KAJIAN ISOLASI SENYAWA FENOLIK RUMPUT LAUT EUCEUMA COTTONII BERBANTU GELOMBANG MICRO DENGAN VARIASI SUHU DAN WAKTU

  

KAJIAN ISOLASI SENYAWA FENOLIK RUMPUT LAUT

EUCEUMA COTTONII BERBANTU GELOMBANG MICRO

DENGAN VARIASI SUHU DAN WAKTU

a b c a,

Denni kartika sari, Dyah Hesti Wardhani, Aji Prasetyaningrum

  

Teknik Kimia , Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Jl. Sudirman Km 3 , Banten, Indonesia

bc,

Teknik Kimia, Universitas Diponegoro, Jl. Prof.H. Sudarto, SH, Semarang, Indonesia

  

Abstrak

Rumput laut jenis Eucheuma cottonii merupakan salah satu penghasil antioksidan, karena mengandung

senyawa fenolik seperti catechin (gallocathecin, epicathecin, catechin gallate), flavonols, flavonol glycosides,

caffeic acid, hesperidin, dan myricetin. Konsentrasi senyawa fenolik pada ekstrak rumput laut dipengaruhi oleh

kondisi ekstraksi. Ekstraksi dengan metode konvensional membutuhkan waktu lama dan jumlah pelarut yang

banyak. Pengembangan teknik ekstraksi untuk mempercepat waktu ekstraksi dan mengurangi jumlah pelarut

diperlukan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh metode isolasi senyawa fenolik berbantu

microwave dan pengaruh suhu dan waktu ekstraksi terhadap kandungan total fenolik dari rumput laut

  Ekstraksi dilakukan dengan metode ekstraksi berbantu gelombang micro menggunakan Eucheuma cotttonii. o o pelarut metanol dengan variasi waktu (1, 2, 4, 6, 8, 10 menit) dan suhu (50

  C, 55

  C, 60

  C, 65

  C). Kandungan

senyawa fenolik optimum didapatkan pada suhu ekstraksi 60 C dengan waktu ekstraksi 6 menit sebesar 2.526

mg EAG (ekuivalen asam gallat)/ gram berat kering. Hasil penelitian menunjukkan Suhu dan waktu ekstraksi

berpengaruh terhadap kandungan total fenolik rumput laut Eucheuma cottonii

Kata kunci: Eucuema Cottonii , Antioksidan, Ekstraksi berbantu gelombang micro, Kandungan senyawa

fenolik.

  

Abstract

Eucheuma cottonii seaweed is one of the producers of antioxidants, such as phenolic compounds containing

catechin (gallocathecin, epicathecin, catechin gallate), flavonols, flavonol glycosides, caffeic acid, hesperidin

and myricetin. Concentration of phenolic compounds in seaweed extract affected by extraction conditions.

technique to speed up the extraction time and reduce the amount of solvent required. This research aims to study

the effect of isolation phenolic coumpounds using method of microwave assisted extraction, and study the effect

of temperature and time on total phenolic content of seaweed Eucheuma cotttonii. Extraction is done with

microwave assisted extraction method using methanol as solvent with time variations (1, 2, 4, 6, 8, 10 min) and

o o o o o temperature (50

  C, 55

  C, 60

  C, 65

  C). The highest content of phenolic compounds at 60 C with a 6 minute

extraction time of 2.526 mg EAG (gallat acid equivalent) / g dry weight. The results showed the extraction

temperature and time affected to the total phenolic content of seaweed Eucheuma cottonii.

  Keywords: Euchuema Cottonii , Antioxidant, Microwave assisted extraction, Total phenolic content.

  Eucheuma cottonii memiliki komposisi

1. PENDAHULUAN

  makro protein 5,12%, lemak 0,13%, Indonesia memiliki potensi yang besar karbohidrat 13.38%, serat 1,39%, abu 14,21%, sebagai penghasil rumput laut Eucheuma air 12,9%, dan karagenan 65,7%. Komposisi

  Cottoni . Total produksi Eucheuma Cottoni

  kandungan micro rumput laut adalah mineral Indonesia mencapai 3.082.113 ton atau esensial (besi, iodin, aluminum, mangan, menguasai sekitar 50 % produk rumput laut kalsium, nitrogen, phosphor, sulfur, klor, dunia pada tahun 2010 dan diproyeksikan silicon, rubidium, strontium, barium, titanium, meningkat 32 % setiap tahun dari tahun 2010- kobalt, boron, tembaga, kalium, dan unsur- 2014 [1]. Eucheuma cottonii merupakan salah unsur lainnya), asam nukleat, asam amino, satu jenis rumput laut merah (Rhodophyceae) protein, mineral, tepung, gula dan vitamin A, [2].

  D, C, D E, dan K [3]. Rumput laut E. Cottoni diketahui pula memiliki kandungan senyawa fenolik [4]. Senyawa fenolik merupakan salah satu kandungan rumput laut yang berperan sebagai antioksidan [5]. Rumput laut Eucheuma

  Cottonii terdapat senyawa flavonoid seperti catechin (gallocathecin, epicathecin, catechin gallate), flavonols, flavonol glycosides, caffeic acid, hesperidin, myricetin yang berfungsi

  sebagai antioksidan [6].

  Antioksidan didefinisikan sebagai senyawa yang dapat menunda, memperlambat dan mencegah proses oksidasi lipid. Dalam arti khusus, antioksidan adalah zat yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi radikal bebas dalam oksidasi lipid [7]. Radikal bebas dapat didefinisikan sebagai molekul atau senyawa yang dalam keadaan bebas mempunyai satu atau lebih elektron bebas yang tidak berpasangan. Elektron dari radikal bebas yang tidak berpasangan ini sangat mudah menarik elektron dari molekul lainn ya sehingga radikal tersebut menj adi lebih reaktif. Oleh karena sangat reaktif, radikal bebas sangat mudah menyerang sel-sel yang sehat dalam tubuh [8]. Senyawa penangkap radikal bebas disebut dengan antioksidan dengan adanya antioksidan maka reaksi oksidasi yang mengakibatkan munculnya radikal bebas dapat berikatan dengan antioksidan dan membentuk molekul yang lebih stabil dan tidak berbahaya [9].

  Antioksidan dapat menangkal radikal penuaan dini, diabetes, inflamasi, kanker, dan lain-lain [10]. Konsumsi harian penduduk Amerika hanya mencapai 1200 ORAC (Oxygen radical absorbance capacity) perhari sementara kebutuhan harian yang diperlukan agar antioksidan memiliki efek perawatan terhadap jaringan sel adalah sekitar 3000 ORAC sampai 5000 ORAC per hari (Milam, 2012) [11]. Nilai ini sangat jauh dari mencukupi kebutuhan antioksidan harian, sehingga ekstrak antioksidan alami sangat dibutuhkan untuk mengimbangi kekurangan konsumsi antioksidan.

  Metode pengambilan antioksidan senyawa fenolik dari rumput laut Eucheuma cottoni dapat dilakukan dengan cara ekstraksi. Metode ekstraksi, rasio pelarut, suhu, dan lama waktu ekstraksi sangat berpengaruh pada ekstraksi senyawa fenolik dalam tanaman [12]. Ekstraksi yang umum dilakukan untuk mengekstrak antioksidan dari rumput laut adalah ekstraksi perendaman (maserasi) [13]. Ekstraksi maserasi sangat sederhana dan ekonomis, namun kelemahan dari metode ini adalah memerlukan pelarut yang banyak dan waktu yang lebih lama. Ekstraksi dengan gelombang

  micro dan berbantu gelombang ultrasonik

  dapat dijadikan metode alternatif. Kelebihan dari ekstraksi microwave dan berbantu ultrasonik adalah berkurangnya waktu ekstraksi dan penggunaan solven yang lebih sedikit [14].

  Penelitian kandungan total fenolik dari anggur didapatkan peresentase residu kering dalam ekstrak cair dengan ekstraksi berbantu

  microwave selama 17 menit sebesar 1,27% g

  residu kering/100 ml ekstrak cair, dibandingkan dengan ekstraksi maserasi selama 24 jam sebesar 1,05 % g residu kering/100 ml ekstrak cair[15].

  Ekstraksi berbantu microwave dengan variasi waktu 1-3 menit dibandingkan dengan ekstraksi maserasi selama 15 jam menghasilkan nilai penghambatan radikal bebas dan kandungan total fenolik berturut- turut 8,88%, 6,16%, dan 7,21% untuk FRAP (Ferric Reducing Antioxidant Power), ORAC dan TPC [16].

  Penelitian yang dilakukan pada tanaman A.

  Milleof dengan menggunakan ekstraksi

  berbantu microwave selama 20 menit menghasilkan yield senyawa fenolik 62%, pada ekstraksi maserasi selama 72 jam hanya menghasilkan sebesar 35% [17]. Bahan-bahan menyerap gelombang micro melalui proses yang disebut pemanasan dielektrik yang artinya molekul-molekul pada makanan bersifat dipol eletrik yang berarti molekul tersebut memiliki muatan negatif pada satu sisi dan positif pada sisi yang lain. Gelombang micro bekerja melewatkan radiasi gelombang micro pada molekul air, lemak maupun gula yang merupakan dipol elektrik yang mempunyai kutub positif dan negatif, pada molekul-molekul ini akan berotasi jika terkena berkas gelombang micro. Dengan kehadiran gelombang micro tiap sisi akan berputar untuk mensejajarkan diri satu sama lain. Pergerakan molekul ini akan mengakibatkan panas yang disebabkan gesekan antar molekul, gesekan tesebut meng akibatkan panas [18].

  Ekstraksi senyawa fenolik dalam rumput laut perlu mempertimbangkan sifat komponen fenolik yang terkandung didalam tanaman. Senyawa fenolik dalam rumput laut

  Proses ekstraksi

  dapat diekstrak dengan metode maserasi. Namun diketahui bahwa senyawa fenolik umumnya sulit larut dalam air dingin [19].

  Karenanya modifikasi suhu dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh suhu terhadap ekstraksi senyawa fenolik, selain faktor suhu, waktu memiliki pengaruh yang besar terhadap ekstraksi senyawa fenolik. waktu ekstraksi memiliki pengaruh yang besar terhadap ekstraksi terlalu lama atau terlalu singkat waktu ekstraksi dapat mempengaruhi sifat fisik dan kimia dari bahan yang terekstrak karenanya diperlukan kajian lama waktu ekstraksi [20]. Didukung oleh penelitan Kojic et.al. (2011) terhadap pengaruh waktu dan temperatur terhadap kandungan senyawa fenolik fig fruit, hasilnya menunjukan bahwa faktor faktor tersebut memiliki peranan yang penting dalam ekstraksi senyawa fenolik[12]. Waktu ekstraksi tidak dapat ditentukan, namun bergantung pada jenis senyawa yang diekstrak (Mandal, 2007) [21]. Karenanya waktu merupakan salah satu variabel ekstraksi yang dilakukan dalam penelitian ini.

  Kandungan total fenolik diukur dengan spektrofotometer (Optima), menggunakan asam galat sebagai standar, berdasarkan metode Folin ciocalteu yang dimodifikasi [22]. Dari masing

  Metode Analisis Analisis Kandungan Total Fenolik

  Sebanyak 1 gram serbuk rumput laut kering dimasukkan kedalam erlenmeyer, ditambahkan pelarut metanol metanol (Merck, kemurnian 90%). dengan perbandingan 1:10 dan ditutup dengan alumunium foil. Selanjutnya diekstraksi menggunakan oven microwave (Miyako). Ekstraksi dilakukan dengan variasi suhu 50, 55, 60, 65 C dan waktu 1, 2, 4 ,6, 8, 10 menit kemudian disaring dengan menggunakan kertas saring dan filtrat disimpan pada freezer untuk pengujian lebih lanjut

  • –masing konsentrasi dipipet 0,2 ml ditambahkan 15,8 ml aquadest kemudian dimasukan 1 ml reagen Folin Ciocalteu. Diamkan selama 8 menit, tambah 3 ml larutan Na
  • 2 CO 3 20% (w/v) dan kocok hingga homogen. Diamkan selama 2 jam pada suhu kamar sebelum diukur pada absorbansi 765 nm

    2. METODE PENELITIAN Bahan dan peralatan

      dengan menggunakan oven (Memmert) pada suhu 55 C selama 48 jam dilanjutkan dengan penghalusan dengan menggunakan blender.

      Eucheuma Cottonii kemudian dikeringkan

      provinsi jawa tengah Indonesia. Rumput Laut

      Prosedur percobaan Persiapan bahan baku Eucheuma cottonii dari Karimun Jawa,

      Bahan utama penelitian ini adalah rumput laut segar Eucheuma cottonii yang didapatkan dari perairan Karimun Jawa. Bahan lain yang digunakan reagen Folin ciocalteu (Merck), gallat (Merck, kemurnian 99 %), H 2 O 2 (Sigma, kemurnian 30 %), dan metanol (Merck, kemurnian 90%). Air suling diambil dari reverse osmosis unit di Jurusan Teknik Kimia FT-UNDIP. Adapun peralatan yang digunakan digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan elektrik (Sartorius), oven (Memmert), Microwave (Miyako), spektrofotometer (Optima), peralatan gelas (Pyrex), kertas saring, dan alumunium foil.

      3. HASIL DAN PEMBAHASAN

      Dari hasil analisa kandungan senyawa fenolik rumput laut Euceuma Cottoni dengan variasi waktu dan suhu dapat dilihat pada Gambar 1.

      Gambar 1. Kurva Fenolik dengan Variasi

      suhu dan waktu Gambar 1 menunjukan kandungan Total fenolik dengan naiknya suhu dan waktu ekstraksi akan semakin menaikkan kandungan total fenolik pada ekstraksi rumput laut

      Euceuma Cottoni . Kandungan total fenolik

      tertinggi pada waktu ekstraksi 6 menit dengan suhu 60 C kemudian mengalami penurunan ketika suhu ekstraksi 65

      C. Penelitian terhadap ekstraksi senyawa fenolik dengan ekstraksi berbantu microwave pada gandum telah dilakukan dengan meningkatnya suhu dapat meningkatkan kandungan total fenolik [23]. Hal yang sama didapat dari estraksi gandum, beras dan oat menunjukan bahwa pada suhu 60 C meningkatkan kandungan senyawa fenolik dan mengalami penurunan kandungan senyawa fenolik pada suhu ekstraksi 70 C [24]. Penelitian pada

      Monostroma nitidum , Ulva conglobata , Codium fragile , Papenfussiella kuromo , Ishige okamurai ,Ishige sinicola , Colpomenia sinuosa Myagropsis myagroides, Sargassum coreanum Sargassum fulvellum Sargassum horneri dari kepulauan Jeju, dengan

      menggunakan pelarut metanol pada suhu 20 C dan 70 C menunjukan suhu terbaik pada suhu

      70 C [25].

      Kenaikan temperatur meningkatkan permeabilitas dinding sel, yang mengakibatkan meningkatkan kelarutan dan difusi dari senyawa fenolik dan penurunan viskositas dari pelarut sehingga memudahkan proses ekstraksi [26]. Kenaikan suhu akan yang terekstrak kenaikan temperatur ekstraksi dapat merusak atau meningkatkan ikatan hidrolisis dari beberapa senyawa fenolik dan menyebabkan senyawa tersebut mudah terekstrak. Ekstraksi senyawa fenolik hubungan antara suhu dan senyawa fenolik terekstrak bersifat kuadratik, peningkatan suhu menyebabkan peningkatan kadar total fenol sampai suhu tertentu kemudian peningkatan suhu menyebabkan penurunan senyawa fenolik yang disebabkan dekomposisi senyawa fenolik yang disebabkan komponen baru lebih rendah dari titik didih komponen sebelumnya sehingga lebih mudah menguap[27].

      Penelitian ini menunjukan ekstraksi senyawa fenolik rumput laut Euceuma Cottonii pada suhu 65 C mengalami penurunan. Hal ini dimungkinkan karena ketidakstablian senyawa fenolik pada suhu tinggi [28]. Kenaikan senyawa fenolik pada penelitian ini selain dipengaruhi oleh suhu juga oleh lama waktu ekstraksi, lama waktu ekstraksi menaikan jumlah analit yang terekstrak. Semakin lama proses ekstraksi, maka kontak antara pelarut dengan zat terlarut akan semakin lama sehingga proses pelarutan senyawa fenolik akan terus berlangsung dan berhenti sampai pelarut jenuh terhadap solute [29]. Hukum kedua Fick menyatakan setelah waktu tertentu proses difusi akan mencapai keseimbangan pada saat itu penambahan waktu ekstraksi tidak akan meningkatkan jumlah bahan terekstrak [30].

      Namun ketika waktu optimum telah tercapai, penambahan waktu ekstraksi tidak lagi dapat meningkatkan kandungan senyawa fenolik yang terekstrak [31] [32]. Penelitian ekstrak senyawa fenolik dari Euceuma cottoni yang dilakukan menunjukan waktu terbaik pada waktu ekstraksi 6 menit dengan suhu ekstraksi 60 o

      C. Penambahan waktu ekstraksi diatas 8 menit tidak akan menambah kandungan total fenolik secara signifikant. Hal ini menunjukkan pada waktu ekstraksi 6 menit hampir semua senyawa fenolik telah terekstrak [33]. Lama waktu ekstraksi dapat menyebabkan paparan terhadap oksigen lebih banyak [32]. Hal ini dapat meningkatkan peluang untuk terjadinya oksidasi senyawa fenolik sehingga kandungan total fenolik yang terekstrak menurun, yang pada penelitian ini terjadi ketika ekstraksi dilangsungkan diatas 8 menit pada suhu 60 o C.

      Kesimpulan Dari hasil penelitian ekstraksi berbantu gelombang micro pada rumput laut Euceuma

      Cottoni i menunjukkan suhu dan waktu

      ekstraksi berpengaruh terhadap kandungan total fenolik rumput laut Eucheuma cottonii suhu optimum didapatkan pada suhu 60 C dengan waktu ekstraksi 6 menit.

      Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan memvariasikan frekuensi, dan rasio pelarut sehingga dapat mengoptimalkan ekstraksi senyawa fenolik dari rumput laut Euchema Cottonii .

    DAFTAR PUSTAKA

      Pharm Tech Research, 2(2) pp. 1074- 1081. [11]Milam, L.J, 2012, Exciting New Research

      Tepung Gadung (Dioscorea hispida Dennst) Dengan Ekstraksi Berbantu Gelombang Micro. Universitas Diponegoro.Thesis.

      Asian Journal Of Biochemical and Pharmaceutical Research, 2 (1 )pp. 410. [18]Hartarti Indah, 2010, Isolasi Alkaloid Dari

      Microwave Solvent Extraction (MSE) As an Effective Technique Against Tradisonal Solvent Extraction (TSE) For Screening Different Plant extracts For Antioxidant Activity .

      V.K, 2011.

      [16]Hongyan, Li., Zeyuan, D., Tao, W., Rong, H.L., Steven, L.W. and Rong, T, 2012, Microwave Assited Extraction Of Phenolics With Maximal Antioxidant Activities In Tomatoes . J Food Chemistry, 130, pp. 928-936. [17]Mathur, A., Deepika Mathur, G.B.K.S., Prasad. and Dua,

      2010. Microwave Assisted Extraction Of Phenolic Compounds From Wine Less and Spray Drying Of The Extract . Food Chemistry, pp. 124 :

      M.R., Belanger. and Elevina, P, 2007, The Microwave Assisted Process (MAP) Extraction and Determination Of Fat From Cocoa Powder and Cocoa Nibs. Journal Of Food Engineering, 79 pp. 1110-1114. [15]Serradilla, J.A.P. and Decastro, M.D.L.

      Pengaruh Konsentrasi Larutan Potasium Hidroksida Terhadap Mutu Kappa Karaginan Yang Diekstraksi Dari Eucheuma Cottonii . Jurnal Perikanan Indonesia, 9 pp. 95-105. [14]Elkhori, S., Jr. Jocylyn, P., Jacqueline.

      V, 2011, Effect of Extraction Conditions On the Extractability of Phenolic Compounds From Lyophilised Fig Fruits (Ficus Carcia L) J. Food Nutr sci, 61(3) pp. 195- 199. [13]Jamal, B., Syarifudin. dan Farid, M, 2003,

      Nutrition Research Institute Published , pp. 1-6. [12]Kojic, A.B., Mirela, P., Srecko, T., Stela, K., Ibrahim, M., Mate, B. and Darko,

      Regarding The Antioxidant Power of Foods and Nutritional Supplements .

      [1]Cocon, 2012, Status Rumput Laut Indonesia Peluang dan Tantangan ://www.jasuda.net/.

      Diakses 7 Januari 2012. [2]Doty, M.S, 1985, Taxonomy of Economic

      Fakultas Kedokteran. Univeristas Diponegoro. Skripsi [10]Sachin, U.R., Priyanka, R., Patil. and Sagar, R.M, 2010, Use of Natural

      (Allium sativum) dan Cabe Jawa (Piper retrofractum Vahl.) Terhadap Jumlah Limfosit Pada Tikus Yang Diberi Suplemen Kuning Telur.

      Penebar Swadya. [9]Wardiah, N.A, 2009, Efek Bawang Putih

      (ed.) Food Antioxidant. Elsevier Applied Science. [8]Hernani, Raharjo, M, 2005, Tanaman berkhasiat Antioksidan .Jakarta.

      Detection Estimation and Evaluationof Antioxidants in Food System. In: Hudson B.J.F

      Journal of Experimental Marine Biology and Ecology, 349 pp. 359- 369 [6].Yumiko, Y.S., Hsieh, Y.P. and Suzuki, T, 2003, Distribution Of Flavonoid and Related Compounds Seaweed In Japan. Jurnal Of Tokyo University Fisheries, 89 pp. 1-6.

      [5]Connan S, Eric D, Erwan A G, 2007, Influence of Day-Night and Tidal cycles On Phenol Content and Antioxidant Capacity In Three TemperateIntertidal Brown Seaweeds .

      Kappaphycus Alvarezii(Doty)Doty an Edible Seaweed .J Food Chemistry, 107. pp 289-295

      [Juli 2012]. Diakses 5 Februari 2013. [4]Suresh K., Kumar,K Ganesan PV Subba Rao, 2007, Antioxidant Potential Of solvent Extract Of

      [3]Anonim. (2003). Pengolahan Rumput Laut Euchema sp . http://www.dkp.go.id.

      2Eucheuma alvarezii sp.nov (Gigartinales, Rhodophyta) from Malaysia . California Sea Grant College Program , pp 37 – 45.

      Seaweeds:

      Antioxidants to Scavenge Free Radicals :A Major Cause Of Diseases. International Journal of

      

    [19]Hagerman, A.E, 2002, Condensed Tannin Extraction of Phenolic Compounds

    Structural Chemistry. Department of and Antioxidant From Grape Peel Chemistry andBiochemistry . Miami. Through Respons Surface University Oxford Methodology . J Korean Soc Appl [20]Sukardi,AR Mulyarto,W Safera, 2007, Biol, 52(3) pp. 295-300 Optimasi Waktu Ekstraksi Terhadap [30]Chew, K. K., Ng, S. Y., Thoo, Y. Y., Khoo, Kandungan Tanin Pada Bubuk Ekstrak M. Z.,Wan, A.W. M. and Ho, C.W, Daun Jambu Biji (Psdii Folium) Serta 2011, Effect Of Ethanol Biaya Produksiny a.Jurnal Teknologi Concentration Extraction Time And Pertanian. 8(2) pp. 88-94 Extraction Temperature On The

    [21]Mandal, V., Mohan, Y., & Hemalatha, S. , Recovery Of Phenolic Compounds

    • 2007, Microwave Assisted Extraction And Antioxidant Capacity Of An Innovative and Promising Extraction Centella Asiatica Extracts .

      Tool for Medicinal Plant Research . International Food Research Pharmacognosy Reviews , 1 (1) pp. 7-18. Journal,18 pp. 571-578.

      

    [22]Waterhouse, A. (1999). Folin Ciocalteu [31]Ince, A.E., Sahin, S., Servet, G.S, 2013,

    Micro Method for Total Phenol in Extraction Of Phenolic Compounds Wine . Department of Viticulture and From Melissa Using Microwave and Enology. University Of Californin, pp. Ultrasound . Turk J Agric, 37 :69:75. 152-178. [32]Han, D., Tao, Z. and Kyung, H. R, 2011,

    [23] Inglet, G.E., Devin. J. R., Diejun C.,David Ultrasonic Extraction of Phenolic

    G. S., Atanu, B, 2010, Phenolic Compounds from Laminaria

      Content and Antioxidant Activity of Japonica Aresch Using Ionic Liquid Extracts From Whole Buckwheat as Extraction Solvent . Bull. Korean

    (Fagopyrum esculentum Möench) With Chem. Soc , 32(7):2212-2216

    or Without Microwave irradiation. [33]Qin, L., Wenhuai, K., Zhiwen, Z., Yanling, Food Chemstry 119,pp. 1216-1219 Q. And Fengbao, W, 2012,

    [24]Dar, B.N and Savita, S, 2011. Total Ultrasonic Assisted Extraction

      Phenolic Content Of Cereal Brans Flavonoid and Ability to Scavenge Using Conventional and Mikrowave 1,1 Diphenyl

      2 Picrylhydrazyl Assisted Extraction. American (DPPH) Radicals From Medlar (a Journal Of Food Technology, 6(12) Miller) Leaves and Fruits . Journal of pp. 1046:1053. Medicals Plants Research, 6(17) pp. and Ki, W.L, 2003, Antioxidant Effect of Enzymatic Hydrolyzate Ucapan terima kasih

      Ecklonia Cava. Alage, From Kelp. 18(4) pp. 341-347. Penelitian Senyawa Fenolik rumput

    [26]Bailon, M.T.and Santos, B, 2003, laut Eucheuma cottonii dengan metode

    Polyphenols extraction from foods. ekstraksi berbantu microwave dapat terlaksana Methods in polyphenol analysis. atas bantuan dari semua pihak terutama C ambridge, UK: Royal Society of segenap asisten lab membran research center Chemistry Teknik kimia UNDIP [27]Sjahid L.R , 2008, Isolasi dan

      Indentifikasi Flavonoid dari Daun Dewa (Eugenia uniflora L .Universitas Muhamadiyah Semarang. Skripsi [28]Liazid, A., Palma, M., Brigui, J., &

      Barroso, C. G, 2007, Investigation on phenolic compounds stability during microwave-assisted extraction.

      Journal Chromatography A, 1140, 29 –34. [29]Ghafoor, K and Yuan H.C, 2009,

      Optimazation Of Ultrasound Assisted