BAB II KAJIAN PUSTAKA - IDENTIFIKASI KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA PESERTA DIDIK MI MIFTAHUL HUDA NGANTRU TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

19

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
1.

Pengertian Belajar
Belajar merupakan kegiatan terpenting dalam pendidikan.
Apabila tidak terjadi proses belajar maka tidak juga terjadi
pendidikan. Belajar merupakan tugas utama bagi peserta didik. Para
ahli mengemukakan belajar dapat didefinisikan sebagai tingkah laku
yang ditimbulkan atau di ubah melalui latihan atau pengalaman.
Dengan kata lain tingkah laku yang mengalami perubahan karena
belajar menyangkut berbagai aspek.
Aspek tersebut meliputi aspek kepribadian, baik fisik maupun
psikis, seperti perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah,
keterampilan, kecakapan, kebiasaan ataupun sikap.1 Sehingga dalam
belajar harus bisa mengubah pola pikir yang terarah untuk menjadi
pribadi yang kompeten, tanggung jawab, dan menjadi pribadi yang
baik. Hal itu nantinya akan membuat pola pikir menjadi terarah

Belajar adalah suatu proses interaksi antara diri manusia
dengan lingkungannya seperti pribadi, fakta, konsep, dan teori.2
Interaksi tersebut tentunya akan terjadi proses belajar secara timbal

1

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2007), hal. 84.
Sadirman, interaksi dan motivasi belajar mengjar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2012), hal. 22
2

20

balik dengan lingkungan sekitar dan semuanya juga berdasarkan teori
yang sudah ada.
Mayer yang dikutip oleh Seels dan Rita mengemukakan
pendapat yang hampir sama mengenai belajar yaitu menyangkut
adanya perubahan yang relative permanen pada pengetahuan atau
perilaku seseorang karena pengalaman.3 Dari sisi pengalaman yang
berkesan sudah pernah di alami peserta didik akan tetap teringat dan

susah untuk dilupakan.
Menurut Dimyati Mahmud dalam Nini Subini menyatakan
bahwa belajar merupakan suatu perubahan dalam diri seseorang yang
terjadi karena pengalaman.4 Pengalaman yang baik akan membentuk
seseorang menjadi lebih baik dan sedangkan pengalaman yang buruk
akan membawa seseorang ke arah yang lebih buruk juga semua itu
terjadi berdasarkan cara untuk memaknai proses yang terkaji dalam
sebuah pengalaman.
Beberapa pokok dalam belajar, yaitu :5 (1) Bahwa belajar itu
membawa perubahan; (2) Bahwa belajar berarti mendapatkan
kecakapan baru; (3) Bahwa belajar terjadi karena usaha. Ciri-ciri
belajar menurut Suguharto dalam Nini Subini, yaitu :6 (1) Perubahan

Rosma Hartiny Sam’s, Model Penelitian Tindakan Kelas (Teknik Bermain Konstruktif
untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika), (Yogyakarta : Teras, 2010), hal. 3
4
Nini Subini, Mengatasi Kesulitan Belajar Pada Anak. (Jakarta : PT. Buku Kita, 2011),
hal. 12
5
Ibid., hal.10

6
Ibid., hal. 13
3

21

tingkah laku terjadi secara sadar; (2) Perubahan bersifat kontinu dan
fungsional. (3) Perubahan bersifat positif dan aktif; (4) Perubahan
bersifat permanen; (5) Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah;
(6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.
Secara umum ada tiga faktor yang mempengaruhi dalam
belajar, yaitu faktor internal, faktor eksternal dan faktor pendekatan
belajar.

7

Ketiga faktor tersebut saling mempengaruhi dalam proses

individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar peserta didik dan
apa saja yang menghalangi ataupun kendala dalam belajar,

Menurut Muhibin Syah faktor internal adalah faktor-faktor
yang berasal dari dalam diri siswa sendiri dan dapat mempengaruhi
hasil belajar individu. Faktor-faktor ini meliputi faktor fisiologis dan
faktor psikologis. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi
belajar peserta didik digolongkan menjadi dua, yaitu faktor
lingkungan sosial dan faktor lingkungan non sosial.
Jadi faktor yang sangat umum itu bisa dari faktor yang
berhubungan dengan kondisi fisik individu. Keadaan psikologis
seseorang juga dapat mempengaruhi proses belajar. Menurut peneliti
faktor yang paling umum dilihat dari faktor-faktor diatas adalah
kecerdasan, motivasi, minat, sikap, dan bakat. Hal ini juga berasal dari
faktor sosial maupun faktor non sosial.

7

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar.., hal. 146-157

22

2.


Kesulitan Belajar
a.

Pengertian Kesulitan Belajar
Setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda. Ada anak
yang memiliki kemampuan rendah tetapi ada anak yang
berkemampuan rata-rata dan juga berkemampuan tinggi atau
cepat dalam menerima respon. Kesulitan belajar pada anak erat
kaitannya dengan pencapaian akademik dan juga aktivitas seharihari.
Anak didik yang tidak dapat belajar dengan wajar,
disebabkan adanya ancaman, hambatan, ataupun gangguan dalam
belajar.8 Anak yang mengalami kesulitan belajar adalah yang
memiliki gangguan satu atau lebih dari proses dasar.
Mencakup pemahaman penggunaan bahasa lisan atau
tulisan, gangguan tersebut mungkin menampakkan diri dalam
bentuk kemampuan yang tidak sempurna dalam mendengarkan,
berpikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja, ataupun
menghitung.9 Jadi seorang pendidik harus lebih dekat dengan
peserta didik untuk mengetahui kondisi peserta didik yang

tentunya peserta didik itu memiliki berbagai kemampuan yang
berbeda.

8
9

Noer Rohmah, Psikologi Belajar, (Yogyakarta : Kalimedia, 2015), hal. 292
Subini, Mengatasi Kesulitan...,hal 13

23

Beberapa definisi mengenai kesulitan belajar yaitu10
menurut Hammil bahwa kesulitan belajar adalah beragam bentuk
kesulitan yang nyata dalam aktivitas mendengarkan, bercakapcakap, membaca menulis, menalar atau dalam berhitung. Menurut
pendapat ACCALD (Association Committee for Children and
adult Learning Disabilities)Kesulitan belajar adalah suatu kondisi
kronis yang diduga bersumber dari masalah neurologis yang
mengganggu perkembagan kemampuan mengintegrasikan dan
kemampuan bahasa verbal atau nonverbal. Menurut pendapat
NJCLD (National Joint Committee of Learning Disabilities)

Kesulitan belajar adalah istilah umum untuk berbagai jenis
kesulitan dalam menyimak, berbicara, membaca,menulismdan
berhitung.
Dari beberapa pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa
kesulitan belajar merupakan beragam gangguan dalam menyimak,
berbicara, membaca, menulis, dan berhitung karena faktor
internal individu itu sendiri, yaitu disfungsi minimal otak. Oleh
sebab itu, anak akan sukar menyerap dan menguasai materi yang
disampaikan oleh guru dan bahkan anak akan menghindari
pelajaran dan tugas-tugas yang diberikan oleh guru, sehingga
anak akan malas dalam belajar.

10

Ibid.,hal. 14-15

24

Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono dalam
gejala-gejala tersebut yaitu :11 (1) Menunjukkan prestasi yang

rendah atau berada dibawah rata-rata yang dicapai oleh peserta
didik; (2) Hasil belajar atau prestasi yang diperoleh tidak
seimbang dengan usaha yang dilakukan; (3) Peserta didik lambat
dalam

melakukan

tugas-tugas

belajar;

(4)

Peserta

didik

menunjukkan sikap kurang wajar dalam proses pembelajarn; (5)
Menunjukkan perilaku menyimpang; (6) Emosional .
b. Jenis-Jenis Kesulitan Belejar

Menentukan jenis kesulitan siswa dapat dilakukan dengan
menganalisis

kesalahan-kesalahan siswa dalam mengerjakan

soal. Berdasarkan analisis kesalahan siswa, menurut Tanjungsari
dan Soedjoko diperoleh jenis kesulitan siswa menyelesaikan soal
matematika diantaranya :

12

(1) Kesulitan dalam memahami soal

cerita; (2) Kesulitan dalam menggunakan konsep; (3) Kesulitan
dalam menggunakan prinsip.
Secara garis besar kesulitan belajar diklasifikasikan ke
dalam dua kelompok, yaitu sebagai berikut :13 (1) Kesulitan
belajar yang berhubungan dengan perkembangan (development
learning disabilities). Kesulitan ini mencakupgangguan perhatian,


11

Muhammad Irham dan Novan Ardy Wiyani, Psikologi Pendidikan.., hal. 263.
Tanjungsari dan Soedjoko, Diagnosis Kesulitan Belajar Matematika SMP pada Materi
Persamaan Garis Lurus,(Semarang, Universitas Negeri Semarang, 2012), hal. 57
13
Mulyono Abdurrahman, Anak Berkesulitan Belajar (Teori, Diagnosis, dan
Remediasinya), (Jakarta : PT. Rineka Cipat, 2012), hal. 7
12

25

ingatan, motorik dan persepsi, bahasa dan berpikir; (2) Kesulitan
belajar akademik (academic learning), mencakup kesulitan
membaca, menulis dan berhitung atau matematika. Terdapat
gejala-gejala yang timbul pada diri peserta didik yang mengalami
kesulitan dalam belajar.
Kesulitan-kesulitan peserta didik dalam menyelesaikan
soal-soal matematika di antaranya14: (1) Ketidakmampuan peserta
didik


dalam

penguasaan

konsep

secara

benar;

(2)

Ketidakmampuan menggunakan data; (3) Ketidakmampuan
mengartikan bahasa matematika; (4) Ketidak cermatan dalam
melakukan operasi hitung, (5) Ketidakmampuan dalam menarik
kesimpulan.
Selain itu jenis-jenis kesulitan belajar matematika juga di
ungkapkan oleh Ali Murtadlo di antaranya15 : (1) Disleksia; (2)
Dyspraxia; (3) Dycalculia; (4) Dysgraphia; (5) Auditory
Processing Disorder; (6) Visual Processing Disorder; (7)
Attention Decifit Disorder.
Bentuk-bentuk kesulitan belajar belajar pada anak, yaitu16
(1)

Learning

disorder;

(2)

Distractability;

(3)

Learning

disabilities; (4) Learning disfunction; (5) Under achiever; (6)
14

Pridjo, Sebuah Solusi Mengatasi Kesulitan Belajar Matematika, (Semarang : Artikel
Kesulitan Belajar, Universitas Terbuka), hal. 7-9
15
Ali Murtadlo, Kesulitan Belajar dalam Pembelajaran Matematika, (Semarang :
Artikel Penelitian Kesulitan Belajar, (Universitas Terbuka, 2008), hal. 40
16
Subini, Mengatasi Kesulitan...., hal. 42-47.

26

Slow learner (lamban belajar); (7) Gangguan berbahasa (specific
language

impairment);

(8)

Gangguan

tingkah

laku;

(9)

Hiperaktivitas; (10) Gangguan depresi.
Jenis-jenis kesulitan menurut LAPIS diantaranya, yaitu17
(1) Leaning Disabilities; (2) Underachiever; (3) Slow Learner.
Kesulitan belajar akademik pada adanya kegagalan-kegagalan
pencapaian prestasi akademik yang sesuai dengan kapasitas yang
diharapkan.
penguasaan

Kegagalan-kegagalan
keterampilan

dalam

tersebut
membaca,

menyangkup
menulis,

dan

metematika.
Belajar matematika akan melatih anak untuk berpikir logis
dan analitis. Hal ini sangat bermanfaat untuk proses pemecahan
masalah

dalam

perjalanan

hidupnya.

Kesulitan

belajar

matematika merupakan suatu kondisi dalam pembelajarn yang
ditandai dengan adanya hambatan-hambatan. Oleh karena itu,
kesulitan belajar (learning difficult) matematika pada anak harus
cepat dikenali dan diatasi. tertentu dalam mencapai hasil belajar
matematika.
Peserta didik yang mengalami kesulitan belajar ditandai
dengan ketertinggalan peserta didik dalam memahami dan
mempelajari materi yang telah diajarkan oleh guru. Peserta didik

17

Learning Assistance Program for Islamic Scools Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah,
Psikologi Belajar, 2009, 8-9.

27

yang mengalami kesulitan belajar matematika menunjukkan hasil
belajar yang lebih rendah dari peserta didik yang lain yang tidak
mengalami kesulitan belajar. Peserta didik yang mengalami
kesulitan belajar, dapat mengalami satu atau lebih bentuk atau
jenis kesulitan belajar.
Karakteristik kesulitan belajar matematika membantu guru
untuk mengenali kesulitan belajar yang dialami oleh peserta
didik. Karakteristik kesulitan belajar matematika tersebut, yaitu
:18
1)

Kesulitan memahami konsep hubungan spasial (keruangan)
Anak-anak
berbagai

memperoleh

pemahaman

konsep hubungan keruangan

tentang

tersebut dari

pengalaman mereka berkomunikasi dengan lingkungan
social mereka.19 Tetapi anak berkesulitan belajar sering
mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dan lingkungan
sosial juga sering tidak mendukung terselenggaranya suatu
situasi yang kondusif bagi terjalinnya komunikasi antar
mereka. Adanya gangguan dalam memahami konsepkonsep

hubungan

keruangan

dapat

mengganggu

pemahaman anak tentang bilangan secara keseluruhan.
2)

18
19

Ibid., hal 210
Ibid., hal 211

Abnormalitas persepsi visual

28

Gejala dari abnormalitas persepsi visual yaitu anak
kesulitan belajar matematika mengalami kesulitan untuk
melihat berbagai objek dalam hubungannya dengan
kelompok.20 Maksudnya anak yang memiliki abnormalitas
persepsi visual jugasering tidak mampu membedakan
bentuk-bentuk geometri. Adanya abnormalitas persepsi
visual ini, akan menimbulkan kesulitan dalam belajar
matematika, terutama dalam memahami berbagai symbol.
3)

Asosiasi visual motor
Anak yang mengalami asosiasi visual motor, akan
sering

tidak

dapat

menghitung

benda-benda

secara

berurutan sambil menyebutkan bilangannya “satu, dua, tiga,
empat, lima”. Anak mungkin baru memegang benda yang
ketiga tetapi telah mengucapkan “lima”, atau sebaliknya
telah menyentuh benda kelima tetapi baru mengucap “tiga”.
Anak-anak semacam ini dapat memberikan kesan mereka
hanya menghafal bilangan tanpa memahami makna.
4)

Perseverasi
Perseverasi merupakan gangguan pada anak yang
perhatiannya melekat pada suatu objek saja dalam jangka
waktu yang relative lama. Anak yang demikian itu,
mungkin mulanya dapat mengerjakan tugas dengan baik,

20

John W. Santrock, Psikologi…., hal 213

29

tapi lama kelamaan perhatiaanyya melekat pada satu objek
tertentu. Misalnya :
4+3=7
5+3=8
5+2=7
5+4=9
4+4=9
Angka

9

diulang

beberapa

kali

tanpa

memperhatikan kaitannya dengan soal matematika yang
dihadapi.
5)

Kesulitan mengenal dan memahami symbol
Anak yang mengalami kesulitan belajar matematika
sering

mengalami

kesulitan

dalam

mengenal

dan

menggunakan simbol – simbol matematika seperti +, - , = ,
> , < , dan sebagainya. Kesulitan semacam ini dapat
disebabkan oleh adanya gangguan memori tetapi juga dapat
disebabkan oleh adanya gangguan persepsi visual.
6)

Kesulitan dalam bahassa dan membaca
Menurut Johnson dan Myklebust matematika itu
sendiri pada hakikatnya adalah simbol. Oleh karena itu,
kesulitan dalam bahasa dapat berpengaruh terhadap
kemampuan anak dibidang matematika. Soal matematika
yang berbentuk uraian ataupun cerita menuntut kemampuan

30

membaca untuk memecahkannya. Oleh karena itu, anak
yang mengalami kesulitan membaca akan mengalami
kesulitan pula dalam memecahkan soal matematika yang
berbentuk cerita tertulis.
Dalam pembelajaran matematika ada kekeliruan atau
kesalahan yang biasanya dialami oleh peserta didik. Agar dapat
membantu anak yang mengalami kesulitan belajar matematika.
Guru perlu mengenali berbagai kesalahan umum yang dilakukan
oleh anak dalam menyelesaikan tugas.
Menurut Lerner kesalahan umum yang dilakukan oleh
siswa yang berkesulitan dalam belajar matematika menurut Lerner
adalah kekurang pemahaman tentang21 (1) simbol, (2) nilai tempat,
(3) perhitungan, (4) penggunaan proses yang keliru, (5) tulisan
yang tidak terbaca.
Anak-anak umumnya tidak terlalu banyak mengalami
kesulitan jika kepada mereka disajikan soal-soal seperti 4 + 3 = …,
atau 8 – 5 = … ; tetapiakan mengalami kesulitan jika dihadapkan
pada soal – soal seperti 4 + … = 7 ;8 = … + 5 ; … + 3 = 6 ; atau
… - 4 = 7 ; atau 8 - … = 5. Kesulitan ini umunya karena anak tidak
memahami simbol – simbol seperti sama dengan (=), tidak sama
dengan (≠), tambah (+), kurang (-), dan sebagainya. Agar anak

21

Ibid., hal. 214

31

dapat menyelesaikan soal matematika, mereka harus terlebih
dahulu memahami simbol-simbol.
Ada anak didik yang belum memahami nilai tempat seperti
satuan, puluhan, ratusan, dan seterusnya. Ketidakpahaman tentang
nilai tempat akan semakin mempersulit anak jika kepada mereka
dihadapkan pada lambang bilangan basis bukan sepuluh. Bagi anak
yang tidak mengalami

kesulitan belajarpun

banyak

yang

memgalami kesulitan umtuk memahami lambing bilangan yang
berbasis bukan sepuluh.
Ketidakpahaman

terhadap

bentuk

pecahan

banyak

diperlihatkan oleh anak-anak seperti anak yang yang mengalami
kekeliruan semacam ini dapat juga karena lupa cara menghitung
persoalan pengurangan, atau penjumlahan tersusun kebawah,
sehingga anak tidak cukup hanya diajak memahami nilai tempat
tetapi juga diberi latihan yang cukup.
Dari beberapa kesulitan-kesulitan yang dialami peserta
didik

dalam

menyelesaikan

soal-soal

matematika

tersebut

menunjukkan pentingnya pemahaman konsep-konsep yang terdapat
dalam matematika itu oleh karena memahami konsep sebelumnya
dalam matematika merupakan prasyarat untuk memahami konsep
selanjutnya, sehingga implikasi terhadap belajar matematika
haruslah bertahap dan berurutan secara sistematis serta didasarkan
pada pengalaman belajar yang telah lalu, dan dengan diketahuinya

32

penyebab kesulitan dalam menyelesaikan soal, maka guru dapat
memberikan pemecahan yang tepat terhadap kesulitan yang dialami
peserta didik.
Untuk mengetahui suatu kesulitan belajar yang dialami oleh
peserta didik, maka diperlukan teori. Teori merupakan sekumpulan
konsep, dan definisi yang saling terkait yang memungkinkan
terbentuknya suatu gambaran yang sistematik tentang suatu
fenomena.
Teori yang digunakan untuk menjelaskan suatu fenomena
kesulitan belajar yaitu teori ilmiah. Menurut Ary, Jacobs dan
Razaviech dalam Mulyono Abdurrahman teori ilmiah merupakan
penjelasan sementara tentang fenomena. Melalui teori ilmiah kita
dapat memberikan penjelasan, peramalan, dan pengendaliantentang
suatu fenomena.
Dengan demikian, teori ilmiah tentang anak berkesulitan
belajar digunakan menjelaskan sebuah fenomena kesulitan belajar,
dan meramalkan peristiwa–peristiwa yang mungkin terjadi.22
Layanan bantuan yang dapat diberikan terhadap anak yang
kesulitan belajar dalam matematika yaitu guru melakukan tes yang
disusun oleh guru itu sendiri untuk mengetahui angka-angka yang
sulit dipahami oleh peserta didik, guru melakukan pengajaran
22

Abdurrahman, Anak., hal. 43

33

remidi, tetapi pengajaran remidi yang diberikan kepada anak
berkesulitan belajar khususnya matematika harus sistematis, yaitu
harus sesuai dengan urutan dari tingkat konkret, semi konkret, dan
tingkat abstrak.
Banyak orang yang memandang matematika sebagai mata
pelajaran yang sulit. Meskipun demikian, semua orang harus
mempelajarinya karena merupakan sarana

untuk memecahkan

masalah dalam kehidupan sehari-hari. Jika tidak, seseorang akan
mengalami banyak masalah karena hampir semua masalah dalam
kehidupan pemecahannya membutuhkan matematika.
c.

Faktor Penyebab Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar seorang peserta didik biasanya tampak
dari menurunnya kinerja akademik atau prestasi belajarnya. Secara
garis besar, ada faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar
yaitu faktor intern yakni hal-hal atau keadaan yang muncul dari
dalam diri anak dan faktor ekstern yakni hal-hal atau keadaan
yang muncul dari luar diri anak.23
Kedua faktor tersebut meliputi beberapa hal dan keadaan,
yaitu faktor ekstern dan intern.24 Menurut Irham dan wiyani faktor
intern terdiri faktor fisiologis yang dapat menyebabkan anak
kesulitan belajar yaitu kondisipeserta didik yang sakit, kurang

23

Syah, Psikologi..., hal. 182-183.
Irham dan Wiyani, Psikologi ...,hal. 265 - 266

24

34

sehat, adanya kelemahan atau cacat tubuh dan sebagainya. Dan
Faktor psikologis yang dapat menyebabkan anak kesulitan belajar
yaitu bakat terhadap pelajaran yang rendah, minat belajar yang
rendah motivasi belajar yang rendah, kondisi mental kesehatan
yang kurang baik, serta tipe khusus peserta didik dalam belajar.
Sedangkan faktor ekstern yaitu ada faktor nonsosial yang
dapat menyebabkan kesulitan belajar pada peserta didik berupa
peralatan belajar atau media belajar yang kurang baik atau bahkan
kurang lengkap, kondisi ruangan atau gedung yang kurang layak,
kurikulum yang sangat sulit dijabarkan oleh guru dan dikuasai oleh
peserta didik, waktu pelaksanaan proses pembelajaran yang kurang
disiplin

dan

sebagainya.

Dan

Faktor

sosial

yang

dapat

menyebabkan munculnya pemasalahan belajar pada peserta didik
seperti faktor keluarga, sekolah, teman bermain, dan lingkungan
masyarakat. Faktor sosial lainnya yang dapat menyebabkan
kesulitan belajar pada peserta didik adalah faktor dari guru.
Menurut Abu ahmadi dan Widodo supriyono dalam
Muhamad Irham dan Novan Ardy Wiyani, kondisi guru juga dapat
menyebabkan peserta didik mengalami kesulitan belajar pada diri
peserta didik, yaitu sebagai berikut :25 (1) Guru yang kurang
mampu dalam menentukan dalam mengampu mata pelajaran dan
pemilihan metode pembelajarn yang akan digunakan; (2) Pola
25

Ibid., hal. 266

35

hubungan guru dengan peserta didik yang kurang baik, seperti suka
marah, tidak pernah senyum, sombong, kurang pandai menjelaskan
dan sebaginya; (3) Guru menuntut dan menetapkan standar
keberhasilan belajar yang terlalu tinggi diatas kemampuan peserta
didik secara umum.
Selain itu menurut Krik dan Galger faktor penyebab
kesulitan belajar terdiri dari 4 faktor, yaitu26 (1) faktor kondisi
fisik, (2) faktor lingkungan, (3) faktor motivasi atau sikap dan (4)
faktor psikologis
3.

Pengertian Matematika
Matematika adalah pengetahuan terstruktur, dimana sifat dan
teori

dibuat

secara

dedukatif

berdasarkan

unsur-unsur

yang

didefinisikan atau tidak didefinisikan berdasarkan aksioma, sifat, atau
teori yang telah dibuktikan kebenarannya.27 Hal ini karena cabangcabang matematika semakin bertambah dan semakin berbaur satu
dengan yang lainnya.
Matematika merupakan bahasa simbol tentang berbagai
gagasan dengan menggunakan istilah-istilah yang didefinisikan secara
cermat, jelas dan akurat.28 Karena matematika merupakan suatu sistem

26

Tombokan Runtukahu dan Selpius Kandou, Pembelajarn Matematika.., hal.22
J. Tombokan Runtukahu, Pembelajaran Matematika Dasar Bagi Anak Berkesulitan
Khusus, (Yogyakarta: Arr-Ruzz Media, 2004), hal. 28
28
Tombokan Runtukahu dan Selpius Kandou, Pembelajarn Matematika Dasar.., hal.28
27

36

cabang ilmu pembelajaran yang nyata tanpa ada rekayasa dan
digunakan menggunakna rumus-rumus tertentu.
Menurut Johnson dan Myklebust matematika dalam bahasa
simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubunganhubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya
adalah untuk memudahkan berfikir.29 Dengan matematis akan bisa
menentukan hasil dari sebuah pemikiran.
Oleh karena itu tujuan pengajaran matematika ialah agar
peserta didik dapat berkonsultasi dengan mempergunakan angkaangka dan bahasa dalam matematika. Pengajaran matematika harus
berusaha

mengembangkan

suatu

pengertian

system

angka,

keterampilan menghitung dan memahami symbol symbol. Pengajaran
matematika perlu ditekankan pada arti dan pemecahan berbagai
masalah yang seringkali ditemui dalam kehidupan sehari-hari.
Dari segi bahasa, matematika ialah bahasa yang di lambangkan
serangkaian makna dan pernyataan yang ingin kita sampaikan.30 Dari
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan pola
berpikir yang berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran yang
dapat membantu manusia dalam memahami dan menyelesaikan
permasalahan sehari-hari.

29
30

Abdurrahman, Anak..., hal. 202
Rosma Hartiny Sam’s, Model Penelitian.., hal. 12

37

Dalam sebuah pengajaran matematika peserta didik harus
diberi kesempatan untuk, yaitu :31 (1) Memahami angka dan operasi
perhitungan; (2) Mempelajari prinsip aljabar dan geometri; (3)
Mengumpulkan, mengorganisir, menganalisi, dan menampilkan
dataserta memahami konsep dasar; (4) Memecahkan problem; (5)
Menggunakan penalaran sistematik
Dalam mempelajari matematika harus dilaksanakan secara
berkesinambungan dari konsep yang paling mendasar ke konsep yang
lebih tinggi. Dengan kata lain seseorang sulit untuk belajar suatu
konsep dalam matematika apabila konsep yang menjadi prasyarat
tidak dikuasainya.
Belajar yang terputus-putus dan tidak berkesinambungan akan
menyebabkan pemahaman yang kurang baik terhadap suatu konsep.32
Seseorang merupakan manusia biasa yang bisa lupa sewaktu-waktu
karena terganggu oleh kesibukan lain jadi belajar haruslah setiap hari
dan setiap waktu.
Bidang studi matematika yang diajarkan di Sekolah Dasar
mencakup tiga cabang, yaitu aritmatika, aljabar, dan geometri.33
Dalam masing bidang-bidang tersebut juga mebahas sub-sub yang
berbeda pula.

31

John W. Santrock, Psikologi Pendidikan,(Jakarta : Prenada Media Grup, 2011),hal. 441
Ibid., hal. 13
33
Abdurrahman, Anak..., hal. 203
32

38

Ada empat pendekatan dalam pengajaran matematika, yaitu
pendekatan urutan belajar, pendekatan belajar tuntas, pendekatan
strategi belajar, dan pendekatan pemecahan masalah.34 Pertama
pendekatan urutan belajar dengan pendekatan ini menekankan pada
kesiapan belajar peserta didik, penyediaan pengalaman dasar dan
pengajaran keterampilan.
Kedua, pendekatan belajar tuntas yang menekankan pada
pengajaran

matematika

melalui

pembelajarn

langsung

(direct

instruction) dan terstruktur. Ketiga, pendekatan strategi belajar yang
memusatkan pada pengajaran bagaimana pembelajaran matematika.
Keempat, pendekatan pemecahan masalah yang menekankan pada
pengajaran untuk berpikir tentang cara memecahkan masalah dan
pemprosesan informasi matematika.
Dalam belajar matematika tidak cukup hanya menghafal,
namun juga harus memahami konsep-konsepnya. Dalam memahami
konsep-konsep dalam matematika harus berurutan, yaitu mulai dari
konsep yang mudah kemudian ke konsep yang lebih tinggi atau rumit.
Kegagalan bukan hanya dalam materi namun kekhawatiran
yang berlebihan dalam bidang.35

34

Ibid., hal. 206-208
Musrikah, pengajaran anak pada usia dini, (2017), Jurnal Martabat perempuan dan
anak 1(1), hal.156
35

39

B. Tinjauan Materi Pecahan
Secara singkat, bilangan pecahan dapat diartikan sebagai
sebuah bilangan yang memiliki pembilang dan juga penyebut. Pada
bentuk bilangan ini, pembilang dibaca terlebih dahulu baru disusul
dengan penyebut. Ketika menyebutkan suatu bilangan pecahan,
diantara pembilang dan penyebut harus disisipkan kata "per". Misalkan
untuk bilangan

maka kita dapat menyebutnya dengan "tiga per lima"

begitu juga dengan bilangan

kalian bisa membacanya "satu per

empat" atau "seperempat".
1. Pecahan Biasa
Pecahan biasa merupakan pecahan yang pembilang serta
penyebutnya adalah bilangan bulat. Contohnya :

,

,

, dan

sebagainya.
2.

Pecahan Campuran
Pecahan campuran ini merupakan kombinasi dari bagian
bilangan bulat dan bagian pecahan murni. Contohnya :

,4

,

7 , dan lain sebagainya.
3.

Pecahan Desimal
Pecahan desimal merupakan pecahan yang penyebutnya 10, 100,
1000. dst. Yang selanjutnya dinyatakan dengan tanda koma
seperti berikut inii :

40

= 0,3
= 0,58
= 4,7
4.

Persen atau Perseratus
Persen merupakan pecahan yang penyebutnya merupakan nilai
100 dan dinyatakan dengan lambang %. Contohnya sebagai
berikut:
6% =
15% =
74% =

C. Penelitian Terdahulu
Berdasarkan survei yang penulis lakukan, ada beberapa penelitian
yang mempunyai relevansi dengan yang peneliti lakukan, adapun
penelitianpenelitian tersebut adalah:
1. Penelitian yang dilakukan Khoirun Nisa’ pada tahun 2011 yang
berjudul “Analisi Kesulitan Belajar Matematika Pada Peserta Didik
Kelas VIII Semester II Pokok Bahasan Panjang Garis Singgung
Persekutuan Dua Lingkaran Mts Negeri Bonang Tahun Pelajaran
2010/2011” dari Jurusan Matematika, Institut Agama Islam Negeri
Walisongo Semarang. Skripsi ini membahas tentang di mana letak
kesulitan dan faktor-faktor yangmenyebabkan kesulitan belajar

41

matematika pada pokok bahasan panjang garis singgung persekutuan
dua lingkaran.36
2. Penelitian yang dilakukan Winarsih pada tahun 2013 yang berjudul
“Upaya Guru Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Membaca, Menulis
dan Berhitung (Calistung) pada Peserta didik kelas I SD Negeri
Jatiroto, Wonosari, Purwosari, Girimulyo, Kulon Progo” dari jurusan
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Universitas Islam Negeri
Yogyakarta. Skripsi ini membahas upaya yang dilakukan oleh guru
kelas I untuk mengatasi kesulitan belajar calistungoleh peserta didik
adalah dengan menggunakan metode pembelajarn yang variasi,
menciptakan suasana belajar yang kreatif dan kondusif. Faktor
pendukung dan penghambat guru dalam mengatasi kesulitan belajar
calistung adalah dari ketelatenan guru, kepala sekolah yang memberi
dukungan terhadap upaya yang dilakukan guru, buku – buku bacaan
dan tes tambahan. Faktor penghambat adalah dari pengalaman peserta
didik di sekolah, pengalaman peserta didik di rumah dan perhatian
orang tua, dan pengaruh tayangan televise dan hand phone.37
3. Penelitian yang dilakukan Hafizh Rosyidi pada tahun 2015 yang
berjudul “Analisi Kesulitan Belajar Siswa Kelas VIII SMP N 4 Pandak
Bantul Dalam Menyelesaikan Persoalan Lingkaran.” Dari Program

Khoirun Nisa’, Analisi Kesulitan Belajar Matematika Pada Peserta Didik Kelas VIII
Semester II Pokok Bahasan Panjang Garis Singgung Persekutuan Dua Lingkaran Mts Negeri
Bonang Tahun Pelajaran 2010/2011, (Bonang : Skripsi Tidak Diterbitkan, 2011)
37
Winarsih, Upaya Guru Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Membaca, Menulis dan
Berhitung (Calistung) pada Peserta didik kelas I SD Negeri Jatiroto, Wonosari, Purwosari,
Girimulyo, Kulon Progo, ( Yogyakarta : Skripsi Tidak Diterbitkan, 2013)
36

42

Studi

Pendidikan

Matematika

Fakultas

Sains

dan

Teknologi

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Skripsi ini
membahas tentang beberapa kesulitan yang dialami peserta didik
dalam menggunakan konsep lingkaran dan konsepmluas lingkaran,
kesulitan dalam memahami dan menggunakan prinsip lingkaran
terutama pada materi sudut pusat dan sudut keliling, kesulitan dalam
melakukan operasi dasar matematika dan operasi operasi perkalian
bentuk akar, kesulitan memahami soal cerita dan menentukan hal yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan persoalan tersebut dan kesulitan
materi pra syarat seperti aljabar dan teorema Phytagoras.38
4. Penelitian yang dilakukan oleh Husnul Laili Fitriya pada tahun 2011
yang berjudul “Upaya Guru Al-Quran Hadits Dalam Mengatasi
Kesulitan Belajar Siswa di MTs Darul Huda Wonodadi Blitar Tahun
Ajaran 2010/ 2011” dari Program Studi Pendidikan Agama Islam
Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN)
Tulungagung. Skripsi ini membahas tentang kesulitan dalam
Memahami materi pelajaran Al Qur’an Hadits, Menghafal ayat Al
Qur’an dan Hadits, Mempraktekkan hukum bacaan (tajwid) serta cara
guru untuk mengatasi kesulitan belajar Al Qur’an Hadits dengan cara
Guru Al Qur’an Hadits membentuk kelompok siswa untuk membuat
rangkuman tentang penjelasan materi, Guru mendemonstrasikan
bacaan ayat Al Qur’an dan Hadits serta melatih siswa membaca ayat
38

Hafizh Rosyidi, Analisi Kesulitan Belajar Siswa Kelas VIII SMP N 4 Pandak Bantul
Dalam Menyelesaikan Persoalan Lingkaran, (Yogyakarta : Skripsi Tidak Diterbitkan, 2015)

43

tersebut secara perorangan maupun kelompok, Memberikan latihanlatihan secara individu maupun kelompok baik di sekolah ataupun di
rumah, Senantiasa memberikan motivasi, Memahami materi dengan
model permainan seperti adu cepat tempel kertas.39
Dari uraian ke empat penelitian terdahulu diatas, peneliti mengetahui
persamaan dan perbedaan antara penelitian terdahulu dengan yang
dilakukan oleh peneliti. Untuk mempermudah memaparkan persaman dan
perbedaan tersebut, akan diuraikan dalam tabel dibawah ini sebagai
berikut.
Tabel 2.1
Table Perbandingan Penelitian
No.
1.

2.

3.
39

Nama Penelitian
Khoirun Nisa’ (kualitatif
2014) “analisis kesulitan
blajar matematika pada
peserta didik kelas VIII
semester 2 pokok bahasan
panjang garis singgung
persekutuan dua lingkaran
MTsN Bonang tahun
ajaran 2010/2011”
Winarsih (kualitatif 2013
upaya
guru
dalam
mengatasi
kesulitan
belajar membaca, menulis,
dan berhitung (calistung
pada peserta didik kelas 1
SDN Jati Roto Wonosari
Purwosari Giri Mulyo
Petik Progo)

Persamaan
1. Sama-sama
mencari
kesulitan
belajar
2. mata
pelajaran
yang sama

Husna

1. Mencari

laili

fitriya

1. Mencari
upaya guru
dalam
mengatasi
kesulitan
belajar
2. Jenjang
sekolah yang
diteliti sama

Perbedaan
1. Subyek dan
lokasi
penelitian
2. Tujuan yang
hendak
dicapai
3. Jenjang
sekolah
yang di teliti
1. Subyek dan
lokasi
penelitian
2. Tujuan yang
hendak
dicapai
3. Mata
pelajaran
yang
berbeda
1. ubyek dan

Husnul Laili Fitriya, Upaya Guru Al-Quran Hadits Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar
Siswa Di MTs Darul Huda Wonodadi Blitar Tahun Ajaran 2010/ 2011, (Tulungagung : Skripsi
Tidak Diterbitkan, 2011)

44

(kualitatif 2011) yang
berjudul “ upaya guru AlQuran
Hadist
dalam
mengatasi
kesulitan
belajar di MTsDarul Huda
Wonodadi
tahun
2010/2011”
4.

Hafis Rosidi ( kualitatif
2015)
yang
berjudul
“analisis kesulitan belajar
siswa kelas 8 SMPN
Pandak Bantul dalam
menyelesaikan persoalan
lingkara”

upaya guru
dalam
mengatasi
kesulitan
belajar

2.

3.

1. Mencari
kesulitan
belajar
2. Mata
pelajaran
yang sama

1.

2.
3.

lokasi
penelitian
Tujuan yang
hendak
dicapai
Jenjang
sekolah
yang di teliti
Subyek dan
lokasi
penelitian
Jenjang
sekolah
Tujuan yang
hendak
dicapai