PERAN PEMERINTAH PENYELENGGARA PEMILU PA

PERAN PEMERINTAH, PENYELENGGARA PEMILU,
PARTAI POLITIK DAN MASYARAKAT DALAM PEMILU 2014

I.

Pendahuluan
Pemilihan Umum (Pemilu) baik Pemilu Legislatif, Pemilu Presiden
dan Wakil Presiden dan Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota adalah
sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang diselenggarakan secara
langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Penyelenggaraan Pemilihan Umum secara berkala merupakan
suatu kebutuhan mutlak sebagai sarana demokrasi yang menjadikan
kedaulatan rakyat sebagai sumber kehidupan bernegara proses
kedaulatan rakyat yang diawali dengan pemilihan umum akan
memberikan legitimasi, legalitas dan kredibilitas pemerintahan yang
didukung oleh rakyat. Pemilu 2014 adalah pemilu dimana kita sedang
menuju konsolidasi demokrasi yang lebih matang dan stabil. Karena itu,
kalau pemilu 1999 dan pemilu 2004 saja sukses, tidak ada pilihan kecuali
pemilu 2014 juga harus sukses. Semua pihak dan kalangan pemangku

kepentingan dituntut mengambil tanggungjawab untuk menyukseskan
pemilihan umum 2014, tidak hanya lembaga formal penyelenggaranya,
yaitu KPU dan Bawaslu serta para peserta pemilihan umum saja. Semua
komponen bangsa diharapkan merasa terpanggil untuk menjamin pemilu
yang sukses, termasuk para warga pemilih akan sungguh-sungguh
berpartisipasi dalam menggunakan hak pilihnya masing-masing untuk
kesuksesan dalam memilih wakil rakyat yang akan duduk di lembaga
legislatif, dan calon presiden dan wakil presiden yang akan memimpin
bangsa ini 5 tahun yang akan datang.

II. Peran Pemerintah dan Pemerintah Daerah
Sebagaimana diketahui bahwa pada Pemilu 2009, Pemerintah dan
Pemerintah Daerah terkesan ragu-ragu membuat anggaran Pemilu karena
tidak tegasnya peran Pemerintah saat itu. Namun dengan ketentuan Pasal
126 ayat (1) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara
Pemilu secara eksplisit mengatur bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah
wajib memberikan bantuan dan fasilitas sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Bantuan dan fasilitas sebagaimana di maksud pada
ayat (1) berupa : (a). penugasan personel pada sekretariat Panwaslu Kab /
Kota, PPK, Panwaslu Kecamatan dan PPS; (b). penyediaan sarana ruangan

sekretariat

Panwaslu

Kab/Kota,

PPK,

Panwaslu

Kecamatan

dan

PPS;

(c).pelaksanaan sosialisasi; (d).kelancaran transportasi pengiriman logistic;
1

(e).monitoring kelancaran penyelenggara pemilu; dan (f) kegiatan lain sesuai

kebutuhan pelaksanaan Pemilu. Sehubungan dengan peran wajib dari
Pemerintah dan Pemerintah Daerah tersebut diharapkan agar Pemerintah
Daerah segera mengambil langkah-langkah dengan menyusun kegiatan,
program dan anggaran Tahun 2013 untuk persiapan penyelenggaraan Pemilu
2014.
Selanjutnya guna mendukung terlaksananya Pemilu yang sukses,
Pemerintah

Provinsi

Kalimantan

Barat

memberikan

fasilitasi

dengan


mengambil langkah-langkah, sebagai berikut :
 Untuk

kelancaran

penyelenggaraan

Pemilu,

Pemerintah

Provinsi

membentuk Tim Dukungan Kelancaran Pemilu sesuai Permendagri Nomor
61 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemantauan, Pelaporan dan Evaluasi
Perkembangan Politik di Daerah (tujuannya adalah agar terbangunnya
kesamaan

persepsi,


sikap

dan

gerak

langkah

seluruh

unsur

penyelenggara dan fasilitasi penyelenggaraan Pemilu serta adanya
sinergitas dalam rangka suksesnya Pemilu, sesuai dengan tupoksi
masing-masing lembaga.
 Fasilitasi Sosialisasi Pemilu Tahun 2014 dan informasi kepada masyarakat
mengenai penggunaan hak pilihnya.
 Sosialisasi Pendidikan Pemilih Bagi Pemilih Pemula, dan Kaum
Perempuan;
 Sosialisasi melalui media massa baik cetak maupun elektronik

(pemasangan himbauan/ajakan mensukseskan Pemilu maupun Dialog
Interaktif melalui TVRI Kalbar;

 Membantu KPU Kalbar dalam penyelesaian pendaftaran pemilih secara
optimal di daerah bagi seluruh masyarakat di daerah masing-masing
yang memiliki hak pilih (dilaksanakan oleh Biro Kependudukan dan
Catatan Sipil Setda Provinsi Kalbar). Sesuai dengan penyerahan Data
Penduduk Potensial Pemilih Pemilu (DP-4) dari Menteri Dalam Negeri
kepada Gubernur se-Indonesia pada tanggal 29 Januari 2013 yang lalu,
diketahui bahwa DP-4 Pemilu 2014 untuk Provinsi Kalimantan Barat
berjumlah 3.654.604 jiwa.

2

 Membantu

KPU

Kalbar


apabila

ditemukan

permasalahan

dalam

mengatasi hal-hal teknis penyelenggaraan;
 Memberikan dukungan sarana dan prasarana jika diperlukan dan
memfasilitasi proses distribusi logistik tepat waktu dan sasaran
dengan bekerjasama dengan intansi terkait. (dalam hal ini dilakukan
jika memang diperlukan oleh KPU Kalbar).

 Menjaga dan memelihara kondisi masyarakat yang kondusif, tertib dan
aman dalam Pemilu.

 Memantapkan koordinasi dalam mewujudkan kondisi keamanan dan
ketertiban masyarakat serta penegakan hukum secara tegas, tuntas dan
transparan pada setiap rangkaian proses Pemilu.


 Melakukan identifikasi kondisi sosial politik wilayah dan mewaspadai
perilaku-perilaku yang deskruktif yang dapat merusak tatanan politik
yang sudah dibangun dan mengelola konflik atau berbagai potensi konflik
di daerah.

 Melakukan koordinasi dengan pihak Polri dan TNI dengan berpedoman
kepada penyelenggaraan ketertiban, ketentraman dan keamanan yang
dikeluarkan oleh Kepala Kepolisian Republik Indonesia dan Menteri Dalam
Negeri.

 Memantapkan koordinasi horizontal dan vertical pada aspek-aspek yang
dapat mengganggu pelaksanaan Pemilu 2014.

 Merekam semua hal-hal yang berlangsung selama pelaksanaan Pemilu
dan hasil-hasilnya dengan melakukan pelaporan dan evaluasi sebagai
dasar bagi pimpinan dalam mengambil kebijakan selanjutnya.

III. Peran penyelenggara pemilu


3

Pemilu

secara

langsung

adalah

wujud

kedaulatan

rakyat

guna

menghasilkan pemerintahan demokratis. Penyelenggaraan Pemilu secara
langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil dapat terwujud jika

dilaksanakan oleh penyelenggara Pemilu yang mempunyai integritas,
profesionalitas dan akuntabilitas.
Sesuai Undang_undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara
Pemilu, Penyelenggara Pemilu adalah lembaga yang menyelenggarakan
Pemilu yang terdiri atas Komisi Pemilihan Umum, Badan Pengawas Pemilu
dan Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) sebagai satu kesatuan
fungsi penyelenggaraan Pemilu untuk memilih anggota DPR, DPD, DPRD,
Presiden dan Wakil Presiden secara langsung oleh rakyat, serta untuk
memilih Gubernur, Bupati dan Walikota secara demokratis. DKPP merupakan
lembaga baru dalam praktek demokrasi modern di Indonesia. Sesuai
ketentuan Pasal 109 ayat (2) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang
Penyelenggara Pemilu secara eksplisit menyebutkan salah satu kewenangan
DKPP yakni memeriksa, memutus perkara pengaduan dan/atau laporan
dugaan pelanggaran kode etik yang dilakukan anggota KPU, anggota KPU
Provinsi, anggota KPU Kabupaten/Kota, anggota PPK, anggota PPS, anggota
PPLN, anggota KPPS, anggota KPPLSN, dan anggota Panwaslu Kecamatan,
anggota Pengawas Pemilu Lapangan dan anggota Pengawas Pemilu Luar
Negeri.
Tujuan utama penyelenggara Pemilu adalah mengantar pemilu yang
langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil kepada para pemilih. Untuk

itu semua penyelenggara Pemilu harus melakukan semua fungsinya dengan
tidak berpihak dan secara efektif harus meyakinkan bahwa setiap proses
atau tahapan Pemilu terlindungi dari oknum-oknum yang tidak berkompeten
dan ingin bertindak tidak jujur/curan. Harapan akan terwujudnya Pemilu yang
luber

dan

jurdil

dapat

terlaksana

jika

para

penyelenggara

Pemilu

memperhatikan hal-hal berikut :
Pertama, adanya kemandirian dan independensi. Penyelenggaara Pemilu
tidak boleh menjadi alat yang dikendalikan oleh seseorang, penguasa atau
kelompok partai politik tertentu. Adanya dugaan keberpihakan menyebabkan
persepsi public akan bias atau dugaan adanya intervensi akan berdampak
langsung tidak hanya pada kredibilitas lembaga penyelenggara Pemilu,
tetapi juga pada keseluruhan proses Pemilu itu sendiri.
Kedua, efisiensi. Efisiensi adalah bagian tidak terpisahkan dari keseluruhan
kredibilitas proses Pemilu. Pada saat dihadapkan dengan dugaan dan contoh
4

ketidakmampuan, sulit bagi penyelenggara Pemilu untuk mempertahankan
kredibilitasnya. Efisiensi menjadi sangat penting dalam proses Pemilu ketika
terjadi masalah misalnya ditingkat teknis dan masalah lain yang dapat
menstimulasi kericuhan dan pelanggaran aturan.
Ketiga, Profesionalisme. Pemilu juga memiliki arti penting dalam fungsi
demokrasi dimana setiap penyelenggara Pemilu harus memahami secara
komprehensif teknis pelaksanaan dan administrasi kepemiluan.
Keempat, Kompeten dan responsive. Ketetapan Undang-Undang harus
dijabarkan pada tataran operasional sehingga dapat menjadi dasar bagi
setiap

lproses/tahapan

yang

dilakukan

sehingga

tidak

menimbulkan

multitafsir oleh berbagai pihak terkait. Partai Politik dan masyarakat pada
umumnya ingin agar keluhan mereka di dengar dan ditindaklanjuti dengan
cepat oleh penyelenggara Pemilu.
Kelima, transparansi. Keseluruhan kredibilitas dari proses pemilu secara
subtansial tergantung kepada semua pihak yang berkepentingan, baik KPU,
Bawaslu, Partai Politik, Pemerintah maupun masyarakat untuk ikut terlibat
dalam formasi dan fungsi struktur dan proses pemilu. Dalam hal ini
komunikasi dan kerjasama semua stakeholder harus dibangun atas dasar
untuk kepentingan bersama. Dalam kaitan dengan hal tersebut, komunikasi
dan kerjasama yang harus dibangun atas kepentingan bersama salah satu
nya adalah terkait tugas penyelenggara Pemilu (KPU) tentang penetapan
jumlah daftar pemilih tetap yang menjadi sorotan berbagai pihak hingga saat
ini, dengan berbagai potensi permasalahan yang bisa memicu adanya konflik
oleh berbagai pihak baik penyelenggara, pengawas maupun peserta Pemilu.
Di Provinsi Kalimantan Barat sendiri telah dilakukan beberapa kali penetapan
dan perbaikan penetapan rekapitulasi jumlah pemilih tetap, terakhir melalui
Keputusan

KPU

Kalbar

Nomor

:

108/Kpts/KPU-Prov-019/2013

tentang

Rekapitulasi Daftar Pemilih Tetap Dalam Pemilu Anggota DPR,DPD,DPRD
Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2014 di Provinsi Kalimantan Barat,
jumlah pemilih tetap sebanyak 3.484.429 jiwa dengan rincian laki-laki
1.782.034 jiwa dan perempuan 1.702.395 jiwa.

IV. Peran Partai Politik
Peran partai politik telah memberikan kontribusi yang signifikan
bagi sistem perpolitikan nasional, terutama dalam kehidupan masyarakat
Indonesia yang dinamis dan sedang berubah. Jika kapasitas dan kinerja
partai politik dapat ditingkatkan, maka hal ini akan berpengaruh besar
5

terhadap peningkatan kualitas demokrasi dan kinerja sistem politik. Oleh
karena itu, peran partai politik perlu ditingkatkan kapasitas, kualitas, dan
kinerjanya agar dapat mewujudkan aspirasi dan kehendak rakyat dan
meningkatkan kualitas demokrasi.
Sistem politik Indonesia telah menempatkan Partai Politik sebagai
pilar utama penyangga demokrasi. Artinya, tak ada demokrasi tanpa Partai
Politik. Undang-Undang Partai Politik yang menjadi dasar untuk mengatur
partai politik diharapkan mampu menjamin pertumbuhan Partai Politik yang
baik, sehat, efektif dan fungsional. Dengan kondisi Partai Politik yang sehat,
selektif

dan

fungsional,

maka

memungkinkan

untuk

melaksanakan

rekrutmen pemimpin atau proses pengkaderan, pendidikan politik dan
kontrol sosial yang sehat. Dengan Partai Politik pula, konflik dan konsensus
dapat tercapai guna mendewasakan masyarakat. Konflik yang tercipta tidak
lantas dijadikan alasan untuk memecah belah partai, tapi konflik yang timbul
dicarikan konsensus guna menciptakan partai yang sehat dan fungsional.
Di satu sisi, banyaknya jumlah partai politik peserta pemilu dalam
proses demokrasi di Indonesia merupakan suatu bentuk konsenkuensi logis
dari penerapan sistem demokrasi secara konsisten, namun di sisi lain
banyaknya

jumlah

partai

politik

tidak

otomatis

membuat

kualitas

pelaksanaan sistem demokrasi menjadi lebih baik, bahkan cenderung
menjadi semakin buruk. Mau atau tidak mau, suka atau tidak suka, semua
partai politik akan berusaha untuk memperoleh dukungan sebesar-besarnya
dalam suatu pemilihan umum untuk mempengaruhi arah kebijakan negara.
Tinggal dengan cara apa partai politik akan menarik simpati rakyat
untuk

memperoleh

dukungan

rakyat

pada

periode

pemilihan

umum

berikutnya di tahun 2014, apakah akan tetap menggunakan pola-pola
pendekatan lama atau akan menggunakan pola-pola pendekatan yang baru
dengan konsekuensi akan menghadapi perjuangan yang sangat berat.
Pandangan masyarakat terhadap partai politik yang dibuktikan dengan
semakin berkurangnya partisipasi pemilih dalam pemilu 2009 bukan tanpa
alasan, karena memang sampai hari ini belum nampak hasil kerja nyata
partai

poltik

yang

benar-benar

berdampak

positif

bagi

kehidupan

masyarakat, khususnya setelah pelaksanaan Pemilihan Umum.
Konsepsi para filsuf politik, memimpikan proses bernegara yang
sehat dimana semua anggota masyarakat dapat terlibat secara leluasa
dalam setiap proses politik dan kebijakan public. Hal ini dimungkinkan jika
institusi-institusi politik tumbuh secara demokratis. Semakin demokratis
suatu bangsa semakin besar partisipasi politik dan keterlibatan publik.

6

Dalam hal ini partai politik sangat berpengaruh sekali terhadap
pelaksanaan

pemilu,

berpengaruh

dalam

partai

memiliki

pelaksanaan

fungsi-fungsi

pemilu.

dimana

Diantaranya

sebaga

sangat
sarana

pengusung calon peserta pemilu yang notabene akan menjadi pemimpin
apabila terpilih nantinya. Seperti halnya produk barang dan jasa, partai
politik pun juga perlu menjual, memasarkan, mensosialisasikan dirinya
sehingga dinikmati konsumen potensial yang akan menjadi pendukung
latennya. Partai politik dengan segala sumber daya yang dimiliki harus
memiliki brand image yang baik, perlu memiliki sumber daya manusia yang
handal, posisi yang kuat, memiliki kekhasan dari yang lain serta garis
ideologis sebagai perekat kemajemukan.
Seiring dengan semakin rasionalnya masyarakat, hanya partai
politik

yang

dapat

aspirasimasyarakat

membangun

kemudian

system

menerjemahkan

untuk

kedalam

menangkap
isu-isu

politik,

kebijakan partai dan produk politik yang akan dipilih masyarakat. Masyarakat
akan memilih partai politik atau kader-kadernya yang benar-benar mampu
secara riil membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi masyarakat.
Persaingan untuk merebut hati dan menyelesaikan persoalan dalam
masyarakat merupakan sumber positioning politik. Hal ini penting mengingat
dengan besarnya jumlah partai politik menyulitkan masyarakat (pemilih)
untuk menentukan siapa yang dipilih.

V. Peran Masyarakat
Kesiapan sekaligus kesediaan masyarakat untuk berpartisipasi aktif
dalam Pemilu memerlukan sosialisasi dan internalisasi di tingkat masyarakat.
Kesadaran politik masyarakat perlu ditingkatkan agar menggunakan hak
memilih sebagai wujud partisipasinya dalam proses berdemokrasi serta ikut
serta dalam menentukan masa depan bangsa. Pemilu bukan sekedar
merupakan

arena

memperebutkan

kekuasaan

antar

kekuatan

politik

melainkan juga merupakan sarana pendidikan politik. Hal ini penting agar
masyarakat benar-benar sadar dalam menghadapi proses penyelenggaraan
Pemilu, pada akhirnya masyarakatlah yang menjadi objek pelaksanaan
Pemilu.
Meningkatnya keterlibatan masyarakat dalam penyelenggaraan
Pemilu menunjukan semakin kuatnya tatanan demokrasi dalam sebuah
negara. Demokrasi menghendaki adanya keterlibatan rakyat dalam setiap
penyelenggaraan yang dilakukan negara. Rakyat diposisikan sebagai aktor
penting dalam tatanan demokrasi, karena pada hakekatnya demokrasi
7

mendasarkan pada logika persamaan dan gagasan bahwa pemerintah
memerlukan persetujuan dari yang diperintah. Keterlibatan masyarakat
menjadi unsur dasar dalam demokrasi. Untuk itu, penyelenggaraan pemilu
sebagai sarana dalam melaksanakan demokrasi, tentu saja tidak boleh
dilepaskan dari adanya keterlibatan masyarakat.
Partisipasi politik akan berjalan selaras manakala proses politik
berjalan secara stabill. Seringkali ada hambatan partisipasi politik ketika
stabilitas politik belum bisa diwujudkan, karena itu penting untuk dilakukan
oleh para pemegang kekuasaan untuk melakukan proses stabilisasi politik.
Disamping itu pula proses berikutnya melakukan upaya pelembagaan politik
sebagai

bentuk

dari

upaya

untuk

memberikan

kasempatan

kepada

masyarakat untuk mengaktualisasikan cita-citanya. Partisipasi politik tidak
lebih dari keterlibatan individu sampai pada bermacam-macam tingkatan,
atau juga dijelaskan secara subtantif bisa berarti upaya atau usaha
terorganisir oleh konstituen atau warga Negara yang baik untuk memilih
para

pemimpin

yang

mereka

nilai

baik

juga. Partispasi ini

mereka

melakukannya dengan penuh tanggung jawab terhadap kehidupan bersama
dalam lingkup suatu bangsa dan negara. Partisipasi politik ditekankan pada
aspek untuk mendukung kepentingan-kepentingan atau visi dan misi elit
politik tertentu.
Sebagai masyarakat yang bijak kita harus turut serta dalam proses
pemilihan umum dalam rangka menentukan pemimpin yang akan memimpin
kita. Dengan demikian, secara tidak langsung kita akan menentukan
pembuat kebijakan yang akan berusaha mensejahterakan masyarakat
secara umum. Dalam turut berpartisipasi dalam proses pemilihan umum
sebagai masyarakat yang cerdas kita harus mampu menilai calon yang
terbaik yang sekiranya mampu dan mau mendengarkan aspirasi masyarakat
agar

pembangunan

yang

akan

dilakukan

sesuai

dengan

keinginan

masyarakat dan tidak memilih calon yang hanya mementingkan diri sendiri
atau kelompoknya saja sehingga melupakan janji-janji yang sudah diucapkan
dalam masa kampanye. Sebagai pemilik hak pemilih dalam pemilu kita
jangan

sampai

menyia-nyiakan

hak

suara

hanya

untuk

iming-iming

sementara yang dalam artian kita harus memberikan suara kita kepada
calon yang tepat.
Gambaran

umum

sebagaimana

yang

telah

disebutkan

diatas

merupakan gambaran dari praktek penyelenggaraan kehidupan demokrasi
dan

dinamika

permasalahan

masyarakat
atau

dalam

perbedaan

menyalurkan

tersebut

aspirasinya.

merupakan

hal

Adanya

yang

tak

terhindarkan dalam interaksi antara penyelenggara, pengawas, kandidat dan
8

partisipan Pemilu. Untuk mengatasi berbagai masalah pada masing-masing
tahapan bukanlah pekerjaan yang mudah, dalam arti tidak akan dapat
diselesaikan, namun upaya tersebut membutuhkan sinergitas dan koordinasi
antar lini yang mantap dari seluruh stakeholders yang ada, baik itu dari
unsur penyelenggara Negara (baik aparat sipil maupun non sipil), sektor
privat, masyarakat maupun organisasi/lembaga non pemerintah.
Misalnya saja tugas pengamanan, terkadang kita hanya beranggapan
bahwa itu merupakan tugas aparat kepolisian, meskipun sebenarnya institusi
tersebut kapabel dan kredibel untuk melaksanakan tugasnya, tetapi dalam
penanganannya kemudian, pendekatan normative (hukum dan peraturan)
dapat berubah menjadi factor pemicu beralihnya permasalahan sehingga
menjadi permasalahan antara kelompak masyarakat pada satu sisi dengan
aparat Negara pada sisi lainnya.
Terkait dengan hal tersebut, kondisi yang perlu diwaspadai akan
menjadi kerawanan social di masyarakat adalah terjadinya disintegrasi dan
fragmentasi

di

dalam

masyarakat

yang

disebabkan

oleh

sempitnya

pemahaman tentang ikatan primordial kesukubangsaan ataupun fanatisme
keagamaan yang berlebihan.
Dengan beragamnya suku bangsa, budaya, agama dan bahasa maka
keberagaman tersebut seringkali dimanipulasi dan dimobilisasi oleh pihakpihak tertentu yang tidak bertanggungjawab sebagai factor pemecah belah
sehingga perbedaan yang seharusnya menjadi elemen pemersatu dan salah
satu sumber daya bangsa untuk bergerak maju dalam kerangka Bhinneka
Tunggal Ika berubah menjadi factor penghambat pembangunan. Sudah
saatnya anggota masyarakat yang tergabung dalam suatu suku bangsa,
agama

dan

mempunyai

budaya

dan

bahasanya

masing-masing

mengembangkan nilai-nilai yang merupakan konvensi yang dibangun dari
kesepakatan di dalam komunitas itu sendiri dan dipatuhi oleh seluruh
anggotanya sampai dengan para anggota terbawah (grass root). Upaya ini
merupakan bentuk partisipasi yang diharapkan dari komunitas adat/budaya
dan keagamaan untuk mencegah upaya-upaya memperuncing perbedaan
asasi yang ada.

VI. PENUTUP
Penyelenggaraan

Pemilu

2014

harus

difokuskan

kepada

upaya

meningkatkan kualitas pesiapan, meningkatkan partisipasi masyarakat dan
9

menjamin pelaksanaan pemilu secara demokratis, langsung, umum, bebas,
rahasia, jujur, dan adil. Pemilu merupakan kegiatan bersama yang menuntut
peran masyarakat secara keseluruhan, Pemilu 2014 sebagai pesta demokrasi
dan perhelatan bangsa merupakan kerjasama kolektif nasional dan menjadi
tanggung

jawab

bersama

untuk

menyukseskannya.

Keberhasilan

penyelenggaraan Pemilu adalah apabila dilaksanakan tepat pada waktunya,
berlangsung dalam keadaan aman dan tertib, serta ikut berperannya seluruh
elemen masyarakat dalam pelaksanaanya secara langsung, umum, bebas
dan rahasia serta jujur dan adil.
Melalui Pemilu diharapkan adanya penguatan dan peningkatan kualitas
seleksi

kepemimpinan

nasional

yang

berbasis

dukungan

riil

rakyat,

menguatkan akuntabilitas dan legitimasi elit lokal, optimalisasi partisipasi
masyarakat serta kualitas keterwakilan rakyat, yang pada akhirnya terjadi
pemberdayaan politik masyarakat secara keseluruhan.
Pemilu yang merupakan agenda politik bangsa yang dilaksanakan dari,
untuk dan oleh rakyat merupakan kesinambungan proses demokratisasi
politik. Dengan itu diharapkan akan melahirkan kebijakan politik dan
pembangunan dengan memberikan bobot partisipasi masyarakat.
Pemilu pada hakekatnya harus juga dilihat dalam konteks yang lebih
luas yakni membangun tradisi politik yang menitikberatkan pemberdayaan
politik

masyarakat,

berdemokrasi,

sebagai

komunikasi

sarana

dan

jaring

pendidikan
politik

politik,

dalam

pematangan

mempertemukan

berbagai aspirasi masyarakat melalui kepemimpinan yang terpilih yang pada
akhirnya akan membangun budaya politik yang bermartabat.

10

Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARATIF KECUKUPAN MODAL ANTARA PERUSAHAAN PERBANKAN MILIK PEMERINTAH DENGAN PERUSAHAAN PERBANKAN MILIK SWASTA DI BURSA EFEK INDONESIA

1 48 18

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten Jember)

37 330 20

ANALISIS PENGARUH PERATURAN PEMERINTAH NO.58 TAHUN 2005 TERHADAP AKUNTABILITAS KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN BONDOWOSO

2 44 15

PERAN FUNGSI SOSIAL TERHADAP TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI PANTI WERDHA PANGESTI LAWANG

3 77 21

PERAN PERAWAT DALAM IMPLEMENTASI KOLABORATIF PEMBERIAN TERAPI INSULIN SEBAGAI TINDAKAN DALAM PENURUNAN KADAR GULA DALAM DARAH PADA KLIEN DENGAN HIPERGLIKEMI DI RUANG AIRLANGGA RSUD KANJURUHAN KEPANJEN TAHUN 2012

1 55 23

PENGARUH TERPAAN LIRIK LAGU IWAN FALS TERHADAP PENILAIAN MAHASISWA TENTANG KEPEDULIAN PEMERINTAH TERHADAP MASYARAKAT MISKIN(Study Pada Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang Pada Lagu Siang Seberang Istana)

2 56 3

STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM MEWUJUDKAN MALANG KOTA LAYAK ANAK (MAKOLA) MELALUI PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN

73 431 39

KONSTRUKSI BERITA MENJELANG PEMILU PRESIDEN TAHUN 2009 (Analisis Framing Pada Headline Koran Kompas Edisi 2 juni - 6 juli 2009)

1 104 3

PERAN PT. FREEPORT INDONESIA SEBAGAI FOREIGN DIRECT INVESTMENT (FDI) DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA

12 85 1

THE EFFECTIVENESS OF THE LEADERSHIP'S ROLE AND FUNCTION OF MUHAMMADIYAH ELEMENTARY SCHOOL PRINCIPAL OF METRO EFEKTIVITAS PERAN DAN FUNGSI KEPALA SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH METRO

3 69 100