EKONOMI POLITIK INDONESIA EKONOMI POLITI

EKONOMI POLITIK INDONESIA

“EKONOMI POLITIK PRIVATISASI DAN LIBERALISASI PERUSAHAAN”

DOSEN PENGAMPU :
Syahrul Salam M.Si

STEVANIE

HARISMAWATI

1410412027

ANUGRAH PRASETYA

1410412072

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
2017


1

BAB I
Pendahuluan


Latar Belakang
Perjalanan kenegaraan Negara Kesatuan Republik Indonesia di warnai dengan berbagai
macam warna dan kebijakan yang berbeda kesetiap kepemimpinannya. Pada zaman Orde
Lama kita sama mengenal tentang kebijakan menasionalismekan segala macam bentuk usaha
yang ada di Indonesia sejak zaman Penjajahan. Hal ini bertujuan agar masyarakat Indonesia
dapat berdikari, berdiri diatas kaki sendiri untuk dapat bertahan hidup dan menghidupi
masyarakat Indonesia.
Memasuki Indonesia tahun 1965 kekuasaan presiden Soekarna diserahkan dan diambil
alih oleh Soeharto memasuki babak baru yang dimulai dengan liberlasasi Indonesia yang
mulai membuka sector-sektor perdagangan asing untuk dapat berjualan di pasar Indonesia.
Tidak sampai disistu saja, liberalisasi ini kemudian ditandai juga dengan banyaknya
perusahaan perusahaan asing yang beroperasi di Indonesia khususnya dalam bidang
pertambangan yaitu PT Freeport dan PT New Moon.

Selama berjalannya Orde Baru, Masyarakatpun mulai sadar dan disadarkan secara
perlahan dengan keadaan Indonesia yang mulai tidak cocok dengan liberalisasi yang terlalu
terbuka. Apalagi banyak sector-sektor vital dan strategis Negara justru dikuasai oleh pihak
asing dan swasta yang berdampak pada ketidak mampuannya Negara untuk mengatur
perusahaan tersebut karena keputusan tidak bisa diambil oleh pemerintah sepihak.
Pada tahun 2003 muncullah regulasi baru yang mengatur tata cara privatisasi dan
liberalisasi perusahaan perusahaan Indonesia dan BUMN. Meskipun disini pemerintah masih
membuka penjualan saham kepada pihak asing ataupun swasta, pemerintah memperkuat
kedudukannya melalui regulasi ini. Regulasi UU No.19/2003 memposisikan pemerintah
sebagai pemegang saham terbesar di setiap perusahaan atau BUMN.
Kekuasaan pemerintah yang sudah diperkuat tersebut memunculkan sebuah pertanyaan,
apakah dengan regulasi tersebut dapat menurunkan tingkat kemiskinan yang ada di
Indonesia? Ataukah justru menjadikan bangsa Indonesia ini tetap tidak terlepas dari pengaruh
asing dan selalu hidup dalam keterpurukan di negeri sendiri.



Rumusan Masalah

2


Apakah penerapan kebijkan ekonomi privatisasi dan liberalisme di Indonesia dapat


meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia secara keseluruhan?
Metode Penelitian
Dalam penulisan karya ilmiah ini kami menggunakan metode penulisan yang bersifat
induksi. Penulisan secara induksi merupakan penulisan yang didahului oleh permasalahan
yang akan dibahas oleh penulis kemudian dicari bagaimana permasalahan tersebut dapat
muncul, apa sajakah penyebabnya dan apa saja dampak yang ditimbulkan oleh masalah
tersebut.
Metode penulisan ini juga menggunakan penulisan kualitatif dan studi pustaka.

3

BAB II
Deskripsi Masalah


Privatisasi dan Liberalisme BUMN di Indonesia

Privatisasi dapat diartikan sebagai penjualan secara seluruh atau sebagian kepemilikan
perusahaan negara kepada pihak swasta. Privatisasi di Indonesia telah diatur dalam sebuah
payung hukum yaitu UU No 19 tahun 2003 tentang BUMN pasal 74 yang tertera maksud dan
tujuan privatisasi. Maksud privatisasi dalam UU tersebut adalah memperluas kepemilikan
masyarakat dalam persero, meningkatkan efisiensi dan produktivitas perusahaan,
menciptakan struktur dan manajemen keuangan yang baik, menciptakan struktur industri
yang kompetitif, menciptakan persero yang memiliki daya asing dan berorientasi global,
serta menumbuhkan iklim usaha, ekonomi makro, dan kapasitas pasar. Sedangkan tujuan
dilakukan privatisasi menurut UU tersebut adalah meningkatkan kinerja dan nilai tambah
perusahaan serta meningkatkan peran serta masyarakat dalam kepemilikan saham persero.
Dalam pasal 76 dinyatakan perusahaan yang dapat diprivatisasi yaitu perusahaan yang sektor
usahanya kompetitif dan perusahaan yang unsur teknologinya cepat berubah. Dalam UU
tersebut pada pasal 77 juga dijelaskan kriteria BUMN yang dapat diprivatisasi yaitu persero
yang dalam ketentuan UU bahwa pengelolaannya hanya boleh dilakukan oleh BUMN,
persero yang berkaitan dengan keamanan/pertahanan serta persero yang bergerak dalam
bidang sumber daya alam yang secara tegas dalam peraturan UU dilarang diprivatisasi.
Metode privatisasi dapat dilaksanakan dengan cara penjualan saham berdasarkan ketentuan
pasar modal, penjualan saham langsung kepada investor, dan penjualan saham kepada
manajemen atau karyawan perusahaan yang bersangkutan (pasal 78). Sedangkan untuk
membahas dan memutuskan kebijakan privatisasi, pemerintah juga membentuk komite

privatisasi sebagai wadah koordinasi yang dipimpin oleh menteri koordinator yang
membidangi perekonomian yaitu termuat dalam pasal 79 dalam UU tersebut.1
Kebijakan privatisasi di Indonesia telah dilakukan sejak zaman orde baru yang dilakukan
dengan tujuan untuk menutupi hutang luar negeri Indonesia yang jumlahnya terus
membengkak. Beberapa BUMN yang diprivatisasi selama tahun 1991-1997 diantaranya pada
tahun 1991 PT Semen Gresik dijual 35 %, tahun 1995 pemerintah menjual 35 % saham PT

1 Fitri Novi, “Definisi dan Konsep Privatisasi”
https://www.academia.edu/5922043/Definisi_dan_Konsep_Privatisasi diakses pada tanggal 23 Februari 2017 pukul
20:35 WIB.

4

Tambang Timah dan 23 % saham PT Telkom, tahun 1996 saham BNI didivestasi 25% dan
tahun 1997 saham PT Aneka Tambang dijual sebanyak 35% . Bahkan sejak ekonomi
Indonesia di bawah pengawasan IMF, swastanisasi BUMN pemerintah semakin besar baik
yang dijual melalui pasar modal maupun melalui investor strategis.
Salah satu BUMN terbesar yang pernah diprivatisasi oleh pemerintah pada tahun 2002
adalah PT Indosat. PT Indosat merupakan BUMN Telekomunikasi terbesar kedua setelah PT
Telkom dan memiliki 9 anak perusahaan telekomunikasi diantaranya Satelindo, IM3,

Lintasarta, dan StarOne . PT Indosat berdiri pada 1967 sebagai perusahaan penanaman modal
asing dan mulai beroperasi pada tahun 1969 dan secara resmi menjadi milik pemerintah RI
pada tahun 1980 . Pada 1994 pemerintahan Presiden Soeharto membeli seluruh sahamnya
dan mendaftarkannya di Bursa Efek Jakarta, Surabaya dan New York dan menjadikannya
BUMN pertama yang sahamnya dijual di luar negeri . Berdasarkan data tahun 2006, PT
Indosat menguasai 26,9 % operator telepon seluler GSM melalui IM3 dan Mentari dan 3.7 %
pasar CDMA melalui StarOne . Pemerintah di bawah kepemimpinan Megawati
Soekarnoputri berhasil melakukan privatisasi PT Indosat pada tahun 2002 dengan cara
menjual 41.94 % saham Indosat kepada Singapore Technologies Telemedia Pte Ltd (STT) .
Dengan penjualan tersebut saham pemerintah di Indosat menjadi 15.9 % dan sisanya dimiliki


oleh publik .
Sejarah Perusahaan di Indonesia
Sejak pertama kali Indonesia merdeka 17 Agustus 1945, UU yang mengatur tentang
perusahaan Negara diberi nama “Indonesische Comptabilteitswet” (1925) dan “Indonesische
Bedrijvenwet” (1927) UU ini masih mengambil dari peraturan-peraturan sejak zaman
penjajahan. Seiring dengan berjalannya waktu, UU tersebut mulai direvisi dan di evaluasi
oleh para pemerintah yang kemudian pada tahun 1960 UU ini digantikan dan dianggap tidak
berlaku lagi. Dalam UU tersebut menerangkan dan menjelaskan pembagian perusahaan

Negara.
Pembagian perusahaan di Indonesia mengalami beberapa bentuk dalam regulasi yang
diatur oleh Negara. Tercatat ada 2 kali perusahaan Negara mengalami perubahan. Pada tahun
1960 usaha-usaha Negara berbentuk Perusahaan dibedakan dalam 3 bentuk seperti yang
diatur dalam UU, yaitu :
1. Perusahaan Jawatan (Perjan)

5

Perusahaan jawatan adala perusahaan milik negara yang ditunjukan untuk
kepentingan masyarakat dengna memperhatikan segi efesiensinya. Besarnya modal
perusahaan jawatan ditentukan melalui ABPN.
Perjan adalah BUMN yang seluruh modalnya termasukn dalam anggaran belanja
Negara yang menjadi hak dari departemen yang bersangkutan. Tujuannya adalah
untuk pengabdian dan melayani kepentingan masyarakat untuk kesejahteraan umum,
dengan tidak mengabaikan syarat efisiensi, efektivitas dan ekonomi serta yang
memuaskan.
2. Perusahaan Umum (Perum)
Persero adalah BUMN yang bentuk usahanya adalah perseoran terbatas atau PT.
Bentuk persero semacam itu tentu saja tidak jauh berbeda sifatnya dengan perseroan

terbatas / PT swasta yakni sama-sama mengejar keuntungan yang setinggi-tingginya /
sebesar-besarnya. Saham kepemilikan Persero sebagaian besar atau setara 51% harus
dikuasai oleh pemerintah. Karena Persero diharapakan dapat memperoleh laba yang
besar, maka otomatis persero dituntut untuk dapat memberikan produk barang
maupun jasa yang terbaik agar produk output yang dihasilkan tetap laku dan terusmenerus mencetak keuntungan.
3. Perusahaan Perseroan (Persero)
Persero adalah BUMN yang bentuk usahanya adalah perseoran terbatas atau PT.
Bentuk persero semacam itu tentu saja tidak jauh berbeda sifatnya dengan perseroan
terbatas / PT swasta yakni sama-sama mengejar keuntungan yang setinggi-tingginya /
sebesar-besarnya. Saham kepemilikan Persero sebagaian besar atau setara 51% harus
dikuasai oleh pemerintah. Karena Persero diharapakan dapat memperoleh laba yang
besar, maka otomatis persero dituntut untuk dapat memberikan produk barang
maupun jasa yang terbaik agar produk output yang dihasilkan tetap laku dan terusmenerus mencetak keuntungan.
Lalu UU tersebut diatas di revisi oleh pemerintah pada tahun 2003 yang menjadikan
pembagian bentuk-bentuk usaha di bagi menjadi 2 bentuk, UU No.19 tahun 2003 mengapus
satu bentuk perusahaan Negara karena dianggap ___ . Pembagian tersebut berupa :
1. Perusahaan Umum (Perum)
Perusahaan Umum (Perum) adalah jenis Badan Usaha Milik Negara yang
modalnya masih dimiliki oleh pemerintah, namun memiliki sifat mirip perusahaan


6

jawatan (perjan) dan sisanya perusahaan perseroan (persero). Hal ini disebabkan
karena perum boleh mengejar keuntungan di samping melayani kepentingan
masyarakat.
2. Perusahaan Perseroan (Persero)
Persero adalah BUMN yang bentuk usahanya adalah perseoran terbatas atau PT.
Bentuk persero semacam itu tentu saja tidak jauh berbeda sifatnya dengan perseroan
terbatas / PT swasta yakni sama-sama mengejar keuntungan yang setinggi-tingginya /
sebesar-besarnya. Saham kepemilikan Persero sebagaian besar atau setara 51% harus
dikuasai oleh pemerintah. Karena Persero diharapakan dapat memperoleh laba yang
besar, maka otomatis persero dituntut untuk dapat memberikan produk barang
maupun jasa yang terbaik agar produk output yang dihasilkan tetap laku dan terusmenerus mencetak keuntungan.
3. Perusahaan Perseroan Terbuka (Persero)
Perusahaan terbuka atau perusahaan publik adalah jenis perseroan terbatas yang
sahamnya telah dimiliki sekurang-kurangnya oleh 300 pemegang saham dan memiliki
modal disetor sekurang-kurangnya Rp 3.000.000.000,00 atau sutau jumlah pemegang


sahanm dan modal disetor yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah.

Apa itu Privatisasi ?
Privatisasi biasanya merujuk pada pengalihan pemilikan dan kendali dari publik ke
sektor swasta khususnya penjualan aset. Ini mencakup pengalihan sebagian atau seluruhnya
(Hemming dan Mansoor, 1988). Privatisasi tidak selalu melibatkan penjualan. Konsepnya
telah diperluas mencakup perubahan struktural yang lebih luas seperti ‘leasing’ dan kontrak
manajemen, waralaba sektor publik, kontrak umum sektor publik (IBRD, 1988). Dikatakan
juga bahwa privatisasi sebagai proses memperkenalkan disiplin kekuatan pasar (Ramandham,
1989). Konsep ‘marketisasi’ mendorong penghilangan monopoli atau pengurangan langsung
dan tidak langsung hambatan keluar-masuk pasar (PBB, 1989).
Sementara Ramamurti (1992), menambahkan bahwa pengertian luas privatisasi
adalah mencakup satu atau lebih kombinasi dari pengalihan peranan pemerintah pada swasta
dalam hal pemilikan, pembiayaan, pelaksanaan produksi, manajemen dan lingkungan bisinis.
Menurut Savas (1987), sebagai proses, privatisasi berarti mengurangi
peran pemerintah, dan meningkatkan peran sektor swasta, dalam kegiatan atau pemilikan
aset. Namun konsep sektor publik dan swasta tidak ‘mutually exclusive’ atau statis. Pertama,
beberapa aspek pemerintahan bertumbuh sementara lainnya tidak berubah, bahkan
berkurang. Misalnya privatisasi penjara mengakibatkan perlunya dibuat regulasi baru untuk

7


memastikan dihormatinya hak narapidana. Kedua, pertumbuhan produktifitas sektor swasta
bergantung signifikan pada investasi sektor publik seperti jalan, pelabuhan. Ketiga, sektor
swasta terbagi dalam banyak dimensi. Sektor swasta termasuk sektor informal dan sektor
swasta nirlaba, asosiasi profesi, dan sektor ekonomi rumah tangga (Gayle, 1990)
Sementara Kolderie (1990) mengajukan beberapa isu mengenai konsep privatisasi.
Dimulai dengan pemahaman bahwa pemerintah melakukan dua kegiatan yang berbeda, yaitu
penyediaan (provide) pelayanan dan produksi (produce) pelayanan. Menurut Pirie (1988),
privatisasi bukan sebuah formula tetapi sebuah pendekatan. Pelaksanaannya sangat beragam.
Pendekatan kasus-per-kasus adalah esensi dari privatisasi. Fleksibilitas dari privatisasi
sebagai sebuah pendekatan memungkinkannya digunakan pada beragam situasi di berbagai
sistem ekonomi.
Cara pandang lain adalah bahwa privatisasi memungkinkan BUMN dan pihak swasta
mempunyai kesempatan dan perilaku yang sama. Lebih jelasnya Mar’ie (1996)menyatakan
bahwa privatisasi tidak sekedar menjual aset BUMN pada swasta. Pengertian lainnya adalah ;
o memberikan kesempatan swasta menjadi pemain utama dalam bidang bisnis
o menjadikan BUMN bertingkahlaku sebagai suatu ‘entrepreneur’
o BUMN bisa bertingkahlaku sebagai swasta.
Whitshire (1987) mengklasifikasikan privatisasi kedalam 5 (lima) bagian yaitu:
(i) Privatisasi pembiayaan atas suatu jasa yang diproduksi oleh sektor publik.
Contohnya jalan tol, Build Operate Transfer (BOT), Build Operate Lease (BOL);
(ii) Privatisasi produksi atas suatu jasa yang dibiayai oleh sektor publik. Contohnya
‘contracting out’
(iii)

Denasionalisasi yaitu menjual sebagian atau seluruh aset perusahaan.
Contohnya go public, direct placement

(iv)Liberalisasi yaitu

menghilangkan monopoli dan berbagai lisensi yang

menghambat masuknya swasta
(v) Korporatisasi yaitu privatisasi manajemen yang berupa pengalihan manajemen
pada pihak swasta berdasar perjanjian kerjasama.
a) UUD Privatisasi2
2

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA/NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA
MILIK NEGARA

8

UU. No.19-2003/BAB VIII/Pasal 74-753
Pasal 74 – Maksud dan Tujuan Privatisasi
(1) Privatisasi dilakukan dengan maksud untuk :
a. memperluas kepemilikan masyarakat atas Persero;
b. meningkatkan efisiensi dan produktivitas perusahaan;
c. menciptakan struktur keuangan dan manajemen keuangan yang baik/kuat;
d. menciptakan struktur industri yang sehat dan kompetitif;
e. menciptakan Persero yang berdaya saing dan berorientasi global;
f. menumbuhkan iklim usaha, ekonomi makro, dan kapasitas pasar.
(2) Privatisasi dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja dan nilai tambah
perusahaan dan meningkatkan peran serta masyarakat dalam pemilikan saham Persero.
b) Cara Privatisasi4
Privatisasi perusahaan dilaksanakan dengan 3 cara:
a. penjualan saham berdasarkan ketentuan pasar modal.
b. penjualan saham langsung kepada investor.
c. penjualan saham kepada manajemen dan/atau karyawan yang bersangkutan.
c) Pelaksanaan dan Penentuan Privatisasi
Privatisasi Persero tidak dilakukan tanpa rencana, akan tetapi terdapat Deputi
yang menyusun program tahunan privatisasi. Deputi sendiri adalah Unit Eselon I di
lingkungan Kementerian BUMN yang mempunyai tugas menyiapkan perumusan
kebijakan dan koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang privatisasi. Deputi inilah yang
menyusun daftar Persero yang akan diprivatisasi, metode privatisasi yang akan digunakan
serta jenis dan rentangan jumlah saham yang akan dijual. Selanjutnya, rencana tersebut
akan diberikan dan ditanggapi secara tertulis oleh Deputi Teknis. Deputi Teknis adalah
Unit Eselon I di lingkungan Kementerian BUMN yang mempunyai tugas menyiapkan
perumusan kebijakan dan koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang usaha Persero yang
bersangkutan. Tanggapan tertulis disampaikan paling lambat 7 (tujuh) hari kerja oleh
Deputi Teknis kepada Deputi setelah tanggal diterimanya daftar yang dibuat oleh Deputi.
Daftar yang dibuat Deputi akan ditetapkan sebagai Program Tahunan Privatisasi dengan
menyertakan tanggapan tertulis dari Deputi Teknis bila ada. Kemudian Program Tahunan

3 Ibid.,
4 Ibid.,

9

Privatisasi akan diberikan kepada Komite Privatisasi untuk meminta arahan dan Menteri
Keuangan untuk meminta rekomendasi5.
Privatisasi dilaksanakan dengan cara:
a. penjualan saham berdasarkan ketentuan pasar modal;
b. penjualan saham langsung kepada investor
c. penjualan saham kepada manajemen dan/atau

karyawan

yang

bersangkutan.
d) Perusahaan yang Tidak Dapat di Privatisasi6
Persero yang tidak dapat diprivatisasi adalah:
a. Persero

yang

bidang

usahanya

berdasarkan

ketentuan

peraturan

perundang-undangan hanya boleh dikelola oleh BUMN;
b. Persero yang bergerak di sektor usaha yang berkaitan dengan pertahanan
dan keamanan negara;
c. Persero yang bergerak di sektor tertentu yang oleh pemerintah diberikan
tugas khusus untuk melaksanakan kegiatan tertentu yang berkaitandengan
kepentingan masyarakat;
d. Persero yang bergerak di bidang usaha sumber daya alam yang secara
tegas berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dilarang
untuk diprivatisasi.


Apa itu liberalisme?
Adalah faham yang menghendaki adanya kebebasan kemerdekaan individu di segala
bidang, baik dalam bidang politik, ekonomi maupun agama. Liberalisme adalah suatu
ideologi dan pandangan falsafat serta tradisi politik yang mendasar pada kebebasan dan
kesamaan hak. Pada umumnya liberalisme mencita-citakan suatu masyarakat untuk bebas
dengan kebebasan berfikir bagi setiap individu dengan menolak adanya pembatasan bagi
pemerintah dan agama, hal tersebut merupakan paham dari liberalisme. Paham liberalisme
adalah berasal dari kata spanyol yaitu liberales, liberales merupakan nama suatu partai politik
yang berkembang mulai pada abad ke-20, dimana pada waktu itu memiliki suatu tujuan demi
memperjuangkan pemerintah yang berdasarkan konstitusi. Menurut faham itu titik pusat
dalam hidup ini adalah individu. Karena ada individu, maka masyarakat dapat tersusun, dan

5

https://taufansvictor.wordpress.com/2014/11/19/kebijakan-privatisasi-sebagai-teori-ekonomi-pembangunanpendekatan-neoklasik-studi-kasus-privatisasi-bumn-indosat-tahun-2002/ diakses pada 2/27/17
6 Ibid.,

10

karena ada individu pula negara dapat terbentuk. Oleh karena itu masyarakat atau negara
harus selalu menghormati dan melindungi kebebasan kemerdekaan individu. Tiap-tiap
Individu harus memiliki kebebasan dan kemerdekaan dalam bidang politik, ekonomi dan
agama.7
Terbentuknya suatu negara merupakan kehendak dari individu-individu. Maka yang
berhak mengatur menentukan segala-galanya adalah individu-individu itu. Dengan kata lain
kekuasaan tertinggi (kedaulatan) dalam suatu negara berada di tangan rakyat (demokrasi).
Agar supaya kebebasan atau kemerdekaan individu tetap di hormati dan dijamin, maka harus
disusun dibentuk Undang-Undang, Hukum, Parlemen dan lain-lain. Demokrasi yang
dikehendaki oleh golongan liberal tadi kemudian dikenal sebagai Demokrasi Liberal. Dalam
alam demokrasi liberal itu golongan yang kuat akan selalu memperoleh kemenangan, sedang
golongan yang lemah akan selalu kalah. Meskipun demikian demokrasi itu hingga sekarang
dapat berjalan dengan baik di negara-negara Eropa Barat dan Amerika Serikat.
Liberalisme menghendaki adanya sistim ekonomi besar. Tiap-tiap individu, tiap
orang, harus memiliki kebebasan kemerdekaan dalam berusaha, memilih mata pencaharian
yang disukai, mengumpulkan harta benda dan lain-lain. Pemerintah jangan mencampuri
masalah perekonomian, karena masalah itu adalah masalahnya individu. Semboyan Kaum
Liberal yang terkenal berbunyi adalah "Laisser faire, laisser passer, ie monde va de lui
meme" Artinya Produksi bebas, perdagangan bebas, dunia akan berjalan sendiri. Dalam alam
ekonomi liberal akan terjadi persaingan hebat antara individu satu dengan individu lainnya.
Pengusaha-pengusaha dengan modal besar akan mudah menelan pengusaha-pengusaha kecil.
Akibatnya timbullah perusahaan-perusahaan raksasa yang dapat menguasai perekonomian
negara dan politik negara. Jurang pemisah antara si kaya dan si miskin makin lama makin
bertambah lebar dan dalam.

7 http://www.artikelsiana.com/2015/01/pengertian-liberalisme-sejarah-liberalisme.html diakses pada tanggal 23
Februari 2017 pukul 20:40 WIB.

11

BAB III
Analisa Masalah


Analisa Teori
Liberalisme di Indonesia mulai tampak sejak jaman Orde Baru, terutama sejak IMF
memberi bantuan dana ke Indonesia. Pada saat itu presiden Suharto menerima dengan tangan
terbuka rekomendasi maupun saran yang diajukan oleh IMF. Rekomendasi ini tertuang dalam
SAP (structural adjustment programs) di dalamnya berisi langkah langkah yang diberikan
IMF untuk memperbaiki serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Langkahlangkah yang diberikan merupkan langkah-langkah yang diambil oleh negara barat sehingga
memiliki perekonomian yang besar dan kuat seperti saat ini.
Rekomendasi IMF yang selalu diberikan kepada negara-negara berkembang dalam
menyelamatkan perkonomiannya didasarkan pada Washington Consesnsus, yakni8:
1. Perdagangan bebas
2. Liberalisasi pasar modal
3. Nilai tukar mengambang
4. Angka bunga ditentukan pasar
5. Deregulasi Pasar
6. Transfer aset dari sektor publik ke sektor swasta (privatisasi)
7. Fokus ketat dalam pengeluaran publik pada berbagai target pembangunan sosial.
8. Anggaran berimbang
9. Reformasi pajak
10. Perlindungan atas hak milik dan hak cipta
Rekomendasi ini terlihat jelas bahwa AS melalui IMF ingin menyebarkan paham
liberalismenya atau yang disebut neoliberalisme. Yang artinya ingin menguarangi peran
pemerintah dalam bidang ekonomi dan memperbesar peran swasta melalui instrumen pasar.
Semasa pemerintahan Presiden Habibie diterbitkan UU No.10/1998 tentang perbankan.
Undang undang ini secara eksplisit mendorong salah satu tujuan konsensusn Washington,
yaitu liberalisai sektor kuangan dan perdagangan. Lebih parah lagi, semangat liberalisasi ini
dilakukan dengan kebablasan, tanpa disertai dengan jaring pengaman dari liberalisasi,
terutama manajemen resiko9.
Bab
Umum
dari

penjelasan

UU

No.

10/1998

menyebutkan:

“Upaya liberalisasi di bidang perbankan dilakukan sedemikian rupa sehingga dapat sekaligus
meningkatkan kinerja perbankan nasional. Oleh karena itu, perlu diberikan kesempatan yang
8 Ma’arif, Syamsul, 2006, “Dinamika peran negara dalam proses liberalisasi dan privatisasi”
9 Rais, Amien, 2008, “Agenda Mendesak Bangsa; Selamatkan Indonesia!” Yogyakarta: PPSK Press

12

lebih besar kepada pihak asing untuk berperan serta dalam memiliki bank nasional sehingga
tetap terjadi kemitraan dengan pihak nasional”10
Jiwa liberalisasi ini lalu diterjemahkan ke dalam pasal 22 ayat 1b yang membebaskan
warga negara asing dan atau badan hukum asing untuk mendirikan Bank Umum secara
kemitraan dengan warga negara atau badan hukum Indonesia. Lalu ditambah oleh pasal 26
ayat 2 yang membebaskan warga negara asinga dan atau badan hukum asing untuk membeli
saham bank umum secara langsung dan atau melalui bursa efek.
Dengan aturan diatas, pihak asing bisa memiliki hingga 99% saham bank di Indonesia.
Ini jauh lebih tinggi dai komitmen Indonesia di WTO yang pada awalnya adalah 49% lalu
dinaikkan menjadi 51%. Indonesia bahkan lebih liberal dari negara negara Amerika Serikat,
Austrlia, Kanada, Singapura dan sebagainya yang menerapkan pembatasan kepemilikan
asing dalam sektor perbankan. Juga paling “ngawur” di antara negara-negra Asia lainnya..
Privatisasi merupakan implementasi dari paham neoliberal. Menurut teori Adam Smith
bahwa dalam kegiatan ekonomi suatu negara peran individu merupakan hal yang sentral, dan
negara tidak memiliki peran yang penuh dalam hal ini11.
Peliberalisasian di Indonesia tidak berhenti disitu saja. Pada tahun 2003 mulai terbitnya
UU no.19/2003 yang mengatur tentang privatisasi BUMN. Pada pasal ini Negara/pemerintah
memberikan dan membuka saham kepemilikan dari BUMN Indonesia untuk dimiliki atau
dijual kepada pihak asing atau masyarakat Indonesia itu sendiri.
Tujuannya dari privatisasi ini seperti yang disebutkan sebelumnya, bahwa privatisasi
memperluas kepemilikan masyarakat atas Persero; meningkatkan efisiensi dan produktivitas
perusahaan; menciptakan struktur keuangan dan manajemen keuangan yang baik/kuat;
menciptakan struktur industri yang sehat dan kompetitif; menciptakan Persero yang berdaya
saing dan berorientasi global; menumbuhkan iklim usaha, ekonomi makro, dan kapasitas
pasar.


Dampak Prifatisasi dan Liberlaisme di Indonesia12
a) Dampak Positif
1. Meningkatnya tingkat Profesionalitas kinerja dari sebuah perusahaan.
2. Meningkatkan Rating (peringkat/kelas) dari sebuah perusahaan.
3. Mengurangi defisit APBN

10 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA/NOMOR 10 TAHUN 1998 TENTANG BADAN USAHA
MILIK NEGARA
11http://farizhp.blogspot.co.id/2008/07/liberalisasi-dan-privatisasi.html . diakses pada 2/3/17

12 http://www.ilmuekonomi.net/2015/12/pengertian-serta-dampak-positif-dan-negstif-privatisasi.html diakses pada
tanggal 2/27/20017

13

4. Meningkatkan kepercayaan dari masyarakat
b) Dampak Negative
1. Negara tidak memiliki kontrol lagi terhadap sektor sektor vital, terutama sektor yang
sangat berpengaruh pada masyarakat luas. Seperti pertambangan, pertanian,
perikanan, telekomunikasi, perbankan.
2. Negara sangat dipengaruhi oleh kepentingan pemilik modal, tidak lagi untuk
kepentingan masyarakat luas.
3. Negara yang seharusnya meredistribusikan pendapatan malah menambah pengeluaran
masyarakat.
4. Pendapatan Negara menurun, karena sebagian sahamnya sudah dimiliki swasta.
Reputasi Negara dan Pemimpinnya juga menurun karena dianggap tidak mampu


mengelola sebuah perusahan milik negara tanpa ada campur tangan Swasta.
Perusahaan yang sudah di Privatisasi
Di Indonesia sendiri, sejak keluarnya produk UU No.19/2003 bahkan sudah mulai
dari 2 tahun sebelumnya ada bebberapa perusahaan yang sudah di privatisasi. Tercatat
bahwa ada 8 perusahaan yang sudah di Privatisasi sebelum terbitnya UU No.19/200313.
-

PT Semen Indonesia Tbk (SMGR), masuk bursa 8 Juli 1991

-

PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), masuk bursa 14 November 1995

-

PT Timah Tbk (TINS), masuk bursa 19 Oktober 1995

-

PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), masuk bursa 25 November 1996

-

PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), masuk bursa 27 November 1997

-

PT Indofarma Tbk (INAF), masuk bursa 17 April 2001

-

PT Kimia Farma Tbk (KAEF), masuk bursa 4 Juli 2001

-

PT Bukit Asam Tbk (PTBA), masuk bursa 23 Desember 2002

13 http://www.4shared.com/file/54256464/1b2812e6/Review_jurnal_Kebijakan_Publik.html diakses pada tanggal
2/26/2017

14

Seiring berjalannya waktu jumlah perusahaan yang mulai di privatisasi ini mulai
bertambah. Terbukti dengan adanya 12 perusahaan yang mulai di privatisasi setelah
terbitnya UU No.19/2003 ini14.
-

PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), masuk bursa 10 November 2003

-

PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), masuk bursa 14 Juli 2003

-

PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), masuk bursa 15 Desember 2003

-

PT Adhi Karya Tbk (ADHI), masuk bursa 18 Maret 2004

-

PT Jasa Marga Tbk (JSMR), masuk bursa 12 November 2007

-

PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), masuk bursa 29 Oktober 2007

-

PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN), masuk bursa 17 Desember 2009

-

PT Pembangunan Perumahan Tbk (PTPP), masuk bursa 9 Februari 2010

-

PT Krakatau Steel Tbk (KRAS), masuk bursa 10 November 2010

-

PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA), masuk bursa 11 Februari 2011

-

PT Waskita Karya Tbk (WSKT), masuk bursa 19 Desemeber 2012

-

PT Semen Baturaja Tbk (SMBR), masuk bursa 28 Juni 2013
Disini secara tidak langsung dijelaskan bahwa, pemerintah Indonesia menyadari,

masyarakat Indonesia menyadari bahwa jika ada suatu perusahaan terlebih lagi itu adalah
perusahaan Negara atau BUMN. Apabila di privatisasi secara terbuka maka ini sangat
tidak baik dampaknya bagi Indonesia untuk jangka panjang. Untuk itulah mengapa
peregulasian privatisasi ini mulai dirancang dengan 51% kepemilikan saham dipegang
oleh pemerintah.
14 Ibid.,

15

16

BAB IV
Penutup


Kesimpulan
Kebijakan privatisasi yang merupakan teori ekonomi pembangunan pendekatan neoklasik
telah dijalankan oleh Negara ini sebagai negara dunia ke tiga yang privatisasi perusahaanperusahaan di Indonesia dan BUMN-BUMN lainnya. Berbagai pro dan konta terhadap
pelaksanaan kebijakan ini dapat diatasi dengan dikeluarkannya UU BUMN no 19 tahun 2003
sebagai payung hukum privatisasi. Adanya UU tersebut dapat menjadi regulasi dan batasan



privatisasi sehingga mencegah tindakan yang dapat merugikan Negara kita yang tercinta ini.
Penutup
Demikianlah yang dapat kami sampaikan mengenai materi yang menjadi bahasan dalam
makalah ini, tentunya banyak kekurangan dan kelemahan kerena terbatasnya pengetahuan
kurangnya rujukan atau referensi yang kami peroleh hubungannya dengan makalah ini
Penulis banyak berharap kepada para pembaca yang budiman memberikan kritik saran yang
membangun kepada kami demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis para pembaca khusus pada penulis.

17

DAFTAR PUSTAKA
Jurnal

Fitri

Novi,

“Definisi

dan

Konsep

Privatisasi”

https://www.academia.edu/5922043/Definisi_dan_Konsep_Privatisasi diakses pada tanggal
23 Februari 2017 pukul 20:35 WIB.
Jurnal Kebijakan dan Administrasi Publik, vol. 10, nomor 2, pp. 99-114
http://farizhp.blogspot.co.id/2008/07/liberalisasi-dan-privatisasi.html . diakses pada 2/3/17
http://www.hukumperseroanterbatas.com/perseroan-sebagai-badan-hukum/privatisasiperusahaan-perseroan/. Diakses pada 2/23/17
http://www.artikelsiana.com/2015/01/pengertian-liberalisme-sejarah-liberalisme.html

diakses

pada tanggal 23 Februari 2017 pukul 20:40 WIB.
http://pusham.uii.ac.id/index.php?page=caping&id=29 diakses pada tanggal 23 februari 2017
pukul 21.00 wib
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24189/1/Rahmawaty%20Harmen.pdf
diakses pada tanggal 23 februari 2017 pukul 21.00 wib
https://www.slideshare.net/OswarMungkasa/makalah-dampak-privatisasi. diakses pada tanggal
23 februari 2017 pukul 21.01 wib
http://www.4shared.com/file/54256464/1b2812e6/Review_jurnal_Kebijakan_Publik.html
diakses pada tanggal 2/26/2017
https://taufansvictor.wordpress.com/2014/11/19/kebijakan-privatisasi-sebagai-teori-ekonomipembangunan-pendekatan-neoklasik-studi-kasus-privatisasi-bumn-indosat-tahun-2002/
diakses pada 2/27/17
http://www.ilmuekonomi.net/2015/12/pengertian-serta-dampak-positif-dan-negstifprivatisasi.html diakses pada tanggal 2/27/20017
Ma’arif, Syamsul, 2006, “Dinamika peran negara dalam proses liberalisasi dan privatisasi”
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA/NOMOR 10 TAHUN 1998 TENTANG
BADAN USAHA MILIK NEGARA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA/NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG
BADAN USAHA MILIK NEGARA
Rais, Amien, 2008, “Agenda Mendesak Bangsa; Selamatkan Indonesia!” Yogyakarta: PPSK
Press

18