PENGAWASAN DAN PEMANTAUAN PEMILIHAN KEPALA DAERAH (PILKADA) SERENTAK PROPINSI BANTEN MELALUI PELIBATAN MASYARAKAT DALAM PERSPEKTIF HAM ( Supervision and Monitoring of Simultaneous Regional Head Election in the Province of Banten through Community Engageme

PENGAWASAN DAN PEMANTAUAN PEMILIHAN KEPALA DAERAH (PILKADA) SERENTAK PROPINSI BANTEN MELALUI PELIBATAN MASYARAKAT DALAM PERSPEKTIF HAM

( Supervision and Monitoring of Simultaneous Regional Head Election in the Province of Banten through Community Engagement in the Perspective of Human

Rights)

Donny Michael

Pusat Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Badan Penelitian dan Pengembangan Hukum dan HAM

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia R.I.

Jalan H.R. Rasuna Said Kavling 4-5 Kuningan – Jakarta Selatan 12940

Email: dmsitumorang@yahoo.com Tulisan Diterima: 23-05-2018; Direvisi: 05-07-2018: Disetujui Diterbitkan: 18-07-2018

DOI: http://dx.doi.org/10.30641/ham.2018.9.69-85

ABSTRACT

One of the most important parts of an election is the public roles and participation. Rational consideration to becoming smart voters must continuously be promoted, hence, it is expected that leaders and representatives of people with high integrity and quality may be elected. The issues of abstainteism and bias of the organizing committee in this democratic big events may be made the grounds to involve the peope in supervising and protecting the rights of the citizens to be voted for and to vote in the Regional Head Election. The purpose of this research is to identify the pattern used by the Elections Supervisory Agency in monitoring and overseeing the Regional Head Election, to identify the pattern of public involvement in the monitoring and supervision of Regional Head Election from the perspective of Human Rights, and to identify the barriers in the monitoring and supervision efforts of the Regional Head Election. This research employs qualitative method with analytical descriptive approach that will reveal the result systematically. By observing the institutional structure of the Elections Supervisory Agency, the pattern of public involvement in the elections supervision and monitoring has been in conformity to the perspective of Human Rights in particular those that relate to the principles of public participation and involvement. With regard to the pattern of public involvement beyond the institutional structure of the Elections Supervisory Agency, the Elections Supervisory Agency relies on the people’s voluntary participation to act as a supervisor and watcher. This is to maintain independency and

objectivity of the supervision and monitoring by the people. Keywords: Regional Head Election, Public Involvement, Human Rights

ABSTRAK

Salah satu bagian terpenting dari sebuah proses pemilu adalah peran dan partisipasi masyarakat. Pertimban- gan rasional dengan menjadi pemilih cerdas perlu terus-menerus disosialisasikan, sehingga nantinya diharap- kan dapat terpilih pemimpin dan wakil-wakil rakyat yang mempunyai integritas dan kualitas yang tinggi. Permasalahan seperti golput dan ketidaknetralan penyelenggara dalam pelaksanaan dalam acara demokrasi yang melibatkan rakyat dapat dijadikan suatu alasan akan perlunya pelibatan masyarakat dalam melakukan pengawasan dan perlindungan hak-hak warga negara untuk dipilih dan menggunakan hak pilihnya dalam Pilkada. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola Bawaslu dalam melakukan pemantauan dan penga- wasan Pilkada, mengetahui pola pelibatan masyarakat dalam melakukan pemantauan dan pengawasan Pilkada dalam perspektif hak asasi manusia, serta mengidentifikasi hambatan-hambatan dalam upaya pemantauan dan pengawasan Pilkada. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif analisis yang akan mengungkapkan secara sistematis. Dalam struktur lembaga Bawaslu, pola pelibatan masyarakat untuk

Jurnal HAM Vol. 9 No. 1, Juli 2018: 69-85 69 Jurnal HAM Vol. 9 No. 1, Juli 2018: 69-85 69

Kata Kunci: Pemilihan Kepala Daerah, Pelibatan Masyarakat, Hak Asasi Manusia

PENDAHULUAN setuju untuk menempatkan wakil Peserta Pemilu kedalam kepanitiaan Pemilu. Selain itu, Pemer-

Indonesia merupakan negara demokrasi, intah juga mengintroduksi adanya badan baru yang berarti bahwa kekuasaan atau kedaulatan

yang akan terlibat dalam urusan Pemilu untuk berada ditangan rakyat sebagaimana yang ter-

mendampingi Lembaga Pemilihan Umum (LPU). cantum dalam Pasal 1 Ayat (2) Undang-Undang

Badan baru ini bernama Panitia Pengawas Pelak- Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

sanaan Pemilihan Umum (Panwaslak Pemilu) yang menyatakan bahwa kedaulatan berada di

yang bertugas mengawasi pelaksanaan Pilkada. tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-

Dalam perkembangannya Panwaslak Pemilu Undang Dasar. Salah satu wujud nyata dari pelak-

mengalami beberapa kali perubahan sampai akh- sanaan demokrasi di Indonesia adalah Pemilihan

irnya menjadi Badan Pengawas Pemilihan Umum Kepala Daerah.Hal ini telah tercantum pada Pasal

(Bawaslu) yang diatur dalam Undang-Undang

18 Ayat 4 UUD 1945 yaitu Gubernur, Bupati, dan Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pe- Walikota masing-masing sebagai kepala pemerin-

milihan Umum, akan tetapi pelaksanaan Pemilu tah daerah provinsi, kabupaten, dan kota dipilih

tidak hanya membutuhkan pengawasan saja, na- secara demokratis. mun juga membutuhkan partisipasi masyarakat

Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor untuk mengikuti jalannya Pemilu.

22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum, Pilkada dimasukkan dalam rezim pemilu,

Diagram 1

Transformasi Pengawas Pemilu di Indonesia sehingga secara resmi bernama Pemilihan umum

Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah atau dis-

ingkat Pemilukada. Pelaksanaan Pilkada di Indo-

nesia menjadi salah satu peristiwa yang ditunggu

PANWASLA

BAWASLU

PEMANTAU PELIBATAN

penduduk Indonesia. Hal ini dikarenakan seluruh

Sumber: Peraturan perundang-undangan

penduduk dapat menentukan pilihan akan Kepala Daerah yang sesuai dengan harapan. Oleh karena

Pilkada serentak gelombang pertama telah itu untuk kelancaran pelaksanaan Pilkada, maka

dilakukan pada Desember 2015 untuk kepala dae- diperlukan pengawasan Pilkada. rah yang masa jabatannya berakhir pada tahun

Pengawasan Pilkada hampir sama seperti 2015 serta pada semester pertama tahun 2016. pengawasan dalam Pemilu yang perlu dibentuk

Pilkada serentak ini akan diikuti oleh 269 daerah, untuk mengawasi pelaksanaan tahapan Pilkada,

terdiri dari 201 daerah yang masa jabatan kepala menerima pengaduan, serta menangani kasus-

daerahnya berakhir pada Juni-Desember 2015 dan kasus pelanggaran administrasi dan pelanggaran

68 daerah yang masa jabatan kepala daerahnya pidana Pilkada. Lembaga Pengawas Pemilu baru

berakhir pada Januari-Juni 2016. Tahapan pelak- muncul pada Pemilu tahun 1982, yang dilatarbe-

sanaan Pilkada tersebut dimulai pada akhir April lakangi oleh protes-protes atas banyaknya pelang-

2015. Lalu Pilkada serentak gelombang kedua garan dan manipulasi penghitungan suara yang

akan dilaksanakan pada Februari 2017 untuk ke- dilakukan oleh para petugas Pemilu pada Pilkada

pala daerah yang masa jabatannya berakhir pada tahun 1971. semester kedua tahun 2016 dan kepala daerah

Kemudian muncul sebuah gagasan mem- yang masa jabatannya berakhir pada tahun 2017. perbaiki undang-undang yang bertujuan me-

Pilkada serentak gelombang ketiga akan dilak- ningkatkan ‘kualitas’ Pemilu 1982. Pemerintah sanakan pada Juni 2018 untuk kepala daerah yang

70 Pengawasan dan Pemantauan Pemilihan Kepala Daerah... (Donny Michael)

Jurnal HAM Vol. 9 No. 1, Juli 2018: 69-85 71

masa jabatannya berakhir pada tahun 2018 dan 2019.

Hasil penelitian Pemilu sebelumnya menunjukkan bahwa tingkat partisipasi masyara- kat dalam penyelenggaraan Pemilu selalu menu- run, yang dapat diketahui dengan semakin menin- gkatnya angka pemilih yang tidak menggunakan hak pilihnya/menjadi golongan putih (golput). Angka golput kembali mengalami kenaikan pada Pemilu tahun 1992 yaitu 9,05 persen dan semakin naik pada Pemilu tahun 1997 dengan angka 12,07 persen. Angka golput terus meningkat pada Pemi- lu tahun 1999 yang mencapai 10,4 persen dan pada Pemilu tahun 2004 sebesar 23,34 persen, serta Pe- milu Anggota Legislatif pada tahun 2009 menca- pai angka 29,01 persen. Tingginya angka golput ini sungguh mengkhawatirkan, karena penurunan tingkat golput telah mencapai hampir 30%. Kede- pan, potensi golput dikhawatirkan semakin tinggi. Hasil survey yang dilakukan Lingkaran Survei Indonesia (LSI) pada tanggal 1-12 Februari 2012 terhadap 2.050 responden dengan metode acak

bertingkat memperkuat dugaan tersebut. 1 Berdasarkan hasil quick count (hitung cepat) pada tahun 2015 di sejumlah daerah, ditemukan angka golput yang masih tinggi. Di Malang, Jawa Timur (Provinsi Jawa Timur), hasil hitung cepat Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA men- catat partisipasi pemilih hanya 57,6% atau golput mencapai 42,4%. Angka yang kurang lebih sama juga terjadi di Pilkada Kediri, Provinsi Jawa Timur, dengan partisipasi pemilih hanya 56,3%. Di Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau, Tim Riset LSI bekerja sama dengan Jaringan Info Pub- lik mencatat partisipasi pemilih yang lebih ren- dah, yakni 50,24%. Golput di daerah ini mencapai 49,7% atau hampir setara dengan jumlah pemilih yang menggunakan suaranya. Di Kabupaten In- dramayu, Provinsi Jawa Barat, LSI juga mencatat tingkat partisipasi pemilih yang tergolong rendah, yakni 59,81%. Bahkan, pada beberapa daerah ditemukan partisipasi pemilih yang di bawah 50%

dari jumlah daftar pemilih tetap (DPT). 2 Partispasi masyarakat dalam pelaksanaan Pilkada juga sangat diperlukan karena adanya

1 Denty Eka Widi Pratiwi, Menengakkan Demokrasi: Meningkatkan Partisipasi Masyarakat dalam Pilkada, Kompasiana.com tanggal 12 Januari 2016 diakses melalui

http://www.kompasiana.com/

senatordenty/

menengakkan-demokrasi-meningkatkan-partisipasi- masyarakat-dalam-Pilkada_ 552e35 bc6ea 8 341b228b456b 2 Tingkat partisipasiwarga dalam menggunakan hakpilihnya di pilkada serentak 2015 tergolong rendah Lihat http://www. koran-sindo.com/news.php?r=0&n=3&date=2015-12-10

peluang dan kemungkinan ketidaknetralan pe- nyelenggara dan pelaksana Pilkada. Hal tersebut tidak sesuai dengan peraturan yang kemudian dii- kuti kesadaran politik dari peserta pemilu sehigga menyebabkan kondisi ketertiban dan keamanan menjadi terganggu. Oleh karena itu peran pen- gawasan itu harus dapat memastikan bahwa apa yang dilakukan atau diawasi telah sesuai aturan yang berlaku. Permasalahan seperti golput dan ketidaknetralan penyelenggara dalam pelaksa- naan dalam acara demokrasi yang melibatkan rakyat dapat dijadikan suatu alasan akan perlunya pelibatan masyarakat dalam melakukan penga- wasan dan perlindungan hak-hak warga negara untuk dipilih dan menggunakan hak pilihnya dalam Pemilu sebagaimana tertuang dalam Pasal

25 butir b Kovenan Internasional Hak-hak Sipil dan Politik yang menyatakan: “...Setiap warga negara harus mempun- yai hak dan kesempatan, tanpa pembedaan apapun dan tanpa pembatasan yang tidak layak, untuk memilih dan dipilih pada pe- milihan umum berkala yang murni, dan dengan hak pilih yang universal dan sama, serta dilakukan melalui pemungutan suara secara rahasia untuk menjamin kebebasan menyatakan keinginan dari para pemil-

ih....”

Selanjutnya dalam UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM khususnya pada BAB III, dia- tur mengenai hak asasi manusia dan kebebasan dasar manusia Bagian Kedelapan Hak Turut Serta Dalam Pemerintahan, yaitu:

Pasal 43 ayat (1) Setiap warga negara berhak untuk dipilih dan mimilih dalam pemilihan umum berdasarkan persamaan hak melalui pemungutan suara yang berlangsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.

Berkenaan dengan hal tersebut pada Tahun 2013 Badan Penelitian dan Pengembangan Hu- kum dan HAM telah melakukan Penelitian ten- tang “Pelaksanaan Kampanye Pemilihan Umum Ditinjau dari Perspektif Hak Asasi Manusia” yang menghasilkan rekomendasi diantaranya adalah perlu dilakukannya penguatan kelembagaan Badan Pengawas Pemilu agar jangkau penga- Berkenaan dengan hal tersebut pada Tahun 2013 Badan Penelitian dan Pengembangan Hu- kum dan HAM telah melakukan Penelitian ten- tang “Pelaksanaan Kampanye Pemilihan Umum Ditinjau dari Perspektif Hak Asasi Manusia” yang menghasilkan rekomendasi diantaranya adalah perlu dilakukannya penguatan kelembagaan Badan Pengawas Pemilu agar jangkau penga-

Secara politis pembentukan Bawaslu pada Kehadiran pemantauan Pemilu diatas mem- Tahun 2008 dengan tugas, fungsi dan kewenan-

bawa pendapat pro dan kontra berbagai pihak. gan pengawasan Pemilu berupa pencegahan dan

Pandangan yang pro antara lain: mengganggap penindakan pelanggaran Pemilu, serta kewenan-

kehadiran pemantauan independen ini akan me- gan penyelesaian sengketa, berdasarkan Undang-

ningkatkan tingkat kepercayaan terhadap jalan- Undang Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Pemilihan

nya proses pemilu. Salah satu dampaknya adalah Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, De-

tingkat kepercayaan pemilih tinggi dan angka wan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan

golput rendah. Sementara itu, pihak yang kontra, Rakyat Daerah, bertujuan untuk memastikan dua

berpandangan kehadiran pemantauan Pemilukada hal pokok: 1) Keberadaan suatu penyelenggara

rawan menimbulkan konflik antara pendukung pemilu yang bersifat mandiri, tetap, dan nasion-

kandidat peserta pemilu bilamana hasil kecuran- al, yaitu penyelenggara pemilu yang profesional,

gan di publikasi.

spesialis, dan berintegritas: transparan, akunta- Berdasarkan hal tersebut, maka dipandang bel, kredibel dan partisipatif dalam melaksanakan

perlu untuk melakukan Penelitian tentang “Pe- pengawasan pemilu; 2) Seluruh proses dan hasil

mantauan dan Pengawasan Pilkada Melalui Peli- penyelenggaraan pemilu sesuai asas dan prinsip

batan Masyarakat dalam Perspektif HAM”. umum pemilu demokratis: langsung, umum, be-

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi bas, dan rahasia, serta jujur, adil, dan kompetitif. 3 masalah yang telah diuraikan maka permasalahan Pengawasan dan Pemantauan yang dilak-

dapat dirumuskan sebagai berikut : Bagaimana sanakan oleh Bawaslu dapat terlaksana secara

pola pelibatan masyarakat dalam melakukan pen- maksimal bila melibatkan masyarakat sipil dalam

gawasan dan pemantauan Pilkada dalam perspe- melakukan pengawasannya karena tidak saja akan

ktif hak asasi manusia? serta hambatan-hambatan memperkuat kapasitas pengawasan Pemilu atau-

apa saja yang ditemukan dalam upaya penga- pun Pilkada, namun juga mendorong perluasan

wasan dan pemantauan Pilkada? wilayah pengawasan. Bahkan akan memperkuat posisi pengawasan Pemilu sebagai lembaga pen-

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: gawasan yang berkembang dengan anchor yang

1. Mengetahui pola pelibatan masyarakat kuat dengan representasi lembaga negara dan ma-

dalam melakukan pemantauan dan penga- syarakat sipil. Hal ini sekaligus akan menjadi me-

wasan Pilkada dalam perspektif hak asasi ma- dia komunikasi pendidikan politik bagi masyara-

nusia.

kat, tentang partisipasi dalam penyelenggaraan

2. Mengidentifikasi hambatan-hambatan dalam Pemilu. Terutama berkenaan dengan peran strat-

upaya pemantauan dan pengawasan Pilkada. egis pengawasan dalam mendorong terwujudnya

Pemilu yang langsung, umum bebas, rahasia, ju- Manfaat penelitian ini dapat dibagi menjadi jur dan adil. 4 manfaat akademis dan praktis. Secara akademis, Ada sejumlah Badan Pemantau Independen

penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan yang berpartisipasi dalam beberapa kali melaku-

literatur dalam memperkaya ilmu pengetahuan di kan pemantaun pelaksanaan Pemilukada di Indo-

hak asasi manusia di bidang politik. Secara prak- nesia, antara lain: Jaringan Pendidikan Pemilih

tis, manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: Untuk Rakyat (JPPR), Perkumpulan Untuk Pe-

1. Tersedianya rekomendasi tentang bentuk- milu dan Demokrasi (PERLUDEM), Centre for

bentuk pemantauan dan pengawasan dalam Electoral Reform (CETRO), Forum Rektor, The

Pilkada yang telah dilakukan Pemerintah dan National Democratic Institute (NDI), The Inter-

pelibatan masyarakat. nationalized Resource Identifier (IRI), Nowman 2. Tersedianya alternatif solusi atas kendala yang

dihadapi dalam upaya pemantauan dan penga- wasan Pilkada melalui pelibatan masyarakat.

3 http://www.bawaslu.go.id/id/profil/rencana-strategis-

bawaslu, diakses pada tanggal 15 Januari 2016. Adapun yang menjadi ruang lingkup dalam

4 Diakses melalui

http://www.bawaslu.go.id/id/profil/

rencana-strategis-bawaslu, diakses pada tanggal 15 Januari

penelitian ini adalah: Pengawasan dan Peman-

72 Pengawasan dan Pemantauan Pemilihan Kepala Daerah... (Donny Michael) 72 Pengawasan dan Pemantauan Pemilihan Kepala Daerah... (Donny Michael)

han. Sedangkan Kota Cilegon terbagi dalam merupakan salah satu cara membuktikan bahwa

8 kecamatan yang didalamnya terdiri dari 43 Pilkada yang dilakukan benar-benar demokratis.

desa/kelurahan dan Kabupaten Pendeglang Adapun lokasi penelitian Provinsi Banten. terbagi dalam 35 kecamatan dan 335 desa/ke- lurahan.

METODE PENELITIAN

Tabel 1

Penelitian ini menggunakan metode kuali-

Jumlah Pemilih Pilkada Serentak Kab. Serang

tatif dengan pendekatan deskriptif analisis yang

Tahun 2015

akan mengungkapkan secara sistematis berbagai

Laki-laki 567.467 Pemilih

temuan dalam penelitian. Pengumpulan data Perempuan 548.753 Pemilih primer dilakukan dengan wawancara mendalam

Jumlah Pemilih 1.116.220 Pemilih (indepth interview), sedangkan pengumpulan data sekunder dikumpulkan dari berbagai sumber, sep-

Sumber: Data KPU Prov. Banten, 2016

erti media massa, literatur, dan pemberitaan di in-

ternet. 5 Tabel 2

Narasumber serta informan kunci (key in-

Tingkat Prosentase Partisipasi Masyarakat Pada

forman ) dalam penelitian ini ditetapkan secara

Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Serang Tahun

purposive sampling. Informan dalam pedoman

wawancara ini adalah kelompok pemantau pe-

milu, KPUD, Bawaslu Daerah, Kesbang Litmas, Jumlah Prosentase Biro Hukum, Akademisi, Jurnalis lokal/Pers, Par-

Yang menggunakan Hak Pilih 562.210 50.37% tai Politik, Bappeda, Masyarakat. Yang tidak menggunakan Hak 554.010 49.63%

pilih Analisis data dalam penelitian ini dilaku- kan secara kualitatif dengan penguraian secara

Sumber: Data KPU Prov. Banten, 2016

deskriptif (pemaparan) dan preskriptif (men-

cari tipe ideal). Analisis kualitatif deskriptif dan Pengawasan penyelenggaraan tahapan preskriptif digunakan dalam penelitian ini dengan

pemilihan dilaksanakan sesuai tahapan yang pertimbangan bahwa penelitian ini tidak hanya

diatur dalam Peraturan Bawaslu Nomor 2 Ta- dimaksudkan untuk mengungkapkan atau meng-

hun 2015 tentang Pengawasan Pemilu dan Su- gambarkan data sebagaimana adanya. rat Edaran Nomor 191 Bawaslu RI tahun 2015 yang meliputi:

PEMBAHASAN 1. Pemutakhiran Pengawasan

A. Pola Bawaslu

2. Pengawasan Tahapan Pencalonan

Dalam

Melakukan

3. Pengawasan Tahapan kampanye Pengawasan dan Pemantauan Pilkada

4. Pelaksanaan Pengawasan Non Tahapan Di Provinsi Banten, terdapat empat

Logistik

kabupaten/kota yang melaksanakan Pilkada Serentak tahun 2015, yaitu Kabupaten Serang,

Dalam konteks pengawasan, tugas Ba- Kabupaten Pandeglang, Kota Cilegon, dan

waslu yang mengendors masyarakat untuk Kota Tangerang Selatan. Empat daerah yang

ikut berpatisipasi dalam Pilkada, dan hal terse- menyelenggarakan Pilkada ini memiliki kara-

but pada pelaksanaan Pilkada serentak Tahun kteristik yang berbeda antara masing-masing

2015 di Provinsi Banten sudah terlihat baik. daerah, baik dari aspek kesiapan penyeleng-

Hal ini ditandai dengan dengan pelaksanaan garaan maupun aspek kerawanan pelangga-

Pilkada Serentak yang dilakukan di empat ran. Wilayah Kota Tangerang Selatan terbagi

kabupaten/kota Banten berjalan dengan baik dalam 7 wilayah kecamatan dan 54 kelurahan,

tanpa adanya unsur kampanye hitam ataupun kabupaten Serang terbagi dalam 29 kecamatan money politic . Bawaslu dalam melakukan pen- gawasan pelaksanaan Pilkada dibantu dengan

5 Nazir, Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003.

Jurnal HAM Vol. 9 No. 1, Juli 2018: 69-85 73 Jurnal HAM Vol. 9 No. 1, Juli 2018: 69-85 73

Ketua KPU Kabupaten Serang juga me- pemantauan pada hari ‘H” atau hari pencob-

nyatakan hambatan-hambatan dalam pelak- losannya saja. 6 sanaan Pilkada, antara lain: pertama, ketida-

Dalam pelaksanaan Pilkada Serentak ksiapan anggaran pemerintah daerah dalam masih terdapat pelanggaran-pelanggaran yang

pelaksanaan Pilkada serentak, kemudian, ked- sifatnya kecil, misalnya kesalahan di DPT,

ua , tahapan kampanye pada saat pemasangan jumlah undangan dan jumlah yang datang ke

alat peraga kampanye yang semuanya diserah- Tempat Pemungutan Suara (TPS) berbeda,

kan kepada peyelenggara (KPU) kurang ber- tetapi tidak ditemukan adanya money politic. 7 jalan efektif, seharusnya diserahkan ke calon

Selain itu juga, kinerja Bawaslu sudah baik, sehingga KPU tinggal menyiapkan zona (tem- hal ini dikarenakan disetiap tahapan pelaksa-

pat pemasangan alat peraga) saja. Ketiga, Veri- naan Pilkada, Bawaslu selalu melakukan kore-

fikasi calon perseorangan atau calon indepen- ksi terhadap penyelenggara Pilkada dan mem-

den itu waktunya sangat sempit yaitu 3 (tiga) berikan membantu penyelenggara agar supaya

hari pelaksanaan verifikasi yang sebelumnya KPU tidak menyimpang jauh dalam melaku-

14 hari. 10 Berbeda dengan Bawaslu Provinsi kan kegiatan tahapan pilkada. Banten, bahwa hambatan hambatan yang di Secara umum, pengawasan Pilkada

hadapi Bawaslu adalah seberapa besar kepedu- Serentak yang dilaksanakan di 4 (empat) Ka-

lian masyarakat untuk melaporkan jika ada bupaten/kota di Porvinsi Banten berjalan den-

pelanggaran dan seberapa banyak masyarakat gan lancar dan kondusif pada setiap tahapan.

yang menyampaikan laporan ke Bawaslu dan Kendati demikian terdapat sejumlah masalah

ternyata ranah ini biasanya masih cukup ren- dalam persiapan dan pelaksanaan pengawasan.

dah rata-rata hanya 10 % dari seluruh dugaan Seperti terlambatnya pembentukan panitia ad

pelanggaran yang ditangani oleh pengawas pe- hoc di tingkat Kecamatan dan kelurahan/desa

milu. 11

yang mengakibatkan terlewatnya pengawasan Pengalaman pada tahapan Pilkada tahapan awal pilkada, seperti pemutakhiran

terdahulu, sosialisasi yang mendorong data pemilih. Selain itu juga, masih kurangnya

partisipasi masyarakat untuk hadir pada saat sosialisasi atas alat kerja pengawasan yang

pencoblosan lebih banyak dilakukan oleh dikirimkan oleh Bawaslu RI membuat kurang

Bawaslu dibandingkan dengan KPU karena efektifnya alat kerja, karena petugas pengawas

KPU sibuk dengan urusan teknis seperti kurang memahami teknis pengisian alat kerja. 8 APK. Kita sering berkomunikasi agar alat

Menurut Suhaidi, mengatakan bahwa peraga dari KPU itu diperbanyak, namun pelaksanaan Pilkada Serentak sudah relatif

mereka tidak fokus kesitu. Dalam kegiatan berjalan baik, ada beberapa hambatan terkait

monitoring dan evaluasi dengan tokoh pelaksanaan Pilkada Serentak, misalnya ter-

masyarakat, tim pemenangan dan PEMDA kait dengan keterbatasan anggaran yang dipu-

terdapat permasalahan pada sosialisasi/ nyai oleh penyelenggara, sehingga penyeleng-

publikasi untuk menyampaikan kepada publik. gara tidak leluasa untuk mempublikasikan

Untuk itu dibutuhkan stakeholder/pihak ketiga para calon. Selain itu juga, lama waktu yang

dalam melakukan sosialisasi dibandingkan ditetapkan untuk kampanye para calon relatif

pihak penyelenggara atau pemerintah yang lebih sedikit dibandingkan dengan rentan wak-

melakukan sosialisasi tersebut. 12 tu sebelum adanya Pilkada serentak. Yang juga bisa menjadi hambatan adalah kompetensi ma- syarakat itu sendiri yang kurang memahami

6 Wawancara dengan Komisioner KPU Kabupaten Serang,

tanggal 8 Juni 2016

7 Wawancara dengan Sekretaris KPU Kabupaten Serang, tanggal 9 Juni 2016 9 Wawancara dengan Dosen IAIN Serang, tanggal 7 Juni 2016 8 Bawaslu Provinsi Banten, “Potret Pilkada Serentak Tahun

10 ibid

2015, Catatan Hasil Pengawasan Pilkada di Kabupaten 11 Wawancara dengan Bawaslu Prov.Banten, tanggal 6 Juni Pandeglang, Kabupaten Serang, Kota Cilegon, dan Kota

Tangerang Selatan ”, Banten 2016, hal 91 12 Ibid

74 Pengawasan dan Pemantauan Pemilihan Kepala Daerah... (Donny Michael)

B. Pola Pelibatan Masyarakat dalam

memantau proses Pilkada. Sehingga memang

Pengawasan dan Pemantauan

tidak semudah dapat dilaksanakan antara teori

Pilkada dan lapangan. 13

Dalam konteks pemantauan, Pilkada Dari dahulu, Undang-Undang Pilkada

Serentak yang dilakukan di Kota Cilegon. Ka- memang telah mengatur tentang pemantau

bupaten Pandeglang dan Kabupaten Serang independen karena itu merupakan bentuk

dapat dilihat bahwa tidak adanya pemantau partisipasi dari masyarakat dalam penyeleng-

independen dalam pelaksanaan Pilkada terse- garaan Pemilu. Tata cara lembaga pemantau

but. Hal ini dikarenakan sesuai dengan karak- ini mendaftarkan ke KPU dan Mendapatkan

teristik di ketiga wilayah tersebut yang masih akreditasi dari KPU, lalu kewajiban pada akhir

tradisional, selain itu hubungan emosional an- masa tugas meraka itu mereka melaporkan

tara masyarakat dengan para calon sangatlah hasilnya kepada KPU. erat, sehingga sangat sulit untuk menemukan

Dalam konteks efektivitasnya, keban- kelompok-kelompok masyarakat kritis yang yakan dari lembaga pemantau ini hanya beker-

independen yang turut serta dalam pemantau- ja pada hari

an Pilkada. ‘H’ atau pada hari Vooting, pada- 14 hal tahapan pelaksanaan pilkada dilaksanakan

Hal ini berbeda pada pelaksanaan Sembilan bulan sebelum hari ’H’dan dua (2)

Pilkada di Kabupaten Tangerang Selatan, bulan setelah semua tahapan selesai. Sedang-

pada pelaksanaan Pilkada terdapat organisasi kan lembaga pemantau yang ada bekerja pada

pemantau di tingkat nasional yang melaku- saat hari ‘H’ saja dan hanya mengawasi apak-

kan pemantauan Pilkada, misalnya dari Perlu-

ah pemilih mengalami kesulitan dalam pelak- dem. Tetapi dikarenakan kapasitas Perludem sanaannya di TPS, ketersediaan surat suara,

terbatas, maka Perludem hanya melakukan bagaimana kinerja petugas di TPS. Sehingga

pemantauan di Kabupaten Tangerang Se- keberadaan pemantau tidak terlalu signifikan,

latan. Menurut salah satu dosen di Univer- karena tren pelanggaran pemilu jaman seka-

sitas Tirtayasa Serang, Pilkada Tangerang rang ini tidak lagi hanya terjadi pada saat hari

Selatan adalah Pilkada yang dinamis, karena ‘H’ saja, namun sebelum dan sesudahnya sejak

pelaksanaan Pilkada antara para calon sangat DPT-nya, penyalahgunaan anggaran pada saat

kompetitif, sedangkan di tiga lokasi lainnya pilkada oleh pemerintah, mobilisasi pegawai

masyarakat sudah dapat menebak siapa yang negeri sipil (PNS), dan kemudian setelah taha-

akan memenangkan Pilkada di daerahnya. Hal pan tersebut ada perubahan perolehan suara

ini juga dikarenakan karakteristik pemilih di pada saat proses berjalan, sehingga titik –titik

Kabupaten Tangerang Selatan lebih rasional, krusialnya pada sekarang ini bukan pada hari

sehingga pragmentasi pemilih di Kabupaten

H lagi sementara keberadaan lembaga peman- Tangerang Selatan sangat kompleks. tau itu hanya ada pada saat hari H, sehingga

Momentum atau urgensi menggunakan keberadaan lembaga pemantau tidak begitu

pemantau independen itu sudah lewat, karena efektif. sepanjang Indonesia melakukan Pilkada, ha-

Hal tersebut juga diperjelas oleh Ketua rus diakui bahwa kita cukup berhasil dalam KPU Provinsi Banten, kegiatan pemantauan

kelembagaan pemilu, misalnya Indonesia su- yang dilakukan di Provinsi Banten berjalan

dah mempunyai KPU yang mandiri, nasional kurang efektif dan pelaporan nya juga kepada

dan independen. Kelembagaan pengawas yang penyelenggara Pilkada kurang terasa adanya

semula ad hoc sekarang sudah permanen, kegiatan pemantauan. tetapi jika dilihat dari

bersifat nasional meskipun hanya baru selev- Undang-undang No.15 Tahun 2015 tentang

el provinsi. Dalam kompleksitas persoalan, Penyelenggara Pemilu dan kemudian Un-

meskipun menjadi sangat besar tetapi dengan dang-undang No. 10 tahun 2015 tentang Pe-

semakin menguatnya kapasitas kelembagaan milu yang merupakan pedoman pelaksanaan penyelenggara Pemilu, mereka jauh lebih

pemantau, di dalam undang-undang tersebut jelas berkeinginan agar masyarakat bisa dili-

13 Wawancara dengan Ketua KPU Provinsi Banten, tanggal 7

Juni 2016 batkan dalam Pemilu atau Pilkada, bukan han-

14 Wawancara dengan dosen Universitas Tirtayasa Serang, ya organ Bawaslu, tetapi juga masyarakat bisa tanggal 8 Juni 2016

Jurnal HAM Vol. 9 No. 1, Juli 2018: 69-85 75 Jurnal HAM Vol. 9 No. 1, Juli 2018: 69-85 75

mantau bukan dari afiliasi atau simpatisan dari praktis urgensi keberadaan pemantau akan se-

dana calon tertentu.

makin menghilang. 15 Yang dimaksud dari partisipasi ma- Pergeseran ini disebabkan karena ada

syarakat dalam Pilkada adalah partisipasi perubahan di dalam organ pemantau indepen-

yang betul-betul terdorong dari masyakarat den sendiri, misalnya JPPR lembaga pemantau

itu sendiri. Penurunan partisipasi masyarakat yang fokus pada penggunaan dana kampanye,

pada saat Pilkada Serentak merupakan dampak kalau komnas HAM lebih konsen pada akses

dari peraturan KPU yang menetapkan persoa- disabilitas, soal hak pilih lalu ada kelompok

lan dengan model kampanye yang tidak lagi mandiri misalnya Lembaga Mata Banten yang

diatur oleh calon tetapi KPU yang mengatur, fokus pada masa kampanye, alat praga di luar

sampai kepada jadwal kampanye dan termasuk ketentuan atau Lembaga Kawal yang lebih

publikasi. Menurut saya hal ini menunjukkan focus kepada saat perolehan suara pasca hari

bahwa kurangnya keterlibatan masyarakat un- ‘H’. 16 tuk kepentingan para calon, sedangkan pada

Sebuah penyelenggaraan yang relatif saat sebelum adanya pilkada serentak, adanya besar tidak cukup hanya dilakukan oleh orang-

rekayasa mobilisasi dari para calon sehingga orang yang secara formal terbatas. Hal ini

masyarakat “dipaksa” untuk datang ke TPS- dapat dilihat dari jumlah SDM Bawaslu yang

TPS. 20

sangat terbatas, serta daya jangkau wilayah Menurut Bawaslu, Pilkada di Provinsi yang sangat luas dan keterbatasan daya jang-

Banten sejak jauh-jauh hari sudah bekerjasama kau penyelenggara sehingga sangatlah penting

komunitas di tingkat bawah (basis kecamatan). ada pemantau dari pihak diluar penyelenggara.

Dan pada saat ini Bawaslu kerjasama dengan Untuk itu perlu adanya mitra-mitra Bawaslu

kelompok-kelompok pemuda, seperti karang dalam mengevaluasi kegiatan pemilu. 17 taruna. Pada awalnya kelompok tersebut dido-

Ada 2 (dua) pemantau independen yang rong untuk melakukan pengawasan partisipa- mandaftar sebagai pemantau Pilkada serentak

tif, yang kemudian program pengawasan par- tahun 2015 di Provinsi Banten. Setelah KPU

tisipatif tersebut merupakan bentuk kegiatan verifikasi dan sertifikasi terhadap pemantau

penggalangan dari masyarakat. 21 Pada tahun independen tersebut, ternyata hasil report pe-

2015, Bawaslu kedatangan mahasiswa asal mantau tersebut tidak mengambil peranan

Banten yang kuliah di luar Banten seperti UI, sebagai pemantauan. Hal ini diakibatkan pe-

UGM dll, yang kemudian mereka membentuk mantau independen tersebut terkendala den-

komunitas dan mengkordinasikan kegiatan- gan anggaran, karena memang terkait dengan

kegiatan untuk mengawal Pilkada di Banten anggaran pemantau independen memang tidak

ini dengan cara menghimpun mahasiswa-ma-

hasiswa di Banten dan mereka sifatnya tidak kondisi pemantau sekarang berbeda dengan

disiapkan oleh KPU. 18 Menurut informan 19 ,

masiv.

kondisi pemantau pada saat pemilu 2004. Pada Selain itu juga, menurut Suhaidi adanya saat pemilu 2004, di Banten juga ada beberapa

faktor figur para calon yang seakan-akan ti- selain pemantau nasional, yaitu “Banten En-

dak ada pilihan/alternatif lain sebagai calon. powering Center ”, yaitu pemantau lokal yang

Sehingga tidak ada ketertarikan masyarakat secara “jor-joran” melakukan pemantauan

terhadap para calon pengusung. Meskipun pada saat pemilu 2004. Mengenai dana angga-

demikian, pada saat pelaksanaan tahapan- ran pemantau, sesuai dengan ketentuan yang

tahapan pelaksanaan Pilkada sudah berjalan ada, bahwa dana untuk pemantau independen dengan baik. Hal ini dikarenakan KPU sebagai penyelenggara Pilkada dengan menggunakan

15 Ibid, Dosen Universitas Tirtayasa Serang sarana komunikasi radio. Hal ini tergolong

16 Op cit, Wawancara dengan Bawaslu Provinsi relatif efektif dikarenakan daerah-daerah yang

17 Wawancara dengan dosen di IAIN Serang, tanggal 7 Juni

sulit terjangkau.

2016. 18 Wawancara dengan Komisioner KPU Kab. Serang, tanggal

8 Juni 2016 20 Opcit, Dosen IAIN Serang 19 ibid 21 Op cit, Wawancara dengan Bawaslu Provinsi Banten.

76 Pengawasan dan Pemantauan Pemilihan Kepala Daerah... (Donny Michael)

Dalam pelaksanaan Pilkada Serentak yang dilakukan di Banten “nyaris” para calon 2015, dapat dilihat bahwa tingkat angka parti-

tidak melakukan penggelaran atribut calon, hal sipasi masyarakat di Kabupaten Serang menu-

ini yang kemudian menyulitkan KPU dalam run, hal ini dikarenakan masyarakat sudah san-

pelaksanaan kampanye.

gat jenuh dan hilangnya kepercayaan pemilih Setelah dilaksanakan Pilkada serentak akan figur para calon. Masyarakat menggan-

di empat lokasi Banten, kemudian timbullah gap siapapun yang jadi tetapi tidak membawa

revisi regulasi yang menyatakaan bahwa peng- perubahan yang lebih baik. Selain itu juga,

gunaan atribut kampanye diserahkan kembali masyarakat sudah sering melaksanakan pesta

kepada pihak calon. Menurut beliau, kondisi demokrasi apalagi ada di beberapa kecamatan

yang demikian dikarenakan bahwa ketidak- ada penduduk yang berprofesi di Jakarta, se-

siapan KPU dalam menyikapi regulasi pelak- hingga lebih mementingkan pekerjaan dari

sanaan Pilkada, sedangkan untuk memban-

gun demokrasi dan pembelajaran politik bagi dikuatkan dengan pernyataan Ketua KPU Ka-

pada melaksanakan pemilihan. 22 Hal tersebut

masyarakat seharusnya memang segala yang bupaten Serang bahwa menurunnya partisipasi

terkait dengan pelaksanaan pilkada diserahkan dari masyarakat karena salah satunya masyara-

kepada KPU, hal ini juga menghindari perbe- kat sudah jenuh dengan Pilkada dan calon dari

daan yang signifikan dalam kekuatan kompo- para kandidat, khususnya Kabupaten Serang

nen atribut antar calon. Dengan terciptanya hal yang calonnya hanya ada dua pasang calon

tersebut maka yang akan menonjol bukanlah bahkan isu yang berhembus ada calon boneka,

material Pilkada tetapi lebih kepada substansi/ namun pada intinya kegiatan yang diusung

ide-ide para calon dalam mempromosikan ide- para calon kurang semarak dan para tim sukses

ide atau gagasan.

calon terlihat kurang memaksimalkan kegiatan Dalam konteks pelaksanaan Pilkada kampanye yang telah disediakan penyelengga-

2015, kondisi partisipasi dengan jumlah rata- ra. 23 rata 55% tersebut merupakan partisipasi yang

Dalam kaitannya partisipasi masyara- konkrit dari masyarakat yang tidak termobil- kat, KPU berperan penting untuk mensosia-

isasi dari adanya praktek money politic. Dan lisasikan kepada masyarakat agar masyara-

itu merupakan kesuksesan KPU dalam melak- kat berpartisipasi dalam Pilkada. Sosialisasi

sanakan penyelenggaraan Pilkada. dilakukan oleh KPU sesuai dengan program

Dalam konteks partai, PDIP Perjuangan KPU dan infrastruktur yang ada pada KPU,

Pada prinsipnya selalu melibatkan masyarakat misalnya media center dan rumah pemilu. Hal

umum untuk memenangkan baik Pilkada kare- inilah bentuk partisipasi KPU untuk mening-

na kalau struktur partai sendiri yang dilibatkan- katkan minat masyarakat dalam pastisipasi di

tidak akan maksimal. Misalnya, struktur partai Pilkada. Bentuk yang diharapkan oleh KPU

di provinsi Banten hanya beberapa orang, kab/ dalam partisipasi masyarakat adalah dalam

kota ranting/anak ranting paling sekitar 20.000 bentuk pengawasan Pilkada ataupun minimal

orang (dalam struktur partai), tetapi kalau masyarakat dapat datang ke TPS. Dalam artian,

dalam pelibatan masyarakat katakanlah 1 RT jika masyarakat tahu akan Pilkada dan datang

melibatkan 50 orang dikali beberapa RT yang pada saat pemilihan ke TPS, maka menurut be-

ada di Provinsi Banten kita selalu melibatkan liau, “sudah gugur kewajiban KPU”. 24 masyarakat akan meringankan pekerjaan par-

Partisipasi Pilkada serentak di Banten tai dan lebih efisien lagi sampai tingkat TPS. dengan rata-rata 55% pemilih, dikarenakan

Sehingga penyelenggaraan pemantauan setiap publikasi Pilkada serentak yang kurang massif.

pilkada dalam pelibatan masyarakat sangat Selain itu, hal ini dikarenakan adanya regulasi

diperlukan didalam penyelenggaraan Pilkada bahwa untuk publikasi pelaksanaan pilkada

setiap desa. 25

diserahkan sepenuhnya kepada KPU. Untuk Menurut Suhaidi, mengatakan bahwa itu pelaksanaan kampanye melalui alat peraga pelaksanaan Pilkada serentak sudah relatif berjalan baik, ada beberapa hambatan terkait

22 Op cit. Wawancara dengan sekretaris KPU Kab. Serang. pelaksanaan Pilkada Serentak, misalnya ter-

23 Wawancara dengan Ketua KPU Prov. Banten, tanggal 7 Juni

24 Op Cit, Komisioner KPU. 25 Wawancara dengan PDIP, tanggal 10 Juni 2016

Jurnal HAM Vol. 9 No. 1, Juli 2018: 69-85 77 Jurnal HAM Vol. 9 No. 1, Juli 2018: 69-85 77

melakukan sosialisasi dibandingkan pihak pe- gara tidak leluasa untuk mempublikasikan

nyelenggara atau pemerintah yang melakukan para calon. Selain itu juga, lama waktu yang

sosialisasi tersebut. 29

ditetapkan untuk kampanye para calon rela- Pilkada adalah sarana pelaksanaan ke- tif lebih sedikit dibandingkan dengan rentan

daulatan rakyat yang dilaksanakan secara lang- waktu sebelum adanya Pilkada serentak. Yang

sung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam juga bisa menjadi hambatan adalah kopetensi

Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan masyarakat itu sendiri yang kurang memahami

Pancasila dan UUD 1945. Undang-undang Dasar dari peraturan-peraturan pemilu yang ada. 26 Negara Republik Indonesia tahun 1945 Pasal 22E

Ketua KPU Kabupaten Serang juga me- Ayat (5) mengatur dan menetapkan ”Pemilihan nyatakan hambatan-hambatan dalam pelak-

umum diselenggarakan oleh suatu komisi pemili- sanaan Pilkada, antara lain: pertama, kedida-

han umum yang bersifat nasional, tetap, dan man- ksiapan anggaran pemerintah daerah dalam

diri”. Amanat konstitusi tersebut untuk memenuhi pelaksanaan Pilkada serentak, kemudian,

tuntutan perkembangan kehidupan politik, din- kedua tahapan kampanye pada saat pemasan-

amika masyarakat dan perkembangan demokrasi gan alat peraga kampanye yang semuanya dis-

yang sejalan dengan pertumbuhan kehidupan ber- erahkan kepada peyelenggara (KPU) kurang

bangsa dan bernegara. Melalui Pilkada, pemer- berjalan efektif, seharusnya diserahkan ke

intahan sebelumnya yang tidak memihak rakyat calon sehingga KPU tinggal menyiapkan zona

bisa diganti. Demokrasi menghendaki, kekuasaan (tempat pemasangan alat peraga) saja. Ketiga,

tidak dipegang oleh segelintir orang, tetapi oleh Verifikasi calon perseorangan atau calon in-

kita semua dengan melakukan pengecekan ulang divenden itu waktu nya sangat sempit yaitu 3

dan perbaikan-perbaikan secara bertahap. Salah hari pelaksanaan verifikasi yang sebelumnya

satu upaya yang dilakukan agar supaya pelak-

14 hari. 27 Berbeda dengan Bawaslu Provinsi sanaan Pilkada dapat berjalan dengan jujur dan Banten, bahwa hambatan hambatan yang di

adil adalah dengan melakukan pengawasan dan hadapi bawaslu adalah seberapa besar kepedu-

pemantauan baik dari proses awal hingga sampai lian masyarakat untuk melaporkan jika ada

proses akhir pelaksanaan Pilkada. Kedua upaya pelanggaran dan seberapa banyak masyarakat

tersebut mempunyai fungsi yang sama dalam yang menyampaikan laporan ke Bawaslu dan

upaya mengawal penyelenggaraan Pilkada. ternyata ranah ini biasanya masih cukup ren-

Dari data lapangan diatas, maka dapat dia- dah rata-rata hanya 10 % dari seluruh dugaan

nalisis menjadi dua bagian, yaitu sebagai berikut: pelanggaran yang di tangani oleh pengawas

pemilu. 28 A. Pola

Bawaslu Dalam Melakukan

Pengalaman di Pilkada terdahulu, sos- Pengawasan dan Pemantauan Pilkada ialisasi yang mendorong partisipasi masyara-

Di dalam Pasal 1 UU RI Nomor 8 Tahun kat untuk hadir pada saat pencoblosan lebih

2015 tentang Perubahan Atas UU Nomor 1 Ta- banyak dilakukan oleh Bawaslu dibandingkan

hun 2015 tentang Penetapan Perpu Nomor 1 dengan KPU karena KPU sibuk dengan urusan

Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bu- teknis seperti APK. Kita sering berkomunikasi

pati, Dan Walikota menjadi Undang-Undang, agar alat peraga dari KPU itu diperbanyak,

jelas dinyatakan bahwa yang mempunyai we- namun mereka tidak fokus kesitu. Dalam ke-

wenang untuk mengawasi penyelenggaraan giatan monitoring dan evaluasi dengan tokoh

pemilihan umum di seluruh wilayah Negara masyarakat, tim pemenangan dan PEMDA ter-

Kesatuan Republik Indonesia adalah Badan dapat permasalahan pada sosialisasi/publikasi

Pengawas Pemilu (Bawaslu). Bawaslu telah untuk menyampaikan kepada public. Untuk diberikan mandat undang-undang untuk men-

jalankan fungsi pengawasan. Bawaslu juga

26 Wawancara dengan Dosen IAIN Serang, tanggal 7 Juni telah dibekali struktur kelembagaan yang kuat, 2016 bahkan hingga tingkat paling bawah . Begitu

27 Wawancara dengan Ketua KPU Prov. Banten, tanggal 7 Juni 2016 juga dengan anggaran pengawasan, diberi-

28 Wawancara dengan Bawaslu Prov.Banten, tanggal 6 Juni

2016 29 Ibid , Bawaslu

78 Pengawasan dan Pemantauan Pemilihan Kepala Daerah... (Donny Michael) 78 Pengawasan dan Pemantauan Pemilihan Kepala Daerah... (Donny Michael)

dalam kaitannya Artinya, beban kontrol terhadap penyelengga-

penyelenggara

terhadap pelanggaran raan pemilu lebih besar diberikan kepada Ba-

pengaduan

Pilkada yang cepat dan sederhana. Hal waslu/Panwas. Dalam menjalankan fungsinya,

ini berkaitan dengan suatu mekanisme Bawaslu bukan saja hanya sebatas pengawas

mempermudah pelaporan pada setiap tahapan-tahapan baik pemilu mau-

yang

masyarakat terhadap pelanggaran- pun pilkada, namun juga dapat berfungsi seb-

pelanggaran yang terjadi.. agai pencegahan, penindakan dan dapat pula

memberikan rekomendasi-rekomendasi terha- Dari permasalahan-permasalahan Ba- dap hasil pengawasan itu sendiri kepada ber-

waslu dalam menjalankan fungsinya, salah bagai pihak seperti KPU atau Dewan Kehor-

satu program yang dilakukan Bawaslu dalam matan Penyelenggara Pemilu (DKPP). pengawasan adalah melakukan koordinasi

Dari data lapangan d i Provinsi banten dengan simpul-simpul di kabupaten, yang ke- dapat dilihat bahwa ada beberapa kendala

mudian simpul-simpul tersebut berkoordinasi ataupun hambatan Bawaslu dalam melakukan

dengan para relawan yang ada di kabupaten. pengawasan pelaksanaan pilkada, antara lain: Dengan adanya relawan tersebut, Bawaslu

mendapat informasi dan foto-foto terkait den-

1. Bawaslu dalam menjalankan tugasnya gan pelanggaran yang terjadi pada saat proses memiliki keterbatasan. Hal ini Pilkada. Untuk mengoptimalkan pencapaian dikarenakan jumlah anggota yang masih tujuan sebagaimana tersebut di atas, tentunya sedikit, Bawaslu hanya mempunyai perlu pemantapan pengelolaan kegiatan ker- lima orang di tingkat pusat dan tiga

jasama pengawasan dengan organisasi ma- orang di tingkat provinsi dengan masa

syarakat dan perguruan tinggi serta dengan tugas selama lima tahun, sedangkan

melakukan sosialisasi terkait pengawasan pe- panitia Pengawas Pemilu kabupaten/

milu bagi media massa dan ormas di masing- kota beranggotakan tiga orang bersifat

masing provinsi guna untuk meningkatkan

ad hoc , serta beberapa orang di Pengawasan Partisipatif. Banyaknya pihak tingkat kecamatan dan lapangan yang

yang terlibat dalam pengawasan parsipasif jumlahnya sangat terbatas. Dengan

yang dilakukan Bawaslu dapat menjadi modal personil yang terbatas Bawaslu

sosial yang baik untuk bersama-sama menga- ataupun Panwas memiliki keterbatasan

wasi jalannya penyelenggaraan pilkada. untuk melakukan pengawasan di suatu

Dalam upaya mendorong partisipasi ma- wilayah yang memiliki penduduk mulai

syarakat agar turut andil didalam pengawasan dari ratusan ribu jiwa; dan pemantauan pilkada, Bawaslu Provinsi

perlu mensosialisasikan dan mengajak keikut-

2. Pada saat pelaksanaan

sertaan masyarakat untuk mengetahui proses Serentak Tahun 2015, masih adanya

Pilkada

seleksi, mendaftarkan diri menjadi calon Pan- keterlambatan perekrutan pengawas,

waslu Kabupaten, dan juga memberikan andil terutama di tingkat kabupaten/kota; tanggapan tertulis terhadap figur calon ang-

3. Masih kurangnya kewenangan Bawaslu gota panwaslu kabupaten. Kewenangan Ba- dalam

waslu Provinsi ini diatur dalam Pasal 5 Ayat pilkada yang masuk dalam ranah

penanganan

pelanggaran

(2) Undang-Undang No. 8 Tahun 2015 tentang pidana. Sehingga dalam penanganan

Perubahan atas Undang-Undang No. 1 Tahun pelanggaran dalam ranah pidana

2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah seringkali kadaluarsa sehingga tidak

Pengganti Undang-Undang No. 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Wa-

dapat ditindaklanjuti; likota menjadi undang-undang.

4. Masih kurangnya pelibatan masyarakat, Tahapan persiapan sebagaimana dimak- khususnya didalam pengawasan dan

sud meliputi: (a) perencanaan program dan pemantauan pelaksanaan pilkada.

anggaran; (b) penyusunan peraturan peny- Hal ini juga dikarenakan kurangnya elenggaraan Pemilihan; (c) perencanaan pe-

Jurnal HAM Vol. 9 No. 1, Juli 2018: 69-85 79 Jurnal HAM Vol. 9 No. 1, Juli 2018: 69-85 79

garan Bawaslu RI bahwa masyarakat sebagai han; (d) pembentukan PPK, PPS, dan KPPS; pengawas partisipatif bersifat independen dan

(e) pembentukan Panwas Kabupaten/Kota, obyektif, sehingga tidak ada anggaran khusus Panwas Kecamatan, PPL, dan Pengawas TPS; untuk mendanai kegiatan pengawasan partisi-

(f) pemberitahuan dan pendaftaran pemantau patif sesuai dengan prinsip kesukarelaan. Jika Pemilihan; (g) penyerahan daftar penduduk

kegiatan tersebut didanai oleh negara maka potensial Pemilih; dan (h) pemutakhiran dan

pengawas partisipatif bisa dijadikan alat untuk penyusunan daftar Pemilih. kepentingan dari ‘oknum’ dalam menyukses-

Dalam tahap persiapan ini, Bawaslu kan pasangan calon yang dipilih. Intinya, prin- Provinsi seyogyanya merencanakan program

sip sukarela ini untuk menjadikan demokrasi dan anggaran terutama program untuk pen-

berjalan baik, karena di pihak negara sebagai didikan politik, sosialisasi dan mengajak ma-

pemegang kewajiban (duty bearer) penyeleng- syarakat agar peduli untuk ikut berpartisipasi

garaan dan pengawasan pemilu vis a vis (se- dalam penyelenggaraan pilkada. bagai lawan, berhadapan) dengan masyarakat

Bawaslu RI (dalam konteks nasional) sebagai pemegang hak (rights holder) untuk mempunyai program di bidang pengawasan

mengkritisi dan menuntut agar pilkada sesuai yaitu Gerakan Sejuta Relawan Pengawas Pe-

dengan asas pemilu yang baik. milu (GSRPP). Perlu diketahui bahwa pro- gram GSRPP ini hanya dibentuk oleh Bawaslu

B. Pola Pelibatan Masyarakat dalam

RI pada saat Pemilihan Umum Presiden dan Pengawasan dan Pemantauan Pilkada Wakil Presiden. Tetapi temuan dilapangan, se- Dalam praktiknya, keterlibatan ma-

bagian daerah seperti Panwas Kabupaten Te- syarakat dalam mengawasi pemilu seringkali manggung Provinsi Jawa Tengah masih meng-

gunakan nama program sejuta relawan. Dalam disebut kegiatan pemantauan. Hal ini untuk konteks pengawasan Pilkada, pihak Bawaslu

membedakan dengan fungsi pengawasan RI (tingkat nasional) menyerahkan sepenuh-

resmi yang menjadi dominan lembaga penga- was pemilu bentukan negara, yaitu Bawaslu.

Dokumen yang terkait

IMPLIKASI PENGABAIAN HAK SIPIL DAN POLITIK MASYARAKAT MORO- MORO DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH (The Implication of Civil and Political Rights of Moro-Moro Society Deterioration in Local Election)

0 0 12

PERLINDUNGAN HAK ASASI MANUSIA BAGI MASYARAKAT MISKIN ATAS PENERAPAN ASAS PERADILAN SEDERHANA CEPAT DAN BIAYA RINGAN (Protection of Human Rights to The Poor on the Application of Small, Quick and Cheap Principles of Justice)

0 0 14

PERLINDUNGAN HAK MASYARAKAT ADAT DALAM MELAKUKAN AKTIVITAS EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA DI PROVINSI MALUKU (Protection of the Rights of Indigenous People to Do Economic Activity, Social, and Cultural in Maluku (Moluccas) Province)

0 1 11

PERAN BALAI PEMASYARAKATAN PADA SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DI TINJAU DALAM PERSPEKTIF HAK ASASI MANUSIA (The Role of Balai Pemasyarakatan on Juvenile Justice System Reviewed from Human Rights Perspective)

0 1 14

PRINSIP NON-INTERVENSI BAGI ASEAN DITINJAU DARI PERSPEKTIF HAK ASASI MANUSIA

0 0 15

PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DALAM PERSPEKTIF HAK ASASI MANUSIA: STUDI TERHADAP PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DI DESA SEI BAHARU, KECAMATAN HAMPARAN PERAK, KABUPATEN DELI SERDANG, PROVINSI SUMATERA UTARA (Village Financial Management In Human Rights Perspective:

0 3 13

KONSISTENSI DAN PENGARUH IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN TERHADAP PRAKTEK PERKAWINAN BEDA AGAMA DI MAKASSAR

0 1 13

PERLINDUNGAN HAK TENAGA KERJA INDONESIA DI TAIWAN DAN MALAYSIA DALAM PERSPEKTIF HAK ASASI MANUSIA (Protection of Indonesian Workers Rights in Taiwan And Malaysia in Human Rights Perspective)

0 1 11

PEMBELA HAK ASASI MANUSIA PADA ISU SUMBER DAYA ALAM DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR (Human Rights Defenders on Natural Resources Issue at South Timor Tengah Regency the Province of East Nusa Tenggara)

0 0 21

KONFLIK AGRARIA DI MALUKU DITINJAU DARI PERSPEKTIF HAK ASASI MANUSIA (Agrarian Conflict in Maluku Viewed from the Perspective of Human Rights)

0 0 16