Pengaruh Globalisasi Terhadap Peningkata. docx
I.1 LATAR BELAKANG
Pasca Perang Dingin dengan adanya perjanjian westphalia yang menghasilkan
pembagian negara-bangsa, isu mengenai peredaran obat-obatan terlarang ini
sudah menjadi sebuah isu global. Pada era Perang Dingin masalah Internasional
cenderung bersifat tradisional atau militer, namun pada pasca Perang Dingin telah
mengalami pergeseran paradigma menjadi ancaman yang bersifat non-tradisional
atau non-militer. Ancaman non-militer tersebut, seperti masalah perdagangan anak
dan wanita, perdagangan obat-obatan terlarang, migrasi, lingkungan hidup,
HIV/AIDS, dll. Ancaman non-tradisonal ini biasanya masalah-masalah yang sudah
melewati
batas-batas
negara
(Transnational
Crime).
Peredaran
obat-obatan
terlarang telah menjadi ancaman, baik itu ancaman keamanan kawasan, keamanan
nasional, sosial, bahkan individu.
Terkait kejahatan transnasional, kawasan Asia Tenggara merupakan salah satu
kawasan
yang
perdagangan
relatif
tinggi
obat-obatan
tingkat
terlarang.
kejahatan
Hal
ini
transnasionalnya,
disebabkan
oleh
khususnya
maraknya
pemerintahan yang korup dan lemahnya hukum di kawasan negara-negara
tersebut. Kejahatan perdagangan narkoba ataupun peredaran gelap narkotika
merupakan salah satu kejahatan internasional yang memiliki ciri-ciri, terorganisir
(organized crime) berupa sindikat, kemudian mendapat dukungan dana besar serta
peredarannya memanfaatkan teknologi yang canggih. Modus peredaran gelap
narkotika internasional selalu melibatkan warga negara asing dan berdampak
terhadap teritorial dua negara atau lebih, serta perencanaan yang dilakukan diluar
batas teritorial negara tertentu.1 Dan menurut PBB dalam UN convention against
transnational organized crime (uncatoc) kejahatan transnasional dilakukan dari satu
negara dengana persiapan, perencanaan, pengarahan dan pengawasan yang
dilakukan oleh negara lain.2 Kejahatan traansnasional merupakan kejahatan yang
berlangsung melintasi batas-batas negara.
Menurut WHO, pengertian obat (drug) adalah suatu zat yang jika masuk dalah
organisme tubuh akan memberikan perubahan pada satu atau lebih fungsi-fungsi
organisme tubuh tersebut. Zatnya seperti opioda (morfin, heroin), kokain, ganja,
dan alkohol merupakan zat yang mempunyai efek seperti itu, khususnya dalam
funsi berpikir, perasaan, dan perilaku orang yang memakai obat tersebut.
Penyalahgunaan
dependence).
zat-zat
tersebut
bisa
menyebabkan
ketergantungan
(drug
3
1 Friman, H. Richard, The Great Escape? Globalization, Immigrant Entrepreneurship and The Criminal
Economy, Department of Political Science, Marquette University, 2010
2 UN convention against transnational organized crime and its protocol dari www.unodc.org diakses
tanggal 18 juni 2012
3 Dadang Hawari, Penyalahgunaan Narkotika dan Zat Adiktif, Jakarta: BPFKUL, 1991, hal 15
1
Pada era globalisasi saat ini, terdapat fakta bahwa batas antar negara
semakin tidak jelas meskipun secara yurisdiksi tetap. Namun para pelaku kejahatan
tidak mengenal batas wilayah maupun batas yurisdiksi, mereka beroperasi dari satu
wilayah negara ke wilayah negara lainnya dengan bebas. Fenomena globalisasi
sangat berhubungan dengan kejahatan lintas batas negara yang bersinggungan
dengan setiap kehidupan manusia, seperti ekonomi, politik, sosial, budaya, hukum,
kesehatan masyarakat, dan ilmu pengetahuan. Roland robertson mengatakan
bahwa globalisasi dikenal sebagai “kompresi dunia”, seperti perkembangan
teknologi, transportasi, komunikasi, dan informasi. 4 Masalah obat-obatan ini
merupakan isu yang berhubungan dengan produksi, distribusi, dan konsumsi obatobatan terlarang. Salah satu karakteristik dari obat-obatan terlarang dinilai dari
ekonomi komoditas.
Pada tahun 1960an/1970an struktur ekonomi mengalami perubahan dengan
adanya pergesaran teknologi, komunikasi, dan transportasi yang kuat. 5 Akibat dari
globalisasi yang semakin kuat bisa melemahkan suatu negara, seperti korupsi,
penjajahan SDA, dan perdagangan obat ilegal. Oleh karena itu, terkait antara
globalisasi dengan perdagangan obat terlarang menyebabkan perdagangan yang
melintasi batas kawasan secara ilegal bisa menjadi legal dengan munculnya
globalisasi tersebut.
Dan
fenomena
globalisasi
yang
terjadi
di
kawasan
asia
tenggara
menyebabkan adanya peningkatan peredaran obat-obatan terlarang di kawasan
tersebut. Dilihat dari letak geografis Asia Tenggara merupakan kawasan yang
strategis dan mudah dijangkau lewat jalur laut seperti ke Timur tengah, jepang, dan
australia. Kondisi ini menyebabkan kawasan asia tenggara menjadi wilayah transit
yang strategis terkait masalah peredaran obat-obatan ilegal. Dilihat dari sisi
regional, lemahnya manajemen perbatasan antar negara-nagara Asia tenggara
dimanfaatkan oleh para pedagang-pedagang obat terlarang untuk menyelundupkan
serta mendistribusikan obat-obatan tersebut. Terkait dengan peredaran obat-obatan
terlarang di kawasan asia tenggara ada tiga negara yang sangat terkenal dalam
kasus peredaran obat-obatan terlarang tersebut yang sering disebut “golden
triangle”, antara lain myanmar, thailand, dan laos.
Dalam hal ini penulis mengkaji fokus studi kasus mengenai peredaran obataobatan terlarang di myanmar pada tahun 1989-2006. Myanmar pada tahun 1989
termasuk produsen terbesar kedua dalam perdagangan obat-obatan terlarang di
dunia setelah afghanistan (khususnya opium) yang difasilitasi oleh partai komunis
4 Seddon, toby, “drugs, the informal economy and globalization”, international journal of social
economics, 2008.
5 Rotman, Edgardo, the globalization of criminal violence, cornell journal of law and public policy, 2000
2
burma.6 Hal ini dikarenakan Myanmar lebih memilih membudidayakan opium di
berbagai wilayahnya dibanding menanam sayur-sayuran ataupun buah-buahan,
dilihat dari segi ekonomi keuntungan dari penjualan opium tersebut sangat besar
hasilnya dibandingkan dengan budidaya tanaman yang lain. Opium adalah jenis
narkotika analgesik dari polong biji tanaman opium poppy yang belum matang. 7
Fenomena inilah yang melatarbelakangi meningkatnya kegiatan peredaran narkoba
di Myanmar dalam kawasan golden triangle pada tahun 1990-an. 8
Hal ini yang membuat organisasi regional tertinggi di kawasan asia tenggara
yaitu ASEAN mempunyai berbagai cara untuk menangani masalah perdagangan
obat-obatan terlarang ini khususnya di Myanmar. Salah satunya penanganan
kejahatan lintas batas negara pada kasus tersebut dibahas dalam ASEAN senior
officials on drugs matter (asod), senior official meeting on transnasional crime
(somtc), asean and china cooperative operations in response to dangerous drugs
(accord).9 Penanganan tersebut merupakan upayan ASEAN untuk menciptakan
kawasan yang free dari obat-obatan terlarang, jadinya perlu adanya partisipasi dari
tiap-tiap negara anggota serta melakukan sekuritisasi di setiap negara anggota.
Perlu adanya sekuritisasi ini dikarenakan isu peredaran narkoba meningkat
karena berkembangnya globalisasi yang akan mengancam keamanan negara
seperti yang dikemukakan oleh brown, ullman, nye, dan lyn yang mengatakan
bahwa pengkajian keamanan internasional merupakan substansial yang lebih luas
dibandingkan dengan keamanan militer.10 Sehingga ketidakstabilan politik di
Myanmar menjadi
salah satu faktor penghambat kerjasama ASEAN
dalam
penanggulangan isu perdagangan obat-obatan terlarang.
I.2 RUMUSAN MASALAH
Dalam konteks sejarah, globalisasi saat ini hanya satu tahap dalam
hubungan progresif kemanusiaan. Tidak semua efek dari globalisasi itu baik,
misalnya kekerasan internasional. Alex Seita menunjukkan “komoditas” yang
terkait kekerasan sebagai ilegal atau tidak, permintaan untuk (dan pasokan)
komoditas tertentu sering menjadi penyebab konstribusi darti kekerasan. 11 Masalah
penyalahgunaan dan perdagangan ilegal narkotika dan obat-obatan terlarang
(seperti
narkoba)
terus
menjadi
permasalahan
global.
Masalah
ini
sangat
6 Lihat www.unodc.com diakses pada 3 april 2012, pukul 19.45
7 Lihat www.cesar.umd.edu/cesar/drugs/opium diakses pada 1 juli 2012
8 Dupont, transnational crime, drugs, and security in east asia, asian survey, 1999, hlm 433
9 Skripsi..
10 Buzan, barry, people, state, and fear. London: lynne rienner publisher, 1991, hlm 23
11 Ibid hal 1
3
mengancam keamanan serta stabilitas keamanan nasional. Perdagangan narkoba
ini
merupakan
suatu
ancaman
keamanan
terhadap
negara
yang
bersifat
transnasional (melibatkan sejumlah negara), oleh karena itu cara penanganannya
memerlukan kerjasama internasional. Oleh karena itu, penulis berfokus mengenai
permasalahan, mengapa globalisasi mempengaruhi peningkatan perdagangan obatobatan terlarang di kawasan asia tenggara dalam studi kasus masalah drugs
trafficking di myanmar (periode 1989-2006) ?
I.3 TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini antara lain :
1. Untuk menjabarkan peningkatan perdagangan obat-obatan terlarang di
kawasan asia tenggara serta dalam studi kasus masalah peredaran
narkoba di myanmar periode 1998-2006.
2. Untuk manganalisis pengaruh globalisasi terkait kejahatan transnasional
dalam isu peredaran obat-obatan terlarang.
3. Untuk menganalisis pengaruh globalisasi
terhadap
peningkatan
perdagangan obat-obatan terlarang di kawasan asia tenggara dalam
studi kasus drugs trafficking di myanmar (periode 1998-2006).
I.4 KERANGKA TEORI
Peningkatan peredaran obat-obatan terlarang berkembang pesat tidak hanya
untuk para pengguna obat terlarang namun banyak keuntungan yang besar dari
para penjual obat terlarang tersebut. Hal tersebut berhasil dicapai melalui lintas
perdagangan obat-obatan terlarang secara ilegal. Di era globalisasi yang sekarang
sedang dihadapi bukanlah hal yang perlu dihindari, melainkan harus kita lewati
dengan berpikir positif untuk pembangunan nasional. Pengaruh globalisasi ini justru
cenderung membuat peredaran narkoba semakin terus meningkat, contohnya
dalam studi kasus peredaran narkoba di Myanmar (periode 1998-2006), dimana
Myanmar termasuk salah satu negara di kawasan Golden Triangle dan pemasok
produksi terbesar drugs di kawasan Asia Tenggara.
Dalam hal ini konsep globalisasi secara abstrak dapat dikatakan sebagai
“keseluruhan proses dimana masyarakat di dunia bergabung dalam sebuah
masyarakat dunia tunggal, yaitu global society”. Berbeda menurut Aart Scholte,
peneliti globalisasi, mengatakan bahwa konsep dasar globalisasi menggambarkan
lima macam fenomena, yaitu: globalisasi sebagai sebuah internasionalisasi;
globalisasi sebagai sebuah liberalisasi; globalisasi sebagai sebuah universalisasi.
4
Globalisasi sebagai westernisasi dan deteritorialisasi.12 Kemudian menurut Robert
Keohane
dan
Joseph
Nye
menggambarkan
bahwa
globalisasi
(mereka
menyebutnya dengan istilah globalisme) sebagai “situasi dunia yang melibatkan
jaringan-jaringan interdepedensi pada jarak yang multikontinental”. 13
Dalam konsep globalisasi ini terkait peningkatan drugs trafficking di kawasan
asia tenggara, globalisasi sangat berpengaruh karena drugs trafficking ini telah
membuat dunia khawatir dengan meluasnya isu organisasi kejahatan transnasional
seperti drugs trafficking yang melibatkan jaringan-jaringan yang bergantung pada
drugs trafficking tersebut pada jarak yang melintasi batas negara. Oleh karena itu,
akibat globalisasi isu drugs trafficking tersebut semakin meningkat dan membuat
keamanan setiap negara maupun individu di kawasan asia tenggara menjadi
sebuah ancaman.
Kurangnya
komitmen
dari
negara-negara
anggota
bisa
menyebabkan
ancaman serius dalam kejahatan lintas batas suatu negara. Contohnya, disaat
negara-negara kawasan Asia Tenggara lainnya mensosialisasikan isu Drugs
Trafficking sebagai ancaman negara dan kawasan, Myanmar sebagai negara
terbesar penghasil oppium tidak menganggap isu ini sebagai sebuah ancaman.
Kemudian permasalahan dana, letak geografis ASEAN menjadikan kawasan Asia
Tenggara strategis dan mudah dijangkau lewat jalur laut seperti ke Timur Tengah,
Jepang, dan Australia. Kondisi ini menyebabkan kawasan Asia Tenggara menjadi
wilayah transit yang strategis terkait peredaran ilegal narkotika. Dilihat dari sisi
regional, lemahnya manajemen perbatasan antar negara-negara Asia Tenggara
dimanfaatkan
oleh
para
drug
traffickers
untuk
menyelundupkan
serta
menditribusikan drugs tersebut.
Menurut Barry Buzan, sekuritisasi melihat bahwa masalah keamanan
merupakan hasil konstruksi karena adanya discourse content yg memberikan
pengaruh, dan aktor-aktor mewacanakannya sebagai ancaman eksistensial bagi
suatu entitas.14 Pada kasus drugs trafficking myanmar merupakan sebuah discourse
content karena kebijakan atau hasil perundingan dari setiap negara-negara yg
membicarakan kasus ini belum terealisasikan. Kasus ini melibatkan negara-negara
di luar myanmar yg ikut membicarakan kasus tsb yg menyebabkan negara-negara
yg membicarakannya menjadi sebuah ancaman bagi kawasan asia tenggara.
Pada konsep selanjutnya yaitu keamanan nasional secara umum diartikan
sebagai kebutuhan dasar untuk melindungi dan menjaga kepentingan nasional
12 Banyu, Perwita, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional, Bandung: Rosda, 2005
13 Bantarto, Bandoro, Pada Seminar Nasional dan Lokakarya Badan Pembinaan Hukum Nasional,
Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia, Denpasar, Bali 14-18 Juli 2003
14 Barry Buzan, Ole Waever, dan Jaap De Wilde, Security: A New Framework For Analysis, London: Lynne
Rienner Publishers, 1998
5
suatu bangsa dengan menggunakan kekuatan politik, ekonomi, dan militer untuk
menghadapi berbagai ancaman. Menurut Michael Klare dan Daniel Thomas (1991),
keamanan
itu
mencakup
perlindungan
terhadap
semua
ancaman
bagi
kesejahteraan, bukan hanya ancaman militer. 15 Konsep keamanan nasional harus
terintegrasi dengan keamanan dunia. Kemudian menurut Barry Buzan, keamanan
adalah hal utama yang berkaitan dengan nasib sekumpulan manusia dan bebas dari
ancaman. Keamanan dipengaruhi oleh lima faktor, yaitu militer, politik, sosial,
ekonomi, dan lingkungan.
kejahatan transnasional menjadi prioritas agenda asean. Hal ini dibuktikan
oleh adanya proses sekuritisasi terhadap isu ini. Dimensi ancaman yg disebabkan
oleh drugs trafficking sgt beragam. Baik ancaman keamanan kawasan, keamanan
nasional, sosial, bahkan individu. Keamanan setiap negara dalam isu drugs
trafficking ini dipengaruh oleh faktor lingkungan dan ekonomi. Drugs traffickng
merupakn security non tradisional, hal ini muncul pasca perang dingin dengan
adanya perjanjian westphalia yg menghasilkan pembagian nation-state sehingga isu
drugs trafficking yg melampaui lintas batas antar negara yg didorong oleh
globalisasi.
Kekuatan militer bukan lagi menjadi hal utama untuk melindungi sebuah
negara, tetapi saat ini di era globalisasi ekonomi sangat menguasai segala aspek
yang bisa menjadi sebuah ancaman. Jika kedaulatan negara sudah melemah, maka
kejahatan transnasional bisa terjadi seperti halnya drugs trafficking di myanmar.
Melemahnya pemerintah myanmar membuat masyarakatnya terus memproduksi
drugs sebanyak-banyaknya untuk meningkatkan perekonomian dan kelangsungan
hidupnya menjadi sejahtera. Namun, hal yg dilakukan myanmar ini membuat
negara di kawasan asia tenggara melihat hal ini akan menjadi ancaman bagi setiap
negara maupun individu di kawasan tersebut.
Teori kerjasama regional
Menurut KJ Holsti dan Hans J Morgenthau, region diartikan sebagai
sekumpulan negara yg memiliki kedekatan geografis karena berada dalam satu
wilayah tertentu.16 Dalam kasus ini mynmar mrpkn salah satu negara yang memilki
letak kedekatan geografis antara myanmar dan ngrs2 di sia tggara menyebabkan
mereka membuat organisasi kawasan yaitu ASEAN. Implementasinya melakukan
kerjasama penanggulangan lalu lintas perdagangan narkoba di negara-negara
ASEAN awalnya dari tindakan penegakan hukum terhadap para pengedar narkoba
yg menggunakan jalur darat, laut, dan udara, serta terhadap penyalahgunaan
15 Dikutip dari paper Arya Sandhiyudha, Us Defense and Security Policy: Defending The Mondial
Hagemony.
16 Craig a. Snyder, Contemporary Security and Strategy, Palgrave: Macmillan, 2008
6
narkoba. Kerjasama penanggulangan lalu lintas perdagangan narkoba difokuskan
pada upaya pembasmian terhadapa penanaman opium, ganja, dan produksi
narkoba. Kerjasama regional dan internasional dilakukan oleh masing-masing
negara anggota ASEAN untuk memperluas politik, ekonomi dan teknologi untuk
meningkatkan efektivitas penanggulangan lalu lintas perdagangan dan peredaran
narkoba.
I.5 METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk menjelaskan fakta
dari fenomena yang terjadi serta dengan menggunakan teori untuk menganalisa
fenomena yang ada.17 Dari pendekatan yang digunakan, penulis akan melakukan
analisis yang bersifat deskriptif. Dengan demikian penulis membatasi penelitian ini
berdasarkan satu negara di kawasan tersebut dalam kurun waktu yang sudah
ditentukan. Sehingga penulis diharapkan dapat menjelaskan pengaruh globalisasi
terhadap peningkatan
perdagangan
obat-obatan terlarang di
kawasan Asia
Tenggara dalam studi kasus drug trafficking di Myanmar periode 1989-2006.
Penelitian ini dilakukan melalui studi pustaka (data sekunder). Oleh karena itu,
konsep globalisasi dan konsep yang digunakan dalam kerangka pemikiran tersebut
untuk menganalisis aspek-aspek yang mempengaruhi peningkatan peredaran
narkoba menggunakan data sekunder. Data yang digunakan didapatkan dari
dokumen-dokumen resmi pemerintah Myanmar seperti data statistik terutama
dalam kurun waktu 1989-2006. Penelitian ini juga menggunakan data-data lain
termasuk kerjasama regional dan kerjasama internasional yang didapatkan dari
buku, jurnal, skripsi, dan laporan penelitian baik dalam bentuk cetak maupun
elektronik. Kajian laporan kejadian dalam media massa juga menjadi salah satu
sumber dalam penelitian ini. Namun data tersebut diperlakukan sebagai pendukung
data statistik ataupun sebagai data tempat dan waktu peristiwa.
Penulis juga banyak menggunakan bahan referensi akademik dan laopran
organisasi
independen
yang
bersumber
dari
perpustakaan
elektronik
yang
menyediakan kajian peredaran obat-obatan terlarang di Asia Tenggara terutama
pada
negara
Myanmar.
Sebagai
contoh
adalah
kajian-kajian
yeng
telah
dilaksanakan oleh Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia, di Bali pada
Seminar Nasional dan Lokakarya Badan Pembinaan Hukum Nasional, Asian Survey
mengenai Transnational Crime, Drugs, and Security in East Asia, UN Convention
Against Transnational Organized Crime and its Protocol.
17 Mas’oed, Mochtar, Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi, Jakarta: LP3ES, 1994, hlm.13
7
I.6 SISTEMATIKA PENULISAN
Dalam menjabarkan penelitian ini, penulis menjabarkan dalam sistematika
penulisan sebagai berikut:
BAB I
: Pendahuluan
Merupakan penjabaran dari pendahuluan yang meliputi penjelasan tentang
latar belakang masalah, tujuan penelitian, kerangka pemikiran, dan metode
penelitian
BAB II
: Fenomena Peningkatan Perdagangan Obat-Obatan
Terlarang di Kawasan Asia Tenggara serta Studi Kasus Peredaran
Narkoba Di Myanmar Periode 1998-2006.
Bab ini berisi penjelasan secara komprehensif tentang peningkatan peredaran
narkoba di kawasan Asia Tenggara terutama dalam pembahasan studi kasus
peredaran narkoba di Myanmar periode 1989-2006
BAB III
: Pengaruh Globalisasi Terkait Kejahatan Transnasional
Dalam Isu Peredaran Obat-Obatan Terlarang.
Bab ini berisi penjelasan mengenai analisa globalisasi terkait kejahatan
transnasional dalam isu peredaran obat-obatan terlarang.
BAB IV
: Analisis Pengaruh Globalisasi Terhadap Peningkatan
Perdagangan Obat-Obatan Terlarang di Kawasan Asia Tenggara Dalam
Studi Kasus Drugs Trafficking di Myanmar (Periode 1998-2006).
Pada
bab
ini
akan
menganalisis
fenomena
globalisasi
saat
ini
yang
berpengaruh terhadap peningkatan peredaran narkoba di Asia Tenggara khususnya
di Myanmar yang sebagai salah satu negara kawasan golden triangle. Pada bab ini
penulis akan menjabarkan indikator konsep untuk mendapatkan kesimpulan dari
penelitian ini.
BAB V
: Kesimpulan
8
Merupakan kesimpulan serta saran dari penjabaran dan analisa yang terdapat
dalam bab-bab sebelumnya. Kesimpulan dan saran diharapkan dapat menjawab
penelitian yang diangkat oleh peneliti.
9
Pasca Perang Dingin dengan adanya perjanjian westphalia yang menghasilkan
pembagian negara-bangsa, isu mengenai peredaran obat-obatan terlarang ini
sudah menjadi sebuah isu global. Pada era Perang Dingin masalah Internasional
cenderung bersifat tradisional atau militer, namun pada pasca Perang Dingin telah
mengalami pergeseran paradigma menjadi ancaman yang bersifat non-tradisional
atau non-militer. Ancaman non-militer tersebut, seperti masalah perdagangan anak
dan wanita, perdagangan obat-obatan terlarang, migrasi, lingkungan hidup,
HIV/AIDS, dll. Ancaman non-tradisonal ini biasanya masalah-masalah yang sudah
melewati
batas-batas
negara
(Transnational
Crime).
Peredaran
obat-obatan
terlarang telah menjadi ancaman, baik itu ancaman keamanan kawasan, keamanan
nasional, sosial, bahkan individu.
Terkait kejahatan transnasional, kawasan Asia Tenggara merupakan salah satu
kawasan
yang
perdagangan
relatif
tinggi
obat-obatan
tingkat
terlarang.
kejahatan
Hal
ini
transnasionalnya,
disebabkan
oleh
khususnya
maraknya
pemerintahan yang korup dan lemahnya hukum di kawasan negara-negara
tersebut. Kejahatan perdagangan narkoba ataupun peredaran gelap narkotika
merupakan salah satu kejahatan internasional yang memiliki ciri-ciri, terorganisir
(organized crime) berupa sindikat, kemudian mendapat dukungan dana besar serta
peredarannya memanfaatkan teknologi yang canggih. Modus peredaran gelap
narkotika internasional selalu melibatkan warga negara asing dan berdampak
terhadap teritorial dua negara atau lebih, serta perencanaan yang dilakukan diluar
batas teritorial negara tertentu.1 Dan menurut PBB dalam UN convention against
transnational organized crime (uncatoc) kejahatan transnasional dilakukan dari satu
negara dengana persiapan, perencanaan, pengarahan dan pengawasan yang
dilakukan oleh negara lain.2 Kejahatan traansnasional merupakan kejahatan yang
berlangsung melintasi batas-batas negara.
Menurut WHO, pengertian obat (drug) adalah suatu zat yang jika masuk dalah
organisme tubuh akan memberikan perubahan pada satu atau lebih fungsi-fungsi
organisme tubuh tersebut. Zatnya seperti opioda (morfin, heroin), kokain, ganja,
dan alkohol merupakan zat yang mempunyai efek seperti itu, khususnya dalam
funsi berpikir, perasaan, dan perilaku orang yang memakai obat tersebut.
Penyalahgunaan
dependence).
zat-zat
tersebut
bisa
menyebabkan
ketergantungan
(drug
3
1 Friman, H. Richard, The Great Escape? Globalization, Immigrant Entrepreneurship and The Criminal
Economy, Department of Political Science, Marquette University, 2010
2 UN convention against transnational organized crime and its protocol dari www.unodc.org diakses
tanggal 18 juni 2012
3 Dadang Hawari, Penyalahgunaan Narkotika dan Zat Adiktif, Jakarta: BPFKUL, 1991, hal 15
1
Pada era globalisasi saat ini, terdapat fakta bahwa batas antar negara
semakin tidak jelas meskipun secara yurisdiksi tetap. Namun para pelaku kejahatan
tidak mengenal batas wilayah maupun batas yurisdiksi, mereka beroperasi dari satu
wilayah negara ke wilayah negara lainnya dengan bebas. Fenomena globalisasi
sangat berhubungan dengan kejahatan lintas batas negara yang bersinggungan
dengan setiap kehidupan manusia, seperti ekonomi, politik, sosial, budaya, hukum,
kesehatan masyarakat, dan ilmu pengetahuan. Roland robertson mengatakan
bahwa globalisasi dikenal sebagai “kompresi dunia”, seperti perkembangan
teknologi, transportasi, komunikasi, dan informasi. 4 Masalah obat-obatan ini
merupakan isu yang berhubungan dengan produksi, distribusi, dan konsumsi obatobatan terlarang. Salah satu karakteristik dari obat-obatan terlarang dinilai dari
ekonomi komoditas.
Pada tahun 1960an/1970an struktur ekonomi mengalami perubahan dengan
adanya pergesaran teknologi, komunikasi, dan transportasi yang kuat. 5 Akibat dari
globalisasi yang semakin kuat bisa melemahkan suatu negara, seperti korupsi,
penjajahan SDA, dan perdagangan obat ilegal. Oleh karena itu, terkait antara
globalisasi dengan perdagangan obat terlarang menyebabkan perdagangan yang
melintasi batas kawasan secara ilegal bisa menjadi legal dengan munculnya
globalisasi tersebut.
Dan
fenomena
globalisasi
yang
terjadi
di
kawasan
asia
tenggara
menyebabkan adanya peningkatan peredaran obat-obatan terlarang di kawasan
tersebut. Dilihat dari letak geografis Asia Tenggara merupakan kawasan yang
strategis dan mudah dijangkau lewat jalur laut seperti ke Timur tengah, jepang, dan
australia. Kondisi ini menyebabkan kawasan asia tenggara menjadi wilayah transit
yang strategis terkait masalah peredaran obat-obatan ilegal. Dilihat dari sisi
regional, lemahnya manajemen perbatasan antar negara-nagara Asia tenggara
dimanfaatkan oleh para pedagang-pedagang obat terlarang untuk menyelundupkan
serta mendistribusikan obat-obatan tersebut. Terkait dengan peredaran obat-obatan
terlarang di kawasan asia tenggara ada tiga negara yang sangat terkenal dalam
kasus peredaran obat-obatan terlarang tersebut yang sering disebut “golden
triangle”, antara lain myanmar, thailand, dan laos.
Dalam hal ini penulis mengkaji fokus studi kasus mengenai peredaran obataobatan terlarang di myanmar pada tahun 1989-2006. Myanmar pada tahun 1989
termasuk produsen terbesar kedua dalam perdagangan obat-obatan terlarang di
dunia setelah afghanistan (khususnya opium) yang difasilitasi oleh partai komunis
4 Seddon, toby, “drugs, the informal economy and globalization”, international journal of social
economics, 2008.
5 Rotman, Edgardo, the globalization of criminal violence, cornell journal of law and public policy, 2000
2
burma.6 Hal ini dikarenakan Myanmar lebih memilih membudidayakan opium di
berbagai wilayahnya dibanding menanam sayur-sayuran ataupun buah-buahan,
dilihat dari segi ekonomi keuntungan dari penjualan opium tersebut sangat besar
hasilnya dibandingkan dengan budidaya tanaman yang lain. Opium adalah jenis
narkotika analgesik dari polong biji tanaman opium poppy yang belum matang. 7
Fenomena inilah yang melatarbelakangi meningkatnya kegiatan peredaran narkoba
di Myanmar dalam kawasan golden triangle pada tahun 1990-an. 8
Hal ini yang membuat organisasi regional tertinggi di kawasan asia tenggara
yaitu ASEAN mempunyai berbagai cara untuk menangani masalah perdagangan
obat-obatan terlarang ini khususnya di Myanmar. Salah satunya penanganan
kejahatan lintas batas negara pada kasus tersebut dibahas dalam ASEAN senior
officials on drugs matter (asod), senior official meeting on transnasional crime
(somtc), asean and china cooperative operations in response to dangerous drugs
(accord).9 Penanganan tersebut merupakan upayan ASEAN untuk menciptakan
kawasan yang free dari obat-obatan terlarang, jadinya perlu adanya partisipasi dari
tiap-tiap negara anggota serta melakukan sekuritisasi di setiap negara anggota.
Perlu adanya sekuritisasi ini dikarenakan isu peredaran narkoba meningkat
karena berkembangnya globalisasi yang akan mengancam keamanan negara
seperti yang dikemukakan oleh brown, ullman, nye, dan lyn yang mengatakan
bahwa pengkajian keamanan internasional merupakan substansial yang lebih luas
dibandingkan dengan keamanan militer.10 Sehingga ketidakstabilan politik di
Myanmar menjadi
salah satu faktor penghambat kerjasama ASEAN
dalam
penanggulangan isu perdagangan obat-obatan terlarang.
I.2 RUMUSAN MASALAH
Dalam konteks sejarah, globalisasi saat ini hanya satu tahap dalam
hubungan progresif kemanusiaan. Tidak semua efek dari globalisasi itu baik,
misalnya kekerasan internasional. Alex Seita menunjukkan “komoditas” yang
terkait kekerasan sebagai ilegal atau tidak, permintaan untuk (dan pasokan)
komoditas tertentu sering menjadi penyebab konstribusi darti kekerasan. 11 Masalah
penyalahgunaan dan perdagangan ilegal narkotika dan obat-obatan terlarang
(seperti
narkoba)
terus
menjadi
permasalahan
global.
Masalah
ini
sangat
6 Lihat www.unodc.com diakses pada 3 april 2012, pukul 19.45
7 Lihat www.cesar.umd.edu/cesar/drugs/opium diakses pada 1 juli 2012
8 Dupont, transnational crime, drugs, and security in east asia, asian survey, 1999, hlm 433
9 Skripsi..
10 Buzan, barry, people, state, and fear. London: lynne rienner publisher, 1991, hlm 23
11 Ibid hal 1
3
mengancam keamanan serta stabilitas keamanan nasional. Perdagangan narkoba
ini
merupakan
suatu
ancaman
keamanan
terhadap
negara
yang
bersifat
transnasional (melibatkan sejumlah negara), oleh karena itu cara penanganannya
memerlukan kerjasama internasional. Oleh karena itu, penulis berfokus mengenai
permasalahan, mengapa globalisasi mempengaruhi peningkatan perdagangan obatobatan terlarang di kawasan asia tenggara dalam studi kasus masalah drugs
trafficking di myanmar (periode 1989-2006) ?
I.3 TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini antara lain :
1. Untuk menjabarkan peningkatan perdagangan obat-obatan terlarang di
kawasan asia tenggara serta dalam studi kasus masalah peredaran
narkoba di myanmar periode 1998-2006.
2. Untuk manganalisis pengaruh globalisasi terkait kejahatan transnasional
dalam isu peredaran obat-obatan terlarang.
3. Untuk menganalisis pengaruh globalisasi
terhadap
peningkatan
perdagangan obat-obatan terlarang di kawasan asia tenggara dalam
studi kasus drugs trafficking di myanmar (periode 1998-2006).
I.4 KERANGKA TEORI
Peningkatan peredaran obat-obatan terlarang berkembang pesat tidak hanya
untuk para pengguna obat terlarang namun banyak keuntungan yang besar dari
para penjual obat terlarang tersebut. Hal tersebut berhasil dicapai melalui lintas
perdagangan obat-obatan terlarang secara ilegal. Di era globalisasi yang sekarang
sedang dihadapi bukanlah hal yang perlu dihindari, melainkan harus kita lewati
dengan berpikir positif untuk pembangunan nasional. Pengaruh globalisasi ini justru
cenderung membuat peredaran narkoba semakin terus meningkat, contohnya
dalam studi kasus peredaran narkoba di Myanmar (periode 1998-2006), dimana
Myanmar termasuk salah satu negara di kawasan Golden Triangle dan pemasok
produksi terbesar drugs di kawasan Asia Tenggara.
Dalam hal ini konsep globalisasi secara abstrak dapat dikatakan sebagai
“keseluruhan proses dimana masyarakat di dunia bergabung dalam sebuah
masyarakat dunia tunggal, yaitu global society”. Berbeda menurut Aart Scholte,
peneliti globalisasi, mengatakan bahwa konsep dasar globalisasi menggambarkan
lima macam fenomena, yaitu: globalisasi sebagai sebuah internasionalisasi;
globalisasi sebagai sebuah liberalisasi; globalisasi sebagai sebuah universalisasi.
4
Globalisasi sebagai westernisasi dan deteritorialisasi.12 Kemudian menurut Robert
Keohane
dan
Joseph
Nye
menggambarkan
bahwa
globalisasi
(mereka
menyebutnya dengan istilah globalisme) sebagai “situasi dunia yang melibatkan
jaringan-jaringan interdepedensi pada jarak yang multikontinental”. 13
Dalam konsep globalisasi ini terkait peningkatan drugs trafficking di kawasan
asia tenggara, globalisasi sangat berpengaruh karena drugs trafficking ini telah
membuat dunia khawatir dengan meluasnya isu organisasi kejahatan transnasional
seperti drugs trafficking yang melibatkan jaringan-jaringan yang bergantung pada
drugs trafficking tersebut pada jarak yang melintasi batas negara. Oleh karena itu,
akibat globalisasi isu drugs trafficking tersebut semakin meningkat dan membuat
keamanan setiap negara maupun individu di kawasan asia tenggara menjadi
sebuah ancaman.
Kurangnya
komitmen
dari
negara-negara
anggota
bisa
menyebabkan
ancaman serius dalam kejahatan lintas batas suatu negara. Contohnya, disaat
negara-negara kawasan Asia Tenggara lainnya mensosialisasikan isu Drugs
Trafficking sebagai ancaman negara dan kawasan, Myanmar sebagai negara
terbesar penghasil oppium tidak menganggap isu ini sebagai sebuah ancaman.
Kemudian permasalahan dana, letak geografis ASEAN menjadikan kawasan Asia
Tenggara strategis dan mudah dijangkau lewat jalur laut seperti ke Timur Tengah,
Jepang, dan Australia. Kondisi ini menyebabkan kawasan Asia Tenggara menjadi
wilayah transit yang strategis terkait peredaran ilegal narkotika. Dilihat dari sisi
regional, lemahnya manajemen perbatasan antar negara-negara Asia Tenggara
dimanfaatkan
oleh
para
drug
traffickers
untuk
menyelundupkan
serta
menditribusikan drugs tersebut.
Menurut Barry Buzan, sekuritisasi melihat bahwa masalah keamanan
merupakan hasil konstruksi karena adanya discourse content yg memberikan
pengaruh, dan aktor-aktor mewacanakannya sebagai ancaman eksistensial bagi
suatu entitas.14 Pada kasus drugs trafficking myanmar merupakan sebuah discourse
content karena kebijakan atau hasil perundingan dari setiap negara-negara yg
membicarakan kasus ini belum terealisasikan. Kasus ini melibatkan negara-negara
di luar myanmar yg ikut membicarakan kasus tsb yg menyebabkan negara-negara
yg membicarakannya menjadi sebuah ancaman bagi kawasan asia tenggara.
Pada konsep selanjutnya yaitu keamanan nasional secara umum diartikan
sebagai kebutuhan dasar untuk melindungi dan menjaga kepentingan nasional
12 Banyu, Perwita, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional, Bandung: Rosda, 2005
13 Bantarto, Bandoro, Pada Seminar Nasional dan Lokakarya Badan Pembinaan Hukum Nasional,
Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia, Denpasar, Bali 14-18 Juli 2003
14 Barry Buzan, Ole Waever, dan Jaap De Wilde, Security: A New Framework For Analysis, London: Lynne
Rienner Publishers, 1998
5
suatu bangsa dengan menggunakan kekuatan politik, ekonomi, dan militer untuk
menghadapi berbagai ancaman. Menurut Michael Klare dan Daniel Thomas (1991),
keamanan
itu
mencakup
perlindungan
terhadap
semua
ancaman
bagi
kesejahteraan, bukan hanya ancaman militer. 15 Konsep keamanan nasional harus
terintegrasi dengan keamanan dunia. Kemudian menurut Barry Buzan, keamanan
adalah hal utama yang berkaitan dengan nasib sekumpulan manusia dan bebas dari
ancaman. Keamanan dipengaruhi oleh lima faktor, yaitu militer, politik, sosial,
ekonomi, dan lingkungan.
kejahatan transnasional menjadi prioritas agenda asean. Hal ini dibuktikan
oleh adanya proses sekuritisasi terhadap isu ini. Dimensi ancaman yg disebabkan
oleh drugs trafficking sgt beragam. Baik ancaman keamanan kawasan, keamanan
nasional, sosial, bahkan individu. Keamanan setiap negara dalam isu drugs
trafficking ini dipengaruh oleh faktor lingkungan dan ekonomi. Drugs traffickng
merupakn security non tradisional, hal ini muncul pasca perang dingin dengan
adanya perjanjian westphalia yg menghasilkan pembagian nation-state sehingga isu
drugs trafficking yg melampaui lintas batas antar negara yg didorong oleh
globalisasi.
Kekuatan militer bukan lagi menjadi hal utama untuk melindungi sebuah
negara, tetapi saat ini di era globalisasi ekonomi sangat menguasai segala aspek
yang bisa menjadi sebuah ancaman. Jika kedaulatan negara sudah melemah, maka
kejahatan transnasional bisa terjadi seperti halnya drugs trafficking di myanmar.
Melemahnya pemerintah myanmar membuat masyarakatnya terus memproduksi
drugs sebanyak-banyaknya untuk meningkatkan perekonomian dan kelangsungan
hidupnya menjadi sejahtera. Namun, hal yg dilakukan myanmar ini membuat
negara di kawasan asia tenggara melihat hal ini akan menjadi ancaman bagi setiap
negara maupun individu di kawasan tersebut.
Teori kerjasama regional
Menurut KJ Holsti dan Hans J Morgenthau, region diartikan sebagai
sekumpulan negara yg memiliki kedekatan geografis karena berada dalam satu
wilayah tertentu.16 Dalam kasus ini mynmar mrpkn salah satu negara yang memilki
letak kedekatan geografis antara myanmar dan ngrs2 di sia tggara menyebabkan
mereka membuat organisasi kawasan yaitu ASEAN. Implementasinya melakukan
kerjasama penanggulangan lalu lintas perdagangan narkoba di negara-negara
ASEAN awalnya dari tindakan penegakan hukum terhadap para pengedar narkoba
yg menggunakan jalur darat, laut, dan udara, serta terhadap penyalahgunaan
15 Dikutip dari paper Arya Sandhiyudha, Us Defense and Security Policy: Defending The Mondial
Hagemony.
16 Craig a. Snyder, Contemporary Security and Strategy, Palgrave: Macmillan, 2008
6
narkoba. Kerjasama penanggulangan lalu lintas perdagangan narkoba difokuskan
pada upaya pembasmian terhadapa penanaman opium, ganja, dan produksi
narkoba. Kerjasama regional dan internasional dilakukan oleh masing-masing
negara anggota ASEAN untuk memperluas politik, ekonomi dan teknologi untuk
meningkatkan efektivitas penanggulangan lalu lintas perdagangan dan peredaran
narkoba.
I.5 METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk menjelaskan fakta
dari fenomena yang terjadi serta dengan menggunakan teori untuk menganalisa
fenomena yang ada.17 Dari pendekatan yang digunakan, penulis akan melakukan
analisis yang bersifat deskriptif. Dengan demikian penulis membatasi penelitian ini
berdasarkan satu negara di kawasan tersebut dalam kurun waktu yang sudah
ditentukan. Sehingga penulis diharapkan dapat menjelaskan pengaruh globalisasi
terhadap peningkatan
perdagangan
obat-obatan terlarang di
kawasan Asia
Tenggara dalam studi kasus drug trafficking di Myanmar periode 1989-2006.
Penelitian ini dilakukan melalui studi pustaka (data sekunder). Oleh karena itu,
konsep globalisasi dan konsep yang digunakan dalam kerangka pemikiran tersebut
untuk menganalisis aspek-aspek yang mempengaruhi peningkatan peredaran
narkoba menggunakan data sekunder. Data yang digunakan didapatkan dari
dokumen-dokumen resmi pemerintah Myanmar seperti data statistik terutama
dalam kurun waktu 1989-2006. Penelitian ini juga menggunakan data-data lain
termasuk kerjasama regional dan kerjasama internasional yang didapatkan dari
buku, jurnal, skripsi, dan laporan penelitian baik dalam bentuk cetak maupun
elektronik. Kajian laporan kejadian dalam media massa juga menjadi salah satu
sumber dalam penelitian ini. Namun data tersebut diperlakukan sebagai pendukung
data statistik ataupun sebagai data tempat dan waktu peristiwa.
Penulis juga banyak menggunakan bahan referensi akademik dan laopran
organisasi
independen
yang
bersumber
dari
perpustakaan
elektronik
yang
menyediakan kajian peredaran obat-obatan terlarang di Asia Tenggara terutama
pada
negara
Myanmar.
Sebagai
contoh
adalah
kajian-kajian
yeng
telah
dilaksanakan oleh Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia, di Bali pada
Seminar Nasional dan Lokakarya Badan Pembinaan Hukum Nasional, Asian Survey
mengenai Transnational Crime, Drugs, and Security in East Asia, UN Convention
Against Transnational Organized Crime and its Protocol.
17 Mas’oed, Mochtar, Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi, Jakarta: LP3ES, 1994, hlm.13
7
I.6 SISTEMATIKA PENULISAN
Dalam menjabarkan penelitian ini, penulis menjabarkan dalam sistematika
penulisan sebagai berikut:
BAB I
: Pendahuluan
Merupakan penjabaran dari pendahuluan yang meliputi penjelasan tentang
latar belakang masalah, tujuan penelitian, kerangka pemikiran, dan metode
penelitian
BAB II
: Fenomena Peningkatan Perdagangan Obat-Obatan
Terlarang di Kawasan Asia Tenggara serta Studi Kasus Peredaran
Narkoba Di Myanmar Periode 1998-2006.
Bab ini berisi penjelasan secara komprehensif tentang peningkatan peredaran
narkoba di kawasan Asia Tenggara terutama dalam pembahasan studi kasus
peredaran narkoba di Myanmar periode 1989-2006
BAB III
: Pengaruh Globalisasi Terkait Kejahatan Transnasional
Dalam Isu Peredaran Obat-Obatan Terlarang.
Bab ini berisi penjelasan mengenai analisa globalisasi terkait kejahatan
transnasional dalam isu peredaran obat-obatan terlarang.
BAB IV
: Analisis Pengaruh Globalisasi Terhadap Peningkatan
Perdagangan Obat-Obatan Terlarang di Kawasan Asia Tenggara Dalam
Studi Kasus Drugs Trafficking di Myanmar (Periode 1998-2006).
Pada
bab
ini
akan
menganalisis
fenomena
globalisasi
saat
ini
yang
berpengaruh terhadap peningkatan peredaran narkoba di Asia Tenggara khususnya
di Myanmar yang sebagai salah satu negara kawasan golden triangle. Pada bab ini
penulis akan menjabarkan indikator konsep untuk mendapatkan kesimpulan dari
penelitian ini.
BAB V
: Kesimpulan
8
Merupakan kesimpulan serta saran dari penjabaran dan analisa yang terdapat
dalam bab-bab sebelumnya. Kesimpulan dan saran diharapkan dapat menjawab
penelitian yang diangkat oleh peneliti.
9