PEMBAHASAN ANALISIS TEKS PROSEDURAL docx
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sintaksis cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang pengaturan dan hubungan
antara kata dengan kata, atau dengan satuan-satuan yang lebih besar itu dan
bahasa atau hubungan antarkata dalam tuturan (speech). Unsur bahasa yang
termasuk di dalam lingkup sintaksis adalah frasa, klausa dan kalimat, dan wacana.
Untuk keperluan berbahasa sehari-hari yang baik dan benar, baik dalam
bahasa lisan maupun tulis, dituntut kemampuan untuk membuat konstruksi
kalimat yang baik dan benar pula. Perbedaan ragam lisan dan tulis berhubungan
dengan peristiwanya dan berkaitan dengan beberapa upaya yang kita gunakan
dalam ujaran. Bahasa yang baik adalah bahasa yang harus mengenai sasarannya
tidak selalu perlu beragam baku, sedangkan bahasa yang benar adalah pemakaian
bahasa yang mengikuti kaidah yang dibakukan atau dianggap baku. Maka
pengetahuan tentang definisi dan jenis-jenis dari satuan sintaksis menjadi sangat
penting karena sebuah kalimat yang diujarkan merupakan satuan sintaksis yang
terdiri dari satu atau lebih klausa.
Penggunaan bahasa yang baik dan benar pada bahasa tulis misalnya pada
teks prosedur. Teks prosedur adalah teks yang di dalamnya berisikan tujuan dan
langkah melakukan atau membuat sesuatu. Dengan demikian penulis akan
menganalisis teks prosedur dengan menguraikan teks menjadi kalimat, klausa,
frasa, dan kata.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan sintaksis?
2. Bagaimanakah satuan-satuan dalam sintaksis?
3. Apakah yang dimaksud dengan teks prosedur?
4. Bagaimana analisis teks prosedur?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui hakikat sintaksis.
1
2. Mengetahui satuan-satuan dalam sintaksis.
3. Mengetahui hakikat teks prosedur.
4. Mengetahui hasil analisis teks prosedur.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Sintaksis
Sintaksis membicarakan kata dengan hubungannya dengan kata lain, atau unsurunsur lain dalam suatu ujaran. Hal itu sesuai dengan asal-usul kata sintaksis itu
sendiri, yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti dengan dan kata
tattein yang berarti menempatkan. Jadi, secara etimologi istilah itu berarti
menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat
(Chaer, 2012: 206).
2
Sejalan dengan itu, Verhaar (2010: 159) mengungkapkan bahwa sintaksis
adalah tatabahasa yang membahas hubungan antarkata dalam tuturan. Sintaksis
berurusan dengan tatabahasa di antara kata-kata di dalam tuturan.
Sintaksis adalah pengaturan dan hubungan antara kata dengan kata, atau
dengan satuan-satuan yang lebih besar, atau antara satuan-satuan yang lebih besar
itu dalam bahasa. Satuan terkecil dalam bidang ini ialah kata (Kridalaksana, 2011:
223).
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulakan bahwa sintaksis
adalah cabang linguistik yang mempelajari susunan kalimat yang gramatikal.
2.2 Kategori Kata
2.2.1 Verba
Verba adalah kelas kata yang biasanya berfungsi sebagai predikat; dalam
beberapa bahasa lain verba mempunyai ciri morfologis seperti ciri kala,
aspek, persona, atau jumlah. Sebagian besar verba mewakili unsur semantis
perbuatan, keadaan, atau proses (Kridalaksana, 2011: 254).
Ciri-ciri verba dapat diketahui dengan mengamati (1) perilaku semantis,
(2) perilaku sintaksis, dan (3) bentuk morfologisnya. Namun, secara umum
verba dapat diidentifikasi dan dibedakan dari kelas kata yang lain, terutama
dari adjektiva, karena ciri-ciri berikut.
a. Verba memiliki fungsi utama sebagai predikat atau sebagai inti
dalam kalimat walaupun dapat juga mepunyai fungsi lain.
Contoh:
(1) Pencuri itu lari.
(2) Mereka sedang belajar di kamar.
(3) Bom itu seharusnya tidak meledak.
(4) Orang asing itu tidak akan suka masakan Indonesia.
Bagian yang dicetak miring pada kalimat-kalimat tersebut adalah
predikat, yaitu bagian yang menjadi pengikat bagian lain dari kalimat itu.
Dalam sedang belajar, tidak meledak, dan tidak akan suka verba belajar,
meledak, dan suka berfungsi sebagai inti predikat.
3
b. Verba mengandung makna inheren perbuatan (aksi), proses, atau
keadaan yang bukan sifat atau kualitas.
c. Verba, khususnya yang bermakna keadaan, tidak dapat diberi prefiks
ter- yang berarti ‘paling’. Verba seperti mati atau suka, misalnya,
tidak dapat diubah menjadi *termati atau *tersuka.
d. Pada umumnya verba tidak dapat bergabung dengan kata-kaa yang
menyatakan makna kesangatan. Tidak ada bentuk seperti agak
belajar, sangat pergi, dan belajar sekali meskipun ada bentuk seperti
sangat berbahaya, agak mengecewakan, dan mengharapkan sekali.
2.2.2
Adjektiva
Adjektiva adalah kata yang memberikan keterangan kata yang lebih khusus
tentang sesuatu yang dinyatakan oleh nomina dalam kalimat. Adjektiva yang
memberikan keterangan terhadap nomina itu berfungsi atributif. Keterangan itu
dapat mengungkapkan suatu kualitas atau keanggotaan dalam suatu golongan.
Contoh kata pemeri kualitas atau keanggotaan dalam suatu golongan itu ialah
kecil, berat, merah, bundar, gaib, dan ganda. Perhatikanlah contoh berikut.
(1) anak kecil
beban berat
baju merah
meja bundar
alam gaib
pemain ganda
Selanjutnya adjektiva dapat berfungsi sebagai predikat dan adverbial
kalimat. Fungsi predikatif dan adverbial itu dapat mengacu kesuatu
keadaan. Contoh kata pemeri keadaan ialah mabuk, sakit, dan basah.
(2) Agaknya dia sudah mabuk.
Orang itu sakit dan tidak tertolong lagi.
Bajunya basah kena hujan.
Adjektiva juga dicirikan oleh kemungkinannya menyatakan tingkat
kualitas dan tingkat bandingan acuan nomina yang diterangkannya.
Perbedaan tingkat kualitas ditegaskan dengan pemakaian kata seperti
sangat dan agak di samping adjektiva.
Contoh:
4
(3) Anak itu sangat kuat.
Agak jauh juga rumahnya.
2.2.3
Adverbia
Dilihat dari tatarannya, perlu dibedakan adverbia dengan tataran frasa ari adverbia
dalam tataran klausa. Dalam tataran frasa, adverbia adalah kata yang menjelaskan
verba, adjektiva, atau advebia lain. Pada contoh berikut terlihat bahwa adverbia
sangat menjelaskan verba mencintai, adverbia selalu menjelaskan adjektiva sedih,
dan adverbia hampir menjelaskan adverbia selalu.
(1) Ia sangat mencintai istrinya.
Ia selalu sedih mendengar lagu itu.
Kami hampir selalu dimarahinya setiap pagi.
Dalam tataran klausa, adverbia mewatasai atau menjelaskan fungsi-fungsi
sintaksis. Umumnya kata atau bagian kalimat yang dijelaskan adverbia itu
berfungsi sebagai predikat. Fungsi sebagai predikat ini bukan satu-satunya ciri
adverbia karena adverbia juga dapat menerasngkan kata atau bagian kalimat yang
tidak berfungsi sebagai predikat. Itulah sebabnya ada sejumlah adverbia yang
selain dapat menerangkan verba, adjektiva, dan adverbia lain, juga dapat
menerangkan nomina dan frasa preposisional. Pronomina dan numeralia dari segi
kategori sangat erat kaitannya dengan nomina, maka adverbia pun dapat pula
mewatasi atau menjelaskan pronomina dan numeralia, seperti terlihat pada contoh
berikut.
(2) Guru sajat tidak dapat menjawab pertanyaan itu.
Ia merokok hampir lima bungkus sehari.
Saya mau bertemu dengan beliau saja.
Pada contoh di atas adverbia saja menjelaskan guru yang berfungsi sebagai
subjek; adverbia hampir menjelaskan lima bungkus yang berfungsi sebagai objek;
adverbia saja menjelaskan dengan beliau yang berfungsi sebagai pelengkap.
Kalau dilihat dari segi kategorinya, guru merupakan nomina, lima bungkus frasa
numeralia, sedangkan dengan beliau merupakan frasa preposisional. Dengan
demikian, yang dapat dijadikan patokan sebagai ciri adverbia tidak hanya fungsi
kata atau bagian kalimat yang diterangkannya, tetapi juga kategorinya.
5
2.2.4
Nomina
Nomina, yang sering juga disebut kata benda, dapat dilihat dari tiga segi, yakni
segi semantiss, segi sintaksis, dan segi bentuk. Dari segi semantis, kita dapat
mengatakan bahwa nomina adalah kata yang mengacu pada manusia, binatang,
benda, dan konsep atau pengertian. Dengan demikian, kata seperti guru, kucing,
meja, dan kebangsaan adalah nomina. Dari segi sintaksisnya, nomina mempunyai
ciri tertentu.
a. Dalam kalimat yang predikatnya verba, nomina cenderung
menduduki fungsi subjek, objek, atau pelengkap. Kata pemerintah
dan perkembangan dalam kalimat Pemerintah akan menetapkan
perkembangan adalah nomina. Kata pekerjaan dalam kalimat Ayah
mencarikan saya pekerjaan adalah nomina.
b. Nomina tidak dapat diingkarkan dengan kata
tidak.
Kata
pengingkarannya ialah bukan. Untuk mengingkarkan kakimat Ayah
saya guru harus dipakai kata bukan; Ayah saya bukan guru.
c. Nomina umumnya dapat diikuti oleh adjektiva, baik secara langsung
maupun diantarai oleh kata yang. Dengan demikian, buku dan rumah
adalah nomina karena dapat bergabung menjadi buku baru dan
rumah mewah atau buku yang baru dan rumah yang mewah.
2.2.5
Pronomina
Jika ditinjau dari segi artinya, pronomina adalah kata yang dipakai untuk mengacu
kepada nomina lain. Nomina perawat dapat diacu dnegan nomina dia atau ia.
Bentuk –nya pada Meja itu kakinya tiga, mengacu ke kata meja. Jika dilihat dari
segi fungsinya dapat dikatakan bahwa pronomina menduduki posisi yang
umumnya diduduki oleh nomina, seperti subjek, objek, dan-dalam macam kalimat
tertentu-juga predikat. Ciri lain yang dimiliki pronomina ialah bahwa acuannya
dapat
berpindah-pindah
karena
bergantung
pada
siapa
yang
menjadi
pembicara/penulis, siapa yang menjadi pendengar/pembaca, atau siapa/apa yang
dibicarakan.
Ada tiga macam pronomina dalam bahasa Indonesia, yakni (1) pronomina
persona, (2) pronomina penunjuk, dan (3) pronomina penanya.
6
Pronomina persona adalah pronomina yang dipakai untuk mengacu pada
orang. Pronomina persona dapat mengacu pada diri sendiri (pronomina persona
pertama), mengacu pada orang yang diajak bicara (pronomina persona kedua),
atau mengacu pada orang yang dibicarakan (pronomina persona ketiga).
Pronomina penunjuk adalah dalam bahasa Indonesia, yaitu (1) pronomina
penunjuk umum, (2) pronomina penunjuk tempat, dan (3) pronomina penunjuk
ihwal.
Pronomina penanya adalah pronomina yang dipakai sebagai pemarkah
pertanyaan. Dari segi maknanya, yang ditanyakan itu dapat mengenai (a)
orang, (b) barang, atau (c) pilihan.
2.2.6
Numeralia
Numeralia atau kata bilangan adalah kata yang dipakai untuk menghitung
banyaknya maujud (orang, binatang, atau barang) dan konsep. Frasa seperti lima
hari, setengah abad, orang ketiga, dan beberapa masalah mengandung
numeralia, yakni masing-masing lima, setengah, ketiga, dan beberapa.
Pada dasarnya, dalam bahasa Indonesia ada dua macam numeralia: (1)
numeralia pokok, yang memberi jawab atas pertanyaan “Berapa?” dan (2)
numeralia tingkat yang memberi jawab atas pertanyaan “Yang keberapa?”.
a. Numeralia Pokok
Numeralia pokok adalah bilangan dasar yang menjadi sumber dari
bilangan-bilangan yang lain. Numeralia pokok terbagi menjadi
numeralia: (1) pokok tentu, (2) kolektif, (3) distributif, (4) pokok tak
tentu. Di samping itu, ada (5) numeralia klitika dan (6) numeralia
ukuran.
b. Numeralia Tingkat
Numeralia pokok dapat diubah menjadi numeralia tingkat. Cara
mengubahnya adalah dengan menambahkan ke- di muka bilangan
yang bersangkutan. Khusus untuk bilangan satu dipakai pula istilah
pertama.
Contoh:
kesatu atau pertama
kedua
7
kelima
kesepuluh
c. Numeralia Pecahan
Tiap bilangan pokok dapat dipecah menjadi bagian yang lebih kecil
yang dinamakan numeralia pecahan. Cara membentuk numeralia itu
ialah dengan memakai kata per- di antara bilangan pembagi dan
penyebut. Dalam bentuk huruf, per- ditempelkan pada bilangan yang
mengikutinya. Dalam bentuk angka, dipakai garis yang memisahkan
kedua bilangan itu. Lihatlah contoh berikut.
½
- seperdua, setengah, separuh
1
/10
- sepersepuluh
3
/5
- tiga perlima
2.2.7
Kata Tugas
Berbeda dengan kata dalam keempat kelas yang telah dibicarakan itu, kata tugas
hanya mempunyai arti gramatikal dan tidak memiliki arti leksikal. Arti suatu kata
tugas ditentukan bukan oleh kata itu secara lepas, melainkan oleh kaitannya
dengan kata lain dalam frasa atau kalimat.
Ciri lain dari kata tugas adalah bahwa hampir semuanya tidak dapat menjadi
dasar untuk membentuk kata lain. Berlainan dengan kelas kata verba, ajektiva,
adverbia, dan nomina yang merupakan kelas kata terbuka, kelas kata tugas
merupakan kelas yang tertutup. Dalam kelas kata terbuka kita dengan mudah
menambah kata dan menerima unsur bahasa lain sebagai kata baru atau padanan
kata yang telah ada.
Klasifikasi Kata Tugas
Berdasarkan peranannya dalam frasa atau kalimat, kata tugas dibagi menjadi
lima kelompok: (1) preposisi, (2) konjungtor, (3) interjeksi, (4) artikula, dan (5)
partikel penegas.
1) Preposisi
Jika ditinjau dari perilaku semantisnya, preposisi, yang juga disebut
kata depan, menandai berbagai hubungan makna antara konstituen di
8
depan preposisi tersebut dengan konstituen di belakangnya. Dalam
frasa pergi ke pasar, misalnya preposisi ke menyatakan hubungan
makna arah antara pergi dan pasar.
2) Konjungtor
Konjungtor, yang juga dinamakan kata sambung adalah kata tugas
yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat: kata dengan
kata, frasa dengan frasa, atau klausa dengan klausa.
Contoh:
a. Toni dan Ali sedang belajar matematika di kamar.
b. Hidup atau mati kita bergantung pada upaya kita sendiri.
3) Interjeksi
Interjeksi atau kata seru adalah kata tugas yang mengungkapkan rasa
hati pembicara. Untuk memperkuat rasa hati seperti rasa kagum,
sedih, heran, dan jijik, orang memakai kata tertentu di samping
kalimat yang mengandung makna pokok yang dimaksud.
4) Artikula
Artikula adalah kata tugas yang membatasi makna nomina. Dalam
bahasa Indonesia ada kelompok artikula: (1) yang bersifat gelar, (2)
yang mengacu ke makna kelompok, (3) dan yang menominalkan.
5) Partikel Penegas
Kategori partikel penegas meliputi kata yang tidak tertakluk pada
perubahan bentuk dan hanya berfungsi menampilkan unsur yang
diiringinya. Ada empat macam partikel penegas: -kah, -lah, -tah, dan
pun.
2.3 Frasa
Frasa lazim didefinisikan sebagai satuan gramatikal sebagai satuan yang berupa
gabungan kata yang bersifat nonpredikatif, atau lazim juga disebut gabungan kata
yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat (Chaer, 2012: 222).
Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang sifatnya tidak predikatif.
Gabungan itu dapat rapat, dapat renggang, misalnya gunung tinggi adalah frasa
karena merupakan konstruksi nonpredikatif (Kridalaksana, 2011: 66).
2.3.1
Jenis-jenis Frasa
1) Berdasarkan Kategori
a. Frasa Verbal
9
Verba dapat diperluas dengan menambahkan unsur-unsur tertentu,
tetapi hasil perluasan ini masih tetap ada pada tataran sintaksis yang
sama. Verba datang, misalnya, dapat diperluas menjadi sudah datang
atau tidak datang dan kedua bentuk perluasan ini masih berada pada
tataran yang sama, yakni tataran frasa. Baik verba maupun verba
yang telah diperluas, yang dinamakan frasa verbal, dapat menduduki
fingsi yang berbeda-beda dalam kalimat.
Frasa verbal ialah satuan bahasa yang terbentuk dari dua kata atau
lebih dengan verbal sebagai intinya, tetapi bentuk ini tidak
merupakan klausa. Dengan demikian, frasa verbal mempunyai inti
dan kata atau kata-kata yang lan yang mendampinginya. Posisi kata
pendamping ini tegar (fixed) sehingga tidak dapat dipindahkan secara
bebas ke posisi lain. Perlu ditegaskan bahwa unsur pengisi subjek,
objek, dan pelengkap tidak termasuk dalam frasa verbal.
(1) Kesehatannya sudah membaik.
(2) Pesawat itu akan mendarat.
(3) Kami boleh menyanyi atau menari.
Konstruksi sudah membaik, akan mendarat, dan menyanyi atau
menari adalah frasa verbal.
b. Frasa nominal
Sebuah nomina seperti buku dapat diperluas ke kiri atau ke kanan.
Perluasan ke kiri dilakukan dengan meletakkan, misalnya, kata
penggolongan teapat di depannya, dan kemudian didahului lagi oleh
numeralia. Berikut adalah beberapa contohnya.
Numeralia
dua
tiap
Lima
sebeberapa
Penggolong
buah
buah
ekor
orang
butir
Nomina
buku
mangga
kera
teman
telur
10
Tiga
helai
kertas
Pada frasa-frasa seperti di atas, yang menjadi inti adalah nomina
buku, mangga, kera, teman, telur, dan kertas. Letak pewatasnya
tetap; artinya, urutannya tidak dapat diubah: numeralia dahulu,
kemudian penggolong. Pewatas yang terletak sebelum ini dinamakan
pewatas depan. Jadi, dua buah, tiap buah, lima ekor, seorang,
beberapa butir, dan tiga helai adalah pewatas depan.
Jika tidak ada pewatas lain sesudah ini, pewatas depan kadangkadang ditempatkan pula sesudah sesudah inti.
Contoh:
buku tiga buah
kera tiga ekor
telur beberapa butir
inti dapat pula diperluas ke kanan. Perluasaan ke kanan itu
mempunyai bermacam-macam bentuk dengan mengikuti kaidah
berikut.
1) Suatu inti dapat diikuti oleh satu nomina lain atau lebih. Rangkaian
itu keudia ditutup dengan salah satu pronomina persona dan oleh itu
atau ini. Namun, seriap nomina hanya menerangkan nomina
sebelumnya.
Pengertian frasa itu dapat dirunut melalui pertanyaan dan jawaban
yang berikut.
Itu apa?
buku
Buku apa?
buku sejarah
Sejarah apa?
sejarah kebudayaan
Kebudayaan mana?
kebudayaan Indonesia
2) Suatu inti dapat diikuti oleh adjektiva, pronomina atau frasa
pemilikan, dan kemudian ditutup dengan pronomina penunnjuk ini
atau itu.
Contoh:
11
a. baju
b. baju merah
c. baju merah saya
baju merah adik saya
d. baju merah saya ini
baju merah saya itu
baju merah adik saya ini
baju merah adik saya itu
3) jika suatu nomina diikuti oleh adjektiva dan tidak ada pewatas lain
yang mengikutinya, kata yang dapat disisipkan.
Contoh:
anak malas
orang yang malas
anak nakal
anak yang nakal
air panas
air yang panas
4) suatu inti dapat diikuti verba tertntu yang pada hakikatnya dapat
dipisahkan oleh yang, untuk, dan unsur lain.
Contoh:
ban berjalan = ban yang berjalan
kewajiban bekerja = kewajiban untuk bekerja
hak bersuara = hak untuk bersuara
jam bicara = waktu untuk berbicara dan berkonsultasi
jam kerja = jam untuk bekerja
ruang tunggu = ruang untuk menunggu
Tidak sebarang verba dapat dipakai dalam konstrujsi semacam itu.
5) Suatu inti dapat pula diluaskan dengan aposisi, yakni frasa nominal
yang mempunyai acuan yang sama dengan nomina yang
diterangkannya. Misalnya, frasa Diponegoro, pehlawan kita di abad
ke-19, adalah Diponegoro. Struktur frasa aposisi itu sama dengan
frasa nomial mana pun yang telah dijelaskan di atas.
Contoh:
Indonesia, negara kami yang sangat kami cintai
Suharto, presiden kami yang kedua
Jakarta, kota metropolitan yang berkiauan
Dewi, wanita pertama yang pernah kucintai
Pancasila, pandangan hidup bangsa Indonesia
6) Suatu ini dapat diperluas dengan pewatas belakang, yakni klausa
yang dimulai denga yang.
Contoh:
penduduk yang bermukim di daerah pedalaman
candi yang menjulang tinggi ke angkasa
penipu yang kami kejar ke di Jakarta itu
pemimpin yang mementingkan dirinya sendiri
c. Frasa Pronomina
12
Pronomina dapat juga menjadi frasa dengan mengikuti kaidah
berikut.
1) Penambahan numeralia kolektif
Contoh:
mereka berdua
kami sekalian
kamu semua
2) Penambahan kata penunjuk
Contoh:
saya ini
kami itu
mereka itu
3) Penambahan kata sendiri
Contoh:
saya sendiri
dia sendiri
mereka sendiri
4) Penambahan klausa dengan yang
Tampaknya hanya persona mereka yang dapat dipakai di sini.
Contoh:
mereka yang tidak hadir (akan ditegur)
mereka yang menolak reformasi (akan digilas)
5) Penambahan frasa nominal yang berfungsi apositif
Contoh:
kami, bangsa Indonesia
kamu, para pemuda
saya, pencinta damai ini
d. Frasa Numeralia
Umumnya, frasa numeralia dibentuk dengan menambahkan kata
penggolong.
Contoh:
dua ekor (kerbau)
lima orang (penjahat)
tiga buah (rumah)
2) Berdasarkan Tipe Frasa
a. Frasa Endosentrik
Frasa endosentrik adalah frasa yang mempunyai distribusi yang
sama dengan unsurnya, baik semua unsurnya maupun salah satu
dari unsurnya. Dengan kata lain, frasa yang salah satu unsurnya
dapat menggantikan kedudukan keseluruhannya. Frasa endosentrik
dapat digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu frasa endosentrik
koordinatif, frasa endosentrik atributif, dan frasa endosentrik
apositif. Berikut penjelasannya.
13
1. Frasa endosentrik koordinaatif, yaitu terdiri atas unsur-unsur
yang setara, ini dibuktikan oleh kemungkinan unsur-unsur itu
dihubungan dengan kata penghubung dan atau atau. Frasa
endosentrik koordinatif tidak menggunakan konjungsi secara
eksplisit. Contoh hilir mudik, tua muda, dan pulang pergi.
2. Frasa endosentrik atributif, yaitu frasa yang terdiri atas unsurunsur yang tidak setara karena salah satu unsurnya adalah
unsur pusat. Contoh cat baru, mobil merah, dan celana
panjang.
3. Frasa endosentrik
apositif,
yaitu
frasa
yang
kedua
komponennya saling merujuk sesamanya, urutan komponennya
dapat dipertukarkan.
Contoh:
i.
Pak Ahmad, guru saya, rajin sekali.
ii.
Sukarno, presiden pertama RI, telah tiada.
b. Frasa Eksosentrik
Frasa eksosentrik adalah frasa yang tidak mempunyai distribusi yang sama
dengan semua unsurnya. Frasa eksosentrik tidak mempunyai usnur yang
sama karena hubungan keduanya sangat erat, sehingga kedua unsurnya
tidak bisa dipisahkan sebagai pengisi fungsi sintaksis.
Contoh:
Kapal meluncur dengan mulus di laut.
Rama, pengacara terkenal dari Jakarta.
Ibu beranjak ke dapur.
2.4 Klausa
2.4.1 Pengertian Klausa
Klausa adalah satuan sintaksis berupa runtunan kata-kata berkonstruksi predikatif.
Artinya, di dalam konstruksi itu ada komponen, berupa kata atau frasa yang
14
berfungsi sebagai predikat; dan yang lain berfungsi sebagai subjek, objek, dan
keterangan. Selain fungsi predikat yang harus ada dalam konstruksi klausa ini,
fungsi subjek boleh dikatakan bersifat wajib, sedangkan yang lainnya bersifat tak
wajib (Chaer, 2012: 231).
Klausa adalah satuan gramatikal berupa kelompok kata yang sekurangkurangnya terdiri atas subjek dan predikat, dan mempunyai potensi untuk menjadi
kalimat (Kridalaksana, 2011: 124).
2.4.2
Jenis Klausa
1) Berdasarkan Strukturnya
a. Klausa bebas, yaitu klausa yang mempunyai unsur-unsur lengkap
sekurang-kurangnya mempunyai subjek dan predikat. Misalnya klausa
nenekku masih cantik.
b. Klausa terikat, yaitu klausa yang tidak memiliki struktur yang tidak
lengkap. Unsur yang ada dalam klausa ini mungkin hanya subjek saja,
mungkin objeknya saja, atau juga hanya berupa keterangan saja.
2) Berdasarkan Kategori
a. Klausa verbal, adalah klausa yang predikatnya berkategori verba.
Misalnya, klausa nenek mandi, sapi itu berlari, dan matahari terbit.
b. Klausa nominal adalah klausa yang predikatnya berupa nomina atau
frasa nominal. Misalnya dia dulu dosen linguistik dan pacarnya
satpam bank swasta.
c. Klausa ajektifal, yaitu klausa yang predikatnya berkategori ajektiva,
baik berupa kata maupun frasa. Misalnya klausa Ibu dosen itu cantik
sekali dan bumi ini sangat luas.
d. Klausa adverbial, yaitu klausa yang predikatnya berupa adverbia.
Misalnya klausa bandelnya teramat sangat. Dalam bahasa Indonesia
klausa adverbial ini tampak sangat terbatas, sejalan dengan jumlah kata
atau frasa adverbia yang memang tidak banyak.
2.5 Kalimat
2.5.1 Pengertian Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang merupakan kesatuan pikiran. Kalimat
dapat dibedakan menjadi bahasa lisan dan bahasa tulis. Dalam bahasa lisan,
kalimat adalah satuan bahasa yang terbentuk atas gabungan kata dengan kata,
15
gabungan kata dengan frasa, atau gabungan frasa dengan frasa, yang minimal
berupa sebuah klausa bebas yang minimal mengandung satu subjek dan prediket,
satuan bahasa itu didahului oleh suatu kesenyapan awal, diselingi atau tidak
diselingi oleh kesenyapan antara dan diakhiri dengan kesenyapan akhir yang
berupa intonasi final, yaitu intonasi berita, tanya, intonasi perintah, dan intonasi
kagum. Dalam bahasa tulis, kalimat adalah satuan bahasa yang diawali oleh huruf
kapital, diselingi atau tidak diselingi tanda koma (,), titik dua (:), atau titik koma
(;), dan diakhiri dengan lambang intonasi final yaitu tanda titik (.), tanda tanya (?),
atau tanda seru (!). Adapun ciri- ciri kalimat yaitu:
a. Dalam bahasa lisan diawali dengan kesenyapan dan diakhiri dengan
kesenyapan. Dalam bahasa tulis diawali dengan huruf kapital dan diakhiri
dengan tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru.
b. Sekurang-kurangnya terdiri dari atas subjek dan prediket.
c. Predikat transitif disertai objek, prediket intransitif dapat disertai
pelengkap.
d. Mengandung pikiran yang utuh.
e. Mengandung urutan logis, setiap kata atau kelompok kata yang
mendukung fungsi (subjek, prediket, objek, dan keterangan) disusun
dalam satuan menurut fungsinya.
f. Mengandung satuan makna, ide, atau pesan yang jelas.
g. Dalam paragraf yang terdiri dari dua kalimat atau lebih, kalimat-kalimat
disusun dalam satuan makna pikiran yang saling berhubungan.
2.5.2 Struktur Kalimat Dasar
Kalimat dasar adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa, unsur-unsurnya
lengkap, susunan unsur-unsurnya menurut urutan yang paling umum, dan tidak
mengandung pertanyaan atau pengingkaran. Dalam pemerian kalimat, perlu
dibedakan kategori sintaksis, fungsi sintaksis, dan peran semantis unsur-unsur
kalimat.
1) Bentuk, Kategori, Fungsi, dan Peran
Untuk kata terdapat antara lain, kategori sebagai berikut.
a. Verba (V)
Adjektiva (Adj)
b. Preposisi (Prep)
Konjungtor (Konj)
16
Adverbia (Adv)
Interjeksi (Interj)
Nomina (N)
Partikel (Part)
2) Pola Kalimat Dasar
Kalimat dasar ialah kalimat yang berisi informasi pokok dalam struktrur
inti, belum mengalami perubahan. Perubahan itu dapat berupa penambahan
unsur seperti penambahan keterangan kalimat ataupun keterangan subjek,
predikat, objek, ataupun pelengkap. Kalimat dasar dapat dibedakan ke
dalam delapan tipe sebagai berikut.
a. Kalimat Dasar Berpola S P
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek dan predikat. Predikat
kalimat untuk tipe ini dapat berupa kata kerja, kata benda, kata sifat,
atau kata bilangan.
b. Kalimat Dasar Berpola S P O
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan objek. subjek
berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba transitif, dan
objek berupa nomina atau frasa nominal.
c. Kalimat Dasar Berpola S P Pel.
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan pelengkap.
Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba
intransitif atau kata sifat, dan pelengkap berupa nomina atau adjektiva.
Misalnya:
Anaknya / beternak / ayam.
S
P
Pel.
d. Kalimat Dasar Berpola S P O Pel.
Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba
intransitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, dan pelengkap
berupa nomina atau frasa nominal. Misalnya:
Dia / mengirimi / saya / surat.
S
P
O
Pel.
e. Kalimat Dasar Berpola S P K
17
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan harus
memiliki unsur keterangan karena diperlukan oleh predikat. Subjek
berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, dan
keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya:
Mereka / berasal / dari Surabaya.
S
P
K
f. Kalimat Dasar Berpola S P O K
Subjek berupa nomina atau frasa nomina, predikat berupa verba
intransitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, dan keterangan
berupa frasa berpreposisi.
Selain dengan kategori kata itu, terdapat kategori frasa yang
dibedakan berdasarkan unsur utamanya.
a. Frasa Nominal (FN)
b. Frasa Preposional (Fprep)
Frasa Verbal (FV)
Frasa Adjektival (Fadj)
Frasa Adverbial (Fadv)
3) Fungsi Sintaksis Unsur-Unsur Kalimat
Bagian- bagian kalimat adalah fungsi sintaksis yang dalam buku-buku tata
bahasa Indonesia lama lazim disebut jabatan kata dan kini disebut peran
kata, yaitu subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan
keterangan (Ket). Kalimat bahasa Indonesia baku terdiri dari sekurangkurangnya atas dua unsur, yakni S dan P. Unsur yang lain (O, Pel, dan Ket)
dalam suatu kalimat dapat wajib hadir, tidak wajib hadir, atau wajib tidak
hadir. Adapun bagian- bagian kalimat secara rinci yaitu:
a. Subjek
Fungsi subjek merupakan pokok dalam sebuah kalimat. Pokok kalimat itu
dibicarakan atau dijelaskan oleh fungsi kalimat lain, yaitu predikat. Ciri-ciri
subjek adalah sebagai berikut:
a. Jawaban apa atau siapa,
b. Dapat didahului oleh kata bahwa,
c. Berupa kata atau frasa benda (nomina)
18
d. Dapat diserta kata ini atau itu,
e. Dapat disertai pewatas yang,
f. Tidak didahului preposisi di, dalam, pada, kepada, bagi, untuk, dan
lain-lain,
g. Tidak dapat diingkarkan dengan kata tidak, tetapi dapat diingkarkan
dengan kata bukan.
Hubungan subjek dan prediket dapat dilihat pada contoh-contoh di bawah ini.
Adik bermain.
S
P
Ibu memasak.
S
P
b. Predikat
Predikat merupakan unsur yang membicarakan atau menjelaskan pokok
kalimat atau subjek. Hubungan predikat dan pokok kalimat dapat dilihat
pada contoh-contoh di bawah ini.
Adik bermain.
S
P
Adik adalah pokok kalimat
bermain adalah yang menjelaskan pokok kalimat.
Ibu memasak.
S
P
Ibu adalah pokok kalimat
memasak adalah yang menjelaskan pokok kalimat.
Prediket mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Bagian kalimat yang menjelaskan pokok kalimat,
19
b. Dalam kalimat susun biasa, prediket berada langsung di belakang
subjek,
c. Prediket umumnya diisi oleh verba atau frasa verba,
d. Dalam kalimat susun biasa (S-P) prediket berintonasi lebih rendah,
e. Prediket merupakan unsur kalimat yang mendapatkan partikel –lah,
f. Prediket dapat merupakan jawaban dari pertanyaan apa yang
dilakukan (pokok kalimat) atau bagaimana (pokok kalimat).
c. Objek
Fungsi objek adalah unsur kalimat yang kehadirannya dituntut oleh verba
transitif pengisi predikat dalam kalimat aktif. Objek dapat dikenali dengan
melihat verba transitif pengisi predikat yang mendahuluinya seperti yang
terlihat pada contoh di bawah ini.
Dosen menerangkan materi.
S
P
O
menerangkan adalah verba transitif.
Ibu menyuapi adik.
S
P
O
Menyuapi adalah verba transitif.
Objek mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Berupa nomina atau frasa nominal
b. Berada langsung di belakang predikat (yang diisi oleh verba
transitif)
c. Dapat diganti enklitik –nya, ku atau –mu
d. Objek dapat menggantikan kedudukan subjek ketika kalimat aktif
transitif dipasifkan
d. Pelengkap
Pelengkap adalah unsur kalimat yang berfungsi melengkapi informasi,
mengkhususkan objek, dan melengkapi struktur kalimat. Pelengkap (pel.)
bentuknya mirip dengan objek karena sama-sama diisi oleh nomina atau
frasa nominal dan keduanya berpotensi untuk berada langsung di belakang
20
predikat. Kemiripan antara objek dan pelengkap dapat dilihat pada contoh
berikut.
Bu Minah berdagang sayur di pasar pagi.
S
P
pel.
ket.
Bu Minah menjual sayur di pasar pagi.
S
P
O
ket.
Pelengkap mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Kehadirannya dituntut oleh predikat aktif yang diisi oleh verba yang
dilekati oleh prefiks ber dan predikat pasif yang diisi oleh verba yang
dilekati oleh prefiks di- atau ter
b. Pelengkap merupakan fungsi kalimat yang kehadirannya dituntut oleh
verba dwitransitif pengisi predikat
c. Pelengkap merupakan unsur kalimat yang kehadirannya mengikuti
predikat yang diisi oleh verba adalah, ialah, merupakan, dan menjadi
d. Dalam kalimat, jika tidak ada objek, pelengkap terletak langsung di
belakang predikat, tetapi kalau predikat diikuti oleh objek, pelengkap berada
di belakang objek
e. Pelengkap tidak dapat diganti dengan pronomina –nya
f. Satuan bahasa pengisi pelengkap dalam kalimat aktif tidak mampu
menduduki fungsi subjek apabila kalimat aktif itu dijadikan kalimat pasif
e. Keterangan
Keterangan adalah unsur kalimat yang memberikan keterangan kepada
seluruh kalimat. Sebagian besar unsur keterangan merupakan unsur
tambahan dalam kalimat. Keterangan sebagai unsur tambahan dalam
kalimat dapat dilihat pada contoh berikut.
Ibu membeli kue di pasar.
S
P
O Ket. Tempat
Ayah menonton TV tadi pagi.
S
P
O Ket. Waktu
Keterangan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
21
a. Umumnya merupakan keterangan tambahan atau unsur yang tidak wajib
dalam kalimat
b. Keterangan dapat berpindah tempat tanpa merusak struktur dan makna
kalimat
c. Keterangan diisi oleh adverbia, adjektiva, frasa adverbial, frasa adjektival,
dan klausa terikat
Berdasarkan maknanya keterangan dapat dibedakan atas:
i.
Keterangan tempat, yaitu keterangan yang mengandung makna tempat.
ii.
Keterangan tempat diawali oleh preposisi di, ke, dari (di) dalam
Keterangan waktu, yaitu keterangan yang mengandung makna waktu.
Keterangan waktu diawali oleh preposisi pada, dalam, se-, sepanjang,
selama, sebelum, sesudah. Selain itu ada keterangan waktu yang tidak
iii.
diawali oleh preposisi, misalnya sekarang, besok, kemarin, nanti.
Keterangan alat, yaitu keterangan yang mengandung makna alat.
iv.
Keterangan alat diawali oleh preposisi dengan dan tanpa.
Keterangan cara, yaitu keterangan yang berdasarkan
relasi
antarunsurnya, bermakna cara dalam melakukan kegiatan tertentu.
Keterangan cara ditandai oleh preposisi dengan, secara, dengan cara,
v.
dengan jalan, tanpa.
Keterangan tujuan, yaitu keterangan yang dalam hubungan antar
unsurnya mengandung makna tujuan. Keterangan tujuan ditandai oleh
vi.
preposisi agar, supaya, untuk, bagi, demi.
Keterangan penyerta, yaitu keterangan yang berdasarkan relasi
vii.
antarunsurnya yang membentuk makna penyerta.
Keterangan perbandingan, yaitu keterangan yang relasi antar unsurnya
membentuk makna perbandingan. Keterangan perbandingan ditandai oleh
viii.
preposisi seperti, bagaikan, laksana.
Keterangan sebab, yaitu keterangan yang relasi antarunsurnya
membentuk makna sebab. Keterangan sebab dtandai oleh konjungtor
ix.
sebab dan karena.
Keterangan akibat, yaitu keterangan yang relasi antarunsurnya
membentuk makna akibat. Keterangan akibat ditandai oleh konjungtor
sehingga dan akibatnya.
22
x.
Keterangan syarat, yaitu keterangan yang relasi antarunsurnya
membentuk makna syarat. Keterangan syarat ditandai oleh konjungtor
xi.
jika dan apabila.
Keterangan pengandaian, yaitu keterangan yang relasi antarunsurnya
membentuk makna pengandaian. Keterangan pengandaian ditandai oleh
xii.
konjungtor andaikata, seandainya dan andaikan.
Keterangan atributif, yaitu keterangan yang relasi antarunsurnya
membentuk makna penjelasan dari suatu nomina.
4) Struktur Analisis Kalimat Berdasarkan Peran
Analisis kalimat berdasarkan peran mengacu pada makna pengisi unsurunsur fungsional kalimat.
Makna unsur pengisi subjek (s)
a. Menyatakan ‘pelaku’ Seorang gadis membeli empat batang lilin
b. Menyatakan ’alat’ Bus-bus itu mengangkut penumpang
c. Menyatakan’penderita’ Bola itu ditendang oleh adik
Makna unsur pengisi predikat (p)
a. Menyatakan ‘perbuatan’ Ria sedang belajar
b. Menyatakan ‘keberadaan’ Para tamu ada di ruang depan
c. Menyatakan ‘pengenal’ Orang itu pegawai bank
Makna unsur pengisi objek (o)
Kemungkinan makna unsure pengisi O (objek penderita), yaitu:
a. Menyatakan ‘penderita’Tuti mencuci pakaian
b. Menyatakan ‘tempat’ Para wisatawan mengunjungi candi borobudor
c. Menyatakan ‘hasil’Bapak sedang menulis sebuah puisi
Makna unsur pengisi pelengkap (pel)
a. Menyatakan ‘penderita’Mahasiswa itu belajar bahasa Indonesia
b. Menyatakan ‘alat’Tentara kita bersenjata bambu runcing
Makna unsur pengisi keterangan (ket)
a. Menyatakan’tempat’ Ria sedang belajar di kamar
b. Menyatakan ‘waktu’ Rapornya sudah diambil kemarin
23
2.5.3 Jenis Kalimat
Jenis kalimat dapat ditinjau dari sudut sudut (a) jumlah klausanya, (b)
bentuk sintaksisnya, (c) kelengkapan unsurnya, dan (d) susunan subjek dan
predikatnya. Berdasarkan jumlah klausanya, kalimat dapat dibagi atas kalimat
tunggal dan kalimat majemuk. Kalimat tunggal dapat dibeda-bedakan lagi
berdasarkan kategori predikatnya menjadi (1) kalimat berpredikat verbal, (2)
kalimat berpredikat adjektival, (3) kalimat berpredikat nominal (termasuk
pronominal), (4) kalimat berpredikat numeral, dan (5) kalimat berpredikat frasa
preposisional. Kalimat verbal dapat dikelompokkan, berdasarkan kemungkinan
kehadiran nomina atau frasa nominal objeknya, atas (i) kalimat taktransitif, (ii)
kalimat ekatransitif, dan (iii) kalimat dwitransitif. Kalimat majemuk juga dapat
dubagi lagi atas (1) kalimat majemuk setara dan (b) kalimat majemuk bertingkat.
Berdasarkan bentuk kategori sintaksisnya, kalimat lazim dibagi atas (1)
kalimat deklaratif atau kalimat berita, (2) kalimat imperative atau kalimat
perintah, (3) kalimat interogatif atau kalimat tanya, atau kalimat eksklamatif atau
kalimat seruan. Penggolongan kalimat berdasarkan bentuk sintaksisnya itu tidak
terkait dengan fungsi pragmatis atau nilai komunikatifnya yakni fungsi pemakaian
bahasa yang bertujuan untuk komunikasi. Kalimat interogatif, misalnya, memang
lazim digunakan untuk meminta informasi atau untuk bertanya, tetapi dalam
konteks wacana tertentu dapat bermakna permintaan.
Dilihat dari segi kelengkapan unsurnya, kalimat dapat dibedakan atas (1)
kalimat lengkap atau kalimat major dan (2) kalimat tak lengkap atau kalimat
minor. Dari segi susunan subjek dan predikat, kalimat dapat dibedakan atas (1)
kalimat biasa dan (2) kalimat inversi.
a. Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa. Misalnya :
(a) Dia akan pergi
(b) Kamu mahasiswa Unnes
1) Kalimat berpredikat verbal
24
Kamilat yang berpredikat verba dibagi menjadi tiga macam : (1) kalimat
taktransitif, (2) kalimat ekatransitif, dan (3) kalimat dwitransitif.
Kalimat tak transitif, yaitu kalimat yang tak berobjek dan tak berpelengkap,
hanya memiliki dua unsure fungsi wajib, yakni subjek dan predikat. Contoh:
(c) Bu Camat sedang berbelanja
(d) Pak Halim belum datang
Kalimat ekatransitif, yaitu kalimat yang berobjek dan tidak berpelengkap
mempunyai tiga unsur wajib, yakni subjek, predikat, dan objek. Dalam kalimat
aktif urutan kata dalam kalimat ekatransitif adalah subjek, predikat, dan objek,
tentu saja ada unsur tak wajib Contoh:
(e) Pemerintah akan memasok semua kebutuhan lebaran
(f) Dia memberangkatkan kereta api itu terlalu cepat
Kalimat dwitransitif, dalam bentuk aktif, verba transitif secara semantis
mengungkapkan hubungan tiga maujud. Dalam kalimat dwitransitif maujud itu
masing-masing adalah subjek, objek dan pelengkap, contoh:
(g) Ida sedang mencarikan adiknya pekerjaaan
Pada kalimat (g) ada dua nomina yang terletak di belakang verba predikat,
kedua nomina itu masing-masing berfungsi sebagai objek dan pelengkap. Objek
dalam kalimat aktif berdiri langsung di belakang verba, tanpa preposisi dan dapat
dijadikan subjek dalam kalimat pasif.
Kalimat Pasif, yaitu pemasifan dalam bahasa Indonesia dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu (1) menggunakan verba prefiks di-, dan (2) menggunakan
verba tanpa prefiks di-. Cara yang digunakan dalam penmebtukan kalimat pasif:
1) Cara Pertama
a.
Pertukarkanlah S dengan O
b. Gantilah prefiks meng- dengan di- pada P.
c.
Tambahkanlah kata oleh di muka unsure yang tadinya S
Pak Toha mengangkat asisten baru
Seorang asisten baru diangkat Pak Toha
2) Cara Kedua
25
a.
Pindahkan O ke awal kalimat
b. Tinggalkan prefiks meng- pada P.
c.
Pindahkan S ke tempat yang tepat sebelum verba
Saya sudah mencuci mobil itu
Mobil itu sudah saya cuci
2) Kalimat Berpredikat Adjektival
Predikat kalimat dalam bahasa Indonesia dapat pula berupa adjektiva atau
frasa adjektival seperti terlihat pada contoh berikut :
(h) Ayahnya sakit
(i) Pernyataan orang itu benar
3) Kalimat Berpredikat Nominal
Dalam bahasa Indonesia ada macam kalimat yang predikatnya terdiri atas
nomina (termasuk pronomina) atau frasa nominal. Dengan demikian, kedua
nomina atau frasa nominal yang dijejerkan dapat membentuk kalimat asalkan
syarat untuk subjek dan predikatnya terpenuhi. Syarat untuk kedua unsur itu
penting karena jika tidak dipenuhi, maka jejeran nomina tadi tidak akan
membentuk kalimat. Contoh :
(j) Buku itu cetakan Bandung
4) Kalimat Berpredikat Numeral
Ada pula kalimat yang prredikatnya berupa frasa numeral, contoh:
(k) Anaknya banyak
(l) Uangnya hanya sedikit
5) Kalimat berpredikat Frasa Preposisional
26
Predikat kalimat dalam bahasa Indonesia dapat pula berupa frasa
preposisional, contoh :
(m) Ibu sedang ke pasar
(n) Mereka ke rumah kemarin
b. Kalimat Dilihat dari Bentuk Sintaksis
Jika dilihat dari bentuk sintaksisnya, kalimat dapat dibagi atas (1) kalimat
deklaratif, (2) kalimat interogatif, (3) kalimat imperatif, dan (4) kalimat
eksklamatif.
1) Kalimat Deklaratif
Kalimat deklaratif juga dikenal sebagai kalimat berita, dalam pemakaian
bahasa bentuk kalimat deklaratif umumnya digunakan oleh pembicara atau
penulis untuk membuat pernyataan sehingga isinya merupakan berita bagi
pendengar atau pembacanya. Kalimat berita dapat berupa bentuk kalimat apa saja
asalkan isinya merupakan pemberitaan. Contoh :
(o) Tadi pagi ada tabrakan mobil di dekat Monas
(p) Saya lihat ada bus masuk Ciliwug tadi pagi
2) Kalimat Imperatif
Perintah atau suruhan dan permintaan jika ditinjau dari isinya, dapat
diperinci menjadi enam golongan: Perintah atau suruhan jika pembicara
menyuruh lawan bicaranya, Perintah halus, Permohonan, Ajakan, Larangan atau
perintah negatif, dan Pembiaran.
Kalimat imperatif taktransitif, yaitu kalimat yang dibentuk dari kalimat
deklaratif (taktransitif) yang dapat berpredikat dasar, frasa adjektival, dan frasa
verbal yang berprefiks ber- atau meng- ataupun frasa preposisional. Contoh:
(q) Engkau masuk!
(r) Tenang!
Kalimat imperatif transitif, yaitu kalimat yang berpredikat verba transitif
mirip dengan konstruksi kalimat deklaratif pasif. Petunjuk bahwa verba kalimat
27
dapat dianggap berbentuk pasif adalah kenyataan bahwa lawan bicara yang dalam
kalimat deklaratif berfungsi sebagai subjek pelaku menjadi pelengkap pelaku,
sedangkan objek sasaran dalam kalimat deklaratif menjadi subjek sasarandalam
kalimat imperative, contoh:
(s) Carilah pekerjaan apa saja!
(t) Belikanlah adikmu sepatu baru!
Kalimat imperatif halus, yaitu sejumlah kata yang digunakan untuk
menghaluskan isi kalimat imperative, seperti kata tolong, coba, silakan, sudilah,
dan kiranya. Contoh :
(u) Tolong kirimkan kontrak ini.
(v) Silakan ke situ dulu.
Kalimat imperatif permintaan, kalimat yang dapat digunakan untuk
mengungkapkan permintaan, kalimat seperti itu ditandai dengan kata mohon atau
minta. Subjek pelaku kalimat imperatif permintaan adalah pembicara yang sering
tidak dimunculkan, contoh:
(w) Minta perhatian, Saudara-saudara!
(x) Mohon diterima dengan baik.
Kalimat imperatif ajakan dan harapan, yaitu kalimat imperatif, ajakan dan
harapan tergolong kalimat yang biasanya didahului kata ayo(lah), mari(lah),
harap, dan hendaknya. Contoh:
(y) Ayolah masuk!
(z) Mari kita makan.
Kalimat imperatif larangan, yaitu kalimat imperatif dapat bersifat larangan
dengan adanya jangan(lah), contoh:
(aa) Jangan berangkat hari ini.
(bb) Janganlah kau hiraukan tuduhannya.
Kalimat imperatif pembiaran, yaitu kalimat yang termasuk golongan
kalimat imperative ialah pembiaran yang dinyatakan dengan kata biar(lah) atau
biarkan(lah). Sebetulnya dapat diartikan bahwa kalimat itu menyuruh
membiarkan supaya sesuatu terjadi atau berlangsung. Dalam perkembangannya
kemudian pembiaran berarti meminta izin agar sesuatu jangan dihalangi, contoh:
(cc) Biarlah saya pergi dulu.
28
3) Kalimat Interogatif
Kalimat interogatif juga dikenal dengan nama kalimat Tanya, secara formal
ditandai oleh kehadiran kata Tanya seperti apa, siapa, berapa, kapan, dan
bagaimana. Contoh :
(dd)
Apa dia istri Pak Ahmad?
4) Kalimat Eksklamatif
Kalimat eksklamatif juga dikenal sebagai kalimat seru, secara formal ditandai
dengan alangkah, betapa, atau bukan main. Kalimat eksklamatif juga disebut
sebagai kalimat interjeksi biasa dinyatakan untuk menyebut kekaguman atau
heran.
c. Kalimat Tak Lengkap
Kalimat tak lengkap atau kalimat minor adalah kalimat yang tidak ada subjek atau
unsure predikatnya. Hal tersebut biasa terjadi di dalam wacana karena unsur yang
tidak muncul itu sudah diketaui pada kalimat sebelumnya.
(ee)
Amir : Kamu tinggal di mana, Min?
Amin : Di kampung Melayu.
Bentuk Di kampung Melayu sebenarnya merupakan bagian dari bentuk kalimat
lengkap Saya tinggal di kampung Melayu.
d. Kalimat Inversi
Urutan fungsi dalam bahasa Indonesia boleh dikatakan mengikuti pola: (a) subjek,
(b) predikat, (c) objek (jika ada), dan (d) pelengkap (jika ada). Kalimat inversi
yakni kalimat yang urutannya terbalik, umumnya mensyaratkan subjek yang tak
terdefinit. Akan tetapi ada satu pola kalimat dalam bahasa Indonesia yang
predikatnya selalu mendahului subjek.
(ff) Ada Tamu, pak.
2.6 Teks Prosedural
29
Pengertian prosedur berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
tahap kegiatan untuk menyelesaikan suatu aktivitas; metode langkah demi
langkah secara pasti dl memecahkan suatu masalah. Sedangkan teks berarti
wacana tulis.
Sedangkan menuru Muhammad Ali (2000 : 325) “Prosedur adalah
tata cara kerja atau cara menjalankan suatu pekerjaan”.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa Teks
prosedur adalah suatu bentuk teks yang berisi langkah-langkah atau tahapan
tahapan yang harus dipenuhi dalam melakukan suatu kegiatan agar kegiatan
tersebut berjalan dengan lancar dan tanpa hambatan secara teratur yang
bisa membuat kegiatan yang dilakukan menjadi terhambat bahkan sampai
gagal. Terdapat banyak kegiatan disekitar kita yang harus dilakukan menurut
prosedur. Jika kita tidak mengikuti prosedur itu,tujuan yang diharapkan tidak
tercapai dan kita dapat dikatakan sebagai orang yang tidak mengetahui
aturan. Tetapi langkah-langkah tersebut tidak dapat di balik-balik. Teks
prosedur juga dibagi menjadi teks prosedur sederhana dan teks prosedur
kompleks. Teks prosedur sederhana yaitu teks yang berisi langkah-langkah
yang singkat dan biasanya kurang dimengerti oleh pembaca. Sedangkan teks
prosedur kompleks adalah teks yang berisi langkah-langkah yang lengkap
dan terarah sehingga dapat dengan mudah untuk dimengerti oleh si
pembaca.
2.6.1
Struktur Teks Prosedur
Suatu teks prosedur ditata dengan struktur yaitu:
a. Tujuan
Berisi tujuan dari penulisan suatu teks prosedur yang dibuat dan berupa
hasi akhir yang akan dicapai dari pembuatan teks prosedur tersebut,
sehingga pembaca semakin tertarik dan semakin mengerti dengan
membaca teks prosedur tersebut.
b. Langkah-langkah
Langkah-langkah adalah cara-cara atau jalan yang harus ditempuh atau
ilakukan untuk mencapai suatu tujuan dilakukannya kegiatan berdasarkan
teks tersebut.
30
c. Konjungsi
Konjungsi atau kata penghubung adalah kata atau ungkapan yang
menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat : kata dengan kata, frasa
dengan frasa, klausa dengan klausa, serta kalimat dengan kalimat.
2.6.2
Bagian-bagian Teks Prosedur
Bagian-bagian teks prosedur adalah sebagai berikut:
a. Isi teks mengandung kalimat perintah atau imperatif.
b. Berisi langkah-langkah, pembuatan, proses atau cara untuk membuat dan
menggunakan sesuatu.
c. Memiliki tujuan dari prosedur yang dilakukan yakni agar pembaca mudah
memahami dan mudah menerapkan.
d. Memaparkan alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan langkahlangkah yang terdapat dalam teks prosedur tersebut.
e. Berisi langkah-langkah yang berurutan (sistematis).
31
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Teks Prosedural
Tahapan Menjadi Anggota Kopma Unila
Koperasi Mahasiswa (Kopma) Unila adalah organisasi yang bergerak di bidang
koperasi dan kewirausahaan. Organisasi dapat berjalan dengan baik jika memiliki
anggota yang berkualitas. Kopma Unila melakukan seleksi terhadap calon anggota
dengan syarat mengikuti tahapan berikut.
1. Tahap awal, calon anggota harus melakukan registrasi. Registrasi tersebut
berupa pengisian data diri dan biaya pendaftaran sejumlah Rp15.000,00.
2. Calon anggota akan mengikuti tes wawancara di hari berikutnya.
3. Bagi calon anggota yang lulus seleksi akan mengikuti tahap selanjutnya, yaitu
praktik lapangan. Praktik lapangan tersebut meliputi kegiatan menjual produk
yang telah ditentukan bahan dasarnya.
4. Calon anggota mempresentasikan hasil praktik lapangan dan laporan
keuangan.
5. Tahap akhir, yaitu tahap penyelesaian seleksi menjadi calon anggota Kopma
Unila. Calon anggota harus mengikuti pendidikan dan pelatihan dasar Kopma
Unila.
3.2 Analisis Struktur Sintaksis
32
Berikut ini akan disajikan hasil pembahasan tentang analisis teks prosedural
sesuai struktur sintaksis, antara lain fungsi, kategori, dan peran sintaksis.
Bentuk
Calon anggota
akan mengikut
Kategori
Fungsi
Peran
FN
S
pelaku
FV
P
perbuatan
Bentuk
Kategori
Fungsi
Peran
Bentuk
Kategori
Fungsi
Peran
Calon
anggota
N
S
pelaku
tes
di hari berikutnya.
wawancara
FN
O
penderita
FP
Ket.
waktu
mempresentasikan
hasil lapangan dan laporan keuangan.
V
P
perbuatan
FN
O
penderita
Calon anggota
FN
S
pelaku
harus mengikut
FV
P
perbuatan
pendidikan dan pelathan dasar Kopma Unila.
FN
O
penderita
3.3 Analisis Satuan Sintaksis pada Teks Prosedural
Berikut ini akan disajikan hasil pembahasan tentang analisis teks prosedural
sesuai dengan satuan sintaksis, antara lain kata, frasa, klausa, dan kalimat.
3.3.1 Analisis Kategori Kata
Berikut adalah kategori kata yang ada dalan teks observasi yang telah disusun.
Nomina
kopma
unila
organisasi
koperasi
kewirausahaa
Verba
adalah (vk)
bergerak
berjalan
memiliki
berkualitas
Adjektiv
a
baik
Adverbi
Pronomin
a
harus
telah
a
untuk
dan
pada
Numeralia
Rp15.000,00
n
33
anggota
calon
pengisian
registrasi
data
diri
biaya
pendaftaran
tes
wawancara
menjadi
melakukan
memilih
mengikuti
berikut
berupa
lulus
menjual
ditentukan
mempresentasika
n
seleksi
tahap
praktik
lapangan
kegiatan
produk
bahan
hasil
laporan
keuangan
pendidikan
pelatihan
bidang
tahapan
pengisian
awal
dasar
akhir
sejumlah
3.2.2
Analisis Frasa
3.2.2.1 Berdasarkan Tipe Frasa
No.
1.
2.
3.
4.
Frasa Endosentris
data diri
biaya pendaftaran
calon anggota
tes wawancara
5.
lulus seleksi
6.
laporan kegiatan
Frasa Eksosentris
di bidang koperasi
3.2.2.2 Berdasarkan Kategori Frasa
34
No.
Frasa Nomina
Frasa verba
Frasa
Preposisional
3.2.3
1.
koperasi mahasiswa
untuk memilih
2.
calon anggota
dapat berjalan
3.
tahap awal
syarat mengikuti
4.
biaya pendaftaran
harus melakukan
5.
praktik lapangan
akan mengikuti
6.
tahap akhir
harus mengikuti
di bidang
Analisis Klausa
3.2.3.1 Berdasarkan Kategori dan Tipe Kata yang Menduduki Fungsi P
A. Klausa Nominal
(1) bagi calon anggota yang lulus seleksi
S
P
Ket: ‘seleksi’ sebagai nominal menduduki posisi predikat
B. Klausa Verbal
organisasi dapat berjalan dengan baik
S
P
Ket: ‘dapar berjalan’ ‘berjalan’ sebagai verba menduduki predikat
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sintaksis cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang pengaturan dan hubungan
antara kata dengan kata, atau dengan satuan-satuan yang lebih besar itu dan
bahasa atau hubungan antarkata dalam tuturan (speech). Unsur bahasa yang
termasuk di dalam lingkup sintaksis adalah frasa, klausa dan kalimat, dan wacana.
Untuk keperluan berbahasa sehari-hari yang baik dan benar, baik dalam
bahasa lisan maupun tulis, dituntut kemampuan untuk membuat konstruksi
kalimat yang baik dan benar pula. Perbedaan ragam lisan dan tulis berhubungan
dengan peristiwanya dan berkaitan dengan beberapa upaya yang kita gunakan
dalam ujaran. Bahasa yang baik adalah bahasa yang harus mengenai sasarannya
tidak selalu perlu beragam baku, sedangkan bahasa yang benar adalah pemakaian
bahasa yang mengikuti kaidah yang dibakukan atau dianggap baku. Maka
pengetahuan tentang definisi dan jenis-jenis dari satuan sintaksis menjadi sangat
penting karena sebuah kalimat yang diujarkan merupakan satuan sintaksis yang
terdiri dari satu atau lebih klausa.
Penggunaan bahasa yang baik dan benar pada bahasa tulis misalnya pada
teks prosedur. Teks prosedur adalah teks yang di dalamnya berisikan tujuan dan
langkah melakukan atau membuat sesuatu. Dengan demikian penulis akan
menganalisis teks prosedur dengan menguraikan teks menjadi kalimat, klausa,
frasa, dan kata.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan sintaksis?
2. Bagaimanakah satuan-satuan dalam sintaksis?
3. Apakah yang dimaksud dengan teks prosedur?
4. Bagaimana analisis teks prosedur?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui hakikat sintaksis.
1
2. Mengetahui satuan-satuan dalam sintaksis.
3. Mengetahui hakikat teks prosedur.
4. Mengetahui hasil analisis teks prosedur.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Sintaksis
Sintaksis membicarakan kata dengan hubungannya dengan kata lain, atau unsurunsur lain dalam suatu ujaran. Hal itu sesuai dengan asal-usul kata sintaksis itu
sendiri, yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti dengan dan kata
tattein yang berarti menempatkan. Jadi, secara etimologi istilah itu berarti
menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat
(Chaer, 2012: 206).
2
Sejalan dengan itu, Verhaar (2010: 159) mengungkapkan bahwa sintaksis
adalah tatabahasa yang membahas hubungan antarkata dalam tuturan. Sintaksis
berurusan dengan tatabahasa di antara kata-kata di dalam tuturan.
Sintaksis adalah pengaturan dan hubungan antara kata dengan kata, atau
dengan satuan-satuan yang lebih besar, atau antara satuan-satuan yang lebih besar
itu dalam bahasa. Satuan terkecil dalam bidang ini ialah kata (Kridalaksana, 2011:
223).
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulakan bahwa sintaksis
adalah cabang linguistik yang mempelajari susunan kalimat yang gramatikal.
2.2 Kategori Kata
2.2.1 Verba
Verba adalah kelas kata yang biasanya berfungsi sebagai predikat; dalam
beberapa bahasa lain verba mempunyai ciri morfologis seperti ciri kala,
aspek, persona, atau jumlah. Sebagian besar verba mewakili unsur semantis
perbuatan, keadaan, atau proses (Kridalaksana, 2011: 254).
Ciri-ciri verba dapat diketahui dengan mengamati (1) perilaku semantis,
(2) perilaku sintaksis, dan (3) bentuk morfologisnya. Namun, secara umum
verba dapat diidentifikasi dan dibedakan dari kelas kata yang lain, terutama
dari adjektiva, karena ciri-ciri berikut.
a. Verba memiliki fungsi utama sebagai predikat atau sebagai inti
dalam kalimat walaupun dapat juga mepunyai fungsi lain.
Contoh:
(1) Pencuri itu lari.
(2) Mereka sedang belajar di kamar.
(3) Bom itu seharusnya tidak meledak.
(4) Orang asing itu tidak akan suka masakan Indonesia.
Bagian yang dicetak miring pada kalimat-kalimat tersebut adalah
predikat, yaitu bagian yang menjadi pengikat bagian lain dari kalimat itu.
Dalam sedang belajar, tidak meledak, dan tidak akan suka verba belajar,
meledak, dan suka berfungsi sebagai inti predikat.
3
b. Verba mengandung makna inheren perbuatan (aksi), proses, atau
keadaan yang bukan sifat atau kualitas.
c. Verba, khususnya yang bermakna keadaan, tidak dapat diberi prefiks
ter- yang berarti ‘paling’. Verba seperti mati atau suka, misalnya,
tidak dapat diubah menjadi *termati atau *tersuka.
d. Pada umumnya verba tidak dapat bergabung dengan kata-kaa yang
menyatakan makna kesangatan. Tidak ada bentuk seperti agak
belajar, sangat pergi, dan belajar sekali meskipun ada bentuk seperti
sangat berbahaya, agak mengecewakan, dan mengharapkan sekali.
2.2.2
Adjektiva
Adjektiva adalah kata yang memberikan keterangan kata yang lebih khusus
tentang sesuatu yang dinyatakan oleh nomina dalam kalimat. Adjektiva yang
memberikan keterangan terhadap nomina itu berfungsi atributif. Keterangan itu
dapat mengungkapkan suatu kualitas atau keanggotaan dalam suatu golongan.
Contoh kata pemeri kualitas atau keanggotaan dalam suatu golongan itu ialah
kecil, berat, merah, bundar, gaib, dan ganda. Perhatikanlah contoh berikut.
(1) anak kecil
beban berat
baju merah
meja bundar
alam gaib
pemain ganda
Selanjutnya adjektiva dapat berfungsi sebagai predikat dan adverbial
kalimat. Fungsi predikatif dan adverbial itu dapat mengacu kesuatu
keadaan. Contoh kata pemeri keadaan ialah mabuk, sakit, dan basah.
(2) Agaknya dia sudah mabuk.
Orang itu sakit dan tidak tertolong lagi.
Bajunya basah kena hujan.
Adjektiva juga dicirikan oleh kemungkinannya menyatakan tingkat
kualitas dan tingkat bandingan acuan nomina yang diterangkannya.
Perbedaan tingkat kualitas ditegaskan dengan pemakaian kata seperti
sangat dan agak di samping adjektiva.
Contoh:
4
(3) Anak itu sangat kuat.
Agak jauh juga rumahnya.
2.2.3
Adverbia
Dilihat dari tatarannya, perlu dibedakan adverbia dengan tataran frasa ari adverbia
dalam tataran klausa. Dalam tataran frasa, adverbia adalah kata yang menjelaskan
verba, adjektiva, atau advebia lain. Pada contoh berikut terlihat bahwa adverbia
sangat menjelaskan verba mencintai, adverbia selalu menjelaskan adjektiva sedih,
dan adverbia hampir menjelaskan adverbia selalu.
(1) Ia sangat mencintai istrinya.
Ia selalu sedih mendengar lagu itu.
Kami hampir selalu dimarahinya setiap pagi.
Dalam tataran klausa, adverbia mewatasai atau menjelaskan fungsi-fungsi
sintaksis. Umumnya kata atau bagian kalimat yang dijelaskan adverbia itu
berfungsi sebagai predikat. Fungsi sebagai predikat ini bukan satu-satunya ciri
adverbia karena adverbia juga dapat menerasngkan kata atau bagian kalimat yang
tidak berfungsi sebagai predikat. Itulah sebabnya ada sejumlah adverbia yang
selain dapat menerangkan verba, adjektiva, dan adverbia lain, juga dapat
menerangkan nomina dan frasa preposisional. Pronomina dan numeralia dari segi
kategori sangat erat kaitannya dengan nomina, maka adverbia pun dapat pula
mewatasi atau menjelaskan pronomina dan numeralia, seperti terlihat pada contoh
berikut.
(2) Guru sajat tidak dapat menjawab pertanyaan itu.
Ia merokok hampir lima bungkus sehari.
Saya mau bertemu dengan beliau saja.
Pada contoh di atas adverbia saja menjelaskan guru yang berfungsi sebagai
subjek; adverbia hampir menjelaskan lima bungkus yang berfungsi sebagai objek;
adverbia saja menjelaskan dengan beliau yang berfungsi sebagai pelengkap.
Kalau dilihat dari segi kategorinya, guru merupakan nomina, lima bungkus frasa
numeralia, sedangkan dengan beliau merupakan frasa preposisional. Dengan
demikian, yang dapat dijadikan patokan sebagai ciri adverbia tidak hanya fungsi
kata atau bagian kalimat yang diterangkannya, tetapi juga kategorinya.
5
2.2.4
Nomina
Nomina, yang sering juga disebut kata benda, dapat dilihat dari tiga segi, yakni
segi semantiss, segi sintaksis, dan segi bentuk. Dari segi semantis, kita dapat
mengatakan bahwa nomina adalah kata yang mengacu pada manusia, binatang,
benda, dan konsep atau pengertian. Dengan demikian, kata seperti guru, kucing,
meja, dan kebangsaan adalah nomina. Dari segi sintaksisnya, nomina mempunyai
ciri tertentu.
a. Dalam kalimat yang predikatnya verba, nomina cenderung
menduduki fungsi subjek, objek, atau pelengkap. Kata pemerintah
dan perkembangan dalam kalimat Pemerintah akan menetapkan
perkembangan adalah nomina. Kata pekerjaan dalam kalimat Ayah
mencarikan saya pekerjaan adalah nomina.
b. Nomina tidak dapat diingkarkan dengan kata
tidak.
Kata
pengingkarannya ialah bukan. Untuk mengingkarkan kakimat Ayah
saya guru harus dipakai kata bukan; Ayah saya bukan guru.
c. Nomina umumnya dapat diikuti oleh adjektiva, baik secara langsung
maupun diantarai oleh kata yang. Dengan demikian, buku dan rumah
adalah nomina karena dapat bergabung menjadi buku baru dan
rumah mewah atau buku yang baru dan rumah yang mewah.
2.2.5
Pronomina
Jika ditinjau dari segi artinya, pronomina adalah kata yang dipakai untuk mengacu
kepada nomina lain. Nomina perawat dapat diacu dnegan nomina dia atau ia.
Bentuk –nya pada Meja itu kakinya tiga, mengacu ke kata meja. Jika dilihat dari
segi fungsinya dapat dikatakan bahwa pronomina menduduki posisi yang
umumnya diduduki oleh nomina, seperti subjek, objek, dan-dalam macam kalimat
tertentu-juga predikat. Ciri lain yang dimiliki pronomina ialah bahwa acuannya
dapat
berpindah-pindah
karena
bergantung
pada
siapa
yang
menjadi
pembicara/penulis, siapa yang menjadi pendengar/pembaca, atau siapa/apa yang
dibicarakan.
Ada tiga macam pronomina dalam bahasa Indonesia, yakni (1) pronomina
persona, (2) pronomina penunjuk, dan (3) pronomina penanya.
6
Pronomina persona adalah pronomina yang dipakai untuk mengacu pada
orang. Pronomina persona dapat mengacu pada diri sendiri (pronomina persona
pertama), mengacu pada orang yang diajak bicara (pronomina persona kedua),
atau mengacu pada orang yang dibicarakan (pronomina persona ketiga).
Pronomina penunjuk adalah dalam bahasa Indonesia, yaitu (1) pronomina
penunjuk umum, (2) pronomina penunjuk tempat, dan (3) pronomina penunjuk
ihwal.
Pronomina penanya adalah pronomina yang dipakai sebagai pemarkah
pertanyaan. Dari segi maknanya, yang ditanyakan itu dapat mengenai (a)
orang, (b) barang, atau (c) pilihan.
2.2.6
Numeralia
Numeralia atau kata bilangan adalah kata yang dipakai untuk menghitung
banyaknya maujud (orang, binatang, atau barang) dan konsep. Frasa seperti lima
hari, setengah abad, orang ketiga, dan beberapa masalah mengandung
numeralia, yakni masing-masing lima, setengah, ketiga, dan beberapa.
Pada dasarnya, dalam bahasa Indonesia ada dua macam numeralia: (1)
numeralia pokok, yang memberi jawab atas pertanyaan “Berapa?” dan (2)
numeralia tingkat yang memberi jawab atas pertanyaan “Yang keberapa?”.
a. Numeralia Pokok
Numeralia pokok adalah bilangan dasar yang menjadi sumber dari
bilangan-bilangan yang lain. Numeralia pokok terbagi menjadi
numeralia: (1) pokok tentu, (2) kolektif, (3) distributif, (4) pokok tak
tentu. Di samping itu, ada (5) numeralia klitika dan (6) numeralia
ukuran.
b. Numeralia Tingkat
Numeralia pokok dapat diubah menjadi numeralia tingkat. Cara
mengubahnya adalah dengan menambahkan ke- di muka bilangan
yang bersangkutan. Khusus untuk bilangan satu dipakai pula istilah
pertama.
Contoh:
kesatu atau pertama
kedua
7
kelima
kesepuluh
c. Numeralia Pecahan
Tiap bilangan pokok dapat dipecah menjadi bagian yang lebih kecil
yang dinamakan numeralia pecahan. Cara membentuk numeralia itu
ialah dengan memakai kata per- di antara bilangan pembagi dan
penyebut. Dalam bentuk huruf, per- ditempelkan pada bilangan yang
mengikutinya. Dalam bentuk angka, dipakai garis yang memisahkan
kedua bilangan itu. Lihatlah contoh berikut.
½
- seperdua, setengah, separuh
1
/10
- sepersepuluh
3
/5
- tiga perlima
2.2.7
Kata Tugas
Berbeda dengan kata dalam keempat kelas yang telah dibicarakan itu, kata tugas
hanya mempunyai arti gramatikal dan tidak memiliki arti leksikal. Arti suatu kata
tugas ditentukan bukan oleh kata itu secara lepas, melainkan oleh kaitannya
dengan kata lain dalam frasa atau kalimat.
Ciri lain dari kata tugas adalah bahwa hampir semuanya tidak dapat menjadi
dasar untuk membentuk kata lain. Berlainan dengan kelas kata verba, ajektiva,
adverbia, dan nomina yang merupakan kelas kata terbuka, kelas kata tugas
merupakan kelas yang tertutup. Dalam kelas kata terbuka kita dengan mudah
menambah kata dan menerima unsur bahasa lain sebagai kata baru atau padanan
kata yang telah ada.
Klasifikasi Kata Tugas
Berdasarkan peranannya dalam frasa atau kalimat, kata tugas dibagi menjadi
lima kelompok: (1) preposisi, (2) konjungtor, (3) interjeksi, (4) artikula, dan (5)
partikel penegas.
1) Preposisi
Jika ditinjau dari perilaku semantisnya, preposisi, yang juga disebut
kata depan, menandai berbagai hubungan makna antara konstituen di
8
depan preposisi tersebut dengan konstituen di belakangnya. Dalam
frasa pergi ke pasar, misalnya preposisi ke menyatakan hubungan
makna arah antara pergi dan pasar.
2) Konjungtor
Konjungtor, yang juga dinamakan kata sambung adalah kata tugas
yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat: kata dengan
kata, frasa dengan frasa, atau klausa dengan klausa.
Contoh:
a. Toni dan Ali sedang belajar matematika di kamar.
b. Hidup atau mati kita bergantung pada upaya kita sendiri.
3) Interjeksi
Interjeksi atau kata seru adalah kata tugas yang mengungkapkan rasa
hati pembicara. Untuk memperkuat rasa hati seperti rasa kagum,
sedih, heran, dan jijik, orang memakai kata tertentu di samping
kalimat yang mengandung makna pokok yang dimaksud.
4) Artikula
Artikula adalah kata tugas yang membatasi makna nomina. Dalam
bahasa Indonesia ada kelompok artikula: (1) yang bersifat gelar, (2)
yang mengacu ke makna kelompok, (3) dan yang menominalkan.
5) Partikel Penegas
Kategori partikel penegas meliputi kata yang tidak tertakluk pada
perubahan bentuk dan hanya berfungsi menampilkan unsur yang
diiringinya. Ada empat macam partikel penegas: -kah, -lah, -tah, dan
pun.
2.3 Frasa
Frasa lazim didefinisikan sebagai satuan gramatikal sebagai satuan yang berupa
gabungan kata yang bersifat nonpredikatif, atau lazim juga disebut gabungan kata
yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat (Chaer, 2012: 222).
Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang sifatnya tidak predikatif.
Gabungan itu dapat rapat, dapat renggang, misalnya gunung tinggi adalah frasa
karena merupakan konstruksi nonpredikatif (Kridalaksana, 2011: 66).
2.3.1
Jenis-jenis Frasa
1) Berdasarkan Kategori
a. Frasa Verbal
9
Verba dapat diperluas dengan menambahkan unsur-unsur tertentu,
tetapi hasil perluasan ini masih tetap ada pada tataran sintaksis yang
sama. Verba datang, misalnya, dapat diperluas menjadi sudah datang
atau tidak datang dan kedua bentuk perluasan ini masih berada pada
tataran yang sama, yakni tataran frasa. Baik verba maupun verba
yang telah diperluas, yang dinamakan frasa verbal, dapat menduduki
fingsi yang berbeda-beda dalam kalimat.
Frasa verbal ialah satuan bahasa yang terbentuk dari dua kata atau
lebih dengan verbal sebagai intinya, tetapi bentuk ini tidak
merupakan klausa. Dengan demikian, frasa verbal mempunyai inti
dan kata atau kata-kata yang lan yang mendampinginya. Posisi kata
pendamping ini tegar (fixed) sehingga tidak dapat dipindahkan secara
bebas ke posisi lain. Perlu ditegaskan bahwa unsur pengisi subjek,
objek, dan pelengkap tidak termasuk dalam frasa verbal.
(1) Kesehatannya sudah membaik.
(2) Pesawat itu akan mendarat.
(3) Kami boleh menyanyi atau menari.
Konstruksi sudah membaik, akan mendarat, dan menyanyi atau
menari adalah frasa verbal.
b. Frasa nominal
Sebuah nomina seperti buku dapat diperluas ke kiri atau ke kanan.
Perluasan ke kiri dilakukan dengan meletakkan, misalnya, kata
penggolongan teapat di depannya, dan kemudian didahului lagi oleh
numeralia. Berikut adalah beberapa contohnya.
Numeralia
dua
tiap
Lima
sebeberapa
Penggolong
buah
buah
ekor
orang
butir
Nomina
buku
mangga
kera
teman
telur
10
Tiga
helai
kertas
Pada frasa-frasa seperti di atas, yang menjadi inti adalah nomina
buku, mangga, kera, teman, telur, dan kertas. Letak pewatasnya
tetap; artinya, urutannya tidak dapat diubah: numeralia dahulu,
kemudian penggolong. Pewatas yang terletak sebelum ini dinamakan
pewatas depan. Jadi, dua buah, tiap buah, lima ekor, seorang,
beberapa butir, dan tiga helai adalah pewatas depan.
Jika tidak ada pewatas lain sesudah ini, pewatas depan kadangkadang ditempatkan pula sesudah sesudah inti.
Contoh:
buku tiga buah
kera tiga ekor
telur beberapa butir
inti dapat pula diperluas ke kanan. Perluasaan ke kanan itu
mempunyai bermacam-macam bentuk dengan mengikuti kaidah
berikut.
1) Suatu inti dapat diikuti oleh satu nomina lain atau lebih. Rangkaian
itu keudia ditutup dengan salah satu pronomina persona dan oleh itu
atau ini. Namun, seriap nomina hanya menerangkan nomina
sebelumnya.
Pengertian frasa itu dapat dirunut melalui pertanyaan dan jawaban
yang berikut.
Itu apa?
buku
Buku apa?
buku sejarah
Sejarah apa?
sejarah kebudayaan
Kebudayaan mana?
kebudayaan Indonesia
2) Suatu inti dapat diikuti oleh adjektiva, pronomina atau frasa
pemilikan, dan kemudian ditutup dengan pronomina penunnjuk ini
atau itu.
Contoh:
11
a. baju
b. baju merah
c. baju merah saya
baju merah adik saya
d. baju merah saya ini
baju merah saya itu
baju merah adik saya ini
baju merah adik saya itu
3) jika suatu nomina diikuti oleh adjektiva dan tidak ada pewatas lain
yang mengikutinya, kata yang dapat disisipkan.
Contoh:
anak malas
orang yang malas
anak nakal
anak yang nakal
air panas
air yang panas
4) suatu inti dapat diikuti verba tertntu yang pada hakikatnya dapat
dipisahkan oleh yang, untuk, dan unsur lain.
Contoh:
ban berjalan = ban yang berjalan
kewajiban bekerja = kewajiban untuk bekerja
hak bersuara = hak untuk bersuara
jam bicara = waktu untuk berbicara dan berkonsultasi
jam kerja = jam untuk bekerja
ruang tunggu = ruang untuk menunggu
Tidak sebarang verba dapat dipakai dalam konstrujsi semacam itu.
5) Suatu inti dapat pula diluaskan dengan aposisi, yakni frasa nominal
yang mempunyai acuan yang sama dengan nomina yang
diterangkannya. Misalnya, frasa Diponegoro, pehlawan kita di abad
ke-19, adalah Diponegoro. Struktur frasa aposisi itu sama dengan
frasa nomial mana pun yang telah dijelaskan di atas.
Contoh:
Indonesia, negara kami yang sangat kami cintai
Suharto, presiden kami yang kedua
Jakarta, kota metropolitan yang berkiauan
Dewi, wanita pertama yang pernah kucintai
Pancasila, pandangan hidup bangsa Indonesia
6) Suatu ini dapat diperluas dengan pewatas belakang, yakni klausa
yang dimulai denga yang.
Contoh:
penduduk yang bermukim di daerah pedalaman
candi yang menjulang tinggi ke angkasa
penipu yang kami kejar ke di Jakarta itu
pemimpin yang mementingkan dirinya sendiri
c. Frasa Pronomina
12
Pronomina dapat juga menjadi frasa dengan mengikuti kaidah
berikut.
1) Penambahan numeralia kolektif
Contoh:
mereka berdua
kami sekalian
kamu semua
2) Penambahan kata penunjuk
Contoh:
saya ini
kami itu
mereka itu
3) Penambahan kata sendiri
Contoh:
saya sendiri
dia sendiri
mereka sendiri
4) Penambahan klausa dengan yang
Tampaknya hanya persona mereka yang dapat dipakai di sini.
Contoh:
mereka yang tidak hadir (akan ditegur)
mereka yang menolak reformasi (akan digilas)
5) Penambahan frasa nominal yang berfungsi apositif
Contoh:
kami, bangsa Indonesia
kamu, para pemuda
saya, pencinta damai ini
d. Frasa Numeralia
Umumnya, frasa numeralia dibentuk dengan menambahkan kata
penggolong.
Contoh:
dua ekor (kerbau)
lima orang (penjahat)
tiga buah (rumah)
2) Berdasarkan Tipe Frasa
a. Frasa Endosentrik
Frasa endosentrik adalah frasa yang mempunyai distribusi yang
sama dengan unsurnya, baik semua unsurnya maupun salah satu
dari unsurnya. Dengan kata lain, frasa yang salah satu unsurnya
dapat menggantikan kedudukan keseluruhannya. Frasa endosentrik
dapat digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu frasa endosentrik
koordinatif, frasa endosentrik atributif, dan frasa endosentrik
apositif. Berikut penjelasannya.
13
1. Frasa endosentrik koordinaatif, yaitu terdiri atas unsur-unsur
yang setara, ini dibuktikan oleh kemungkinan unsur-unsur itu
dihubungan dengan kata penghubung dan atau atau. Frasa
endosentrik koordinatif tidak menggunakan konjungsi secara
eksplisit. Contoh hilir mudik, tua muda, dan pulang pergi.
2. Frasa endosentrik atributif, yaitu frasa yang terdiri atas unsurunsur yang tidak setara karena salah satu unsurnya adalah
unsur pusat. Contoh cat baru, mobil merah, dan celana
panjang.
3. Frasa endosentrik
apositif,
yaitu
frasa
yang
kedua
komponennya saling merujuk sesamanya, urutan komponennya
dapat dipertukarkan.
Contoh:
i.
Pak Ahmad, guru saya, rajin sekali.
ii.
Sukarno, presiden pertama RI, telah tiada.
b. Frasa Eksosentrik
Frasa eksosentrik adalah frasa yang tidak mempunyai distribusi yang sama
dengan semua unsurnya. Frasa eksosentrik tidak mempunyai usnur yang
sama karena hubungan keduanya sangat erat, sehingga kedua unsurnya
tidak bisa dipisahkan sebagai pengisi fungsi sintaksis.
Contoh:
Kapal meluncur dengan mulus di laut.
Rama, pengacara terkenal dari Jakarta.
Ibu beranjak ke dapur.
2.4 Klausa
2.4.1 Pengertian Klausa
Klausa adalah satuan sintaksis berupa runtunan kata-kata berkonstruksi predikatif.
Artinya, di dalam konstruksi itu ada komponen, berupa kata atau frasa yang
14
berfungsi sebagai predikat; dan yang lain berfungsi sebagai subjek, objek, dan
keterangan. Selain fungsi predikat yang harus ada dalam konstruksi klausa ini,
fungsi subjek boleh dikatakan bersifat wajib, sedangkan yang lainnya bersifat tak
wajib (Chaer, 2012: 231).
Klausa adalah satuan gramatikal berupa kelompok kata yang sekurangkurangnya terdiri atas subjek dan predikat, dan mempunyai potensi untuk menjadi
kalimat (Kridalaksana, 2011: 124).
2.4.2
Jenis Klausa
1) Berdasarkan Strukturnya
a. Klausa bebas, yaitu klausa yang mempunyai unsur-unsur lengkap
sekurang-kurangnya mempunyai subjek dan predikat. Misalnya klausa
nenekku masih cantik.
b. Klausa terikat, yaitu klausa yang tidak memiliki struktur yang tidak
lengkap. Unsur yang ada dalam klausa ini mungkin hanya subjek saja,
mungkin objeknya saja, atau juga hanya berupa keterangan saja.
2) Berdasarkan Kategori
a. Klausa verbal, adalah klausa yang predikatnya berkategori verba.
Misalnya, klausa nenek mandi, sapi itu berlari, dan matahari terbit.
b. Klausa nominal adalah klausa yang predikatnya berupa nomina atau
frasa nominal. Misalnya dia dulu dosen linguistik dan pacarnya
satpam bank swasta.
c. Klausa ajektifal, yaitu klausa yang predikatnya berkategori ajektiva,
baik berupa kata maupun frasa. Misalnya klausa Ibu dosen itu cantik
sekali dan bumi ini sangat luas.
d. Klausa adverbial, yaitu klausa yang predikatnya berupa adverbia.
Misalnya klausa bandelnya teramat sangat. Dalam bahasa Indonesia
klausa adverbial ini tampak sangat terbatas, sejalan dengan jumlah kata
atau frasa adverbia yang memang tidak banyak.
2.5 Kalimat
2.5.1 Pengertian Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang merupakan kesatuan pikiran. Kalimat
dapat dibedakan menjadi bahasa lisan dan bahasa tulis. Dalam bahasa lisan,
kalimat adalah satuan bahasa yang terbentuk atas gabungan kata dengan kata,
15
gabungan kata dengan frasa, atau gabungan frasa dengan frasa, yang minimal
berupa sebuah klausa bebas yang minimal mengandung satu subjek dan prediket,
satuan bahasa itu didahului oleh suatu kesenyapan awal, diselingi atau tidak
diselingi oleh kesenyapan antara dan diakhiri dengan kesenyapan akhir yang
berupa intonasi final, yaitu intonasi berita, tanya, intonasi perintah, dan intonasi
kagum. Dalam bahasa tulis, kalimat adalah satuan bahasa yang diawali oleh huruf
kapital, diselingi atau tidak diselingi tanda koma (,), titik dua (:), atau titik koma
(;), dan diakhiri dengan lambang intonasi final yaitu tanda titik (.), tanda tanya (?),
atau tanda seru (!). Adapun ciri- ciri kalimat yaitu:
a. Dalam bahasa lisan diawali dengan kesenyapan dan diakhiri dengan
kesenyapan. Dalam bahasa tulis diawali dengan huruf kapital dan diakhiri
dengan tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru.
b. Sekurang-kurangnya terdiri dari atas subjek dan prediket.
c. Predikat transitif disertai objek, prediket intransitif dapat disertai
pelengkap.
d. Mengandung pikiran yang utuh.
e. Mengandung urutan logis, setiap kata atau kelompok kata yang
mendukung fungsi (subjek, prediket, objek, dan keterangan) disusun
dalam satuan menurut fungsinya.
f. Mengandung satuan makna, ide, atau pesan yang jelas.
g. Dalam paragraf yang terdiri dari dua kalimat atau lebih, kalimat-kalimat
disusun dalam satuan makna pikiran yang saling berhubungan.
2.5.2 Struktur Kalimat Dasar
Kalimat dasar adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa, unsur-unsurnya
lengkap, susunan unsur-unsurnya menurut urutan yang paling umum, dan tidak
mengandung pertanyaan atau pengingkaran. Dalam pemerian kalimat, perlu
dibedakan kategori sintaksis, fungsi sintaksis, dan peran semantis unsur-unsur
kalimat.
1) Bentuk, Kategori, Fungsi, dan Peran
Untuk kata terdapat antara lain, kategori sebagai berikut.
a. Verba (V)
Adjektiva (Adj)
b. Preposisi (Prep)
Konjungtor (Konj)
16
Adverbia (Adv)
Interjeksi (Interj)
Nomina (N)
Partikel (Part)
2) Pola Kalimat Dasar
Kalimat dasar ialah kalimat yang berisi informasi pokok dalam struktrur
inti, belum mengalami perubahan. Perubahan itu dapat berupa penambahan
unsur seperti penambahan keterangan kalimat ataupun keterangan subjek,
predikat, objek, ataupun pelengkap. Kalimat dasar dapat dibedakan ke
dalam delapan tipe sebagai berikut.
a. Kalimat Dasar Berpola S P
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek dan predikat. Predikat
kalimat untuk tipe ini dapat berupa kata kerja, kata benda, kata sifat,
atau kata bilangan.
b. Kalimat Dasar Berpola S P O
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan objek. subjek
berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba transitif, dan
objek berupa nomina atau frasa nominal.
c. Kalimat Dasar Berpola S P Pel.
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan pelengkap.
Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba
intransitif atau kata sifat, dan pelengkap berupa nomina atau adjektiva.
Misalnya:
Anaknya / beternak / ayam.
S
P
Pel.
d. Kalimat Dasar Berpola S P O Pel.
Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba
intransitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, dan pelengkap
berupa nomina atau frasa nominal. Misalnya:
Dia / mengirimi / saya / surat.
S
P
O
Pel.
e. Kalimat Dasar Berpola S P K
17
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan harus
memiliki unsur keterangan karena diperlukan oleh predikat. Subjek
berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, dan
keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya:
Mereka / berasal / dari Surabaya.
S
P
K
f. Kalimat Dasar Berpola S P O K
Subjek berupa nomina atau frasa nomina, predikat berupa verba
intransitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, dan keterangan
berupa frasa berpreposisi.
Selain dengan kategori kata itu, terdapat kategori frasa yang
dibedakan berdasarkan unsur utamanya.
a. Frasa Nominal (FN)
b. Frasa Preposional (Fprep)
Frasa Verbal (FV)
Frasa Adjektival (Fadj)
Frasa Adverbial (Fadv)
3) Fungsi Sintaksis Unsur-Unsur Kalimat
Bagian- bagian kalimat adalah fungsi sintaksis yang dalam buku-buku tata
bahasa Indonesia lama lazim disebut jabatan kata dan kini disebut peran
kata, yaitu subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan
keterangan (Ket). Kalimat bahasa Indonesia baku terdiri dari sekurangkurangnya atas dua unsur, yakni S dan P. Unsur yang lain (O, Pel, dan Ket)
dalam suatu kalimat dapat wajib hadir, tidak wajib hadir, atau wajib tidak
hadir. Adapun bagian- bagian kalimat secara rinci yaitu:
a. Subjek
Fungsi subjek merupakan pokok dalam sebuah kalimat. Pokok kalimat itu
dibicarakan atau dijelaskan oleh fungsi kalimat lain, yaitu predikat. Ciri-ciri
subjek adalah sebagai berikut:
a. Jawaban apa atau siapa,
b. Dapat didahului oleh kata bahwa,
c. Berupa kata atau frasa benda (nomina)
18
d. Dapat diserta kata ini atau itu,
e. Dapat disertai pewatas yang,
f. Tidak didahului preposisi di, dalam, pada, kepada, bagi, untuk, dan
lain-lain,
g. Tidak dapat diingkarkan dengan kata tidak, tetapi dapat diingkarkan
dengan kata bukan.
Hubungan subjek dan prediket dapat dilihat pada contoh-contoh di bawah ini.
Adik bermain.
S
P
Ibu memasak.
S
P
b. Predikat
Predikat merupakan unsur yang membicarakan atau menjelaskan pokok
kalimat atau subjek. Hubungan predikat dan pokok kalimat dapat dilihat
pada contoh-contoh di bawah ini.
Adik bermain.
S
P
Adik adalah pokok kalimat
bermain adalah yang menjelaskan pokok kalimat.
Ibu memasak.
S
P
Ibu adalah pokok kalimat
memasak adalah yang menjelaskan pokok kalimat.
Prediket mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Bagian kalimat yang menjelaskan pokok kalimat,
19
b. Dalam kalimat susun biasa, prediket berada langsung di belakang
subjek,
c. Prediket umumnya diisi oleh verba atau frasa verba,
d. Dalam kalimat susun biasa (S-P) prediket berintonasi lebih rendah,
e. Prediket merupakan unsur kalimat yang mendapatkan partikel –lah,
f. Prediket dapat merupakan jawaban dari pertanyaan apa yang
dilakukan (pokok kalimat) atau bagaimana (pokok kalimat).
c. Objek
Fungsi objek adalah unsur kalimat yang kehadirannya dituntut oleh verba
transitif pengisi predikat dalam kalimat aktif. Objek dapat dikenali dengan
melihat verba transitif pengisi predikat yang mendahuluinya seperti yang
terlihat pada contoh di bawah ini.
Dosen menerangkan materi.
S
P
O
menerangkan adalah verba transitif.
Ibu menyuapi adik.
S
P
O
Menyuapi adalah verba transitif.
Objek mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Berupa nomina atau frasa nominal
b. Berada langsung di belakang predikat (yang diisi oleh verba
transitif)
c. Dapat diganti enklitik –nya, ku atau –mu
d. Objek dapat menggantikan kedudukan subjek ketika kalimat aktif
transitif dipasifkan
d. Pelengkap
Pelengkap adalah unsur kalimat yang berfungsi melengkapi informasi,
mengkhususkan objek, dan melengkapi struktur kalimat. Pelengkap (pel.)
bentuknya mirip dengan objek karena sama-sama diisi oleh nomina atau
frasa nominal dan keduanya berpotensi untuk berada langsung di belakang
20
predikat. Kemiripan antara objek dan pelengkap dapat dilihat pada contoh
berikut.
Bu Minah berdagang sayur di pasar pagi.
S
P
pel.
ket.
Bu Minah menjual sayur di pasar pagi.
S
P
O
ket.
Pelengkap mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Kehadirannya dituntut oleh predikat aktif yang diisi oleh verba yang
dilekati oleh prefiks ber dan predikat pasif yang diisi oleh verba yang
dilekati oleh prefiks di- atau ter
b. Pelengkap merupakan fungsi kalimat yang kehadirannya dituntut oleh
verba dwitransitif pengisi predikat
c. Pelengkap merupakan unsur kalimat yang kehadirannya mengikuti
predikat yang diisi oleh verba adalah, ialah, merupakan, dan menjadi
d. Dalam kalimat, jika tidak ada objek, pelengkap terletak langsung di
belakang predikat, tetapi kalau predikat diikuti oleh objek, pelengkap berada
di belakang objek
e. Pelengkap tidak dapat diganti dengan pronomina –nya
f. Satuan bahasa pengisi pelengkap dalam kalimat aktif tidak mampu
menduduki fungsi subjek apabila kalimat aktif itu dijadikan kalimat pasif
e. Keterangan
Keterangan adalah unsur kalimat yang memberikan keterangan kepada
seluruh kalimat. Sebagian besar unsur keterangan merupakan unsur
tambahan dalam kalimat. Keterangan sebagai unsur tambahan dalam
kalimat dapat dilihat pada contoh berikut.
Ibu membeli kue di pasar.
S
P
O Ket. Tempat
Ayah menonton TV tadi pagi.
S
P
O Ket. Waktu
Keterangan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
21
a. Umumnya merupakan keterangan tambahan atau unsur yang tidak wajib
dalam kalimat
b. Keterangan dapat berpindah tempat tanpa merusak struktur dan makna
kalimat
c. Keterangan diisi oleh adverbia, adjektiva, frasa adverbial, frasa adjektival,
dan klausa terikat
Berdasarkan maknanya keterangan dapat dibedakan atas:
i.
Keterangan tempat, yaitu keterangan yang mengandung makna tempat.
ii.
Keterangan tempat diawali oleh preposisi di, ke, dari (di) dalam
Keterangan waktu, yaitu keterangan yang mengandung makna waktu.
Keterangan waktu diawali oleh preposisi pada, dalam, se-, sepanjang,
selama, sebelum, sesudah. Selain itu ada keterangan waktu yang tidak
iii.
diawali oleh preposisi, misalnya sekarang, besok, kemarin, nanti.
Keterangan alat, yaitu keterangan yang mengandung makna alat.
iv.
Keterangan alat diawali oleh preposisi dengan dan tanpa.
Keterangan cara, yaitu keterangan yang berdasarkan
relasi
antarunsurnya, bermakna cara dalam melakukan kegiatan tertentu.
Keterangan cara ditandai oleh preposisi dengan, secara, dengan cara,
v.
dengan jalan, tanpa.
Keterangan tujuan, yaitu keterangan yang dalam hubungan antar
unsurnya mengandung makna tujuan. Keterangan tujuan ditandai oleh
vi.
preposisi agar, supaya, untuk, bagi, demi.
Keterangan penyerta, yaitu keterangan yang berdasarkan relasi
vii.
antarunsurnya yang membentuk makna penyerta.
Keterangan perbandingan, yaitu keterangan yang relasi antar unsurnya
membentuk makna perbandingan. Keterangan perbandingan ditandai oleh
viii.
preposisi seperti, bagaikan, laksana.
Keterangan sebab, yaitu keterangan yang relasi antarunsurnya
membentuk makna sebab. Keterangan sebab dtandai oleh konjungtor
ix.
sebab dan karena.
Keterangan akibat, yaitu keterangan yang relasi antarunsurnya
membentuk makna akibat. Keterangan akibat ditandai oleh konjungtor
sehingga dan akibatnya.
22
x.
Keterangan syarat, yaitu keterangan yang relasi antarunsurnya
membentuk makna syarat. Keterangan syarat ditandai oleh konjungtor
xi.
jika dan apabila.
Keterangan pengandaian, yaitu keterangan yang relasi antarunsurnya
membentuk makna pengandaian. Keterangan pengandaian ditandai oleh
xii.
konjungtor andaikata, seandainya dan andaikan.
Keterangan atributif, yaitu keterangan yang relasi antarunsurnya
membentuk makna penjelasan dari suatu nomina.
4) Struktur Analisis Kalimat Berdasarkan Peran
Analisis kalimat berdasarkan peran mengacu pada makna pengisi unsurunsur fungsional kalimat.
Makna unsur pengisi subjek (s)
a. Menyatakan ‘pelaku’ Seorang gadis membeli empat batang lilin
b. Menyatakan ’alat’ Bus-bus itu mengangkut penumpang
c. Menyatakan’penderita’ Bola itu ditendang oleh adik
Makna unsur pengisi predikat (p)
a. Menyatakan ‘perbuatan’ Ria sedang belajar
b. Menyatakan ‘keberadaan’ Para tamu ada di ruang depan
c. Menyatakan ‘pengenal’ Orang itu pegawai bank
Makna unsur pengisi objek (o)
Kemungkinan makna unsure pengisi O (objek penderita), yaitu:
a. Menyatakan ‘penderita’Tuti mencuci pakaian
b. Menyatakan ‘tempat’ Para wisatawan mengunjungi candi borobudor
c. Menyatakan ‘hasil’Bapak sedang menulis sebuah puisi
Makna unsur pengisi pelengkap (pel)
a. Menyatakan ‘penderita’Mahasiswa itu belajar bahasa Indonesia
b. Menyatakan ‘alat’Tentara kita bersenjata bambu runcing
Makna unsur pengisi keterangan (ket)
a. Menyatakan’tempat’ Ria sedang belajar di kamar
b. Menyatakan ‘waktu’ Rapornya sudah diambil kemarin
23
2.5.3 Jenis Kalimat
Jenis kalimat dapat ditinjau dari sudut sudut (a) jumlah klausanya, (b)
bentuk sintaksisnya, (c) kelengkapan unsurnya, dan (d) susunan subjek dan
predikatnya. Berdasarkan jumlah klausanya, kalimat dapat dibagi atas kalimat
tunggal dan kalimat majemuk. Kalimat tunggal dapat dibeda-bedakan lagi
berdasarkan kategori predikatnya menjadi (1) kalimat berpredikat verbal, (2)
kalimat berpredikat adjektival, (3) kalimat berpredikat nominal (termasuk
pronominal), (4) kalimat berpredikat numeral, dan (5) kalimat berpredikat frasa
preposisional. Kalimat verbal dapat dikelompokkan, berdasarkan kemungkinan
kehadiran nomina atau frasa nominal objeknya, atas (i) kalimat taktransitif, (ii)
kalimat ekatransitif, dan (iii) kalimat dwitransitif. Kalimat majemuk juga dapat
dubagi lagi atas (1) kalimat majemuk setara dan (b) kalimat majemuk bertingkat.
Berdasarkan bentuk kategori sintaksisnya, kalimat lazim dibagi atas (1)
kalimat deklaratif atau kalimat berita, (2) kalimat imperative atau kalimat
perintah, (3) kalimat interogatif atau kalimat tanya, atau kalimat eksklamatif atau
kalimat seruan. Penggolongan kalimat berdasarkan bentuk sintaksisnya itu tidak
terkait dengan fungsi pragmatis atau nilai komunikatifnya yakni fungsi pemakaian
bahasa yang bertujuan untuk komunikasi. Kalimat interogatif, misalnya, memang
lazim digunakan untuk meminta informasi atau untuk bertanya, tetapi dalam
konteks wacana tertentu dapat bermakna permintaan.
Dilihat dari segi kelengkapan unsurnya, kalimat dapat dibedakan atas (1)
kalimat lengkap atau kalimat major dan (2) kalimat tak lengkap atau kalimat
minor. Dari segi susunan subjek dan predikat, kalimat dapat dibedakan atas (1)
kalimat biasa dan (2) kalimat inversi.
a. Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa. Misalnya :
(a) Dia akan pergi
(b) Kamu mahasiswa Unnes
1) Kalimat berpredikat verbal
24
Kamilat yang berpredikat verba dibagi menjadi tiga macam : (1) kalimat
taktransitif, (2) kalimat ekatransitif, dan (3) kalimat dwitransitif.
Kalimat tak transitif, yaitu kalimat yang tak berobjek dan tak berpelengkap,
hanya memiliki dua unsure fungsi wajib, yakni subjek dan predikat. Contoh:
(c) Bu Camat sedang berbelanja
(d) Pak Halim belum datang
Kalimat ekatransitif, yaitu kalimat yang berobjek dan tidak berpelengkap
mempunyai tiga unsur wajib, yakni subjek, predikat, dan objek. Dalam kalimat
aktif urutan kata dalam kalimat ekatransitif adalah subjek, predikat, dan objek,
tentu saja ada unsur tak wajib Contoh:
(e) Pemerintah akan memasok semua kebutuhan lebaran
(f) Dia memberangkatkan kereta api itu terlalu cepat
Kalimat dwitransitif, dalam bentuk aktif, verba transitif secara semantis
mengungkapkan hubungan tiga maujud. Dalam kalimat dwitransitif maujud itu
masing-masing adalah subjek, objek dan pelengkap, contoh:
(g) Ida sedang mencarikan adiknya pekerjaaan
Pada kalimat (g) ada dua nomina yang terletak di belakang verba predikat,
kedua nomina itu masing-masing berfungsi sebagai objek dan pelengkap. Objek
dalam kalimat aktif berdiri langsung di belakang verba, tanpa preposisi dan dapat
dijadikan subjek dalam kalimat pasif.
Kalimat Pasif, yaitu pemasifan dalam bahasa Indonesia dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu (1) menggunakan verba prefiks di-, dan (2) menggunakan
verba tanpa prefiks di-. Cara yang digunakan dalam penmebtukan kalimat pasif:
1) Cara Pertama
a.
Pertukarkanlah S dengan O
b. Gantilah prefiks meng- dengan di- pada P.
c.
Tambahkanlah kata oleh di muka unsure yang tadinya S
Pak Toha mengangkat asisten baru
Seorang asisten baru diangkat Pak Toha
2) Cara Kedua
25
a.
Pindahkan O ke awal kalimat
b. Tinggalkan prefiks meng- pada P.
c.
Pindahkan S ke tempat yang tepat sebelum verba
Saya sudah mencuci mobil itu
Mobil itu sudah saya cuci
2) Kalimat Berpredikat Adjektival
Predikat kalimat dalam bahasa Indonesia dapat pula berupa adjektiva atau
frasa adjektival seperti terlihat pada contoh berikut :
(h) Ayahnya sakit
(i) Pernyataan orang itu benar
3) Kalimat Berpredikat Nominal
Dalam bahasa Indonesia ada macam kalimat yang predikatnya terdiri atas
nomina (termasuk pronomina) atau frasa nominal. Dengan demikian, kedua
nomina atau frasa nominal yang dijejerkan dapat membentuk kalimat asalkan
syarat untuk subjek dan predikatnya terpenuhi. Syarat untuk kedua unsur itu
penting karena jika tidak dipenuhi, maka jejeran nomina tadi tidak akan
membentuk kalimat. Contoh :
(j) Buku itu cetakan Bandung
4) Kalimat Berpredikat Numeral
Ada pula kalimat yang prredikatnya berupa frasa numeral, contoh:
(k) Anaknya banyak
(l) Uangnya hanya sedikit
5) Kalimat berpredikat Frasa Preposisional
26
Predikat kalimat dalam bahasa Indonesia dapat pula berupa frasa
preposisional, contoh :
(m) Ibu sedang ke pasar
(n) Mereka ke rumah kemarin
b. Kalimat Dilihat dari Bentuk Sintaksis
Jika dilihat dari bentuk sintaksisnya, kalimat dapat dibagi atas (1) kalimat
deklaratif, (2) kalimat interogatif, (3) kalimat imperatif, dan (4) kalimat
eksklamatif.
1) Kalimat Deklaratif
Kalimat deklaratif juga dikenal sebagai kalimat berita, dalam pemakaian
bahasa bentuk kalimat deklaratif umumnya digunakan oleh pembicara atau
penulis untuk membuat pernyataan sehingga isinya merupakan berita bagi
pendengar atau pembacanya. Kalimat berita dapat berupa bentuk kalimat apa saja
asalkan isinya merupakan pemberitaan. Contoh :
(o) Tadi pagi ada tabrakan mobil di dekat Monas
(p) Saya lihat ada bus masuk Ciliwug tadi pagi
2) Kalimat Imperatif
Perintah atau suruhan dan permintaan jika ditinjau dari isinya, dapat
diperinci menjadi enam golongan: Perintah atau suruhan jika pembicara
menyuruh lawan bicaranya, Perintah halus, Permohonan, Ajakan, Larangan atau
perintah negatif, dan Pembiaran.
Kalimat imperatif taktransitif, yaitu kalimat yang dibentuk dari kalimat
deklaratif (taktransitif) yang dapat berpredikat dasar, frasa adjektival, dan frasa
verbal yang berprefiks ber- atau meng- ataupun frasa preposisional. Contoh:
(q) Engkau masuk!
(r) Tenang!
Kalimat imperatif transitif, yaitu kalimat yang berpredikat verba transitif
mirip dengan konstruksi kalimat deklaratif pasif. Petunjuk bahwa verba kalimat
27
dapat dianggap berbentuk pasif adalah kenyataan bahwa lawan bicara yang dalam
kalimat deklaratif berfungsi sebagai subjek pelaku menjadi pelengkap pelaku,
sedangkan objek sasaran dalam kalimat deklaratif menjadi subjek sasarandalam
kalimat imperative, contoh:
(s) Carilah pekerjaan apa saja!
(t) Belikanlah adikmu sepatu baru!
Kalimat imperatif halus, yaitu sejumlah kata yang digunakan untuk
menghaluskan isi kalimat imperative, seperti kata tolong, coba, silakan, sudilah,
dan kiranya. Contoh :
(u) Tolong kirimkan kontrak ini.
(v) Silakan ke situ dulu.
Kalimat imperatif permintaan, kalimat yang dapat digunakan untuk
mengungkapkan permintaan, kalimat seperti itu ditandai dengan kata mohon atau
minta. Subjek pelaku kalimat imperatif permintaan adalah pembicara yang sering
tidak dimunculkan, contoh:
(w) Minta perhatian, Saudara-saudara!
(x) Mohon diterima dengan baik.
Kalimat imperatif ajakan dan harapan, yaitu kalimat imperatif, ajakan dan
harapan tergolong kalimat yang biasanya didahului kata ayo(lah), mari(lah),
harap, dan hendaknya. Contoh:
(y) Ayolah masuk!
(z) Mari kita makan.
Kalimat imperatif larangan, yaitu kalimat imperatif dapat bersifat larangan
dengan adanya jangan(lah), contoh:
(aa) Jangan berangkat hari ini.
(bb) Janganlah kau hiraukan tuduhannya.
Kalimat imperatif pembiaran, yaitu kalimat yang termasuk golongan
kalimat imperative ialah pembiaran yang dinyatakan dengan kata biar(lah) atau
biarkan(lah). Sebetulnya dapat diartikan bahwa kalimat itu menyuruh
membiarkan supaya sesuatu terjadi atau berlangsung. Dalam perkembangannya
kemudian pembiaran berarti meminta izin agar sesuatu jangan dihalangi, contoh:
(cc) Biarlah saya pergi dulu.
28
3) Kalimat Interogatif
Kalimat interogatif juga dikenal dengan nama kalimat Tanya, secara formal
ditandai oleh kehadiran kata Tanya seperti apa, siapa, berapa, kapan, dan
bagaimana. Contoh :
(dd)
Apa dia istri Pak Ahmad?
4) Kalimat Eksklamatif
Kalimat eksklamatif juga dikenal sebagai kalimat seru, secara formal ditandai
dengan alangkah, betapa, atau bukan main. Kalimat eksklamatif juga disebut
sebagai kalimat interjeksi biasa dinyatakan untuk menyebut kekaguman atau
heran.
c. Kalimat Tak Lengkap
Kalimat tak lengkap atau kalimat minor adalah kalimat yang tidak ada subjek atau
unsure predikatnya. Hal tersebut biasa terjadi di dalam wacana karena unsur yang
tidak muncul itu sudah diketaui pada kalimat sebelumnya.
(ee)
Amir : Kamu tinggal di mana, Min?
Amin : Di kampung Melayu.
Bentuk Di kampung Melayu sebenarnya merupakan bagian dari bentuk kalimat
lengkap Saya tinggal di kampung Melayu.
d. Kalimat Inversi
Urutan fungsi dalam bahasa Indonesia boleh dikatakan mengikuti pola: (a) subjek,
(b) predikat, (c) objek (jika ada), dan (d) pelengkap (jika ada). Kalimat inversi
yakni kalimat yang urutannya terbalik, umumnya mensyaratkan subjek yang tak
terdefinit. Akan tetapi ada satu pola kalimat dalam bahasa Indonesia yang
predikatnya selalu mendahului subjek.
(ff) Ada Tamu, pak.
2.6 Teks Prosedural
29
Pengertian prosedur berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
tahap kegiatan untuk menyelesaikan suatu aktivitas; metode langkah demi
langkah secara pasti dl memecahkan suatu masalah. Sedangkan teks berarti
wacana tulis.
Sedangkan menuru Muhammad Ali (2000 : 325) “Prosedur adalah
tata cara kerja atau cara menjalankan suatu pekerjaan”.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa Teks
prosedur adalah suatu bentuk teks yang berisi langkah-langkah atau tahapan
tahapan yang harus dipenuhi dalam melakukan suatu kegiatan agar kegiatan
tersebut berjalan dengan lancar dan tanpa hambatan secara teratur yang
bisa membuat kegiatan yang dilakukan menjadi terhambat bahkan sampai
gagal. Terdapat banyak kegiatan disekitar kita yang harus dilakukan menurut
prosedur. Jika kita tidak mengikuti prosedur itu,tujuan yang diharapkan tidak
tercapai dan kita dapat dikatakan sebagai orang yang tidak mengetahui
aturan. Tetapi langkah-langkah tersebut tidak dapat di balik-balik. Teks
prosedur juga dibagi menjadi teks prosedur sederhana dan teks prosedur
kompleks. Teks prosedur sederhana yaitu teks yang berisi langkah-langkah
yang singkat dan biasanya kurang dimengerti oleh pembaca. Sedangkan teks
prosedur kompleks adalah teks yang berisi langkah-langkah yang lengkap
dan terarah sehingga dapat dengan mudah untuk dimengerti oleh si
pembaca.
2.6.1
Struktur Teks Prosedur
Suatu teks prosedur ditata dengan struktur yaitu:
a. Tujuan
Berisi tujuan dari penulisan suatu teks prosedur yang dibuat dan berupa
hasi akhir yang akan dicapai dari pembuatan teks prosedur tersebut,
sehingga pembaca semakin tertarik dan semakin mengerti dengan
membaca teks prosedur tersebut.
b. Langkah-langkah
Langkah-langkah adalah cara-cara atau jalan yang harus ditempuh atau
ilakukan untuk mencapai suatu tujuan dilakukannya kegiatan berdasarkan
teks tersebut.
30
c. Konjungsi
Konjungsi atau kata penghubung adalah kata atau ungkapan yang
menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat : kata dengan kata, frasa
dengan frasa, klausa dengan klausa, serta kalimat dengan kalimat.
2.6.2
Bagian-bagian Teks Prosedur
Bagian-bagian teks prosedur adalah sebagai berikut:
a. Isi teks mengandung kalimat perintah atau imperatif.
b. Berisi langkah-langkah, pembuatan, proses atau cara untuk membuat dan
menggunakan sesuatu.
c. Memiliki tujuan dari prosedur yang dilakukan yakni agar pembaca mudah
memahami dan mudah menerapkan.
d. Memaparkan alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan langkahlangkah yang terdapat dalam teks prosedur tersebut.
e. Berisi langkah-langkah yang berurutan (sistematis).
31
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Teks Prosedural
Tahapan Menjadi Anggota Kopma Unila
Koperasi Mahasiswa (Kopma) Unila adalah organisasi yang bergerak di bidang
koperasi dan kewirausahaan. Organisasi dapat berjalan dengan baik jika memiliki
anggota yang berkualitas. Kopma Unila melakukan seleksi terhadap calon anggota
dengan syarat mengikuti tahapan berikut.
1. Tahap awal, calon anggota harus melakukan registrasi. Registrasi tersebut
berupa pengisian data diri dan biaya pendaftaran sejumlah Rp15.000,00.
2. Calon anggota akan mengikuti tes wawancara di hari berikutnya.
3. Bagi calon anggota yang lulus seleksi akan mengikuti tahap selanjutnya, yaitu
praktik lapangan. Praktik lapangan tersebut meliputi kegiatan menjual produk
yang telah ditentukan bahan dasarnya.
4. Calon anggota mempresentasikan hasil praktik lapangan dan laporan
keuangan.
5. Tahap akhir, yaitu tahap penyelesaian seleksi menjadi calon anggota Kopma
Unila. Calon anggota harus mengikuti pendidikan dan pelatihan dasar Kopma
Unila.
3.2 Analisis Struktur Sintaksis
32
Berikut ini akan disajikan hasil pembahasan tentang analisis teks prosedural
sesuai struktur sintaksis, antara lain fungsi, kategori, dan peran sintaksis.
Bentuk
Calon anggota
akan mengikut
Kategori
Fungsi
Peran
FN
S
pelaku
FV
P
perbuatan
Bentuk
Kategori
Fungsi
Peran
Bentuk
Kategori
Fungsi
Peran
Calon
anggota
N
S
pelaku
tes
di hari berikutnya.
wawancara
FN
O
penderita
FP
Ket.
waktu
mempresentasikan
hasil lapangan dan laporan keuangan.
V
P
perbuatan
FN
O
penderita
Calon anggota
FN
S
pelaku
harus mengikut
FV
P
perbuatan
pendidikan dan pelathan dasar Kopma Unila.
FN
O
penderita
3.3 Analisis Satuan Sintaksis pada Teks Prosedural
Berikut ini akan disajikan hasil pembahasan tentang analisis teks prosedural
sesuai dengan satuan sintaksis, antara lain kata, frasa, klausa, dan kalimat.
3.3.1 Analisis Kategori Kata
Berikut adalah kategori kata yang ada dalan teks observasi yang telah disusun.
Nomina
kopma
unila
organisasi
koperasi
kewirausahaa
Verba
adalah (vk)
bergerak
berjalan
memiliki
berkualitas
Adjektiv
a
baik
Adverbi
Pronomin
a
harus
telah
a
untuk
dan
pada
Numeralia
Rp15.000,00
n
33
anggota
calon
pengisian
registrasi
data
diri
biaya
pendaftaran
tes
wawancara
menjadi
melakukan
memilih
mengikuti
berikut
berupa
lulus
menjual
ditentukan
mempresentasika
n
seleksi
tahap
praktik
lapangan
kegiatan
produk
bahan
hasil
laporan
keuangan
pendidikan
pelatihan
bidang
tahapan
pengisian
awal
dasar
akhir
sejumlah
3.2.2
Analisis Frasa
3.2.2.1 Berdasarkan Tipe Frasa
No.
1.
2.
3.
4.
Frasa Endosentris
data diri
biaya pendaftaran
calon anggota
tes wawancara
5.
lulus seleksi
6.
laporan kegiatan
Frasa Eksosentris
di bidang koperasi
3.2.2.2 Berdasarkan Kategori Frasa
34
No.
Frasa Nomina
Frasa verba
Frasa
Preposisional
3.2.3
1.
koperasi mahasiswa
untuk memilih
2.
calon anggota
dapat berjalan
3.
tahap awal
syarat mengikuti
4.
biaya pendaftaran
harus melakukan
5.
praktik lapangan
akan mengikuti
6.
tahap akhir
harus mengikuti
di bidang
Analisis Klausa
3.2.3.1 Berdasarkan Kategori dan Tipe Kata yang Menduduki Fungsi P
A. Klausa Nominal
(1) bagi calon anggota yang lulus seleksi
S
P
Ket: ‘seleksi’ sebagai nominal menduduki posisi predikat
B. Klausa Verbal
organisasi dapat berjalan dengan baik
S
P
Ket: ‘dapar berjalan’ ‘berjalan’ sebagai verba menduduki predikat