BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Project Based Learning (PJBL) Berbantuan Pop-Up Book untuk Meningkatkan Kreativitas dan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Tematik Ke

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

  Penelitian ini menuliskan tentang Penelitian Tindakan Kelas (PTK) mengenai pembelajaran inovatif dengan penerapan Project-Based Learning berbatuan pop-

  up book untuk meningkatkan kreativitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik terpadu.

2.1.1 Hakikat Model Pembelajaran Project-Based Learning

  Project-Based Learning

2.1.1.1 Pengertian Model Pembelajaran

  Model pembelajaran Project-Based Learning merupakan strategi pembelajaran yang memberdayakan siswa untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman baru berdasarkan pengalamannya melalui berbagai presentasi.

  Project-Based Learning merupakan strategi pembelajaran yang menggunakan proyek atau kegiatannya sebagai sarana pembelajaran (Hosnan, 2014: 321).

  Pembelajaran dengan menggunakan model Project-Based Learning ini siswa mampu untuk mengelola dan mengembangkan kemampuan kreativitas yang dimiliki, sehingga mampu menerapkan keterampilan dalam pembuatan karya produk. Model Project-Based Learning merupakan proyek yang memfokuskan pada pengembangan produk atau unjuk kerja, siswa akan melakukan pengkajian atau penelitian, memecahkan masalah dan menerima informasi Waras (dalam Yance, 2013: 49). Siswa mampu menciptakan ide gagasannya yang tertuang pada hasil akhir dalam pembelajaran yaitu berupa produk yang merupakan hasil dari kerja kelompok maupun individu yang nantinya akan dipresentasikan.

  Project-Based Learning adalah sebuah model kegiatan dikelas yang berbeda

  dengan biasanya (Harun, 2006: 124). Pembelajaran Project-Based Learning adalah pembelajaran yang memiliki potensi yang begitu luar biasa untuk menjadikan kegiatan yang dilakukan siswa menjadi pengalaman yang menarik dan bermakna bagi siswa pada saat belajar Gaer (dalam Wena, 2013: 145). Sedangkan menurut Thomas (dalam Donni, 2015) Project-Based Learning merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek.

  Berdasarkan pendapat di atas dapat dikatakan bahwa model pembelajaran

  Project-Based Learning merupakan model pembelajaran yang berpusat pada

  aktifitas siswa dan mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk meluangkan ide gagasannya serta memberikan kebebasan kepada siswa untuk berkreasi namun masih dalam pengontrolan dan pengawasan guru yang pada akhirnya siswa mampu menciptakan sebuah produk. Penggunakan model Project-

  Based Learning akan membuat pembelajaran lebih bermakna untuk siswa, karena

  siswa tidak hanya memahami materi yang diajarkan oleh guru, namun siswa juga mampu menciptakan suatu produk yang selaras dengan apa yang sedang dipelajari. Selain itu, model Project-Based Learning merupakan kegiatan pembelajaran inovatif yang menghasilkan sebuah proyek dengan mengedepankan pengalaman siswa dalam memecahkan masalah yang sesuai dengan pembelajaran untuk meningkatkan kreativitas siswa. Siswa dikatakan kreatif apabila dia mampu mengungkapkan gagasannya untuk menyelesaikan masalah dengan mampu menghasilkan sebuah karya yang baru atau yang menyempurnakan karya yang sudah ada sebelumnya. Selain itu, kegiatan belajar lebih terpusat pada aktifitas siswa (student centered), sehingga mampu menumbuh kembangkan pikiran siswa dalam memahami materi yang sedang dipelajari.

2.1.1.2 Tujuan Model Pembelajaran Project-Based Learning

  Tujuan model pembelajaran Project-Based Learning (Zainal Aqib dan Murtadlo, 2016:161) antara lain: 1.

  Meningkatkan kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah proyek

  2. Memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru dalam pembelajaran

  3. Membuat peserta didik lebih aktif dalam memecahkan masalah proyek yang kompleks dengan hasil produk nyata

  4. Mengembangkan dan meningkatkan keterampilan peserta didik dalam mengelola bahan atau alat untuk menyelesaikan tugas atau proyek. Berdasarkan pendapat di atas, model Project-Based Learning memiliki 4 tujuan dalam pelaksanaannya. Tujuan tersebut sebagai acuan guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model Project-Based

  Learning . Guru harus memahami langkah-langkah penggunaan model Project-

2.1.1.3 Manfaat Model Pembelajaran Project-Based Learning

  Pembelajaran berbasis proyek merupakan strategi pembelajaran yang fokus pada peserta didik dalam kegiatan pemecahan masalah dan tugas-tugas bemakna lainnya. Pelaksanaan Project-Based Learning dapat memberi peluang kepada peserta didik untuk bekerja mengkonstruk tugas yang diberikan guru yang puncaknya dapat menghasilkan produk karya peserta didik. Manfaat dari model

  Project-Based Learning menurut (Kosasih 2014:325) diantaranya adalah sebagai

  berikut: 1.

  Memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru dalam pembelajaran.

  1. Meningkatkan kemampuan peserta didik dalam pemecahan masalah.

  2. Membuat peserta didik lebih aktif dalam memecahkan masalah yang kompleks dengan hasil produk nyata berupa barang atau jasa.

  3. Mengembangkan dan meningkatkan keterampilan peserta didik dalam mengelola sumber atau bahan atau alat untuk menyelesaikan tugas.

  4. Meningkatkan kolaborasi peserta didik khususunya pada aktifitas belajar yang bersifat kelompok. Berdasarkan uraian tentang manfaat diatas Project-Based Learning yaitu memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru ini dibuktikan saat menyusun proyek, peserta didik akan banyak memperoleh pengetahuan dan keterampilan bagaimana cara menyusun proyek yang sesuai, meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah saat proyek ada kendala peserta didik harus mulai mencari bagaimana harus menyelesaikan masalah tersebut supaya proyeknya berjalan lancar, membuat peserta didik lebih akfif dalam menyelesaikan proyek, dengan pembelajaran Project-Based Learning peserta didik tidak pasif tetapi harus aktif dan berperan untuk membuat sebuah proyek. Meningkatkan keterampilan dalam mengelola sumber atau bahan ataualat untuk menyelesaikan tugas, peserta didik harus mempunyai keterampilan supaya bahan atau alat itu bias digunakan sesuai dengan proyek yang dikerjakan. Meningkatkan kolaborasi dalam kelompok, jika peserta didik bekerja dalam kelompok pasti setiap anggota kelompok akan berkomunikasi dan melakukan interaksi, mereka juga akan berkolaborasi berpikir bersama untuk membuat proyek yang diharapkan. Hal ini akan menghasilkan tutor yang mampu sehingga akan menimbulkan daya tangkap yang sama kepada setiap peserta didik. Selain itu dengan menggunakan Project-Based Learning juga akan mendorong peserta didik berpikir lebih, sehingga makna sesungguhnya dari proses pembelajaran dan materi pelajaran dapat dipahami dengan baik.

2.1.1.4 Langkah-langkah Pembelajaran Project-Based Learning

  Sintak Project-Based Learning menurut Goerge Lucas (dalam Trianto, 2014: 52-53) adalah sebagai berikut:

  Tabel 2.1 Project-Based Learning

  Sintaks Model Pembelajaran Fase Tingkah Laku Guru Fase 1 Guru memulai kegiatan pembelajaran dengan Penentuan Pertanyaan Mendasar memberikan pertanyaan esensial, tujuan (Start With the Essential pertanyaan itu untuk memancing Question ). pengetahuan, tanggapan, kritikan dan ide yang dapat memberi penugasan siswa untuk

melakukan suatu aktivitas

  Fase 2 Perencanaan dilakukan bersama-sama antara Mendesain Perencanaan Proyek guru dengan siswa secara kolaboratif, dengan (Design a Plan for the Project. seperti itu maka siswa akan merasa memiliki hasil produk yang telah dibuat. Perencanaan ini berisi aturan main dalam keegiatan, pemilihan kegiatan yang dapat mendukung menjawab pertanyaan esensial, dengan cara menghubungkan berbagai subjek, dan mengetahui alat serta bahan yang dapat membantu untuk menyelesaikan proyek. Fase 3 Guru dan siswa berkolaborasi menyusun Menyusun Jadwal (Create a jadwal aktivitas untuk menyelesaikan proyek.

  Schedule) Fase 4 Guru berperan sebagai fasilitator siswa, untuk Memonitor siswa dan kemajuan mempermudah monitoring dibuat sebuah proyek (Monitor the Studentsand rubrik untuk mengetahui segala aktivitas yang the Progress of the Project) penting pada siswa.

  Fase 5 Guru berperan mengevaluasi kemajuan setiap Menguji Hasil siswa, memberi umpan balik terhadap tingkat (Assess the Outcome) pemahaman yang sudah dicapai siswa, membantu dalam pengajar untuk menyusun strategi pembelajaran berikutnya

  Fase 6 Guru dan siswa melakukan refleksi terhadap Mengevaluasi Pengalaman aktivitas dan hasil proyek yang sudah (Evaluate the Experience) dilakukan. Refleksi bisa dilakukan secara kelompok maupun individu. Dalam tahap ini siswa diminta untuk mengungkapkan segala perasaannya dan pengalaman selama penyelesaian produk.

  Berdasarkan tabel 2.1 dapat diuraikan bahwa model pembelajaran Project-

  Based Learning menurut Goerge Lucas (dalam Trianto, 2014: 52-53) tersebut ada

  6 fase. Fase pertama yaitu penentuan proyek dalam hal ini peserta didik menentukan tema atau topik yang diberikan oleh guru, fase kedua perancangan langkah-langkah penyelesaian proyek, fase ketiga penyusunan jadwal pelaksanaan proyek, fase keempat penyelesaian proyek dengan fasilitas dan monitoring guru, fase kelima penyampaian hasil kegiatan dan presentasi atau publikasi hasil proyek, fase keenam evaluasi dan hasil proyek. Model pembelajaran Project-Based

  Learning berorientasi pada pemecahan masalah yang diintegrasikan dengan

  kehidupan nyata. Penggunaan model Project-Based Learning siswa diharapkan dapat membentuk pengetahuan atau konsep baru dari informasi yang didapatnya. Model pembelajaran Project-Based Learning akan lebih baik jika dibantu dengan media pembelajaran sebagai pendukung sehingga kemampuan berfikir siswa benar-benar terlatih dan terarah.

2.1.1.5 Kelebihan dan Kekurangan Model Project-Based Learning

  Model Project-Based Learning ini memiliki kelebihan dan kelemahan dalam proses pembelajarannya. Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan yang berbeda-beda. Kelebihan model Project-Based Learning. Menurut (Zainal Aqib dan Murtadlo, 2016: 165) antara lain: 1.

  Melalui metode proyek, dapat membangkitkan dan mengaktifkan peserta didik, dimana masing-masing belajar dan bekerja sendiri, 2. Melalui metode proyek memberikan kesempatan kepada setiap peserta didik untuk mempraktikkan materi yang telah dipelajari, 3. Melalui metode proyek, mendidik memerhatikan minat, perbedaan, dan kemampuan masing-masing individu peserta didik, 4. Mampu menumbuhkan sikap sosial dan bekerja sama yangbaik,

  5. Mampu membentuk peserta didik dinamis dan ilmiah dalam berbuat atau berkarya,

6. Beberapa metode mengajar tercakup dalam unit (proyek), 7.

  Unit sesuai dengan pendapat baru tentang cara belajar, dan 8. Mempererat hubungan antara sekolah dan masyarakat. Adapun kekurangan metode proyek menurut (Zainal Aqib dan Murtadlo, 2016: 165), diantaranya: 1.

  Memerlukan perencanaan yang matang, 2. Tidak semua pendidik merencanakan atau terbiasa dengan metode proyek. Sebab dengan metode proyek, pendidik dituntut untuk bekerja keras dan mengorganisisr pelajaran yang menjadi proyek secara terencana,

  3. Jika proyek diberikan terlalu banyak, akan membosankan bagi peserta didik,

  4. Bagi sekolah tingkat rendah (SD dan SMP), metode proyek masih sulit dilaksanakan. Hal ini karena metode proyek menuntut peserta didik untuk mencari, membaca, memikirkan, dan dapat memecahkan masalahnya sendiri,

  5. Dilihat dari segi aktivitas, organisasi sekolah menjadi tidak sederhana karena memerlukan banyak fasilitas, tenaga, dan finansial, 6. Banyak memerlukan waktu dan alat pelajaran dan 7. Membutuhkan ketekunan dari pendidik karena setiap tahun pendidik harus menyusun bahan baru.

  Berdasarkan pejelasan di atas, bahwa setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekeurangannya masing-masing. Model Project-Based Learning (PjBL) ini dapat membentuk siswa dalam menyelesaikan permasalahan dengan menggunakan suatu kegiatan proyek, dan memberikan pengalaman pada siswa dalam penyusunan dan perancangan suatu proyek. Namun, kekurangan dalam model Project-Based Learning (PjBL) ini, dibutuhkan waktu yang cukup lama dalam proses pengerjaan proyek agar proyek yang dihasilkan dapat optimal. Peneliti berupaya meminimalisisir kekurangan tersebut dengan mengoptimalkan kegiatan proyek yang berlangsung di kelas.

2.1.1.6 Media Pembelajaran (Pop up book)

  merupakan media yang terbuat dari gabungan beberapa kertas

  Pop up book

  karton, agar terlihat lebih menarik maka menggunakan beberapa kertas karton yang berbeda-beda warna. Isi dalam pop up book adalah sebuat gambar tiga dimensi yang memuat tentang materi yang sedang dipelajari. Sehingga dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya mendengarkan penjelasan dari guru saja, namun dapat melihat dan mendengarkan penjelasan materi dari guru. Jadi siswa akan lebih mudah menangkap sesuatu yang mereka lihat daripada apa yang mereka dengar. Selain itu, pop-up book merupakan suatu media baru yang digunakan oleh peneliti untuk membangkitkan semangat siswa dalam berkreasi untuk mengembangkan kreativitasnya.

2.1.2 Kreativitas

2.1.2.1 Pengertian Kreativitas

  Kreativitas diartikan sebagai penemuan atau pencapaian suatu ide atau gagasan yang baru atau yang belum pernah ada sebelumnya. Selain itu, kreativitas juga diartikan sebagai usaha produktif yang unik dari individu. Kreativitas biasanya diartikan sebagai kemampuan untuk menciptakan suatu produk (Komarudin, 2011: 279). Kreativitas adalah modifikasi sesuatu yang sudah ada menjadi konsep baru (Semiawan, 2009: 44). Terdapat dua konsep lama yang dikombinasikan menjadi suatu konsep baru, dengan kata lain hasil ciptaan produk tersebut seluruhnya tidak harus baru, namun dapat menyempurnakan dari produk yang sudah ada sebelumnya.

  Kreativitas adalah kemampuan untuk menghasilkan sesuatu yang tidak dibuat oleh orang lain, sesuatu yang baru dan memiliki daya guna (Slameto, 2011: 119). Kecakapan ini merupakan hasil murni yang dibuat oleh siswa sesuai dengan kreasi atau ide-idenya. Meskipun unsur-unsur karya sudah pernah ada untuk meningkatkan kreativitas siswa perlu adanya keinginan untuk mengubah atau memodifikasinya. Sedangkan menurut (Sudarma, 2013: 9 ) Kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk membuat segala sesuatu dalam bentuk ide, gagasan, langkah, maupun produk. Segala sesuatu yang dapat diciptakan atau dibuat dalam bentuk beraneka ragam. Ketika membuat hasil tersebut ada beberapa aspek yang harus diperhatikan, seperti perencanaan atau ide yang akan digunaka, menemukan bahan dan alat yang mungkin berbeda dari biasanya, dan mampu melaksanakan dengan baik.

  Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa kreativitas adalah tidak selalu berupa ciptaan baru. Produk-produk kreatif sering muncul sebagai hasil kombinasi dari ciptaan baru atau ciptaan yang sudah ada ataupun mengambil keunggulan dari unsur-unsur suatu ciptaan sebelumnya dengan inovasi yang lebih baru sesuai dengan ide atau gagasan yang dibuat dengan memperhatikan beberapa aspek dalam kreativitas.

2.1.2.2 Karakteristik Kreativitas

  Kreativitas sebagai suatu proses yang tercermin dari kelancaran, fleksibilitas, dan orisinalitas dalam berpikir (Munandar, 2002: 95). Sedangkan menurut Gilford dan Torrance (dalam Filsaime, 2008: 21-23) Karakteristik berfikir kreatif yaitu: a.

  Orisinalitas; yaitu kemampuan yang mengacu kepada keunikan dan belum pernah terjadi. Hal ini bisa dipandang sebagai sesuatu yang tidak biasa atau tidak lazim.

  b.

  Elaborasi; yaitu kemampuan untuk menguraikan sebuah obyek tertentu. Inti dari kemampuan ini adalah memperindah dan memberikan dekorasi yang lebih menarik sehingga objek menjadi lebih berguna dan menarik.

  c.

  Kelancaran; yaitu kemampuan untuk menciptakan berbagai ide. Berfikir lancar berarti memiliki banyak cara untuk menyelesaikan dan memecahkan masalah. Pemikiran yang dimiliki juga luas sehingga siswa mudah untuk mengungkapkan gagasan-gagasannya. Kelancaran mampu menghasilkan berbagai macam pemikiran dalam waktu yang singkat dan bersifat baru Guilford (dalam Abdus- salam, 2005: 237).

  d.

  Fleksibilitas; yaitu kemampuan untuk mengatasi masalah, mengubah pendekatan untuk sebuah masalah. Sedangkan menurut Torrance (dalam Ayob, 2013: 21) dalam prosesnya hasil kreativitas meliputi ide-ide orisinil, cara pandang berbeda, memecahkan rantai permasalahan, mengkombinasikan kembali gagasan-gagasan atau melihat hubungan baru di antara gagasan-gagasan tersebut. Berikut adalah tabel analisis dari aspek kreativitas :

Tabel 2.2 Analisis Aspek Kreativitas

  No Aspek Kreativitas Deskripsi Keterangan

  1 Kelancaran Kemampuan siswa untuk

menghasilkan gagasan

jawaban yang beragam

dan bernilai benar dalam

waktu yang ditentukan

guru

  Dilihat dari ide atau gagasan jawaban yang dihasilkan oleh siswa saat menanggapi pertanyaan dari guru Keluwesan Kemampuan siswa

mengubah berbagai

macam ide dengan cara

yang berbeda untuk

menyelesaikan masalah

  Dilihat dari hasil diskusi dalam kelompok, sehingga memunculkan ide atau cara lain untuk menyelesaijan sebuah

  No Aspek Kreativitas Deskripsi Keterangan Kebaruan Kemampuan siswa dalam

menciptakan sebuah

produk yang bersifat

baru, unik, atau tidak

biasa (berbeda dari

kelompok lain) untuk

menyelesaikan masalah Dilihat dari proses kerja kelompok dalam pembuatan produk yang menghasilkan ide baru dibanding dengan kelompok lain.

  Elaborasi Kemampuan siswa dalam

menginformasikan atau

mempresentasikan hasil

produk yang telah dibuat

dengan menjelaskan

secara terperinci dan

runtut, terhadap jawaban,

sebagai penyelesaian

masalah yang benar yang

diberikan.

  Dilihat dari penjelasan dan penyampaian hasil kerja kelompok, serta berani berargumen untuk memberi saran.

  Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa kreativitas dapat ditinjau dari aspek kognitif yang berhubungan dengan berpikir kreatif meliputi kelancaran, fleksibilitas, orisinalitas, dan elaborasi. Kelancaran berarti Kemampuan untuk dapat menghasilkan pemikiran yang yang belum pernah diketahui. Hal ini dapat dilihat ketika siswa mampu berpikir tentang masalah atau ide yang tidak pernah terfikirkan oleh orang lain. Fleksibilitas berarti, kemampuan dalam mengatasi masalah. Ketrampilan ini dapat menghasilkan jawaban maupun pertanyaan yang lebih variatif dan dapat memecahkan masalah dengan cara yang berbeda. Hal ini siswa mampu memberikan pertimbangan atas keadaan yang dianggap berbeda. Orisinilitas berarti, mengacu kepada keunikan dan belum pernah terjadi, hal ini dapat dilihat ketika siswa mampu membuat suatu produk yang belum tentu dipikirkan orang lain. Elaborasi berarti, mampu mengembangkan sebuah produk maupun gagasannya. Mengembangkan sama halnya dengan membuat lebih detail dan terperinci dari sebuah objek. Hal ini dapat dilihat ketika seseorang mampu memperinci gagasan dari orang lain ataupun membuat lebih detail suatu produk dengan memberikan dekorasi tambahan.

2.1.3 Hakikat Pembelajaran Tematik

2.1.3.1 Pengertian Pembelajaran Tematik

  Pembelajaran tematik terpadu adalah pembelajaran yang menggunakan tema dengan mengintegrasikan berbagai muatan mata pelajaran dalam kegiatan pembelajaran. Kurikulum ini berpusat pada siswa, sehingga siswa bisa menyampaikan segala pendapat ataupun gagasan yang dimilikinya tanpa ada rasa takut terhadap guru. Guru berperan sebagai fasilitator dalam kegiatan pembelajaran, maka guru perlu menyediakan materi, media, wahana dan pendekatan yang bervariasi dalam kegiatan pembelajaran atau kerja kelompok.

  Menurut Nugroho (Prastowo, 2013: 223) mengemukakan bahwa pendekatan pembelajaran tematik terpadu merupakan pendekatan yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari mata pelajaran kedalam berbagai tema. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan bisa mempelajari berbagai mata pelajaran secara bersama- sama. Menurut Indriani (Trianto,2011:147) mengemukakan bahwa pembelajaran tematik adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema dalam menghubungkan berbagai mata pelajaran dalam kegiatan pembelajaran sehingga memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa. Sedangkan menurut Frazee dan Rudnitski (dalam Sundayana, 2014: 8) kurikulum terpadu (integrated currriculum) pada dasarnya yaitu mengintegrasikan dari sejumlah mata pelajaran melalui keterkaitan diantara tujuan, isi, ketrampilan, dan sikap.

  Berdasarkan pendapat yang telah disampaikan para ahli, dapat dikatakan bahwa kurikulum terpadu adalah kurikulum yang mengintegrasikan antara pengetahuan, sikap dan ketrampilan ke dalam berbagai muatan mata pelajaran baik melalui keterkaitan isi dengan mata pelajaran oleh pemilihan tema atau keterkaitan antar ketrampilan oleh pemilihan tema atau topik. Proses pembelajaran menekankan pada aktivitas yang berpusat pada peserta didik (student centered), guru sebagai fasilitator sebisa mungkin membuat suasana pembelejaran menjadi lebih aktif, serta mengajak peserta didik untuk kreatif.

2.1.3.2 Tujuan Pembelajaran Tematik

  Kurikulum 2013 memiliki tujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memilikikemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif,dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan masyarakat,berbangsa, bernegara dan peradaban dunia. Menurut Permendikbud Tahun 2016 No.24, tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu: 1.

  Kompetensi sikap spiritual, 2. Sikap sosial, 3. Pengetahan, dan Pengelompokan tujuan dari kurikulum yang mencakup empat kompetensi, yaitu (1) kompetensi sikap spiritual meliputi sikap menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya, (2) sikap sosial yaitu sikap menunjukkan perilaku jujur, disiplin, bertaggungjawab, santun, peduli dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya. Kedua kompetensi tersebut dicapai melalui pembelajaran tidak langsung (indirect teaching) yaitu keteladanan, pembiasaan, dan budaya sekolah, dengan memperhatikan karakteristik mata pelajaran serta kebutuhan dan kondisi peserta didik. Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan sepanjang proses pembelajaran berlangsung dan dapat digunakan sebagai pertimbangan guru dalam mengembangkan karakter peserta didik lebih lanjut, (3) pengetahuan yaitu kemampuan siswa dalam memahami secara faktual, konseptual, prosedural dan metakognitif yang dilakukan dengan cara mengamati, menanya dan mencoba hal- hal disekitarnya berdasarkan rasa ingin tahu yang dimilikinya, dan (4) ketrampilan yaitu sikap atau ketrampilannya berfikir dan berfikir kritis, kreatif, mandiri, produktif, kolaboratif dan komunikatif dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat. Kompetensi tersebut dicapai melalui proses pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler. (lampiran permendikbud tahun 2016 no 21 )

2.1.3.3 Ruang Lingkup Kurikulum Terpadu

  Ruang lingkup dalam kurikulum terpadu kelas IV pada semester II terdiri dari 9 tema dan 27 subtema yang dipelajari. Ruang lingkup tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.3 Tema dan Subtema Kelas IV No. Tema Subtema 1.

  1. Indahnya Keberagaman Budayaku Kebersamaan 2. dalam Kebersamaan

  Keberagaman 3. Bersyukur Atas Keberagaman 2.

  1. Selalu Berhemat Macam-macam Sumber Energi Energi

2. Pemanfaat Energi 3.

  Gaya dan Gerak 3.

  1. Peduli Terhadap Hewan dan Tumbuhan di Lingkungan Makhluk Hidup Rumahku

  2. Keberagaman Makhluk Hidup di Lingkunganku

  No. Tema Subtema 4.

  9. Makananku Sehat Dan Bergizi 1.

  Menurut Sintalasmi (2012: 12) hasil belajar merupakan kemampuan- kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan tersebut mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Hasil belajar dapat dilihat dari kegiatan evaluasi yang nantinya dapat diketahui sejauh mana kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Bloom (dalam Rusyana dan Setiawan, 2009: 71-74) menyampaikan bahwa terdapat tiga kategori besar dalam kemampuan hasil belajar. Kemampuan tersebut adalah kemampuan kognitif, kemampuan afektif, dan kemampuan psikomotor. Kemampuan kognitif

  Hasil belajar terkait dengan pengukuran, kemudian akan terjadi suatu penilaian dan menuju evaluasi baik menggunakan tes maupun non tes (Widiyoko, 2009: 41). Hasil belajarar merupakan segala upaya yang menyangkut aktivitas otak (proses berpikir) terutama dalam ranah kognitif, afektif, dan psikokotor (Arikunto, 2003: 114-115).

  Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Pendidikan Kewarganegaraan, Seni Budaya dan Keterampilan, Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan.

  Sumber: buku guru SD/MI tematik terpadu kelas IV Berdasarkan tabel di atas, ruang lingkup kurikulum terpadu meliputi seluruh muatan mata pelajaran inti. Mata pelajaran tersebut antara lain, Bahasa Indonesia,

  Makananku Sehat dan Bergizi 2. Manfaat Makanan Sehat dan Bergizi 3. Kebiasaan Makananku

  Keunikan Daerah Tempat Tinggalku 3. Aku Bangga dengan Daerah Tempat Tinggalku

  Berbagai Pekerjaan

  1. Lingkungan Tempat Tinggalku 2.

  1. Keanekaragaman Hewan dan Tumbuhan 2. Keindahan Alam Negeriku 3. Indahnya Peninggalan Negeriku 8. Tempat Tinggalku

  Aku dan Cita-citaku 2. Hebatnya Cita-citaku 3. Giat Berusaha Meraih Cita- cita 7. Indahnya Negeriku

  Perjuangan Para Pahlawan 2. Pahlawanku Kebanggaanku 3. Sikap Kepahawanan 6. Cita- Citaku 1.

  Barang dan Jasa 3. Pekerjaan Orang tua 5. Pahlawanku 1.

  1. Jenis- jenis Pekerjaan 2.

2.1.4 Hasil Belajar

2.1.4.1 Pengertian Hasil Belajar

  terdiri dari pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kemampuan afektif berupa minat, sikap, dan nilai-nilai yang diberikan ketika berlangsungnya proses belajar. Kemampuan psikomotor terdiri dari fisik dan motorik. Hasil belajar tersebut akan tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu.

  (Suprijono, 2012: 5) berpendapat bahwa hasil belajar merupakan pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan. Hasil belajar adalah kemampuan siswa dalam proses belajar, serta perubahan tingkah laku secara keseluruhan, bukan pada satu aspek saja. Selanjutnya menurut Wardani, Slameto, dan Winanto (2014: 111) berpendapat bahwa hasil belajar merupakan pengukuran penguasaan materi dan aspek perilaku yang dapat diukur dari teknik tes dan non tes, sedangkan aspek perilaku terdiri dari tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

  Berdasarkan beberapa pendapat ahli mengenai definisi hasil belajar, dapat dikatakan bahwa hasil belajar adalah segala upaya yang dilakukan untuk mengubah tingkah laku siswa yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik yang dapat diukur dengan menggunakan teknik tes dan non tes. Pengukuran yang digunakan terhadap hasil belajar siswa dari teknik tes dan non tes adalah evaluasi. Fungsi dari evaluasi hasil belajar adalah untuk membantu memberikan saran perbaikan dan berbagai informasi terkait dengan siswa mulai dari awal hingga akhir pembelajaran. evaluasi proses belajar adalah penilaian yang dilaksanakan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Evaluasi hasil belajar merupakan evaluasi yang dilakukan oleh guru untuk memantau proses, kemajuan, perkembangan hasil belajar peserta didik sesuai dengan potensi yang dimiliki dan kemampuan yang diharapkan secara berkesinambungan, sehingga akan diketahui sejauh mana kemampuan siswa dalam memahami pelajaran dan menjadi tolak ukur apakah pembelajaran yang telah dilakukan dapat dikatakan berhasil atau belum berhasil dan dari hasil belajar yang dimiliki siswa, maka guru akan dapat mengetahui bagaimana tindakan selanjutnya yang tepat terkait hasil belajar siswa.

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

  Penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilaksanakan oleh Faizah (2005) yang melakukan penelitian mengenai pembelajaran Project-Based

  Learning mampu meningkatkan keterampilan proses pembelajaran tematik kelas

  IV SD Negeri Seworan, Kecamatan Wonosegoro, Kabupaten Boyolali, sebesar 26% pada pada siklus 1 dan 30,67% pada siklus 2, serta meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Seworan Kecamatan Wonosegoro, Kabupaten Boyolali pada muatan Bahasa Indonesia 60% pada siklus 1 dan 73% pada siklus 2.

  Penelitian juga dilakukan oleh Titu (2015) penerapan pembelajaran Project-

  Based Learning sangat mendukung kreativitas siswa di mana kreativitas adalah

  kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru dan menerapkannya dalam pemecahan masalah. Sehingga penerapan model pembelajaran Project-Based

  Learning dapat dijadikan alternatif dalam meningkatkan kreativitas siswa pada

  materi konsep masalah ekonomi. Bagi guru selanjutnya dengan menggunakan model pembelajaran Project-Based Learning diperlukan kemampuan dalam mengkoordinir kelas dan waktu sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan maksima

  Penelitian juga dilakukan oleh Sari (2015) hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar keterampilan berbicara siswa kelas VA SDN Ajung 03 meningkat. Peningkatan setelah dilakukan pembelajaran dengan menerapkan model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning) dapat diketahui dari perbandingan skor hasil belajar keterampilan berbicara prasiklus, siklus I, dan siklus II. Tahap pra siklus sebanyak 1 siswa (3,33%) tergolong sangat baik, 7 siswa (23,33%) tergolong baik, 15 siswa (50%) tergolong sedang atau cukup dan 7 siswa (23,33%) tergolong kurang. Setelah diterapakan tindakan siklus I, sebanyak 6 siswa (20%) tergolong sangat baik, 9 siswa (30%) tergolong baik, 1 siswa (3,33%) tergolong sedang atau cukup dan 14 siswa (46,67%) tergolong kurang. Hasil tes belajar keterampilan berbicara setelah dilakukan siklus II, sebanyak 16 siswa (53,33%) tergolong sangat baik, 8 siswa (26,67%) tergolong baik, 6 siswa (20%) tergolong sedang atau cukup. Jadi, dapat katakan bahwa penerapan model Pembelajaran berbasis proyek (Project-Based Learning) dapat meningkatkan hasil belajar keterampilan berbicara siswa kelas VA SDN Ajung 03.

  Tidak hanya hasil belajar, namun peneliti memilih model pembelajaran

  

Project-Based Learning karena terbukti dapat meningkatkan semangat siswa

  untuk belajar dan membuat suatu karya yang bisa untuk dipublikasikan baik berupa produk atau seni. Penelitian ini dilakukan oleh Wajdi (2017) dalam penelitian ini dapat diketahui bahwa: (1) model pembelajaran Project-Based

  

Learning dan penilaian autentik dapat dilaksanakan dengan baik dan mudah; dan

  (2) hasil implementasi model berupa nilai pembelajaran drama menunjukkan hasil yang sangat memuaskan.

  Berikut adalah tabel tentang hasil kajian yang relevan:

Tabel 2.4 Hasil Kajian yang Relevan

  Variabel Penelitian Hasil No Nama Model Pop-up Kreativitas Hasil Penilaian Kelas Ada Tidak Peneliti PjBL book Belajar Autentik ada

  1 Umi Faizah

  IV   

  2 Maria Anita

  IV    Titu

  V Indah Sari

   3 Lutfiana  

  4 Fathullah    Wajdi

  Berdasarkan kajian di atas dalam penelitian ini ada perbedaan dan persamaan antara peneliti dengan peneliti sebelumnya. Persamaannya peneliti sebelumnya sama-sama menggunakan model pembelajaran Project-Based Learning untuk mengukur kreativitas dan hasil belajar pada siswa. Penggunaan model Project-

  

Based Learning pada penelitian sebelumnya terbukti mampu untuk meningkatkan

  kreativitas dan hasil belajar padapeserta didik. Peneliti saat ini juga akan menggunakan model pembelajaran Project-Based Learning namun peneliti membuat sedikit berbeda yaitu dengan menambahkan media pop-up book untuk penyampaian materi. Melalui media pop-up book terbukti mampu meningkatkan hasil belajar siswa, karena siswa mampu mendengarkan penjelasan dari guru dan melihat langsung contoh gambar yang membahas tentang materi yang sedang sampaikan oleh guru. Selain itu, dengan menggunakan model pembelajaran suatu produk. Penelitian yang peneliti lakukan, siswa akan membuat sebuah produk berupa wayang. Produk berupa wayang disesuaikan dengan tema yang sedang dipelajari, yaitu tema 7 tentang Indahnya Keragaman Negeriku.

2.3 Kerangka Pikir

  Penelitian ini dilakukan dalam rangka untuk meningkatkan kreativitas dan memperbaiki hasil belajar peserta didik SDN Ngajaran 03, Kecamatan Tuntang dengan menggunakan model pembelajaran Project-Based Learning berbantuan

  pop-up book, dengan tujuan untuk meningkatkan kreativitas dan hasil belajar

  siswa. Penelitian akan dilaksanakan melalui dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari tiga kali pertemuan. Setiap siklus akan dilakukan tes evaluasi diakhir pertemuan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa pada pembelajaran yang dipelajari. Setelah diadakan evaluasi, peneliti dan guru melakukan analisis hasil belajar peserta didik. Analisis hasil belajar siklus I dimaksudkan untuk tindak lanjut siklus II, dengan tujuan meminimalisir kesalahan pada siklus II.

  Peneliti memilih model Project-Based Learning dengan pertimbangan pada saat melihat kondisi nyata pada kelas IV SDN Ngajaran 03 yang masih kurang dalam mengembangkan kreativitas dan hasil belajar, maka peneliti berupaya memperkenalkan kepada peserta didik SDN Ngajaran 03 dengan model Project-

  Based Learning supaya mampu memahami suatu permasalahan dengan baik dan

  kritis serta mampu memecahkan suatu masalah tersebut yang nantinya dapat menghasilkan suatu produk atau jasa sesuai dengan ide dari masing-masing siswa. Pembelajaran ini diharapkan agar peserta didik mampu mengikuti pembelajaran dengan baik dan hasil belajar dari siswa SDN Ngajaran 03 mampu meningkat.

Bagan 2.1 Proses Pembelajaran

  • Hasil belajar pada siswa meningkat - Daya ingat siswa lebih baik
  • Melatih kreativitas siswa juga meningkat - Banyak siswa yang belum mencapai KKM

  Berdasarkan latar belakang penelitian, rumusan kajian pustaka maka, hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan model pembelajaran Project-Based Learning (PjBL) berbantuan pop-up book maka dapat meningkatkan kreativitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran tematik pada muatan mata pelajaran IPS, SDN Ngajaran 03 Desa Ngajaran, Kecamatan Tuntang. Menggunakan metode ceramah - Guru antusias menjelaskan materi - Siswa merasa bingun dengan materi yang dijelaskan - Siswa aktif. - Respond siswa yang antusias. - Siswa senang belajar sambil berkreasi

  Model Project Based Learning

  Proses Pembelajaran Berbantuan pop-up book

Dokumen yang terkait

BOOK Suzy N Meningkatkan perilaku skeptis daftar pustaka

0 0 9

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penggunaan Model Pembelajaran Discovery Learning untuk Meningkatkan Kreativitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas 5 SD Negeri Mangunsari 07

0 0 17

I. Pilihlah salah satu jawaban yang dianggap tepat ! - Soal UTS Semester 1 PPKn Kelas 8

1 18 5

2.1 Kajian Teori - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match Berbantuan Media Pop Up Book untuk Meningkatkan Hasil Belajar Muatan Pelajaran IPS Siswa Kelas 4 SD Negeri Salatiga 10 Sem

0 0 11

3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian 3.1.1 Setting Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match Berbantuan Media Pop Up Book untuk Meningkatkan Hasil Belajar Muat

0 0 14

4.1 Pelaksanaan Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match Berbantuan Media Pop Up Book untuk Meningkatkan Hasil Belajar Muatan Pelajaran IPS Siswa Kelas 4 SD Negeri Salat

0 0 22

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH BERBANTUAN MEDIA POP UP BOOK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MUATAN PELAJARAN IPS SISWA KELAS 4 SD NEGERI SALATIGA 10 SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 20172018 TUGAS AKHIR - Institutional Repository | Satya W

0 1 18

Level Kognitif Lingkup Materi Aturan dan Ideologi Hak dan Kewajiban Warga Negara Kedaulatan Rakyat Globalisasi dan Prestasi Diri

0 0 36

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match Berbantuan Media Pop Up Book untuk Meningkatkan Hasil Belajar Muatan Pelajaran IPS Siswa Kelas 4 SD Negeri Salatiga 10 Semester 2 Tahun Pelaj

0 3 81

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Project Based Learning (PJBL) Berbantuan Pop-Up Book untuk Meningkatkan Kreativitas dan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Tematik Kela

0 0 8