BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Kepemimpinan dan Konflik Terhadap Stres Kerja Karyawan Bidang Keperawatan Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Globalisasi mengakibatkan adanya perubahan dengan tuntutan tertentu
pada tenaga kerja seperti dalam hal penguasaan teknologi baru, batasan atau
waktu yang lebih ketat, perubahan tuntutan terhadap hasil kerja serta perubahan
dalam peraturan kerja dan lain-lain yang dapat menimbulkan suatu situasi yang
menekan tenaga kerja yang bersangkutan. Jika karyawan sebagai individu tidak
dapat dengan segera menyesuaikan diri, maka ia dapat mempersepsikan hal ini
sebagai tekanan yang mengancam dirinya dan lama kelamaan dapat menimbulkan
stres bagi karyawan yang bersangkutan.
Salah satu masalah yang pasti akan dihadapi oleh setiap orang dalam
kehidupan adalah stres. Stres tersebut harus diatasi, baik oleh individu sendiri,
maupun dengan bantuan pihak lain seperti
para spesialis. Stres merupakan
kondisi ketegangan yang berpengaruh terhadap emosi, jalan pikiran, dan kondisi
fisik seseorang. Stres yang tidak diatasi dengan baik biasanya berakibat pada
ketidakmampuan seseorang berinteraksi secara positif dengan lingkungannya,
baik dalam arti lingkungan pekerjaan maupun di luarnya (Siagian, 2004:300)
Stres dapat timbul sebagai akibat tekanan atau ketegangan yang bersumber dari
ketidakselarasan antara seseorang dengan lingkungannya. Dengan perkataan lain,
apabila sarana dan tuntutan tugas tidak selaras dengan kebutuhan dan kemampuan
seseorang, ia akan mengalami stres.
1
Universitas Sumatera Utara
Menurut Hasibuan (2001: 203), Faktor-faktor yang menyebabkan stress kerja
antara lain: beban kerja yang terlalu sulit (berlebihan), tekanan dan sikap
kepemimpinan yang kurang wajar (adil), waktu dan peralatan kerja yang kurang
memadahi, konflik antara pribadi dengan pimpinan atau kelompok kerja, dan masalah
keluarga.
Kepemimpinan merupakan suatu ilmu yang mengkaji secara komprehensif
tentang bagaimana mengarahkan, mempengaruhi dan mengawasi orang lain untuk
mengerjakan tugas sesuai dengan perintah yang direncanakan (Fahmi,2013: 68).
Ketidakseimbangan dan pencampuran yang terjadi secara terus menerus
dengan intensitas yang kuat dapat menyebabkan konflik peran. Kondisi tersebut
dapat memicu terjadinya konflik-konflik dalam perusahaan, bila tidak ditangani
dengan cepat dan tepat akan menimbulkan dampak yang sangat berarti bagi usaha
pencapaian tujuan perusahaan. Konflik yang tidak ditangani secara tepat dan
bijaksana, menyebabkan tekanan jiwa atau stres pada diri karyawan.
Konflik menurut Robbins (2008: 173) adalah merupakan sebuah proses yang
dimulai ketika satu pihak memiliki persepsi bahwa pihak lain telah mempengaruhi
secara negatif, sesuatu yang menjadi perhatian dan kepentingan pihak pertama.
Definisi ini mencakup beragam konflik yang orang alami dalam organisasi.
Ketidakselarasan tujuan, perbedaan interpretasi fakta, ketidaksepahaman yang
disebabkan oleh ekspektasi perilaku, dan sebagainya.
Konflik
merupakan
suasana batin yang berisi kegelisahan dan pertentangan antara dua motif atau lebih
mendorong seseorang untuk melakukan
2
Universitas Sumatera Utara
dua atau lebih kegiatan yang saling bertentangan.Bila tidak dikendalikan secara
baik akan menimbulkan dampak negatif. Dalam batas- batas tertentu, konflik
kerja justru dapat mengakibatkan pengaruh yang positif atau menguntungkan.
Namun, apabila lewat suatu batas tertentu, konflik dapat menimbulkan hal negatif
atau merugikan. Jadi , tidak benar pendapat yang mengatakan bahwa konflik
selalu merugikan perusahaan. Misalnya dalam suatu perusahaan, persaingan yang
sehat dapat menimbulkan efek yang positif. Namun, bila persaingan tersebut
melampaui batas, dapat menjadi persaingan yang tidak sehat yang menimbulkan
efek negatif (Rivai, 2004:508).
Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu
rumah sakit jiwa yamg ada di Sumatera Utara yang kepemilikannya adalah milik
pemerintah. Rumah sakit ini terletak di terusan Padang Bulan km 10, yang
berfungsi untuk melayani kesehatan gangguan jiwa dan fisik masyarakat.Dalam
memberikan pelayanan kepada masyrakat.
Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara dapat lebih memberikan
pelayanan dengan maksimal, jika pemeliharaan hubungan antara kepala perawat
dengan perawat, perawat dengan pasien dilakukan secara berkelanjutan dan serasi.
Salah satu hal yang penting diperhatikan dalam pemeliharaan hubungan tersebut
adalah mengenai penanggulangan stres kerja para perawat. Penanggulangan
terhadap stres kerja itu sendiri harus mendapatkan perhatian dan kesungguhan dari
manajemen rumah sakit agar tujuan organisasi bisa lebih mudah dicapai.
Stres kerja yang dialami perawat di rumah sakit jiwa dapat bersumber dari
lingkungan internal. Hal ini disebabkan oleh tugas-tugas perawat yang monoton
3
Universitas Sumatera Utara
dan kondisi ruangan yang sempit. Tuntutan untuk bertindak cepat dan tepat dalam
menangani pasien biasanya dihadapi oleh perawat diruang gawat darurat atau
bagian kecelakaan. Melalui pengamatan langsung terhadap perawat diperoleh
keterangan bahwa perawat menemukan kesulitan untuk berkomunikasi baik
dengan pasiennya, disamping itu harus tetap waspada akan tingkah pasien yang
terkadang bisa saja dapat membahayakan bagi keselamatan jiwa si perawat.
Dari hasil pra survey yang dilakukan terhadap perawat-perawat yang
bekerja dirumah sakit jiwa, ada empat kategori sumber stres pada perawat jiwa,
yaitu karakteristik pasien yang negatif, keterbatasan sumber daya, konflik staf dan
masalah penjadwalan. Perawat Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara
memiliki tingkat stres kerja yang tinggi.
Kepemimpinan dalam keperawatan merupakan penerapan pengaruh dan
bimbingan yang ditujukan kepada semua staf keperawatan untuk menciptakan
kepercayaan dan ketaatan sehingga timbul kesediaan melaksanakan tugas dalam
rangka mencapai tujuan bersama secara efektif dan efisien. Pemimpin
keperawatan harus mampu memimpin, meminta, meyakinkan, membujuk untuk
melakukan tugas dengan tanggung jawab. Pekerjaan seorang perawat sangatlah
berat. Seorang perawat membutuhkan seorang pemimpin yang memberikan
contoh untuk diteladani, yang memotivasi, yang menimbulkan semangat kerja,
dan yang mempercayai bawahan untuk mengendalikan diri sendiri.
Berdasarkan data pra survey yang dilakukan penulis terhadap perawat di rumah
sakit jiwa diketahui bahwa terdapat gaya kepemimpinan kepala perawat di rumah
sakit jiwa menerapkan gaya kepemimpinan demokrasi yaitu, salah satu gaya
4
Universitas Sumatera Utara
kepemimpinan yang melibatkan kelompok dalam mengambil keputusan dan
memberi tanggung jawab kepada perawat. Gaya kepemimpinan yang terjadi pada
kepala perawat rumah sakit jiwa ini mampu mempengaruhi perilaku bawahan,
agar mau bekerja sama dan bekerja secara produktif. terkadang bisa saja dapat
membahayakan bagi keselamatan jiwa si perawat.
Adapun jam kerja perawat dirumah sakit jiwa bekerja dalam tiga shift, yaitu
shift pagi mulai pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 14.00 WIB, shift siang
mulai pukul 14.00 WIB sampai dengan 20.00 WIB, dan shift malam mulai pukul
20.00 WIB sampai dengan 08.00 WIB. Kepemimpinan yang terjadi pada kepala
perawat di rumah sakit jiwa ini memiliki ketegasan dalam berkomunikasi,
memotivasi sehingga pergantian shift pun berputar sesuai jam kerja. Namun,
sejumlah perawat menilai ketegasan yang dimiliki pemimpin bisa menimbulkan
stres karena tuntutan pekerjaan yang harus berjalan secara optimal, efektif dan
efisien, mengingat keterbatasan sumber daya manusia sebagai perawat tidak
sesuai dengan jumlah pasien disetiap ruangan.
5
Universitas Sumatera Utara
NO.
Tabel 1.1
Jumlah perawat dan pasien dalam setiap ruangan
Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara
Nama Ruangan
Jumlah Perawat/ Hari
Jumlah Pasien
1.
Sibual-Buali
7 Orang
65 Orang
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
Kamboja
Sorak Merapi
Mawar
Sipiso-Piso
Cempaka
Sinabung
Melur
Gunung Sitoli
Singgalang
Bukit Barisan
Sibayak
Napza
GMO
Pusuk Buhit
Dolok Martimbang
Anggrek
7 Orang
7 Orang
6 Orang
6 Orang
6 Orang
7 Orang
7 Orang
6 Orang
6 Orang
7 Orang
6 Orang
6 Orang
5 Orang
7 Orang
7 Orang
6 Orang
61 Orang
60 Orang
49 Orang
25 Orang
23 Orang
19 Orang
22 Orang
14 Orang
32 Orang
44 Orang
11 Orang
8 Orang
11 Orang
58 Orang
44 Orang
27 Orang
Sumber :Bagian Keperawatan (2014),diolah
Tabel 1.1 menunjukkan keterbatasan sumber daya manusia khususnya perawat
dengan jumlah pasien yang sangat banyak, yang membuat para perawat merasa
kewalahan dalam menangani pasien. Perawat dituntut melayani pasien secara
maksimal dan keseluruhan. Sehingga, perawat sering mengalami konflik internal
dalam dirinya, dimana ia merasa bimbang mana yang harus atau dilakukan.
Akibatnya timbullah gejala stres pada perawat seperti: merasa kelelahan, emosi,
marah, intonasi suara jadi tinggi, berfikir tidak realistis, sedih dan khawatir.
Menurut Suarli dan Yanyan (2002:51) ketenagakerjaan dalam keperawatan primer
beban kasus adalah 4-6 orang pasien untuk satu perawat.
Berdasarkan informasi yang didapat dari hasil wawancara dengan
beberapa perawat di rumah sakit jiwa, konflik yang terjadi di Rumah Sakit Jiwa
6
Universitas Sumatera Utara
Provinsi Sumatera Utara adalah terdapat antara rekan sekerja yaitu kurang adanya
saling mendukung dalam mengerjakan pekerjaan sebagai team, di samping itu
sifat yang saling menjatuhkan antara perawat satu dan perawat lainnya demi
menguatkan posisinya didepan pemimpin. Terlihat para perawat di Rumah Sakit
Jiwa Provinsi Sumatera Utara mengalami stres didalam melakukan pekerjaannya,
dan konflik kerja yang terus menerus berkelanjutan yang membuat suasana di
dalam lingkungan kerja menjadi tidak kondusif, dan turunnya semangat kerja.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan suatu
penelitian yang berjudul “Pengaruh Kepemimpinan Dan Konflik Terhadap
Stres Kerja Karyawan Bidang Keperawatan Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah
Provinsi Sumatera Utara”.
1.2 Perumusan Masalah
Dari alasan – alasan yang dikemukakan terdahulu,maka perumusan
masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
1.
Apakah terdapat pengaruh
antara
kepemimpinan terhadap stres kerja
karyawan bidang keperawatan pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi
Sumatera Utara?
2.
Apakah terdapat pengaruh konflik terhadap stres kerja karyawan bidang
keperawatan pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara?
3.
Apakah terdapat pengaruh kepemimpinan dan konflik terhadap stres kerja
karyawan bidang keperawatan pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi
Sumatera Utara ?
7
Universitas Sumatera Utara
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1.
Untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan terhadap stres kerja karyawan
bidang keperawatan pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera
Utara”.
2.
Untuk mengetahui pengaruh konflik terhadap stres kerja karyawan bidang
beperawatan pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara”.
3.
Untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan dan konflik terhadap stres kerja
karyawan bidang keperawatan pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi
Sumatera Utara”
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1.
Bagi Pihak Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan tentang
kepemimpinan
dan
konflik
terhadap
stres
kerja
sehingga
tidak
menimbulkan stres kerja dimasa yang akan datang.
2.
Bagi peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pembelajaran dan
menambah ilmu pengetahuan di bidang manajemen, khususnya dalam
bidang manajemen sumber daya manusia.
8
Universitas Sumatera Utara
3.
Bagi Pihak Lain
Sebagai bahan referensi yang dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pihak
yang berkepentingan dalam
melakukan penelitian dimasa yang akan datang
mengenai masalah yang sama.
9
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Globalisasi mengakibatkan adanya perubahan dengan tuntutan tertentu
pada tenaga kerja seperti dalam hal penguasaan teknologi baru, batasan atau
waktu yang lebih ketat, perubahan tuntutan terhadap hasil kerja serta perubahan
dalam peraturan kerja dan lain-lain yang dapat menimbulkan suatu situasi yang
menekan tenaga kerja yang bersangkutan. Jika karyawan sebagai individu tidak
dapat dengan segera menyesuaikan diri, maka ia dapat mempersepsikan hal ini
sebagai tekanan yang mengancam dirinya dan lama kelamaan dapat menimbulkan
stres bagi karyawan yang bersangkutan.
Salah satu masalah yang pasti akan dihadapi oleh setiap orang dalam
kehidupan adalah stres. Stres tersebut harus diatasi, baik oleh individu sendiri,
maupun dengan bantuan pihak lain seperti
para spesialis. Stres merupakan
kondisi ketegangan yang berpengaruh terhadap emosi, jalan pikiran, dan kondisi
fisik seseorang. Stres yang tidak diatasi dengan baik biasanya berakibat pada
ketidakmampuan seseorang berinteraksi secara positif dengan lingkungannya,
baik dalam arti lingkungan pekerjaan maupun di luarnya (Siagian, 2004:300)
Stres dapat timbul sebagai akibat tekanan atau ketegangan yang bersumber dari
ketidakselarasan antara seseorang dengan lingkungannya. Dengan perkataan lain,
apabila sarana dan tuntutan tugas tidak selaras dengan kebutuhan dan kemampuan
seseorang, ia akan mengalami stres.
1
Universitas Sumatera Utara
Menurut Hasibuan (2001: 203), Faktor-faktor yang menyebabkan stress kerja
antara lain: beban kerja yang terlalu sulit (berlebihan), tekanan dan sikap
kepemimpinan yang kurang wajar (adil), waktu dan peralatan kerja yang kurang
memadahi, konflik antara pribadi dengan pimpinan atau kelompok kerja, dan masalah
keluarga.
Kepemimpinan merupakan suatu ilmu yang mengkaji secara komprehensif
tentang bagaimana mengarahkan, mempengaruhi dan mengawasi orang lain untuk
mengerjakan tugas sesuai dengan perintah yang direncanakan (Fahmi,2013: 68).
Ketidakseimbangan dan pencampuran yang terjadi secara terus menerus
dengan intensitas yang kuat dapat menyebabkan konflik peran. Kondisi tersebut
dapat memicu terjadinya konflik-konflik dalam perusahaan, bila tidak ditangani
dengan cepat dan tepat akan menimbulkan dampak yang sangat berarti bagi usaha
pencapaian tujuan perusahaan. Konflik yang tidak ditangani secara tepat dan
bijaksana, menyebabkan tekanan jiwa atau stres pada diri karyawan.
Konflik menurut Robbins (2008: 173) adalah merupakan sebuah proses yang
dimulai ketika satu pihak memiliki persepsi bahwa pihak lain telah mempengaruhi
secara negatif, sesuatu yang menjadi perhatian dan kepentingan pihak pertama.
Definisi ini mencakup beragam konflik yang orang alami dalam organisasi.
Ketidakselarasan tujuan, perbedaan interpretasi fakta, ketidaksepahaman yang
disebabkan oleh ekspektasi perilaku, dan sebagainya.
Konflik
merupakan
suasana batin yang berisi kegelisahan dan pertentangan antara dua motif atau lebih
mendorong seseorang untuk melakukan
2
Universitas Sumatera Utara
dua atau lebih kegiatan yang saling bertentangan.Bila tidak dikendalikan secara
baik akan menimbulkan dampak negatif. Dalam batas- batas tertentu, konflik
kerja justru dapat mengakibatkan pengaruh yang positif atau menguntungkan.
Namun, apabila lewat suatu batas tertentu, konflik dapat menimbulkan hal negatif
atau merugikan. Jadi , tidak benar pendapat yang mengatakan bahwa konflik
selalu merugikan perusahaan. Misalnya dalam suatu perusahaan, persaingan yang
sehat dapat menimbulkan efek yang positif. Namun, bila persaingan tersebut
melampaui batas, dapat menjadi persaingan yang tidak sehat yang menimbulkan
efek negatif (Rivai, 2004:508).
Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu
rumah sakit jiwa yamg ada di Sumatera Utara yang kepemilikannya adalah milik
pemerintah. Rumah sakit ini terletak di terusan Padang Bulan km 10, yang
berfungsi untuk melayani kesehatan gangguan jiwa dan fisik masyarakat.Dalam
memberikan pelayanan kepada masyrakat.
Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara dapat lebih memberikan
pelayanan dengan maksimal, jika pemeliharaan hubungan antara kepala perawat
dengan perawat, perawat dengan pasien dilakukan secara berkelanjutan dan serasi.
Salah satu hal yang penting diperhatikan dalam pemeliharaan hubungan tersebut
adalah mengenai penanggulangan stres kerja para perawat. Penanggulangan
terhadap stres kerja itu sendiri harus mendapatkan perhatian dan kesungguhan dari
manajemen rumah sakit agar tujuan organisasi bisa lebih mudah dicapai.
Stres kerja yang dialami perawat di rumah sakit jiwa dapat bersumber dari
lingkungan internal. Hal ini disebabkan oleh tugas-tugas perawat yang monoton
3
Universitas Sumatera Utara
dan kondisi ruangan yang sempit. Tuntutan untuk bertindak cepat dan tepat dalam
menangani pasien biasanya dihadapi oleh perawat diruang gawat darurat atau
bagian kecelakaan. Melalui pengamatan langsung terhadap perawat diperoleh
keterangan bahwa perawat menemukan kesulitan untuk berkomunikasi baik
dengan pasiennya, disamping itu harus tetap waspada akan tingkah pasien yang
terkadang bisa saja dapat membahayakan bagi keselamatan jiwa si perawat.
Dari hasil pra survey yang dilakukan terhadap perawat-perawat yang
bekerja dirumah sakit jiwa, ada empat kategori sumber stres pada perawat jiwa,
yaitu karakteristik pasien yang negatif, keterbatasan sumber daya, konflik staf dan
masalah penjadwalan. Perawat Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara
memiliki tingkat stres kerja yang tinggi.
Kepemimpinan dalam keperawatan merupakan penerapan pengaruh dan
bimbingan yang ditujukan kepada semua staf keperawatan untuk menciptakan
kepercayaan dan ketaatan sehingga timbul kesediaan melaksanakan tugas dalam
rangka mencapai tujuan bersama secara efektif dan efisien. Pemimpin
keperawatan harus mampu memimpin, meminta, meyakinkan, membujuk untuk
melakukan tugas dengan tanggung jawab. Pekerjaan seorang perawat sangatlah
berat. Seorang perawat membutuhkan seorang pemimpin yang memberikan
contoh untuk diteladani, yang memotivasi, yang menimbulkan semangat kerja,
dan yang mempercayai bawahan untuk mengendalikan diri sendiri.
Berdasarkan data pra survey yang dilakukan penulis terhadap perawat di rumah
sakit jiwa diketahui bahwa terdapat gaya kepemimpinan kepala perawat di rumah
sakit jiwa menerapkan gaya kepemimpinan demokrasi yaitu, salah satu gaya
4
Universitas Sumatera Utara
kepemimpinan yang melibatkan kelompok dalam mengambil keputusan dan
memberi tanggung jawab kepada perawat. Gaya kepemimpinan yang terjadi pada
kepala perawat rumah sakit jiwa ini mampu mempengaruhi perilaku bawahan,
agar mau bekerja sama dan bekerja secara produktif. terkadang bisa saja dapat
membahayakan bagi keselamatan jiwa si perawat.
Adapun jam kerja perawat dirumah sakit jiwa bekerja dalam tiga shift, yaitu
shift pagi mulai pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 14.00 WIB, shift siang
mulai pukul 14.00 WIB sampai dengan 20.00 WIB, dan shift malam mulai pukul
20.00 WIB sampai dengan 08.00 WIB. Kepemimpinan yang terjadi pada kepala
perawat di rumah sakit jiwa ini memiliki ketegasan dalam berkomunikasi,
memotivasi sehingga pergantian shift pun berputar sesuai jam kerja. Namun,
sejumlah perawat menilai ketegasan yang dimiliki pemimpin bisa menimbulkan
stres karena tuntutan pekerjaan yang harus berjalan secara optimal, efektif dan
efisien, mengingat keterbatasan sumber daya manusia sebagai perawat tidak
sesuai dengan jumlah pasien disetiap ruangan.
5
Universitas Sumatera Utara
NO.
Tabel 1.1
Jumlah perawat dan pasien dalam setiap ruangan
Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara
Nama Ruangan
Jumlah Perawat/ Hari
Jumlah Pasien
1.
Sibual-Buali
7 Orang
65 Orang
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
Kamboja
Sorak Merapi
Mawar
Sipiso-Piso
Cempaka
Sinabung
Melur
Gunung Sitoli
Singgalang
Bukit Barisan
Sibayak
Napza
GMO
Pusuk Buhit
Dolok Martimbang
Anggrek
7 Orang
7 Orang
6 Orang
6 Orang
6 Orang
7 Orang
7 Orang
6 Orang
6 Orang
7 Orang
6 Orang
6 Orang
5 Orang
7 Orang
7 Orang
6 Orang
61 Orang
60 Orang
49 Orang
25 Orang
23 Orang
19 Orang
22 Orang
14 Orang
32 Orang
44 Orang
11 Orang
8 Orang
11 Orang
58 Orang
44 Orang
27 Orang
Sumber :Bagian Keperawatan (2014),diolah
Tabel 1.1 menunjukkan keterbatasan sumber daya manusia khususnya perawat
dengan jumlah pasien yang sangat banyak, yang membuat para perawat merasa
kewalahan dalam menangani pasien. Perawat dituntut melayani pasien secara
maksimal dan keseluruhan. Sehingga, perawat sering mengalami konflik internal
dalam dirinya, dimana ia merasa bimbang mana yang harus atau dilakukan.
Akibatnya timbullah gejala stres pada perawat seperti: merasa kelelahan, emosi,
marah, intonasi suara jadi tinggi, berfikir tidak realistis, sedih dan khawatir.
Menurut Suarli dan Yanyan (2002:51) ketenagakerjaan dalam keperawatan primer
beban kasus adalah 4-6 orang pasien untuk satu perawat.
Berdasarkan informasi yang didapat dari hasil wawancara dengan
beberapa perawat di rumah sakit jiwa, konflik yang terjadi di Rumah Sakit Jiwa
6
Universitas Sumatera Utara
Provinsi Sumatera Utara adalah terdapat antara rekan sekerja yaitu kurang adanya
saling mendukung dalam mengerjakan pekerjaan sebagai team, di samping itu
sifat yang saling menjatuhkan antara perawat satu dan perawat lainnya demi
menguatkan posisinya didepan pemimpin. Terlihat para perawat di Rumah Sakit
Jiwa Provinsi Sumatera Utara mengalami stres didalam melakukan pekerjaannya,
dan konflik kerja yang terus menerus berkelanjutan yang membuat suasana di
dalam lingkungan kerja menjadi tidak kondusif, dan turunnya semangat kerja.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan suatu
penelitian yang berjudul “Pengaruh Kepemimpinan Dan Konflik Terhadap
Stres Kerja Karyawan Bidang Keperawatan Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah
Provinsi Sumatera Utara”.
1.2 Perumusan Masalah
Dari alasan – alasan yang dikemukakan terdahulu,maka perumusan
masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
1.
Apakah terdapat pengaruh
antara
kepemimpinan terhadap stres kerja
karyawan bidang keperawatan pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi
Sumatera Utara?
2.
Apakah terdapat pengaruh konflik terhadap stres kerja karyawan bidang
keperawatan pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara?
3.
Apakah terdapat pengaruh kepemimpinan dan konflik terhadap stres kerja
karyawan bidang keperawatan pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi
Sumatera Utara ?
7
Universitas Sumatera Utara
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1.
Untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan terhadap stres kerja karyawan
bidang keperawatan pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera
Utara”.
2.
Untuk mengetahui pengaruh konflik terhadap stres kerja karyawan bidang
beperawatan pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara”.
3.
Untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan dan konflik terhadap stres kerja
karyawan bidang keperawatan pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi
Sumatera Utara”
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1.
Bagi Pihak Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan tentang
kepemimpinan
dan
konflik
terhadap
stres
kerja
sehingga
tidak
menimbulkan stres kerja dimasa yang akan datang.
2.
Bagi peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pembelajaran dan
menambah ilmu pengetahuan di bidang manajemen, khususnya dalam
bidang manajemen sumber daya manusia.
8
Universitas Sumatera Utara
3.
Bagi Pihak Lain
Sebagai bahan referensi yang dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pihak
yang berkepentingan dalam
melakukan penelitian dimasa yang akan datang
mengenai masalah yang sama.
9
Universitas Sumatera Utara