analisa sumber daya lingkungan kab.INHIL

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Provinsi Riau merupakan provinsi yang kaya akan sumber daya alam berbagai jenis
Potensi dan komoditi terdapat di Provinsi ini yang tersebar ditiap-tiap Kabupaten yang
ada di Provinsi Riau diantaranya Kabupaten Siak yang merupakan salah satu Kabupaten
yang memiliki potensi dan komoditi dibidang perkebunan sawit.
Namun dengan demikian meskipun Perkebunan Sawit memberikan kontribusi yang
begitu besar bagi suatu Provinsi, Kabupaten diperlukannya pengetahuan terhadap kajian
Dampak yang ditibulkannya baik dampak positif maupun dampak negatif yang
ditimbulkannya. Hal ini ditandai dengan semakin bertambahnya minat masyarakat akan
perkebunan sawit disamping keuntungan yang diperolehnya cukup menjanjikan sehingga
wajar sektor perkebunan sawit sangat diminati di provinsi riau.
Namun dengan demikian hendaknya kita selaku masyarakat harus mengetahui bagaimana
dampak yang ditimbulkan oleh dengan adanya perkebunan sawit seperti pertanyaan
berikut:
1. Bagaimana efek dan kontribusi Tanaman sawit sendiri terhadap ekologi lingkungan
sekitarnya apakah menguntungkan atau merugikan ?
2. Bagaimana pengaruh sosial terhadap daerah sekitar perkebunan sawit ?
1.2 Tujuan
Study kasus mengenai Perkebunan Sawit merupakan wadah dan sarana pembelajaran

bagi mahasiswa dalam memahami secara mendalam dengan meneliti dampak-dampak
yang ditimbulkan dengan keberadaan Perkebunan sawit yang sangat erat keterkaitannya
Terhadap Mata Kuliah ‘Analisis Sumber Daya Lingkungan.

1.3 Ruang Lingkup
Ruang lingkup kawasan studi meliputi daerah-daerah yang termasuk kedalam wilayah
administrasi Kabupaten Siak Sri Indrapura dengan batasan wilayah sebagai berikut:
Sebelah Utara

: Kabupaten Bengkalis
1

Sebelah Timur
Sebelah Barat
Sebelah Selatan

: Kabupaten Meranti
: Kabupaten Kampar
: Kabupaten Pangkalan Kerinci


1.4 Metode Penelitian
1.4.1 Tahapan Penelitian
Mengacu pada tujuan studi, maka pendekatan studi yang dilakukan terdiri dari beberapa tahap :
a. Persiapan
Sebelum memulai melakukan penelitian maka harus melakukan persiapan – persiapan
terlebih dahulu. Persiapan yang dilakukan antara lain :
1) Menentukan masalah yang relevant untuk diangkat mejadi Topik penelitian
2) Pengurusan surat izin survei
Surat izin dikeluarkan oleh fakultas ini ditujukan nantinya ke Insatnsi-instansi yang
ada di Kabupaten Siak. Surat izin ini dipakai untuk pengambilan data di Kantor
Pemerintahan seperti Bappeda, BPS, Kantor-kantor camat yang ada di Kabupaten
Siak.
b. Pengumpulan Data
1. Data Primer
 Observasi
 Survei
 Wawancara

2. Data Sekunder
Data-data yang di dapat dari Kantor Pemerintahan seperti BPS, Kantor-kantor camat ,

instansi-instansi yang ada di Kabupaten Siak maupun data-data yang didapat dari
internet yang berkaitan dengan Perkebunan sawit yang ada di Kabupaten Siak.
c. Tahapan Analisa

2

Pada tahapan ini adalah tahapan untuk mengolah data-data yang berhasil dihimpun dan
selanjutnya dianalisa dan out putnya berupa kesimpulan sementara sebagai argumentasi
penelitian.
1.5 Sistematika Penyajian
Agar data tersusun secara sistematis maka laporan ini disusun dengan sistematika penyajian
sebagai berikut:
BAB I

PENDAHULUAN
Dalam BAB ini diuraikan beberapa pengertian atas istilah yang digunakan, latar
belakang, tujuan, ruang lingkup, metode penelitian, dan sistematika penyajian.

BAB II


TINJAUAN PUSTAKA
Dalam BAB ini diuraikan tentang pengertian-pengertian yang berhubungan
dengan masalah penelitian.

BAB III GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
Dalam BAB ini diuraikan tentang keadaan Kabupaten Siak seperti Batas
Administrasi Kabupaten Siak.
BAB IV ANALISA DATA
Dalam BAB ini di jelaskan metode-metode yang dilakukan dalam melakukan
analisa-analisa permasalahan yang terjadi.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam BAB ini berisikan tentang analisis mengenai Hasil penelitian berupa

kesimpulan dan saran
BAB VI PENUTUP
Dalam BAB ini berisikan kesimpulan dan saran berdasarkan pembahasan pada
BAB-BAB sebelumnya.


3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Perkebunan Kelapa Sawit adalah :
”Lahan yang ditanami kelapa sawit dan dengan penggunaan lahan terkait seperti
prasarana, jalan, wilayah tepian tebing dan pencadangan konservasi”.
2. Tata Ruang adalah :
Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.
3. Amdal adalah :
”Kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan / atau kegiatan yang
direncanakan pada lingkungan yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan
tentang penyelenggaraan usaha dan / atau kegiatan”.
4. Klasifikasi Kebun adalah :
”Salah satu kegiatan pembinaan dalam mendorong perusahaan perkebunan untuk
pemanfaatan sumberdaya yang tersedia sehingga dapat dicapai produktivitas yang
optimal dan effisien”
5. Kearifan Lokal adalah :
”Sebuah sistem pengetahuan masyarakat lokal yang didasarkan pada pola-pola kegiatan
atau perbuatan yang dilakukan oleh para warga masyarakat secara berulang-ulang dan

dianggap baik, yang pada dasarnya dapat bersumber pada adat istiadat setempat dan
masih berlaku dalam kehidupan masyarakat tersebut”.
6. Geologi adalah:

4

Suatu ilmu yang mempelajari susunan, bentuk sejarah perkembangan bumi dan mahkluk
yang pernah hidup dalam dan diatas bumi, serta proses – proses yang telah sedang dan
akan bekerja di bumi.
7. Lingkungan adalah:
Hubungan antara suatu objek (entity) dengan lingkungannya.

BAB III
GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
2.1 Gambaran umum Daerah Penelitian
Sebagai kabupaten baru, Siak berupaya membangun daerahnya dengan terlebih dahulu
menyiapkan berbagai sarana dan prasarana yang merupakan kebutuhan mendasar bagi
proses terjadinya investasi. Oleh karena itu, disamping terbuka peluang investasi dan
perdagangan di sektor-sektor unggulan, banyak potensi dan peluang investasi di bidang
infrastruktur dan fasilitas yang dapat dimanfaatkan oleh para investor untuk menanamkan

modalnya di wilayah Kabupaten Siak. Guna memberikan arah pengembangan melalui
kegiatan investasi serta gambaran tentang peluang kegiatan investasi, Pemerintah
Kabupaten Siak telah menyusun rencana investasi strategis, yang meliputi simpul-simpul
investasi, pembangunan jembatan Siak dan jembatan Perawang, pembangunan jalan tol
Minas - Kandis, pembangunan jalan tol Perawang - Tanjung Buton, pembangunan
Pelabuhan Samudera Tanjung Buton, pembangunan Kawasan Industri Tanjung Buton,
serta penyediaan energi listrik, air bersih dan telepon.
Potensi perkebunan yang paling menonjol adalah pengembangan industri perkebunan
kelapa sawit dan CPO. Kelapa sawit sampai saat ini merupakan tanaman perkebunan
yang mempunyai produksi tertinggi dibanding aneka tanaman (antan) lainnya. Pada tahun
2001, jumlah produksi kelapa sawit mencapai 315.862 ton CPO, karet 2.658 ton, kelapa
936 ton (ekovalen kopra), dan antan 666 ton. Untuk pengembangan industri CPO, dengan
melihat besarnya hasil kelapa sawit sebesar 315.862 ton dan minyak inti sawit sebesar

5

60.975 ton/tahun, dalam waktu 2 tahun akan dihasilkan CPO lebih dari 500.000
ton/tahun.
Untuk itu diperlukannya penelitian secara mendalam terhadap Dampak yang kelak akan
ditimbulkan dengan keberadaaan perkebunan sawit di Kabupaten Siak.


2.2 Sejarah Tanaman Sawit
Tanaman kelapa sawit adalah sumber utama minyak nabati sesudah kelapa di Indonesia.
Tanaman ini dikenal di dunia barat setelah orang Portugis berlayar ke Afrika tahun 1466.
Dalam perjalanan ke Pantai Gading (Ghana), penduduk setempat terlihat menggunakan
kelapa sawit untuk memasak maupun untuk bahan kecantikan. Pada tahun 1970 untuk
yang pertama kali dikapalkan sejumlah biji kelapa sawit ke Inggris dan memasuki daratan
benua Eropa tahun 1844. Beberapa tahun kemudian Eropa mengimport inti sawit.
Kelapa sawit didatangkan ke Indonesia oleh
pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1848.
Beberapa bijinya ditanam di Kebun Raya Bogor,
sementara sisa benihnya ditanam di tepi-tepi jalan
sebagai tanaman hias di Deli, Sumatera Utara pada
tahun

1870-an.

Pada

saat


yang

bersamaan

meningkatlah permintaan minyak nabati akibat
Revolusi Industri pertengahan abad ke-19. Dari sini
kemudian muncul ide membuat perkebunan kelapa
sawit berdasarkan tumbuhan seleksi dari Bogor dan
Deli, maka dikenallah jenis sawit "Deli Dura".
Pada tahun 1911, kelapa sawit mulai diusahakan
dan

dibudidayakan

secara

komersial

dengan


perintisnya di Hindia Belanda adalah Adrien Hallet, seorang Belgia, yang lalu diikuti oleh
6

K. Schadt. Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di Pantai Timur Sumatera (Deli)
dan Aceh. Luas areal perkebunan mencapai 5.123 ha. Pusat pemuliaan dan penangkaran
kemudian didirikan di Marihat (terkenal sebagai AVROS), Sumatera Utara dan di Rantau
Panjang, Kuala Selangor, Malaya pada 1911-1912. Di Malaya, perkebunan pertama
dibuka pada tahun 1917 di Ladang Tenmaran, Kuala Selangor menggunakan benih dura
Deli dari Rantau Panjang. Di Afrika Barat sendiri penanaman kelapa sawit besar-besaran
baru dimulai tahun 1911.
Hingga menjelang pendudukan Jepang, Hindia Belanda merupakan pemasok utama
minyak sawit dunia. Semenjak pendudukan Jepang, produksi merosot hingga tinggal
seperlima dari angka tahun 1940.
Usaha peningkatan pada masa Republik dilakukan dengan program Bumil (buruh-militer)
yang tidak berhasil meningkatkan hasil, dan pemasok utama kemudian diambil alih
Malaya (lalu Malaysia).
Baru semenjak era Orde Baru perluasan areal penanaman digalakkan, dipadukan dengan
sistem PIR Perkebunan. Perluasan areal perkebunan kelapa sawit terus berlanjut akibat
meningkatnya harga minyak bumi sehingga peran minyak nabati meningkat sebagai

energi alternative dan hingga saat ini usaha perkebunan kelapa sawit sendiri telah
menyebar dan merambah ke kabupaten – kabupaten yang ada di Provinsi Riau termasuk
Kabupaten Siak sendiri yang tak luput dari perkembangan komoditi Kelapa Sawit.
Beberapa pohon kelapa sawit yang ditanam di Kebun Botani Bogor hingga sekarang
masih hidup, dengan ketinggian sekitar 12m, dan merupakan kelapa sawit tertua di Asia
Tenggara yang berasal dari Afrika.

7

BAB IV
ANALISA DATA
4.1 Proses Implementasi Perkebunan sawit yang ada di Kabupaten Siak
Pemerintah kab.Siak melaksanakan program pembangunan perkebunan kelapa sawit dengan
pola inti dan plasma yang berbasis kemitraan. Pemerintah kab. Siak bermitra dengan BUMN
yang ada di propinsi riau yaitu PT. Perkebunan Nusantara V yang dinilai berpengalaman dan
profesional dalam melaksanakan program tersebut sejak tahun 2003. Secara kronologis,
proses persiapan pembangunan perkebunan kelapa sawit di Kab. Siak telah di rintis sejak
tahun 2002. Awal dari pelaksanaan pengembangan kebun kelapa sawit di Kab. Siak dimulai
dengan penandatanganan Nota Kesepahaman( MOU) antara pemerintah kab. Siak dengan PT.
Perkebunan Nusantara ( PTPN) V Nomor: 6 tahun 2003 pada 10 april 2003, yang kemudian
ditindak lanjuti dengan keputusan bersama Bupati Siak dengan Direksi PT. Perkebunan
Nusantara V No.01/05.01/05.P2/X/2003 pada 23 januari 2003 tentang pembentukan Tim
bersama untuk persiapan pelaksanaan Program.
Kerjasama program tersebut meliputi pembangunan Kebun Plasma ( untuk masyarakat),
Kebun inti, Pabrik pengolahan Kelapa Sawit ( PKS) dan industri Hilir berbasis kelapa sawit.
Pada tahap pertama mulai tahun anggaran 2003 pemerintah kabupaten siak telah memulai
pelaksanaan pembangunan perkebunan seluas 3500 hektar (Berupa Crash Program), yang
sebagian besar berlokasi di Kecamatan – kecamatan Sei Apit dan Bunga Raya. Dalam
pelaksanaan program di atas, PTPN V bertindak sebagai pelaksana proyek, dengan melibatkan
penguasa swasta untuk menggarap areal yang akan dijadikan perkebunan baru. Pada Tahap
kedua, Pengembangan areal kelapa sawit selanjutnya, pusat penelitian kelapa sawit (PPKS)
telah melakukan servey study kelayakan untuk pembangunan kebun kelapa sawit seluas 5.138

8

hektar di Kabupaten Siak, yaitu di Kecamatan Minas, Sei Mandau, dan Siak. Pada jangka
panjang pelaksanaan program dilaksanakan atau dikelola oleh suatu perusahaan patungan
(join venture) milik pemerintah kab. Siak , PT. Perkebunan Nusantara V dan
masyarakat/petani kabupaten siak.
Kegiatan teknis awal proses pembangunan kebun kelapa sawit adalah dilaksanakanya survey
identifikasi dan desain(SID) yang akan menginformasikan kelayakan teknis lahan untuk
tanaman kelapa sawit, kelayakan finansial dan ekonomi serta kelayakan sosial ekonomi.
Survey study kelayakan silaksanakan bekerjasama dengan pusat penelitian kelapa sawit
(PPKS). Survey study kelayakan tersebut dilaksanakan bekerjasama dengan pusat kelapa
sawit (PPKS).
4.2 SOSIALISASI PROGRAM
Kegiatan sosialisai program mengenai pembangunan perkebunan kelapa sawit di Kabupaten
Siak kepada masyarakat perlu dilakukan untuk dapat memberikan informasi, pengertian dan
pemahaman sekaligus untuk mengetahui minat dan upaya balik serta menagkap berbagai
permasalahan yang akan dihadapi pada program tersebut. Adanya sosialisai ini secara teknis
akan dapat menghimpun dukungan masyarakat dalam pembangunan perkebunan kelapa
dikabupaten siak. Tentunya kegiatan sosialisasi tersebut meliputi pemberian informasi,
pengertian dan pemahaman sehingga diketahui minat, umpan balik serta permasalahan yang
mungkin timbul berkaitan dengan pelaksanaan pengembangan kebun sawit. Kegiatan
sosialisasi tersebut dilaksanakan oleh Tim yang terdiri dari Dinas dan Instansi terkait lingkup
kabupaten siak (Dinas Pertaian dan perkebunan, Dinas Pertanahan, Dinas Kehutanan, Kantor
Pertanahan, Bagian perekonomian , Camat, Kepala Desa, dan Badan pertimbangan Desa di
Lokasi pengembangan). Materi sosialisai meliputi tujuan, sasaran program, prosedur
pelaksanaan, rekruitmen calon lahan (CPCL). Pembangunan pembibitan, pembangunan
kebun plasma sampai pada pengembalian kredit dan peremajaan (Replanting) Tanaman.
Inventarisasi dan Identifikasi serta Seleksi calon petani dan lahan (CP/CL).
Inventarisasi dan Identifikasi serta Seleksi calon petani dan lahan dimaksudkan untuk
menetapkan peteani peserta yang akan memperoleh dan menerima kebun kelapa sawit. Oleh

9

karena itu, perlu ditetapkan kriteria calon lahan dan calon petani dalam pembangunan
perkebunan kelapa sawit di kabupaten siak.

4.2.1 Pembangunan pembibitan
Pembanguna kebun pembibitan ini dapat dilaksanakan dalam dua tahap (double stage)
yaitu pembibitan awal (Pre Nursery) dan pembibitan utama (Main Nursery).
Pembangunan perkebunan kelapa sawit di kabupaten siak masing-masing seluas 3500 ha
dan 5182 ha dapat diperlukan kebun pembibitan masing-masing 44 ha dan 67 ha.
4.2.2 Desain dan Penataan Kebun
Pengukuran dan pemetaan kembali areal efektif untuk proyek seluas 3.500 ha dilakukan
utuk menginventarisasi kembali areal sebenrnya untuk perkebunan kelapa sawit karena
tidak tertutup kemungkinan adanya areal yang telah digarap oleh masyarakat setempat.
4.2.3 Pembanguna fisik kebun
Periode pembangunan fisik kebun terhitung mulai penanaman sampai dengan konversi
yaitu pada saat tanaman sudah berumur 4 (empat) tahun atau tanaman sudah
menghasilkan.
4.2.4 Pengawasan
Pengawasan dan pengendalian terutama terhadap kegiatan dilapangan diperlukan agar
kegiatan pembagunan perkebunan kelapa sawit dapat berjalan dengan baik. Mengingat
eterbatasan yang ada di pemerintahan Kabupaten Siak dan Kompleksitasnya pekerjaan
pembangunan fisik kebun, maka lembanga/instansi profesional dalam hal ini pusat
penelitian kelapa sawit (PPKS) dapat bertindak sebagai konsultan pengawas
pembangunan d=fisik dilapangan.

10

4.2.5 Pola dan Ruang Lingkup Pengembangan
Pola pengembangan yang dilaksanakan dibagi dalam 2 (dua) tahap yaitu jamgka pendek
dan jangka panjang. Untuk jamgka pendek seyogianya PTPN V hanya bertindak sebagi
pembangun kebun sedangkan pembiayaan sepenuhnya tanggung jawab pemerintah
kabupaten siak. Begitu juga dengan peranan perbangkan hanya bertindak sebagia
chanelling, yaitu hanya menyalurkan dana pemerintah kabupaten siak. Untuk jangka
panjang pola pengembangan yang akan dilaksanakan adalah pola kemitraan inti dan
plasma, yaitu suatu pola pengembangan dengan memadukan kemitraan initi dan plasma,
dimana intinya adalah perusahaan patungan (konsorium) yang dibentuk secara bersama
oleh pemerintah kabupaten siak dan PTPN-V. Perussahaan ini membangun dan membina
perkebunan milik petani dalam suatu sisitem kerjasama yang saling menguntungkan utuh
dan berkesinambungan selama jangka waktu umur ekonomis tanaman kelapa sawit
(sekitar 25 tahun), sehingga pembiayaan pembangunan kebun juga menjadi tanggung
jawab bersama dalam sharing kepemilikan saham atau modal. Sedangkan ruang lingkup
pengembangan perkebunan kelapa sawit melalui pola kemitraan inti dan plasma
merupakan suatu paket pengembangan wilayah yang

utuh dengan ruang lingkup

pengembangan berikut:
1. Pembangunan kebun plasma
2. Pembangunan kebun inti
3. Pembangunan pabrik kelapa sawit
4. Pembangunan industri hilir

4.3 POLA KEMITRAAN PROGRAM PENGEMBANGANKOMODITAS
KELAPA SAWIT DI KABUPATEN SIAK

11

Model Kolaborasi
Dalam rangka mencapai keberhasilan berbagai pelaksanaan program pengembangan
komoditas kelapa sawit di kabupaten siak, maka pelaksanaan berbagai program
perkebunan kelapa sawit tersebut dirancang dengan melibatkan berbagai stake holder yang
antara lain pemerintah kabupaten siak, pihak swasta, lembaga penelitian dan perguruan
tinggi. Dengan harapan tercipta pelaksanaan program yang terintegrasi dan sinergis. Pada
program jangka pendek yaitu tahap pembangunan kebun maka kolaborasi yang
dilaksankan adalalah pemerintah kabupaten siak, PT. Perkebunan Nusantara V, Pusat
penelitian kelapa sawit (PPKS) Medan, PT. Bank negara indonesia (Tbk) dan institut
pertanian Bogor. Adapun peran dari masing-masing stakeholder sebagaimana terlihat pada
Gambar 4.1. Model ini terus akan berkembang pada saat program jangka panjang.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar bagan berikut:

PPKS
MEDAN
Gambar
4.1 BAGAN PENGEMBANGAN KOMODITI PKS

Survey
PEMERINTAH
PROGRAM PERKEBUNAN
dan Study
KABUPATEN
SIAK
PERTANIAN MASYARAKAT KELAPA SAWIT
IPB
kelayakan
(PTPN- V)
 SWASTA
Penyedia lahan
 Study
Kelayakan

Pengawas
 Pembiayaan
 Pemilik Kebun
Perbangkan
12

Desain
Organissasi
an
 Kebun
Pengembang

Survey
 Penyalu
 Tenaga Kerja
dan

Peny.
 Tenaga Teknis
 manajemen
Peny Lahan
 Penyiapan SDMr Dana
kecambah
 Penyiapan SDM

4.4 Dampak-dampak yang ditimbulkan dengan keberadaan perkebunan sawit
di Kabupaten Siak
4.4.1 Dampak Sosial perkebunan sawit
13

Kehadiran dan keberadaan Perusahaan perkebunan ditengah-tengah masyarakat merupakan
wujud dan partisipasinya dalam pengembangan pembangunan masyarakat khususnya dalam
rangka peningkatan ekonomi serta pendapatan masyarakat di Pedesaan. Bentuk nyata
partisipasi Perusahaan adalah dengan pembangunan lahan perkebunan kelapa sawit melalui
Pola Kemitraan kebun Inti dan kebun Plasma bagi masyarakat. Dengan pengembangan dan
pembangunan lahan perkebunan ini akan tercipta berbagai kegiatan usaha ekonomi yang
dapat dilakukan oleh masyarakat disamping akan menciptakan dan membuka lapangan kerja
baru bagi masyarakat. Kehadiran dan keberadaan Perusahaan ditengah - tengah masyarakat
juga membuka peluang munculnya konflik antara Perusahaan dengan masyarakat yang
dipicu oleh adanya Issu masalah pencemaran lingkungan, Issu masalah Tanah dan
sebagainya. Konflik ini jika tidak dikelola dan tidak ditangani dengan cepat dan tepat akan
dapat menimbulkan gejolak sosial ditengah-tengah masyarakat yang pada akhirnya juga akan
mempengaruhi, ketertiban dan keamanan lingkungan yang suka tidak suka akan
mempengaruhi lingkungan kerja Perusahaan. Berbagai Issu tersebut harus disikapi dengan
arif dan bijaksana oleh segenap unsur yang ada diPerusahaan. Apalagi Pimpinan memiliki
suatu pandangan mulia Ada Masyarakat Baru Ada Perusahaan, dan Ada Perusahan Baru Ada
Pimpinan, Serta Ada Pimpinan, Baru Ada Bawahan / Karyawan Pandangan dimaksud
bermakna bawah kita adalah bagian dari masyarakat yang ada disekitar kita atau disekitar
lokasi usaha Perusahaan.
Selain itu berdasarakan hasil analisa dapat disimpulkan ada dua dampak sosial yang
ditimbulkan dengan keberadaan perkebunan Sawit di Kabupaten Siak antara lain:

1. Dampak Positif
 Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat
 Mengurangi angka kemiskinan ditandai dengan semakin menurunnya tingkat
pengangguran di daerah perkebunan sawit.
 Merangsang perkembangan daerah dekitar
 Turut mendukung program pemerintah dalam mensejahterakan masyarakat
 Secara tidak langsung mendukung program pemerintah pusat dalam mengentaskan
kemiskinan dan memajukan daerah tertinggal.
14

2. Dampak Negatif
 Sering Terjadinya Sengketa lahan antara masyarakat dengan pemilik Perkebunan
sawit
 Semakin tersingkirnya kawasan – kawasan cagar budaya akibat pembukaan lahan
perkebunan sawit
 Isu masalah Tanah yang dijadikan lahan perkebunan.
 kesenjangan ekonomi dan kesejahteraan dan issu lain yang ada

4.2.2 Dampak Ekologi dan lingkungan akibat Perkebunan Sawit
Dampak yang ditimbulkan perkebunan sawit itu melahirkan bencana ekologis seperti
kebakaran hutan, banjir, serta tanah longsor.Konflik tanah serta dampak sosial dari usaha
perkebunan sawit menjadi ancaman serius, oleh karena itu ada inisiatif agar usaha ini ramah
lingkungan dan berkelanjutan yang diprakarsai perkebunan kelapa sawit itu sendiri, Adapun
dampak-dampak ekologi yang ditimbulkan akibat perkebunan sawit antara lain :
 Merusak lingkungan dan merusak ekosistem hutan
 Disamping itu jenis Tumbuhan berupa sawit ini tidak berfungsi menyerap

Karbon

dioksida tetapi malah mengeluarkan karbon jika perkebunan ini dilakukan dikawasan
bergambut.
 Timbulnya pencemaran lingkungan disekitar lokasi kegiatan ussha perusahaan.
 Persoalan tata ruang, dimana monokultur, homogenitas dan overloads konversi.
Hilangnya keaneka ragaman hayati ini akan memicu kerentanan kondisi alam berupa
menurunnya kualitas lahan disertai erosi, hama dan penyakit.
 Pembukaan lahan sering kali dilakukan dengan cara tebang habis dan land clearing
dengan cara pembakaran demi efesiensi biaya dan waktu.
 Kerakusan unsur hara dan air tanaman monokultur seperti sawit, dimana dalam satu
hari satu batang pohon sawit bisa menyerap 12 liter (hasil peneliti lingkungan dari
Universitas Riau) T. Ariful Amri MSc Pekanbaru/ Riau Online). Di samping itu

15

pertumbuhan kelapa sawit mesti dirangsang oleh berbagai macam zat fertilizer
sejenis pestisida dan bahan kimia lainnya.
 Munculnya hama migran baru yang sangat ganas karena jenis hama baru ini akan
mencari habitat baru akibat kompetisi yang keras dengan fauna lainnya. Ini
disebabkan karena keterbatasan lahan dan jenis tanaman akibat monokulturasi.
 Pencemaran yang diakibatkan oleh asap hasil dari pembukaan lahan dengan cara
pembakaran dan pembuangan limbah, merupakan cara-cara perkebunan yang
meracuni makhluk hidup dalam jangka waktu yang lama. Hal ini semakin merajalela
karena sangat terbatasnya lembaga (ornop) kemanusiaan yang melakukan kegiatan
tanggap darurat kebakaran hutan dan penanganan Limbah.
 Terjadinya konflik horiziontal dan vertikal akibat masuknya perkebunan kelapa
sawit. sebut saja konflik antar warga yang menolak dan menerima masuknya
perkebunan sawit dan bentrokan yang terjadi antara masyarakat dengan aparat
pemerintah akibat sistem perijinan perkebunan sawit.
 Selanjutnya, praktek konversi hutan alam untuk pembangunan perkebunan kelapa
sawit seringkali menjadi penyebab utama bencana alam seperti banjir dan tanah
longsor

4.4.3 Dampak Positif Bagi pemerintah Kab. Siak




Meningkat kan PDRB ditandai dengan adanya investasi.
Meningkat kan PAD kabupaten setempat
Membantu Program Pembangunan Pemerintah baik pusat maupun Daerah

16

BAB V
KESIMPULAN dan SARAN
5.1 Kesimpulan
Keberadaan perkebunan sawit pada saat ini memang memberikan keuntungan tersendiri bagi
Daerah Kab. Siak melalui PKS (Perkebunan Sawit) ini begitu banyak dampak yang ditimbulkan
diantaranya disektor sosial, ekonomi, pendidikan, kesehatan masyarkat melalui program17

program yang telah diterapkan oleh setiap pemilik perkebunan sawit hal ini tentunya sejalan
dengan program pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dalam upaya
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
5.2 Saran
Diperlukannya peninjauan dan penelitian kembali secara mendalam terhadap pemberian izin
kepada perusahaan yang ingin membuka lahan perkebunan sawit agar tidak berdampak buruk
terhadap lingkungan

18