Laporan Praktikum Pato fisiologi Gizi
LAPORAN PRAKTIKUM
PEMERIKSAAN DAN PEMANTAUAN GULA DARAH PUASA (GDP)
DAN GULA DARAH POST PRANDIAL (GDPP)
Anggota Kelompok :
1. Afhan Tolana
G1H011001
2. Cahyani Wulandari
G1H011002
3. Yenny Istiqomah
G1H011003
4. Aufa Ulwiyatul Lubnah
G1H011004
5. Devi Ratnasari
G1H011005
6. Pambayun Retno
G1H011006
7. Andreas Agung
G1H011023
8. Dira Asmarani
G1H011037
Asisten Praktikum :
1.
Willy Gustafianto
2.
Indah Permata Sari
3.
Dera Fakhrunisa
4.
Khairul Anam
KEMENTERIAN PENDIIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI (S1) ILMU GIZI
PURWOKERTO
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Judul Praktikum
Pratikum ini berjudul “Pemeriksaan Dan Pemantauan Gula Darah Puasa
(GDP) Dan Gula Darah Post Prandial (GDPP)”.
B.
Waktu dan Tanggal Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada Selasa, 13 November 2012 pukul 13.0016.00 WIB.
C.
Tujuan Praktikum
Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan pemantauan kadar gula darah puasa (GDP)
dan gula darah sewaktu (GDS) dalam darah.
Tujuan Khusus
1.
Mahasiswa dapat mengetahui fungsi glukosa pada tubuh.
2.
Mahasiswa dapat mengetahui metabolisme glukosa dalam
tubuh.
3.
4.
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan kadar gula darah.
Mahasiswa dapat mengetahui aplikasi klinis dari pemeriksaan gula
darah puasa (GDP) dan gula darah sewaktu (GDS) dalam darah.
D.
Dasar Teori
Glukosa merupakan salah satu komponen karbohidrat yang
termasuk dalam golongan monosakarida. Glukosa terdapat luas dalam
alam dalam jumlah sedikit. Dalam proses metabolisme, glukosa
merupakan bentuk karbohidrat yang beredar dalam tubuh dan di dalam sel
merupakan sumber energy (Almatsier,2004)
Sumber glukosa darah ada 2 macam yaitu sumber eksogen dan
sumber endogen. Sumber eksogen berasal dari kandungan makanan yang
dikonsumsi sehari-hari. Sedangkan sumber endogen berasal dari
glikogenolisis yaitu pemecahan glikogen hati dan otot menjadi glukosa
dan glukoneogenesis yaitu pembentukan glukosa dari substansi non gula.
Gula darah setelah diserap oleh dinding usus akan masuk dalam aliran
darah masuk ke hati, dan disintesis menghasilkan glikogen kemudian
dioksidasi menjadi CO2 dan H2O atau dilepaskan untuk dibawa oleh
aliran darah ke dalam sel tubuh yang memerlukannya. Kadar gula dalam
tubuh dikendalikan oleh suatu hormon yaitu hormon insulin, jika hormon
insulin yang tersedia kurang dari kebutuhan, maka gula darah akan
menumpuk dalam sirkulasi darah sehingga glukosa darah meningkat. Bila
kadar gula darah ini meninggi hingga melebihi ambang ginjal, maka
glukosa darah akan keluar bersama urin ( glukosuria ). ( Depkes RI, 1999 )
Kadar glukosa dalam darah dipengaruhi oleh hormone insulin dan
glucagon. Hormone insulin bekerja mentransport glukosa ke dalam sel-sel
tubuh, sedangkan hormone glucagon berperan untuk memobilisasi glukosa
dari tempat simpanannya.
Hiperglikemia adalah keadaan dimana kadar gula darah melonjak
atau berlebihan, yang akhirnya akan menjadi penyakit yang disebut
Diabetes Melitus (DM) yaitu suatu kelainan yang terjadi akibat tubuh
kekurangan hormone insulin, akibatnya glukosa tetap beredar di dalam
aliran darah dan sukar menembus dinding sel. Keadaan ini biasanya
disebabkan oleh stress, infeksi, dan konsumsi obat-obatan tertentu.
Hiperglikemia ditandai dengan poliuria, polidipsi, dan poliphagia, serta
kelelahan yang parah dan pandangan yang kabur. (Nabyl, 2009)
Hipoglikemia atau penurunan kadar gula darah merupakan keadaan
dimana kadar glukosa darah berada di bawah normal, yang dapat terjadi
karena ketidak seimbangan antara makanan yang dimakan, aktivitas fisik
dan obat-obatan yang digunakan. Sindrom hipoglikemia ditandai dengan
gejala klinis antara lain penderita merasa pusing, lemas, gemetar,
pandangan menjadi kabur dan gelap, berkeringat dingin, detak jantung
meningkat dan terkadang sampai hilang kesadaran (syok hipoglikemia)
(Nabyl, 2009).
DM merupakan penyakit gangguan kronik pada metabolisme yang
ditandai dengan hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas
metabolism karbohidrat, lemak dan protein, disebabkan oleh defisiensi
insulin relative atau absolute. Gambaran patologik DM sebagian besar
dapat dihubungkan dengan salah satu efek utama akibat kurangnya insulin
yaitu berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel-sel tubuh, peningkatan
metabolisme lemak yang menyebabkan terjadinya metabolism lemak
abnormal disertai endapan kolesterol pada dinding pembuluh darah
sehingga timbul gejala aterosklerosis serta berkurangnya protein dalam
jaringan tubuh (Guyton CA. 1996).
E. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah :
1. Alat
GCUH (Glucose-Cholesterol-Uric-Hemoglobin meter), terdiri dari :
a. Puncturer (alat tusuk)
b. Check strip
c. Lancet
d. Kode (chip)
2. Bahan
a. Kapas
b. Alkohol
F. Cara Kerja
1. Ketika baru pertama kali memakai alat pengukur gula darah atau membuka
alat yang baru, masukkan kode dari vial tempat strip test. Setiap vial
tempat alat strip test memiliki satu kode. Pastikan angka yang terdapat
pada kode cocok dengan angka pada tes yang akan dipakai.
2. Ambil satu strip glukosa dari vial, kemudian vial segera ditutup. Strip test
dapat rusak jika tidak disimpan dan ditutup dengan benar.
3. Masukkan strip glukosa ke dalam celah pada alat pengukur (meteran). Alat
akan menampilkan kode angka, simbol darah, dan tanggal pemeriksaan.
4. Ketika layar pada alat menunjukan simbol darah, bersihkan jari dengan
kapas alkohol, dan biarkan sampai kering.
5. Tekan lancet yang sudah dimasukkan ke dalam penusuk ke jari. Tempat
penusukan terbaik adalah di tepi jari, karena di daerah tersebut
mendapatkan suplai darah yang paling baik.
6. Cara memasang lancet ke dalam penusuk :
a. Putar penutup untuk membuka penusuk.
b. Masukkan lancet.
c. Lepaskan penutup pelindung lancet dengan cara diputar.
d. Pasang kembali penutup dari alat penusuk dan pilih angka kedalaman
tusukan :
1) Kedalaman 1-2
: untuk kulit yang tipis
2) Kedalaman 3
: untuk kulit pada umumnya
3) Kedalaman 4-5
: untuk kulit yang agak tebal
e. Pegang ujung penusuk dengan satu tangan, dan tarik ujung satunya
dengan tangan yang lain sampai terasa bunyi “klik” (pelatuk sudah
naik).
f. Bebaskan tarikan untuk mengembalikan ujung penusuk ke posisi
semula.
7. Seka terlebih dahulu tetesan darah yang pertama, jangan memeras jari.
8. Biarkan tetesan darah yang besar jatuh di atas strip glukosa. Darah harus
menutupi lapisan strip. Darah akan diserap, kemudian pada meteran akan
muncul hitungan mundur dari 10 detik, kemudian akan memunculkan
hasilnya.
9. Hasil kemudian akan tersimpan di dalam meteran secara otomatis.
10. Catat hasil kadar gula darah yang muncul pada meteran.
11. Tarik strip dari meteran dan meteran akan mati secara otomatis.
12. Lepaskan lancet dan tutup kembali dengan penutup pelindungnya.
13. Buang lancet yang sudah terpakai.
BAB II
ISI DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Pada praktikum ini praktikan memeriksa kadar gula darah puasa dan gula
darah sewaktu. Hasil yang diperoleh dari praktikum ini adalah :
a. Gula Darah Puasa
1. Nama probandus
: Andreas Agung
2. Jenis kelamin
: Laki-laki
3. Usia
: 19 tahun
4. Gula darah puasa
: 68 mg/dL
b. Gula Darah Sewaktu
Probandus 1
1. Nama probandus
: Afhan Tolana
2. Jenis kelamin
: Laki-laki
3. Usia
: 19 tahun
4. Gula darah sewaktu
: 111 mg/dL
Probandus 2
1. Nama probandus
: Cahyani Wulandari
2. Jenis kelamin
: Perempuan
3. Usia
: 19 tahun
4. Gula darah sewaktu
: 66 mg/dL
Probandus 3
1. Nama probandus
: Yenny Istiqomah
2. Jenis kelamin
: Perempuan
3. Usia
: 19 tahun
4. Gula darah sewaktu
: 81 mg/dL
Probandus 4
1. Nama probandus
: Devi Ratnasari
2. Jenis kelamin
: Perempuan
3. Usia
: 19 tahun
4. Gula darah sewaktu
: 88 mg/dL
Probandus 5
1. Nama probandus
: Pambayun R.
2. Jenis kelamin
: Perempuan
3. Usia
: 19 tahun
4. Gula darah sewaktu
: 70 mg/dL
Probandus 6
1. Nama probandus
: Andreas Agung
2. Jenis kelamin
: Laki-laki
3. Usia
: 19 tahun
4. Gula darah sewaktu
: 62 mg/dL
Probandus 7
1. Nama probandus
: Dira Asmarani
2. Jenis kelamin
: Perempuan
3. Usia
: 19 tahun
4. Gula darah sewaktu
: 69 mg/dL
B. Pembahasan
Gula darah puasa pada probandus satu dan tiga menunjukkan hasil cek
gula darahnya di bawah normal, ini bisa disebabkan karena olah raga berat
dalam waktu yang lama pada orang yang sehat jarang menyebabkan
hipoglikemia.
Puasa yang lama bisa menyebabkan hipoglikemia, hanya jika terdapat
penyakit lain (terutama penyakit kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal) atau
mengkonsumsi sejumlah besar alkohol. Cadangan karbohidrat di hati bisa
menurun secara perlahan sehingga tubuh tidak dapat mempertahankan kadar gula
darah yang cukup. Pada orang-orang yang memiliki kelainan hati, beberapa jam
berpuasa bisa menyebabkan hipoglikemia. Bayi dan anak-anak yang memiliki
kelainan sistem enzim hati yang memetabolisir gula bisa mengalami hipoglikemia
diantara jam-jam makannya. Namun, pada probandus satu dan tiga masih
dikatakan normal. Karena kadar gulanya masih diatas 50 mg/dL.
Pemeriksaan gula darah pada probandus dua menunjukkan hasil gula darah
normal. Pada probandus empat menunjukkan hasil kadar gula puasa masih dalam
batas maksimal normal.
Hipoglikemia bisa disebabkan karena,
a. Pelepasan insulin yang berlebihan oleh pankreas
b. Dosis insulin atau obat lainnya yang terlalu tinggi, yang diberikan kepada
penderita diabetes untuk menurunkan kadar gula darahnya
c. Kelainan pada kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal
d. Kelainan pada penyimpanan karbohidrat atau pembentukan glukosa di hati
Secara umum, hipoglikemia dapat dikategorikan sebagai yang berhubungan
dengan obat dan yang tidak berhubungan dengan obat. Sebagian besar kasus
hipoglikemia terjadi pada penderita diabetes dan berhubungan dengan obat.
Hipoglikemia yang tidak berhubungan dengan obat lebih jauh dapat dibagi lagi
menjadi:
a. Hipoglikemia karena puasa, dimana hipoglikemia terjadi setelah berpuasa
b. Hipoglikemia reaktif, dimana hipoglikemia terjadi sebagai reaksi terhadap
makan, biasanya karbohidrat
Dalam praktikum kali ini adalah melakukan pemeriksaan dan pemantauan
gula darah puasa (GDP) dan gula darah sewaktu (GDS) dengan menggunakan alat
GCUH meter. Tes glukosa puasa dilakukan setelah puasa selama 8-10 jam,
glukosa 2 jam PP dilakukan dua jam setelah makan. Glukosa sewaktu (random)
adalah uji glukosa darah yang dapat dilakukan sewaktu-waktu tanpa harus puasa
terlebih dulu. Uji glukosa puasa dan 2 jam pp merupakan uji untuk menegakkan
diagnosis diabetes mellitus (DM). Dalam pemeriksaan ini harus benar-benar teliti
dari awal pemeriksaan sampai akhir antara lain jari tangan sebelum ditusuk
dibersihkan dengan kapas alkohol dan tunggu sampai kering untuk menghindari
infeksi, pastikan jarum tusuk yang digunakan masih baru, steril, dan untuk sekali
pakai, dipilih angka kedalaman tusukan 4 m agar efektif dan untuk menghindari
penusukan dengan lancet secara berulang-ulang.
Pemeriksaan Gula Darah Sewaktu (GDS) yang dihasilkan, rata-rata dari
semua anggota kelompok praktikum sebagai probandus termasuk ke dalam
kategori normal. Khusus untuk Andre yang sebelumnya juga diperiksa gula darah
puasanya, hasil gula darah sewaktunya jadi lebih rendah dibandingkan hasil para
probandus perempuan. Hal ini disebabkan Andre belum mengkonsumsi asupan
karbohidrat lagi meskipun setelah dilakukan pemeriksaan gula darah puasanya ia
diberi minum susu untuk minimal proses pemulihan. Sedangkan untuk probandus
Aufa (19th) saat ditusuk dengan lancet tidak keluar darahnya meskipun sudah
dilakukan berulang-ulang. Hal ini mungkin disebabkan kulitnya yang tebal, atau
peredaran darah tidak merata ke seluruh bagian tubuh khususnya di jari tangan
sehingga saat ditusuk pun darah tidak keluar.
Menurut Siswono (2002), kadar gula darah normal adalah 80-120 mg/dL
(pada kondisi puasa), 100-180 mg/dL (kondisi setelah makan), dan 100-140
mg/dL (pada kondisi istirahat/tidur). Beragamnya kisaran gula darah normal di
atas, terutama dipengaruhi oleh usia, genetis, dan perbedaan pola makan. Gula
darah/glukosa dalam sistem metabolisme tubuh terutama berfungsi sebagai
penyedia energi untuk kinerja fungsi otak, sistem saraf pusat, dan sel-sel tubuh.
Meningkatnya jumlah penderita diabetes, terutama berkaitan dengan perubahan
pola konsumsi karbohidrat, dari pola konsumsi karbohidrat kompleks (dalam
bentuk kacang-kacangan, sayur-sayuran, dan serealia) dan berlemak rendah
menjadi pola konsumsi yang cenderung berkadar (karbohidrat sederhana) dan
lemak tinggi, serta rendah serat.
Kadar gula darah sepanjang hari bervariasi dimana akan meningkat setelah
makan dan kembali normal dalam waktu 2 jam. Kadar gula darah yang normal
pada pagi hari setelah malam sebelumnya berpuasa adalah 70-110 mg/dL darah.
Kadar gula darah biasanya kurang dari 120-140 mg/dL pada 2 jam setelah makan
atau minum cairan yang mengandung gula maupun karbohidrat lainnya (Villee,
1999).
Kadar Hb normal bervariasi tergantung :
1. Umur
Semakin tua umur seseorang, maka semakin berkurang kadar Hb-nya.
2. Jenis Kelamin
Pada umumnya, pria memiliki kadar Hb yang lebih tinggi dibandingkan kadar
Hb pada wanita. Hal ini juga bersangkut paut terhadap kandungan hormon
pada pria maupun wanita. Kadar Hb wanita lebih rendah karena faktor
aktifitasnya yang lebih sedikit dibanding aktivitas pada pria, selain wanita
mengalami menstruasi.
3. Geografi ( tinggi rendahnya daerah )
Tempat tinggal di dataran tinggi, makhlik hidup disana tubuhnya cenderung
lebih aktif dalam memproduksi sel darah merah untuk meningkatkan suhu
tubuh dan lebih aktif mengikat kadar O2 yang lebih rendah daripada di dataran
rendah. Hb makhluk hidup yang tinggal dipesisir cenderung mempunyai Hb
yang lebih rendah sebab tubuh memproduksi sel darah merah dalam keadaan
normal.
4. Nutrisi
Bila makanan yang dikonsumsi banyak mengandung Fe atau besi, maka sel
darah yang di produksi akan meningkat sehingga Hemoglobin yang terdapat
dalam darah pun meningkat. Dan begitu juga sebaliknya.
5. Faktor Kesehatan
Kesehatan sangat mempengaruhi kadar Hb dalam darah,. Jika kesehatan terjaga
dengan baik, maka kadar Hb dalam keadaan normal.
6. Faktor Genetik
7. Bila seseorang terhirup CO2
Kadar gula darah yang normal cenderung meningkat secara ringan tetapi
progresif (bertahap) setelah usia 50 tahun, terutama pada orang-orang yang tidak
aktif bergerak. Peningkatan kadar gula darah setelah makan atau minum
merangsang pankreas untuk menghasilkan insulin sehingga mencegah kenaikan
kadar gula darah yang lebih lanjut dan menyebabkan kadar gula darah menurun
secara perlahan (Lehninger, 1994).
Ada cara lain untuk menurunkan kadar gula darah yaitu dengan melakukan
aktivitas fisik seperti berolahraga karena otot menggunakan glukosa dalam darah
untuk dijadikan energi (Nogrady, 1992).
Bila level gula darah menurun terlalu rendah, berkembanglah kondisi yang
bisa fatal yang disebut hipoglikemia. Gejala-gejalanya adalah perasaan lelah,
fungsi mental yang menurun, rasa mudah tersinggung, dan kehilangan kesadaran.
Bila levelnya tetap tinggi, yang disebut hiperglikemia, nafsu makan akan tertekan
untuk waktu yang singkat. Hiperglikemia dalam jangka panjang dapat
menyebabkan masalah-masalah kesehatan yang berkepanjangan pula yang
berkaitan dengan diabetes, termasuk kerusakan pada mata, ginjal, dan saraf.
C. Aplikasi Klinis
a. Hiperglikemia
Hiperglikemia atau gula darah tinggi adalah suatu kondisi di mana
jumlah berlebihan glukosa beredar dalam plasma darah. Umumnya kadar
gula
darah
pasien
melebihi
120
mg/dL
diakatakan
mengalami
hiperglikemia.
Hiperglikemia kronis yang tetap paling sering disebabkan oleh
diabetes mellitus, dalam kenyataannya hiperglikemia kronis adalah
karakteristik
mendefinisikan
suatu
penyakit.
Sedangkan
pada
hiperglikemia akut tanpa penyebab yang jelas dapat menunjukkan
diabetes. Obat-obat tertentu meningkatkan risiko hiperglikemia, termasuk
beta
blocker,
epinefrin,
thiazide
diuretik,
kortikosteroid,
niacin,
pentamidin, inhibitor protease, L-asparaginase, dan beberapa agen
antipsikotik.
Pengobatan hiperglikemia memerlukan eliminasi penyebab yang
mendasari,”misalnya,”pengobatan
diabetes
ketika
diabetes
adalah
penyebabnya. Hiperglikemia akut dan berat dapat diobati dengan
administrasi langsung insulin dalam kebanyakan kasus, di bawah
pengawasan medis. Sebagian besar dari pasien yang menderita suatu stres
akut seperti infark stroke atau miokard dapat mengembangkan
hiperglikemia glukosa plasma lebih dari 120 mg / dl dengan tidak adanya
diabetes merupakan tanda klinis dari sepsis serta trauma fisik, operasi dan
berbagai bentuk stress berat sementara waktu dapat meningkatkan kadar
glukosa.
Hiperglikemia terjadi secara alami selama masa infeksi dan
peradangan. Ketika tubuh mengalami stres, katekolamin endogen yang
dilepaskan bahwa
antara lain berfungsi untuk meningkatkan kadar
glukosa darah. Jumlah kenaikan bervariasi dari orang ke orang dan dari
respons inflamasi respon. Dengan demikian, tidak ada pasien dengan
hiperglikemia pertama kali harus segera didiagnosis dengan diabetes jika
pasien yang sakit bersamaan dengan sesuatu yang lain. Pengujian lebih
lanjut, seperti gula darah puasa, glukosa plasma acak, atau dua-jam kadar
glukosa plasma postprandial, harus dilakukan.
Gejala-gejala berikut mungkin berhubungan dengan hiperglikemia
akut atau kronik :
1. Polyphagia yang di tandai dengan sering kelaparan, terutama kelaparan
diucapkan
2. Polidipsia yaitu sering haus, haus yang berlebihan terutama
3. Poliuria yaitu sering buang air kecil, terutama buang air kecil yang
berlebihan
4. Penglihatan kabur
5. Kelelahan (kantuk)
6. Koma
7. Miskin penyembuhan luka (luka, goresan, dll)
8. Mulut kering
9. Kulit kering atau kulit gatal
10. Impotensi (laki-laki)
11. Berulang infeksi seperti infeksi jamur vagina, ruam selangkangan, atau
infeksi telinga eksternal (telinga perenang)
12. Kussmaul hiperventilasi: dalam, bernapas cepat
13. Aritmia jantung
14. Keadaan pingsan
Kelaparan Sering tanpa gejala lainnya juga dapat mengindikasikan
kadar gula darah yang terlalu rendah. Hal ini dapat terjadi ketika orang
yang menderita diabetes minum obat terlalu banyak hipoglikemik oral atau
insulin untuk jumlah makanan yang mereka makan. Penurunan
mengakibatkan tingkat gula darah hingga di bawah kisaran normal
meminta tanggapan kelaparan. Kelaparan ini tidak biasanya diucapkan
seperti dalam Tipe I diabetes, terutama bentuk awal remaja, tapi itu
membuat resep obat hipoglikemik oral sulit untuk mengelola.
Polidipsia dan poliuria terjadi ketika kadar glukosa darah
meningkat cukup tinggi untuk menghasilkan ekskresi kelebihan glukosa
melalui ginjal (glycosuria), menghasilkan diuresis osmotik.
Efek hiperglikemia
Sementara hiperglikemia sering jinak dan tanpa gejala. kadar
glukosa darah dapat naik jauh di atas normal untuk jangka waktu yang
signifikan tanpa menghasilkan efek permanen atau gejala. Namun,
hiperglikemia kronis pada tingkat lebih dari sedikit di atas normal dapat
memproduksi berbagai macam komplikasi yang sangat serius selama
periode tahun, termasuk kerusakan ginjal, kerusakan saraf, kerusakan
jantung, kerusakan retina dan lain-lain.
Hiperglikemia akut melibatkan kadar glukosa yang sangat tinggi
adalah suatu keadaan darurat medis dan cepat dapat menghasilkan
komplikasi serius (seperti kehilangan cairan melalui diuresis osmotik). Hal
ini paling sering terlihat pada orang yang menderita diabetes insulindependent tidak terkontrol.
b. Hipoglikemia
Hipoglikemia atau hipoglikemik adalah istilah medis untuk kondisi
dimana kadar gula darah lebih rendah dari tingkat normal glukosa darah.
Hipoglikemia dapat menghasilkan berbagai gejala dan efek tetapi masalah
utama timbul dari pasokan memadai glukosa sebagai bahan bakar untuk
otak, mengakibatkan gangguan fungsi (neuroglycopenia). Efek dapat
berkisar dari samar-samar "firasat buruk" untuk kejang, pingsan, dan
(jarang) kerusakan otak permanen atau kematian. Bentuk yang paling
umum dari hipoglikemia sedang dan berat terjadi sebagai komplikasi dari
pengobatan diabetes mellitus dengan insulin atau obat oral. Hipoglikemia
kurang umum pada orang non-diabetes, namun dapat terjadi pada semua
usia, dari banyak penyebab. Di antara penyebab insulin yang berlebihan
yang diproduksi dalam tubuh, kesalahan bawaan karbohidrat, asam lemak,
metabolisme asam amino atau organik, obat-obatan dan racun, alkohol,
kekurangan hormon, tumor tertentu, kelaparan berkepanjangan, dan
perubahan metabolisme yang berhubungan dengan infeksi atau kegagalan
berbagai sistem organ.
Hipoglikemia diperlakukan cepat dengan mengembalikan tingkat
glukosa darah normal oleh konsumsi makanan atau administrasi dekstrosa
atau karbohidrat cepat dicerna menjadi glukosa. Dalam keadaan tertentu
itu diperlakukan dengan suntikan atau infus glukagon. Hipoglikemia yang
berkepanjangan atau berulang dapat dicegah dengan membalikkan atau
menghilangkan
penyebab
yang
mendasari,
dengan
meningkatkan
frekuensi makan, dengan obat-obatan seperti diazoxide, octreotide, atau
glukokortikoid, atau bahkan dengan operasi pengangkatan pankreas
banyak.
Tingkat glukosa darah cukup rendah untuk mendefinisikan
hipoglikemia mungkin berbeda untuk orang yang berbeda, dalam situasi
yang berbeda, dan untuk tujuan yang berbeda, dan kadang-kadang telah
menjadi kontroversi. Kebanyakan orang dewasa yang sehat menjaga kadar
glukosa puasa di atas 70 mg / dL (3,9 mmol / L), dan mengembangkan
gejala hipoglikemia bila glukosa turun di bawah 55 mg / dL (3 mmol / L).
Kadang-kadang bisa sulit untuk menentukan apakah gejala seseorang
adalah karena hipoglikemia. Ahli endokrin (dokter dengan keahlian dalam
gangguan metabolisme glukosa) biasanya mempertimbangkan kriteria
disebut sebagai tiga serangkai Whipple sebagai bukti konklusif bahwa
gejala individu dapat dikaitkan dengan hipoglikemia bukan ke beberapa
penyebab lainnya:
1. Gejala diketahui disebabkan oleh hipoglikemia
2. Rendah glukosa pada saat gejala-gejala muncul
3. Pembalikan atau perbaikan gejala atau masalah ketika glukosa
dikembalikan ke normal
Hipoglikemia juga merupakan istilah dalam budaya populer dan
pengobatan alternatif untuk kondisi, umum sering didiagnosis diri,
ditandai dengan kegoyahan dan suasana hati berubah dan berpikir, tetapi
tanpa glukosa rendah diukur atau risiko kerusakan parah. Hal ini
diperlakukan dengan mengubah pola makan.
BAB III
KESIMPULAN
1. Glukosa merupakan karbohidrat terpenting dalam penyediaan energi
tubuh.
2. Untuk dapat menghasilkan energi, proses metabolisme glukosa akan
berlangsung melalui dua mekanisme yaitu anerobik dan aerobik. Proses
anaerobik akan berlangsung dalam sitoplasma sedangkan proses aerobik
akan berjalan dengan menggunakan enzim sebagai katalis dalam
metokondria dengan kehadiran oksigen.
3. Pemeriksaan gula darah menggunakan 2 cara yaitu melakukan
pemeriksaan dan pemantauan gula darah puasa (GDP) dan gula darah
sewaktu (GDS). nilai normal gula darah puasa : dewasa 70-104 mg/dL
(3.9-5.8 mmol/L), sedangkan nilai darah normal post prandial : dewasa
11.1 mmol/L.
b. Hipoglikemia adalah kondisi dimana tubuh kekurangan glukosa.gejala
hipoglikemia muncul jika kadar glukosa darah < 50 mg/Dl.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita, 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia.
Depkes. R.I.,1999. Indonesia Sehat 2010. Jakarta.
Guyton & Hall. 1996. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC. Jakarta.
Lehninger, Albert L. 1994. Dasar-Dasar Biokimia Jilid 3. Jakarta : Erlangga.
Nabyl. (2009). Mengenal Diabetes. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Nogrady, Thomas. 1992. Kimia Medisinal Terbitan Kedua. Bandung : Penerbit
ITB.
Siswono, 2002. Glisemik Bahan Pangan Perspektif Baru-Pada Formulasi Produk
Pangan untuk Penderita Diabetes. http://www.gizi.net. Diakses pada tanggal
16 November 2012.
Villee, Claude A. 1999. Zoologi Umum Edisi Keenam. Jakarta : Erlangga.
http://www.news-medical.net/health/Hyperglycemia-Causes-(Indonesian).aspx.
Diakses pada tanggal 17 November 2012.
http://www.newsmedical.net/health/HyperglycemiaEffects%28Indonesian
%29.aspx. Diakses pada tanggal 17 November 2012.
http://www.news-medical.net/health/What-is-Hypoglycemia.aspx. Diakses pada
tanggal 17 November 2012.
PEMERIKSAAN DAN PEMANTAUAN GULA DARAH PUASA (GDP)
DAN GULA DARAH POST PRANDIAL (GDPP)
Anggota Kelompok :
1. Afhan Tolana
G1H011001
2. Cahyani Wulandari
G1H011002
3. Yenny Istiqomah
G1H011003
4. Aufa Ulwiyatul Lubnah
G1H011004
5. Devi Ratnasari
G1H011005
6. Pambayun Retno
G1H011006
7. Andreas Agung
G1H011023
8. Dira Asmarani
G1H011037
Asisten Praktikum :
1.
Willy Gustafianto
2.
Indah Permata Sari
3.
Dera Fakhrunisa
4.
Khairul Anam
KEMENTERIAN PENDIIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI (S1) ILMU GIZI
PURWOKERTO
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Judul Praktikum
Pratikum ini berjudul “Pemeriksaan Dan Pemantauan Gula Darah Puasa
(GDP) Dan Gula Darah Post Prandial (GDPP)”.
B.
Waktu dan Tanggal Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada Selasa, 13 November 2012 pukul 13.0016.00 WIB.
C.
Tujuan Praktikum
Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan pemantauan kadar gula darah puasa (GDP)
dan gula darah sewaktu (GDS) dalam darah.
Tujuan Khusus
1.
Mahasiswa dapat mengetahui fungsi glukosa pada tubuh.
2.
Mahasiswa dapat mengetahui metabolisme glukosa dalam
tubuh.
3.
4.
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan kadar gula darah.
Mahasiswa dapat mengetahui aplikasi klinis dari pemeriksaan gula
darah puasa (GDP) dan gula darah sewaktu (GDS) dalam darah.
D.
Dasar Teori
Glukosa merupakan salah satu komponen karbohidrat yang
termasuk dalam golongan monosakarida. Glukosa terdapat luas dalam
alam dalam jumlah sedikit. Dalam proses metabolisme, glukosa
merupakan bentuk karbohidrat yang beredar dalam tubuh dan di dalam sel
merupakan sumber energy (Almatsier,2004)
Sumber glukosa darah ada 2 macam yaitu sumber eksogen dan
sumber endogen. Sumber eksogen berasal dari kandungan makanan yang
dikonsumsi sehari-hari. Sedangkan sumber endogen berasal dari
glikogenolisis yaitu pemecahan glikogen hati dan otot menjadi glukosa
dan glukoneogenesis yaitu pembentukan glukosa dari substansi non gula.
Gula darah setelah diserap oleh dinding usus akan masuk dalam aliran
darah masuk ke hati, dan disintesis menghasilkan glikogen kemudian
dioksidasi menjadi CO2 dan H2O atau dilepaskan untuk dibawa oleh
aliran darah ke dalam sel tubuh yang memerlukannya. Kadar gula dalam
tubuh dikendalikan oleh suatu hormon yaitu hormon insulin, jika hormon
insulin yang tersedia kurang dari kebutuhan, maka gula darah akan
menumpuk dalam sirkulasi darah sehingga glukosa darah meningkat. Bila
kadar gula darah ini meninggi hingga melebihi ambang ginjal, maka
glukosa darah akan keluar bersama urin ( glukosuria ). ( Depkes RI, 1999 )
Kadar glukosa dalam darah dipengaruhi oleh hormone insulin dan
glucagon. Hormone insulin bekerja mentransport glukosa ke dalam sel-sel
tubuh, sedangkan hormone glucagon berperan untuk memobilisasi glukosa
dari tempat simpanannya.
Hiperglikemia adalah keadaan dimana kadar gula darah melonjak
atau berlebihan, yang akhirnya akan menjadi penyakit yang disebut
Diabetes Melitus (DM) yaitu suatu kelainan yang terjadi akibat tubuh
kekurangan hormone insulin, akibatnya glukosa tetap beredar di dalam
aliran darah dan sukar menembus dinding sel. Keadaan ini biasanya
disebabkan oleh stress, infeksi, dan konsumsi obat-obatan tertentu.
Hiperglikemia ditandai dengan poliuria, polidipsi, dan poliphagia, serta
kelelahan yang parah dan pandangan yang kabur. (Nabyl, 2009)
Hipoglikemia atau penurunan kadar gula darah merupakan keadaan
dimana kadar glukosa darah berada di bawah normal, yang dapat terjadi
karena ketidak seimbangan antara makanan yang dimakan, aktivitas fisik
dan obat-obatan yang digunakan. Sindrom hipoglikemia ditandai dengan
gejala klinis antara lain penderita merasa pusing, lemas, gemetar,
pandangan menjadi kabur dan gelap, berkeringat dingin, detak jantung
meningkat dan terkadang sampai hilang kesadaran (syok hipoglikemia)
(Nabyl, 2009).
DM merupakan penyakit gangguan kronik pada metabolisme yang
ditandai dengan hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas
metabolism karbohidrat, lemak dan protein, disebabkan oleh defisiensi
insulin relative atau absolute. Gambaran patologik DM sebagian besar
dapat dihubungkan dengan salah satu efek utama akibat kurangnya insulin
yaitu berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel-sel tubuh, peningkatan
metabolisme lemak yang menyebabkan terjadinya metabolism lemak
abnormal disertai endapan kolesterol pada dinding pembuluh darah
sehingga timbul gejala aterosklerosis serta berkurangnya protein dalam
jaringan tubuh (Guyton CA. 1996).
E. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah :
1. Alat
GCUH (Glucose-Cholesterol-Uric-Hemoglobin meter), terdiri dari :
a. Puncturer (alat tusuk)
b. Check strip
c. Lancet
d. Kode (chip)
2. Bahan
a. Kapas
b. Alkohol
F. Cara Kerja
1. Ketika baru pertama kali memakai alat pengukur gula darah atau membuka
alat yang baru, masukkan kode dari vial tempat strip test. Setiap vial
tempat alat strip test memiliki satu kode. Pastikan angka yang terdapat
pada kode cocok dengan angka pada tes yang akan dipakai.
2. Ambil satu strip glukosa dari vial, kemudian vial segera ditutup. Strip test
dapat rusak jika tidak disimpan dan ditutup dengan benar.
3. Masukkan strip glukosa ke dalam celah pada alat pengukur (meteran). Alat
akan menampilkan kode angka, simbol darah, dan tanggal pemeriksaan.
4. Ketika layar pada alat menunjukan simbol darah, bersihkan jari dengan
kapas alkohol, dan biarkan sampai kering.
5. Tekan lancet yang sudah dimasukkan ke dalam penusuk ke jari. Tempat
penusukan terbaik adalah di tepi jari, karena di daerah tersebut
mendapatkan suplai darah yang paling baik.
6. Cara memasang lancet ke dalam penusuk :
a. Putar penutup untuk membuka penusuk.
b. Masukkan lancet.
c. Lepaskan penutup pelindung lancet dengan cara diputar.
d. Pasang kembali penutup dari alat penusuk dan pilih angka kedalaman
tusukan :
1) Kedalaman 1-2
: untuk kulit yang tipis
2) Kedalaman 3
: untuk kulit pada umumnya
3) Kedalaman 4-5
: untuk kulit yang agak tebal
e. Pegang ujung penusuk dengan satu tangan, dan tarik ujung satunya
dengan tangan yang lain sampai terasa bunyi “klik” (pelatuk sudah
naik).
f. Bebaskan tarikan untuk mengembalikan ujung penusuk ke posisi
semula.
7. Seka terlebih dahulu tetesan darah yang pertama, jangan memeras jari.
8. Biarkan tetesan darah yang besar jatuh di atas strip glukosa. Darah harus
menutupi lapisan strip. Darah akan diserap, kemudian pada meteran akan
muncul hitungan mundur dari 10 detik, kemudian akan memunculkan
hasilnya.
9. Hasil kemudian akan tersimpan di dalam meteran secara otomatis.
10. Catat hasil kadar gula darah yang muncul pada meteran.
11. Tarik strip dari meteran dan meteran akan mati secara otomatis.
12. Lepaskan lancet dan tutup kembali dengan penutup pelindungnya.
13. Buang lancet yang sudah terpakai.
BAB II
ISI DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Pada praktikum ini praktikan memeriksa kadar gula darah puasa dan gula
darah sewaktu. Hasil yang diperoleh dari praktikum ini adalah :
a. Gula Darah Puasa
1. Nama probandus
: Andreas Agung
2. Jenis kelamin
: Laki-laki
3. Usia
: 19 tahun
4. Gula darah puasa
: 68 mg/dL
b. Gula Darah Sewaktu
Probandus 1
1. Nama probandus
: Afhan Tolana
2. Jenis kelamin
: Laki-laki
3. Usia
: 19 tahun
4. Gula darah sewaktu
: 111 mg/dL
Probandus 2
1. Nama probandus
: Cahyani Wulandari
2. Jenis kelamin
: Perempuan
3. Usia
: 19 tahun
4. Gula darah sewaktu
: 66 mg/dL
Probandus 3
1. Nama probandus
: Yenny Istiqomah
2. Jenis kelamin
: Perempuan
3. Usia
: 19 tahun
4. Gula darah sewaktu
: 81 mg/dL
Probandus 4
1. Nama probandus
: Devi Ratnasari
2. Jenis kelamin
: Perempuan
3. Usia
: 19 tahun
4. Gula darah sewaktu
: 88 mg/dL
Probandus 5
1. Nama probandus
: Pambayun R.
2. Jenis kelamin
: Perempuan
3. Usia
: 19 tahun
4. Gula darah sewaktu
: 70 mg/dL
Probandus 6
1. Nama probandus
: Andreas Agung
2. Jenis kelamin
: Laki-laki
3. Usia
: 19 tahun
4. Gula darah sewaktu
: 62 mg/dL
Probandus 7
1. Nama probandus
: Dira Asmarani
2. Jenis kelamin
: Perempuan
3. Usia
: 19 tahun
4. Gula darah sewaktu
: 69 mg/dL
B. Pembahasan
Gula darah puasa pada probandus satu dan tiga menunjukkan hasil cek
gula darahnya di bawah normal, ini bisa disebabkan karena olah raga berat
dalam waktu yang lama pada orang yang sehat jarang menyebabkan
hipoglikemia.
Puasa yang lama bisa menyebabkan hipoglikemia, hanya jika terdapat
penyakit lain (terutama penyakit kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal) atau
mengkonsumsi sejumlah besar alkohol. Cadangan karbohidrat di hati bisa
menurun secara perlahan sehingga tubuh tidak dapat mempertahankan kadar gula
darah yang cukup. Pada orang-orang yang memiliki kelainan hati, beberapa jam
berpuasa bisa menyebabkan hipoglikemia. Bayi dan anak-anak yang memiliki
kelainan sistem enzim hati yang memetabolisir gula bisa mengalami hipoglikemia
diantara jam-jam makannya. Namun, pada probandus satu dan tiga masih
dikatakan normal. Karena kadar gulanya masih diatas 50 mg/dL.
Pemeriksaan gula darah pada probandus dua menunjukkan hasil gula darah
normal. Pada probandus empat menunjukkan hasil kadar gula puasa masih dalam
batas maksimal normal.
Hipoglikemia bisa disebabkan karena,
a. Pelepasan insulin yang berlebihan oleh pankreas
b. Dosis insulin atau obat lainnya yang terlalu tinggi, yang diberikan kepada
penderita diabetes untuk menurunkan kadar gula darahnya
c. Kelainan pada kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal
d. Kelainan pada penyimpanan karbohidrat atau pembentukan glukosa di hati
Secara umum, hipoglikemia dapat dikategorikan sebagai yang berhubungan
dengan obat dan yang tidak berhubungan dengan obat. Sebagian besar kasus
hipoglikemia terjadi pada penderita diabetes dan berhubungan dengan obat.
Hipoglikemia yang tidak berhubungan dengan obat lebih jauh dapat dibagi lagi
menjadi:
a. Hipoglikemia karena puasa, dimana hipoglikemia terjadi setelah berpuasa
b. Hipoglikemia reaktif, dimana hipoglikemia terjadi sebagai reaksi terhadap
makan, biasanya karbohidrat
Dalam praktikum kali ini adalah melakukan pemeriksaan dan pemantauan
gula darah puasa (GDP) dan gula darah sewaktu (GDS) dengan menggunakan alat
GCUH meter. Tes glukosa puasa dilakukan setelah puasa selama 8-10 jam,
glukosa 2 jam PP dilakukan dua jam setelah makan. Glukosa sewaktu (random)
adalah uji glukosa darah yang dapat dilakukan sewaktu-waktu tanpa harus puasa
terlebih dulu. Uji glukosa puasa dan 2 jam pp merupakan uji untuk menegakkan
diagnosis diabetes mellitus (DM). Dalam pemeriksaan ini harus benar-benar teliti
dari awal pemeriksaan sampai akhir antara lain jari tangan sebelum ditusuk
dibersihkan dengan kapas alkohol dan tunggu sampai kering untuk menghindari
infeksi, pastikan jarum tusuk yang digunakan masih baru, steril, dan untuk sekali
pakai, dipilih angka kedalaman tusukan 4 m agar efektif dan untuk menghindari
penusukan dengan lancet secara berulang-ulang.
Pemeriksaan Gula Darah Sewaktu (GDS) yang dihasilkan, rata-rata dari
semua anggota kelompok praktikum sebagai probandus termasuk ke dalam
kategori normal. Khusus untuk Andre yang sebelumnya juga diperiksa gula darah
puasanya, hasil gula darah sewaktunya jadi lebih rendah dibandingkan hasil para
probandus perempuan. Hal ini disebabkan Andre belum mengkonsumsi asupan
karbohidrat lagi meskipun setelah dilakukan pemeriksaan gula darah puasanya ia
diberi minum susu untuk minimal proses pemulihan. Sedangkan untuk probandus
Aufa (19th) saat ditusuk dengan lancet tidak keluar darahnya meskipun sudah
dilakukan berulang-ulang. Hal ini mungkin disebabkan kulitnya yang tebal, atau
peredaran darah tidak merata ke seluruh bagian tubuh khususnya di jari tangan
sehingga saat ditusuk pun darah tidak keluar.
Menurut Siswono (2002), kadar gula darah normal adalah 80-120 mg/dL
(pada kondisi puasa), 100-180 mg/dL (kondisi setelah makan), dan 100-140
mg/dL (pada kondisi istirahat/tidur). Beragamnya kisaran gula darah normal di
atas, terutama dipengaruhi oleh usia, genetis, dan perbedaan pola makan. Gula
darah/glukosa dalam sistem metabolisme tubuh terutama berfungsi sebagai
penyedia energi untuk kinerja fungsi otak, sistem saraf pusat, dan sel-sel tubuh.
Meningkatnya jumlah penderita diabetes, terutama berkaitan dengan perubahan
pola konsumsi karbohidrat, dari pola konsumsi karbohidrat kompleks (dalam
bentuk kacang-kacangan, sayur-sayuran, dan serealia) dan berlemak rendah
menjadi pola konsumsi yang cenderung berkadar (karbohidrat sederhana) dan
lemak tinggi, serta rendah serat.
Kadar gula darah sepanjang hari bervariasi dimana akan meningkat setelah
makan dan kembali normal dalam waktu 2 jam. Kadar gula darah yang normal
pada pagi hari setelah malam sebelumnya berpuasa adalah 70-110 mg/dL darah.
Kadar gula darah biasanya kurang dari 120-140 mg/dL pada 2 jam setelah makan
atau minum cairan yang mengandung gula maupun karbohidrat lainnya (Villee,
1999).
Kadar Hb normal bervariasi tergantung :
1. Umur
Semakin tua umur seseorang, maka semakin berkurang kadar Hb-nya.
2. Jenis Kelamin
Pada umumnya, pria memiliki kadar Hb yang lebih tinggi dibandingkan kadar
Hb pada wanita. Hal ini juga bersangkut paut terhadap kandungan hormon
pada pria maupun wanita. Kadar Hb wanita lebih rendah karena faktor
aktifitasnya yang lebih sedikit dibanding aktivitas pada pria, selain wanita
mengalami menstruasi.
3. Geografi ( tinggi rendahnya daerah )
Tempat tinggal di dataran tinggi, makhlik hidup disana tubuhnya cenderung
lebih aktif dalam memproduksi sel darah merah untuk meningkatkan suhu
tubuh dan lebih aktif mengikat kadar O2 yang lebih rendah daripada di dataran
rendah. Hb makhluk hidup yang tinggal dipesisir cenderung mempunyai Hb
yang lebih rendah sebab tubuh memproduksi sel darah merah dalam keadaan
normal.
4. Nutrisi
Bila makanan yang dikonsumsi banyak mengandung Fe atau besi, maka sel
darah yang di produksi akan meningkat sehingga Hemoglobin yang terdapat
dalam darah pun meningkat. Dan begitu juga sebaliknya.
5. Faktor Kesehatan
Kesehatan sangat mempengaruhi kadar Hb dalam darah,. Jika kesehatan terjaga
dengan baik, maka kadar Hb dalam keadaan normal.
6. Faktor Genetik
7. Bila seseorang terhirup CO2
Kadar gula darah yang normal cenderung meningkat secara ringan tetapi
progresif (bertahap) setelah usia 50 tahun, terutama pada orang-orang yang tidak
aktif bergerak. Peningkatan kadar gula darah setelah makan atau minum
merangsang pankreas untuk menghasilkan insulin sehingga mencegah kenaikan
kadar gula darah yang lebih lanjut dan menyebabkan kadar gula darah menurun
secara perlahan (Lehninger, 1994).
Ada cara lain untuk menurunkan kadar gula darah yaitu dengan melakukan
aktivitas fisik seperti berolahraga karena otot menggunakan glukosa dalam darah
untuk dijadikan energi (Nogrady, 1992).
Bila level gula darah menurun terlalu rendah, berkembanglah kondisi yang
bisa fatal yang disebut hipoglikemia. Gejala-gejalanya adalah perasaan lelah,
fungsi mental yang menurun, rasa mudah tersinggung, dan kehilangan kesadaran.
Bila levelnya tetap tinggi, yang disebut hiperglikemia, nafsu makan akan tertekan
untuk waktu yang singkat. Hiperglikemia dalam jangka panjang dapat
menyebabkan masalah-masalah kesehatan yang berkepanjangan pula yang
berkaitan dengan diabetes, termasuk kerusakan pada mata, ginjal, dan saraf.
C. Aplikasi Klinis
a. Hiperglikemia
Hiperglikemia atau gula darah tinggi adalah suatu kondisi di mana
jumlah berlebihan glukosa beredar dalam plasma darah. Umumnya kadar
gula
darah
pasien
melebihi
120
mg/dL
diakatakan
mengalami
hiperglikemia.
Hiperglikemia kronis yang tetap paling sering disebabkan oleh
diabetes mellitus, dalam kenyataannya hiperglikemia kronis adalah
karakteristik
mendefinisikan
suatu
penyakit.
Sedangkan
pada
hiperglikemia akut tanpa penyebab yang jelas dapat menunjukkan
diabetes. Obat-obat tertentu meningkatkan risiko hiperglikemia, termasuk
beta
blocker,
epinefrin,
thiazide
diuretik,
kortikosteroid,
niacin,
pentamidin, inhibitor protease, L-asparaginase, dan beberapa agen
antipsikotik.
Pengobatan hiperglikemia memerlukan eliminasi penyebab yang
mendasari,”misalnya,”pengobatan
diabetes
ketika
diabetes
adalah
penyebabnya. Hiperglikemia akut dan berat dapat diobati dengan
administrasi langsung insulin dalam kebanyakan kasus, di bawah
pengawasan medis. Sebagian besar dari pasien yang menderita suatu stres
akut seperti infark stroke atau miokard dapat mengembangkan
hiperglikemia glukosa plasma lebih dari 120 mg / dl dengan tidak adanya
diabetes merupakan tanda klinis dari sepsis serta trauma fisik, operasi dan
berbagai bentuk stress berat sementara waktu dapat meningkatkan kadar
glukosa.
Hiperglikemia terjadi secara alami selama masa infeksi dan
peradangan. Ketika tubuh mengalami stres, katekolamin endogen yang
dilepaskan bahwa
antara lain berfungsi untuk meningkatkan kadar
glukosa darah. Jumlah kenaikan bervariasi dari orang ke orang dan dari
respons inflamasi respon. Dengan demikian, tidak ada pasien dengan
hiperglikemia pertama kali harus segera didiagnosis dengan diabetes jika
pasien yang sakit bersamaan dengan sesuatu yang lain. Pengujian lebih
lanjut, seperti gula darah puasa, glukosa plasma acak, atau dua-jam kadar
glukosa plasma postprandial, harus dilakukan.
Gejala-gejala berikut mungkin berhubungan dengan hiperglikemia
akut atau kronik :
1. Polyphagia yang di tandai dengan sering kelaparan, terutama kelaparan
diucapkan
2. Polidipsia yaitu sering haus, haus yang berlebihan terutama
3. Poliuria yaitu sering buang air kecil, terutama buang air kecil yang
berlebihan
4. Penglihatan kabur
5. Kelelahan (kantuk)
6. Koma
7. Miskin penyembuhan luka (luka, goresan, dll)
8. Mulut kering
9. Kulit kering atau kulit gatal
10. Impotensi (laki-laki)
11. Berulang infeksi seperti infeksi jamur vagina, ruam selangkangan, atau
infeksi telinga eksternal (telinga perenang)
12. Kussmaul hiperventilasi: dalam, bernapas cepat
13. Aritmia jantung
14. Keadaan pingsan
Kelaparan Sering tanpa gejala lainnya juga dapat mengindikasikan
kadar gula darah yang terlalu rendah. Hal ini dapat terjadi ketika orang
yang menderita diabetes minum obat terlalu banyak hipoglikemik oral atau
insulin untuk jumlah makanan yang mereka makan. Penurunan
mengakibatkan tingkat gula darah hingga di bawah kisaran normal
meminta tanggapan kelaparan. Kelaparan ini tidak biasanya diucapkan
seperti dalam Tipe I diabetes, terutama bentuk awal remaja, tapi itu
membuat resep obat hipoglikemik oral sulit untuk mengelola.
Polidipsia dan poliuria terjadi ketika kadar glukosa darah
meningkat cukup tinggi untuk menghasilkan ekskresi kelebihan glukosa
melalui ginjal (glycosuria), menghasilkan diuresis osmotik.
Efek hiperglikemia
Sementara hiperglikemia sering jinak dan tanpa gejala. kadar
glukosa darah dapat naik jauh di atas normal untuk jangka waktu yang
signifikan tanpa menghasilkan efek permanen atau gejala. Namun,
hiperglikemia kronis pada tingkat lebih dari sedikit di atas normal dapat
memproduksi berbagai macam komplikasi yang sangat serius selama
periode tahun, termasuk kerusakan ginjal, kerusakan saraf, kerusakan
jantung, kerusakan retina dan lain-lain.
Hiperglikemia akut melibatkan kadar glukosa yang sangat tinggi
adalah suatu keadaan darurat medis dan cepat dapat menghasilkan
komplikasi serius (seperti kehilangan cairan melalui diuresis osmotik). Hal
ini paling sering terlihat pada orang yang menderita diabetes insulindependent tidak terkontrol.
b. Hipoglikemia
Hipoglikemia atau hipoglikemik adalah istilah medis untuk kondisi
dimana kadar gula darah lebih rendah dari tingkat normal glukosa darah.
Hipoglikemia dapat menghasilkan berbagai gejala dan efek tetapi masalah
utama timbul dari pasokan memadai glukosa sebagai bahan bakar untuk
otak, mengakibatkan gangguan fungsi (neuroglycopenia). Efek dapat
berkisar dari samar-samar "firasat buruk" untuk kejang, pingsan, dan
(jarang) kerusakan otak permanen atau kematian. Bentuk yang paling
umum dari hipoglikemia sedang dan berat terjadi sebagai komplikasi dari
pengobatan diabetes mellitus dengan insulin atau obat oral. Hipoglikemia
kurang umum pada orang non-diabetes, namun dapat terjadi pada semua
usia, dari banyak penyebab. Di antara penyebab insulin yang berlebihan
yang diproduksi dalam tubuh, kesalahan bawaan karbohidrat, asam lemak,
metabolisme asam amino atau organik, obat-obatan dan racun, alkohol,
kekurangan hormon, tumor tertentu, kelaparan berkepanjangan, dan
perubahan metabolisme yang berhubungan dengan infeksi atau kegagalan
berbagai sistem organ.
Hipoglikemia diperlakukan cepat dengan mengembalikan tingkat
glukosa darah normal oleh konsumsi makanan atau administrasi dekstrosa
atau karbohidrat cepat dicerna menjadi glukosa. Dalam keadaan tertentu
itu diperlakukan dengan suntikan atau infus glukagon. Hipoglikemia yang
berkepanjangan atau berulang dapat dicegah dengan membalikkan atau
menghilangkan
penyebab
yang
mendasari,
dengan
meningkatkan
frekuensi makan, dengan obat-obatan seperti diazoxide, octreotide, atau
glukokortikoid, atau bahkan dengan operasi pengangkatan pankreas
banyak.
Tingkat glukosa darah cukup rendah untuk mendefinisikan
hipoglikemia mungkin berbeda untuk orang yang berbeda, dalam situasi
yang berbeda, dan untuk tujuan yang berbeda, dan kadang-kadang telah
menjadi kontroversi. Kebanyakan orang dewasa yang sehat menjaga kadar
glukosa puasa di atas 70 mg / dL (3,9 mmol / L), dan mengembangkan
gejala hipoglikemia bila glukosa turun di bawah 55 mg / dL (3 mmol / L).
Kadang-kadang bisa sulit untuk menentukan apakah gejala seseorang
adalah karena hipoglikemia. Ahli endokrin (dokter dengan keahlian dalam
gangguan metabolisme glukosa) biasanya mempertimbangkan kriteria
disebut sebagai tiga serangkai Whipple sebagai bukti konklusif bahwa
gejala individu dapat dikaitkan dengan hipoglikemia bukan ke beberapa
penyebab lainnya:
1. Gejala diketahui disebabkan oleh hipoglikemia
2. Rendah glukosa pada saat gejala-gejala muncul
3. Pembalikan atau perbaikan gejala atau masalah ketika glukosa
dikembalikan ke normal
Hipoglikemia juga merupakan istilah dalam budaya populer dan
pengobatan alternatif untuk kondisi, umum sering didiagnosis diri,
ditandai dengan kegoyahan dan suasana hati berubah dan berpikir, tetapi
tanpa glukosa rendah diukur atau risiko kerusakan parah. Hal ini
diperlakukan dengan mengubah pola makan.
BAB III
KESIMPULAN
1. Glukosa merupakan karbohidrat terpenting dalam penyediaan energi
tubuh.
2. Untuk dapat menghasilkan energi, proses metabolisme glukosa akan
berlangsung melalui dua mekanisme yaitu anerobik dan aerobik. Proses
anaerobik akan berlangsung dalam sitoplasma sedangkan proses aerobik
akan berjalan dengan menggunakan enzim sebagai katalis dalam
metokondria dengan kehadiran oksigen.
3. Pemeriksaan gula darah menggunakan 2 cara yaitu melakukan
pemeriksaan dan pemantauan gula darah puasa (GDP) dan gula darah
sewaktu (GDS). nilai normal gula darah puasa : dewasa 70-104 mg/dL
(3.9-5.8 mmol/L), sedangkan nilai darah normal post prandial : dewasa
11.1 mmol/L.
b. Hipoglikemia adalah kondisi dimana tubuh kekurangan glukosa.gejala
hipoglikemia muncul jika kadar glukosa darah < 50 mg/Dl.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita, 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia.
Depkes. R.I.,1999. Indonesia Sehat 2010. Jakarta.
Guyton & Hall. 1996. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC. Jakarta.
Lehninger, Albert L. 1994. Dasar-Dasar Biokimia Jilid 3. Jakarta : Erlangga.
Nabyl. (2009). Mengenal Diabetes. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Nogrady, Thomas. 1992. Kimia Medisinal Terbitan Kedua. Bandung : Penerbit
ITB.
Siswono, 2002. Glisemik Bahan Pangan Perspektif Baru-Pada Formulasi Produk
Pangan untuk Penderita Diabetes. http://www.gizi.net. Diakses pada tanggal
16 November 2012.
Villee, Claude A. 1999. Zoologi Umum Edisi Keenam. Jakarta : Erlangga.
http://www.news-medical.net/health/Hyperglycemia-Causes-(Indonesian).aspx.
Diakses pada tanggal 17 November 2012.
http://www.newsmedical.net/health/HyperglycemiaEffects%28Indonesian
%29.aspx. Diakses pada tanggal 17 November 2012.
http://www.news-medical.net/health/What-is-Hypoglycemia.aspx. Diakses pada
tanggal 17 November 2012.