LAPORAN PRAKTIKUM GEOGRAFI TANAH (1)

LAPORAN PRAKTIKUM GEOGRAFI TANAH
MENGANALISIS REAKSI TANAH, KANDUNGAN KAPUR, KANDUNGAN
MANGAN, DAN KANDUNGAN BAHAN ORGANIK
DOSEN PENGAMPU : ARIF ASHARI, M. Sc

DISUSUN OLEH :
NAMA
NIM
KELAS/KELOMPOK
ASISTEN PRAKTIKUM

: AISYAH NURUL LATHIFAH
: 15405241014
: A/01
: DEWI RAHMAWATI

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2016
I.


JUDUL
42

Menganalisis Reaksi Tanah, Kandungan Kapur, Kandungan Mangan, dan
Kandungan Bahan Organik.
II.

TUJUAN
1. Menganalisis reaksi tanah.
2. Menganalisis kandungan kapur pada tanah.
3. Menganalisis kandungan Mn pada tanah.
4. Meganalisis kandungan bahan organik tanah.

III. DASAR TEORI
A. Reaksi Tanah
Pada umumnya tanah yang telah berkembang lanjut dalam daerah
iklim basah dalam Darmawijaya (1992.175) mempunyai pH tanah yang
rendah. Makin lanjut umurnya makin asam. Sebaliknya tanah di daerah
beriklim kering penguapan menyebabkan tertimbunnya unsur-unsur basa di

permukaan tanah karena besarnya evaporasi dibandingkan dengan
presipitasi sehingga makin lanjut umur tanah makin tinggi pH-nya. Akan
tetapi pada umunya di daerah kering (arid) jarang ditemukan tanah yang
senantiasa tetap pada tempatnya mengingat angin yang senantiasa bertiup
sebagai akibat perubahan iklim yang besar. Selain itu pertumbuhan
tanaman banyak dipengaruhi pH tanah. Hal ini berlainan bagi jenis-jenis
tanaman tertentu.
Penentuan pH tanah yang lebih terinci sampai satu desimal dapat
dilakukan dengan mempergunakan larutan-larutan indikator yang telah
dikenal dalam ilmu kimia umum, seperti misalnya (Darmawijaya,
1992:176) :
- Bromkresol untuk pH antara 3,8 – 5,6
- Khlorphenol merah untuk pH antara 5,2 – 6,8
- Bromthinol biru untuk pH antara 6,0 – 6,8
- Phenol merah untuk pH antara 6,8 – 8,4
- Kresol merah untuk pH antara 7,2 – 8,822
- Thimol biru untuk pH antara 8,0 – 9,5
Biasanya nilai pH yang lebih besar dari 7 menunjukkan adanya
karbonat-karbonat Ca dan atau Mg yang bebas. Tanah yang mempunyai
nilai pH lebih tinggi dari 8,5 hampir selalu mengandung sejumlah Na yang

43

dapat ditukarkan. Adanya CaCO3 yang bebas dapat ditentukan dengan
penetesan HCl 10%. Pemercikan akan berarti adanya kadar Ca. Kadar Mn
dapat pula ditentukan dengan pengamatan pemercikan oleh penetesan H 2O2
20% (Darmawijaya, 1992:176).
B. Kandungan Kapur
Alam dan manusia telah menyebar luaskan kapur dari sumber batuan
kapur ke seluruh bumi. Kapur memiliki sifat basa yang tinggi sehingga
banyak digunakan petani untuk menurunkan keasaman tanah. Bumi ini
memiliki banyak tanah yang diantaranya adalah tanah alfisol, entisol,
vertisol, rendzina, dan ultisol. Diantara macam-macam tanah tersebut ada
tanah yang memiliki kadar kapur yang tinggi yaitu tanah mediteran (tanah
kaput). Kandungan kapur dari setiap jenis tanah berbeda-beda. Bahkan
kandungan kapur dari lapisan atas tentu berbeda dengan lapisan di
bawahnya. Hal ini disebabkan oleh adanya proses pelindian kapur pada
lapisan atas oleh air yang akan diendapkan pada lapisan bawahnya. Selain
itu keberadaan kapur tanah sangat dipengaruhi oleh batuan induk yang ada
disuatu lokasi (Izzudin, 2015).
Perbedaan kadar kapur pada berbagai jenis tanah dipengaruhi oleh

beberapa faktor, antara lain komposisi bahan induk dan iklim. Kedua faktor
ini berhubungan dengan kadar lengas tanah, terbentuknya lapisan-lapisan
tanah, dan tipe vegetasi. Faktor-faktor ini merupakan komponen dalam
perkembangan tanah. Pada umumnya batuan kapur/kwarstik lebih tahan
terhadap perkembangan tanah. Pelarutan dan kehilangan karbonat
diperlukan sebagai pendorong dalam pembentukan tanah pada batuan
berkapur. Garam-garam yang mudah larut (seperti Na, K, Ca, Mg-Klorida
dan sulfat, NaCO3) dan garam alkali yang agak mudah larut ( Ca, Mg )
memiliki karbonat yang akan berpindah bersama air, dan bergantung
besarnya air yang dapat mencapai kedalaman tanah tertentu. Hal ini dapat
menyebabkan terjadinya pengayaan garam/ kapur pada horison tertentu dan

44

besarnya sangat bervariasi. Karena terdapat perbedaan kelarutan dan
mobilitas tersebut maka yang terendapkan lebih dahulu adalah karbonat.
Pada kondisi yang ekstrem kerak garam dan kapur dapat terbentuk di
permukaan tanah. Dari sini menunjukan bahwa kadar kapur tanah dapat
berbeda-beda (Izzudin, 2015).
Tanah mediteran atau tanah kapur adalah tanah yang terbentuk dari

pelapukan batuan kapur dan bersifat tidak subur. Jenis tanah ini berasal
dari batuan kapur keras (limestone), yang pada umumnya tersebar terdapat
didaerah beriklim subhumid, topografi karst, dan lereng vulkan dengan
ketinggian dibawah 400 m. Tanah ini berwarna coklat, merah, atau kuning.
Sementara itu warna kuning pada tanah mediteran berada di daerah
topografi karst yang dikenal dengan sebutan Terra Rossa (Izzudin, 2015).
C. Kandungan Mn
Air sumur dalam Setiyono (2014) merupakan sumber air bersih
terbesar yang digunakan. Kendala yang paling sering ditemui dalam
menggunakan air tanah adalah masalah kandungan zat besi (Fe) dan
mangan (Mn) yang terdapat dalam air baku. Besi maupun mangan, dalam
air biasanya terlarut dalam bentuk senyawa atau garam bikarbonat, garam
sulfat, hidroksida dan juga dalam bentuk koloid atau dalam keadaan
bergabung dengan senyawa organik.

Cara pengolahannya pun harus

disesuaikan dengan bentuk senyawa besi dan mangan dalam air yang akan
diolah. Ada beberapa cara untuk menghilangkan zat besi dan mangan
dalam air salah satu diantarannya yakni dengan cara oksidasi, dengan cara

koagulasi, cara elektrolitik, cara pertukaran ion, cara filtrasi kontak, proses
soda lime, pengolahan dengan bakteri besi dan cara lainnya.
Mangan dalam Setiyono (2014) adalah logam berwarna abu-abu putih.
Mangan adalah unsur reaktif yang mudah menggabungkan dengan ion
dalam air dan udara. Di bumi, mangan ditemukan dalam sejumlah mineral
kimia yang berbeda dengan sifat fisiknya, tetapi tidak pernah ditemukan

45

sebagai logam bebas di alam. Mineral yang paling penting adalah
pyrolusite, karena merupakan mineral bijih utama untuk mangan.
Kehadiran mangan dalam air tanah bersamaan dengan besi yang berasal
dari tanah dan bebatuan. Mangan dalam air berbentuk mangan bikarbonat
(Mn(HCO3)2), mangan klorida (MnCl2) dan mangan sulfat (MnSO4).
Kehadiran mangan dalam air tanah bersamaan dengan besi yang
berasal dari tanah dan bebatuan (Sari, dkk). Mangan dalam air berbentuk
mangan bikarbonat (Mn(HCO3)2), mangan klorida (MnCl2) dan mangan
sulfat (MnSO4). Dengan cascade aerators dapat meningkatkan waktu
kontak dan perbandingan antara volume dan area yang diperoleh, dengan
membiarkan air mengalir ke bawah di atas suatu rangkaian antara dindingdinding. Dengan adanya cascade aerator yang membantu memberi supply

udara, maka terjadi reaksi antara Fe dn Mn dengan Oksigen yang nantinya
akan membentuk partikulat-partikulat yang akan dipisahkan oleh unit filter.
D. Kandungan Bahan Organik
Bahan organik tanah dalam Sartohadi, dkk (2013:66) mempengaruhi
sifat fisika, kimia tanah, dan biologi antara lain warna, struktur, kestabilan
agrerat, pH, kapasitas pertukaran kation, serta bahan organik merupakan
medium bagi aktivitas jasad hidup dalam tanah. Bahan organik tersusun
atas sisa-sisa (residues) tanaman dan hewan di dalam tanah. Bahan organik
dapat berupa sisa-sisa tanaman muda (crop), pupuk hijau, hasil pembakaran
sisa tanaman, sisa akar, batang, dahan ranting tumbuh-tumbuhan yang telah
mati, termasuk juga ekskrements (kotoran dan lendir-lendir), serangga,
cacing, dan bianatang besar. Bagian lain dari bahan organik tanah yang
penting adalah mikroorganisme baik yang masih hidup maupun yang telah
mati seperti bakteri, fungsi, dan protozoa.
Secara kimia bahan organik tanah dalam Sartohadi, dkk (2013:66)
tersusun atas karbohidrat, protein, lemak (fat), rexin dan waxes. Sisa
tanaman (plant tissue) terdiri dari 75% air, sisanya terdiri dari carbon,

46


oxygen, hydrogen, nitrogen, dan elemen-elemen mineral. Dalam keadaan
kering, bahan organik terdiri dari 90 carbon, oxygen, hydrogen, elemenelemen yang laun memainkan peranan penting dalam unsur hara tanaman.
Nitrogen, sulfur, phospor, natrium dan calsium adalah bagian atau
kandungan yang penting dari bahan organik.
Kadar bahan organik tanah diukur secara kualitatif di lapangan melalui
warna dan reaksinya dengan hidrogen peroksida (10%). Tanah dengan
kandungan bahan organik tinggi akan berwarna lebih kelam (value dan
chroma biasanya ≤3) dibandingkan dengan tanah yang mempunyai
kandungan organik rendah. Reaksi bahan organik tanah dengan hidrogen
peroksida (H2O2) ditunjukkan dengan timbulnya banyak buih pada contoh
tanah yang ditetesi hidrogen peroksida.
IV.

ALAT DAN BAHAN
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain :
a. Sampel tanah berjumlah lima untuk dianalisis Reaksi Tanah, kandungan
b.

Kapur, kandungan Mn, dan kandungan Bahan Organik.
Tabung reaksi (gelas ukur) sebagai tempat mencampurkan air murni dalam


c.

aquades dengan tanah.
Aquades untuk menetesi sampel tanah yang tersedia sebanyak 2/3 dari

d.

tabung reaksi.
pH stick untuk mengetahui kandungan asam yang ada pada tanah secara

e.
f.
g.
h.
i.
j.

otomatis.
Lakmus untuk mengamati tingkat keasaman tanah.

H2O2 10 % untuk mengamati bahan organik yang terkandung dalam tanah.
H2O2 3 % untuk mengamati kandungan Mn pada tanah.
HCl 10 % untuk mengetahui kandungan kapur pada tanah.
Alat tulis untuk mencatat hasil praktikum.
Pipet untuk mengambil zat kimia untuk menganalisis kandungan yang ada
pada tanah.

V.

LANGKAH KERJA
Dalam praktikum pada kesempatan kali ini, langkah kerja yang digunakan
adalah antara lain sebagai berikut :
1. Reaksi Tanah
47

a.

Mengambil sampel tanah pada masing-masing contoh tanah sekitar

b.

c.

10gr.
Memasukan sampel tanah pada tabung reaksi.
Menetesi sampel tanah pada tabung dengan aquades sampai satu

d.
e.

setengah kali volume sampel tanah pada tabung.
Mengocok tabung hingga sampel tanah larut dengan aquades.
Memasukkan kertas lakmus pada larutan dalam tabung tersebut sekitar

f.

20 detik.
Mengeluarkan kertas lakmus kemudian samakan warna pada kertas

g.
h.
i.
j.

lakmus dengan warna pada indikator.
Mengeluarkan pH stick.
Menancapkan ke tanah yang akan diukur.
Menekan tombol ukur.
Menunggu angka tingkat keasaman tanah muncul setelah itu catat
tingkat

2.

3.

4.

keasaman

masing-masing

sampel

tanah

baik

yang

menggunakan lakmus ataupun pH stick.
Kandungan Kapur
a. Mengambil satu per satu sampel tanah.
b. Menetesi sampel tanah menggunakan HCl 10 %.
c. Mengamati sampel tanah tersebut apakah terdapat gelembunggelembung yang banyak atau sedikit pada saat ditetesi.
d. Mencatat hasil pengamatan.
Kandungan Mn
a. Mengambil satu per satu sampel tanah.
b. Menetesi sampel tanah menggunakan H2O2 3 %.
c. Mengamati sampel tanah tersebut apakah terdapat gelembunggelembung yang banyak atau sedikit pada saat ditetesi.
d. Mencatat hasil pengamatan.
Kandungan Bahan Organik
a. Mengambil satu per satu sampel tanah.
b. Menetesi sampel tanah menggunakan H2O2 10 %.
c. Mengamati sampel tanah tersebut apakah terdapat gelembungd.

gelembung yang banyak atau sedikit pada saat ditetesi.
Mencatat hasil pengamatan.

48

VI.

HASIL PRAKTIKUM
Tabel 1.1 Hasil pengamatan tingkat keasaman, kandungan kapur, kandungan
Mn, dan bahan organik
Kandunga

No

Nama

Tingkat

Kandunga

Kandunga

.

Sampel

Keasaman

n Kapur

n Mn

1.

Pangkah

5 (lakmus)

2.

Semoyo

5 (lakmus)

sekali
Tidak ada

3.

Sentolo

7 (lakmus)

Banyak

Tidak ada

4.

Godean

Sedikit

Tidak ada

5.

Kampus FIS

6 (lakmus)
6 (lakmus)
6,7 (pH stick)

sekali
Sedikit

Sedikit

Tidak ada

Tidak ada

Sedikit

n Bahan
Organik

Tidak ada

Banyak

Tidak ada

Sedikit
Sedikit

VII. PEMBAHASAN PRAKTIKUM
A. Reaksi Tanah
Praktikum mengenai reaksi tanah ini dilakukan pada tanggal 22 Maret
2016.
Keterangan lampiran :
1. Sampel I
Sampel pertama diambil dari Desa Pangkah, Prambanan. Sampel
ini memiliki tingkat keasaman kelima atau disebut bromkresol apabila
pengukurannya menggunakan lakmus. Dilihat dari tingkat keasaman,
tanah ini memiliki tingkat keasaman yang asam yaitu kurang dari 7
namun dengan catatan bahwa sifat asam pada tanah ini tidak terlalu
kuat sebab tingkat keasaman tidak kurang dari 4. Hal ini
memungkinkan bahwa daerah tersebut sukar untuk ditanami tumbuhan
mengingat sifat asam mengandung toxin atau racun yang berbahaya

49

bagi tumbuhan. Jika dilihat dari warna tanah yaitu cokelat kemerahan
dan memiliki bercak-bercak kuning. Hal membuktikan tanah
mengandung besi atau Fe yang teroksidasi. Perakaran pada tanah ini
pun sedikit dan tidak mengandung banyak humus sehingga dapat
memperkuat pernyataan bahwa tanah tersebut kurang subur dan kurang
baik untuk tanaman. Tanah ini termasuk ke dalam tanah berhorison B
yang biasanya berada pada iklim lembab. Hal ini sesuai dasar teori di
atas yang mengatakan bahwa umumnya tanah yang telah berkembang
lanjut dalam daerah iklim basah mempunyai pH tanah yang rendah.
Makin lanjut umurnya makin asam. Tanah ini berada pada iklim
2.

lembab sehingga tanah asam.
Sampel II
Sampel kedua diambil dari Dusun Semoyo, Berbah, Sleman.
Sampel ini memiliki tingkat keasaman kelima atau disebut bromkresol
apabila pengukurannya menggunakan lakmus. Dilihat dari tingkat
keasaman, tanah ini memiliki tingkat keasaman yang asam yaitu
kurang dari 7 namun dengan catatan bahwa sifat asam pada tanah ini
tidak terlalu kuat sebab tingkat keasaman tidak kurang dari 4. Hal ini
memungkinkan bahwa daerah tersebut sukar untuk ditanami tumbuhan
mengingat sifat asam mengandung toxin atau racun yang berbahaya
bagi tumbuhan. Tanah ini memiliki rongga-rongga berwarna cokelat
karena mengalami oksidasi dan penetrasi. Hal ini memungkinan bahwa
tanah tersebut diambil dari tanah yang mengandung Fe tetapi melalui
proses oksidasi (Fe3+). Di samping itu, akar berwarna kecokelatan
berasal dari tanaman lapuk. Dari penjelasan di atas dapat dikatakan
bahwa tempat tersebut terdapat banyak tanaman karena mengandung
bahan organik. Bentukan khusus tanah ini yaitu konkresi merah. Tanah
ini mengandung banyak besi. Hal ini menunjukan bahwa tanah
memiliki unsur hara tetapi juga mengandung zat besi sehingga sedikit

50

asam dan perlu diwaspadai bahwa tanah ini kurang baik untuk tanaman
3.

apabila dilihat dari pH tanah dan konkresinya.
Sampel III
Sampel ketiga diambil dari Sentolo. Sampel ini memiliki tingkat
keasaman ketujuh atau phenol merah apabila pengukurannya
menggunakan lakmus. Tanah ini memiliki tingkat keasaman yang
normal karena pH sama dengan 7. Melihat kondisi daerah Sentolo
yang dominan dengan pertanian dan perkebunan, dapat dipastikan
tanah tersebut sangat baik bagi tumbuh-tumbuhan. Tanah ini berwarna
kuning kecokelatan. Tanah tersebut mengandung 3 H2O (limonit)
sehingga warna menjadi kuning kecokelatan. Tanah ini terhidrasi
dalam berbagai komposisi dari oksidasi serta perlapukan kimia.
sehingga warna menjadi kuning kecokelatan. Drainase ditunjukkan
oleh letak daerah tersebut yang dominan pertanian sehingga irigasi pun

4.

dapat tergambar baik.
Sampel IV
Sampel keempat diambil dari Godean. Sampel ini memiliki
tingkat keasaman keenam atau khlorphenol merah dan bromthinol biru
apabila pengukurannya menggunakan lakmus. Tanah ini sedikit asam
karena pH kurang dari 7. Namun, angka ini masih bisa tergolong tanah
yang cukup baik karena dilihat dari warna tanah yaitu hitam
kecokelatan menunjukan bahwa tanah memiliki banyak kandungan
organik yang melapuk dan kadar air yang tinggi. Selain itu, perakaran
pada tanah ini merupakan tanah yang perakarannya banyak dan tanah
memiliki konkresi merah. Hal ini memungkinan bahwa tanah tersebut
mengandung Fe dan membuktikan bahwa tanah memiliki sifat sedikit
asam walaupun memiliki tingkat kesuburan yang diliat dari warna dan

5.

perakarannya,
Sampel V
Sampel kelima diambil dari Kampus FIS, UNY. Sampel ini
memiliki tingkat keasaman keenam dan jika menggunakan pH stick
51

tingkat keasamannya 6,7 atau khlorphenol merah dan bromthinol biru
apabila pengukurannya menggunakan lakmus. Tanah ini sedikit asam
karena pH kurang dari 7. Namun, angka ini masih bisa tergolong tanah
cukup baik dilihat dari warna tanah cokelat kehitaman yang
menunjukan bahwa tanah ini memiliki kandungan bahan organik yang
tinggi atau memiliki kandungan asam humus terbentuk dari pelapukan
daun dan batang pohon. Dilihat dari perakaran pada tanah ini
merupakan tanah yang perakarannya sedikit menyerupai akar
rerumputan. Hal ini mendukung bahwa tanah memiliki kadar yang
sedikit asam sehingga perakarannya sedikit.
B. Kandungan Kapur
Praktikum mengenai kandungan kapur dalam tanah ini dilakukan pada
tanggal 22 Maret 2016.
Keterangan lampiran :
1. Sampel I
Sampel pertama diambil dari Desa Pangkah, Prambanan.
Kandungan kapur pada tanah ini sedikit sekali dilihat dari pengamatan
banyaknya gelembung saat ditetesi HCl 10%. Semakin banyak
kandungan kapur maka basa yang terkandung dalam tanah semakin
besar. Sedangkan pada pegukuran pH sendiri, tanah ini asam. Selain
itu sudah dijelaskan bahwa tanah ini mengandung Fe atau besi dilihat
dari warna tanah dan konkresinya. Tanah ini kurang subur bukan
karena tanah mengandung basa dan rendah hara melainkan karena
2.

tanah tersebut asam dan mengandung Fe.
Sampel II
Sampel kedua diambil dari Dusun Semoyo, Berbah, Sleman.
Tanah ini tidak mengandung kapur. Saat melakukan pengamatan, tidak
terdapat gelembung pada tanah tersebut ketika ditetesi HCl 10%.
Tanah ini tidak mengandung basa. Unsur hara yang dimiliki tanah
tersebut bisa dikatakan cukup mengingat besar kecilnya basa

52

mempengaruhi unsur hara pada tanah. Dapat dikatakan, subur tidaknya
tanah di daerah ini tidak disebabkan oleh kandungan kapur/basa di
3.

dalamnya melainkan sifat asam tanah tersebut.
Sampel III
Sampel ketiga diambil dari Sentolo. Tanah di daerah ini
mengandung banyak kapur. Hal ini menunjukan kandungan basa di
dalamnya tinggi dan unsur haranya rendah. Namun pada pengamatan
pH sebelumnya yang bersifat netral atau pH = 7 dijelaskan bahwa
tanah ini adalah tanah yang subur. Mungkin lapisan tanah yang diambil
berasal dari lapisan yang berbeda atau tanah yang diambil berasal dari
bagian daerah yang berbeda. Selain itu, dapat juga disebabkan oleh
struktur tanah tersebut yaitu berstruktur gumpal membulat. Struktur ini
biasanya terdapat pada tanah horizon B di daerah iklim lembab dan
memiliki sedikit material organik. Bila ditekankan, sedikitnya material
organik dapat membuktikan daerah tersebut memiliki kandungan

4.

kapur yang tinggi dan rendah hara.
Sampel IV
Sampel keempat diambil dari Godean. Tanah ini mengandung
sedikit kapur. Semakin banyak kandungan kapur maka basa yang
terkandung dalam tanah semakin besar. Sedangkan pada pegukuran pH
sendiri, tanah ini sedikit asam. Sampel tanah ini memiliki warna hitam
kecokleatan yang menunjukan bahwa tanah memiliki banyak
kandungan organik yang melapuk dan kadar air yang tinggi. Selain itu,
perakaran pada tanah tersebut merupakan tanah yang perakarannya
banyak. Hal ini berlawanan dengan kandungan kapur. Kandungan
kapur di tanah ini jumlahnya sedikit sehingga unsur hara yang dimiliki

5.

tanah di daerah ini bisa terbilang cukup.
Sampel V
Sampel kelima diambil dari Kampus FIS, UNY. Tanah ini
mengandung sedikit kapur. Semakin banyak kandungan kapur maka
basa yang terkandung dalam tanah semakin besar. Sedangkan pada
53

pegukuran pH sendiri, tanah ini sedikit asam. Dari warna tanah
tersebut yang berwarna cokelat kehitaman bahwa tanah ini memiliki
kandungan bahan organik yang tinggi atau memiliki kandungan asam
humus terbentuk dari pelapukan daun dan batang pohon sehingga
kandungan kapur di dalamnya jelas sedikit.
C. Kandungan Mn
Praktikum mengenai kandungan Mn dalam tanah ini dilakukan pada
tanggal 22 Maret 2016.
Keterangan lampiran :
1. Sampel I
Sampel pertama diambil dari Desa Pangkah, Prambanan. Tanah ini
tidak mengandung Mn walaupun tanah di daerah ini mengandung besi
karena adanya Mn dipengaruhi oleh kandungan Fe pada tanah. Hal itu
membuktikan bahwa tanah tersebut baik untuk tanaman karena tidak
mengandung logam berat. Namun kurangnya Mn juga tidak baik
karena Mn diperlukan untuk pembentukan vitamin C dan protein,
mempertahankan kondisi hijau pada daun tua, berperan sebagai enzim
feroksidase dan sebagai aktifator macam-macam enzim tanaman, serta
komponen penting dalam proses asimilasi tanaman. Kekurangan Mn
dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman yang tidak normal atau
adanya defisiensi. Hal ini dapat diatasi dengan pemupukan melalui
daun dan tanah. Jika melalui daun dilakukan dengan menyemprot
larutan pupuk di bawah permukaan daun namun masih harus
diperhatikan konsentrasi Mn dalam larutan bahan, dan lamanya kontak
temperatur dengan daun. Pupuk yang dapat digunakan seperti pupuk
organik, pupuk majemuk lengkap tablet, pupuk anorganik, dan
2.

sebagainya.
Sampel II
Sampel kedua diambil dari Dusun Semoyo, Berbah, Sleman.
Tanah ini tidak mengandung Mn walaupun tanah di daerah ini

54

mengandung besi karena adanya Mn mungkin dipengaruhi oleh
kandungan Fe pada tanah. Hal itu membuktikan bahwa tanah tersebut
baik untuk tanaman karena tidak mengandung logam berat. Namun
kurangnya Mn juga tidak baik karena Mn diperlukan untuk
pembentukan vitamin C dan protein, mempertahankan kondisi hijau
pada daun tua, berperan sebagai enzim feroksidase dan sebagai
aktifator macam-macam enzim tanaman, serta komponen penting
dalam proses asimilasi tanaman. Kekurangan Mn dapat menyebabkan
pertumbuhan tanaman yang tidak normal atau adanya defisiensi. Hal
ini dapat diatasi dengan pemupukan melalui daun dan tanah. Jika
melalui daun dilakukan dengan menyemprot larutan pupuk di bawah
permukaan daun namun masih harus diperhatikan konsentrasi Mn
dalam larutan bahan, dan lamanya kontak temperatur dengan daun.
Pupuk yang dapat digunakan seperti pupuk organik, pupuk majemuk
lengkap tablet, pupuk anorganik, dan sebagainya.
3.

Sampel III
Sampel ketiga diambil dari Sentolo. Tanah ini tidak mengandung
Mn. Hal itu membuktikan bahwa tanah tersebut baik untuk tanaman
karena tidak mengandung logam berat. Namun kurangnya Mn juga
tidak baik karena Mn diperlukan untuk pembentukan vitamin C dan
protein, mempertahankan kondisi hijau pada daun tua, berperan
sebagai enzim feroksidase dan sebagai aktifator macam-macam enzim
tanaman, serta komponen penting dalam proses asimilasi tanaman.
Kekurangan Mn dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman yang tidak
normal atau adanya defisiensi. Hal ini dapat diatasi dengan pemupukan
melalui daun dan tanah. Jika melalui daun dilakukan dengan
menyemprot larutan pupuk di bawah permukaan daun namun masih
harus diperhatikan konsentrasi Mn dalam larutan bahan, dan lamanya

55

kontak temperatur dengan daun. Pupuk yang dapat digunakan seperti
pupuk organik, pupuk majemuk lengkap tablet, pupuk anorganik, dan
4.

sebagainya.
Sampel IV
Sampel keempat diambil dari Godean. Tanah ini tidak
mengandung Mn walaupun tanah di daerah ini mengandung besi
karena adanya Mn dipengaruhi oleh kandungan Fe pada tanah melalui
reduksi Mn dan oksidasi Fe. Hal itu membuktikan bahwa tanah
tersebut baik untuk tanaman karena tidak mengandung logam berat.
Namun kurangnya Mn juga tidak baik karena Mn diperlukan untuk
pembentukan vitamin C dan protein, mempertahankan kondisi hijau
pada daun tua, berperan sebagai enzim feroksidase dan sebagai
aktivator macam-macam enzim tanaman, serta komponen penting
dalam proses asimilasi tanaman. Kekurangan Mn dapat menyebabkan
pertumbuhan tanaman yang tidak normal atau adanya defisiensi. Hal
ini dapat diatasi dengan pemupukan melalui daun dan tanah. Jika
melalui daun dilakukan dengan menyemprot larutan pupuk di bawah
permukaan daun namun masih harus diperhatikan konsentrasi Mn
dalam larutan bahan, dan lamanya kontak temperatur dengan daun.
Pupuk yang dapat digunakan seperti pupuk organik, pupuk majemuk

5.

lengkap tablet, pupuk anorganik, dan sebagainya.
Sampel V
Sampel kelima diambil dari Kampus FIS, UNY. Tanah ini tidak
mengandung Mn karena pada warna tanah tidak ada konkresi serta
tidak memiliki kandungan Fe atau besi. Hal itu membuktikan bahwa
tanah tersebut baik untuk tanaman karena tidak mengandung logam
berat. Namun kurangnya Mn juga tidak baik karena Mn diperlukan
untuk pembentukan vitamin C dan protein, mempertahankan kondisi
hijau pada daun tua, berperan sebagai enzim feroksidase dan sebagai
aktifator macam-macam enzim tanaman, serta komponen penting

56

dalam proses asimilasi tanaman. Kekurangan Mn dapat menyebabkan
pertumbuhan tanaman yang tidak normal atau adanya defisiensi. Hal
ini dapat diatasi dengan pemupukan melalui daun dan tanah. Jika
melalui daun dilakukan dengan menyemprot larutan pupuk di bawah
permukaan daun namun masih harus diperhatikan konsentrasi Mn
dalam larutan bahan, dan lamanya kontak temperatur dengan daun.
Pupuk yang dapat digunakan seperti pupuk organik, pupuk majemuk
lengkap tablet, pupuk anorganik, dan sebagainya.

D. Kandungan Bahan Organik
Praktikum mengenai kandungan bahan organik dalam tanah ini dilakukan
pada tanggal 22 Maret 2016.
Keterangan lampiran :
1. Sampel I
Sampel pertama diambil dari Desa Pangkah, Prambanan. Tanah ini
memiliki banyak kandungan bahan organik. Warna tanah ini yaitu
cokelat kemerahan. Walaupun memiliki konkresi merah, warna cokelat
pada tanah masih dominan. Dilihat dari horison tanah, tanah tersebut
berhorison B di samping terdapat pada iklim sedikit lembab, tanah ini
juga

mengandung

Fe atau mengalami

penimbunan

(iluviasi)

maksimum liat, Fe dan Al oksida, kadang-kadang bahan organik
(sedikit BO). Walaupun tanah ini memiliki kandungan organik, namun
tanah ini masih mengandung Fe atau besi yang dilihat dari warna
merah pada tanah sehingga bahan organik yang ada masih sedikit.
Perakaran pada tanah ini merupakan tanah yang perakarannya sedikit.
Hal ini berarti bahan organik yang ada di tanah tersebut juga sedikit.
Bahan organik juga dipengaruhi oleh organisme tanah yang
57

menguraikan tanaman. Organik yang sedikit memungkinkan tanah
tersebut memiliki biota yang sedikit pula. Selain itu, mungkin besar pH
juga mempengaruhi banyaknya tanaman di sana. Padahal kandungan
kapur di daerah ini sedikit sekali dan memberi dorongan bahwa unsur
2.

hara di tempat tersebut cukup tinggi.
Sampel II
Sampel kedua diambil dari Dusun Semoyo, Berbah, Sleman.
Bahan organik yang terkandung pada tanah ini sedikit. Mengingat
pengamatan pH menghasilkan bahwa tanah tersebut bersifat asam
walaupun tidak mengandung kapur yang menandakan bahwa tanah
tersebut cukup unsur hara. Perakaran pada tanah ini merupakan tanah
yang perakarannya sedang. Pada sampel ini tanah berwarna cokelat
dan terdapat rongga-rongga berwarna cokelat karena mengalami
oksidasi dan penetrasi. Hal ini memungkinan bahwa tanah tersebut
diambil dari tanah yang mengandung Fe tetapi melalui proses oksidasi
(Fe3+). Proses tersebut dibuktikan dengan adanya konkresi berwarna
merah yang menandakan adanya Fe. Di samping itu, akar berwarna
kecokelatan

berasal dari tanaman lapuk. Dari penjelasan di atas

dapat dikatakan bahwa tempat tersebut terdapat banyak tanaman
karena mengandung bahan organik. Mungkin bahan organik yang
dimaksud hanya sedikit mengingat tanah tersebut bersifat asam dan
3.

mengandung besi.
Sampel III
Sampel ketiga diambil dari Sentolo. Tanah ini memiliki
kandungan bahan organik yang sangat sedikit. Padahal, pada
pengamatan pH di atas menujukkan angka keasaman yang normal.
Namun, kandungan kapur yang ada banyak sehingga dapat dipastikan
tanah ini memiliki unsur hara yang rendah. Selain itu, dapat juga
disebabkan oleh struktur tanah tersebut yaitu berstruktur gumpal
membulat. Struktur gumpal dapat dipengaruhi adanya lempung. Kadar

58

air yang mengikat tanah dapat membentuk gumpalan-gumpalan pada
tanah. Struktur ini biasanya terdapat pada tanah horizon B di daerah
iklim lembab dan memiliki sedikit material organik. Bila ditekankan,
sedikitnya material organik dapat membuktikan daerah tersebut
4.

memiliki kandungan kapur yang tinggi dan rendah hara.
Sampel IV
Sampel keempat diambil dari Godean. Kandungan bahan organik
pada tanah ini sedikit. Pengamatan pH tanah juga termasuk sedikit
asam walaupun kandungan kapur juga sedikit yang menandakan
bahwa tanah ini lumayan baik unsur haranya dan dapat dibuktikan
dengan adanya warna tanah hitam kecokleatan menunjukan bahwa
tanah memiliki kandungan organik yang melapuk dan kadar air yang
tinggi. Selain itu, sedikitnya kandungan organik juga dapat dilihat dari
bentukan khususnya yang memiliki konkresi merah sehingga tanah ini

5.

mengandung banyak besi.
Sampel V
Sampel kelima diambil dari Kampus FIS, UNY. Di tanah Kampus
FIS tidak ada kandungan bahan organik. Walaupun dari warnanya yang
gelap, jika diperhatikan dari akarnya, tanaman yang tumbuh di tanah
ini hanyalah rerumputan kecil. Bisa juga karena strukturnya yang
remah dan kadar air yang mengikat rendah mempengaruhi bahan
organik yang ada pada tanah tersebut.

VIII. KESIMPULAN
1. Desa Pangkah memiliki tingkat keasaman 5 (asam) jika diukur dengan
lakmus, memiliki kandungan kapur yang sangat sedikit, tidak memiliki
2.

kandungan mangan dan banyak kandungan organik.
Dusun Semoyo memiliki tingkat keasaman 5 (asam) jika diukur dengan
lakmus, tidak memiliki kandungan kapur, tidak memiliki kandungan
mangan dan sedikit kandungan organik.

59

3.

Tanjakan Sentolo memiliki tingkat keasaman 7 (normal)

jika diukur

dengan lakmus, memiliki kandungan kapur yang banyak, tidak memiliki
4.

kandungan mangan dan sedikit sekali kandungan organik.
Godean memiliki tingkat keasaman 6 (sedikit asam) jika diukur dengan
lakmus, memiliki kandungan kapur yang sedikit, tidak memiliki kandungan

5.

mangan dan mamiliki sedikit kandungan organik.
Kampus FIS, UNY memiliki tingkat keasaman 6 (sedikit asam) jika diukur
dengan lakmus dan 6,7 (hampir netral) jika diukur menggunakan pH stick,
memiliki kandungan kapur yang sedikit, tidak memiliki kandungan mangan

6.

dan tidak memiliki kandungan organik.
Tanah yang kekurangan kandungan Mn, BO, kapur dalam tanah tidak baik
untuk perkembangannya serta dapat menumbuhkan penyakit bahkan
kematian pada tanaman. pH yang terlalu asam akan menimbulkan racun
sedangkan pH yang terlalu basa akan menyebabkan unsur hara pada tanah
rendah.

60

DAFTAR PUSTAKA

Darmawijaya, Isa. 1992. Klasifikasi Tanah. Yogyakarta: UGM PRESS.
Izzudin. 2015. Sifat Lahan Mediteran Atau Lahan Kapur. Jember. Diakses pada
tanggal 3 April 2016 di www.izzudin.student.unej.ac.id
Sari, Kartika Winda, dkk. (-). Jurnal : Studi Penurunan Besi (Fe) dan Mangan (Mn)
dengan Menggunakan Cascade Aerator Dan Rapid SandFilter Pada Air
Sumur Gali. Surabaya.
Sartohadi, Junun, dkk. 2013. Pengantar Geografi Tanah. Cetakan kedua.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Setiyono, Andik. 2014. Studi Kadar Mangan (Mn) Pada Air Sumur Gali di Desa
Karangnunggal Kecamatan Karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya. Jurnal
Kesehatan Komunitas Indonesia Vol. 10. No. 1

61