LAPORAN PRAKTIKUM IPTK Ilmu dan Pengelol

LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU PENGELOLAAN TERUMBU KARANG

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 9

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014

LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU PENGELOLAAN TERUMBU KARANG

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 9

Lestari


135080600111004

Tomi Aris

135080600111012

Zulkhair Apriansyah

135080600111017

Pandu Cahyo Tamtomo

135080600111028

Indah F. Alfa

135080601111041

Irfan Naufal


135080607111004

Amalia safrudin

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014

LEMBAR PENGESAHAN
ILMU DAN PENGELOLAAN TERUMBU KARANG

Dengan ini menyatakan bahwa telah disetujui Laporan Akhir Praktikum Ilmu dan
Pengelolaan Terumbu Karang
Oleh : kelompok 9

Malang, 18 Desember 2014
Menyetujui,


Koordinator Asisten

Asisten Pendamping

Hardi Bagus A
NIM.115080601111003

Saifur Rizal Fakri
NIM.125080600111058

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka penulis
dapat menyelesaikan penyusunan laporan pratikum ilmu dan pengelolaan
terumbu karang.
Penulisan laporan merupakan salah satu tugas pratikum yang diberikan
dalam mata kuliah ilmu dan pengelolaan terumbu karang fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan.
Dalam penulisan laporan pratikum ini penulis merasa masih banyak
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang penulis miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak
sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan laporan praktikum ini.
Dalam penulisan laporan praktikum ini penulis menyampaikan ucapan
terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah
ini, Akhirnya penulis berharap semoga laporan pratikum ini dapat bermanfaat
bagi kita.

Malang, 18 Desember 2014

Penyusun

ii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ i
KATA PENGANTAR.................................................................................. ii

DAFTAR ISI............................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................iv
DAFTAR TABEL....................................................................................... v
I.

PENDAHULUAN................................................................................ 1
1.1

Latar Belakang..........................................................................1

1.2

Maksud dan Tujuan...................................................................1

1.3

Waktu dan Tempat....................................................................2

II.


TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................3
2.1

Terumbu Karang........................................................................3

2.2

Acropora.................................................................................... 4

2.3

Bentuk Life Form Acropora........................................................6

2.4

Aksial Koralit.............................................................................. 7

2.5

Radial Koralit............................................................................. 8


III.

METODOLOGI................................................................................ 9

3.1

Lapang....................................................................................... 9

3.2

Laboratorium...........................................................................10

IV.

V.

PEMBAHASAN............................................................................. 12

4.1


Analisa Prosedur......................................................................12

4.2

Analisa Hasil............................................................................ 16

4.2.1

Lapang.............................................................................. 16

4.2.2

Laboratorium.....................................................................17

PENUTUP........................................................................................ 19
5.1

Kesimpulan.............................................................................. 19


5.2

Saran....................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 20

iii

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Karang Acropora.......................................................................7
Gambar 2. Axial Coralite............................................................................. 7
Gambar 3. Skema kerja praktikum lapang IPTK...........................................10
Gambar 4. Skema kerja praktikum laboratorium IPTK...................................11
Gambar 5. Mengumpulkan Hasil Fragmen..................................................12
Gambar 6. Rooster disiapkan untuk media transplan....................................13
Gambar 7. Rooster diikat dengan kabel tis..................................................13
Gambar 8. Label nama disiapkan untuk memberi nama pada transplan..........13
Gambar 9. Penanaman Hasil Transplantasi................................................14
Gambar 10. Life form karang spesies 1......................................................14
Gambar 11. Foto karang diambil dari 4 sisi berbeda.....................................15

Gambar 12. Penampakan Axial Coralit.......................................................15
Gambar 13. Penampakan septa diamati lewat mikroskop..............................15
Gambar 14. Penampakan Conesteum dilihat lewat mikroskop.......................16

iv

DAFTAR TABEL
Tabel 1. Alat praktikum lapang..............................................................9
Tabel 2. Bahan praktikum lapang..........................................................9
Tabel 3. Alat pengamatan karang di laboratorium...............................10
Tabel 4. Bahan pengamatan karang di laboratorium...........................11
Tabel 5. Hasil identifkasi karang.........................................................17

v

I.
1.1

PENDAHULUAN


Latar Belakang
Indonesia adalah negara kepulau-an terbesar di dunia, dengan panjang

garis pantai lebih dari 81.000 km, serta lebih dari 17.508 pulau. Terumbu karang
yang luas melindungi kepulauan Indonesia1). Walter, 1994 mengestimasi luas
terumbu karang Indonesia sekitar 51.000 km2 2), sedangkan Tomascik
menyebutkan bahwa luas terumbu karang 85.707 km2 3). Angka ini belum
termasuk terumbu karang di wilayah terpencil yang belum dipetakan atau yang
berada di perairan agak dalam. Jika estimasi ini akurat, maka 51% terumbu
karang di Asia Tenggara, dan 18% terumbu karang di dunia, berada di perairan
Indonesia4). Sebagian besar dari terumbu karang ini bertipe terumbu karang tepi
(fringing reefs), berdekatan dengan garis pantai dan mudah diakses oleh
komunitas setempat3). Terumbu karang alami ini mempunyai peran penting
dalam mendukung kelestarian sumberdaya ikan dan organisme laut, serta
berfungsi sebagai pelindung pantai dari aktifitas gelombang dan arus yang ada di
laut (Santoso, 2008).
Terumbu karang mempunyai beberapa fungsi seperti fungsi konservasi,
fungsi fisik, fungsi produksi, fungsi biologis dan fungsi jasa pariwisata. Kehadiran
terumbu karang di pantai maka dari itu sangat penting. Namun, dari berbagai
fungsi untuk satu wilayah yang sama pastilah akan menimbulkan konflik
kepentingan yang didasarkan pada kepentingan masing-masing. Sebagai
akibatknya akan terjadi degradasi fungsi. Jika tidak dilakukan berbagai upaya
pengaturan di tingkat regulasi pemerintah maupun pelaksana teknis di lapangan,
hal itu akan membahayakan ekosistem terumbu karang (Prasetyo, 2014).
1.2

Maksud dan Tujuan
Maksud dari praktikum lapang Ilmu Pengelolaan Terumbu Karang yang

dilakukan pada tanggal 6 Desember 2014, dan praktikum laboratorium Ilmu
Pengeloaan Terumbu Karang yang dilakukan pada 10 Desember 2014 agar
praktkan dapat memahami cara melakukan transplantasi karang dan mampu
memahami cara mengidentifikasi karang.
Tujuan dari praktikum lapang Ilmu Pengelolaan Terumbu Karang yang
dilakukan pada tanggal 6 Desember 2014, dan praktikum laboratorium Ilmu
Pengeloaan Terumbu Karang yang dilakukan pada 10 Desember 2014 agar

1

praktikan

dapat

mempraktikan

cara

transplantasi

karang

dan

dapat

mengidentifikasi karang dari polipnya.
1.3

Waktu dan Tempat
Pratikum lapang Ilmu Pengelolaan Terumbu Karang dilakukan pada

tanggal 6 Desember 2014 di Pantai Kondang Merak, Malang, Jawa Timur.
Praktikum laboratorium Ilmu Pengelolaan Terumbu Karang dilakukan pada
tanggal 10 Desember 2014 shift 1 (07.00 WIB) di Laboratorium Ilmu Kelautan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya.

2

II.
2.1

TINJAUAN PUSTAKA

Terumbu Karang
Terumbu karang merupakan suatu ekosistem yang sangat kompleks

dengan keanekaragaman hayati yang tinggi (Medrizam et al., 2004) dan memiliki
banyak fungsi ekologis maupun ekonomis. Funsi ekologis terumbu karang adalah
sebagai bentang alam penahan geombang bagi kawasan pesisir serta menjadi
habitat bagi berbagai macam biota laut. Secara ekonomis, terumbu karang
menyediakan barang dan jasa bagi jutaan penduduk local di daerah pesisir,
termasuk dalam nilai tersebut adalah makanan, pendapatan dari perikanan, nilai
ilmu pengetahuan, farmai dan pendidikan. (Burke et al., 2002 dalam Muzaki
2010).
Karang memiliki variasi bentuk pertumbuhan koloni yang berkaitan
dengan kondisi lingkungan perairan. Berbagai jenis bentuk pertumbuhan karang
dipengaruhi oleh intensitas cahaya matahari, gelombang dan arus, ketersediaan
bahan makanan, sedimen, subareal exposure dan faktor genetik. Berdasarkan
bentuk pertumbuhannya, karang batu terbagi atas karang Acropora dan nonAcropora Perbedaan Acropora dengan non-Acropora terletak pada struktur
skeletonnya. Acropora memiliki bagian yang disebut axial corallite dan radial
corallite, sedangkan non-Acropora hanya memiliki radial corallite (English et al.,
1994).
Menurut (English et al., 1994) pada pembentukan karang dibagi menjadi
dua, yaitu Acropora dan Non-Acropora. Bentuk pertumbuhan karang pada
karang Acropora terbagi atas beberapa bentuk, yaitu:
1.

ACD (Acropora Digited)

= Menjari

2.

ACB (Acropora Branching)

= Bercabang

3.

ACE (Acropora Encrusting)

= Mengerak

4.

ACS (Acropora Submassive)

= Membulat

5.

ACT (Acropora Tabulate)

= Meja

Bentuk pertumbuhan karang pada karang Non Acropora terbagi atas
beberapa bentuk, yaitu:

3

2.2

1.

CB(Coral Branching)

= Bercabang

2.

CE (Coral Encrusting)

= Mengerak

3.

CS (Coral Submassive)

= Membulat

4.

CM (Coral Massive)

= Padat

5.

CF (Coral Foliose)

= Lembaran

6.

CMR (Coral Mushroom)

= Jamur

7.

CME (Coral Millepora)

= Karang Api

8.

CHE (Coral Heliopora)

= Karang Biru

9.

CTP (Coral Tubipora)

= Karang Merah

Acropora
Komposisi spesies Acropora meliputi 10 spesies sebagai Acropora

endemik di Indonesia (Acropora suharsonoi, Acropora desalwii, Acropora awi,
Acropora derawanensis, Acropora halmaherae, Acropora Indonesia, Lima
spesies (Acropora turaki, Acropora indiana, Acropora rudis, Acropora russelli,
Acropora kosurini) dicatat dari laut India serta Indonesia, tetapi tidak ada di laut
pasifik. Tujuh spesies (Acropora cuneata, Acropora crateriformis, Acropora
jacquelinae, Acropora batunai, Acropora sermentosa, Acropora nana, Acropora
speciosa) yang dicatat pada database dari laut Fasifik (dan kadang-kadang juga
Laut Cina selatan dan Filipina) serta Indonesia, tetapi tidak ada di laut India. Dari
61 spesies yang tersisa sebagian besar terdistribusi luas di indo-fasific, meskipun
beberapa (Acropora solytariensis Acropora brueggemanni, Acropora glauca,
Acropora abrolhosensis) yang terbatas pada indo pusat-Pasifik saja (Wallace,
1998).
Penyebaran

acropora

diberbagai

daerah

tergantung

dari

kondisi

lingkungan yang mempengaruhinya. Oleh sebab itulah, pada setiap daerah
masing-masing memiliki bentuk dan tutupan pertumbuhan acropora yang
berbeda. Selain kondisi lingkungan, hal penting yang mempengaruhi penyebaran
acropora diperairan adalah pada saat spawning. Waktu spawning karang
menjadi penting karena berkaitan erat dengan kelangsungan kehidupan suatu
jenis karang. Kesesuaian waktu spawning dengan kondisi arus samudra saat itu
akan menentukan penyebaran larva karang dan distribusi karang. Penentuan

4

waktu

spawning

suatu

jenis

karang

sangat

dipengaruhi

oleh

proses

perkembangan gonad karang pada setiap jenis karang. Perkembangan gonad
karang di beberapa wilayah subtropis berlangsung pada kondisi perairan yang
hangat, dari musim semi hingga musim panas, sehingga diperkirakan spawning
karang di wilayah tropis berlangsung sepanjang tahun. Namun hasil pengamatan
di beberapa wilayah menunjukkan bahwa spawning time bervariasi antar wilayah
yang berbeda letak lintangnya. Bahkan saat pemijahan karang berbentuk koloni
memiliki perbedaan waktu baik antar-populasi, antar-koloni maupun antar bagian/
cabang dalam satu kolon i(Munasik, dkk., 2005).
Pertumbuhan karang dan penyebaran terumbu karang seperti jenis
acropora tergantung pada kondis

lingkungannya, Dahuri, dkk. (2004). Kondisi

ini pada kenyatannya tidak selalu tetap tetapi seringkali berubah karena adanya
gangguan baik yang berasal dari alam atau aktifitas manusia. Faktor kimia dan
fisik yang diketahui dapat mempengaruhi pertumbuhan karang antara lain
cahaya matahari. Suhu, salinitas dan sedimen, sedangkan faktor biologis
biasanya berupa predator atau pemangsa (Supriharyono, 2000).
Dalam Klaasifikasi

dunia

Hewan,

Karang

Termasuk

Dalam

Kelas Anthozoa (suatu kelas dalam filum colenterata). Secara garis besar
menurut Yusuf (2005) Mengklasifikasikan karang Acropora sebagai berikut:
Filum :Colenterata/Cnidaria
Kelas : Anthozoa
Ordo

: Scleractinia

Famili : Acroporidae
Genus : Acropora
Marga Acropora mempunyai bentuk percabangan sangat bervariasi
dari karimboba,aborsen, kapitosa dan lain-lain. Ciri khas dari marga ini adalah
mempunyai axial koralitdan radial koralit. Bentuk koralit juga bervariasi dari
bentuk

tubular,

harifon

dan

tenggelam.

Acropora mempunyai

bentuk

percabangan aborsen dengan percabangan rampai sampai gemuk.radial koralit
membentuk tabung dengan bukan membulat atu oval tersusun merata dan rapat.
Warna koloni kecoklatan dengan unjung cenderung memutih. Terbesar di seluruh
perairan Indonesia (Suharsono, 1996).
Karang (Acropora spp.) dapat dibedakan menjadi dua kelompok
berdasarkan

kebutuhannya

akan

cahaya

matahari.

Karang

hermatipik (hermatypic coral) adalah kelompok karang yang tumbuh terbatas di

5

daerah hangat dengan penyinaran yang cukup karena adanya simbion alga
(zooxanthellae) (Suharsono, 2004), karang tipe ini merupakan pembentuk
bangunan kapur atau terumbu karang (Supriharyono, 2000). Kelompok karang
kedua adalah karang ahermatipik (ahermatypic coral) yang tidak membentuk
terumbu karang (Supriharyono, 2000). Karang ahermatipik hidup di tempat yang
lebih dalam. Karang hermatipik lebih cepat tumbuh dan lebih cepat membentuk
deposit kapur dibanding karang ahermatipik (Suharsono, 2004).
Siklus hidup acropora dimulai beberapa jam setelah peristiwa mass
spawning. Sel sperma akan membuahi ovum 1 – 2 jam setelah spawning,
dilanjutkan pembelahan zigot selama ± 18 jam. Zigot akan berkembang menjadi
larva planula yang melayang-layang mengikuti arus di kolom perairan selama ± 4
hari, lalu mulai mencari substrat yang cocok untuk menempel. Planula akan
menempel pada substrat bila substrat tersebut memenuhi syarat dan mendukung
pertumbuhannya. Substrat harus cukup kokoh, tidak ditumbuhi alga, penetrasi
cahaya mencukupi, sedikit atau tidak terjadi sedimentasi, dan arus yang ada
tidak terlalu kuat (mencukupi untuk adanya makanan). Setelah menempel,
planula akan segera tumbuh menjadi polip dan mengalami kalsifikasi (Timotius,
2003).
2.3

Bentuk Life Form Acropora
Penelitian Prasetia Tahun 2010, menunjukkan kondisi penutupan karang

hidup di Kawasan Lovina berkisar antara 18 sampai 44 % penutupan karang
hidup dengan kategori buruk sampai sedang. Dengan struktur komunitas
terumbu karang Kawasan Lovina memiliki formasi Acropora, non Acropora, soft
coral, dan sponges. Kelompok Acropora umumnya berbentuk branching, digitate,
submassive, kelompok non Acropora dengan lifeform : branching, massive,
encrusting, submassive, foliose dan mushroom.Struktur komunitas karang
meliputi kelompok Acropora Submassive, dan bukan kelompok acropora yang
terdiri dari Coral Branching, Coral Encrusting, Coral Massive, Coral Submaasive,
dan Coral Mushroom. Coral Mushroom ditemukan secara soliter berbentuk
seperti jamur dan berasal dari jenis Fungia sp (Prasetia,2013)
Karang jenis Acropora spp relatif jarang dijumpai pada penelitian,
disebabkan karena kondisi perairan yang relatif keruh dan memiliki tingkat
sedimentasi yang tinggi. Jenis‐jenis karang batu dari marga Acropora
mempunyai polip yang kecil dan sulit untuk membersihkan diri, sehingga untuk
membersihkan dirinya dari partikel‐partikel yang melekat, jenis ini membutuhkan
6

arus dan ombak yang cukup kuat Jenis karang yang dominan disuatu habitat
tergantung pada kondisi lingkungan atau habitat tempat karang itu hidup. Pada
suatu habitat, jenis karang yang hidup dapat didominasi oleh suatu jenis karang
tertentu. Menurut bentuk pertumbuhannya karang keras dibedakan menjadi
acropora dan non- acropora, dengan perbedaan morfologi berupa tipe bercabang
(branching), tipe padat (massive), tipe merayap (encrusting), tipe daun/lembaran
(foliose), tipe meja (tabulate), serta tipe jamur (mushroom), tipe menjari (digitate)
(Manuputty, 1990 dalam Munasik dan Widjatmoko, 2005)
2.4

Aksial Koralit
Karang terdiri dari dua tipe berdasarkan pertumbuhannya,yaitu karang

Acropora dan karang non Acropora. Karang Acropora mempunyai Axial coralit
juga radial koralit.

Axial coralit terletak di ujung sedangkan radial koralit

mengelilingi polip. Biasanya yang dihitung jumlahnya adalah radial koralit. Axial
Coralit berwarna lebih gelap dibanding radial koralit yang lebih berwarna.
Terdapat beberapa spesie Acropora yang mempunyai Axial koralit selain
karakteristik lainnya seperti conoesteum dan dinding coralit, yaitu Acropora
aspera, Acropora prostate dan Acropora sp. (Fachrurrozzie, 2012).

Gambar 1. Karang Acropora

7

Gambar 2. Axial Coralite
Terdapat beberapa spesies yang mempunyai aksial koralit dan radial
koralit, diantaranya A. palifera, A. millepora dan A. tenuis. Bentuk aksial koralit
pada kedua spesies ini berbeda. Pada A. millepora mempunyai percabangan
yang pendek dan berkoloni serta axial koralit tidak tersusun rapat seperti radial
koralit tetapi terpisah. Sedangkan pada A. palifera hanya mempunyai koralit yang
lembut tanpa ada aksial koralit. Sedangkan aksial koralit pada A.tenuis berbentk
panjang dan tubular dan pada radial koralit terdapat bibir flaring dan susunan
radial koralitnya rapi dan teratur (Prasetia, 2013).
2.5

Radial Koralit
Marga Acropora biasanya ditemukan di tempat dangkal di seluruh

perairan Indonesia, mempunyai bentuk percabangan sangat bervariasi dari
karimboba, aborsen, kapitosa, dan lain-lain. Ciri khas dari marga ini adalah
mempunyai axial koralit dan radial koralit. Bentuk koralit juga bervariasi dari
bentuk tubular, harifon, dan tenggelam. Marga ini mempunyai sekitar 150 jenis.
Acropora

formosa

mempunyai

bentuk

percabangan

aborsen

dengan

percabangan rampai sampai gemuk. Radial koralit membentuk tabung dengan
bukan membulat atau oval tersusunmerata dan rapat. Warna koloni kecoklatan
dengan unjung cenderung memutih. Terbesar diseluruh perairan Indonesia
(Wells, 1995 dalam Suharsono, 1996).
Karang Acropora berbeda dari yang lainnya dalam hal dua tipe polip yang
di milikinya.Polip bagian tengah atau bagian aksial melintasi bagian tangah dari
sebuah cabang dan membuka pada ujungnya. Pada saat ujung cabang tersebut
tumbuh maka akan membentuk pucuk dengan sejumlah polip jenis lainya disebut

8

polip radial. Percabangan selanjutnya terjadi pada saat sebuahkoralit radial
berubah menjadi sebuah koralit aksial dan mulai memanjang dan membentuk
pucuk. Tipe perubahan ini memungkinkan terbentuknya sejumlah besar bentukan
sehingga karang Acropora dapat terlihat menyerupai pohon, semak, tabel, pelat
dan berbagai bentuklainnya. Hal ini juga memungkinkan karang genus ini untuk
tumbuh cepat dan mengisi tempat pada terumbu, baik di atas maupun di bawah
karang lainnya (Sukarmin, 2013).

9

III.
3.1

METODOLOGI

Lapang
3.1.1 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum laboratorium IPTK

adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Alat praktikum lapang
No

Alat

1

Rooster

2

Kabel Ties

3

Penggaris

4

Label Nama

5
6

Kamera Digital
Spidol Permanen

7

Akrilik

8

Pensil

9

Alat selam dasar

10

Tang potong

11

Keranjang Plastik

12

Trash Bag

Fungsi
Sebagai substrat karang saat
transplantasi
Mengikat transplan karang pada
rooster
Mengukur Fragmen karang
Untuk menamai hasil transplantasi
karang
Dokumentasi
Untuk menulis nama pada label
Sebagai media untuk menulis di
perairan
Untuk menulis di Akrilik
Untuk snorkeling dan mengamat
karang
Untuk memotong fragmen karang
Sebagai wadah penampungan
potongan fragmen karang
Untuk tempat sampah

Tabel 2. Bahan praktikum lapang
No
1

Bahan
Potongan fragmen Karang

Fungsi
Untuk di transplantasi

3.2.1 Metode
Metode yang digunakan dalam praktikum lapang ilmu dan pengelolaan
terumbu karang, adalah sebagi berikut :

10

Pengambilan Fragmen

-Dipilih koloni karang yang ideal
-Dilakukan fragmentasi dengan tang potong

-Dikumpulkan hasil fragmen dalam keranjang
Transplantasi
-Diukur panjang fragmen karang dengan penggaris

-Dibuat media rooster dan dikat dengan kabel tis
-Hasil fragmen karang diikat pada rooster
-Diberi label nama
-Ditanam ke perairan
Hasil
Gambar 3. Skema kerja praktikum lapang IPTK
3.2

Laboratorium
3.2.1 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum laboratorium
IPTK adalah sebagai berikut :

Tabel 3. Alat pengamatan karang di laboratorium
No

Alat

1

Loop/Kaca Pembesar

2
3
4
5

Penggaris Plastik/kaliper
Buku Catatan
Buku Panduan Praktikum
Kamera Digital

6

Mikroskop

7

Peralatan Gambar

Fungsi
Pengamatan Polip, aksial koralit dan
radial koralit
Sebagai alat pengukuran
Sebagai alat untuk mencatat
Sebagai alat Referensi
Dokumentasi
Pengamatan Polip, aksial koralit dan
radial koralit
Dokumentasi dan untuk menggambar

11

8
9

bagian - bagian karang acropora
Melindungi tangan
Untuk background foto koralit

Sarung tangan karet
Kain hitam

Tabel 4. Bahan pengamatan karang di laboratorium
No
1

Bahan
Karang mati

Fungsi
Pengamatan polip

3.2.2 Metode
Metode yang akan digunakan dalam praktikum laboratorium Ilmu
dan Pengelolaan Terumbu Karang adalah sebagi berikut :
Identifikasi karang
-Disiapkan alat dan bahan
-Diidentifikasi lifeform
-Diidentifikasi jenis radial dan aksial koralit
-Dihitung jumlah radial koralit
-Diidentifikasi septa
-Dihitung siklus septa
-Diidentifikasi jenis coenesteum
-Diidentifikasi spesies

Hasil
Gambar 4. Skema kerja praktikum laboratorium IPTK
IV.

PEMBAHASAN
4.1

Analisa Prosedur
4.1.1 Lapang
Pengamatan

yang

dilakuakan

praktikum

lapang

ilmu

dan

pengelolaan terumbu karang, dilakukan dua perlakuan terhadap karang

12

yaitu fragmentasi dan transplantasi, skema kejanya adalah sebagai
berikut :
Pertama disiapkan alat dan bahan, untuk media transplantasi
dibuat dengan mnyusun dua buah rooster menjadi satu dengan
mengikatnya menggunakan kabel tis. Setelah siap, lalu dimulai dengan
mengambil transplan di perairan. Harus dipilih karang yang ideal agara
tidak menyebabkan karang mati setelah difragmentasi. Setelah ditemukan
karang yang ideal lalu dilakukan pemotongan polip karang menggunakan
tang potong. Pemotongan karang harus memnuhi empat syarat, yaitu
ukuran karang harus sesuai (

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24

GANGGUAN PICA(Studi Tentang Etiologi dan Kondisi Psikologis)

4 75 2