UPAYA BANDING, KASASI DAN PENINJAUAN KEMBALI

  

PENINJAUAN KEMBALI

PENINJAUAN KEMBALI

Kuliah Hukum Acara Perdata Peradilan

  

Kuliah Hukum Acara Perdata Peradilan

Agama, Tgl.28-11-2007

  

Agama, Tgl.28-11-2007

Kelas A : Ibu Wismar ‘Ain M, SH.MH.

Kelas A : Ibu Wismar ‘Ain M, SH.MH.

  

Kelas B : Ibu Gemala Dewi, SH.LL.M.

  

Kelas B : Ibu Gemala Dewi, SH.LL.M.

  

A. UPAYA BANDING

  

A. UPAYA BANDING

1.

  1. Pengertian Pengertian 2.

  2. Tata Cara dan Dasar Hukum Tata Cara dan Dasar Hukum 3.

  3. Pemeriksaan Tingkat Banding Pemeriksaan Tingkat Banding 4.

  4. Jangkauan Pemeriksaan Banding Jangkauan Pemeriksaan Banding 5.

  5. Dasar Hkum Pemeriksaan Banding dlm Dasar Hkum Pemeriksaan Banding dlm

  UU No. 7 Th. 1989 jo. UU No. 3 Th. 2006 UU No. 7 Th. 1989 jo. UU No. 3 Th. 2006

A.Upaya Banding A.Upaya Banding

  oleh pengadilan (peradilan) di tingkat yang

  Upaya hukum luar biasa: Peninjauan Kembali

  Upaya hukum luar biasa: Peninjauan Kembali

  Upaya hukum biasa; banding dan Kasasi

  Upaya hukum biasa; banding dan Kasasi

  lebih tinggi. Y a i t u m e l a l u i :

  lebih tinggi. Y a i t u m e l a l u i :

  oleh pengadilan (peradilan) di tingkat yang

   Apabila salah satu pihak yang berperkara

  Apabila salah satu pihak yang berperkara

  tingkat pertama (I), untuk diperiksa kembali

  mengajukan keberatan atas putusan hakim pada

  mengajukan keberatan atas putusan hakim pada

  memenuhi rasa keadilan, para pihak dapat

  memenuhi rasa keadilan, para pihak dapat

  merasa bahwa putusan hakim tidak (belum)

  merasa bahwa putusan hakim tidak (belum)

  tingkat pertama (I), untuk diperiksa kembali

  1. Pengertian

  1. Pengertian

Banding ialah permohonan yang diajukan oleh

  Banding ialah permohonan yang diajukan oleh

  

salah satu pihak yang terlibat dalam perkara, agar

  salah satu pihak yang terlibat dalam perkara, agar

  

penetapan atau putusan yang dijatuhkan

  penetapan atau putusan yang dijatuhkan

  

pengadilan Agama diperiksa ulang dalam

  pengadilan Agama diperiksa ulang dalam

  

pemeriksaan tingkat banding oleh Pengadilan

  pemeriksaan tingkat banding oleh Pengadilan

  

Tinggi Agama, karena merasa belum puas dengan

  Tinggi Agama, karena merasa belum puas dengan putusan Pengadilan tingkat pertama. putusan Pengadilan tingkat pertama.

  2. Tata Cara dan Dasar Hukum

  2. Tata Cara dan Dasar Hukum

  Berdasarkan Pasal 7-15 UU No. 20 Tahun 1947

  

Berdasarkan Pasal 7-15 UU No. 20 Tahun 1947

  tentang Peradilan Ulangan di Jawa dan Madura,

  

tentang Peradilan Ulangan di Jawa dan Madura,

  maka tata cara permohonan banding adalah :

  maka tata cara permohonan banding adalah : a.

  a.

  Tenggang waktu permohonan banding:

  Tenggang waktu permohonan banding:

  1) 14 hari setelah putusan diucapkan, apabila waktu putusan di ucapkan pihak pemohon banding hadir sendiri di Persidangan atau.,

  2) 14 hari sejak putusan diberitahukan apabila b.

  b.

  Permohonan banding disampaikan kepada

  Permohonan banding disampaikan kepada

  panitera Pengadilan yang memutus perkara

  panitera Pengadilan yang memutus perkara Pengadilan Agama yang hendak di banding. Pengadilan Agama yang hendak di banding.

  c.

  c.

  Yang berhak mengajukan : 1) Pihak

  Yang berhak mengajukan : 1) Pihak

  berperkara; 2) kuasanya setelah mendapat

  berperkara; 2) kuasanya setelah mendapat kuasa khusus. kuasa khusus.

  d.

  d.

  Bentuk permintaan banding : 1) dengan lisan;

  Bentuk permintaan banding : 1) dengan lisan; 3) Jika perkara prodeo, terhitung 14 hari dari tanggal pemberitahuan putusan dari

  Pengadilan Tinggi kepada pemohon banding (Pasal 7 ayat 3) e.

  e.

  Melampirkan akta banding dalam berkas

  Penyampaian pemberitahuan (inzage) oleh

  h.

  h.

  Juru sita menyampaikan pemberitahuan permohonan banding kepada pihak lawan. permohonan banding kepada pihak lawan.

  Juru sita menyampaikan pemberitahuan

  g.

  g.

  Melampirkan akta banding dalam berkas perkara sebagai bukti dari PTA. perkara sebagai bukti dari PTA.

  3) 3)

  Biaya banding : dibebankan kepada pemohon Biaya banding : dibebankan kepada pemohon bukan kepada pihak Termohon bukan kepada pihak Termohon f.

  Membuat akta banding

  Membuat akta banding

  2) 2)

  Meregistrasi (mendaftar) permohonan

  

Meregistrasi (mendaftar) permohonan

  1) 1)

  Panitera bertugas : Panitera bertugas :

  f.

  Penyampaian pemberitahuan (inzage) oleh

  1) 1)

  Penyampaian memori banding :

  2) 2) Harus memberitahu dengan relas adanya

  Tenggang waktu mengajukan memori banding tidak terbatas. banding tidak terbatas.

  Tenggang waktu mengajukan memori

  1) 1)

  tegaskan dalam Putusan MA tanggal 14 Agustus Tahun 1957 No. 143K/Sip/1956. Tahun 1957 No. 143K/Sip/1956.

  tegaskan dalam Putusan MA tanggal 14 Agustus

  Memori banding bukan syarat formal, seperti di

  Memori banding bukan syarat formal, seperti di

  Penyampaian memori banding :

  Selambat-lambatnya dalam tempo 14 hari

  i.

  kepada kedua belah pihak yang berperkara i.

  kepada kedua belah pihak yang berperkara

  Pemberitahuan (inzage) disampaikan

  Pemberitahuan (inzage) disampaikan

  2) 2)

  dari tanggal permohonan banding

  dari tanggal permohonan banding

  Selambat-lambatnya dalam tempo 14 hari

  Harus memberitahu dengan relas adanya

  3) 3) Harus memberitahu dengan relas adanya kontra

  Harus memberitahu dengan relas adanya kontra

memori banding kepada pemohon banding.

memori banding kepada pemohon banding.

4) 4)

  Memori banding, kontra memori banding dan relas Memori banding, kontra memori banding dan relas pemberitahuan dilampirkan dalam berkas perkara. pemberitahuan dilampirkan dalam berkas perkara.

j) Satu bulan sejak tanggal permohonan banding,

  j) Satu bulan sejak tanggal permohonan banding,

  berkas perkara harus dikirim ke Pengadilan

  berkas perkara harus dikirim ke Pengadilan Tinggi (Pasal 11 ayat 2 UU tahun 1947). Tinggi (Pasal 11 ayat 2 UU tahun 1947).

  3. Pemeriksaan Tingkat Banding

  perkara”

  1) Pemeriksaan tambahan berdasar Putusan 1) Pemeriksaan tambahan berdasar Putusan

  “Pemeriksaan tambahan”, melalui proses :

  “Pemeriksaan tambahan”, melalui proses :

  Apabila dianggap perlu dapat melakukan

  Apabila dianggap perlu dapat melakukan

  b.

  perkara” b.

  Tingkat Pertama, yaitu “berdasar berkas

  3. Pemeriksaan Tingkat Banding a.

  Tingkat Pertama, yaitu “berdasar berkas

  melalui Berita Acara Pemeriksaan Pengadilan

  melalui Berita Acara Pemeriksaan Pengadilan

  Pemeriksaan pada Tingkat banding dilakukan

  Pemeriksaan pada Tingkat banding dilakukan

  Dilakukan berdasar berkas perkara :

  Dilakukan berdasar berkas perkara :

  a.

  Sela, sebelum menjatuhkan putusan akhir; Sela, sebelum menjatuhkan putusan akhir;

  2) 2)

  Pemeriksaan tambahan dapat dilakukan Pemeriksaan tambahan dapat dilakukan sendiri oleh Pengadilan Tinggi Agama sendiri oleh Pengadilan Tinggi Agama (PTA).

  (PTA).

  3) 3)

  Pelaksanaan pemeriksaan tambahan Pelaksanaan pemeriksaan tambahan diperintahkan kepada pengadilan yang diperintahkan kepada pengadilan yang semula memeriksa dan memutus pada semula memeriksa dan memutus pada tingkat pertama. tingkat pertama.

  4) 4)

  Pemeriksaan tingkat banding dilakukan Pemeriksaan tingkat banding dilakukan dengan majelis; Pasal 11 ayat 1 Lembaran dengan majelis; Pasal 11 ayat 1 Lembaran

  Negara No. 36 Tahun 1955, di pertegas Negara No. 36 Tahun 1955, di pertegas dalam Pasal 15 UU No. 14 Tahun 1970 dalam Pasal 15 UU No. 14 Tahun 1970

  4.

  Putusan Pengadilan Agama yang dapat

  Putusan Pengadilan Agama yang dapat

  dibanding ialah putusan akhir yang sudah

  dibanding ialah putusan akhir yang sudah mengakhiri sengketa secara keseluruhan. mengakhiri sengketa secara keseluruhan.

  5. Dasar-dasar Hukum Pemeriksaan

  5. Dasar-dasar Hukum Pemeriksaan

Banding dalam UU No. 7 Tahun 1989

  

Banding dalam UU No. 7 Tahun 1989

  a)

  a) Penjelasan umum angka 2 (dua) alinea 1

  Penjelasan umum angka 2 (dua) alinea 1 dan alinea 8 dinyatakan bahwa : Kekuasaan dan alinea 8 dinyatakan bahwa : Kekuasaan

  Kehakiman di lingkungan Peradilan Agama Kehakiman di lingkungan Peradilan Agama dalam UU ini dilaksanakan oleh Pengadilan dalam UU ini dilaksanakan oleh Pengadilan

  Pengadilan Tingkat Banding terhadap Pengadilan Tingkat Banding terhadap perkara-perkara yang diputus oleh PA dan perkara-perkara yang diputus oleh PA dan merupakan Pengadilan tingkat 1 dan terakhir merupakan Pengadilan tingkat 1 dan terakhir mengenai sengketa mengadili antara mengenai sengketa mengadili antara Pengadilan Agama di daerah hukumnya.

  Pengadilan Agama di daerah hukumnya.

  b.

  b.

  Pasal 4 ayat 2 PTA berkedudukan di Ibu Kota Pasal 4 ayat 2 PTA berkedudukan di Ibu Kota Propinsi, dan daerah hukumnya meliputi Propinsi, dan daerah hukumnya meliputi wilayah Propinsi. wilayah Propinsi.

  c.

  c.

  Pasal 6 butir 2 Pengadilan terdiri dari : Pasal 6 butir 2 Pengadilan terdiri dari : 1)

  1) Pengadilan Agama, yang merupakan

  Pengadilan Agama, yang merupakan Pengadilan Tingkat Pertama. Pengadilan Tingkat Pertama. d.

  d.

  Pasal 8 PTA dibentuk dengan UU. Pasal 8 PTA dibentuk dengan UU.

  e.

  e.

  Pasal 9 ayat 2 susunan PTA terdiri dari Pasal 9 ayat 2 susunan PTA terdiri dari Pimpinan, Hakim Anggota, Panitera dan Pimpinan, Hakim Anggota, Panitera dan Sekretaris. Sekretaris.

  f.

  f.

  Pasal 10 ayat 2 pimpinan PTA terdiri dari Pasal 10 ayat 2 pimpinan PTA terdiri dari

seorang Ketua dan seorang Wakil Ketua.

  seorang Ketua dan seorang Wakil Ketua.

  g.

  g.

  Pasal 12 Pembinaan dan pengawasan Pasal 12 Pembinaan dan pengawasan terhadap Hakim sebagai Pegawai Negeri

  terhadap Hakim sebagai Pegawai Negeri dilakukan oleh Menteri Agama. dilakukan oleh Menteri Agama.

  h.

  h.

  Pasal 13 Syarat-syarat Menjadi Hakim Pasal 13 Syarat-syarat Menjadi Hakim Pengadilan Agama. Pengadilan Agama.

  

harus memenuhi syarat-syarat sebagai

  Berumur serendah-rendahnya

  Pengadilan Agama atau 15 tahun

  tahun sebagai Ketua atau Wakil Ketua

  tahun sebagai Ketua atau Wakil Ketua

  Berpengalaman sekurang-kurangnya 5

  Berpengalaman sekurang-kurangnya 5

  (3) (3)

  40 (empat puluh) tahun. (empat puluh) tahun.

  40 Berumur serendah-rendahnya

  (2) (2)

  harus memenuhi syarat-syarat sebagai

  Tahun 2006)

  Tahun 2006)

  (lihat perubahan menurut UU No. 3

  (lihat perubahan menurut UU No. 3

  Syarat sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 13 ayat 1 huruf a s/d i. dalam pasal 13 ayat 1 huruf a s/d i.

  Syarat sebagaimana yang dimaksud

  (1) (1)

  berikut :

  berikut :

  Pengadilan Agama atau 15 tahun sebagai Hakim Pengadilan Agama. j. j.

  Pasal 51 ayat 1 PTA bertugas dan berwenang Pasal 51 ayat 1 PTA bertugas dan berwenang mengadili perkara yang menjadi kewenangan mengadili perkara yang menjadi kewenangan

Pengadilan Agama dalam tingkat banding.

Pengadilan Agama dalam tingkat banding.

  Pasal 51 ayat 2 PTA bertugas dan berwenang Pasal 51 ayat 2 PTA bertugas dan berwenang mengadili di tingkat pertama dan terakhir mengadili di tingkat pertama dan terakhir sengketa kewenangan mengadili antara sengketa kewenangan mengadili antara Pengadilan Agama di daerah hukumnya. Pengadilan Agama di daerah hukumnya. k. k.

  Pasal 53 ayat 2 PTA melakukan pengawasan Pasal 53 ayat 2 PTA melakukan pengawasan terhadap jalannya Peradilan di tingkat terhadap jalannya Peradilan di tingkat

  Pengadilan Agama dan menjaga agar Pengadilan Agama dan menjaga agar

  Peradilan diselenggarakan dengan seksama Peradilan diselenggarakan dengan seksama dan sewajarnya. dan sewajarnya. l. l.

  Pasal 61 atas Penetapan dan putusan Pasal 61 atas Penetapan dan putusan Pengadilan Agama dapat di mintakan Pengadilan Agama dapat di mintakan banding oleh pihak yang berperkara, kecuali

  banding oleh pihak yang berperkara, kecuali apabila UU menentukan lain. apabila UU menentukan lain.

  B B . UPAYA . UPAYA KASASI KASASI 1.

  1. Pengertian Pengertian dan Dasar Hukum dan Dasar Hukum 2.

  2. Syarat-Syarat Kasasi Syarat-Syarat Kasasi 3.

  3. Prosedur (Tata Cara) Permohonan Kasasi Prosedur (Tata Cara) Permohonan Kasasi

  1. Pengertian dan Dasar Hukum

  1. Pengertian dan Dasar Hukum

Kasasi adalah suatu upaya hukum biasa yang

  Kasasi adalah suatu upaya hukum biasa yang

  

kedua, yang diajukan oleh pihak yang merasa

  kedua, yang diajukan oleh pihak yang merasa

  

tidak puas atas penetapan dan putusan di bawah

  tidak puas atas penetapan dan putusan di bawah

  Mahkamah Agung mengenai :

  Mahkamah Agung mengenai : a. a.

  Kewenangan Pengadilan.

  Kewenangan Pengadilan. b. b.

  Kesalahan penerapan hukum yang dilakukan Kesalahan penerapan hukum yang dilakukan pengadilan bawahan (Tingkat I/II). Dalam pengadilan bawahan (Tingkat I/II). Dalam memeriksa dan memutus perkara. memeriksa dan memutus perkara. c. c.

  Kesalahan atau kelalaian dalam cara-cara Kesalahan atau kelalaian dalam cara-cara

  2. Syarat-Syarat Kasasi

  2. Syarat-Syarat Kasasi Syarat-syarat untuk mengajukan kasasi

  Syarat-syarat untuk mengajukan kasasi

  adalah :

  adalah : a.

  a.

  Diajukan oleh pihak yang berhak Diajukan oleh pihak yang berhak mengajukan kasasi. mengajukan kasasi.

  b.

  b.

  Diajukan masih dalam tenggang waktu Diajukan masih dalam tenggang waktu kasasi kasasi c.

  c.

  Putusan atau penetapan judex, factie, Putusan atau penetapan judex, factie, menurut hukum dapat dimintakan kasasi. menurut hukum dapat dimintakan kasasi.

  d.

  d.

  Membuat memori kasasi Membuat memori kasasi f.

  f.

  Menghadap di Kepaniteraan Pengadilan

  Menghadap di Kepaniteraan Pengadilan Agama yang bersangkutan. Agama yang bersangkutan.

  Berbeda dengan permohonan banding di

  Berbeda dengan permohonan banding di

  mana pemohon banding tidak wajib

  mana pemohon banding tidak wajib

  membuat memori banding, memori kasasi

  membuat memori banding, memori kasasi

  merupakan syarat mutlak untuk dapat

  merupakan syarat mutlak untuk dapat diterimanya permohonan kasasi. diterimanya permohonan kasasi.

Prosedur (Tata Cara) Permohonan

  a.

  Tenggang waktu mengajukan Tenggang waktu mengajukan permohonan kasasi: permohonan kasasi:

  1) 14 hari sejak tanggal pemberitahuan Putusan Pengadilan Tinggi Agama disampaikan secara resmi oleh Juru Sita kepada yang bersangkutan. Hal ini diatur dalam Pasal 46 ayat 1 dan ayat 2.

  b. Permohonan kasasi disampaikan kepada c. Yang berhak mengajukan: 1) Pihak yang beperkara, atau 2) Wakil yang secara khusus diberi kuasa. (Pasal 44 ayat 1 UU No.14

  Tahun 1985).

C. U paya P eninjauan K embali

C. U paya P eninjauan K embali

  2. Syarat-Syarat Permohonan Peninjauan Kembali

  3. Prosedur (Tata Cara Permohonan Peninjauan Kembali)

  

1. Pengertian dan Dasar Hukum

  1. Pengertian dan Dasar Hukum

Peninjauan kembali atau request civiel yaitu memeriksa

  

Peninjauan kembali atau request civiel yaitu memeriksa

dan mengadili atau memutus kembali putusan pengadilan

dan mengadili atau memutus kembali putusan pengadilan

yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena

yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena

diketahui terdapat hal-hal baru yang dulu tidak dapat

diketahui terdapat hal-hal baru yang dulu tidak dapat

diketahui, yang apabila terungkap maka keputusan hakim

diketahui, yang apabila terungkap maka keputusan hakim

akan menjadi lain. akan menjadi lain.

  

Peninjauan kembali adalah upaya hukum luar biasa yang

Peninjauan kembali adalah upaya hukum luar biasa yang

diajukan oleh pihak-pihak yang berkepentingan hanya

diajukan oleh pihak-pihak yang berkepentingan hanya

dapat dilakukan oleh Mahkamah dapat dilakukan oleh Mahkamah Agung (Pasal 21 UU No.

  Agung (Pasal 21 UU No.

  

14 Tahun 1970, selanjutnya diatur dalam Bab IV Bagian

  

14 Tahun 1970, selanjutnya diatur dalam Bab IV Bagian

  

2 . Syarat syarat Permohonan

2 .

  • - - Syarat syarat Permohonan Peninjauan Kembali Peninjauan Kembali

  Syarat-syarat Permohonan Peninjauan Kembali

  

Syarat-syarat Permohonan Peninjauan Kembali

  ialah:

  ialah:

  a. Diajukan oleh pihak yang beperkara, ahli warisnya, atau wakilnya yang secara khusus diberi kuasa untukitu.

  b. Putusan telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

  c. Membuat permohonan peninjauan kembali yang memuat alasan-alasannya. d. d.

  Diajukan oleh pemohon kepada Mahkamah Diajukan oleh pemohon kepada Mahkamah

  Agung melalui Ketua Pengadilan Agama yang Agung melalui Ketua Pengadilan Agama yang memutus perkara dalam tenggang waktu 180 memutus perkara dalam tenggang waktu 180 hari (atau sesuai alasan yang disebutkan). e. e. hari (atau sesuai alasan yang disebutkan).

  Membayar panjar (uang muka) biaya Membayar panjar (uang muka) biaya peninjauan kembali. peninjauan kembali.

Peninjauan Kembali)

  1) Permohonan diajukan oleh Pemohon (ahli warisnya, atau wakilnya) kepada Mahkamah Agung melalui Ketua Pengadilan Agama yang

  2) 2)

  Permohonan diajukan oleh pemohon secara Permohonan diajukan oleh pemohon secara tertulis dengan me-nyebutkan sejelas-jelasnya tertulis dengan me-nyebutkan sejelas-jelasnya alasan yang dijadikan dasar permohonan. alasan yang dijadikan dasar permohonan.

  3) 3)

  Apabila pemohon tidak dapat menulis maka ia Apabila pemohon tidak dapat menulis maka ia menguraikan per-mohonannya secara lisan menguraikan per-mohonannya secara lisan dihadapan Ketua Pengadilan Agama yang dihadapan Ketua Pengadilan Agama yang memutus perkara dalam tingkat pertama atau memutus perkara dalam tingkat pertama atau

  Hakim yang ditunjuk oleh Ketua Pengadilan yang Hakim yang ditunjuk oleh Ketua Pengadilan yang akan membuat catatan tentang per-mohonan akan membuat catatan tentang per-mohonan tersebut. (Pasal 71 UU No. 14 Tahun 1985). tersebut. (Pasal 71 UU No. 14 Tahun 1985).

  4) 4) Mahkamah Agung memeriksa dan memutus

  Mahkamah Agung memeriksa dan memutus dengan sekurang-kurangnya dengan tiga orang dengan sekurang-kurangnya dengan tiga orang

  5) 5) Permohonan peninjauan kembali dapat diajukan

  Permohonan peninjauan kembali dapat diajukan hanya satu kali (Pasal 66 ayat (1) UU No. 14 Tahun hanya satu kali (Pasal 66 ayat (1) UU No. 14 Tahun 1985. 1985. 6) 6)

  Permohonan peninjauan kembali tidak Permohonan peninjauan kembali tidak menangguhkan atau me-nantikan pelaksanaan menangguhkan atau me-nantikan pelaksanaan putusan (Pasal 66 ayat (2) UU No. 14 Tahun 1985). putusan (Pasal 66 ayat (2) UU No. 14 Tahun 1985). 7) 7)

  Mahkamah Agung berwenang memerintahkan Mahkamah Agung berwenang memerintahkan

  Pengadilan Agama yang memeriksa perkara dalam Pengadilan Agama yang memeriksa perkara dalam tingkat pertama atau Pengadilan Tinggi (tingkat tingkat pertama atau Pengadilan Tinggi (tingkat banding) mengadakan pemeriksaan tambahan, atau banding) mengadakan pemeriksaan tambahan, atau meminta segala hal keterangan serta pertimbangan meminta segala hal keterangan serta pertimbangan dari pengadilan yang dimaksud (Pasal 73 ayat (1) dari pengadilan yang dimaksud (Pasal 73 ayat (1)

  8) 8)

  tambahan, atau meminta segala hal

  Permohonan peninjauan kembali dapat dicabut

  9) 9)

  Pengadilan yang dimaksud (Pasal 73 ayat (1) UU No. 14 Tahun 1985). UU No. 14 Tahun 1985).

  Pengadilan yang dimaksud (Pasal 73 ayat (1)

  keterangan serta pertimbangan dari

  keterangan serta pertimbangan dari

  tambahan, atau meminta segala hal

  Mahkamah Agung berwenang memerintahkan

  (tingkat banding) mengadakan pemeriksaan

  (tingkat banding) mengadakan pemeriksaan

  dalam tingkat pertama atau Pengadilan Tinggi

  dalam tingkat pertama atau Pengadilan Tinggi

  Pengadilan Agama yang memeriksa perkara

  Pengadilan Agama yang memeriksa perkara

  Mahkamah Agung berwenang memerintahkan

  Permohonan peninjauan kembali dapat dicabut selama belum diputus. selama belum diputus. Uraian lebih lengkap mengenai tata cara