94420293 Active Learning id. docx

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sistem pembelajaran pendidikan pada umumnya sampai saat ini masih
didominasi

oleh

metode

ceramah.

Dimana

metode

ini

tidak

begitu


banyakmengembangkan kemampuan berfikir siswa terutama dalam memecahkan
suatu permasalahan. Sering dijumpai dalam pembelajaran guru hanya menggunakan
metode yang monoton, dimana dalam metode tersebut guru hanya memberikan materi
melalui ceramah, pemberian tugas dan diskusi bebas. Sehingga guru tidak bisa
mengembangkan pembelajaran yang menarik. Ada kesan guru takut untuk merancang
pembelajaran sendiri, sehingga dari bahan belajar sampai metode evaluasi nyaris
tidak ada perbedaan. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa dalam pembelajaran
bergaya ceramah, siswa kurang menaruh perhatian selama 40% dari seluruh waktu
pembelajaran. Siswa dapat mengingat 70% dalam sepuluh menit pertama
pembelajaran, sedangkan dalam sepuluh menit terakhir, mereka hanya dapat
mengingat 20% materi pembelajaran1.
Guru dalam melaksanakan metode ceramah atau ekspositorinya masih sering
terjebak ke dalam pemberian hafalan untuk dilatihkan kepada siswanya. Mereka
hanya diminta untuk menghafal, bukan tidak penting bagi siswa mengetahui hal ini,
akan tetapi jika hal ini saja yang diberikan pada siswanya maka akan ada
kecenderungan siswa merasa bosan dan jenuh pada mata pelajaran yang diajarkan.
1

Melvin L. Silberman, Active Learning (Bandung: Nusamedia, 2006), hlm. 24


Kekhawatiran lain yang mungkin timbul akibat adanya rasa bosan dan jenuh
ini adalah siswa menjadi malas bahkan tidak mau lagi mengikuti pelajaran. Akibatnya
ialah tidak ada minat dan motivasi siswa untuk belajar.
Guru memiliki peranan penting dalam menentukan proses pembelajaran di
sekolah. Siswa-siswa yang berprestasi pada umumnya memiliki akses untuk
berkembang dengan baik dibawah bimbingan guru yang professional. E. Mulyasa
memberikan pendapat bahwa mengingat peranan guru yang penting terhadap
keberhasilan implementasi KBK bahkan sangat menentukan berhasil-tidaknya peserta
didik dalam belajar, maka guru perlu memperhatikan hal-hal berikut: (1) Mengurangi
ceramah, (2) memberikan tugas yang berbeda bagi setiap peserta didik, (3)
Mengelompokkan peserta
didik berdasarkan kemampuannya, serta disesuaikan dengan mata pelajaran, (4)
Bahan harus dimodifikasi dan diperkaya, (5) Jangan ragu untuk berhubungan dengan
spesialist, bila ada peserta didik yang mempunyai kelainan, (6) Gunakan prosedur
yang bervariasi dalam membuat penilaian dan membuat laporan, (7) Ingat bahwa
peserta didik tidak berkembang dalam kecepatan yang sama, (8) Usahakan
mengembangkan situasi belajar yang memungkinkan setiap anak bekerja dengan
kemampuannya masing-masing pada tiap pelajaran, dan (9) Usahakan untuk
melibatkan peserta didik dalam berbagai kegiatan.2

Guru adalah praktisi dalam dunia pendidikan. Guru menjadi ujung tombak
dalam upaya menyukseskan program pembelajaran dan pendidikan pada umumnya.
2 E Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 186

Oleh karena itu, guru diharapkan secara terus menerus berupaya meningkatkan mutu
proses dan hasil belajar. Upaya itu tentu tidak dapat dilaksanakan manakala guru
kurang memahami realitas yang ada serta permasalahan pembelajaran yang dihadapi
atau dilaksanakannya. Untuk itu penting yang harus dimiliki guru adalah kemampuan
untuk mengenali permasalahan, baik yang berkenaan dengan materi pembelajaran,
pengelolaan kelas, metode pembelajaran, media pembelajaran, minat dan motivasi
belajar siswa, kemampuan siswa, dan yang terlebih kemampuan guru itu sendiri.
Pada dasarnya setiap guru menginginkan agar proses belajar mengajar yang
dilakukan dapat berjalan dengan efektif. Dengan demikian pembelajaran tersebut
mampu menghasilkan prestasi belajar yang optimal dan menciptakan suasana belajar
yang menarik, terkontrol, dan sistematis. Menurut Sanusi kriteria pembelajaran
efektif antara lain: Pembelajaran siswa secara klasikal tuntas, (2) Tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan telah tercapai, (3) Respon siswa terhadap
pembelajaran positif, (4) Aktivitas siswa dan guru adalah efektif dan, (5) kemampuan
guru mengolah pembelajaran sudah baik dengan syarat nomor 1 dan 2 terpenuhi 3.
Pendidikan merupakan upaya manusia untuk memperluas cakrawala

pengetahuannya dalam rangka membentuk nilai, sikap, dan perilaku. Sebagai upaya
yang bukan saja membuahkan manfaat yang besar, pendidikan juga merupakan salah
satu kebutuhan pokok manusia yang sering dirasakan belum memenuhi harapan. Hal
itu disebabkan banyak lulusan pendidikan formal yang belum dapat memenuhi
3 Sanusi, Pembelajaran Pencapaian Konsep dalam Mengajarkan Persamaan Kuadart Di Kelas 1
MA/SMA (Madiun: IKIP PGRI Madiun), hlm. 68-92

kriteria tuntutan lapangan kerja yang tersedia, apalagi menciptakan lapangan kerja
baru sebagai presentase penguasaan ilmu yang diperolehnya dari lembaga
pendidikan. Kondisi seperti ini merupakan gambaran rendahnya kualitas pendidikan
kita.
Banyak faktor yang turut mempengaruhi rendahnya kualitas pendidikan.
Apabila pendidikan dilihat sebagai suatu sistem maka faktor yang turut memengaruhi
kualitas pendidikan tersebut, menurut Deming meliputi: (1) input mentah atau siswa,
(2) lingkungan instruksional, (3) proses pendidikan, dan (4) keluaran pendidikan.
Dalam proses pendidikan, sebenarnya di dalamnya terdapat motivasi belajar, akan
tetapi bila hal ini tidak diperankan dengan baik oleh guru seorang siswa tidak akan
mempunyai
semangat untuk melakukan aktifitas belajar. Dalam proses belajar, motivasi sangat
diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak

akan mungkin melakukan aktivitas belajar . Hal ini merupakan pertanda bahwa
sesuatu yang akan dikerjakan itu tidak menyentuh kebutuhannya. Segala sesuatu yang
menarik minat orang lain belum tentu menarik minat orang tertentu selama sesuatu
itu tidak bersentuhan dengan kebutuhannya. Oleh karena itu, apa yang seseorang lihat
sudah tentu akan membangkitkan minatnya sejauh apa yang ia lihat itu mempunyai
hubungan dengan kepentingannya sendiri. Banyak anak dengan inteligensi yang
rendah disebabkan tidak ada motivasi dalam belajar. Fungsi motivasi yang seharusnya
sebagai pendorong, penggerak, dan pengarah perbuatan belajar tidak dijalankan
dengan baik.

Dalam kegiatan belajar-mengajar, apabila ada seseorang siswa, misalnya tidak
berbuat sesuatu yang seharusnya dikerjakan, maka perlu diselidiki sebab-sebabnya.
Sebab sebab itu biasanya bermacam-macam, mungkin ia tidak senang, mungkin sakit,
lapar, ada problem pribadi dan lainlain. Hal ini berarti pada diri anak tidak terjadi
perubahan energi, tidak terangsang afeksinya untuk melakukan sesuatu, karena tidak
memiliki tujuan atau kebutuhan belajar. Keadaan semacam inilah perlu dilakukan
daya upaya yang dapat menemukan sebab-musababnya dan kemudian mendorong
seseorang siswa itu mau melakukan pekerjaan yang seharusnya dilakukan, yakni
belajar. Dengan kata lain siswa itu perlu diberikan rangsangan agar tumbuh motivasi
pada dirinya. Atau singkatnya perlu diberikan motivasi.4

Peranan motivasi yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa
senang dan semangat untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi kuat, akan
mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar. Seorang siswa yang
memiliki intelegensia cukup tinggi bisa jadi gagal karena kekurangan motivasi. Hasil
belajar itu akan optimal kalau ada motivasi yang tepat. Bergayut dengan hal ini maka
kegagalan belajar siswa jangan begitu saja mempersalahkan pihak siswa, sebab
mungkin saja guru tidak berhasil dalam memberikan motivasi yang mampu
membangkitkan semangat dan kegiatan siswa untuk berbuat/belajar. Jadi tugas guru
bagaimana mendorong para siswa agar pada dirinya tumbuh motivasi. Dalam hal ini
sudah barang tentu peran guru sangat penting. Bagaimana guru melakukan usahausaha untuk dapat menumbuhkan dan memberikan motivasi agar anak didiknya
4 Sardiman A. M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: CV Rajawali, 1986), hlm. 74

melakukan aktivitas belajar dengan baik. Untuk dapat belajar dengan baik diperlukan
proses dan motivasi yang baik pula. Hasil belajar akan menjadi optimal, kalau ada
motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan makin berhasil pula pelajaran
itu. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para
siswa.
Mengingat hal tersebut diatas, penulis mencoba meneliti tentang pengaruh
penerapan metode active learning sebagai salah satu cara untuk memotivasi siswa
dalam belajar. Serta untuk mengasah pola fikir siswa agar ia terbiasa dalam berfikir

kritis analistis argumentatif punya kepekaan social yang tinggi serta dapat
memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapinya, baik dimasa sekarang maupun
dimasa yang akan datang.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka ada beberapa rumusan masalah yang
perlu dikaji antara lain:
1. Bagaimana penerapan metode active learning pada kelas XI IPS MAN 3
Malang?
2. Bagaimana motivasi belajar siswa dalam menggunakan pembelajaran active
learning di kelas XI IPS MAN 3 Malang?
3. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara metode pembelajaran active
learning terhadap motivasi belajar siswa?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan dalam
penelitian ini antara lain:
1. Untuk mengetahui metode active learning yang diterapkan di kelas XI IPS
MAN 3 Malang.
2. Untuk mengukur seberapa besar motivasi siswa dalam menggunakan metode

active learning di kelas XI IPS MAN 3 Malang.
3. Untuk mengetahui pengaruh antara metode active learning dengan motivasi
belajar siswa.

D. Manfaat Penelitian
Jika dalam penelitian ini ada kebenaran bahwa ada pengaruh antar metode
pembelajaran dengan motivasi belajar siswa, secara praktis hasil dari penelitian ini
diharapkan bisa memberikan kontribusi dan manfaat. Adapun secara detail manfaat
yang diharapkan dari penelitian ini diantaranya:
1. Bagi guru
Sebagai masukan dalam merancang metode active learning sehingga siswa
menjadi termotivasi dalam belajar.
2. Bagi siswa
a. Siswa mengenal metode-metode pembelajaran yang bervariatif sehingga
mampu memotivasi belajar siswa.

b. Siswa termotivasi untuk lebih giat belajar supaya mendapatkan hasil belajar
yang optimal.
3. Bagi peneliti
a. Sebagai calon guru penelitian ini menambah pengalaman karya ilmiah sebagai

bekal kelak terjun ke dunia pendidikan.
b. Menambah pengetahuan untuk melakukan metode pembelajaran secara tepat,
inovatif dan efisien.
c. Sebagai pengalaman yang akhirnya dapat dipergunakan untuk memperbaiki
dirinya dalam proses belajar mengajar ekonomi pada masa sekarang dan
mendatang.

E. Keterbatasan penelitian
Keterbatasan penelitian ini meliputi :
1. Penelitian ini digunakan untuk mengukur penerapan metode active learning
dan motivasi belajar siswa.
2. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas XI IPS Semester Ganjil MAN 3
Malang.
E. Hipotesis Penelitian
Hipotesis secara etimologis, hipotesis dibentuk dari dua kata, yaitu kata hypo
dan kata thesis. Hypo berarti kurang dan thesis adalah pendapat. Kedua kata itu
kemudian digunakan secara bersama menjadi hypothesis dan penyebutan dalam
dialek Indonesia menjadi hipotesa kemudian berubah menjadi hipotesis yang

maksudnya adalah suatu kesimpulan yang masih kurang atau kesimpulan yang masih

belum sempurna5. Dan terdapat hipotesis, yaitu :
a. Hipotesis alternatif (Ha), adanya pengaruh yang signifikan antara penerapan
metode active learning terhadap motivasi belajar siswa.
b. Hipotesis nihil (Ho), Tidak ada pengaruh yang signifikan antara penerapan
metode active learning terhadap motivasi belajar siswa.

G. Definisi Operasional Variabel
Untuk menghindari terjadinya penafsiran yang berbeda-beda di antara
pembaca, maka perlu diberikan batasan-batasan pengertian pada beberapa istilah
yang digunakan dalam judul penelitian ini. Beberapa istilah yang perlu dijelaskan
pengertiannya antara lain: (1) Metode Active Learning (2) Motivasi Belajar.

1. Metode Active Learning
Metode active learning merupakan suatu proses kegiatan belajar mengajar
yang subjek didiknya terlibat secara intelektual dan emosional, sehingga siswa betulbetul berperan dan berpartisipasi aktif dalam melakukan kegiatan belajar sehingga
tujuan pengajaran dapat dicapai lebih baik.
2. Motivasi Belajar
5 Bungin, M. Burhan, Metodologi Penelitian Kuantitatif Edisi Pertama (Jakarta: Kencana, 2006), hlm.
75


Motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang
terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau
berbuat. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam
subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Metode Active Learning
1. Pengertian Active Learning
Metode active learning merupakan suatu proses kegiatan belajar
mengajar yang subjek didiknya terlibat secara intelektual dan emosional,

sehingga siswa betul-betul berperan dan berpartisipasi aktif dalam melakukan
kegiatan belajar sehingga tujuan pengajaran dapat dicapai lebih baik6. Dari
pengertian tersebut menunjukkan bahwa metode active learning menempatkan
siswa sebagai inti dalam kegiatan belajar mengajar. Siswa di pandang sebagai
objek dan sebagai subjek. Active learning merupakan suatu proses belajar
mengajar yang aktif dan dinamis. Dalam proses ini siswa mengalami
“keterlibatan intelektual-emosional” disamping keterlibatan fisiknya.7
Pembelajaran aktif (active learning) adalah suatu proses pembelajaran
dengan maksud untuk memberdayakan peserta didik agar belajar dengan
menggunakan berbagai cara/strategi secara aktif. Dalam hal ini proses aktivitas
pembelajaran didominasi oleh peserta didik dengan menggunakan otak untuk
menemukan konsep dan memecahkan masalah yang sedang dipelajari,
disamping itu juga untuk menyiapkan mental dan melatih ketrampilan fisiknya.8
Cara memberdayakan peserta didik tidak hanya dengan menggunakan strategi
atau metode ceramah saja, sebagaimana yang selama ini digunakan oleh para
pendidik (guru) dalam proses pembelajaran. Mendidik dengan ceramah berarti
memberikan suatu informasi melalui pendengaran, yamg hanya bisa dicerna
otak siswa 20%. Padahal informasi yang dipelajari siswa bisa saja dari
6 Nana Sudjana dan Arifin Daeng, Cara Belajar Siswa Aktif Dalam Proses Belajar
Mengajar (Bandung: CV Sinar Baru, 1988), hlm. 32
7 Syafrudin Nurdin dan Basyiruddin Usman, Guru Professional dan Implementasi
Kurikulum (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm. 117
8 A. Fatah Yasin, Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam (Yogyakarta: Sukses Offset, 2008), hlm.180

membaca (10%), melihat (30%), melihat dan dengar (50%), mengatakan (70%),
mengatakan dan melakukan (90%). Hal ini sesuai dengan pendapat seorang
filosof cina Konfusius bahwa “Apa yang saya dengar, saya lupa” “Apa yang
saya lihat, saya ingat” “Apa yang saya lakukan, saya paham”.9
Ketika ada informasi yang baru, otak manusia tidak hanya sekedar
menerima dan menyimpan. Akan tetapi otak manusia akan memproses
informasi tersebut samapai dapat dicerna dan baru kemudian disimpannya.
Karena itu jika ada sesuatu yang baru, otak akan bertanya “pernahkah aku
mendengar, melihat, mengalami sebelumnya, kapan dan dimanakah kira-kira
hal itu aku dengar, lihat dan kualami lalu dimanakah hal itu aku simpan?”.
Manusia dengan potensi dasar yang ia miliki termasuk otak tersebut perlu
diaktifkan, sehingga berfungsi semaksimal mungkin melalui proses belajar
yang ia lakukan. Agar proses pembelajaran aktif bisa berjalan dengan baik,
maka pendidik sebagai penggerak belajar peserta didik dituntut untuk
menggunakan dan menguasai strategi pembelajaran aktif. Strategi pembelajaran
aktif sangat diperlukan karena peserta didik mempunyai cara belajar yang
berbeda-beda.
Ada yang senang belajar dengan membaca. Berdiskusi dan ada juga
yang senang dengan cara langsung praktik. Inilah yang sering disebut dengan
gaya belajar atau learning style. Disamping itu penggunaan strategi
pembelajaran aktif bagi pendidik adalah sangat membantu atau memudahkan
9

Ibid., hlm. 181

dalam mengajar. Bagi pendidik yang memiliki banyak jam mengajar, dan
apabila dalam mengajar hanya berorientasi pada ceramah saja, maka jelas
pendidik yang bersangkutan akan kehabisan energi karena mengekspose suara
lisan melalui ceramah secara terus-menerus.
Dilihat dari subjek didik maka metode active learning merupakan
proses kegiatan yang dilakukan siswa dalam rangka belajar. Dilihat dari segi
guru/pengajar maka metode active learning merupakan bagian strategi
mengajar yang menuntut keaktifan optimal subjek didik.
Bertitik tolak dari uraian diatas maka dapat diambil suatu kesimpulan
bahwa yang dimaksud dengan metode active learning adalah salah satu cara
strategi belajar mengajar yang menuntut keaktifan dan partisipasi siswa
seoptimal mungkin sehingga siswa mampu mengubah tingkah lakunya secara
lebih efektif dan efisien.

2. Prinsip-prinsip Metode Active Learning
Proses belajar-mengajar yang dapat memungkinkan metode active
learning harus dilaksanakan dan dilaksanakan secara sistematik. Dalam
pelaksanaan mengajar hendaknya diperhatikan beberapa prinsip belajar sehingga
pada waktu proses belajar-mengajar siswa melakukan kegiatan belajar secara

optimal. Ada beberapa prinsip belajar yang dapat menunjang tumbuhnya cara
belajar siswa aktif diantaranya adalah sebagai berikut:10
a. Perhatian dan motivasi
Dari kajian teori belajar pengolahan informasi terungkap bahwa tanpa adanya
perhatian tak mungkin terjadi belajar. Perhatian terhadap pelajaran akan timbul
pada siswa apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhannya. Sedangkan
motivasi mempunyai peranan memberi tenaga yang mengerakkan dan
mengarahkan aktivitas seseorang.
b. Keterlibatan Langsung/Berpengalaman
Dalam belajar siswa tidak sekedar mengamati secara langsung tetapi ia harus
menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, dan bertanggung jawab
terhadap hasilnya.
c. Pengulangan
Belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas daya
mengamat, menanggap, mengingat, mengkhayal, merasakan, berpikir, dan
sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka daya daya-daya tersebut
akan berkembang dan menjadi sempurna.
d. Balikan dan Penguatan
Sumber penguatan belajar untuk pemuasan kebutuhan berasal dari luar dan dari
dalam dirinya. Penguat belajar yang berasal dari luar seperti nilai, pengakuan

10 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), hlm. 42

prestasi siswa, persetujuan pendapat siswa, ganjaran, hadiah, dan lain-lain.
Merupakan cara untuk memperkuat respon siswa.
Sedangkan penguat dari dalam dirinya bisa terjadi apabila respon yang
dilakukan

siswa

betul-betul

memuaskan

dirinya

dan

sesuai

dengan

kebutuhannya.
Prinsip-prinsip diatas penting dilaksanakan pada waktu mengajar
sehingga mendorong kegiatan belajar siswa seoptimal mungkin.

3. Ciri-ciri Metode Active Learning
Pada waktu mengajar harus ada interaksi antara guru dengan siswa dalam
rangka mencapai tujuan pengajaran, oleh karena itu guru harus menciptakan
lingkungan belajar yang mendorong semua siswa aktif melakukan kegiatan belajar
secara nyata. Ada beberapa ciri yang harus nampak dalam proses belajar active
learning, diantaranya adalah:11
a. Situasi kelas menantang siswa melakukan kegiatan belajar secara bebas tapi
terkendali.
b. Guru tidak mendominasi pembicaraan tetapi lebih banyak memberikan
rangsangan berpikir kepada siswa untuk memecahkan masalah.
c. Guru menyediakan dan mengusahakan sumber belajar bagi siswa, bisa sumber
tertulis,

11

sumber

manusia,

misalnya

murid

itu

sendiri

menjelaskan

Sriyono dkk, Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA (Jakarta: PT Rineka Cipta,), hlm.
14-15

permasalahan kepada murid lainnya, berbagai media yang diperlukan, alat
bantu pengajaran, termasuk guru sendiri sebagai sumber belajar.
d. Kegiatan belajar siswa bervariasi, ada kegiatan yang sifatnya bersamasama
dilakukan oleh semua siswa, ada kegiatan belajar yang dilakukan secara
kelompok dalam bentuk diskusi dan ada pula kegiatan belajar yang harus
dilakukan oleh masing-masing siwa secara mandiri. Penetapan kegiatan
belajar tersebut diatur oleh guru secara sistematik dan terencana.
e. Hubungan guru dengan siswa sifatnya harus mencerminkan hubungan
manusiawi bagaikan hubungan bapak anak, bukannya hubungan pimpinan
dengan bawahan. Guru menempatkan diri sebagai pembimbing semua siswa
yang memerlukan bantuan manakala mereka menghadapi persoalan belajar.
f. Situasi dan kondisi kelas tidak kaku terikat dengan susunan yang mati, tapi
sewaktu-waktu diubah sesuai dengan kebutuhan siswa.
g. Belajar tidak hanya dilihat dan diukur dari segi hasil yang dicapai siswa tapi
juga dilihat dan diukur dari segi proses belajar yang dilakukan siswa.
h. Adanya keberanian siswa mengajukan pendapatnya melalui pertanyaan atau
pernyataan gagasannya, baik yang diajukan kepada guru maupun kepada
siswa lainnya dalam pemecahan masalah belajar.
i. Guru senantiasa menghargai pendapat siswa terlepas dari benar atau salah,
dan tidak diperkenankan membunuh atau mengurangi/menekan pendapat
siswa di depan siswa lainnya. Guru bahkan harus mendorong siswa agar
selalu mengajukan pendapatnya secara bebas.

Ciri-ciri diatas merupakan sebagian kecil dari hakikat belajar active learning
dalam praktek pengajaran. Untuk dapat mewujudkan ciri-ciri diatas bukanlah hal
yang mudah tapi perlu pengenalan teori strategi dan teori penyusunan satuan
pelajaran.

4. Teknik-teknik Pembelajaran Active Learning
Agar proses pembelajaran active learning bisa berjalan dengan baik,
maka pendidik sebagai penggerak belajar peserta didik dituntut untuk
menggunakan dan menguasai strategi pembelajaran active learning.13 Strategi
pembelajaran active learning sangat diperlukan karena peserta didik mempunyai
cara belajar yang berbeda-beda. Ada yang senang belajar dengan membaca,
berdiskusi dan ada juga yang senang dengan cara langsung praktik.
Disamping itu penggunaan strategi pembelajaran active learning bagi
pendidik adalah sangat membantu atau memudahkan dalam mengajar.12 Bagi
pendidik yang memiliki banyak jam mengajar, dan apabila dalam mengajar hanya
berorientasi pada ceramah saja, maka jelas pendidik yang bersangkutan akan
kehabisan energi karena mengekspose suara lisan melalui ceramah secara terusmenerus.

12 A. Fatah. Yasin, Dimensi-dimensi Pendidikan Islam (Malang: UIN Malang Press, 2008), hlm.. 181

Untuk itu sangat diperlukan penggunaan berbagai jenis strategi
pembelajaran active learning. Beberapa strategi dalam pembelajaran aktif tersebut,
antara lain adalah sebagai berikut:
a. Poster comment (mengomentari gambar)
Yaitu suatu strategi yang digunakan pendidik dengan maksud mengajak
peserta didik untuk memunculkan ide apa yang terkandung dalam suatu
gambar. Gambar tersebut tentu saja berkaitan dengan pencapaian suatu
kompetensi dalam pembelajaran. Langkah-langkah penerapannya:
1) Pendidik menyediakan potongan gambar yang dihubungkan dengan
materi bahasan.
2) Jangan ada tulisan apapun dalam gambar tersebut.
3) Peserta didik disuruh berkomentar dengan bebas secara bergiliran,
kira-kira ide apa yang akan dimunculkan setelah melihat gambar
tersebut.
4) Peserta didik boleh mengeluarkan pendapat yang berbeda, karena
pikiran manusia juga berbeda-beda.
5) Pendidik sudah mempersiapkan rumusan jawaban yang tepat
mengenai gambar tersebut, sehingga peserta didik merasa dapat
penjelasan sekaligus dapat pula menyaksikan gambarnya.
Dengan strategi ini peserta didik diharapkan dapat member masukan berupa
pendapat/ide yang bervariasi karena setiap pikiran manusia itu berbeda-beda, dengan

berbagai macam pendapat dari peserta didik tersebut akan dapat ditarik benang
merahnya tentang inti pokok dari materi yang diajarkan.
b. Index Card Matc (Mencari Pasangan Jawaban)
Yaitu suatu startegi yang digunakan pendidik dengan maksud
mengajak peserta didik untuk menemukan jawaban yang cocok dengan
pertanyaan yang sudah disiapkan. Langkah-langkah penerapannya:
1) Siapkan materi yang sudah dipelajari di rumah, dan atau yang sudah
pernah dialami sebagai pengalaman.
2) Buatlah potongan kertas sejumlah peserta didik di kelas, yang berisi
tentang pertanyaan dan jawaban.
3) Potongan kertas berisi pertanyaan dibagikan kepada separuh jumlah
peserta didik, dan yang berisi jawaban juga sejumlah separuh peserta
didik yang hadir.
4) Peserta didik disuruh mencari pasangan soal dan jawabannya, setelah
ketemu suruh mereka duduk berdekatan. Dan mulailah satu persatu
membacakan atau mencocokkan soal dan jawabannya, yang lain
mendengarkan barangkali ada kekeliruan pasangan.
5) Pendidik mengoreksi dengan cara mendengarkan dan sekaligus
menjelaskan bahwa strategi ini sebagai latihan persiapan ujian akhir
atau ulangan.
c. Active debate (debat aktif)

Strategi ini mendorong pemikiran dan perenungan terutama kalau
peserta didik diharapkan memertahankan pendapat yang bertentangan dengan
keyakinannya sendiri. Langkah-langkah:13
1) Siapkan sebuah pertanyaan yang kontroversial.
2) Bagi kelas dalam 2 tim (pro dan kontra) dapat dikembangkan menjadi
lebih dari 2 buah sub kelompok.
3) Minta setiap juru bicara masing-masing kelompok untuk memaparkan
argumentasinya (argumentasi pembuka).
4) Setelah argumentasi pembuka, hentikan debat dan kembali ke sub
kelompok. Setiap sub kelompok memilih jubirnya dan usahakan
bergantian (baru).
5) Lanjutkan kembali debat. Yang lain dapat memberikan catatan untuk
mendukung

argumentasi

kelompoknya

(tepuk

tangan

juga

diperkenankan).
6) Pada saat yang tepat, akhiri debat. Tidak perlu menentukan kelompok
mana yang menang.
7) Minta kepada peserta didik untuk mengidentifikasi argumen yang
paling baik menurut mereka.
Debat bisa menjadi satu metode berharga yang dapat mendorong pemikiran
dan perenungan terutama kalau peserta didik diharapkan dapat mempertahankan
pendapat yang bertentangan dengan keyakinan mereka sendiri.16 Strategi ini dapat
13 Ibid., hlm. 189

diterapkan kalau guru hendak menyajikan topic yang menimbulkan pro kontra dalam
mengungkapkan argumentasinya. Banyak kecakapan hidup yang dapat dilatih dengan
strategi ini antara lain kemampuan berkomunikasi dan mengkomunikasikan
gagasannya kepada orang lain.14
d . Everyone is teacher Here (semua adalah pendidik/guru)
Yaitu strategi yang digunakan oleh pendidik dengan maksud meminta
peserta didik untuk semuanya berperan menjadi narasumber terhadap sesama
temannya di kelas belajar. Langkah-langkah penerapannya:
1) Berikan bahan bacaan dan minta peserta didik untuk membaca bahan
tersebut.
2) Mintalah setiap peserta didik untuk membuat pertanyaan dari bahan
terlalu bagikan kembali kepada semua peserta.
3) Kocoklah kertas pertannyaan tersebut, lalu bagikan kembali kepada
semua peserta.
4) Mintalah peserta membaca dalam hati sambil memikirkan jawabannya
dari pertanyaan tersebut.
5) Panggil secara bergantian setiap peserta untuk membaca pertanyaan
dan jawabannya masing-masing.
6) Minta peserta lain untuk memberi tanggapan. Strategi ini bertujuan
untuk memberikan kesempatan yang sama kepada setiap peserta didik
14 Melvin L. Silberman, Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif (Bandung: Nusamedia dan
Nuansa, 2006), hlm. 9

untuk berperan sebagai guru bagi kawannya. Dengan ini diharapkan
agar peserta didik yang pasif dapat ikut terlibat dalam pembelajaran
aktif.15
e. Team Quiz
Langkah-langkah metode kuis berkelompok adalah:16
1) Pilihlah topik yang dapat disampaikan dalam tiga bagian.
2) Bagilah siswa menjadi tiga kelompok yaitu A, B dan C.
3) Sampaikan kepada siswa format penyampaian pelajaran kemudian
mulai penyampaian materi. Batasi penyampaian materi maksimal 10
menit.
4) Setelah

penyampaian,

minta

kelompok

A

menyiapkan

pertanyaanpertanyaan berkaitan dengan materi yang baru saja
disampaikan. Kelompok B dan C menggunakan waktu ini untuk
melihat lagi catatan mereka.
5) Mintalah kepada kelompok A untuk memberi pertanyaan kepada
kelompom B. jika kelompok B tidak dapat menjawab pertanyaan,
lempar pertanyaan tersebut kepada kelompok C.
6) Kelompok A memberi pertanyaan kepada kelompok C, jika kelompok
C tidak bisa menjawab, lemparkan kepada kelompok B.
15 Hisyam Zaini dkk, Strategi Pembelajaran Aktif (Yogyakarta: CTSD IAIN Sunan Kalijaga, 2004),
hlm. XVii
16 Agus Suprijono, Cooperative Learning (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009, hlm. 114

7) Jika tanya jawab selesai, lanjutkan pelajaran kedua dan tunjuk
kelompok B untuk menjadi kelompok penanya. Lakukan seperti
proses untuk kelompok A.
8) Setelah kelompok B selesai dengan

pertanyaannya,

lanjtkan

penyampaian materi pelajaran ketiga dan tunjuk kelompok C sebagai
kelompok penanya.
9) Akhiri pelajaran dengan menyimpulkan Tanya jawab dan jelaskan
sekiranya ada pemahaman siswa yang keliru.
f. Jigsaw
Yaitu strategi kerja kelompok yang terstruktur didasarkan pada
kerjasama dan tanggung jawab. Kelebihan strategi ini adalah dapat melibatkan
seluruh siswa dan setiap peserta didik memikul suatu tanggung jawab yang
signifikan dalam kelompok.17
Langkah-langkah penerapannya:
1) Kelas diatur ke dalam sejumlah kelompok pangkalan kira-kira enam anggota
masing-masing.
2) Tugas dibagi ke dalam jumlah bagian yang sama dengan topic yang berbedabeda.
3) Di dalam kelompok pangkalan, setiap siswa meneliti satu dari isu atau
pertanyaan yang berbeda-beda itu.

17 A. Fatah Yasin, Dimensi-dimensi Pendidikan Islam (Malang: UIN Malang Press, 2008), hlm. 44-45

4) Kelompok menugaskan tugas khusus untuk angota-anggota kelompok
pangkalan atau membiarkan kelompok berunding diantara mereka mengenai
siapa yang melakukan apa.
5) Apa hasil kesimpulan dari masing-masing topik bacaan tersebut, setelah
selesai meneliti dan membacanya. Kemudian siswa disuruh menguraikan atau
membacakan.

Pada dasarnya model jigsaw merupakan salah satu model dari
cooperative learning yakni dengan membentuk diskusi atau learning community.
Rasa dalam satu kelompok ini memungkinkan peserta didik menghadapi
perubahan-perubahan dihadapannya. Ketika belajar lebih senang dengan yang lain
daripada sendirian, mereka memiliki dorongan emosional dan intelektual, yang
memungkinkan mereka melampaui tingkat pengetahuan dan ketrampilan mereka
sekarang. Jerome Bruner dalam Mel Silberman 18 mengenalkan sisi sosial dari
belajar dalam buku klasiknya yang berjudul Toward a Theory of Instruction. Ia
mendeskripsikan suatu kebutuhan yang dalam untuk merespon yang lain dan
secara bersama-sama dengan mereka terlibat dalam mencapai tujuan, yang ia
sebut reciprocity.
5. Kebaikan dan Kelemahan Metode Active Learning
a. Kebaikan Metode Active Learning
18 Mel Silberman, Active Learning 101 Strategis to Teach Any Subject, terj., (Jakarta:, YAPPENDES,
1996), hlm. 1

Proses belajar mengajar baru berhasil apabila guru memiliki kewibawaan
di depan kelas. Secara lahir kewibawaan guru banyak ditentukan oleh
penampilannya, posisinya di depan kelas, perkataan dan tulisannya. Secara
batin kewibawaan ditumpang oleh penguasaan bahan yang diajarkan,
penguasaan metode dan media pendidikan yang dipilih dan digunakan, dan
penguasaan alat penelitian yang diterapkan.19 Disamping itu guru juga
memperhatikan keikutsertaan siswa dalam kegiatan belajar mengajar,
diusahakan siswa aktif dan berpartisipasi secara penuh dalam belajar,
kewibawaan juga timbul karena kemahiran guru dalam pengorganisasi waktu,
bahan, dan siswa.
Kebaikan-kebaikan metode active learning adalah sebagai berikut:20
a. Prakarsa siswa dalam kegiatan belajar, yang ditujukan melalui keberanian
memberikan urung pendapat tanpa secara eksklusif diminta misalnya di
dalam diskusi-diskusi, mengemukakan usul dan saran di dalam pendekatan
tujuan atau cara kerja kegiatan belajar, kesediaan mencari alat atau sumber
dan lain sebagainya.
b. Keterlibatan mental siswa di dalam kegiatan-kegiatan belajar yang telah
berlangsung yang ditujukan dengan peningkatan diri kepada tugas kegiatan.
Baik secara intelektual maupun secara emosional yang dapat diamati dalam

19 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007), hlm.
142
20 Ibid., hlm. 142-143

bentuk perhatian serta pikiran siswa dengan tugas yang telah dihadapi serta
komitmennya untuk menyelesaikan tugas tersebut dengan sebaik-baiknya.
c. Peranan guru yang lebih banyak sebagai fasilitator merupakan sisi lain
daripada kadar tinggi prakarsa serta tanggung jawab siswa di dalam
kegiatan belajar.
d. Belajar dengan pengalaman langsung, kekayaan variasi bentuk dan alat
kegiatan belajar mengajar merupakan indikator yang dominan dalam
metode active learning.
e. Indikator terakhir yang dikemukakan dalam masalah ini adalah kualitas
interaksi antar siswa, baik intelektual maupun sosial, emosional sehingga
meningkatkan peluang. Pembentukan kepribadian seutuhnya, terutama yang
berkaitan dengan keamanan dan kemampuan bekerjasama didalam
memecahkan masalah, baik yang berkenaan dengan kegiatan Intra maupun
Ekstra Kurikuler.

Jadi kebaikan metode active learning adalah kadar kegiatannya lebih
diperbanyak. Untuk mendorong siswa belajar mempraktikkan prosesproses
intelektual seperti dikemukakan oleh Oemar Hamalik “ …mengorganisasi data,
mempertanyakan persoalan dan memikirkan secara kritis hubungan di dalam
antara gagasan perorangan dengan gagasan orang lain dengan kenyataan situasi”.21
b. Kelemahan Metode Active Learning.
21 Ibid., hlm. 143

Hakikat pendidikan adalah proses kemanusiaan yang hanya dilakukan
oleh manusia. Ini berarti bahwa prakarsa dan tanggung jawab belajar ada pada
subjek didik. Oleh karena itu untuk mendidik sendiri harus secara eksklusif.
Belajar tidak berarti hanya menerima pengetahuan saja, tetapi belajar dapat
terjadi dari hasil interaksi antara sesama siswa atau prakarsa dirinya di dalam
mengembangkan kemampuan yang ada pada dirinya. 25 Terjadinya kadar
metode active learning yang menurun ini terjadi akibat tidak keterlibatannya
mental secara optimal di dalam kelas maupun di luar kelas.
Beberapa kelemahan dari metode active learning adalah sebagai berikut:
a. Tidak menjamin dalam melaksanakan keputusan. Kendatipun telah tercapai
persetujuan,

namun

keputusan-keputusan

itu

belum

tentu

dapat

dilaksanakannya.
b. Diskusi tidak dapat diramalkan, pada mulanya diskusi diorganisasisecara baik
tetapi selanjutnya mungkin saja mengarah ke tujuan lain, sehingga terjadi
(Free Foryall) terutama jika kepemimpinan diskusi tidak produktif.
c. Memasyarakatkan agar semua siswa memiliki ketrampilan berdiskusi yang
diperlukan untuk berpartisipasi secara aktif.
d. Membentuk pengaturan fisik (seperti kursi dan meja) dan jadwal kegiatan
secara luwes.
e. Dapat menjadi palsu (tidak murni lagi) jika pemimpin mengalami kesulitan
mempertemukan berbagai pendapat padahal dia telah mengetahui jawaban
yang diinginkan, sehingga ia menolak pendapat peserta lain.

f. Dapat didominasi oleh seseorang atau sejumlah siswa sehingga dia menolak
pendapat peserta lain.
g. Jadi kelemahan metode active learning siswa yang pandai akan bertambah
pandai, siswa yang bodoh akan tertinggal Disamping ketrampilan kegiatan
siswa, guru juga harus terampil memilih dan menggunakan metode yang tepat
pada waktu proses belajar mengajar, karena tidak semua guru didukung oleh
literature yang cukup kuat dan tidak semua guru mampu menafsirkan dan
mengolah informasi metode active learning dan tepat sesusai dengan misi
hakikat metode active learning yang dimaksud.