DI JALAN TOL SURABAYA Okkie Puspitorini 1) , Nur Adi Siswandari 1) , Ari Wijayanti 1)

KARAKTERISASI KANAL NIRKABEL UNTUK SISTEM KOMUNIKASI

INTELLIGENT TRANSPORTATION SYSTEM (ITS)

  1) 1) 1) Okkie Puspitorini , Nur Adi Siswandari , Ari Wijayanti

  1 Teknik Telekomunikasi, Dep. Teknik Elektro, Politeknik Elektronika Negeri Surabaya,

  Jalan Raya ITS Sukolilo, Surabaya 60111 Tel: (031) 594 7280; Fax: (031) 594 6114, e-mail : okkie@pens.ac.id

The transport system is currently evolving so rapidly, giving rise to the human desire to create

traffic systems smart and intelligent. Intelligent transportation systems (ITS) can be achieved

with the support of wireless communications technology. This system will be realized by

Abstract

used to obtain the value of PLE using polynomial regression approach. The research location

using a spectrum analyzer. Measurement data is processed into path loss parameters are then

PLE can be obtained through measurements at locations along the Surabaya - Waru highway

is one of the parameters that can be used to express the characteristics of a neighborhood.

preparing a supportive environment in terms of infrastructure, for the PLE (path loss exponent)

respectively for cluster 1, 2, 3, 4 and 5 are 4.79; 4.45; 4.44; 5.06 and 4.96. This indicates that

changes in network performance over the time. This paper presented at the value of PLE

characteristics of the highway gate to the next gate, while the category of time to declare

morning, afternoon and evening, where each cluster describe the environmental

is classified into 5 clusters and data samples taken on three categories of different times are

  2G GSM network technology has better performance than the WCDMA (3G).

the area around the Surabaya-Waru highway classified as an Urban or Sub-urban areas, and

Keywords : Path Loss Exponent (PLE), Key Performance Indicator (KPI), CSSR,

DCR

  ,CCSR

Abstrak

  

Sistem transportasi pada saat ini berkembang begitu pesat, sehingga memunculkan

keinginan manusia untuk menciptakan sistem lalu lintas yang smart dan intelligent.

Sistem transportasi cerdas atau intelligent transportation system (ITS) dapat tercapai

dengan dukungan teknologi komunikasi nirkabel. Sistem ini akan terwujud dengan

loss exponent ) merupakan salah satu parameter yang dapat digunakan untuk menyatakan

menyiapkan lingkungan yang mendukung dari segi infrastruktur, untuk itu PLE (path

karakteristik sebuah lingkungan. PLE dapat diperoleh melalui pengukuran pada lokasi di

sepanjang jalan Tol Surabaya – Waru di kota Surabaya menggunakan spectrum analyzer. Data

hasil pengukuran diolah menjadi parameter pathloss kemudian digunakan untuk mendapatkan

nilai PLE menggunakan pendekatan regresi polinomial. Lokasi penelitian dikelompokan

kedalam 5 cluster dan sample data diambil pada 3 katagori waktu yang berbeda yaitu pagi,

siang dan sore, dimana masing-masing cluster menggambarkan karakteristik lingkungan dari

satu gerbang Tol ke gerbang Tol berikutnya sedangkan katagori waktu untuk menyatakan

perubahan performansi jaringan trehadap waktu. Pada paper ini disajikan nilai PLE berturut-

turut untuk cluster 1, 2, 3, 4 dan 5 sebesar 4,79; 4,45 ; 4,44 ; 5,06 dan 4,96. Hal ini

menunjukkan bahwa area sekitar jalan Tol Surabaya-Waru digolongkan sebagai area Urban

atau Sub-urban dan jaringan GSM dengan teknologi 2G mempunyai performansi lebih baik

dibandingkan jaringan WCDMA (3G).

  

Kata kunci : Path Loss Exponent (PLE), Key Performance Indicator (KPI), CSSR,

DCR ,CCSR.

  PENDAHULUAN

  Perkembangan teknologi nirkabel saat ini terlihat sangat pesat seiring dengan kebutuhan seseorang untuk berkomunikasi dengan mobilitas yang tinggi. Untuk itu pengembangan jaringan komunikasi dalam hal pelayanan menjadi perhatian utama bagi penyedia jaringan. Oleh karena itu, banyak perusahaan telekomunikasi berlomba-lomba untuk menyiapkan produk-produk seluler yang mampu untuk berkomunikasi baik menggunakan suara maupun data dengan kecepatan yang tinggi dan harga yang terjangkau. Salah satu konsep yang banyak dipikirkan dan disiapkan saat ini adalah kebutuhan sistem komunikasi pada alat transportasi yang dikenal dengan istilah

  Intelligent Transportation System (ITS).

  Sistem ini bertujuan untuk menciptakan keamanan, efisiensi, dan kenyamanan dijalan saat mengendarai kendaraan dengan menggunakan teknnologi informasi dan komunikasi. Disamping itu adanya ITS akan sangat mendukung pemerintah khususnya departemen perhubungan dalam mengelola sistem tranportasinya. Dengan terealisasinya sistem tersebut diharapkan akan tercipta

  

Management Transportation System (MTS) yang dapat dimanfaatkan secara terintegrasi

  untuk mengatasi berbagai permasalahan pada system tranportasi termasuk kasus kecelakaan, pelanggaran serta kepadatan lalu lintas. Oleh karena itu, untuk mewujudkan

  ITS di kota Surabaya, sangat dibutuhkan informasi tentang karakteristik lingkungan dimana sistem tersebut akan diterapkan. Karakterisasi ini sangat diperlukan, supaya perencanaan jaringan komunikasi yang diinginkan bisa berhasil dengan optimal. Langkah pertama untuk mendesain jaringan adalah menghitung link budget. Parameter terpenting dalam proses tersebut adalah nilai PLE (n) yang terdapat disepanjang jalur dari pemancar menuju penerima. Pada lingkungan yang berbeda, nilai PLE (n) juga pasti berbeda (Nur Adi et.all., 2011). Pada banyak Negara seperti USA, UK, Portugal, Swiss dan Nigeria memiliki data propagasi termasuk nilai PLE yang sesuai dengan daerahnya; (P. R. Ogungbayi et.all, 2012).

  Sayangnya di Indonesia belum banyak peneliti yang tertarik pada permasalahan ini dan mengkhususkan penelitiannya pada ranah ini yaitu untuk mengamati kondisi

  pathloss

  berdasarkan berbagai kondisi lingkungan propagasi yang bervariasi. Untuk itu pada kesempatan ini akan disampaikan hasil penelitian tentang karakterisasi lingkungan yang dipresentasikan dalam bentuk nilai PLE. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam perencanaan sistem komunikasi ITS di maju dalam bidang transportasi yaitu ITS, meskipun di Surabaya sendiri sudah diterapkan

  ITS dengan nama SITS (Surabaya-ITS), tetapi masih dalam batas hanya untuk pemantauan kepadatan lalu lintas saja dan sistem komunikasinya masih wireline menggunakan serat optik sehingga sistem yang existing masih dianggap mahal dan kurang flexible.

  Beberapa riset terdahulu mempelajari pengaruh PLE pada beberapa sudut pandang antara lain : Nilai PLE sebagai karakteristik dari kanal dapat mempengaruhi field

  strength

  (kuat Medan) yang didapat fungsi jarak (Konstantinos, 2011). Peneliti lain (Caleb Phillips, 2013), mempresentasikan penelitian yang berhubungan dengan ketergantungan proses handover terhadap nilai PLE. Pada jaringan nirkabel, PLE dan variasi dari shadowing serta ukuran dari jaringan terhadap faktor interferensi akan mempengaruhi arsitektur jaringan (Błaszczyszyn, 2010).

  Berdasarkan semua hasil penelitian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa PLE adalah persyaratan penting untuk menentukan karakteristik dan performance sebuah jaringan komunikasi. PLE memiliki dampak yang kuat pada kualitas jaringan, dan karena itu perlu diperkirakan secara akurat untuk desain efisien dan pengoperasian sistem. Dalam hal ini peneliti melakukan penelitian yang difokuskan untuk mencari dan mengklasifikasikan nilai PLE sebagai fungsi dari lokasi yang berbeda di Kota Surabaya.

  Pengukuran dilakukan pada frekuensi GSM untuk teknologi 2G. Lokasi pengukuran pada 31 kecamatan kota Surabaya dengan cara menyebar diseluruh kota untuk mengungkapkan semua kemungkinan yang bisa didapat dalam menentukan karakteristik kanal propagasi di Surabaya, model pathloss prediksi yang digunakan adalah Okumura-Hatta. Perangkat pengukuran menggunakan software TEMS investigation ver 8.0.

METODE PENELITIAN

1. Karakterisasi Lingkungan Propagasi

  Untuk mengimplementasikan sistem transportasi cerdas (ITS) disuatu daerah, dibutuhkan dukungan infrastruktur yang memadai. infrastruktur yang harus diperhatikan meliputi: kondisi lingkungan, spesifikasi peralatan dan sistem komunikasi yang handal untuk menunjang kebutuhan dalam hal pengiriman data dari sensor, road side unit (RSU) dan terinci diharapkan dapat memberikan performansi yang baik pada sistem transportasi cerdas yang akan di aplikasikannya. Perlu diketahui bahwa selain peralatan, kondisi lingkungan merupakan infrastruktur yang sangat penting untuk diteliti terlebih dahulu sebelum mengaplikasikan sebuah sistem komunikasi di suatu daerah, karena masing- masing daerah pasti mempunyai karakteristik lingkungan yang berbeda. Sedangkan pada penelitian ini, karakteristik lingkungan akan diwujudkan berupa

  pemodelan kanal yang

dipresentasikan dengan niai Path Loss Exponent (PLE). Berdasarkan nilai PLE, maka

  dapat ditentukan model path loss propagasi yang sesuai pada lingkungan tersebut, sehingga dapat juga ditentukan jenis peralatan yang cocok untuk mendukung implementasi ITS di Surabaya agar diperoleh kinerja yang optimal.

2. Rancangan Sistem

  Pada bagian ini akan dijelaskan metode yang digunakan untuk menentukan nilai PLE. Untuk menentukan niai PE diperlukan data-data tentang kondisi lingkungan di sepanjang jalan tol. Data-data tersebut meliputi data primer dan data sekunder. Untuk mendapatkan data primer dilakukan dengan cara pengukuran, sedangkan data sekunder diperoleh dengan cara survey. Data yang diperoleh melalui survey antara lain : lokasi BTS, klasifikasi jalan (berdasarkan ukuran jalan, ukuran kendaraan dan kondisi jalan), serta kepadatan lalu lintas. Data tersebut akan digunakan untuk merencanakan skenario pengukuran dan menentukan titik-titik pengambilan sampel untuk pengukuran. Untuk lebih jelasnya metode penelitian dapat dilihat seperti terlihat pada gambar 1.

  Gambar 1. Blok Diagram Methodologi Penelitian

  2.1 Survey Data Jalan

  Data jalan yang diambil pada survey ini meliputi : panjang jalan, lebar jalan, lebar bahu jalan, batas kecepatan minimum dan batas maximum yang diijinkan melalui jalan Tol tersebut, serta kondisi lingkungan di sekitar jalan Tol, karena kondisi lingkungan ini yang akan mempengaruhi proses propagasi sinyal komunikasi dari RSU ke BTS. Disamping itu juga dilakukan survey mengenai posisi BTS yang berada di pinggir jalan Tol yang dapat meng-cover user yang berada di bahu jalan Tol tersebut.

  2.2 Pengukuran

  Pengukuran adalah salah satu metode untuk mendapatkan data yang dilakukan pada penelitian ini. Proses pengambilan data dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan drive test untuk mengukur parameter KPI, dengan mengambil sampel pada satu coverage area sebuah BTS GSM di sepanjang jalan Tol Waru – Surabaya. Sedangkan pengukuran yang lain dilakukan dengan menggunakan spectrum analyzer yang akan digunakan untuk mengukur level daya di titik sample sepanjang jalan Tol. Sedangkan peralatan yang digunakan untuk pengukuran adalah sebagai berikut :

  • Untuk melaksanakan pengukuran parameter KPI pada jaringan GSM dengan cara drive

  test

  , memerlukan peralatan baik perangkat lunak maupun perangkat keras sbb :

  a. Perangkat Lunak Pengukuran dilakukan untuk frekuensi GSM menggunakan perangkat lunak TEMS

  investigator

  8.03. Perangkat ini di-lengkapi dengan peta lokasi dari BTS GSM yang berada di sepanjang jalan Tol Waru-Surabaya. Peta lokasi tersebut juga dilengkapi dengan informasi identitas sel masing-masing lokasi.

  b. Perangkat Keras Selain perangkat lunak, masih diperlukan perangkat keras sebagai pendukungnya, seperti Laptop, HP, GPS dan kendaraan yang digunakan untuk pelaksanaan pengukuran. Set-Up pengukuran Drive Test dapat dilihat pada Gambar 2.

  • Spectrum Analyzer

  Pengukuran Level Daya Terima

  Peralatan yang digunakan pada pengukuran ini adalah : Rohde & Schwarz FSH23 100 KHz – 3 GHz, d ipole antenna : UHA 9105 dan kabel Coaxial type

  

RG 58 dan Laptop dengan perangkat lunak FSH view. Set-Up pengukuran dengan

spectrum dapat dilihat pada Gambar 3.

  2.3 Set-Up Pengukuran

  Gambar 2. Set-Up Drive Test Gambar 3. Set-Up Spectrum Analyzer

  2.4 Lokasi Pengambilan Data

  Pengambilan data ke 2 cara tersebut diatas, menggunakan lokasi ang sama yaitu Jalan Tol Waru-Surabaya. Lokasi dapat dibagi ke dalam 5 cluster berdasarkan gerbang masuk Tol. Cluster 1 (Gerbang Tol Waru – Gerbang Tol Gunung Sari), cluster 2 (Gerbang Tol Gunung Sari – Gerbang Tol Kota Satelit), cluster 3 (Gerbang Tol Kota Satelit – Gerbang Tol Dukuh Kupang), cluster 4 (Gerbang Tol Dukuh Kupang – Gerbang Tol Gresik), dilihat seperti pada Gambar 4.

  Gambar 4. Ruas Jalan Tol Waru-Surabaya dan Lokasi BTS

2.5 Parameter Pengukuran

  Skenario pengukuran sinyal GSM. Pengukuran dimulai dengan memilih BTS dan kemudian berjalan berputar mengelilingi BTS itu dari jarak 100 meter sampai 2 km. Dalam setiap jarak perpindahan, secara otomatis penerimaan sinyal dicatat Mobile Station (MS) TEMS dan Lokasi BTS ditampilkan pada map info yang diperoleh dari GPS. Pengukuran ini digunakan untuk mengetahui kondisi kuat sinyal (RSCP ~ Receive Signal

  Code Power

  ) dan

  Ec/No (Energy Chip / Noise Power) pada perubahan jarak sepanjang

  jalan Tol. Sedangkan pathloss di peroleh dengan cara menghitung dari level daya yang diterima oleh spectrum analyzer.

3. Data Pengukuran

  Karena pengukuran dilakukan dengan 2 cara, maka data yang diperoleh juga ada 2 macam yaitu data drive test dan daya dari spectrum analyzer.

3.1 Data Drive Test

  Pengukuran dilakukan setiap jarak 200 m sepanjang jalan tol Waru-Surabaya, ini dilakukan untuk memperoleh data yang valid tentang kondisi lingkungannya. Pengukuran dilakukan ditepi jalan tol dimana lokasi tersebut ada kemungkinan dapat digunakan untuk meletakan sebuah sensor. Contoh kondisi jalan tol seperti terlihat pada Gambar 5, sedangkan data hasil pengukuran dapat dilihat pada Gambar 6.

  Gambar 5. Kondisi Jalan Tol Gambar 6. Data RSCP dari Drive Test Gambar 7. Data Ec/No dari drive Test

  Gambar 7. merupakan salah satu coverage plot dari hasil pengukuran Ec/No pada kondisi

  iddle

  dengan rute Waru-Surabaya dan metode lock (hanya menerima jaringan 3G/GSM) untuk operator Telkomsel. Dari coverage plot tersebut dapat diketahui bahwa level sinyal yang diterima oleh MS ada warna kuning, hijau bahkan biru dan beberapa titik berwarna merah. Ini berarti bahwa level kualitas sinyal (Ec/No) yang diterima oleh MS di rute Waru-Surabaya bagus, meskipun ada beberapa tempat yang kurang bagus.

3.2 Data Pengukuran Menggunakan Spectrum Analyzer

  Data ini diperoleh dari pengukuran level sinyal disuatu titik/lokasi sepanjang tepi jalan tol Surabaya-Waru. Data ini akan digunakan untuk mencari kemungkinan adanya coverage area dari BTS di sekitar jalan tol, kemudian digunakan untuk menentukan lokasi sensor (RSU) agar komunikasi wireless antara RSU dengan server berjalan dengan baik. Disamping itu, data hasil pengukuran ini juga akan digunakan sebagai acuan untuk menentukan data spesifikasi teknis dari RSU yang dapat digunakan secara optimal. Salah satu contoh data hasil pengukuran menggunakan menggunakan spectrum analyzer dapat terdapat 3 pasang frekuensi carier, masing-masing untuk downlink dan uplink. Ketiga frekuensi tersebut mewakili teknologi GSM dan UMTS (3G) dari salah satu operator yang terdapat di pinggir jalan tol. Data inilah yang akan digunakan untuk menghitung link

  

budget pada environment jalan tol, link budget kemudian digunakan untuk menentukan

coverage

  dari BTS terhadap lingkungan di sekitar jalan tol tersebut. Lingkungan di jalan tol tergantung dari karakteristiknya, dan karakteristik akan sangat ditentukan oleh nilai pathloss exponent. Oleh karena itu perhitungan nilai pathloss exponent akan menggambarkan karakteristik lingkungan jalan tol tersebut.

  Gambar 8. Data Level Daya Dari Spectrum Analyzer

  HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Layanan (QoS)

  Kualitas layanan atau Quality Of Service (QoS) dihitung dari parameter call events

  (call setup, call attempt, dropped call dan blocked call)

  yang diperoleh dari TEMS Investigation, adapun parameter kualitas jaringan yang dihitung meliputi CSSR (Call

  

Setup Success Ratio) , DCR (Dropped Call Ratio), CCSR (Call Completion Success Ratio)

  dan BCR (Blocked Call Ratio). Untuk memperoleh nilai tersebut, maka digunakan persamaan (1) sampai persamaan (4).

  ∑

  (1) % 100%

  ∑

  ∑

  (2) % 100%

  ∑ ∑

  (3) % 1 100%

  ∑ ∑

  (4) % 100%

  ∑

  Berdasarkan data pengukuran pada call events dan dihitung menggunakan persamaan (1)- (4), maka diperoleh QOS seperti pada Tabel 1 dan Tabel 2.

  Tabel 1 Data Call Events hasil pengukuran akumulatif

  Jumlah (kali) Cluster Blocked Call Call Dropped Call Established

  Call Attempt Setup Call Waru-Sby

  8

  7

  7

  1 Tabel 2

Hasil Perhitungan QOS

  QOS (%) Daerah

  CSSR DCR BCR CCSR Waru-Surabaya 87,5 12,5 100

  Dari Tabel 2. dapat dianalisa bahwa secara akumulatif, kualitas layanan sepanjang jalan Tol Waru – Surabaya cukup bagus meskipun DCR = 0%, tetapi BCR masih cukup tinggi yaitu 12,5 %, dan ketersediaan kanal juga cukup bagus yaitu 85%. Jadi kesimpulannya bahwa environment sepanjang jalan Tol Waru-Surabaya cukup mendukung jika akan di terapkan komunikasi wireless untuk Intelligent Transportation system (ITS), tetapi masih perlu ditambah BTS di tempat-tempat tertentu agar diperoleh performansi yang optimal.

  Perhitungan Path Loss Exponent (n)

  Path Loss Exponent dapat dihitung menggunakan pedekatan regresi, regresi merupakan teknik untuk memperoleh persamaan kurva pendekatan dari titik-titik data pengukuran yang telah diperoleh. Karena data yang diperoleh mempunyai sebaran yang bervariasi, maka digunakan regresi polynomial untuk menyederhanakannya. Tetapi pada kasus penelitian ini, sebaran nilai pathloss tidak begitu bervariasi (dengan Std = 3,5081), maka pendekatan yang digunakan adalah regresi linier. persamaan (6). Dimana pathloss diperoleh melalui perhitungan dari data pengukuran menggunakan spectrum analyzer. Kemudian dari pathloss dapat diperoleh nilai pathloss

  exponent

  nya. Grafik level daya hasil pengukuran pada salah satu cluster dapat dilihat pada Gambar 9 dan hasil perhitung pathloss dari cluster yang sama ditunjukkan pada Gambar

  10. Setelah dimasukan nilai parameternya, maka diperoleh nilai pathloss exponent (n) untuk 5 cluster di daerah sekitar jalan Tol waru – Surabaya dan sebaliknya, seperti yang tertera pada Tabel 3. Nilai (

  n) ini bisa digunakan untuk memodelkan kanal riil sesuai kondisi yang sebenarnya pada saat dilakukan pengukuran.

  , log log log (5)

  10 (6)

  Gambar 9. Level Daya Pada Cluster 1 Gambar 10. Pathloss Pada Cluster 1 Tabel 3

  Nilai pathloss exponent 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 -76 -74 -72 -70 -68 -66 -64 -62 -60 -58 -56 Jarak (m) P ow er Re ce iv ed (d B m ) 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 1100 88 90 92 94 96 Pa 104 102 98 100 Jarak (m) th L os s (d Bm ) Pathloss Hasil Pengukuran Smoothing Pathloss

  Titik Pengukuran

Nilai Pathloss Exponent (n)

Pagi Siang Malam Rata-rata

  Cluster 1 4,82 4,77 4,79 4,7933 Cluster 2

  4,44 4,46 4,45 4,4500 Cluster 3 4,43 4,46 4,40

  4,4366 Cluster 4 5,07 5,05 5,06 5,0633

  Cluster 5 5,08 4,87 4,93 4,9600 hasilnya dapat dilihat pada Gambar 11. Terlihat bahwa grafik pathloss pemodelan menyerupai grafik pathloss hasil perhitungan dari data pengukuran. 102 104 (d os s Bm ) L 100 98 96 Pa th 90 92 94 Pemodelan Pathloss Exponent Smoothing Pathloss Pathloss Hasil Pengukuran

  88

200 300 400 500 600 700 800 900 1000 1100

Jarak (m)

  Gambar 11. Grafik pemodelan dengan nilai (n) pada cluster 1

  SIMPULAN

  Perhitungan DCR (Drop Call Ratio) rata-rata diperoleh sebesar 0%, ini berarti bahwa setiap panggilan yang sukses maka kemungkinan drop/putus sangat kecil. Dan nilai CCSR (Call Completion Success Ratio) sebesar 100%, dari hasil ini menunjukkan bahwa panggilan yang berhasil akan diselesaikan dengan baik. Jadi jelas bahwa ketersediaan kanal di sepanjang jalan Tol Waru-Surabaya cukup digunakan untuk mendukung komunikasi nirkabel untuk ITS. Perlu diketahui bahwa berdasarkan nilai pathloss exponentnya (4.43 s/d 5.06), ini berarti lingkungan jalan Tol Waru-Surabaya termasuk daerah urban atau sub-urban.

  DAFTAR PUSTAKA Błaszczyszyn B., Mohamed Kadhem Karray and Franc¸ois-Xavier Klepper. (2010).

  Impact of the Geometry, Path-Loss Exponent and Random Shadowing on the Mean Interference Factor in Wireless Cellular Networks. , INRIA-ENS and Math. Inst.

  Univ. Wroc ław, Franc.

  Caleb Phillips, Douglas Sicker, and Dirk Grunwald. (2013). A Survey of Wireless Path Loss Prediction and Coverage Mapping Methods. IEEE Communications Surveys & Tutorial , Vol.15, No.1.

  Kenneth Lin, and Timothy Weil. (2011). Vehicular Networking: A Survey and Tutorial on Requirements, Architectures, Challenges, Standards and Solutions. IEEE Communications Surveys & Tutorial.

  Konstantinos K., Ralf K., Mehrdad D., Charalampos Z., David Rieck. (2011). Application of Vehicular Communications for Improving the Efficiency of Traffic in Urban Areas, Wireless Communications and Mobile Computing, vol. 11 issue 12. p. 1657- 1667

  NurAdi S, Okkie P. (2010). Investigasi dan Analisa Coverage Area Pemancar CDMA di Daerah Surabaya dengan Sistim Informasi Geografis (SIG). Jurnal Emitter, EEPIS.

  Surabaya. NurAdi S, Okkie P. (2011). Analisa Path loss Exponent di Area Terbuka Untuk Aplikasi Wireless Sensor Network (WSN). Prosiding SnaPP, Unisba, Bandung.

  Nur Adi S, Okkie P & Ari W. (2014). Analysis of Area Environmental Conditions In Surabaya to Support The Communication System of ITS. The Third Indonesian- Japanese Conference on Knowledge Creation and Intelligent Computing (KCIC).

  Malang, Indonesia. Nur Adi S, Okkie P., Ari W., (2015). Design and Manufacture of a Prototype I2I

  Communication System to Monitor Vehicle Speed to Support Intelligent Transportation System (ITS) In Surabaya. Poster session, (KCIC). Malang, Indonesia. Okkie P, NurAdi S. (2012). Analisa Pathloss Exponent Pada Daerah Urban dan Suburban

  Untuk Mendukung Pembangunan Insfrastruktur Telekomunikasi dan Infromasi di Surabaya. Proceding SNAPP, Unisba, Bandung. P. R. Ogungbayi, A. J. Falade, and Abubakar Abdulkarim. (2012). Propagation Path Loss

  Characteristics at 900 MHz in Ilorin, Nigeria. Epistemics in Science, Engineering and Technology, Vol.2 , No.2 , pp 84-93.