Uji Pengaruh Umur Bibit Dan Dosis Pupuk

BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Negara

Indonesia

merupakan

negara

agraris

yang

mayoritas

penduduknya bermata pencaharian sebagai Petani. Karena di Indonesia berupa
kepulauan dengan ribuan pulau yang memiliki banyak daerah yang bisa
dimanfaatkan sebagai lahan pertanian, selain itu kondisi tanah di Indonesia yang
mempunyai kandugan unsur hara yang baik sehingga dapat membantu

pertumbuhan tanaman. Salah satu produk hortikultura yang menjadi unggulan
dalam sektor pertanian di Indonesia adalah tanaman sayuran. Sayuran
merupakan salah satu produk hortikultura. Salah satu komoditi sayur yang
sangat dibutuhkan oleh hampir semua orang dari berbagai lapisan masyarakat,
adalah cabai, sehingga tidak mengherankan bila volume peredaran di pasaran
dalam skala besar.
Cabai mempunyai nama ilmiah Capsicum annum sp. Cabai berasal dari
benua Amerika tepatnya daerah Peru dan menyebar ke negara-negara benua
Amerika, Eropa dan Asia termasuk negara Indonesia. Tanaman cabai banyak
ragam tipe pertumbuhan dan bentuk buahnya. Diperkirakan terdapat 20 spesies
yang sebagian besar hidup di negara asalnya. Masyarakat pada umumnya hanya
mengenal beberapa jenis saja, yakni cabai besar, cabai keriting, cabai rawit dan
paprika. Permintaan cabai

yang tinggi untuk kebutuhan bumbu masakan,

industri makanan, dan obat obatan. Tidak heran jika cabai merupakan komoditas
hortikultura yang mengalami fluktuasi harga paling tinggi di Indonesia. Namun,
banyak kendala yang dihadapi petani dalam budidaya cabai. Salah satunya
adalah hama dan penyakit seperti kutu kebul, antraknosa, dan busuk buah yang

1

menyebabkan gagal panen. Selain itu, produktivitas buah yang rendah dan
waktu panen yang lama.
Untuk peningkatan

produksinya

lebih

mengutamakan

perbaikan

teknologi budidaya. Penanaman dan pemeliharaan cabai yang intensif dan
dilanjutkan dengan penggunaan teknologi pasca panen yang baik.
Salah satu tujuan pengembangan cabai adalah untuk meningkatkan
produktivitas tanaman cabai. Peningkatan produktivitas tanaman cabai
dilakukan untuk memenuhi permintaan konsumen yang terus meningkat dan
efisiensi penggunaan lahan. Artinya, diharapkan di lahan yang semakin sempit

sekalipun tanaman cabai dapat berproduksi tinggi. Dengan demikian, para petani
yang memiliki lahan sempit (100-200 m2) dapat menanam cabai dan memetik
hasil yang tinggi. Begitu pula dengan orang- orang yang ingin memanfaatkan
halaman rumahnya untuk budidaya cabai. Mereka dapat menanam cabai di
dalam pot/polybag dan memanen hasil yang tinggi pula.

2.

Rumusan Masalah
Pemilihan komoditas cabai untuk di Uji Pengaruh Umur Bibit Dan
Dosis Pupuk Npk Mutiara Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman
Cabai (Capsicum Annum L) Varietas Gada F1. Karena dari penelitian ini
diharapkan dapat memberikan hasil dan pengaruh terhadap peningkatan
produktivitas cabai di Indonesia.

3.

Tujuan
Adapun tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui
Pengaruh Umur Bibit Dan Dosis Pupuk NPK Mutiara Terhadap


2

Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Cabai (Capsicum Annum L)
4.

Varietas Gada F1.
Hipotesis
Diduga terjadi peningkatkan produksi tanaman cabai dengan Uji
Pengaruh Umur Bibit Dan Dosis Pupuk NPK Mutiara Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Cabai (Capsicum Annum L) Varietas
Gada F1.

BAB II
Tinjauan Pustaka

3

2.1


Klasifikasi
Menurut klasifikasi dalam tata nama (sistem tumbuhan) tanaman

cabai menurut Prajnata (1995) :









2.2

Kingdom
Divisi
Sub divisi
Kelas
Ordo

Famili
Genus
Spesies
Varietas

: Plantarum
: Spermatophyta
: Angiospermae
: Dicotyledoneae
: Solanales
: Solanaceae
: Capsicum
: Capsicum annum L
: GADA F1.

Morfologi tanaman
Bentuk luar atau morfologi tanaman cabai sebenamya bukan hal

yang acing bagi sebagian masyarakat Indonesia, terutama berbeda
halnya dengan masyarakat yang tinggal di perkotaan. Seringkali

mereka belum pemah melihat tanaman cabai yang sebenamya. Yang
mereka ketahui hanyalah buah cabai yang dapat dimanfaatkan sebagai
sayur.
2.4.1. Daun
Daun tanaman cabai bervariasi menurut spesies dan
varietasnya. Ada daun yang berbentuk oval, lonjong, bahkan ada
yang Ian- set. Warna permukaan daun bagian atas biasanya hijau
muda, hijau, hijau tua, bahkan hijau kebiruan. Sedangkan
permukaan daun pada bagian bawah umumnya berwarna hijau
muda, hijau pucat atau hijau. Permukaan daun cabai ada yang
halus adapula yang berkerut-kerut. Ukuran panjang daun cabai
antara 3 — 11 cm, dengan lebar antara 1 — 5 cm.
4

4.2.2. Batang
Tanaman cabai merupakan tanaman perdu dengan batang
tidak berkayu. Biasanya, batang akan tumbuh sampai ketinggian
tertentu, kemudian membentuk banyak percabangan. Untuk jenisjenis cabai rawit, panjang batang biasanya tidak melebihi 100 cm.
Namun untuk jenis cabai besar, panjang batang (ketinggian) dapat
mencapai 2 meter bahkan lebih. Batang tanaman cabai berwarna

hijau, hijau tua, atau hijau muda. Pada batang-batang yang telah
tua (biasanya batang paling bawah), akan muncul wama coklat
seperti kayu. Ini merupakan kayu semu, yang diperoleh dari
pengerasan jaringan parenkim.

2.4.3

Akar
Tanaman cabai memiliki perakaran yang cukup rumit dan

hanya terdiri dari akar serabut saja. Biasanya di akar terdapat
bintil-bintil yang merupakan hasil simbiosis dengan beberapa
mikroorganisme. Meskipun tidak memiliki akar tunggang, namun
ada beberapa akar tumbuh ke arah bawah yang berfungsi sebagai
akar tunggang semu.
2.4.4. Bunga
Bunga tanaman cabai juga bervariasi, namun memiliki
bentuk yang sama, yaitu berbentuk bintang. Ini menunjukkan

5


tanaman cabai termasuk dalam sub kelas Ateridae (berbunga
bintang). Bunga biasanya tumbuh pada ketiak daun, dalam
keadaan tunggal atau bergerombol dalam tandan. Dalam satu
tandan biasanya terdapat 2 — 3 bunga saja. Mahkota bunga
tanaman cabai warnanya bermacam-macam, ada yang putih, putih
kehijauan, dan ungu. Diameter bunga antara 5 — 20 mm.Bunga
tanaman cabai merupakan bunga sempuma, artinya dalam satu
tanaman terdapat bunga jantan dan bunga betina. Pemasakan
bunga jantan dan bunga betina dalam waktu yang sama (atau
hampir sama), sehingga tanaman dapat melakukan penyerbukan
sendiri. Namun untuk mendapatkan hasil buah yang lebih baik,
penyerbukan silang lebih diutamakan. Karena itu, tanaman cabai
yang ditanam di lahan dalam jumlah yang banyak, hasilnya lebih
baik dibandingkan tanaman cabai yang ditanam sendirian.
Pernyerbukan tanaman cabai biasanya dibantu angin atau
lebah. Kecepatan angin yang dibutuhkan untuk penyerbukan
antara 10 — 20 km/jam (angin sepoi-sepoi). Angin yang ter lalu
kencang justru akan merusak tanaman. Sedangkan penyerbukan
yang dibantu oleh lebah dilakukan saat lebah tertarik mendekati

bunga tanaman cabai yang menarik penampilannya dan terdapat
madu di dalamnya.
2.4.5 Buah dan biji
Buah cabai merupakan bagian tanaman cabai yang paling
banyak dikenal dan memiliki banyak variasi.),buah cabai terbagi
6

dalam 11 tipe bentuk, yaitu serrano, cubanelle, cayenne, pimento,
anaheim chile, cherry, jalapeno, elongate bell, ancho, banana, dan
blocky bell.
2.5

Syarat Pertumbuhan
2.6.1 Iklim
Pada umumnya cabai dapat ditanam di dataran rendah
sampai pegunungan (dataran tinggi) + 2.000 meter dpl yang
membutuhkan iklim tidak terlalu dingin dan tidak terlalu lembab.
Temperatur yang baik untuk tanaman cabai adalah 240 - 270 C,
dan untuk pembentukan buah pada kisaran 160 - 230 C. Setiap
varietas cabai hibrida mempunyai daya penyesuaian tersendiri

terhadap lingkungan tumbuh. Cabai hibrida Hot Beauty dan Hero
dapat berproduksi dengan baik di dataran rendah sampai dataran
tinggi + 1200 m dpl. Sedangkan cabai hibrida Long Chili lebih
cocok ditanam pada ketinggian antara 800 - 1500 m dpl. Khusus
untuk cabai Paprika umumnya hanya cocok ditanam di dataran
tinggi. Suhu berpengaruh pada pertumbuhan tanaman, demikian
juga terhadap tanaman cabai. Suhu yang ideal untuk budidaya
cabai adalah 24-280 C. Pada suhu tertentu seperti 150 C dan lebih
dari 320 C akan menghasilkan buah cabai yang kurang baik.
Pertumbuhan akan terhambat jika suhu harian di areal budidaya
terlalu dingin. Tanaman cabai dapat tumbuh pada musim kemarau
apabila dengan pengairan yang cukup dan teratur. Iklim yang
dikehendaki untuk pertumbuhannya antara lain:
a.

Sinar Matahari
7

Penyinaran yang dibutuhkan adalah penyinaran secara
penuh, bila penyinaran tidak penuh pertumbuhan tanaman
tidak akan normal.
b.

Curah Hujan
Walaupun tanaman cabai tumbuh baik di musim
kemarau tetapi juga memerlukan pengairan yang cukup.
Adapun curah hujan yang dikehendaki yaitu 800-2000
mm/tahun.

c.

Suhu dan Kelembaban
Tinggi

rendahnya

suhu

sangat

mempengaruhi

pertumbuhan tanaman. Adapun suhu yang cocok untuk
pertumbuhannya adalah siang hari 210C-280C, malam hari
130C-160C, untuk kelembaban tanaman 80%.
d.

Angin
Angin yang cocok untuk tanaman cabai adalah angin
sepoi-sepoi, angin berfungsi menyediakan gas CO2 yang
dibutuhkannya.

2.6.2 Ketinggian Tempat
Ketinggian tempat untuk penanaman cabai adalah adalah
dibawah 1400 m dpl. Berarti cabai dapat ditanam pada dataran
rendah sampai dataran tinggi (1400 m dpl). Di daerah dataran
tinggi tanaman cabai dapat tumbuh, tetapi tidak mampu
berproduksi secara maksimal.

8

2.6.3. Tanah
Cabai sangat sesuai ditanam pada tanah yang datar. Dapat
juga ditanam pada lereng-lereng gunung atau bukit. Tetapi
kelerengan lahan tanah untuk cabai adalah antara 0-100. Tanaman
cabai juga dapat tumbuh dan beradaptasi dengan baik pada
berbagai jenis tanah, mulai dari tanah berpasir hingga tanah liat.
Pertumbuhan tanaman cabai akan optimum jika ditanam
pada tanah dengan pH 6-7. Tanah yang gembur, subur, dan
banyak mengandung humus (bahan organik) sangat disukai.
Tanaman cabai dapat tumbuh disegala macam tanah, akan
tetapi tanah yang cocok adalah tanah yang mengandung unsurunsur pokok yaitu unsur N dan K, tanaman cabai tidak suka
dengan air yang menggenang.
2.6

Hama dan Penyakit
2.7.1 Hama dan Pengendalianya
Salah satu faktor penghambat peningkatan produksi cabai
adalah adanya serangan hama dan penyakit yang fatal.
Kehilangan hasil produksi cabai karena serangan penyakit busuk
buah (Colletotrichum spp), bercak daun (Cerospora sp) dan
cendawan tepung (Oidium sp) berkisar 5-30%. Strategi
pengendalian hama dan penyakit pada tanaman cabai dianjurkan
penerapan pengendalian secara terpadu. Beberapa hama yang
paling sering menyerang dan mengakibatkan kerugian yang besar
pada produksi cabai sebagai berikut:
a.

Ulat Grayak (Spodoptera litura)

9

Hama ulat grayak merusak pada musim kemarau
dengan cara memakan daun mulai dari bagian tepi hingga
bagian atas maupun bagian bawah daun cabai. Serangan ini
menyebabkan daun daun berlubang secara tidak beraturan
sehingga proses fotosintesis terhambat. Ulat grayak
terkadang memakan daun cabai hingga menyisakan tulang
daunnya saja. Otomatis produksi buah cabai menurun.
b.

Kutu Daun (Myzus persicae Sulz)
Hama ini menyerang tanaman cabai dengan cara
menghisap cairan daun, pucuk, tangkai bunga, dan bagian
tanaman lainnya. Seranganberat menyebabkan daun-daun
melengkung, keriting, belang-belang kekuningan (klorosis)
dan akhirnya rontok sehingga produksi cabai menurun.

c.

Lalat Buah (Bactrocera dorsalis)
Lalat buah menyerang buah cabai dengan cara
meletakkan telurnya didalam buah cabai. Telur tersebut
akan menetas menjadi ulat (larva). Ulat inilah yang
merusak buah cabai.

d.

Trips (Thrips sp)
Hama trips menyerang hebat pada musim kemarau
dengan memperlihatkan gejala serangan strip-strip pada
daun dan berwarna keperakan. Serangan yang berat dapat
mengakibatkan matinya daun (kering). Trips ini kadangkadang berperan sebagai penular (vektor) penyakit virus.
10

selain hama, musuh tanaman cabai adalah penyakit yang
umumnya disebabkan oleh jamur /cendawan ataupun
bakteri.

2.7.2 Penyakit
Setidaknya ada enam penyakit yang kerap menyerang
tanaman cabai yaitu:
a.

Bercak Daun (Cercospora capsici heald et walf)
Cendawan ini merusak daun dan menyebabkan timbul
bercak bulat kecil kebasahan. Dikendalikan dengan blue 510 gram/liter. Penyebab penyakit bercak daun adalah
cendawan Cerospora capsici.Serangan yang berat dapat
menyebabkan daun menguning dan gugur atau langsung
berguguran tanpa didahului menguningnya daun.

b.

Busuk Phytoptora (Phytoptora capsici Leonian)
Cendawan ini hidup di batang tanaman, menyebabkan
busuk batang dengan warna cokelat hitam. Dikendalikan
dengan manual atau fungisida sanitasi lingkungan.

c.

Antraknosa/Patek
Cendawan ini hidup didalam biji cabai. Menyebabkan
bercak hitam yang meluas dan menyebabkan kebusukan.
Dikendalikan dengan menanam benih bebas patogen, cabai
yang terkena dibuang/ dimusnahkan, pemberian fungisida
Derasol 60 WP dicampur dengan Dithane M-45 dengan
komposisi 1:5 dan dosis 2,5 gram/liter.

11

d.

Layu Bakteri (Pseudomonas solanacearum
Bakteri

ini

hidup

didalam

jaringan

batang,

menyebabkan pemucatan tulang daun sebelah atas, tangkai
menunduk.

Dikendalikan

dengan

mengkondisikan

bedengan selalu kering atau pencelupan bibit ke larutan
bakterisida misal Agrymicin 1,2 gram/liter.
Layu bakteri menyerang sistem perakaran tanaman
cabai. Gejala kelayuan tanaman cabai terjadi mendadak dan
akhirnya menyebabkan kematian tanaman dalam beberapa
hari kemudian. Gejala yang dapat diamati seccara visual
pada tanaman cabai adalah kelayuan tanaman, mulai dari
bagian pucuk, kemudian menjalar ke seluruh bagian
tanaman. Daun pun menguning dan akhirnyamengering
serta rontok. Pengendalian penyakit layu bakteri dapat
dilakukan dengan cara:
 Perbaikan drainase tanah di sekitar kebun agar tidak
becek atau mengggenang.
 Pencabutan tanaman yang sakit agar tidak menular
ke tanaman yang sehat.
 Pengelolaan (manajemen) lahan, misalnya dengan
pengapuran tanah ataupun pergiliran

tanaman

yang bukan famili Solanaceae.
e.

Layu Fusarium (Fusarium oxysporium F. sp. Capsici
schlecht)

12

Cendawan ini hidup di tanah masam, menyebabkan
pemucatan atau layu tulang daun sebelah atas, tangkai
menunduk. Dikendalikan dengan pengupasan, pencelupan
biji pada fungisida dan pergiliran tanaman.
f.

Rebah Semai (Phytium debarianum Hesse dan Rhizoctonia
soloni Kuhu)
Menyebabkan bibit tidak berkecambah dan rebah lalu
mati. Dikendalikan dengan pembenaman bibit dengan
furadan. Media semai diberikan Basamid G, lalu disemprot
fungisida (Vitagram Blue 0,5-1,0 gram/liter diselingi
Previcur N 1,0-1,5 ml/liter).

BAB III
BAHAN DAN METODE
4.1. Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di desa Bangun Harja Kec. Sungai Bakau Kab. Seruyan,
dengan kemiringan 0-50 0 dan 0 -8 meter dari permukaan laut. Wilayah kabupaten
Seruyan termasuk daerah yang beriklim tropis dengan suhu udara rata-rata 29o C dan
temperatur tertinggi 34 o C.
Tipe iklim adalah tropis lembab dan panas, curah hujan rata-rata per tahun
3.479,8 mm dengan rata-rata hujan per tahun 13,8 hari. Musim penghujan akan terjadi
antara bulan Desember - Maret, sedangkan Kemarau antara Juli - September. Sumber :
Seruyan Dalam Angka 2007
4.3. Alat dan Bahan
4.3.1 Alat yang digunakan :

13

Alat yang digunakan untuk penelitian yaitu : Cangkul, sabit,
tugal, meteran, rafia dan ajir, alat semprot, cutter, gembor, timba,
gunting pangkas, alat tulis dan dokumentasi, jangka sorong,
timbangan dan pH tester.
4.3.2. Bahan yang digunakan :
Bahan yang di gunakan untuk penelitian yaitu : Benih
cabai, air, insektisida, fungisida, pupuk NPK.
4.4. Metode Rancangan Percobaan (RAL)
Rancangan percobaan dilakukan dengan cara mengamati varietas
kacang panjang baik secara karakter kualitatif maupun karakter
kuantitatif.Rancangan plot percobaan adalah sbgai berikut:






Ukuran plot
Jarak tanam antara plot
Jarak antara plot
Jumlah baris/plot
Jumlah tanam/plot

14

: 1,2 x 10 m
: 80 cm,jarak tanam dalam baris 30 cm
: 40 cm
: 2 baris
: 50 tanaman

4.5. Denah Percobaan

4.6. Parameter Pengamatan
4.6.1 Kualitatif
 Tipe tumbuh
 Tipe tanaman
 Tipe percabangan
 Bentuk tajuk
 Bentuk penampang batang
 Warna buku pada batang
 Bentuk penampang batang melintang
 Bentuk daun
 Tepi daun
 Warna daun
 Ujung daun
 Urat daun
 Pangkal daun
 Tepi daun
 Permukaan daun
 Warna tangkai daun
 Warna ketiak tangkai daun
 Warna ketiak tangkai daun
15

 Bentuk bunga
 Warna bunga(kelopak,mahkota,sayap,benang sari,putik)
 Warna tangkai
 Bentuk buah/polong
 Warna polong muda
 Warna polong tua
 Ujung polong
 bentuk biji
 Warna biji
 Rasa polong muda

4.6.2. Karakter Kuantitatif
 Ukuran daun(p x l)
 Diameter batang

 Umur mulai berbunga

 Umur mulai panen

 Panjang polong

 Diameter polong

 Berat perpolong

 Jumlah biji perpolong

 Produksi pertanaman

 Produksi perhektar

16

Daftar Pustaka


Tjahjadi, Nur. 1991. Bertanam Cabai. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.



Harpenas, Asep & R. Dermawan. 2010. Budidaya Cabai Unggul. Penebar
Swadaya. Jakarta



Djarwaningsih, T. 1984. Jenis- jenis Cabai di Indonesia, dalam Penelitian
Peningkatan Pendayagunaan Sumber Daya Alam, hlm 232-235.



Anonim. 1992. Petunjuk Praktis Bertanam Sayuran. Kanisius. Yogyakarta.



Rahmadian Ustrianto SP.2011. Budidaya Tanaman Kacang Panjang.CV.Aura
Seed Indonesia,Kediri.



______a. 2010. Budidaya Cabai Hibrida. http://www.tanindo.com/budidaya/
cabe/cabehibrida.htm. Diakses pada tanggal 03 Mei 2011



______b. 2009. Menanan Budidaya Cabai Merah http://rivafauziah.wordpress.
com/2009/02/02/menanam-budidaya-cabai-merah/. Diakses pada tanggal 03
Mei 2011
17

18