2.
Adanya sifat kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk maju;
3.
Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru, dan teman-teman;
4.
Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru, baik
dengan koperasi maupun dengan kompetensi;
5.
Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman;
6.
Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir dari pada belajar. (Frandsen, 1961, p. 216).
Secara luas teori belajar selalu dikaitkan dengan ruang lingkup bidang psikologi atau
bagaimanapun juga membicarakan masalah belajar ialah membicarakan sosok manusia. Ini dapat
diartikan bahwa ada beberapa ranah yang harus mendapat perhatian. anah-ranah itu ialah ranah
kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor. Akan tetapi manusia sebagai makhluk yang
berpikir, berbeda dengan binatang. Binatang adalah juga makhluk yang dapat diberi pelajaran,
tetapi tidak menggunakan pikiran dan akal budi. Ivan Petrovich Pavlov, ahli psikologi Rusia
berpengalaman dalam melakukan serangkaian percobaan. Dalam percobaan itu ia melatih
anjingnya untuk mengeluarkan air liur karena stimulus yang dikaitkan dengan makanan. Proses
belajar ini terdiri atas pembentukan asosiasi (pembentukan hubungan antara gagasan, ingatan
atau kegiatan pancaindra) dengan makanan. Proses belajar yang digambarkan seperti itu menurut
Pavlov terdiri atas pembentukan asosiasi antara stimulus dan respons refleksif.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Teori Belajar
2.
Teori Behaviorisme
Behaviorisme merupakan salah satu pendekatan untuk memahami perilaku individu.
Behaviorisme memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek
– aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat
dan perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks
sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu. Teori kaum behavoris lebih
dikenal dengan nama teori belajar, karena seluruh perilaku manusia adalah hasil belajar. Belajar
artinya perbahan perilaku organise sebagai pengaruh lingkungan. Behaviorisme tidak mau
mempersoalkan apakah manusia baik atau jelek, rasional atau emosional; behaviorisme hanya
ingin mengetahui bagaimana perilakunya dikendalikan oleh faktor-faktor lingkungan.
Dalam arti teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia.
Memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan.
Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka. Dari hal ini, timbulah konsep
”manusia mesin” (Homo Mechanicus).
Ciri dari teori ini adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat
mekanistis, menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon,
menekankan pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil belajar,mementingkan peranan
kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan. Pada
teori belajar ini sering disebut S-R psikologis artinya bahwa tingkah laku manusia dikendalikan
oleh ganjaran atau reward dan penguatan atau reinforcement dari lingkungan.
Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksireaksi behavioural dengan stimulusnya. Guru yang menganut pandangan ini berpandapat bahwa
tingkahlaku siswa merupakan reaksi terhadap lingkungan dan tingkahl laku adalah hasil belajar.
3.
Teori Humanistik
Pengertian humanistik yang beragam membuat batasan-batasan aplikasinya dalam
dunia pendidikan mengundang berbagai macam arti pula. Sehingga perlu adanya satu pengertian
yang disepakati mengenai kata humanistik dala pendidikan. Dalam artikel “What is Humanistik
Education?”, Krischenbaum menyatakan bahwa sekolah, kelas, atau guru dapat dikatakan
bersifat humanistik dalam beberapa kriteria. Hal ini menunjukkan bahwa ada beberapa tipe
pendekatan humanistik dalam pendidikan. Ide mengenai pendekatan-pendekatan ini terangkum
dalam psikologi humanistik.
Dalam artikel “some educational implications of the Humanistic Psychologist”
Abraham Maslow mencoba untuk mengkritisi teori Freud dan behavioristik. Menurut Abraham,
yang terpenting dalam melihat manusia adalah potensi yang dimilikinya. Humanistik lebih
melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia daripada berfokus pada “ketidaknormalan”
atau “sakit” seperti yang dilihat oleh teori psikoanalisa Freud. Pendekatan ini melihat kejadian
setelah “sakit” tersebut sembuh, yaitu bagaimana manusia membangun dirinya untuk melakukan
hal-hal yang positif. Kemampuan bertindak positif ini yang disebut sebagai potensi manusia dan
para pendidik yang beraliran humanistik biasanya memfokuskan penganjarannya pada
pembangunan kemampuan positif ini.
Kemampuan positif disini erat kaitannya dengan pengembangan emosi positif yang
terdapat dalam domain afektif, misalnya ketrampilan membangun dan menjaga relasi yang
hangat dengan orang lain, bagaimana mengajarkan kepercayaan, penerimaan, keasadaran,
memahami perasaan orang lain, kejujuran interpersonal, dan pengetahuan interpersonal lainnya.
Intinya adalah meningkatkan kualitas ketrampilan interpersonal dalam kehidupan sehari-hari.
Selain menitik beratkan pada hubungan interpersonal, para pendidikan yang beraliran
humanistik juga mencoba untuk membuat pembelajaran yang membantu anak didik untuk
meningkatkan kemampuan dalam membuat, berimajinasi, mempunyai pengalaman, berintuisi,
merasakan, dan berfantasi. Pendidik humanistik mencoba untuk melihat dalam spektrum yang
luas mengenai perilaku manusia. “Berapa banyak hal yang bisa dilakukan manusia? Dan
bagaimana aku bisa membantu mereka untuk melakukan hal-hal tersebut dengan lebih baik?
Melihat hal-hal yang diusahakankan oleh para pendidik humanistik, tampak bahwa
pendekatan ini mengedepankan pentingnya emosi dalam dunia pendidikan. Freudian melihat
emosi sebagai hal yang mengganggu perkembangan, sementara humanistik melihat keuntungan
pendidikan emosi. Jadi bisa dikatakan bahwa emosi adalah karakterisitik yang sangat kuat yang
nampak dari para pendidik beraliran humanistik. Karena berpikir dan merasakan saling
beriringan, mengabaikan pendidikan emosi sama dengan mengabaikansalah satu potensi terbesar
manusia. Kita dapat belajar menggunakan emosi kita dan mendapat keuntungan dari pendekatan
humanistik ini sama seperti yang kita dapatkan dari pendidikan yang menitikberatkan kognisi.
Tokoh-Tokoh Teori Belajar
4.
Teori Behaviorisme
Beberapa tokoh besar dalam aliran behaviorisme antara lain adalah :
a.
Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936)
Ivan Petrovich Pavlov lahir 14 September 1849 di Ryazan Rusia. Ia mengemukakan
bahwa dengan menerapkan strategi ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara stimulus
alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan,
sementara individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar
dirinya.
Pavlov mengadakan percobaan laboratories terhadap anjing. Dalam percobaan ini
anjing di beri stimulus bersarat sehingga terjadi reaksi bersarat pada anjing. Contoh situasi
percobaan tersebut pada manusia adalah bunyi bel di kelas untuk penanda waktu tanpa disadari
menyebabkan proses penandaan sesuatu terhadap bunyi-bunyian yang berbeda dari pedagang
makan, bel masuk, dan antri di bank. Dari contoh tersebut diterapkan strategi Pavlo ternyata
individu dapat dikendalikan melalui cara mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat
untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan. Sementara individu tidak sadar
dikendalikan oleh stimulus dari luar.
Belajar menurut teori ini adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya
syarat-syarat yang menimbulkan reaksi.Yang terpenting dalam belajar menurut teori ini adalah
adanya latihan dan pengulangan. Kelemahan teori ini adalah belajar hanyalah terjadi secara
otomatis keaktifan dan penentuan pribadi dihiraukan.
b.
Thorndike (1874-1949)
Menurut Thorndike belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara
peristiwa yang disebut stimulus dan respon. Thorndike menggambarkan proses belajar sebagai
proses pemecahan masalah. Dalam penyelidikannya tentang proses belajar, pelajar harus diberi
persoalan, dalam hal ini Thorndike melakukan eksperimen dengan sebuah puzzlebox.
Eksperimen yang dilakukan adalah dengan kucing yang dimasukkan pada sangkar tertutup yang
apabila pintunya dapat dibuka secara otomatis bila knop di dalam sangkar disentuh. Percobaan
tersebut menghasilkan teori Trial dan Error. Ciri-ciri belajar dengan Trial dan Error Yaitu :
adanya aktivitas, ada berbagai respon terhadap berbagai situasi, ada eliminasai terhadap berbagai
respon yang salah, ada kemajuan reaksi-reaksi mencapai tujuan.
Atas dasar percobaan di atas, Thorndike menemukan hukum-hukum belajar :
1.
Hukum kesiapan (Law of Readiness)
Jika suatu organisme didukung oleh kesiapan yang kuat untuk memperoleh stimulus maka
pelaksanaan tingkah laku akan menimbulkan kepuasan individu sehingga asosaiasi cenderung
diperkuat.
2.
Hukum latihan
Hukum latihan akan menyebabkan makin kuat atau makin lemah hubungan S-R. Semakin sering
suatu tingkah laku dilatih atau digunakan maka asosiasi tersebut semakin kuat. Hukum ini
sebenarnya tercermin dalam perkataan repetioest mater studiorum atau practice makes perfect.
3.
Hukum akibat ( Efek )
Hubungan stimulus dan respon cenderung diperkuat bila akibat menyenangkan dan cenderung
diperlemah jika akibatnya tidak memuaskan. Rumusan tingkat hukum akibat adalah, bahwa
suatu tindakan yang disertai hasil menyenangkan cenderung untuk dipertahankan dan pada
waktu lain akan diulangi. Jadi hokum akibat menunjukkan bagaimana pengaruh hasil suatu
tindakan bagi perbuatan serupa.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Tujuan utama para pendidik adalah mambantu siswa untuk mengembangkan dirinya
yaitu membantu masing- masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia
yang unik & membantu dalam mewujudkan potensi- potensi yang ada pada diri
mereka.Sedangkan teori belajar behavioristik merupakan proses perubahan tingkah laku sebagai
akibat adanya interaksi antara stimulus dengan respons yang menyebabkan siswa mempunyai
pengalaman baru. Aplikasinya dalam pembelajaran adalah bahwa guru memiliki kemampuan
dalam mengelola hubungan stimulus respons dalam situasi pembelajaran sehingga hasil belajar
siswa dapat optimal.
Manfaat dari beberapa teori belajar adalah :
1.
Membantu guru untuk memahami bagaimana siswa belajar,
2.
Membimbing guru untuk merancang dan merencanakan proses pembelajaran,
3.
Memandu guru untuk mengelola kelas,
4.
Membantu guru untuk mengevaluasi proses, perilaku guru sendiri serta hasil belajar siswa
B.
Saran
Pengertian, prinsip, dan perkembangan teori pembelajaran hendaknya dipahami oleh
para pendidik dan diterapkan dalam dunia pendidikan dengan benar, sehingga tujuan pendidikan
akan benar-benar dapat dicapai. Dengan memahami berbagai teori belajar, prinsip-prinsip
pembelajaran dan pengajaran, pendidikan yang berkembang di bangsa kita niscaya akan
menghasilkan out put-out put yang berkualitas yang mampu membentuk manusia Indonesia
seutuhnya.
DAFTAR PUSTAKA
Budiningsih, Asri C. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Darsono, Max. 2001. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press.
http://www.freewebs.com/hijrahsaputra/catatan/TEORI%20BELAJAR%20DAN
%20PEMBELAJARAN.htm
• http://rohman-makalah.blogspot.com/2008/07/teori-belajar-akhmad-sudrajat-m.html