Analisa Potensi Pembangkit LIstrik Tenag

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Di zaman teknologi seperti saat ini, listrik menjadi kebutuhan nomor satu bagi
masyarakat dunia, tak terkecuali di Indonesia. Tanpa ada listrik, manusia tidak
bisa melakukan berbagai kegiatan atau pekerjaan demi kelangsungan hidup
mereka. Ada beberapa contoh Pusat listrik di Indonesia, yaitu PLTU, PLTP,
PLTS, PLTB, PLTG, PLTGU, PLTD dan PLTA. Semua Pusat tersebut
mempunyai kelebihan maupun kekurangannya masing-masing. Sebagai contoh
pusat listrik tenaga diesel (PLTD), di zaman sekarang PLTD sendiri hanya
digunakan sebagai cadangan jika Pusat utama mengalami gangguan. Belum
lagi betapa banyak bahan bakar yang dibutuhkan oleh Pusat ini. Apalagi
ditambah krisis bahan bakar yang dialami negara kita.
Namun tidak demikian dengan PLTA. Pusat ini tidak menggunakan bahan
bakar, tidak merusakan lapisan ozon, namun tetap menghasilkan listrik baik
skala besar maupun kecil. Kita dapat memanfaatkan energi air dari ombak, arus
sungai atau pun energi potensial yang belum termanfaatkan secara optimal.

Berdasarkan sumber, Indonesia sendiri menduduki posisi lima di dunia yang
mempunyai jumlah air permukaan terbanyak. Betapa kayanya negeri kita ini.
Tapi perlu digaris bawahi, tidak semua masyarakat Indonesia dapat
menikmati listrik. Jangankan melakukan pemborosan, mereka yang berada di
pedesaan, listrik sebagai penerangan saja mereka tidak punya, hanya
bermodalkan lampu pijar saja.

2

Ada beberapa lokasi di daerah Bogor, Jawa Barat salah satunya yang belum
merdeka dari segi kelistrikan. Daerah tersebut memiliki beberapa aliran sungai
yang menurut pengamatan secara kasat mata, head dan debit aliran airnya
dapat dimanfaatkan untuk Pusat energi listrik.
Berdasarkan hal tersebut, pada penelitian ini akan dilakukan suatu kajian
tentang potensi energi air yang dimiliki oleh saluran air di Pondok cikoneng
Bogor, Jawa Barat yang dapat dimanfaatkan untuk membuat suatu pusat listrik
tenaga air. Hasil kajian ini diharapkan dapat dijadikan acuan untuk
pengembangan selanjutnya sehingga dapat direalisasikan suatu pusat listrik
tenaga air.


1.2

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa dan mengidentifikasi potensi
saluran air di Pondok cikoneng yang dapat dimanfaatkan sebagai Pusat listrik
tenaga hydro. Selain itu tujuan dari penelitian ini adalah untuk memenuhi
persyaratan kelulusan mata kuliah seminar.

1.3

Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diharapkan setelah melakukan penelitian ini adalah
proses

penerapan

dari

kemampuan


mahasiswa

setelah

memperoleh

pengetahuan dari kuliah, praktikum dan lainnya. Hasil penelitian ini diharapkan
dapat memberikan suatu referensi bagi mahasiswa yang sedang maupun yang
akan mengambil tugas akhir tentang perencanaan atau analisa suatu Pusat.

3

1.4

Rumusan Masalah
Untuk mencapai tujuan dan manfaat penulisan penelitian ini, maka muncul
beberapa permasalahan, yaitu; bagaimana cara mengidentifikasi lokasi yang
berpotensi sebagai Pusat listrik, bagaimana cara menghitung debit air dengan
atau tanpa alat, tipe Pusat apakah yang sesuai dengan data yang didapatkan?


1.5

Batasan Masalah
Ruang lingkup pembatasan masalah dalam penyusunan seminar ini dibatasi
pada masalah analisa potensi Pusat listrik tenaga air di Pondok cikoneng, yang
mencakup hal-hal sebagai berikut ;
a. Kelayakan secara teknis yang mempunyai potensi untuk dikembangkan,
meliputi debit air, beda tinggi (head) daerah tersebut.
b. Kelayakan dari daerah tersebut, meliputi akses jalan, adanya konsumen,
dan layak secara ekonomi.
c. Mengidentifikasi jenis Pusat yang sesuai dengan data yang diperoleh.

1.6

Metode Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dari penulisan penelitian ini, maka
diperlukan data-data akurat sebagai landasan penulisan dan penyusunannya.
Data tersebut diperoleh dengan metode ;

1.6.1


Metode Pengamatan Langsung ( observation Methode )
Melakukan pengamatan langsung keadaan lokasi penelitian serta
saluran air di tempat tersebut.

4

1.6.2

Metode Wawancara ( interview Methode )
Melakukan wawancara kepada warga sekitar bagaimana keadaan
desa tersebut, respon dari warga sekitar. Serta wawancara kepada
dosen-dosen STT-PLN yang mempunyai pengalaman lapangan
seputar Pusat Listrik Tenaga Hydro.

1.6.3

Metode studi literature/kepustakaan ( Library Methode )
Mempelajari buku-buku atau sumber-sumber referensi lain yang
berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas.


1.7

Sistematika Penelitian
Sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan
Pada bab ini membahas tentang latar belakang masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, rumusan masalah, batasan masalah
yang menjadi obyek penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II Teori Yang Mendukung
Pada bab ini membahas tentang dasar dari teori kepustakaan
mengenai penelitian ini.

Bab III Metode Penelitian
Bab ini membahas tentang metode yang digunakan dalam
menyelesaikan penelitian ini.

5


Bab IV Analisa dan Pembahasan
Bab ini membahas mengenai penetapan head, debit, daya yang
dihasilkan, serta jenis turbin yang digunakan.

Bab V Kesimpulan dan Saran
Bab ini membahas tentang hasil yang telah dianalisa sehingga
didapat suatu kesimpulan dan saran.

6

BAB II
TEORI DASAR
2.1

Siklus Hidrologi

Siklus air atau siklus hydrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti
dari atmosfer ke bumi dan kembali ke atmosfer melalui kondensasi, presipitasi,
evaporasi dan transpirasi. Pemanasan air laut oleh sinar matahari merupakan

kunci proses siklus hidrologi tersebut dapat berjalan secara terus menerus. Air
berevaporasi, kemudian jatuh sebagai presipitasi dalam bentuk hujan, hujan
gerimis atau kabut. Pada perjalanan menuju bumi beberapa presipitasi dapat
berevaporasi kembali ke atas atau langsung jatuh yang kemudian diintersepsi
oleh tanaman sebelum mencapai tanah. Setelah mencapai tanah, siklus
hydrologi terus bergerak secara kontinu.

Gambar 2.1 Siklus Hidrologi Sederhana.

7

2.2

Daerah Aliran Sungai (DAS)

Daerah Aliran Sungai disingkat DAS ialah air yang mengalir pada suatu
kawasan yang dibatasi oleh titik-titik tinggi di mana air tersebut berasal dari air
hujan yang jatuh dan terkumpul dalam sistem tersebut. Guna dari DAS adalah
menerima, menyimpan, dan mengalirkan air hujan yang jatuh diatasnya melalui
sungai.


Air hujan yang dapat mencapai permukaan tanah, sebagian akan masuk
(terserap) ke dalam tanah (infiltrasi), sedangkan air yang tidak terserap ke dalam
tanah akan tertampung sementara dalam cekungan-cekungan permukaan
tanah (surface detention) untuk kemudian mengalir di atas permukaan tanah ke
tempat yang lebih rendah (run off), untuk selanjutnya masuk ke sungai. Air
infiltrasi akan tertahan di dalam tanah oleh gaya kapiler yang selanjutnya akan
membentuk kelembaban tanah. Apabila tingkat kelembaban air tanah telah
cukup jenuh maka air hujan yang baru masuk ke dalam tanah akan bergerak
secara horizontal untuk selanjutnya pada tempat tertentu akan keluar lagi ke
permukaan tanah (subsurface flow) yang kemudian akan mengalir ke sungai.

2.3

Tenaga Air (Hydro Power)
Tenaga air atau hydro power adalah daya listrik yang dihasilkan dari
pemanfaatan aliran air. Energi potensial air dari bendungan atau air terjun
diubah menjadi energy kinetic melalui turbin. Energy kinetic kemudian diubah
menjadi energy listrik dengan menggunakan generator. Tinggi jatuh air (head)
sangat menentukan daya yang akan dihasilkan karena semakin tinggi jatuh air,

maka semakin tinggi energy potensial yang dimiliki oleh air tersebut.

8

2.3.1 Prinsip Kerja Pusat Listrik Tenaga Hydro
Pada dasarnya Pusat Listrik Tenaga Hydro bekerja dengan cara
mengubah energi potensial (air yang mengalir dari DAM atau air terjun)
menjadi energi mekanik (dengan bantuan turbin air), kemudian dari energi
mekanik tersebut dikonversi menjadi energi listrik (dengan bantuan
generator).

Gambar 2.2 Prinsip kerja Pusat Listrik Tenaga Hydro

2.3.2 Jenis-jenis Pusat Listrik Tenaga Hydro
A. Penggolongan Berdasarkan Tinggi Terjun
1. PLTA jenis terusan air (water way) adalah pusat listrik yang
mempunyai tempat pengambilan air (intake) dari hulu sungai,
dan mengalirkan air ke hilir. Tenaga ini dibangkitkan dengan
memanfaatkan tinggi terjun dengan kemiringan sungai
tersebut.


9

2. PLTA jenis bendungan (dam) adalah jenis pusat listrik dengan
bendungan yang melintang pada sungai guna menaikkan
permukaan air dibagian hulu bendungan dan membangkitkan
tenaga listrik dengan memanfatkan tinggi terjun yang
diperoleh antara sebelah hulu dan hilir sungai.
3. PLTA jenis bendungan dan terusan air merupakan jenis
gabungan dari kedua jenis pembangkit listrik diatas. Jenis ini
membangkitkan tenaga listrik dengan menggunakan tinggi
terjun yang didapatkan dari bendungan dan terusan.

B. Penggolongan Menurut Aliran Air
1. PLTA jenis aliran sungai langsung adalah jenis pembangkitan
listrik dengan memanfaatkan aliran sungai langsung secara
alamiah.
2. PLTA jenis dengan kolam pengatur, yaitu pembangkit dengan
pengatur aliran air sungai setiap hari dengan menggunakan
kolam pengatur yang dibangun melintang pada sungai.
3. PLTA jenis waduk mempunyai sebuah bendungan besar yang
dibangun melintang sungai. Air dikumpulkan dalam musim
hujan dan dikeluarkan pada musim kemarau.
4. PLTA jenis pompa adalah jenis pembangkitan tenaga listrik
yang memanfaatkan kelebihan tenaga pada musim hujan.
Pusat listrik jenis ini memanfaatkan tenaga listrik pada beban
puncak pada malam hari.

10

C. Penggolongan Berdasarkan Daya yang Dikeluarkan
1. Pusat Listrik Tenaga Air (PLTA), merupakan pusat listrik
tenaga air dengan kapasitas daya yang terpasang lebih dari
10 MW.
2. Pusat Listrik Tenaga Mini Hydro (PLTM), merupakan pusat
listrik tenaga air yang menghasilkan daya 1 – 10 MW. Pada
pembangkit ini menggunakan jenis aliran air (water way)
dengan kemiringan sangat kecil.
3. Pusat Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH), merupakan pusat
listrik tenaga air dengan kapasitas daya terpasang sebesar 10
kW – 1000 kW.
4. Pusat Listrik Tenaga Piko Hidro, merupakan pusat listrik
tenaga air dengan kapasitas daya terpasang lebih kurang 10
kW. Pada pusat listrik ini menggunakan system sederhana
dalam pembangunannya.
2.3.3 Komponen Pusat Listrik Tenaga Hydro
Komponen utama dari Pusat Listrik Tenaga Hydro yaitu :
1. Dam / Bendungan Pengalih (intake)
2. Waduk (Reservoir)
3. Saluran Pembawa (Headrace)
4. Bak penenang (Forebay)
5. Pipa Pesat (Penstock)
6. Turbin
7. Pipa Hisap, (draft tube)

11

8. Saluran Pembuangan (tail race)
9. Generator
10. Panel control

2.4

Turbin Air
Turbin air termasuk dalam kelompok mesin-mesin fluida yaitu, mesin-mesin
yang berfungsi untuk merubah energi fluida (energi potensial dan energi
kinetis air) menjadi energi mekanis atau sebaliknya. Mesin ini berfungsi untuk
merubah energi fluida menjadi energi mekanis pada poros.

2.4.1 Klasifikasi Turbin Air
Turbin air dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa cara, namun
yang paling utama adalah klasifikasi turbin air berdasarkan cara turbin air
tersebut merubah energy air menjadi energy mekanis. Yaitu ;
1. Turbin Impuls
Turbin Impuls adalah turbin air yang cara kerjanya dengan merubah
seluruh energy air yang tersedia menjadi energy kinetis untuk memutar
turbin, sehingga menghasilkan energy mekanis. Pada jenis turbin ini tidak
ada perubahan tekanan sepanjang runner saat air masuk dan keluar dari
turbin. Contoh turbin jenis ini yaitu :

a. Turbin Pelton
Turbin Pelton pertama kali diperkenalkan oleh Lester Allen Pelton
(1819-1908). Cara kerja dari turbin ini yaitu nozel mengeluarkan air,
kemudian memukul bucket – bucket yang terdapat pada sekeliling

12

roda putar (runner), sehingga runner dapat berputar. Turbin ini juga
paling efisien dan sangat cocok digunakan untuk head tinggi.

Gambar 2.3 Turbin Pelton
b. Turbin Crossflow
Turbin ini ditemukan oleh Michell-Banki. Prinsip kerja turbin ini yaitu
aliran air mengalir pada lintasan kemudian diatur ileh guide vane
(distributor) aliran masuk dri atas sudu jalan (blades) dan
mendorong sudu jalan bergerak sehingga air turun dan kembali
mendorong sudu bagian bawah.

Gambar 2.4 Turbin Cross Flow

13

2. Turbin Reaksi
Turbin reaksi adalah turbin air yang cara kerjanya dengan merubah
seluruh energy air yang tersedia menjadi energy punter (mekanis). Pada
turbin jenis ini, perubahan energy potensial menjadi energy kinetis
berlangsung pada guide dan sisanya roda putar (runner), sehingga terjadi
penurunan tekanan (pressure drop) ketika air melewati runner. Contoh
jenis turbin ini yaitu :

a. Turbin Francis
Turbin Francis merupakan salah satu turbin reaksi. Turbin ini
dipasang diantara sumber air tekanan tinggi di bagian masuk dan
air bertekanan rendah di bagian keluar. Turbin Francis mempunyai
sudu pengarah air masuk secara tangensial. Sudu pengarah ini
dapat berupa sudut pengarah yang tetap maupun yang dapat
diatur sudutnya.

Gambar 2.5 Turbin Francis

14

b. Turbin Kaplan (propeller)
Turbin Kaplan (Propeler) adalah salah satu turbin reaksi aliran
aksial. Turbin

ini

tersusun

seperti

propeller pada perahu.

Propeller tersebut biasanya mempunyai tiga hingga enam sudu.

Gambar 2.6 Turbin Kaplan

2.4.2 Perbandingan Karakteristik Turbin Air
Kecepatan spesifik dari sebuah turbin juga dapat diartikan sebagai
kecepatan ideal, persamaan geometris turbin, yang menghasilkan satu
satuan daya tiap satu satuan head. Perhitungan tepat ini menghasilkan
performa turbin dalam jangkauan head dan debit tertentu. Kisaran
kecepatan spesifik beberapa turbin air adalah sebagai berikut:

15

Tabel 2.1 Kecepatan Spesifik Turbin

2.4.3 Pemilihan Jenis Turbin
Pemilihan jenis turbin dapat ditinjau dari tinggi tekan (head) yang
tersedia dan debit air maksimal. Dalam Pemilihan turbin ini dapat dilakukan
dengan adanya grafik antara debit dan head.

Gambar 2.7 Grafik Pemilihan Jenis Turbin

16

2.5

Hubungan antara Head, Debit dan Daya
Debit atau Quantity adalah suatu koefesien yang menyatakan banyaknya air
yang mengalir dari suatu sumber persatuan waktu, biasanya diukur dalam
satuan liter per/detik. Head ialah suatu ketinggian kolom cairan pada pipa
vertical yang merupakan tekanan pada bidang horizontal dibagian bawah pipa
atau kolom cairan tersebut, yang dinyatakan dalam satuan meter atau feet.

2.5.1 Menentukan Head Netto Turbin

Hnett  Hb  H f
Keterangan :

Hnett

= Head Netto Turbin (m)

Hb

= Head Bruto Turbin (m)

Hf

= Head Losses pada pipa pesat (m)

Hf  f 

L C2

D 2g

f

= Koefisien aliran air dalam pipa ( 0.024 )

L

= Panjang pipa pesat ( m )

D

= Diameter rancangan pipa pesat ( m )

C

= Kecepatan aliran air ( m/s )

g

= Gravitasi bumi ( 9.8 m/s2 )

17

2.5.2 Menentukan Debit Aliran Sungai
Q V  A

Keterangan:
3

Q

= debit aliran ( m /detik )

V

= kecepatan aliran ( m/s )

A

= luas penampang pipa ( m )

2

Untuk mengetahui debit sungai menggunakan metode pembagian
beberapa segment yang lebar masing masing segement lebih akurat, berikut
merupakan rumusan perhitungan debit sungai :

A  bh
Keterangan:
b

= Lebar segment ( m )

h

= Kedalaman segment ( m )

2.5.3 Menentukan Output Turbin

P  H Q g ηt
Keterangan:
P

= Daya Turbin ( kW )

H

= Tinggi Jatuh air efektif ( m )

Q

= Debit Aliran air ( m3/s )

g

= Gravitasi Bumi ( 9,81 m/s2 )

ηt

= Efisiensi Turbin ( % )

18

2.6

Generator
Generator merupakan media pengubah tenaga mekanik poros menjadi
tenaga listrik. Dalam klasifikasi generator dibedakan berdasarkan arah
porosnya, yaitu poros datar ( horizontal ) dan poros tegak ( vertical ). Untuk
poros horizontal cocok untuk daya keluarn kecil dan dengan mesin putaran
tinggi, sedangkan poros vertical kebalikan dari poros horizontal. Namun dalam
aplikasinya,

jenis generator

pembangkit

listrik

tenaga

hydro

banyak

menggunakan generator vertical karena tidak memerlukan tempat yang cukup
luas.

19

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1

Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode
pengamatan langsung ke daerah pondok cikoneng, agar mendapatkan datadata yang dibutuhkan dalam proses penelitian ini. Selain itu, dalam penelitian
ini juga menggunakan metode literature dan wawancara langsung ke warga
setempat.

3.2

Kerangka Pemecahan Masalah
Berikut ini merupakan kerangka pemecahan masalah dalam penelitian ini ;

Pengamatan
tidak langsung
Pengamatan
langsung

Wawancara

Data dari buku dan internet, data yang sudh ada

Pengamatan secara langsung ke lokasi
penelitian (mengukur Head dan Debit)
Bertanya langsung pada warga sekitar dan dosendosen STT-PLN yang pernah terjun langsung di
PLTH

Penggabungan
informasi dan
keterangan

Selesai

Gambar 3.1

Skema penyelesaian seminar

20

3.3

Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di daerah saluran air hulu sungai Ciliwung,
Pondok

Cikoneng,

Desa

Tugu

Utara,

yang

terletak

di

Kecamatan

Megamendung, Puncak, Bogor, Jawa Barat yang secara astronomis terletak
pada koordinat 6°39’41.42"S, 106°58’36.37"E.
Untuk mencapai lokasi tersebut dengan menggunakan jalan darat
menggunakan roda dua atau mobil dari Jakarta (Kampus STT-PLN) menuju
lokasi site penelitian, berjarak + 160 km ( + 5 jam). Peta lokasi penelitian
disajikan pada gambar 3.2

Gambar 3.2 Lokasi Site Penelitian

21

3.4

Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan tujuan yang maksimal dari penulisan seminar ini, maka
diperlukan teori berupa informasi dan keterangan data data akurat sebagai
landasan penulisan dan penyusunannya. Data untuk dasar penelitian ini penulis
mendapatkan dengan cara sebagai berikut;

3.4.1 Metode Pengamatan Langsung (Observation Methode)
Melakukan survey lapangan dan pengambilan data primer pada hulu
sungai Ciliwung, Pondok Cikoneng, Desa Tugu Utara, yang terletak di
Kecamatan Megamendung, Puncak, Bogor, Jawa Barat.

3.4.2 Metode Wawancara (interview Methode)
Melakukan wawancara langsung dengan pihak yang terkait dalam
penelitian ini.

3.4.3 Metode studi literature/kepustakaan (Library Methode)
Mempelajari buku-buku atau sumber-sumber referensi lain yang
berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas.

22

3.5

Teknik Pengolahan Data
Dalam teknik pengolahan data ini, penulis ingin menjabarkan tentang
pengolahan data yang didapat oleh penulis sebagai bahan untuk mengerjakan
seminar ini. Langkah – langkah pengolahan data sebagai berikut ;
a. Menentukan lokasi yang berpotensi sebagai Pusat Listrik Tenaga
Hydro.
b. Pengukuran debit dan head pada saluran air lokasi penelitian.
c. Mengkombinasikan antara data yang didapat secara langsung dan tidak
langsung.

3.6

Teknik Analisa Data
Dalam teknik analisa data ini, penulis memaparkan dan menjabarkan jenis jenis Pusat Listrik yang sesuai dengan data yang didapatkan, jenis turbin serta
daya yang dihasilkan.

23

BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1 Kriteria Kelayakan Potensi
Dalam melakukan suatu studi analisa potensi pusat listrik tenaga hydro,
terlebih dahulu kita harus mengetahui beberapa kriteria kelayakan suatu
potensi daerah tersebut. Kriteria-kriteria ialah sebagai berikut :
a. Konsumen : Ada calon konsumen listrik di sekitar instalasi Pusat Listrik
pada radius 2 km dari pembangkit atau gardu distribusi.
b. Jarak : Panjang jaringan distribusi dari titik lokasi pusat listrik terhadap
penerima daya (beban) kurang dari 2 km untuk tegangan rendah (220 V)
c. Kapasitas : Daya terbangkit cukup memadai untuk seluruh warga agar
tidak menimbulkan konfik social, min 1 ampere atau 200 watt/ KK.
d. Debit air : Fluktuasi debit sumber air tidak terlampau besar dan maksimal
1 bulan kering pada musim kemarau serta tidak menurunkan fungsi
system keairan yang ada.
e. Bencana : Konstruksi berada pada tanah yang stabil. Tinggi bendung
tidak lebih dari 2 meter, dan Head desain kurang dari 50 meter.
f. Aksesibilitas : Jalan akses menuju lokasi dapat dijangkau atau dapat
ditempuh dengan aman dan ekonomis.
g. Lingkungan : Lokasi Pusat listrik tidak merusak lingkungan dan atau
berada di kawasan konservasi yang dilarang
h. Ekonomi : Masyarakat memiliki sumber pendapatan uang untuk
membiayai operasi dan pemeliharaan instalasi.

24

4.2 Pengumpulan Data Lapangan
Hal yang pertama yang dilakukan yaitu survey lapangan, dimana berupa
pengumpulan peta kerja daerah Pondok Cikoneng yang didapatkan dari Google
Earth. Untuk perlengkapan survey berupa alat tulis, alat ukur, Stopwatch, GPS
(Global Positioning system), dan safety equipment.

Gambar 4.1 Luas Daerah Aliran Sungai

Potensi sungai di Pondok Cikoneng ini memiliki arus air sungai yang cukup
deras. Untuk pengukuran luas DAS, penulis mendapatkan data dari Google
Earth dan serta ACME Planimeter untuk menentukan garis batas dari titik
ketinggian sampai lokasi bendung. Sehingga Luas Daerah Aliran Sungai (DAS)
yaitu = 2,34 km2.

25

4.3

Perhitungan Debit Sungai
Dalam perhitungan debit sungai, metode yang kami gunakan yaitu
Pengukuran Debit dengan Cara Apung (Float Area Methode). Metoda ini
dilakukan untuk pengukuran sumber mata air yang tidak menyebar dan bisa
dibentuk menjadi sebuah terjunan (pancuran).
Alat yang diperlukan dalam pengukuran debit dengan metoda ini:
1. Alat tampung menggunakan botol air mineral ukuran
2. Stop watch atau alat ukur waktu yang lain (arloji/handphone) yang
dilengkapi dengan stop watch.
3. Alat tulis untuk mencatat hasil pengukuran yang dilakukan.
Langkah-langkah pelaksanaan pengukuran dengan metoda ini
adalah:
1. Pilih aliran sungai yang alirannya cukup tenang.
2. Setelah itu menghitung Lebar Sungai ( b= 1,9 m ).
3. Dikarenakan kedalaman sungai yang berbeda beda, maka penulis
membagi sungai menjadi 3 segment, agar mendapatkan hasil yang
akurat.
4. Tentukan jarak yang akan ditempuh benda apung (botol yang telah
diisi air setengah), dalam hal ini penulis menentukan jarak 2 m.
5. Diperlukan 3 (tiga) orang untuk melakukan pengukuran. Satu
orang untuk memegang alat tamping, satu orang bertugas
mengoperasikan stop watch, dan orang ketiga melakukan
pencatatan.

26

6. Proses dimulai dengan aba-aba dari orang pemegang stop watch
Pengukuran dilakukan 3 (lima) kali (untuk setiap segment), dan
hasil

pengukuran

dirata-ratakan

untuk

mendapatkan

nilai

kecepatan rata-rata aliran air.
Kecepatan  Jarak (m/s)
Waktu

7. Didapatkan data sebagai berikut :
Segment

1

2

3

Jarak (m)

Waktu (s)

Kecepatan
(m/s)

2
2
2
2
2
2
2
2
2

3.40
3.33
4.15
4.15
5.15
4.49
3.36
4.89
4.15

0.588
0.601
0.482
0.482
0.388
0.445
0.595
0.409
0.482

Kec. ratarata (m/s)

0.557

0.439

0.495

Tabel 4.1 Kecepatan Air Sungai

Debit (Q)

Debit (Q)

Sungai (h)

Luas
Penampang
(A)

M

m

m2

m3/s

l/s

1

0.60

0.30

0.18

0.106

106

2

0.60

0.46

0.28

0.121

121

3

0.60

0.18

0.11

0.054

54

0.280

280

Segment

Lebar
Segment
(b)

Kedalaman

Q Total

Tabel 4.2 Debit Air

27

Dari Pengolahan data diatas diambil pada saat musim kemarau. Debit yang
dihasilkan yaitu sebesar (Q) = 0.280 m3/s.

Jenis Saluran

Faktor Koreksi ( c )

Saluran Beton, persegi panjang, mulus

0.85
2

Sungai luas, tenang, aliran bebas (A>10m )
2

0.75

Sungai dangkal, aliran bebas (A