BAB I PENDAHULUAN BAB II LANDASAN TEORI
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Deskripsi Alkitab
1.
Pengertian Alkitab
2.
Kanonisasi Alkitab
3.
B.
C.
2.1
Perjanjian Lama
2.2
Perjanjian Baru
Kebenaran Alkitab
Deskripsi Yahudi
1.
Pengertian Yahudi
2.
Agama Orang Yahudi
3.
Kitab Orang Yahudi
Deskripsi Etika Kristen
1.
Pengertian Etika Kristen
2.
Manfaat Etika Kristen
3.
Tujuan Etika Kristen
BAB III
PEMBAHASAN
1.
BAB IV
Alkitab Dipandang Dari Sudut Keyahudian dan Etika Kristen
PENUTUP
1.
Kesimpulan
2.
Saran
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Deskripsi Alkitab
1.
Pengertian Alkitab
Alkitab adalah
sebutan
untuk kitab
suci umat Kristiani.
Alkitab itu meskipun umumnya dicetak sebagai satu jilid buku,
sebenarnya merupakan kumpulan dari 66 kitab yang secara resmi
diakui oleh umat Kristen sebagai kitab yang diilhami oleh Tuhan
Allah. Kadang-kadang dipakai sebutan Injil untuk kitab suci orang
Kristen, tetapi ini tidak benar, karena yang disebut sebagai kitabkitab Injil itu hanyalah empat dari 66 kitab termaksud, yaitu empat
kitab pertama dalam bagian Perjanjian Baru.
Kata "Alkitab" berasal dari bahasa Arab, Al dan Kitab , yang secara
harfiah berarti "kitab itu" atau "buku itu", di mana kata Almerupakan
kata sandang khas dalam bahasa Arab. Dalam Kitab Suci agama
Kristen sendiri, istilah Alkitab (yang berasal dari istilah Arab) tidak
dipakai, karena Kitab Suci agama Kristen diterjemahkan ke dalam
bahasa
Indonesia
dari
bahasa
aslinya,
yaitu bahasa
Ibrani, Aram dan Yunani.
Oleh orang Kristen di Indonesia, istilah "Alkitab" dipakai sebagai
sebutan untuk Kitab Suci (dalam makna serupa dengan kata Bible
dalam bahasa Inggris), yaitu kumpulan Kitab Suci gabungan dari Kitab
Suci agama Yahudi (Alkitab Ibrani/Perjanjian Lama/Old Testament)
dan kitab-kitab yang ditulis oleh orang-orang Kristen mula-mula
(Perjanjian Baru/New Testament). Alkitab sendiri sebenarnya dapat
juga merujuk kepada Kitab Suci agama Islam, Al Qur'an.
2.
Kanonisasi Alkitab
Kata 'Kanon' merupakan sebuah kata yang berasal dari bahasa
Ibrani qāneh, yang secara harfiah dapat diterjemahkan dengan
"ukuran"
atau
"tali
pengukur"
dan
kemudian
dalambahasa
Yunani berubah menjadi kanōn dan mendapat makna yang lebih
penting: Pada abad ke-2 M kata kanones (bentuk jamak) dipakai
sebagai istilah untuk Aturan atau Tata Gereja. Sejak abad ke-4
kata kanōn berarti 'ukuran' bagi iman Kristen. Ketika istilah ini dipakai
bagi Alkitab, maka Alkitab dipercayai sebagai 'ukuran' bagi Iman dan
Hidup orangKristen
Alkitab
terdiri
atas
Lama dan Perjanjian
"Perjanjian"
karena
dua
Baru.
bagian
utama,
Bagian-bagian
yaitu Perjanjian
utama
ini
Allah bangsa Israel membuat
disebut
perjanjian
kepada manusia. Di dalam Perjanjian Lama perjanjian itu dibuat
dengan Nuh, Abraham, Ishak, Yakub, Musa dengan bangsa Israel
dan Daud.
Bagian Perjanjian
Lama (Old
Testament)
sendiri
sebenarnya merupakan Kitab Suci agama Yahudi, yang memuat cerita
tentang nabi-nabi agama Yahudi.
Di dalam Perjanjian Baru, yang ditulis oleh orang-orang
Kristen yang pertama, perjanjian itu diperbarui lagi antara Allah
dengan seluruh umat manusia melalui Yesus Kristus. Sebagai Kitab
Suci agama Yahudi, hampir semua buku dalam Perjanjian Lama ditulis
dalam
bahasa Ibrani,
kecuali
beberapa
bagian
yang
ditulis
dalam bahasa Aram contohnya kitab Daniel. Sedangkan semua buku
Perjanjian Baru ditulis dalam bahasa Yunani dengan sejumlah katakata bahasa Aram (bahasa daerah di Israel pada waktu itu) dan bahasa
Latin (bahasa pemerintah Romawi yang berkuasa pada masa itu),
walaupun Yesus Kristus sendiri yang berbangsa Yahudi diyakini
sehari-harinya berbicara dalam bahasa Aram.
.
2.1.
Kanonisasi Perjanjian Lama
Secara pasti tidak ada kriteria untuk kanonisitas Perjanjian
Lama, meskipun terdapat konsensus di kalangan para ahli yang
menyebutkan ada empat hal yang dapat dijadikan sebagai dasar
kanonisitas Perjanjian Lama, yaitu:
Kanonisitas dikaitkan dengan nubuat
Kanonisitas dikaitkan dengan perjanjian (covenant)
Kananositas Perjanjian Lama diteguhkan melalui rujukanrujukan Perjanjian Baru terhadapnya
Kanonisitas
Perjanjian
Lama
diteguhkan
oleh
pemakaiannya dalam ibadah yang dilakukan oleh umat
Israel.
Pada dasarnya kitab-kitab yang termasuk Perjanjian Lama
adalah tepat sama isinya dengan kitab-kitab dalam Alkitab
Ibrani, meskipun ada perbedaan urutannya.
2.2.
Kanonisasi Perjanjian Baru
Kanonisasi Perjanjian Baru dimulai sekitar tahun 200.
Pada saat itu mulai disusun daftar-daftar kitab suci yang
kurang lebih resmi. Misalnya pada tahun 190 di Roma muncul
sebuah daftar yang disebut Kanon Muratori. Kanon Muratori
merupakan kanon tertua yang disimpan sebagai sebuah
fragmen dalam sebuah naskah salinan dari abad VIII. Nama
Muratori merupakan nama seorang pustakawan Milano, L.A.
Muratori
yang
menemukan
fragmen
tersebut
dan
menerbitkannya pada tahun 1740 Kanon ini berisi daftar kitabkitab yang dipakai jemaat di Roma dan sejumlah karangan
yang dianggap "palsu".
Pada tahun 254, Origenes dari Alexandria juga menyusun
sebuah daftar kitab. Tahun 303 Eusebius dari Kaisarea juga
membuat daftar kitab.
Tahun 367, Uskup Aleksandria Athanasius menyusun
daftar
Alkitab Perjanjian Baru dengan jumlah 27 kitab. Daftar itu
kemudian diterima oleh umat di bagian Timur. Sedangkan di
bagian
barat,
umat
olehAthanasius. Paus
menerima
Innosensius
daftar
yang
I mengirim
disusun
daftar
itu
ke Perancis pada tahun 419. Daftar ke 27 kitab itu kembali
diperteguh
dalam konsili
Florence (1441), konsili
Trente (1546) dan Konsili Vatikan I (1870).
3.
Kebenaran Alkitab
Alkitab lebih dari pada hanya suatu buku mengenai sejarah
masa lampau yang ditulis dalam bahasa kuno. Alkitab berisi berbagai
macam kebenaran. Alkitab merupakan suatu buku sumber bagi sejarah
dan kehidupan Israel; tanpa informasi dari Alkitab itu maka agama dari
bangsa tersebut tidak akan pernah bisa dimengerti. Alkitab
mencerminkan cara dan pandangan hidup Israel; mengungkapkan
perkembangan ukuran serta norma yang berlaku di dalam kehidupan
bangsa tersebut; mempersaksikan sumber air hidup yang menyegarkan
serta menopang jiwa kehidupan Israel. Alkitab juga merupakan catatan
yang memuat pergumulan, pertanyaan dan keteguhan rohani terhadap
soal-soal agama yang mendalam. Alkitab mengungkapkan penelusuran
jiwa yang mengalami pasang-surut dan yang menuju kepada
pemahaman yang lebih mendalam tentang maksud dan kehendak
Allah.
Alkitab, khususnya bagian Perjanjian baru berisi dokumen-dokumen
yang memuat kumpulan cerita tentang hidup, pelayanan, kematian dan
kebangkitan Yesus. Bagian ini juga memuat tafsiran (interpretasi) dari
peristiwa-peristiwa tersebut dan keterangan tentang tahun-tahun
permulaan terbentuknya Gereja Kristen di dunia ini.
Banyak juga cerita dalam Alkitab yang sepintas kilas seperti
tak mengandung nilai agama. Misalnya cerita tentang raja-raja yang
dinobatkan, dibunu, mati dan dikuburkan, cerita-cerita tentang tentara
yang mempertahankan wilayah atau memperluasnya. Demikian pula
cerita tentang pemberlakuan hukum, seperti yang termuat di dalam
Kitab Keluaran dan Ulangan, sedikit saja yang memberikan bantuan
kepada pembaca yang ingin memperoleh pedoman untuk ibadahnya.
Dalam hal ini sebaiknya kita dengan jujur mengakui, bahwa memang
banyak tembaga di antara emas.
Namun demikian, semua kegiatan yang dijalankan oleh bangsa
Israel itu diakui dan dinyatakan sebagai yang secara langsung
dicampur-tangani oleh Allah. Dan hal inilah yang menjadikan Alkitab
itu tetap relevan sepanjang masa. Hal itu pula yang mempersatukan
buku-buku yang beraneka ragam di dalam Alkitab itu.
Dengan pengakuan yang demikian itu lalu kita bisa melihat, bahwa
setiap pengarang di dalam Alkitab selalu mengaitkan apa yang
dituturkan dengan campur tangan Allah. Si pengarang bisa menuturkan
tentang kemenangan atau kekalahan tentara Israel dalam peperangan.
Namun ia juga melihat, bahwa di balik kemenangan dan kekalahan itu
selalu ada maksud-maksud Allah yang tertentu. Allah berkuasa
memberlakukan maksud-Nya melalui kemenangan atau kekalahan
tentara Israel.
Kesatuan inilah yang mempersatukan semua buku di dalam
Alkitab. Dan kesatuan itu pula yang menyebabkan buku-buku tersebut
dikumpulkan menjadi satu Buku, yaitu Alkitab. Setiap bagian dari
Buku Alkitab tersebut, baik yang berupa cerita-cerita, puisi, hukum,
nubuat, cerita tentang Yesus dan perkataan-perkataan-Nya, maupun
surat-surat Paulus, semuanya berbicara tentang kehendak, tindakan,
karya dan maksud Allah.
PENDAHULUAN
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Deskripsi Alkitab
1.
Pengertian Alkitab
2.
Kanonisasi Alkitab
3.
B.
C.
2.1
Perjanjian Lama
2.2
Perjanjian Baru
Kebenaran Alkitab
Deskripsi Yahudi
1.
Pengertian Yahudi
2.
Agama Orang Yahudi
3.
Kitab Orang Yahudi
Deskripsi Etika Kristen
1.
Pengertian Etika Kristen
2.
Manfaat Etika Kristen
3.
Tujuan Etika Kristen
BAB III
PEMBAHASAN
1.
BAB IV
Alkitab Dipandang Dari Sudut Keyahudian dan Etika Kristen
PENUTUP
1.
Kesimpulan
2.
Saran
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Deskripsi Alkitab
1.
Pengertian Alkitab
Alkitab adalah
sebutan
untuk kitab
suci umat Kristiani.
Alkitab itu meskipun umumnya dicetak sebagai satu jilid buku,
sebenarnya merupakan kumpulan dari 66 kitab yang secara resmi
diakui oleh umat Kristen sebagai kitab yang diilhami oleh Tuhan
Allah. Kadang-kadang dipakai sebutan Injil untuk kitab suci orang
Kristen, tetapi ini tidak benar, karena yang disebut sebagai kitabkitab Injil itu hanyalah empat dari 66 kitab termaksud, yaitu empat
kitab pertama dalam bagian Perjanjian Baru.
Kata "Alkitab" berasal dari bahasa Arab, Al dan Kitab , yang secara
harfiah berarti "kitab itu" atau "buku itu", di mana kata Almerupakan
kata sandang khas dalam bahasa Arab. Dalam Kitab Suci agama
Kristen sendiri, istilah Alkitab (yang berasal dari istilah Arab) tidak
dipakai, karena Kitab Suci agama Kristen diterjemahkan ke dalam
bahasa
Indonesia
dari
bahasa
aslinya,
yaitu bahasa
Ibrani, Aram dan Yunani.
Oleh orang Kristen di Indonesia, istilah "Alkitab" dipakai sebagai
sebutan untuk Kitab Suci (dalam makna serupa dengan kata Bible
dalam bahasa Inggris), yaitu kumpulan Kitab Suci gabungan dari Kitab
Suci agama Yahudi (Alkitab Ibrani/Perjanjian Lama/Old Testament)
dan kitab-kitab yang ditulis oleh orang-orang Kristen mula-mula
(Perjanjian Baru/New Testament). Alkitab sendiri sebenarnya dapat
juga merujuk kepada Kitab Suci agama Islam, Al Qur'an.
2.
Kanonisasi Alkitab
Kata 'Kanon' merupakan sebuah kata yang berasal dari bahasa
Ibrani qāneh, yang secara harfiah dapat diterjemahkan dengan
"ukuran"
atau
"tali
pengukur"
dan
kemudian
dalambahasa
Yunani berubah menjadi kanōn dan mendapat makna yang lebih
penting: Pada abad ke-2 M kata kanones (bentuk jamak) dipakai
sebagai istilah untuk Aturan atau Tata Gereja. Sejak abad ke-4
kata kanōn berarti 'ukuran' bagi iman Kristen. Ketika istilah ini dipakai
bagi Alkitab, maka Alkitab dipercayai sebagai 'ukuran' bagi Iman dan
Hidup orangKristen
Alkitab
terdiri
atas
Lama dan Perjanjian
"Perjanjian"
karena
dua
Baru.
bagian
utama,
Bagian-bagian
yaitu Perjanjian
utama
ini
Allah bangsa Israel membuat
disebut
perjanjian
kepada manusia. Di dalam Perjanjian Lama perjanjian itu dibuat
dengan Nuh, Abraham, Ishak, Yakub, Musa dengan bangsa Israel
dan Daud.
Bagian Perjanjian
Lama (Old
Testament)
sendiri
sebenarnya merupakan Kitab Suci agama Yahudi, yang memuat cerita
tentang nabi-nabi agama Yahudi.
Di dalam Perjanjian Baru, yang ditulis oleh orang-orang
Kristen yang pertama, perjanjian itu diperbarui lagi antara Allah
dengan seluruh umat manusia melalui Yesus Kristus. Sebagai Kitab
Suci agama Yahudi, hampir semua buku dalam Perjanjian Lama ditulis
dalam
bahasa Ibrani,
kecuali
beberapa
bagian
yang
ditulis
dalam bahasa Aram contohnya kitab Daniel. Sedangkan semua buku
Perjanjian Baru ditulis dalam bahasa Yunani dengan sejumlah katakata bahasa Aram (bahasa daerah di Israel pada waktu itu) dan bahasa
Latin (bahasa pemerintah Romawi yang berkuasa pada masa itu),
walaupun Yesus Kristus sendiri yang berbangsa Yahudi diyakini
sehari-harinya berbicara dalam bahasa Aram.
.
2.1.
Kanonisasi Perjanjian Lama
Secara pasti tidak ada kriteria untuk kanonisitas Perjanjian
Lama, meskipun terdapat konsensus di kalangan para ahli yang
menyebutkan ada empat hal yang dapat dijadikan sebagai dasar
kanonisitas Perjanjian Lama, yaitu:
Kanonisitas dikaitkan dengan nubuat
Kanonisitas dikaitkan dengan perjanjian (covenant)
Kananositas Perjanjian Lama diteguhkan melalui rujukanrujukan Perjanjian Baru terhadapnya
Kanonisitas
Perjanjian
Lama
diteguhkan
oleh
pemakaiannya dalam ibadah yang dilakukan oleh umat
Israel.
Pada dasarnya kitab-kitab yang termasuk Perjanjian Lama
adalah tepat sama isinya dengan kitab-kitab dalam Alkitab
Ibrani, meskipun ada perbedaan urutannya.
2.2.
Kanonisasi Perjanjian Baru
Kanonisasi Perjanjian Baru dimulai sekitar tahun 200.
Pada saat itu mulai disusun daftar-daftar kitab suci yang
kurang lebih resmi. Misalnya pada tahun 190 di Roma muncul
sebuah daftar yang disebut Kanon Muratori. Kanon Muratori
merupakan kanon tertua yang disimpan sebagai sebuah
fragmen dalam sebuah naskah salinan dari abad VIII. Nama
Muratori merupakan nama seorang pustakawan Milano, L.A.
Muratori
yang
menemukan
fragmen
tersebut
dan
menerbitkannya pada tahun 1740 Kanon ini berisi daftar kitabkitab yang dipakai jemaat di Roma dan sejumlah karangan
yang dianggap "palsu".
Pada tahun 254, Origenes dari Alexandria juga menyusun
sebuah daftar kitab. Tahun 303 Eusebius dari Kaisarea juga
membuat daftar kitab.
Tahun 367, Uskup Aleksandria Athanasius menyusun
daftar
Alkitab Perjanjian Baru dengan jumlah 27 kitab. Daftar itu
kemudian diterima oleh umat di bagian Timur. Sedangkan di
bagian
barat,
umat
olehAthanasius. Paus
menerima
Innosensius
daftar
yang
I mengirim
disusun
daftar
itu
ke Perancis pada tahun 419. Daftar ke 27 kitab itu kembali
diperteguh
dalam konsili
Florence (1441), konsili
Trente (1546) dan Konsili Vatikan I (1870).
3.
Kebenaran Alkitab
Alkitab lebih dari pada hanya suatu buku mengenai sejarah
masa lampau yang ditulis dalam bahasa kuno. Alkitab berisi berbagai
macam kebenaran. Alkitab merupakan suatu buku sumber bagi sejarah
dan kehidupan Israel; tanpa informasi dari Alkitab itu maka agama dari
bangsa tersebut tidak akan pernah bisa dimengerti. Alkitab
mencerminkan cara dan pandangan hidup Israel; mengungkapkan
perkembangan ukuran serta norma yang berlaku di dalam kehidupan
bangsa tersebut; mempersaksikan sumber air hidup yang menyegarkan
serta menopang jiwa kehidupan Israel. Alkitab juga merupakan catatan
yang memuat pergumulan, pertanyaan dan keteguhan rohani terhadap
soal-soal agama yang mendalam. Alkitab mengungkapkan penelusuran
jiwa yang mengalami pasang-surut dan yang menuju kepada
pemahaman yang lebih mendalam tentang maksud dan kehendak
Allah.
Alkitab, khususnya bagian Perjanjian baru berisi dokumen-dokumen
yang memuat kumpulan cerita tentang hidup, pelayanan, kematian dan
kebangkitan Yesus. Bagian ini juga memuat tafsiran (interpretasi) dari
peristiwa-peristiwa tersebut dan keterangan tentang tahun-tahun
permulaan terbentuknya Gereja Kristen di dunia ini.
Banyak juga cerita dalam Alkitab yang sepintas kilas seperti
tak mengandung nilai agama. Misalnya cerita tentang raja-raja yang
dinobatkan, dibunu, mati dan dikuburkan, cerita-cerita tentang tentara
yang mempertahankan wilayah atau memperluasnya. Demikian pula
cerita tentang pemberlakuan hukum, seperti yang termuat di dalam
Kitab Keluaran dan Ulangan, sedikit saja yang memberikan bantuan
kepada pembaca yang ingin memperoleh pedoman untuk ibadahnya.
Dalam hal ini sebaiknya kita dengan jujur mengakui, bahwa memang
banyak tembaga di antara emas.
Namun demikian, semua kegiatan yang dijalankan oleh bangsa
Israel itu diakui dan dinyatakan sebagai yang secara langsung
dicampur-tangani oleh Allah. Dan hal inilah yang menjadikan Alkitab
itu tetap relevan sepanjang masa. Hal itu pula yang mempersatukan
buku-buku yang beraneka ragam di dalam Alkitab itu.
Dengan pengakuan yang demikian itu lalu kita bisa melihat, bahwa
setiap pengarang di dalam Alkitab selalu mengaitkan apa yang
dituturkan dengan campur tangan Allah. Si pengarang bisa menuturkan
tentang kemenangan atau kekalahan tentara Israel dalam peperangan.
Namun ia juga melihat, bahwa di balik kemenangan dan kekalahan itu
selalu ada maksud-maksud Allah yang tertentu. Allah berkuasa
memberlakukan maksud-Nya melalui kemenangan atau kekalahan
tentara Israel.
Kesatuan inilah yang mempersatukan semua buku di dalam
Alkitab. Dan kesatuan itu pula yang menyebabkan buku-buku tersebut
dikumpulkan menjadi satu Buku, yaitu Alkitab. Setiap bagian dari
Buku Alkitab tersebut, baik yang berupa cerita-cerita, puisi, hukum,
nubuat, cerita tentang Yesus dan perkataan-perkataan-Nya, maupun
surat-surat Paulus, semuanya berbicara tentang kehendak, tindakan,
karya dan maksud Allah.