MEMAHAMI KONSEP SUPERVISI KLINIS doc

MEMAHAMI KONSEP SUPERVISI KLINIS
Oleh: Fridiyanto

A.Pendahuluan
1. Latar Belakang
Dalam Alqur’an Surat Al-Kahfi: 71 dapat mencerminkan aktifitas seorang supervisor,
yaitu berperan mengingatkan kepada guru yang berada di bawah bimbingannya dalam
meninkatkan profesionalitas.
           
    
71. Maka berjalanlah keduanya, hingga tatkala keduanya menaiki perahu lalu Khidhr
melobanginya. Musa berkata: "Mengapa kamu melobangi perahu itu akibatnya kamu
menenggelamkan penumpangnya?" Sesungguhnya kamu telah berbuat sesuatu
kesalahan yang besar.

Ayat

di atas menggambarkan

bahwa seorang


supervisor harus menegur,

mengingatkan, dan membimbing guru agar menjalankan aktifitasnya dengan profesional dan
meminimalisir kesalahan.
Di sekolah beberapa aktifitas dilakukan pada saat yang sama. Aktifitas ini difokuskan
pada mata pelajaran spesifik. Komunitas sekolah dipusatkan pada guru, siswa dan
keterlibatan staf pada hari sekolah melakukan praktik belajar mengajar bersama.
Tugas utama guru adalah memimpin aktifitas kelas dan menjamin bahwa
pembelajaran yang berlangsung sesuai dengan recana pembelajaran. Guru diyakini dapat
1

mengerjakan sebuah pekerjaan yang luar biasa.Namun supervisi dibutuhkan untuk
memperbaiki aktifitas guru. Supervisi dibutuhkan tidak hanya memperbaiki standar, tetapi
juga menjamin bahwa ekspos siswa yang berdampak memperbaiki instruksi guru.
Sekolah sukses bergantung pada supervisi, sebagaimana diungkapkan Glickman
bahwa supervisi adalah fungsi di sekolah yang menggambarkan perbedaan elemen
keefektifan instruksional ke dalam seluruh tindakan sekolah. Keseluruhan aksi ini
membutuhkan peran supervisi yang dapat mengarahkan atmosfir kolegial yang menciptakan
pengelolaan yang baik dan berdampak pada instruksional guru yang baik.
Kepala sekolah sebagai fasilitator harus dilihat sebagai manajer pencerahan melalui

aktifitas supervisi yang dilakukannya. Setiap sekolah menyediakan instruksi efektif untuk
muridnya. Untuk menjamin hal ini maka supervisor harus bekerja dengan para guru untuk
menghindari instruksional yang tidak efektif, menuju instruksional yang efektif. Agar adanya
efektifitas, perbaikan dan pengembangan pembelajaran guru di kelas, maka perlu dilakukan
supervisi klinis.
Supervisi klinis merupakan salah satu kerja supervisi pendidikan. Supervisi klinis
dilakukan untuk perbaikan instruksional dan praktik mengajar guru yang perlu dilakukan
untuk mencapai tujuan pembelajaran dan memperbaiki kualitas guru.
Dalam penerapan dan praktik supervisi klinis dipendidikan di Indonesia, supervisi
klinis masih dilakukan sebagai rutinitas, belum dilakukan untuk meningkatkan kualitas
kegiatan belajar mengajar di kelas. Supervisor atau pengawas masih belum secara totalitas
menjalankan kerja kepengawasannya dengan memaksimalkan supervisi klinis. Padahal ketika
supervisi benar-benar dijalankan dengan prinsip dan konsep awalnya, maka seharusnya
kualitas pendidikan di Indonesia akan lebih berkualitas. Olehkarena itu konsep dan prinsip

2

supervisi klinis penting untuk di teliti dan dibahas untuk meningkatkan praktik profesional
guru di Indonesia.
Makalah ini membahas konsep supervisi klinis dengan fokus diskusi, yaitu: Konsep

supervisi klinis, Memformulasikan instrumen supervisi klinis, dan peran supervisor dalam
supervisi klinis.
2. Fokus Diskusi
Makalah ini fokus membahas tiga topik diskusi sebagai berikut:
a. Konsep supervisi klinis
b. Merumuskan instrumen supervisi klinis.
c. Peran supervisor dalam supervisi klinis
B. Pembahasan
1. Konsep Supervisi Klinis
Konsep supervisi klinis dalam Islam dapat menggunakan konsep seperti apa yang
disampaikan dalam Al Qur’an, Surat Al-Mujaadilah: 11 mengenai sopan santun dalam
menghadiri majelis Nabi.
         
            
         
11. Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:
"Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya
Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan:
"Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi

ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui
apa yang kamu kerjakan.
Memaknai Surat Al-Mujaadilah: 11 tersebut dalam supervisi klinis, yaitu bahwa
seorang supervisor yang melakukan supervisi klinis tetap harus menjaga etika dan
3

ketenangan guru dan murid yang sedang dalam menjalankan proses belajar mengajar.
Supervisi klinis merupakan aktifitas langsung mengamati praktik belajar mengajar guru di
dalam kelas, olehkarena itu, kegiatan supervisi klinis jangan sampai menganggu aktifitas
belajar mengajar. Artinya, jangan sampai supervisor yang menjalankan tugasnya namun disisi
lain hak murid untuk memperoleh ilmu, terganggu karena kehadiran supervisor di kelas.
Maka supervisor harus bersikap bijak dengan tetap memberi keleluasaan dan aktifitas natural
dan orisinal guru dan murid dalam belajar mengajar sebagaimana ketika tidak ada supervisor
yang melakukan observasi kelas.
Banyak defenisi supervisi klinis yang ada, semua defenisi tersebut tipenya sangat
tergantung ahli yang mendefenisikannya. Karena pada dasarnya supervisi klinis diadaptasi
oleh Goldheimer dari praktik kedokteran. Tidak hanya diadaptasi dalam bidang pendidikan,
supervisi klinis juga digunakan dalam berbagai profesi. Berikut keragaman defenisi supervisi
klinis tersebut.
“Clinical supervision is a disciplined, tutorial process, wherein principles are

transformed into practical skills. With four overlapping foci: administrative,
evaluative, clinical and supportive.” 1 Supervisi klinis adalah disiplin, proses tutorial,
dimana prinsip-prinsip ditransformasikan ke dalam praktek. Dengan empat fokus:
administratif, evaluatif, klinis dan dukungan.
“Clinical supervision is that aspect of instructional supervision which draws upon
data from direct firsthand observation of actual teaching, or other profesional events,
and involves face-to-face and other associated interactions between the observer(s)
and the person(s) observed in the course of analyzing the observed professional
behaviors and activities and seeking to define and /or develop next steps toward
improved performance”2. Supervisi klinis merupakan aspek supervisi yang
digambarkan dari data yang diambil langsung dari observasi mengajar aktual, atau
momen profesional lainnya, dan terlibat langsung dalam interaksi antara pengamat
dan yang diamati perilaku dan kegiatan profesional yang dilakukan untuk
mendefenisikan atau mengembangkan tahap berikutnya menuju perbaikan kinerja.
“Supervision routines, beliefs, and practices began emerging as soon as therapists
wished to train other.”3 Supervisi rutin, keyakinan, dan praktik-praktik memperkokoh
sebagaimana seorang menginginkan melatih.
1

Powell, D & Brodsky A dalam Addiction Messenger, “Models of Clinical Supervision” October (2005),

Volume 8, issue 8. Series 20
2

R.Goldhammer, R.H. Anderson, and R.J.Krajewski, Clinical Supervision. Special Methods for the
Supervision of Teachers (3rd. edn.), Fort Worth: Harcourt Brace Jovanovich, (1993) hlm.4.
3

G.R. Leddick, J.M. Bernard, (1980), The history of supervision: A critical review. Counselor Education and
Supervision, 27, 186-196.

4

“Clinical supervision is concerned with knowledge that directly impacts on client
outcomes and may cover areas such as the counseling relationship, client welfare,
clinical assessment and intervention approaches. Clinical supervision is a formal
process. Which may also offer professional or discipline specific support and
education. Clinical supervision may overlap with other intervention such as
management and peer support,however, it is a distinct and unique process.” 4
Supervisi klinis difokuskan dengan pengetahuan yang secara langsung berdampak
pada outcomes klien yang mungkin meliputi area seperti hubungan konseling,

penilaian klinis dan pendekatan intervensi. Supervisi klinis merupakan sebuah proses
formal yang mungkin juga menawarkan profesonal atau dukungan disiplin khusus dan
pendidikan. Supervisi klinis mungkin melebihi dengan intervensi seperti manajemen
dan dan dukungan sejawat, bagaimana pun supervisi merupakan proses yang unik.

“Clinical supervision is an intervention that is provided by a senior member of a
profession to a junior member or members of that same profession. This relationship
is evaluative, extends overtime, and has the simultaneous purposes of enhancing the
professional functioning of the junior member(s), monitoring the quality of
professional services offered to the clients she, he or they see(s), and serving as a
gatekeeper of those who are to enter the particular profession.”5 Supervisi klinis
merupakan sebuah intervensi yang dilakukan oleh anggota senior dari sebuah profesi
ke anggota di profesi yang sama. Hubungan ini bersifat evaluasi, waktu yang lama,
dan memiliki tujuan simultan memperkuat fungsi profesional dari anggota junior,
mengawasi kualitas pelayanan profesional yang diberikan kepada klien dan berperan
sebagai penjaga seorang penjaga agar sebuah profesi masuk ke khususan profesi.

“Supervisi klinis merupakan salah satu jenis supervisi yang dilakukan oleh kepala
sekolah terhadap para guru. jenis supervisi ini merupakan bantuan profesional yang
diberikan secara sistematik kepada guru berdasarkan kebutuhan guru tersebut dengan

tujuan untuk membina guru serta meningkatkan profesionalisme dalam melaksanakan
proses pembelajaran.”6

Berdasarkan defenisi yang dirumuskan para ahli tersebut, dapat didefenisikan bahwa
supervisi klinis merupakan salah satu aktifitas supervisi yang dilakukan oleh supervisor
4

Psycheck. Responding to mental health issues within alcohol and drug treatment. Training and Clinical
Supervision Guidelines.hlm. 33. http://pb.rcpsych.org/content/24/6/216.full (diakses jam 19.30,

tanggal 18 September 2014)
5

Bernard & Goodyear B (1998) dalam Gatl D.Dixon, Clinical Supervision: A Key to Treatment Success. USA:
Southern Coast Beacon,hlm.10.
6

Retnowati, dkk. “Hubungan Supervisi Klinis, Pengalaman Mengajar Guru dan Iklim Organisasi dengan
Keterampilan Guru dalam Pembelajaran IPA di SMP Negeri Kota Salatiga.” JurnalTeknologi Pendidikan Vol 1,
No,2,2013 , hlm. 126-140.


5

untuk memperbaiki praktik para praktisi dalam menjalankan profesi. Dalam konteks
pendidikan, supervisi pendidikan dapat didefenisikan sebagai aktifitas supervisor yang
dilakukan untuk mengawasi apakah guru telah merancang dan menjalankan desain
instruksional dengan benar dalam praktik mengajar di kelas.
Setelah mengamati seluruh proses yang dilakukan oleh guru dalam mengajar,
selanjutnya supervisor memberikan kritik objektif dengan tujuan memperbaiki yang sudah
dilakukan guru di kelas. Dalam dunia pendidikan, supervisi klinis dilakukan bukan untuk
menghakimi guru melakukan kesalahan dalam praktik mengajar. Tetapi lebih kepada
pembinaan yang mengarah pada penngkatan profesionalisme, bahkan seharusnya berdampak
pada promosi karir guru, ketika guru benar-benar telah menjalankan tugas dengan baik.
Supervisi klinis dilakukan untuk mencapai keterampilan guru dalam mata
pelajarannya. Olehkarena itu kepala sekolah harus memiliki konsep, dan keterampilan dalam
melakukan supervisi klinis.
Tugas supervisor tidak hanya mensupervisi untuk merefleksikan praktek dan
mengembangkan pemahaman, dan cara baru dalam kerja sebagai guru, tetapi supervisor juga
mengajar dalam sebuah formal sense.7 Kepala sekolah selaku supervisor klinis selain sebagai
penanggung jawab tugas-tugas supervisi klinis, juga harus melakukan akuntabilitas terhadap

tugas-tugas tersebut. Maksudnya jika tanggungjawab merupakan usaha agar apa yang
dibebankan kepadanya dapat diselesaikan sebagaimana mestinya dalam waktu tertetntu.
Maka akuntabilitas harus melebihi dari kewajiban itu.8
Supervisi klinis dapat membuat bingung di ranah supervisi pendidikan. Bentuk
supervisi ini sering digambarkan sebagai “klinis”. Hal ini menggambarkan atau pendekatan
7

The functions of Supervision http://infed.org/mobi/the-functions-of-supervision/ (diakses jam
13.15, tanggal 18 September 2014)
8

Retnowati, Op.cit. hln. 126-140.

6

supervisi diambil dari pengalaman medis. Istilah “klinis: telah populer dalam pelatihan guru.
Tahun 1973 As Cogan salah satu pelopor pendekatan klinis dalam pendidikan mengomentari
terma “klinis” meliputi resistensi. Cogan menginginkan observasi langsung dalam
pendekatan pendidikan.9 Pemagang bedah belajar dengan mengamati prakstisi ahli ketika
bekerja, kemudian melakukan pembedahan di bawah pengawasan. Cara ini lah yang memulai

mengembangkan “professional artistry” (profesionalisme) mereka.10
Tujuan utama supervisor adalah memperbaiki instruksional guru di kelas. Supervisi
klinis memberikan umpan balik kepada guru untuk memperbaiki hasil. Supervisi klinis
membantu mendiagnosa masalah-masalah instruksional dan memberikan informasi berharga
yang dapat menyelesaikan masalah. Sebagai hasilnya guru dapat dengan jelas melihat
perbedaan-perbedaan apa yang mereka kerjakan, dan apa yang mereka pikir sedang mereka
kerjakan.11
Melalui supervisi klinis, dapat dikembangkan keahlian-keahlian baru dan strategistrategi yang direplikasi sesuai kebutuhan. Hasil dari kerja supervisi klinis ini akan
berdampak pada motivasi murid dalam belajar sehingga tercipta atmosfir yang menarik
dalam pembelajaran.
Selain untuk memperbaiki desain instruksional, supervisi klinis juga memberi
kesempatan para guru dalam promosi karirnya, karena dianggap telah menjalankan
kewajibannya dengan bertanggung jawab. Dengan adanya promosi ini guru kemudian akan
memotivasi diri sendiri untuk memperoleh pengembangan diri.

9

Cogan, M. L. Clinical Supervision, (1973) Boston: Houghton Mifflin , hlm. 8.

10

Schön, D. A. The Reflective Practitioner. How professionals think in action, (1983) London: Temple Smith.

11

Annick M.Brenne. Clinical Supervisionhttp://www.soencouragement.org/clinical-supervisoin-case-study.htm

7

Menurut Goldhemer, agar supervisi klinis berjalan dengan baik, supervisor harus
berkeinginan bekerjasama dengan individu guru mengenai masalah di kelas atau isu-isu lain
yang membuat guru butuh bantuan identifikasi. Untuk itu supervisor harus memiliki rencana
yang baik, pengumpulan data dan analisis, dan didukung oleh hubungan yang baik dengan
guru.12
Supervisor harus memiliki batasan, ketika menjalankan kegiatan supervisi klinis.
Supervisor harus membatasi jangan sampai guru mengekspresikan permasalahan pribadi
yang emosional. Supervisor seharusnya tidak terlampau jauh masuk peran konselor. Karena
dengan konseling, supervisor seharusnya tidak mengembangkan portofolio guru meliputi
pembuatan kebijakan kurikulum dan implementasi. Hal ini bisa menghentikan kegiatan
supervisi klinis. Fokus supervisi klinis adalah aktifitas mengajar dengan masalah-masalah
yang mempengaruhi guru dalam aktifitas kelasnya.
Jika dilihat dari konsep supervisi klinis yang dikemukakan para pakar pada kenyataan
penerapan dilapangan pendidikan di Indonesia khususnya dalam supervisi pendidikan masih
sangat jauh dari konsep yang di inginkan. Fenomena praktik supervisi klinis yang
berlangsung, supervisor masih banyak menjalankan fungsinya seperti “mandor” yang
mengawasi pekerja nya. Supervisi yang dilakukan masih belum mencerminkan pembinaan
terhadap guru, melainkan masih bersifat “mengawasi” dan “memerintah.”
Relasi yang dibangun supervisor dan guru yang masih bersifat top down ini membuat
iklim yang kaku. Supervisor dengan segala kekuasaannya, misalnya dengan penanda
tanganan RPP, guru sering membuat guru khawatir, bahkan cemas ketika supervisor
melakukan kunjungan kerjanya ke sekolah dan melakukan supervisi klinis atau pun ketika
12

Ibid

8

melakukan konfrensi klinis di sekolah. Ketakutan guru salah satunya, misalnya ketika
supervisor menolak menandatangani berkas-berkas atau perangkat mengajarnya.
Jika supervisor benar-benar meresapi perannya bukanlah untuk melakukan inspeksi
atas apa saja yang dilakukan guru dalam hal administratif mau pun praktik mengajar,
seharusnya kualitas pembelajaran di sekolah menjadi lebih baik. Olehkarena itu, konsep
supervisi klinis bahwa kerja supervisor adalah melakukan pengamatan untuk melihat
kekurangan guru dalam praktik profesionalnya, untuk selanjutnya memberikan solusi-solusi
terhadap masalah yang dihadapi. Sehingga supervisi klinis benar-benar menjadi alat untuk
perbaikan, pengembangan profesionalisme guru yang diharapkan meningkatkan capaian
prestasi belajar murid.
2. Merumuskan Instrumen Supervisi Klinis
Al-Qur’an Surat An-Nisaa’: 102 memperingatkan agar setiap pekerjaan selalu
dilakukan dengan perencanaan dan penuh kehati-hatian.
         
        
         
        
               
           

102. dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu
hendak mendirikan shalat bersama-sama mereka, Maka hendaklah segolongan dari
mereka berdiri (shalat) besertamu dan menyandang senjata, kemudian apabila mereka
(yang shalat besertamu) sujud (telah menyempurnakan serakaat), Maka hendaklah
mereka pindah dari belakangmu (untuk menghadapi musuh) dan hendaklah datang
golongan yang kedua yang belum bersembahyang, lalu bersembahyanglah mereka
denganmu, dan hendaklah mereka bersiap siaga dan menyandang senjata. orang-orang
kafir ingin supaya kamu lengah terhadap senjatamu dan harta bendamu, lalu mereka
menyerbu kamu dengan sekaligus. dan tidak ada dosa atasmu meletakkan senjatasenjatamu, jika kamu mendapat sesuatu kesusahan karena hujan atau karena kamu
memang sakit; dan siap siagalah kamu. Sesungguhnya Allah telah menyediakan azab
yang menghinakan bagi orang-orang kafir itu.
9

Dalam

melakukan

supervisi

klinis,

seorang

supervisor

harus

benar-benar

mempersiapkan tentang apa yang ingin dicapainya ketika melakukan observasi ataupun
ketika melakukan konfrensi. Untuk itu, instrumen-instrumen harus dirancang dan
dipersiapkan dengan baik, agar supervisi klinis yang dilakukan benar-benar dapat
memperbaiki praktik mengajar guru.
Ada lima fase dalam supervisi klinis, yaitu: 1) Alasan dan tujuan observasi; 2) fokus
observasi; 3) Metode dan bentuk observasi yang digunakan; 4) Waktu observasi; 5) setelah
observasi.
Fase kedua pada siklus supervisi klinis adalah observasi aktual kondisi guru di kelas.
Dalam proses ini data dikumpulkan berdasarkan pengamatan. Ketika data dikumpulkan, juga
dilakukan analisis dan interpretasi data. Pada tahap ketiga memutuskan pendekatan apa yang
digunakan pada fase empat. Pada fase empat fokus pada hasil observasi dan merumuskan
rencana-rencana yang dianggap dapat meningkatkan perbaikan instruksi guru. pada tahap ini,
guru dilaih untuk mensupervisi sendiri teknik-teknik.13
Pada tahap siklus akhir, setelah pertemuan maka dilakukan kritik. Antara supervisor
dan guru menganalisa fase-fase supervisi klinis, dan membuat pengaturan dimana yang
dibutuhkan, sebelum siklus baru dimulai.
Strategi menganalisa dan mengevaluasi pengajaran efektif, meliputi: (1) desain
pembelajaran dan pengembangan; (2) strategi alternatif untuk konsep mengajar; (3) strategi
alternatif untu generalisasi mengajar; (4) strategi alternatif pemecahan masalah; (5) analisis
dan evaluasi keefektifan mengajar melalui micro teaching

13

rencana pembelajaran; (6)

Ibid

10

pemeringkatan skala pengembangan kinerja untuk evaluasi tugas produk; (7) analisis dan
evaluasi pengalaman klinis mengajar.14
Sementara Goldheimer merumuskan lima tahap metode supervisi klinis, sebagai
berikut:
1. Tahap I Sebelum konfrensi: (a) merumuskan laporan; (b) menjelaskan siklus
supervisi (c) mendiskuskan informasi rencana pembelajaran; (d) mendiskusikan
orientasi kelas dan murid.
2. Tahap II Observasi: (a) mencatat dengan jelas tentang apa yang diajarkan; (b)
mengambil catatan atau data sebagaimana yang dibutuhkan instrumen observasi.
3. Tahap III Analisis dan Strategi: (a) mereview catatan dengan menghargai observasi
dan sebelum observasi konfrensi; (b) mempersiapkan dan menggunakan catatan untuk
umpan balik setelah konfrensi observasi; (c) mencari pola signifikan guru dan
peristiwa kritis; (d) memutuskan item untuk didiskusikan pada pasca observasi; (e)
menyelenggarakan konfrensi.
4. Tahap IV Pasca Konfrensi Observasi: (a) dengan singkat membahas informasi
sebelum konfrensi observasi; (b) menggunakan keseimbangan umpan balik positif
dan negatif; (c) merencanakan observasi selanjutnya, mengidentifikasi perbaikan.
5. Tahap V: (a) mengevaluasi kekuatan dan kelemahan konfrensi; (b) menilai pada total
siklus supervisi.15
14

D.McHaney, H. Jane,D William Impey, Strategies for Analyzing and Evaluating Teaching Effectiveness Using
a Clinical Supervision Model.(1992) Paper presented at the Annual Meeting o the Mis-South Educational
Research Association (21st. Knoxville, November 11-13 hlm.1

15

McHaney, Jane H., Impey, William D. Strategies for Analyzing and Evaluating Teaching Effectiveness Using
a Clinical Supervision Model. Paper presented at the Annual Meeting o the Mis-South Educational Research
Association (21st. Knoxville, November 11-13: USA: Eric Digest, 1992, hlm.2.

11

Dalam melakukan konfrensi, supervisor harus memperhatikan poin-poin panduan
konfrensi berikut:
1. Rencanakan dan jadwalkan konfrensi dengan ketersediaan waktu yang cukup
2.

Menyelenggarakan konfrensi pada tempat yang nyaman.

3. Menjamin adanya umpan balik berbentuk lisan maupun tulisan.
4. Spesifik pada apa yang diamati pada saat observasi dan apa yang perlu dilakukan.
5. Nyatakan apa yang telah dijalankan dengan baik dan apa yang harus diperbaiki.
6. Gunakan catatan.
7. Gunakan guru untuk diikuti dengan mudah (misalnya, manajemen dan instruksional).
8. Komentar kritis dan diakhiri dengan catatan positif.
9. Fokus pada perilaku siswa untuk memperlihatkan mengapa perilaku guru harus
berubah.
10. Gunakan pendekatan pemecahan masalah untuk masalah-masalah di kelas (contoh:
apa yang anda pikirkan yang akan anda lakukan pada situasi ini?)
11. Berikan alasan rasional sebagai arahan.
12. Tanyakan sebuah pertanyaan yang membantu guru untuk merefleksikan pengajaran.
13. Dengarkan dengan baik.
14. Berhati-hati dengan bahasa non verbal.16

16

McHaney, Jane H., Impey, William D. Strategies for Analyzing and Evaluating Teaching Effectiveness Using
a Clinical Supervision Model (1992) Paper presented at the Annual Meeting o the Mis-South Educational
Research Association (21st. Knoxville, November 11-13: USA: Eric Digest. hlm.14.

12

Selanjutnya dalam bertanya pada konfrensi sebelum observasi, supervisor
memperhatikan pola-pola pertanyaan berikut.
1. Apa tujuan pembelajaran anda?
2. Apa objektif pembelajaran anda?
3. Apa karakteristik murid?
4. Apa strategi yang akan anda gunakan?
5. Apa yang anda rasakan kelemahan dan kekuatan anda dalam pembelajaran?
6. Metode mengajar apa yang akan anda gunakan untuk mencapai tujuan anda?
7. Apa ada perilaku guru yang anda ingin saya observasi? 17
Sedangkan pertanyaan yang dilakukan setelah konfrensi dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Apakah pelajaran berlangsung sebagaimana yang anda harapkan?
2. Bagian pelajaran yang mana yang tidak berjalan dengan baik?
3. Bagaimana anda memantau perkembangan siswa selama pembelajaran?
4. Jika anda mengajarkan pelajaran lagi, apa strategi mengajar yang akan anda rubah
dan modifikasi?
5. Teknik mengajar jenis apa yang anda gunakan untuk melibatkan seluruh murid?
6. Komponen spesial gaya mengajar anda yang mana yang mendapat penekanan
selama pembelajaran?

17

McHaney, Op.cit. hlm.18.

13

7. Bagaimana anda memperdalam metode mengajar dan materi yang digunakan
dalam pelajaran untuk memperkuat pembelajaran siswa?
8. Ketetapan apa yang anda buat untuk murid yang mungkin membutuhkan bantuan
atau pengayaan aktifitas pada saat pembelajaran?
Instrumen yang dipersiapkan supervisor harus sangat detail dan tidak meluas atau
keluar dari target atau kasus-kasus praktik mengajar yang ingin diselesaikan oleh supervisor.
Format instrumen supervisi klinis dapat dilihat di lampiran makalah ini.
3. Peran Supervisor dalam Supervisi Klinis
Supervisor adalah seorang pemimpin yang memonitoring pekerjaan guru-guru yang
berada dalam pengawasannya. Setelah mengamati praktik profesional guru, selanjutnya
supervisor berkewajiban menganalisis dan mengevaluasi dari apa yang telah langsung
dilihatnya di lapangan. Hal ini sebagaimana dalam Al-Qur’an Surat An-Naml: 27.
        
27. berkata Sulaiman: "Akan Kami lihat, apa kamu benar, ataukah
kamu Termasuk orang-orang yang berdusta.
Pesan dalam Surat An-Naml: 27 tersebut, jika diaplikasikan ke
supervisi klinis, yaitu seorang harus dengan objektif menyampaikan benar
atau salahnya seorang guru dalam menjalankan tugasnya.
Supervisor pendidikan merupakan seorang pelatih yang diseleksi dan dilatih untuk
bertanggung jawab terhadap semuah aktifitas supervisi. Olehkarena itu seorang supervisor
pendidikan harus bertanggung jawab terhadap kinerja guru dalam menjalankan profesi
pendidik.
“educational supervisor ia a trainer who is selected and appropriately trained to be
responsible for the overall supervision and management of a specified trainee’s
14

educational progress during a traing placement or series of placements. The
educational supervisor is responsible for the trainee’s educational agreement.”18

Supervisor

pendidikan

bertanggung

jawab

untuk

menjamin

guru

dapat

mengembangkan pengalaman dan kemampuannya, juga menjamin tujuan pembelajaran
tercapai sebagaimana yang ditetapkan. Supervisor harus memonitor dan menilai pelatihan
dan kecakapan. Untuk itu, seorang guru harus memiliki supervisor yang sama minimal
setahun, agar supervisi klinis yang diprogram oleh supervisor dapat berjalan baik.19 Dalam
supervisi klinis seorang supervisor harus mampu membangun kepercayaan dalam proses
supervisi klinis.20
Karakter seorang supervisor klinis yang baik memiliki karakter: terbuka, jujur, tidak
menghakimi, dapat didekati. Seorang supervisor berperan untuk menciptakan sebuah
lingkungan yang menyenangkan dan dipahami. Seorang supervisor merasa nyaman dekat dan
diskusi mengenai praktik guru yang membutuhkan pengembangan dan refleksi kritis.21
Dengan melakukan supervisi klinis, supervisor bisa langsung melihat permasalahan yang
dialami oleh guru sebagai praktisi. Setelah mengamati permasalahan, supervisor dapat
memahami dan

mengartikulasikan apa yang terjadi dan dialami oleh guru dalam

menjalankan praktik profesionalnya.
Supervisor bekerjasama dengan guru dan menyediakan bantuan langsung para ahli
ketika dibutuhkan agar guru dapat meningkatkan instruksional, hal ini dikenal sebagai

18

https://www.rcr.ac.uk/docs/oncology/pdf/Educational_&_Clinical_Supervisor_July_2010.pdf (diakses jam 21
tanggal 18 September 2014
19

https://www.rcr.ac.uk/docs/oncology/pdf/Educational_&_Clinical_Supervisor_July_2010.pdf (diakses jam 21
tanggal 18 September 2014)
20

Ask dan Roche, 2005 dalam psycheck. Op.cit

21

Ibid.

15

supervisi klinis. Acheson dan Gall mendefinisikan model ini untuk mengarahkan observasi
guru sebagai "the rationale and practice designed to improve the teacher’s classroom
performance" yaitu rasional dan desain praktik untuk meningkatkan kinerja guru dikelas.22
Sebagai Bapak Supervisi Klinis, Cogan meyakini bahwa untuk menjalankan supervisi
secara efektif, data harus dikumpulkan dari guru di kelas. dimana supervisor dan guru
berkolaborasi

merencanakan

program-program,

prosedur

dan

strategi

membantu

memperbaiki perilaku guru di kelas, khususnya teknik instruksional. Observasi langsung
membuat supervisor memahami materi yang dibutuhkan dari situasi yang ada. Supervisor
juga akan lebih sering terlibat dalam praktik keseharian guru.Day Edward dalam
penelitiannya menampilkan peran supervisor yang diinginkan oleh guru, sebagai berikut:

Tabel. Peran Supervisor yang Diinginkan Guru23
No

Peran Supervisor yang diinginkan oleh Guru

1

Secara personal berperan untuk mendukung guru

2

Bertindak sebagai “critical friend” dalam memberikan umpan balik konstruktif

3

Berperan sebagai trainer yang memiliki wawasan dan keahlian yang baik

4

Mendedikasikan dirinya terhadap dunia pendidikan

5

Membantu mengembangkan dan memantau rencana mengajar individual guru

6

Secara rutin menilai keahlian dan penurunan yang dialami oleh guru

7

Konstruktif dan kritis menilai kerja dan pelatihan-pelatihan yang diikuti oleh
guru

8

Mempersiapkan waktu pekanan (mingguan) untuk komunikasi

9

Memotivasi guru dalam menjalankan aktifitasnya di sekolah

10

Memberikan kesempatan untuk konseling karir

22

Annick M.Brenne. Op.cit

23

Goldhammer,Op.cit. hlm.216.

16

Dalam laporan penelitiannya Goldhamer menyarankan kepada supervisor untuk
menjalankan perannya dengan memiliki kemampuan menilai perkembangan pendidikan atau
kecakapan guru.
Seorang supervisor klinis berkewajiban untuk:
1. Menjamin bahwa guru sedang membutuhkan klinis dan perkembangan pendidikan.
2. Bertemu dengan guru secara teratur: a) minimal setiap tiga bulan; b) pada awal dan
akhir setiap agenda klinis; c) pada pertengahan agenda klinis jika ada hal untuk
dibahas setelah pertemuan atau setelah review portofolio.
3. Membantu guru untuk memformulasikan rencana pendidikannya: a) pada setiap
agenda klinis; b) pada saat audit mengajar dan manajemen; c) bersamaan dengan
pelengkapan kurikulum.
4. Membantu guru untuk mengembangkan tujuan pendidikannya perspektif penghargaan
masa mendatang.
5. Menjamin bahwa guru sedang bekerja denga tim spesialis yang sama
6. Mereview perkembangan guru dengan: a) review portofolio; b) menjamin adanya
peluang setelah adanya penilaian; c) berkomunikasi dengan konsultan yang
berhubungan dengan guru bersangkutan.
7. Supervisi klinis harus memberi informasi mengenai peningkatan yang diperoleh guru.
8. Menjalin komunikasi dengan lembaga kompeten berkenaan dengan peningkatan
kemampuan guru, misalnya Program Pascasarjana.

17

Dari sekian banyak peran supervisor, namun pada dasarnya supervisor berperan untuk
memperbaiki instruksi pengajaran guru dengan mengamati, menganalisa dan memberikan
umpan balik kepada guru.24
Seorang supervisor yang efektif harus memiliki kecakapan interpersonal, kecakapan
teknis, untuk kesuksesan perbaikan instruksi pembelajaran. Supervisor dapat mencapai
tujuannya

dengan meningkatkan kerjasama, penerimaan guru, kepercayaan. Seorang

supervisor klinis

juga sebagai fasilitator yang bekerja dengan guru untuk memperbaiki

instruksi pembelajaran. Hasil supervisi klinis efektif, misalnya dengan jelas menetapkan
kriteria proses evaluasi dan menjamin bahwa penilaian akhir adalah yang negatif sehingga
kepercayaan guru penuh.
C. Penutupan
Kesimpulan
1. Konsep supervisi klinis merupakan salah satu aktifitas supervisi yang dilakukan oleh
supervisor untuk memperbaiki praktik para praktisi di dalam menjalankan profesi.
Dalam konteks pendidikan supervisi pendidikan dapat didefenisikan sebagai aktifitas
supervisor yang dilakukan untuk mengawasi apakan guru telah merancang dan
menjalan desain instruksional dengan benar dalam praktik mengajar di kelas.
2. Supervisor ketika menjalankan supervisi klinis harus benar-benar bisa memetakan
masalah, dan merumuskan tujuan atau menyelesaikan kasus-kasus praktik mengajar
guru. untuk itu spervisor harus mempersiapkan istrumen yang berbentuk pertanyaan
mengenai hal-hal yang dianggap penting untuk memperbaiki dan meningkatkan

24

Annick M.Brenne. Op.cit

18

praktik mengajar guru, ataupun dengan ceklis yang setiap itemnya merupakan cermin
kinerja guru.
3. Supervisor ketika menjalankan supervisi klinis berperan sebagai pembina, pelatih, dan
sebagai motivator guru untuk terus memperbaiki perangkat mengajar dan terus
meningkatkan kecakapan pedagogik dan menjalankan desain instruksional di kelas
dengan prinsip profesionalisme dan penuh komitmen.

DAFTAR PUSTAKA
Cogan, M. L. Clinical Supervision, Boston: Houghton Mifflin. 1973
Day, Edward, dan Brown, Nick. The Role of the Educational Supervisor: Aquestionnaire
Survey. USA: The Psychiatric Bullettin.2000
Goldhammer, R., Anderson, R. H. and Krajewski, R. J. Clinical Supervision. Special methods
for the supervision of teachers (3rd. edn.), Fort Worth: Harcourt Brace Jovanovich.1993
McHaney, Jane H., Impey, William D. Strategies for Analyzing and Evaluating Teaching
Effectiveness Using a Clinical Supervision Model. Paper presented at the Annual Meeting o
19

the Mis-South Educational Research Association (21st. Knoxville, November 11-13: USA:
Eric Digest, 1992
Leddick, G. R. & Bernard, J. M. The history of supervision: A critical review. Counselor
Education and Supervision, 1980
Retnowati, dkk. Hubungan Supervisi Klinis, Pengalaman Mengajar Guru dan Iklim
Organisasi dengan Keterampilan Guru dalam Pembelajaran IPA di SMP Negeri Kota
Salatiga. (JurnalTeknologi Pendidikan Vol 1, No,2,2013 , hal 126-140)
Schön, D. A. (1983) The Reflective Practitioner. How professionals think in action, London:
Temple Smith.

Website
http://infed.org/mobi/the-functions-of-supervision/ (diakses jam 13.15, tanggal 18 September
2014)
http://www.ericdigests.org/1995-1/models.htm (diakses jam 19.00, tanggal 18 September
2014)
http://pb.rcpsych.org/content/24/6/216.full (diakses jam 19.30, tanggal 18 September 2014)
https://www.rcr.ac.uk/docs/oncology/pdf/Educational_&_Clinical_Supervisor_July_2010.pdf
(diakses jam 21 tanggal 18 September 2014)
Annick
M.Brenne.
Clinical
supervisoin-case-study.htm

Supervisionhttp://www.soencouragement.org/clinical-

http://eric.ed.gov/?id=ED354268
http://www.faculty.londondeanery.ac.uk/e-learning/supervision/clinical-and-educationalsupervision/view?portal_status_message=Error%20creating%20PDF%20file

20

LAMPIRAN I: Contoh Kasus Supervisi Klinis
Masalah
Seorang guru baru, Miss Jane Brown, sedang memiliki masalah serius dengan manajemen
kelasnya di Sekolah Pimento Valley Secondary. Dia baru saja tiga bulan memulai mengajar.
Tugasnya adalah mengajar Integrated Science pada siswa kelas 8 dan kelas 9. Jumlah
kelasnya 45 sampai 50 siswa. Daerah sekolah di daerah pinggiran kota industri. Siswa
biasanya berprilaku baik. Gurunya, seorang biolog terlatih, namun tidak memiliki pendidikan
formal guru.
Hari demi hari dan minggu ke mingu berlalu, secara perlahan manajemen kelas menemukan
masalah, dan gurru kehilangan kendali.
21

Efek
Karena guru memiliki kesulitan mengontrol kelasnya, dia mulai datang terlambat. Murid
tidak begitu memperhatikannya. Beberapa murid mengeluh karena tidak mendapatkan tugas,
sementara guru yang lain mengeluh bahwa kelas yang diasuhnya selalu ribut.
Batasan Masalah
Untuk kelas ukuran besar, tidak ada sistem yang mapan yang akan membantu Miss Brown
dalam mengembangkan kecakapan mengajarnya. Miss Brown juga menyadari
ketidakcakapannya dalam mengajar. Dia pun mulai mengasingkan diri dari teman sejawat
yang semestinya dapat memberikan dia dukungan.
Tugas
Menanyakan Miss Brown untuk membantunya mengembangkan dan memperbaiki
kemampuan mengajarnya. Mendesain program supervisi klinis yang akan mencapai tujuan
ini.
Pre Konfrensi
Tujuan superisi klinis Miss Brown adalah untuk memperbaiki manajemen kelasnya. Setiap
penyebab ketidak efektifanyya mengajar selama observasi akan diselesaikan. Untuk
memahami masalah lebih mendalam, maka perlu observasi lebih dari sekali.
Tahap Pre-Konfrensi memiliki tahapan dan batasan: (1) tujuan observasi Miss Brown; (2)
fokus observasi; (3) metode dan bentuk observasi yang digunakan; (4) waktu observasi; (5)
waktu paska konfrensi. Pre Konfrensi dengan Miss Brown menggunakan siklus supervisi
klinis. Supervisor akan berusaha menaikkan percaya diri Miss Brown. Sebelum Pre
Konfrensi dirancang, supervisor harus membatasi pendekatan supervisor yang cocok dengan
level perkembangan Miss Brown, keahlian, dan komitmen. Sebuah review latar belakang
Miss Brown, walaupun dia seorang biolog, sebenarnya dia tidak memiliki latar pendidikan
guru. olehkarena itu dari guru lain mengindikasikan bahwa Miss Brown tidak bergabung
dengan koleganya.
Bagaimanapun , beberapa murid merasakan materi yang disajikan Miss Brown sangat baik.
Olehkarena itu, supervisor yang menggunakan pendekatan supervisi informal akan
menghasilkan hasil terbaik selama Pre Konfrensi. Sebagaimana menurut Glickman (1998),
pendekatan ini paling cocok karena keahlian, kepercayaan diri, dan kredibilitas supervisor.
Supervisor dapat memperoleh lebih banyak informasi, pengalaman, dan kemampuan Miss
Brown. Selama proses supervisi klinis, supervisor akan menjadi sumber informasi utama,
mengartikulasikan tujuan, dan menyarankan ukuran korektif untuk diadopsi. Dengan
membatasi pendekatan supervisi, supervisor sekarang siap untuk melibatkan Miss Brown
dalam Pre Konfrensi.
Selama Pre Konfrensi, supervisor akan menampilkan perilaku yang diasosiasikan dengan
pendektan informal. Setelah mengidentifikasi dan mempresentasikan masalah lemahnya
manajemen kelas Miss Brown dan mendapatkan masukannya ke dalam situasi, supervisor
membatasi observasi dibutuhkan untuk menyediakan bantuan lebih padanya. Supervisor
mengkomunikasikan ke Miss Brown bahwa tujuan observasi yaitu untuk mengamati teknik
22

manajemen kelasnya. Fokus observasi pada verbal dan non verbal Miss Brown. Untuk
memfasilitasi supervisor, maka perlu rekaman, supervisor merekomendasi tiga metode
observasi: (1) frekusensi kategori; (2) frekuensi; (3) diagram visual; (4) rekaman video. Miss
Brown dijelaskan akan menghasilkan yang terbaik, dan waktu observasi akan
diselenggarakan pada hari Senin jam 08.00. pagi. Mereka juga setuju bahwa supervisor akan
tiba sebelum murid sehingga supervisor dapat mengamati perilaku dan interaksi murid dan
guru secara menyeluruh. Mereka menjadwal Pos Konfrensi untuk hari Rabu jam
10.00,berikut observasinya.
Observasi
Observasi Miss Brown akan membuat kesempatan bagi supervisor untuk membantu ujian dia
sebenarnya. Realitas persepsinya sendiri dan penilaian mengenai mengajarnya. Acheson dan
Gall (1997) setuju bahwa seleksi sebuah instrumen observasi akan membantu mempertajam
pemikiran guru mengenai instruksional.
Untuk mengobservasi perilaku verbal dan non verbal Miss Brown, akan digunakan tailored
observation.

LAMPIRAN II. Rencana Perbaikan Instrumen
Tanggal pasca konfrensi__________

Guru yang diobservasi_____

Waktu___________________________

Guru pendukung _________

Tujuan :

Aktifitas untuk mencapai tujuan:
23

Sumber yang dibutuhkan:

Waktu untuk Pre Konfrensi berikutnya:

Lampiran 3. Laporan Perkembangan (Naratif)
Pelajaran

:

Waktu

:

Tanggal

:

A. Persiapan pembelajaran:

24

B. Implementasi pembelajaran:

C. Manajemen kelas:
D. Perilaku Profesional dan personal:
Peringkat keseluruhan:_______memuaskan________tidak memuaskan

Guru_______________

Tanggal_______________

Supervisor_________

Tanggal_______________

Lampiran IV. Laporan Kemajuan (Peringkat)
Tanggal

:

Waktu

:

Pelajaran

:

S= Satisfactory

NI= Needs Improvement

NA= Not Applicable

A. Rencana pembelajaran (tertulis)
1._____tujuan

25

2._____prosedur mengajar
3._____aktifitas mengajar
4._____evaluasi
5._____materi
6._____individualisme
Komentar:

B. Implementasi
1.____komunikasi tujuan
2.____teladan
3.____organisasi
4.____metode
5.____keefektifan perkembagan siswa
6.____bantuan mengajar
7.____responsif terhadap siswa
8.____disiplin
9.____transisi
26

Komentar
C. Penampilan profesional dan personal
1. ____penampilan
2. ____suara
3. ____kontrol diri
4. ____fleksibilitas
5. ____antusiasme
6. ____ketepatan waktu
7. ____kemandirian
8. ____tanggung jawab
9. ____kerapian
10. Keterbukaan terhadap umpan balik
11. hubungan interpersonal dengan teman sejawat
12. Inisiatif
Komentar

Guru__________________

Tanggal_________________

Supervisor____________

Tanggal_________________
27

Lampiran 5: Review Kinerja Konfrensi (form pasca konfrensi)
Form ini dirancang untuk menilai keahlian konfrensi. Peringkat diri anda pada setiap item
dibawah dengan melingkari nomor dari skala 5 terendah dan 1 tertinggi.
Low

5

4

3

2

1

No
1

Aktifitas
Dalam memikirkan tentan konfrensi mengenai perilaku saya, saya

Tinggi

Peringkat
28

melakukan:
a. Membuat guru merasa nyaman
b. Berkomunikasi dengan jelas

54321

c. Berkomunikasi konstruktif kritis dengan efektif

2

d. Mendengarkan dengan hati-hati tentang apa yang guru katakan
Mempersiapkan konfrensi, saya melakukan:
a. Mengorganisasi informasi dan dokumentasi

54321

b. Menulis saran atau ide untuk guru
c. Memiliki sumber untuk digunakan
d. Mengidentifikasi tujuan saya menyelenggarakan konfrensi
e. Mengatur waktu konfrensi dengan bijak

3

f. Mengarahkan konfrensi dalam suasana yang teratur
Dalam menguji keahlian saya dalam melengkapi konfrensi, saya
melakukan:
a. Mereview capaian tujuan saya
b. Menyediakan waktu untuk menulis apa yang terjadi
c. Memikirkan kembali saran, ide, yang diberikan kepada guru
d. Merencanakan tindakan dimasa mendatang

29

30