laporan karbohidrat kimia oraganik air

BAB III
ANALISIS KUALITATIF KARBOHIDRAT
TUJUAN

:

 Mengetahui prinsip dasar uji kualitatif karbohidrat
 Mengetahui perbedaan prinsip dari masing-masing metode
A. Pre-lab
1. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis karbohidrat dan beri contoh masing-masing 3 ?
 Monosakarida merupakan suatu molekul yang terdiri dari lima atau enam atom C,
contoh: glukosa, fruktosa, dan galaktosa
 Disakarida merupakan ikatan yang terdiri dari 2 monosakarida, contoh: sukrosa,
laktosa, dan maltosa
 Oligosakarida adalah polimer dari 2-10 monosakarida, contoh: rafinosa, stakiosa,
dan verbaskosa
 Gula alkohol adalah bentuk alkohol dari monosakarida, contoh: sorbitol, manitol,
dan dulsitol
 Polisakarida adalah polimer yang terdiri lebih dari 10 monomer monosakarida,
contoh: pati, dekstrin, dan glikogen
 Serat merupakan polisakarida non pati, terdiri dari serat yang larut air dan tidak larut

air, contoh: lignin, hemiselulosa (tidak larut air), dan pektin (larut air) (Almatsier,
2009).
2. Bagaimana prinsip analisis karbohidrat menggunakan uji Molisch?
Larutan contoh ditambahkan pereaksi α-naftol 10% dan dikocok. Secara hati-hati
tambahkan H2SO4 pekat sehingga timbul dua lapisan cairan dalam tabung reaksi di mana
larutan contoh akan berada di lapisan atas. Cincin berwarna merah ungu pada batas kedua
cairan menunjukkan adanya karbohidrat dalam larutan contoh (Winarno, 2008).
3. Bagaimanakah reaksi yang terjadi antara larutan yodium dengan sampel?
Reaksi yodium akan menimbulkan warna biru yang menandakan adanya pati dalam sampel,
warna merah menunjukkan adanya glikogen dan eritrodekstrin, warna coklat menandakan
adanya dekstrin, sedangkan monosakarida dan disakarida tidak berwarna (Winarno, 2008)
4.Apa fungsi dari uji benedict dan sampel apa saja yang bereaksi positif terhadap reagen
benedict?
Uji benedict berfungsi untuk mengidentifikasi adanya gula pereduksi dalam contoh ditandai
dengan timbulnya endapan warna hijau, kuning, atau merah orange. Pereaksi yang
digunakan terdiri dari kupri sulfat, natrium sitrat, dan natrium karbonat. Sampel yang

bereaksi positif adalah glukosa dan fruktosa. Ada tidaknya sifat pereduksi dari suatu
molekul gula ditentukan oleh ada tidaknya gugus hidroksil bebas yang reaktif. Pada glukosa
terletak pada karbon nomor 1 (anomerik) sedangkan fruktosa terletak pada karbon nomor 2.

Sukrosa tidak mempunyai gugus hidroksil bebas yang reaktif karena keduanya sudah saling
terikat (Winarno, 2008).
5.Jelaskan prinsip dari uji barfoed!
Sampel direaksikan dengan kupri asetat dan asam asetat kemudian dilakukan pemanasan
dengan air mendidih selama 1 menit. Timbulnya endapan berwarna merah oranye
menandakan adanya monosakarida di dalam sampel (Winarno, 2008).
B. Tinjauan Pustaka
1. Reagen molisch
Reagen molisch adalah larutan alfa-naftol dalam alkohol. Fungsi α-naftol sebagai
pereaksi agar terbentuknya cincin ungu sedangkan alkohol berfungsi untuk melindungi
agar karbohidrat tidak rusak ketika H2SO4 dimasukkan ke dalam sampel . Terjadi reaksi
dehidrasi karbohidrat oleh asam sulfat dan alfa naftol yang akan membentuk senyawa
kompleks berwarna ungu. Di mana asam sulfat berfungsi sebagai pembentukan senyawa
furfural dan sebagai agen kondensasi (Nur MN, 2014).
2. H2SO4
H2SO4 atau asam sulfat merupakan asam mineral (anorganik) yang kuat. Zat ini larut
dalam air pada semua perbandingan. Asam sulfat mempunyai banyak kegunaan,
termasuk dalam kebanyakan reaksi kimia. Kegunaan utama termasuk pemrosesan sintesis
kimia, pemrosesan air limbah dan pengilangan minyak (Gimantoro H, 2008).
3. Larutan yodium

Larutan yodium berisi Larutan 0,127 g I2 dalam 100 mL air yang mengandung 3 g KI.
Larutan ini berfungsi sebagai larutan yang diadsorpsi oleh larutan polisakarida dan akan
memberikan warna. Warna yang dihasilkan akan bergantung pada jenis polisakarida
pengadsorpsi (Haris H, 2014).
4. Reagen barfoed
Reagen Barfoed merupakan asam lemah dan hanya dapat mereduksi monosakarida.
Reagen barfoed berisi larutan kupri asetat dalam air dan asam asetat glasial. Reagen ini
harus selalu dalam keadaan segar (Haris H, 2014).
5. Reagen benedict
Reagen benedict berisi larutan kristal natrium sitrat dan natrium karbonat anhidrat
dalam air yang disaring. Setelah itu dilakukan penambahan kupri sulfat yang telah
dilarutkan dalam air dan dilakukan pengenceran menjadi larutan sebanyak 1 L. Proses

reduksi ion kupri dalam suasana basa perlu ditambahkan zat pengompleks yang berfungsi
untuk mencegah pengendapan CuCO3 dalam larutan natrium karbonat (Haris H, 2014).
6. Glukosa
Glukosa merupakan salah satu monosakarida dengan enam atom C (heksosa). Glukosa
dapat disebut juga sebagai gula anggur. Glukosa memiliki rumus kimia C6H12O6.
Glukosa bersifat simetrik atau mengikat keempat gugus yang berlainan, yaitu pada posisi
nomor 2, 3, 4, dan 5 (Winarno, 2008). Berikut adalah gambar stuktur glukosa (Nur MN,

2014):
CH 2 OH
O

H
H
OH

H

H
OH

OH
H

OH

Gambar 1. Struktur Glukosa
7. Fruktosa

Fruktosa dinamakan juga levulosa atau gula buah. Fruktosa merupakan gula yang
paling manis. Fruktosa memiliki rumus kimia seperti glukosa namun berbeda strukturnya.
Gula ini terutama terdapat dalam madu bersama glukosa, dalam buah, nektar bunga, dan
juga dalam sayur (Almatsier, 2009). Berikut adalah gambar stuktur fruktosa (Nur MN,
2014):
HOH 2 C

OH

O
H

OH

H

CH 2 OH
OH

H


Gambar 2. Struktur Fruktosa
8. Sukrosa
Sukrosa dinamakan juga gula tebu atau gula bit. Bila dicernakan atau dihidrolisis
sukrosa pecah menjadi satu unit glukosa dan fruktosa. Pada pembuatan sirup sebagian
sukrosa akan terurai menjadi glukosa dan fruktosa (Almatsier, 2009). Berikut adalah
gambar stuktur sukrosa (Nur MN, 2014):

Gambar 3. Struktur Sukrosa
9. Maltosa
Maltosa atau gula malt tergolong karbohidrat jenis disakarida. Maltosa terbentuk pada
setiap pemecahan pati, seperti yang terjadi pada tumbuh-tumbuhan bila benih atau biji-

bijian berkecambah dan di dalam usus manusia pada pencernaan pati. Bila dicernakan
atau dihidrolisis, maltosa pecah menjadi dua unit glukosa (Almatsier, 2009). Berikut
adalah gambar stuktur maltosa (Nur MN, 2014):
CH 2 OH

CH 2 OH
O


H
H
OH

H

O

H
H
OH

H

H
OH

O


OH
H

OH

H

H

OH

Gambar 4. Struktur Maltosa
10. Pati
Pati adalah karbohidrat polimer glukosa,yang terdiri atas amilosa dan amilopektin.
Amilosa merupakan bagian polimer linier dengan ikatan α-(1−> 4) unit glukosa.
Amilopektin merupakan polimer α-(1−> 4) unit glukosa dengan rantai samping α-(1−> 6)
unit glukosa (Herawati H, 2009). Berikut adalah struktur pati (Herawati H, 2009):

Gambar 5. Struktur Pati
11. Dekstrin

Dekstrin adalah glukosa yang terdiri dari polimer sakarida dengan ikatan α-1,4 Dglucose, memiliki rumus umum yang sama dengan pati tetapi lebih kecil dan sedikit
kompleks. Polisakarida ini diproduksi dengan hidrolisa pati, yang dapat dicapai dengan
bantuan enzim (Pudiastuti L et al, 2013). Berikut adalah gambar stuktur dekstrin (Loto,
2013):

Gambar 6. Struktur Dekstrin

C. Diagram Alir
1. Uji Molisch

2. Uji Yodium

3. Uji Barfoed

4. Uji Benedict

D. Hasil Percobaan Dan Pengamatan :
1. Uji Molisch

a. Tuliskan data hasil uji Molisch

Senyawa

Hasil Uji

Glukosa
Sukrosa
Pati

+
+
+

Keterangan
Molisch
H2SO4
Endapan merah
Cincin ungu
Endapan merah
Ungu pekat
Endapan merah

Ungu pekat

b. Bahas dan bandingkan data-data hasil uji Molisch dari beberapa sampel dalam percobaan
ini!
Prinsip
Larutan contoh ditambahkan pereaksi α-naftol 10% dan dikocok. Secara hati-hati
tambahkan H2SO4 pekat sehingga timbul dua lapisan cairan dalam tabung reaksi di mana
larutan contoh akan berada di lapisan atas. Cincin berwarna merah ungu pada batas kedua
cairan menunjukkan adanya karbohidrat dalam larutan contoh (Winarno, 2008).
Reaksi
Sampel direaksikan dengan reagen molisch dan H2SO4 pekat. Pada saat direaksikan dengan
reagen molisch, terbentuk endapan merah. Setelah direaksikan dengan H2SO4 pekat, warna
sampel berubah menjadi ungu pekat. Berikut adalah reaksi pembentukan warna ungu pekat
(Gambar 7) (Maligan, 2014):

Gambar 7. Reaksi pembentukan warna ungu pekat
Mekanisme uji
Mekanisme terbentuknya cincin ungu adalah karbohidrat oleh asam sulfat pekat akan
dihidrolisa menjadi monosakarida, lalu monosakarida tersebut mengalami dehidrasi oleh asam
sulfat menjadi furfural. Furfural tersebut dengan adanya α-naftol akan berkondensasi
membentuk senyawa kompleks berwarna ungu. Karbohidrat dalam asam encer walaupun
dipanaskan akan tetap stabil, tetapi apabila dengan asam pekat maka senyawa furfural akan
dihasilkan. Penggunaan asam sulfat pekat berfungsi untuk mendehidrasi karbohidrat menjadi

senyawa furfural. Penggunaan asam sulfat ini dapat digantikan misalkan dengan HCl atau HI
asalkan bersifat sama-sama pekat (Pramafisi, 2014).
Apabila asam pekat ditambahkan pada larutan sampel secara hati-hati melalui dinding
tabung reaksi, akan terbentuk dua lapisan zat cair. Pada batas kedua larutan cair ini akan
terbentuk cincin ungu karena kondensasi furfural dengan α-naftol. Jika langsung ke larutan
maka akan merusak langsung karbohidrat dan yang terbentuk adalah warna ungu pada larutan.
Selain itu, pemberian melalui dinding akan memberikan bentuk cincin yang sempurna. cincin
ungu yang sudah terbentuk harus dihindari dari guncangan karena bila terkena guncangan
maka partikel alcohol yang melindungi karbohidrat akan terurai dan asam pekat akan masuk
lalu merusak karbohidrat yang ada. Pemanasan tidak dilakukan karena asam pekat sudah
bersifat panas (eksoterm) sehingga apabila dilakukan pemanasan, reaksi kondensasi cincin
ungu akan terlalu cepat sehingga tak dapat terlihat dan karbohidrat akan rusak terlebih dahulu
(Pramafisi, 2014).
Analisis prosedur
Sebelum melakukan percobaan, alat dan bahan disiapkan. Alat yang dibutuhkan yaitu
tabung reaksi, rak tabung reaksi, pipet ukur 1 ml, labu hisap, bulb, dan pipet tetes. Bahan yang
dibutuhkan yaitu sampel (glukosa, sukrosa, dan pati), reagen molisch (5 % alpha-naftol dalam
95% alkohol), larutan H2SO4 pekat. Langkah pertama yang dilakukan adalah memasukkan
sampel sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi. Kemudian tambahkan 2 tetes reagen molisch
dan dilakukan pengocokan. Setelah pengocokan akan terbentuk endapan merah. Lalu
tambahkan larutan H2SO4 pekat di ruang asam. Pada saat menambahkan H2SO4 diharuskan
memakai sarung tangan lateks dan masker dengan catrigde karena sampel akan mengalami
pemanasan dan memiliki bau yang menyengat. Hal ini dilakukan untuk mengikis alkohol pada
alpha-naftol agar bereaksi dengan sampel dan membentuk cincin berwarna ungu.
Analisis hasil
Uji molisch bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya karbohidrat di dalam sampel.
Pengujian dilakukan pada 3 sampel yang berbeda yaitu glukosa, sukrosa, dan pati. Pengujian
pertama dilakukan pada sampel glukosa. Hasil pengujian menunjukkan hasil positif dengan
terjadinya pembentukan cincin ungu pada sampel glukosa. Glukosa merupakan golongan
monosakarida yang memiliki 6 atom C atau heksosa

menandakan glukosa memiliki

kandungan karbohidrat. Pada sampel sukrosa, hasil pengujian menunjukkan terbentuknya
warna ungu pekat pada sampel. Berdasarkan hasil pengujian, sukrosa mengandung
karbohidrat, namun bukan cincin ungu yang terbentuk tetapi senyawa kompleks berwarna
ungu. Hal tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti pada saat penambahan H 2SO4
tidak secara hati-hati sehingga cincin ungu yang akan terbentuk rusak dan setelah

penambahan H2SO4, dilakukan pengocokan pada sampel. Sukrosa merupakan golongan
disakarida yang terdiri dari glukosa dan fruktosa. Sampel pati juga menunjukkan hasil yang
positif yaitu terbentuk senyawa kompleks berwarna ungu. Pati adalah golongan polisakarida.
Menurut Winarno (2008) pati memiliki ikatan alpha-glikosidik diantara homopolimer
glukosa. Hal tersebut menandakan pati mengandung karbohidrat di dalamnya.
2. Uji Yodium
a. Tuliskan data hasil uji Yodium!
Senyawa
Dekstrin
Maltosa
Glukosa
Pati

Hasil Uji
+

Keterangan
Coklat pekat
Tidak berubah warna
Tidak berubah warna
Biru kehitaman

b. Bahas dan bandingkan data-data hasil uji Yodium dari beberapa sampel dalam percobaan
ini!
Prinsip
Reagen yang digunakan adalah larutan I2 dalam KI (kalium iodida). KI akan diubah
menjadi triiodida. Pada sampel yang mengandung pati maka, triiodida akan masuk ke dalam
struktur heliks pati sehingga terjadi penyerapan dan memberikan warna. Warna yang
dihasilkan akan bergantung pada jenis polisakarida pengadsorpsi. Pada pati akan terbentuk
warna biru kehitaman (Winarno, 2008).
Reaksi
Reaksi penggabungan triiodida dengan struktur heliks pada pati dapat dilihat pada Gambar
8 (Bestari, 2012).

Gambar 8. Molekul iodium bergabung dengan struktur heliks pati

Mekanisme uji

Mekanisme pengujian yaitu dengan penambahan larutan I2 dalam KI ke dalam larutan
koloid yang telah diencerkan yaitu larutan pati, kemudian terjadi perubahan warna. Larutan
koloid

pati yang berwarna putih keruh dicampurkan dengan larutan I 2 dalam KI yang

berwarna kuning kecoklatan menghasilkan campuran berwarna biru tua pekat. Adanya
perubahan warna menjadi biru tua mengindikasikan bahwa zat pati yang terkandung
merupakan golongan polisakarida. Penambahan iodium ini akan bereaksi dengan amilum pati
membentuk suatu senyawa kompleks adsorpsi yang berwarna spesifik yakni khusus pati
berwarna biru. Di dalam pati, terdapat unit-unit glukosa (monosakarida) yang membentuk
rantai heliks karena adanya ikatan dengan konfigurasi pada tiap unit glukosanya. Bentuk ini
menyebabkan zat pati dapat membentuk kompleks dengan molekul iodium yang dapat masuk
ke dalam spiralnya, sehingga menyebabkan warna biru tua pada kompleks tersebut (Bestari,
2012).
Analisis prosedur
Sebelum melakukan pengujian, persiapan alat perlu dilakukan. Alat yang dibutuhkan
dalam pengujian ini adalah cawan petri dan pipet tetes, sedangkan bahan yang dibutuhkan
adalah larutan iodium 5%, dekstrin, maltosa, glukosa, dan pati. Langkah pertama yang
dilakukan adalah teteskan 1 tetes sampel diatas cawan petri. Kemudian tambahkan 1 tetes
larutan iodium. Amati perubahan warna yang terjadi. Hasil positif ditandai dengan perubahan
warna menjadi biru kehitaman.
Analisis hasil
Pengujian dengan larutan iodium bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya kandungan pati
dalam sampel. Sampel dekstrin menunjukkan warna coklat. Warna coklat merupakan hasil
negatif. Dekstrin bukan termasuk pati atau golongan polisakarida. Dekstrin merupakan
produk antara pada pencernaan pati atau terbentuk melalui hidrolisis parsial pati. Menandakan
dekstrin memiliki kurang dari 10 monomer monosakarida. Hasil pengujian glukosa
menunjukkan hasil negatif karena tidak terjadi perubahan warna. Glukosa tergolong
monosakarida bukan pati. Sama seperti pada pengujian glukosa, hasil pengujian maltosa juga
tidak terjadi perubahan warna. Maltosa merupakan disakarida yang tersusun atas 2 molekul
glukosa sehingga maltosa bukan merupakan golongan pati. Hasil pengujian positif
ditunjukkan pada sampel pati dengan perubahan warna menjadi biru kehitaman. Pati memiliki
struktur heliks yang dapat menyerap warna dari larutan iodin yang berfungsi sebagai reagen.
Menurut Muljohardjo (2007), konstituen utama pati adalah amilosa (15–20%) yang
mempunyai struktur heliks tak bercabang dan memberikan warna biru dengan iodin serta
dengan jelas cenderung mengadakan retrodegradasi sedangkan amilopektin (80–85%) yang

tersusun dari rantai bercabang dan hanya memberikan warna merah dengan iodin karena tidak
terbentuk helix serta sedikit cenderung mengadakan retrodegradasi.
3. Uji Barfoed
a. Tuliskan data hasil Barfoed test!
Senyawa
Glukosa
Fruktosa
Maltosa
Sukrosa

Hasil Uji
+
+
+
-

Keterangan
Sebelum pemanasan
Setelah pemanasan
Biru bening
Endapan merah bata
Biru bening
Endapan merah bata
Biru bening
Butiran merah bata
Biru bening
Biru bening

b. Bahas dan bandingkan data-data hasil uji Barfoed dari beberapa sampel dalam percobaan
ini!
Prinsip
Prinsip uji barfoed adalah mereaksikan sampel dengan reagen barfoed yang mengandung
kupri asetat dan asam asetat membentuk kupro oksida (Cu2O). Gula pereduksi monosakarida
dan beberapa disakarida akan mereduksi Cu2+ menjadi Cu+. Reaksi tersebut menghasilkan
endapan merah bata pada sampel dalam suasana asam.
Reaksi
Endapan merah bata dihasilkan dari reduksi ion Cu 2+ menjadi ion Cu+ sehingga
menghasilkan kupro oksida. Berikut adalah reaksi reduksi Cu2+ menjadi Cu+ (Gambar 9)
(Maligan, 2014):

Gambar 9. Reduksi Cu2+ menjadi Cu+
Mekanisme uji
Mekanisme uji barfoed yaitu larutan Barfoed akan bereaksi dengan gula reduksi
(monosakarida dan disakarida) sehingga dihasilkan endapan merah kupro oksida. Dalam
suasana asam, gula reduksi yang termasuk dalam golongan disakarida memberikan reaksi
yang sangat lambat dengan larutan Barfoed sehingga tidak memberikan endapan merah

kecuali pada waktu percobaan yang diperlama. Uji ini untuk menunjukkan adanya gula
pereduksi monosakarida dan disakarida (Winarno, 2008).
Analisis prosedur
Persiapan alat dan bahan dilakukan sebelum melakukan pengujian. Alat yang dibutuhkan
adalah tabung reaksi, rak tabung reaksi, pipet ukur 1 ml, labu hisap, pipet tetes, beaker glass
250 ml, penangas air, dan bulb. Bahan yang dibutuhkan adalah glukosa, fruktosa, maltose,
sukrosa, dan barfoed. Langkah pertama dalam melakukan pengujian adalah meneteskan
sebanyak 5 tetes ke dalam tabung reaksi, kemudian tambahkan 1 ml reagen barfoed.
Selanjutnya panaskan sampel dalam penangas air tunggu hingga sampel membentuk endapan
merah lalu diamati.
Analisis hasil
Uji barfoed bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya gula pereduksi monosakarida dan
disakarida pada sampel. Sampel yang digunakan adalah glukosa, maltosa, fruktosa, dan
sukrosa. Berdasarkan hasil pengujian, hasil positif ditandai dengan munculnya endapan merah
bata setelah dilakukan pemanasan. Pada sampel glukosa, maltosa, dan fruktosa menandakan
hasil positif. Menurut winarno (2008) ada tidaknya sifat pereduksi dari suatu molekul
karbohidrat ditentukan oleh ada tidaknya gugus hidroksil (OH) bebas yang reaktif. Pada
glukosa (aldosa) gugus hidroksil yang reaktif terletak pada atom karbon nomor 1 (anomerik)
sedangkan fruktosa (ketosa) terletak pada karbon nomor 2. Pada maltosa terbentuknya
endapan merah lebih lama daripada fruktosa dan glukosa, karena maltosa merupakan
disakarida yang memiliki gugus karbonil yang berpotensi bebas, yang dapat dioksidasi.
Pada sampel sukrosa, hasil pengujian negatif karena ridak terjadi perubahan warna dan
tidak terbentuk endapan merah. Hal tersebut dikarenakan sukrosa tidak memiliki gugus OH
bebas yang reaktif karena keduanya sudah saling terikat. Sukrosa tergolong gula invert. Gula
invert ini jika dipanaskan dalam air akan terurai menjadi susunan monosakaridanya yaitu
glukosa dan fruktosa. Kelarutannya sangat besar dan tidak dapat membentuk kristal kembali
(Winarno, 2008).
4. Uji Benedict
a.

Tuliskan data hasil Benedict test!
Senyawa

Glukosa
Sukrosa
Fruktosa

Hasil Uji
+
+

Keterangan
Sebelum pemanasan
Setelah pemanasan
Biru bening
Coklat keruh
Biru bening
Biru bening
Biru bening
Endapan orange keruh

b.

Bahas dan bandingkan data-data hasil uji Benedict dari beberapa sampel dalam
percobaan ini!

Prinsip
Prinsip uji benedict adalah mereaksikan sampel dengan reagen benedict yang mengandung
natrium karbonat dan kupri asetat membentuk kupro oksida (Cu2O). Gula pereduksi
monosakarida dan beberapa disakarida akan mereduksi Cu2+ menjadi Cu+. Reaksi tersebut
menghasilkan endapan merah bata pada sampel dalam suasana basa.
Reaksi
Reaksi pada uji benedict ditandai dengan terbentuknya endapan merah pada sampel. Hal
tersebut terjadi karena sampel mereduksi Cu2+ menjadi Cu+. Berikut adalah reaksi reduksinya
(Gambar 10) (Maligan, 2014):

Gambar 10. Reduksi Cu2+ menjadi Cu+
Mekanisme uji
Reagen Benedict adalah larutan yang terdiri dari CuSO4, Na2CO3, Na sitrat dan H2O.
Kompenen-komponen tersebut akan bereaksi dengan gula pereduksi dalam suasana alkalis
dan menjadi Cu+ yang mengendap menjadi Cu2O. Suasana alkalis diperoleh dari Na2CO3 dan
Na sitrat yang terdapat pada reagen Benedict (Kusbandari A, 2015)
Analisis prosedur
Persiapan alat dan bahan dilakukan sebelum melakukan pengujian. Alat yang dibutuhkan
adalah tabung reaksi, rak tabung reaksi, pipet ukur 1 ml, labu hisap, pipet tetes, beaker glass
250 ml, penangas air, dan bulb. Bahan yang dibutuhkan yaitu glukosa, fruktosa, sukrosa dan
reagen benedict. Langkah pertama yang dilakukan adalah meneteskan sampel sebanyak 2
tetes ke dalam tabung reaksi. Kemudian tambahkan reagen benedict sebanyak 1 ml
menggunakan pipet ukur 1 ml. Setelah itu, panaskan sampel diatas bunsen sampai sampel
membentuk endapan merah.
Analisis hasil
Pengujian benedict bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya gula pereduksi pada sampel.
Sampel positif ditandai dengan terbentuknya endapan merah bata di bawah sampel. Sampel
yang menunjukkan hasil positif adalah glukosa dan fruktosa. Glukosa dan fruktosa memiliki

gugus yang dapat mereduksi (pereduksi) sehingga hasil mengujian menunjukkan hasil yang
positif. Pada sampel sukrosa, tidak terjadi perubahan warna atau pembentukan endapan.
Menandakan sukrosa bukan tergolong gula pereduksi.
PERTANYAAN
1. Bagaimana membedakan monosakarida dan disakarida dengan menggunakan Barfoed
test?
Membedakan monosakarida dan disakarida pada uji barfoed dapat diketahui dengan
mengukur lamanya sampel membentuk endapan merah bata pada hasil reaksi positif
keduanya. Senyawa monosakarida akan lebih cepat membentuk endapan merah bata
dibandingkan dengan senyawa disakarida. Hal ini terjadi karena suasana asam yang
terdapat pada reagen barfoed yang dapat menyebabkan perbedaan lamanya pembentukan
endapan pada monosakarida dan disakarida (Sumardjo, 2006).
2.

Bagaimana mengidentifikasi gula pereduksi sampel pada uji Benedict?
Gula pereduksi pada sampel dapat diindetifikasi ketika uji benedit dengan melihat
adanya endapan merah bata yang akan terbentuk pada sampel. Sampel yang mengandung
gula pereduksi akan membentuk endapan merah bata ketika direaksikan dengan reagen
benedict (Kusbandari A, 2015).

KESIMPULAN
Metode pengujian kualitatif karbohidrat yang dilakukan adalah uji molisch, uji iodium, uji
barfoed, dan uji benedict. Uji molisch bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya karbohidrat
di dalam sampel menggunakan reagen molisch dan H 2SO4. Hasil positif ditandai dengan
terbentuknya cincin ungu. Sampel yang positif mengandung karbohidrat adalah glukosa,
sukrosa, dan pati. Pada uji iodium bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pati dalam
sampel menggunakan reagen iodium. Hasil positif ditandai dengan warna biru kehitaman
pada sampel pati. Pada uji berfoed bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya gula
monosakarida dan disakarida pereduksi menggunakan reagen kupri asetat dan asam asetat
pada suasan asam. Hasil positif pada sampel fruktosa, glukosa, dan maltosa. Pada uji benedict
bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya gula pereduksi menggunakan reagen kupri asetat
dan natrium karbonat pada suasana basa. Hasil positif pada sampel fruktosa dan glukosa.

DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Gimantoro, Hadi. 2008. Asam Sulfat (Sulfuric Acid / H2SO4). Bogor:
Akademi Kimia Analis Bogor
Haris, Hasrah. 2014. Uji Kualitatif Karbohidrat. Makassar: Universitas Hasanuddin
Herawati, H. 2010. Potensi Pengembangan Produk Pati Tahan Cerna Sebagai Pangan
Fungsional. Jawa Tengah: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Loto, C.A. and Loto, R.T. 2013. Effect of Dextrin and Thiourea Additives on the Zinc
Electroplated Mild Steel in Acid Chloride Solution. International Journal of
Electrochemical Science 8: 12434-12450
Winarno, FG. 2008. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: M-Brio Press

DAFTAR PUSTAKA TAMBAHAN
Bestari, Diah Devi. 2012. Pengujian Pati dari Umbi Singkong. Bali: Universitas Pendidikan
Ganesha
Kusbandari A. 2015. Analisis Kualitatif Kandungan Sakarida dalam Tepung dan Pati Umbi
Ganyong (Canna edulis Ker.). Pharmaҫiana. 5(1): 38
Maligan, Jaya Mahar. 2014. Kimia Pangan Analisis Karbohidrat. Malang: Universitas
Brawijaya
Muljohardjo, M. 2007. Teknologi Pengolahan Pati, PAU Pangan dan Gizi UGM : Yogyakarta
Pramafisi, Giffary. 2014. Biokimia Pangan Karbohidrat. Bandung: Universitas Pasundan
.