Landasan Pembelajaran Berorientas Aktivi Koneksi Matematik
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Suasana yang diharapkan tercipta dalam pembelajaran yaitu
suasana belajar dimana siswa benar-benar berperan aktif dalam belajar.
Hal tersebut disebabkan karena saat ini pembelajaran di sekolah lebih
banyak hanya pihak guru saja yang aktif, sehingga terkesan ibarat seorang
yang menuangkan air dari ceret ke gelas. Sekarang ini, pembelajaran
cenderung masih berpusat kepada guru dengan bercerita atau ceramah.
Akibatnya tingkat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran rendah.
Hal ini sudah tentu mengharuskan seorang guru mengubah strategi,
model, dan teknik dalam mengajarnya agar tidak hanya terfokus pada
aktivitas guru saja, melainkan pada aktivitas siswa yang senderung lebih
penting. Salah satu cara untuk menciptakan pembelajaran aktif, yaitu anak
didik belajar dari pengalaman. Anak didik belajar dengan baik dari
pengalaman mereka dan harus belajar memecahkan masalah yang
diperoleh.
Atas dasar tersebut, maka pada kesempatan kali ini akan dijelaskan
lebih mendalam lagi mengenai model pembelajaran berorientasi pada
aktivtas siswa yang mencakup aspek-aspek pendukung dalam menciptakan
pembelajaran yang aktif. Dari pembahasan ini, diharapkan kita dapat
memiliki
pengetahuan
mengenai
model
pembelajaran
yang
bisa
diasumsikan sebagai model pembelajarang yang efektif untuk menciptakan
pembelajaran yang aktif.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diambil rumusan
masalahnya yaitu:
1. Apa saja teori yang melandasi pembelajaran berorientasi aktivitas
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
siswa?
Apa saja asumsi dari adanya pembelajaran berorientasi aktivitas siswa?
Apa pengertian pembelajaran berorientasi aktivitas siswa?
Apa konsep dan tujuan dari PBAS?
Bagaimana peran guru dalam penerapan PBAS?
Bagaimana merancang pembelajaran berorientasi aktivitas siswa?
Bagaimana penerapan model PBAS dalam suatu pembelajaran?
Apa saja faktor-faktor keberhasilan PBAS?
1
9. Apa saja pendekatan dan model dalam PBAS?
C. Tujuan Pembahasan
Tujuan dari pembahasan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui teori yang melandasi pembelajaran berorientasi
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
aktivitas siswa.
Untuk mengetahui asumsi dari PBAS.
Untuk mengetahui pengertian model PBAS.
Untuk mengetahu konsep dan tujuan model PBAS.
Untuk mengetahui peran guru dalam pembelajaran PBAS.
Untuk mengetahui cara merancang model untk PBAS.
Untuk mengetahui penerapan model PBAS?
Untuk mengetahui faktor keberhasialan PBAS.
Untuk mengetahui model dalam PBAS.
2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Landasan Pembelajaran Berorientas Aktivitas Siswa
1. Landasan Filosofis
Pembelajaran berorientasi aktivitas siswa dilandasi oleh filsafat
pendidikan progresivisme.
“filsafat progresif berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada
masa kini mungkin tidak benar di masa mendatang. Karenanya cara
terbaik mempersiapkan para siswa untuk masa depan yang tidak
diketahui adalah membekali mereka dengan strategi pemecahan
masalah yang memungkinkan mereka mengatasi tantangan-tantangan
baru dalam kehidupan dan untuk menemukan kebenaran-kebenaran
yang relevan pada saat ini.”
Proses belajar menurut aliran progresivisme yaitu terpusat kepada
anak, namun hal ini tidak berarti bahwa anak akan diizinkan untuk
mengikuti semua keinginannya. Karena ia belum cukup matang untuk
menentukan tujuan yang memadai dan siswa membutuhkan arahan dan
bimbingan dari guru dalam melaksanakan aktivitasnya.1
Kutipan tersebut mengandung makna bahwa pendidikan harus
dapat memberikan kemampuan berpikir kritis dan fleksibel, sehingga
hasil pendidikan akan menghasilkan individu yang dapat mengatasi
berbagai masalah kehidupan yang dihadapi dengan kemampuan
merefleksikan pengalaman belajar dalam memecahkan masalah secara
mandiri dan bertanggung jawab.
Kemampuan tersebut dalam pandangan filsafat progresivisme
merupakan hasil dari proses pendidikan, sehingga mengharuskan
pendidikan harus berpusat pada siswa atau sering disebut dengan
student centered aproach. Dalam hal ini, meskipun berpusat pada
siswa, tidak berarti siswa bebas melakukan apapun yang mereka
inginkan tanpa pengawasan dari guru, tetapi tetap dalam bimbngan
guru.
Menurut pandangan ini, guru akan memulai proses pendidikan dari
posisi dimana siswa saat ini, dan mengarahkan siswa untuk melihat
1 Drs. Uyoh Sadulloh, M. Pd., Pengantar Filsafat Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2007), Hlm.
146.
3
manfaat dari mata pelajaran uang akan dipelajari bag kehdupannya.
Selain itu, siswa diberikan kesempatan untuk bekerja secara kooperatif
dan kolaboratif di dalam kelompok untuk memecahkan masalah yang
dianggap penting oleh siswa.
Pandangan filsafat progresivisme pendidikan di dasarkan pada
enam asumsi, yaitu:
a. Muatan kurikulum harus diperoleh dari minat dan interest siswa,
bukan dari disiplin akademik.
b. Pembelajaran dikatakan efektif jika mempertimbangkan interest,
minat-minat serta kebutuhan-kebutuhan siswa secara menyeluruh
dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
c. Pembelajaran pada dasarnya aktif bukan pasif, sehingga guru yang
efektif adalah guru yang memberikan siswa pengalamanpengalaman
yang
memungkinkan
mereka
belajar
dengan
melakukan kegiatan secara langsung yang bersifat kontekstual.
d. Tujuan pendidikan adalah mengajar siswa berpikir secara rasional,
sehingga mereka menjadi cerdas, dan mampu memberi kontribusi
pada masyarakat.
e. Di sekolah para siswa mempelajari nilai-nilai personal dan juga
nilai-nilai sosial.
f. Manusia berada dalam suatu keadaan yang berubah secara konstan,
dan pendidikan memungkinkan masa depan yang lebih baik
dibandingkan dengan masa lalu.
Dalam pandangan progresivisme, belajar merupakan bukan proses
penerimaan pengetahuan dari guru pada siswa, tetapi belajar
merupakan pengalaman yang dilakukan secara aktif, baik aktif secara
mental dalam bentuk aktivitas berpikir, maupun aktif secara fisik
dalam bentuk kegiatan-kegiatan praktik dan melakukan langsung.
Pengetahuan
merupakan
alat
untuk
mengatur
pengalaman
,
memecahkan masalah atau situasi baru secara terus menerus, karena
perubahan hidup dianggap sebagai tantangan yang harus dihadapi.
Belajar merupakan eksperimen melalui pengalaman langsung untuk
menghasilkan pengetahuan yang bermanfaat dalam memecahkan
4
masalah-masalah kehidupannya di masa sekarang dan masa yang akan
datang,
Dengan demikian, alasan filsafat progresivisme menjadi landasan
pembelajaran
berorientasi
pada
aktivitas
siswa
yaitu
karena
pendidikan dipandangnya sebagai proses pembelajaran yang harus
memerhatikan interest dan minat-minat siswa secara keseluruhan.
Belajar merupakan aktivitas siswa baik pada ranah kognitif, afektif
dan psikomotor, sehingga memberkan kemampuan berpikir rasional
dan cerdas dalam menghadapi masalah dan perubahan dalam
kehidupan.
2. Landasan Psikologis
Pendidikan pada dasarnya didalamnya terdapat interaksi antara
guru dengan siswa yang berlangsung dalam situasi yang kondusif
untuk
pelaksanaan
pendidikan.
Interaksi
pendidikan
sangat
dipengaruhi oleh kondisi dan latar belakang siswa dan guru. Oleh
karena itu, jelaslah bahwa dalam pendidikan dibutuhkan pemahaman
secara menyeluruh terhadap kondisi siswa. Sehingga proses
pembelajaran
dilakukan
pada
siswa
sesuai
dengan
tingkat
perkembangan, kemampuan dan kebutuhan siswa.
Atas dasar hal tersebut maka sudah jelas bahwa dalam pross
pendidikan dibutuhkan pemahaman psikologi sebagai landasan
pelaksanaan pendidikan. Adapun teori psikologi belajar yaitu:
a. Teori Dsiplin Mental
Teori disiplin mental memandang bahwa individu memiliki
kekuatan, kemampuan, serta potensi-potensi tertentu yang dapat
dikembangkan. Pengembangan potensi-potensi tersebut dinamakan
belajar. Terdapat bebearapa teori psikologi yang termasuk teori
disiplin mental yaitu:
1) Teori psikologi daya memandang bahwa individu memiliki
daya-daya seperti daya mengenal, mengingat, menanggapi,
mengkhayal, berpikir, merasakan, berbuat, dan sebagainya.
Menurut teori ini, belajar adalah latihan yang dilakukan secara
berulang-ulang.
5
2) Vorstellungen, teori ini memandang bahwa individu memiliki
kemampuan untuk melakukan atau menanggapi sesuatu.
Tanggapan tersebut meliputi impresi indera, bayangan impresi
indera sebelumnya, dan rasa senang atau tidak senang. Menurut
teori ini, belajar adalah pemberian bahan yang sederhana,
penting dan menarik sesering mungkin, sehingga akan menjadi
stimulasi terjadinya tanggapan-tanggapan pada kesadaran
individu.
3) Teori naturalisme romantik, teori ini dipelopori oleh Jean
Jacques Rousseau pendidik dan negarawan Perancis. Teori ini
memandang bahwa individu memliki potensi-potensi atau
kemampuan-kemampuan yang masih terpendam dan memiliki
kekuatan sendiri untuk mengembangkan dirinya secara mandiri.
Melalui
belajar
siswa
diberikan
kesempatan
untuk
mengaktualisasikan potensi-potensi yang masih terpendam
melalui belajar sendiri. Sesungguhnya anak memiliki kekuatan
sendiri
untuk
mencari,
mencoba,
menemukan
dan
mengembangkan dirinya sendiri. Anak-anak akan berkembang
secara alamiah. Pendidik tidak perlu banyak ikut campur
mengatur anak, biarkan anak didik belajar sendiri.2
2 Prof. Dr. Suyono, M. Pd dan Drs. Hariyanto, M. Si, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2011) Hlm. 57-58.
6
b. Teori Behavioristik
Teori ini menekankan perilaku atau tingkah laku yang dapat
diamati yang bersifat molekular atau unsur-unsur. Teori ini
memilik beberapa ciri yaitu:
1) Mengutamakan bagian-bagian kecil,
2) Bersifat mekanistik,
3) Menekankan peranan lingkungan,
4) Mementingkan pembentukan respons,
5) Menekankan pentingnya latihan.3
Behaviorisme merupakan aliran psikologi yang memandang
individu lebih kepada sisi fenomena jasmaniah dan mengabaikan aspekaspek mental seperti kecerdasan, bakat, minat, dan perasaan individu
dalam kegiatan belajar. Para ahli behavorisme berpendapat bahwa
belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasl dari pengalaman.
Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon.
Beberapa teori yang termasuk teori behavioristik yaitu:
1) Teori Koneksionisme dari Thorndike
Teori ini memandang bahwa tingkah laku manusia merupakan
hubungan stimulus respons. Sehingga belajar merupakan pembentukan
hubungan stimulus dan respons sebanyak-banyaknya. Menurut teori ini
terdapat prinsip belajar yaitu belajar dikatakan berhasil jika memiliki
kesiapan, banyak latihan dan belajar akan bersemangat apabila
mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik.
2) Teori Pengkondisian (Conditioning)
Tingkah laku manusia dapat dibentuk melalui pengkondisian, yang
dilakukan berulang-ulang. Pemberian stimulus merupakan aspek yang
dikondisikan,
sehingga
belajar
merupakan
suatu
upaya
untuk
mengkondisikan pembentukan perilaku atau respons terhadap sesuatu.
3) Teori Penguatan (Reinforcement) dari B. F. Skinner
Teori penguatan melihat bahwa tingkalaku manusia dapat dibentuk
melalui pemberian penghargaan atas respons yang dilakukan. Setiap
kali terjadi perubahan tingkah laku sebagai efek dari pemberian
stimulus, maka secara rutin diberikan penghargaan, sehingga dengan
adanya penghargaan ini siswa akan termotivasi untuk melakukan
3 Ibid., hlm. 58.
7
respons berikutnya. Oleh karena itu, belajar merupakan upaya
pemberian motivasi untuk melakukan sesuatu yang lebih baik dari
sebelumnya.
4) Teori Cognitive Gestalt Field dari Max Wertheimer
Teori ini menekankan perilaku atau tingkah laku yang dapat diamati
yang bersifat moral (keseluruhan) atau keterpaduan dari bagian-bagian.
Teori ini lebih menekankan pada aspek mental, bukan perilaku. Hasil
belajar yang diutamakan adalah mengetahui sesuatu sebanyak mungkin
melalui aktivitas mental atau kegiatan berpikir, sedangkan respons
merupakan indikator yang menunjukkan sedang terjadi aktivitas mental
pada individu yang sedang belajar.4
B. Asumsi yang Mendasari Pembelajaran Berorintasi Aktivitas Siswa
Pembelajaran dianggap efektif jika pembelajaran menekankan dan
berorientasi pada aktivitas siswa. Ada beberapa asumsi yang mendasari
pembelajaran berorientasi aktivitas siswa (PBAS) yaitu5:
1. Asumsi Filosofis tentang Pendidikan
Pendidikan merupakan usaha sadar untuk mengembangkan manusia
menuju kedewasaan, baik kedewasaan intelektual, sosial maupun
kedewasaan moral. Pendidikan bertugas mengembangkan seluruh
potensi siswa. Pendidikan pada dasarnya adalah interaksi manusia,
pembinaan,
sepanjang
dan
hayat,
pengembangan
kesesuaian
potensi
dengan
manusia,
kemampuan
berlangsung
dan
tingkat
perkembangan siswa, keseimbangan antata kebebasan subjek didik dan
kewibawaan guru, peningkatan kualitas hidup mannusia.
2. Asumsi tentang Siswa Sebagai Subjek Pendidikan
Asumsi tentang siswa sebagai subjek pendidikan yaitu :
a. Siswa bukanlah manusia dalam ukuran mini, akan tetapi manusia
sedang dalam tahap perkembangan.
b. Setiap manusia mempunyai kemampuan yang berbeda.
c. Anak didik pada dasarnya adalah insan yang aktif, kreatif dan
dnamis dalam menghadapi lingkungannya.
d. Anak didik memiliki motivasi dalam memenuhi kebutuhannya.6
4 Dr. Rusman M. Pd., Model-Model Pembelajaran, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), hlm.
386-387.
5 Ibid., Hlm. 391-393.
6 Dr. Wina Sanjaya M. Pd, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
(Jakarta: Prenada Media, 2008) hlm. 136.
8
Siswa merupakan manusia yang sedang dalam tahap perkembangan
dengan karakteristik dan potensi yang unik, heterogen, aktif, dinamis,
dan memiliki motivasi untuk memnuhi kebutuhannya. Asumsi ini
memberikan gambaran bahwa siswa ini adalah subjek yang memiliki
potensi
sehingga
proses
pembelajaran
harus
diarahkan
untuk
mengembangkan potensi yang dimiliki siswa.
3. Asumsi tentang Guru
Guru memiliki tanggungjawab dalam menciptakan suasana yang
memungkinkan para siswa dapat belajar dengan baik. guru harus
bertanggung jawab atas tercapainya hasil belajar siswa, guru memiliki
kemampuan profesional dalam mengajar, kode etik keguruan, berperan
sebagai sumber belajar, mediator, dan fasilitator belajar serta pemimpin
dalam belajar yang memungkinkan terciptanya kondisi yang baik bagi
siswa dalam belajar.
Filosofis mengajar yang baik adalah bukan sekedar mentransfer
pengetahuan kepada siswa, tetapi bagaimana membantu siswa dapat
belajar. Dengan demikian, proses pembelajaran yang baik adalah proses
pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mencari, menemukan, dan memecahkan masalah secara langsung dari
pengalaman belajarnya.
9
4. Asumsi yang Berkaitan dengan Proses Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran akan terjadi apabila siswa berinteraksi secara
aktif
dalam
lingkungan
belajarnya.
Maksudnya
yaitu
proses
pembelajaran direncanakan dan dilaksanakan sebagai suatu sistem.
Proses pembelajaran akan lebih efektif jika menggunakan metode,
strategi, pendekatan, dan model pembelajaran yang tepat. Pembelajaran
memberi penekanan pada proses dan produk secara proporsional dan
inti dari pembelajaran adalah adanya aktivitas belajar siswa secara aktif,
kreatif dan bermakna.
10
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa
Pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa merupakan
kegiatan yang mutlak dilakukan oleh seorang guru agar pembelajaran
tersebut dapat mengaktifkan siswa. Sehingga, pembelajaran berlangsung
secara optimal. Selain itu, pembelajaran tersebut dapat menghindarkan
pembelajaran yang mengarah pada “teaching to the test” atau mengajar
yang diarahkan hanya untuk menghadapi soal-soal ujian.
Penerapan pembelajaran yang mengaktifkan siswa dapat dilakukan
melalui pengembangan berbagai keterampilan belajar esensial secara
eklektif yaitu:
1. Berkomunikasi lisan dan tertulis secara efektif
2. Berpikir logis, kritis, dan kreatif
3. Rasa ingin tahu
4. Penguasaan teknologi dan informasi
5. Pengembangan personal dan sosial
6. Belajar mandiri.7
Aktivitas siswa merupakan ciri dimana suatu pembelajaran sedang
berlangsung. Untuk mencptakan suasana siswa yang aktif maka digunakan
pendekatan pembelajaran yang berrpusat pada siswa. Belajar harus
melibatkan seluruh potensi yang dimiliki siswa, yaitu meliputi potensi
gerakan fisik, potensi panca indera, dan potensi kemampuan intelektual.
Pembelajaran yang melibatkan aktivitas siswa secara langsung merupakan
implementasi dari gaya belajar yang mengaktifkan siswa.
Pembelajaran bukan komunikasi satu arah transformasi dari guru
ke siswa saja. Melainkan harus berupa komunikasi timbal balik secara
interaktif antara siswa dengan guru. Dalam komunikasi tersebut siswa
ditempatkan sebagai subjek belajar yang harus mendapatkan kesempatan
secara luas untuk mengembangkan kreativitas, aktivitas dan potensi yang
dimilikinya secara langsung untuk menemukan, mencari dan memecahkan
masalah melalui pengalaman belajar.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran berorientasi aktivitas siswa adalah pembelajaran yang
7 Ibid., Hlm. 388.
11
memposisikan siswa sebagai subjek dalam pembelajaran, sehingga
memberikan konsekuensi keterlibatan siswa secara penuh mulai dari
perencanaan pembelajaran, proses pembelajaran sampai pada evaluasi
pembelajaran.
B. Konsep dan Tujuan Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa
Pembelajaran berorientasi pada aktivitas siswa dipandang sebagai
suatu pendekatan dalam pembelajaran yang menekankan kepada aktivitas
siswa secara optimal untuk memperoleh hasil belajar berupa perpaduan
antara aspek kognitif, afektif dan psikomotor secara seimbang.
Dari konsep tersebut ada dua hal yang harus dipahami, yaitu:
1. Dipandang dari sisi proses, PBAS menekankan kepada aktivitas siswa
secara optimal, artinya PBAS menghendaki keseimbangan antara
aktivitas fisik, mental termasuk emosional dan aktivitas intelektual.
2. Di pandang dari sisi hasl belajar, PBAS menghendaki hasil belajar yang
seimbang dan terpadu antara kemampuan intelektual, afektif, dan
psikomotor. Dalam PBAS pembentukan siswa secara utuh merupakan
tujuan utama dalam proses pembelajaran. PBAS tidak menghendaki
pembentukan siswa yang secara intelektual (cerdas) tanpa dimbangi
oleh sikap dan keterampilan.
Dari konsep tersebut, dapat dilihat bahwa tujuan dari PBAS yaitu
untuk membantu peserta didik agar bisa belajar mandiri dan kreatif,
sehingga ia dapat memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
dapat menunjang terbentuknya kepribadian yang mandiri. Sedangkan
secara khusus, PBAS bertujuan untuk meningkatkan kualitas embelajaran
agar lebih bermakna dan kedua yaitu untuk mengembangkan seluruh
potensi yang dimilikinya. Akan tetapi, yang lebih penting adalah untuk
membentuk manusia yang bertaqwa dan memiliki keterampilan disamping
memiliki sikap budi pekerti yang rukun, maka PBAS merupakan
pendekatan yang sangat cocok untuk dikembangkan.8
C. Peran Guru dalam Penerapan Pembelajaran Berorientasi Aktivitas
Siswa
8 Dr. Wina Sanjaya, M. Pd, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
(Jakarta: Prenada Media, 2008) hlm.137-139.
12
Dalam pembelajaran berorientasi pada aktivitas siwa, guru
berperan sebagai fasilitator, yang bertugas memfasilitasi siswa agar dapat
belajar sesuai dengan gaya dan karakteristik belajar masing-masing.
Pembelajaran berorientasi pada aktivitas siswa menuntut guru untuk lebih
kreatif dan inovatif dalam mendesain pembelajaran untuk memenuhi
kebutuhan siswa. Enam tugas yang harus dilakukan guru dalam desain
pembelajaran berorientasi pada aktivitas siswa yaitu :
1. Mengemukakan berbagai alternatif tujuan pembelajaran yang harus
dicapai sebelum kegiatan pembelajaran dimulai.
2. Menyusun tugas-tugas belajar bersama siswa.
3. Memberi informasi tentang kegiatan pembelajaran yang harus
dilakukan.
4. Memberikan
bantuan
dan
pelayanan
kepada
siswa
yang
memerlukannya.
5. Memberikan motivasi, mendorong siswa untuk belajar, membimbing
melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan.
6. Membantu siswa dalam menarik suatu kesimpulan kegiatan
pembelajaran.9
Untuk dapat memainkan berbagai peran tersebut seorang guru harus
menguasai sejumlah kecakapan tertentu. Kecakapan tersebut antara lain
sebagai berikut:
1. Kecakapan mendengar, yaitu seorang fasilitator harus mampu
mendengarkan dengan baik dan hati-hati , dan secara kreatif
memungut aspek-aspek positif dari suatu masalah.
2. Kecakapan mengamati, yaitu kemampuan untuk melihat apa yang
sesungguhnya terjadi serta memantau pelaksanaan kerja kelompok
secara objektif.
3. Kepekaan/empati, yaitu kecakapan untuk melihat masalah dari titik
pandang peserta didik.
4. Mendiagnosa, yaitu kecakapan untuk mendefinisikan masalah dan
memilih intervensi serta tindakan bagi penyelesaan masalah.
5. Mendukung/mendorong, yaitu kecapakan untuk menyediakan
indikator baik verbal maupun non verbal untuk memberikan
dorongan,
menyetujui,
melakukan
apresiasi
dan
menyatakan
kepedulian.
9 Ibid., hlm. 139.
13
6. Menantang,
yaitu
kecakapan
untuk
melakukan
konfrontasi,
menyatakan ketidaksetujuan atau memberhentikan proses yang
menyimpang dari tujuan tanpa bertindak kasar.
7. Keterbukaan yaitu kecakapan untuk mengundang adanya dialog,
menerima umpan balik dan kesiapan dalam mengamati sikap, nilainilai dan ide milik peserta didik tersebut jika diperlukan.
8. Menjadi model, yaitu kecakapan untuk menjadikan dirinya sebagai
model bagi kelompok.10
D. Merancang Strategi Pembelajaran Aktif
Untuk menjadikan pembelajaran aktif, maka sudah tentu
dibutuhkan suatu perencanaan. Perencanaan yang cermat dan sungguhsungguh melibatkan pemahaman akan tingkatkebiasaan yang dimiliki
siswa. Menyangkut tingkat mana yang mereka perlu capai, dan strategi
serta langkah untuk mencapai tingkat tersebut.
Perencanaan dimulai dengan menggunakan informasi diagnostik
untuk memperkirakan kemampuan siswa, kemudian menggunakan standar
untuk menentukan pelajaran dan tujuan unit, secara kreatf menciptakan
pelajaran dan unit yang aktif agar dapat mencapai semua siswa,
mengembangkan
perangkat
pembelajaran
yang
efektif
dan
mengintegrasikan topik yang relevan antar kurikulum dengan usaha dari
sekolah seta merencanakan penilaian.
Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru dalam merancang
pembelajaran aktif yaitu:
1. Membuat rencana secara hati-hati dengan memperhatikan detail
berdasarkan atas sejumlah tujuan yang jelas yang dapat dicapai.
2. Memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar secara aktif dan
mengaplikasikan pembelajaran mereka dengan metode yang beragam
sesuai dengan konteks kehidupan nyata siswa.
3. Secara aktif mengelola lingkungan belajar agar tercipta suasana yang
nyaman, tidak bersifat mengancam, berfokus pada pembelajaran serta
dapat membangkitkan ide yang pada gilirannya dapat memaksimalkan
waktu, sumber-sumber yang menjamin pembelajaran aktif berjalan.
10 Prof. Dr. Warsono, M. S. Dan Drs. Hariyanto, M. S. Pembelajaran Aktif, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2012), Hlm. 23-24.
14
4. Menilai siswa dengan cara-cara yang dapat mendorong siswa untuk
menggunakan apa yang telah mereka pelajari di kehidupan nyata.11
E. Penerapan PBAS dalam Pembelajaran
Pembelajaran berorientasi pada aktivitas siswa dapat dilakukan
dalam berbagai bentuk kegiatan pembelajaran, misalnya kegiatan
mendengarkan, berdiskusi, bermain peran, melakukan pengamatan,
melakukan
eksperimen,
membuat
sesuatu,
menyusun
laporan,
memecahkan masalah dan praktek melakukan sesuatu. Aktivitas siswa
tidak hanya aktivitas fisiknya saja, melainkan juga dilihat dari aktivitas
mental dan intelektualnya. Oleh karena itu, siswa tidak dapat dengan
mudah dikatakan bahwa dia sedang belajar atau tidak.
Kriteria penerapan PBAS dalam pembelajaran yaitu:
1. Keterlibatan Siswa dalam Proses Perencanaan
Keterlibatan siswa dalam proses perencanaan yaitu melputi :
a. Perumusan tujuan pembelajaran, dalam menetapkan tujuan
pembelajaran seorang guru harus melibatkan siswa. Karena isi dari
pada pembelajarannya itu berisi kemampuan atau kompetensi dan
pengalaman-pengalaman siswa yang akan dikembangkan dalam
kegiatan
pembelajaran
harus
sesuai
dengan
kebutuhan,
kemampuan, dan tugas-tugas perkembangan siswa.
b. Penyusunan rancangan pembelajaran, pada proses penyusunan RPP
seorang guru harus melibatkan siswa, hal ini dilakukan agar RPP
yang dibuat oleh guru dapat diterima dan sesuai dengan kebutuhan
belajar siswa. Apabila RPP telah dirancang oleh guru, maka
sebaiknya guru menyampaikannya kepada para siswa untuk
dibahas, dikomentari, dikurangi atau ditambahkan tentang ruang
lingkup materi yang ada dalam RPP.
c. Memilih dan menentukan sumber belajar. Keterlibatan siswa dalam
memilih dan menentukan sumber belajar dilakukan sengan cara
melbatkan siswa untuk mencari dan menemukan bahan dan sumber
yang dibutuhkan siswa melalui penugasan dan pembuatan makalah
dalam kegiatan pembelajaran.
11 Prof. Dr. Hamzah B. Uno, M.Pd. dan Nurdin Mohamad, S. Pd . M.Si, Belajar dengan
Pendekatan PAILKEM, (Bumi Aksara: Jakarta, 2011). Hlm. 77.
15
d. Menentukan dan mengadakan media pembelajaran yang akan
digunakan.
Guru
harus
menggunakan
multimedia
dalam
pembelajaran agar pada saat penyampaian materi dapat secara
efektif sampai kepada siswa yang memiliki kemampuan belajar
yang berbeda-beda.12
2. Keterlibatan Siswa dalam Proses Pembelajaran
a. Kegiatan fisik, mental, intelekual. Tujuan yang ingin dicapai dalam
proses pembelajaran adalah pencapaian kompetensi yang meliputi
kompetensi akademik, sosial dan vokasional atau aspek kognitif,
afektif dan psikomotor. Sehingga seorang guru harus melibatkan
siswa
dalam
aspek-aspek
tersebut,
yaitu
melaui
kegiatan
pengalaman langsung seperti praktek, peragaan, bermain peran dan
sebagainya.
b. Kegiatan eksperimental. Seorang guru harus bisa melibatkan siswa
dalam kegiatan observasi, melakukan langsung d laboratorium dan
lapangan sampai pada pembuatan laporan utnuk di presentasikan.
Guru harus memberikan waktu yang sebanyak mungkin kepada
siswa untuk mengembangkan kemampuannya dalam kegiatan
eksperimen tersebut.
c. Keinginan siswa untuk menciptakan iklim belajar yang kondusif.
Guru harus kreatif dan inovatif dalam mengelola proses
pembelajaran dengan melibatkan siswa seoptimal mungkin.
d. Keterlibatan siswa untuk mencari dan memanfaatkan sumber
belajar
yang
ada.
Guru
harus
mampu
mengatur
dan
mengkondisikan siswa untuk mengelola dan memanfaatkan sumber
belajar yang ada.
e. Adanya interaksi multiarah, yaitu interaksi siswa dengan siswa, dan
interaksi siswa dengan guru.13
3. Keterlibatan Siswa dalam Proses Evaluasi Pembelajaran
a. Mengevaluasi sendiri hasil pembelajaran yang telah dilakukan.
b. Melaksanakan kegiatan semacam tes dan tugas-tugas yang harus
dikerjakannya baik secara terstruktur maupun tugas mandiri yang
diberikan guru.
12 Dr. Rusman M. Pd., Op, Cit., hlm. 395-396.
13 Ibid, hlm. 396-397.
16
c. Menyusun laporan hasil belajar baik secara tertulis maupun lisan.14
F. Faktor-Faktor Keberhasilan PBAS
Pelaksanaan pembelajaran berorientasi aktivtas siswa akan berhasil
dengan baik apabila di dukung oleh kemampuan guru, sarana prasarana
belajar, dan lingkungan belajar. Berikut dijelaskan mengenai faktor-faktor
tersebut:
1. Kemampuan Guru
Guru merupakan faktor utama dalam pembelajaran, sehingga guru
dituntut untuk memiliki kemampuan profesional. Pada pembelajaran
berorientasi pada aktivitas siswa, guru berperan sebagai subjek dan
siswa pun berperan sebagai subjek. Hal yang berkaitan dengan guru
yaitu kemampuan guru, sikap profesional guru, kualifikasi dan
pengalaman guru.
2. Sarana dan Prasarana Belajar
Fasilitas dan sarana yang mendukung kegiatan pembelajaran
berorientasi pada aktivitas siswa yaitu:
a. Ruang kelas yang memadai
untuk
terjadinya
proses
pembelajaran yang menimbulkan aktivitas siswa yaitu ruang
kelas yang memiliki ruang ideal dengan jumlah siswa, pentilasi
yang cukup, jauh dari kegaduhan, serta memungkinkan setting
tempat duduk siswa untuk di tata secara dinamis sesuai dengan
kebutuhan pembelajaran aktif.
b. Tersedianya berbagai fasilitas media dan sumber belajar. Seperti
flip chart, papan planel, buku, majalah, surat kabar, buletin,
media radio, OHP, CD, video dan sebagainya.
3. Lingkungan Belajar
Lingkungan belajar yang kondusif merupakan faktor penunjang
keberhasilan pembelajaran berorientasi pada aktivitas siswa untuk
terjadinya proses belajar yang aktif dan menantang. Lingkungan belajar
yang dimaksud yaitu meliputi lingkungan fisik dan lngkungan
psikologis. Lingkungan fisik, seperti posisi letak sekolah, keadaan
sekolah atau kondisi sekolah, jumlah ruang kelas, ruang laboratorium,
perpustakaan dan sebagainya. Sedangkan lingkungan psikologis yaitu
iklim sosial di sekolah yang kondusif misalnya keharmonisan guru
14 Ibid.,
17
dengan guru, guru dengan kepala sekolah, siswa dengan siswa, siswa
dengan guru, atau hubungan antar sekolah dengan orangtua siswa dan
sekolah dengan lingkungan masyarakat sekitar sekolah.15
15 Ibid., hlm. 398-399.
18
G. Pendekatan dan Model Pembelajaran Berorientasi Pada Aktivitas
Siswa
Banyak cara yang bisa membuat siswa belajar secara aktif yaitu
dengan perlengkapan belajar aktif. Perlengkapan belajar aktif yang
dimaksud yaitu tata letak ruangan kelas, metode megaktifkan siswa,
kemitraan belajar, melakukan analisis terhadap kebutuhan siswa,
membangkitkan minat siswa, melibatkan siswa dalam pembelajaran,
pemilihan tugas dan strategi yang tepat dan pengendalian aktvitas siswa
yang berlebihan.
Cara pelaksanaan hal tersebut dapat dilakukan dengan berbagai
metode, strategi, pendekatan, dan model pembelajaran yang dapat
menjadikan siswa aktif dalam belajar yaitu sebagai berikut:
1. Strategi pembentukan tim, misalnya bertukar tempat, resume
kelompok, pencarian teman sekelas, prediksi, iklan televisi, teman
yang kita miliki, saling mengenal, benteng pertahanan, mengakrabkan
kembali, menyususn aturan dasar kelas.
2. Strategi penilaian sederhana, yaitu pertanyaan penilaian, pertanyaan
yang dimiliki siswa, penilaian instan, sampel perwakilan, persoalan
pelajaran, dan pertanyaan kuis.
3. Strategi pelibatan belajar langsung, yaitu berbagi pengetahuan secara
aktif, merotasi pertukaran kelompok tiga orang, kembali ke tempat
semula, menyemarakkan suasana belajar, bertukar pendapat, benar
atau salah, bertanggung jawab terhadap mata pelajaran, membantu
siswa secara aktif.
4. Belajar dalam satu kelas penuh, yaitu memberi pertanyaan,
pembentukkan tim, membuat catatan ikhtisar, pengajaran sinergis,
pengajaran terarah, mempraktekkan materi yang diajarkan.
5. Menstimulasi diskusi kelas, yairu dengan debat aktif, rapa dewan,
keputusan terbuka tiga tahap, memperbanyak anggota diskusi panel.
6. Penerapan pembelajaran kooperatif, pmbelajaran berbasis masalah,
pembelajaran
kontekstual,
pembelajaran
berbasis
komputer,
pembelajaran PAKEM dan PAIKEM, dan pembelajaran kolaboratif.16
16 Ibid., hlm. 399-401.
19
Ada banyak pembelajaran kolaboratif yan mendapatkan perhatian
luas karena cocok untuk pembelajaran berorientasi pada aktivitas siswa 17
yaitu:
a. Learning Together
Merupakan pembentukan kelompok-kelompok di kelas beranggotakan
siswa-siswa yang beragam kemampuannya. Tiap kelompok bekerja sama
untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Satu kelompok
menerima dan mengerjakan satu set lembar tugas. Penilaian didasarkan
pada hasil kerja kelompok.
b. Teams Game Tournament (TGT)
Setelah belajar bersama kelompoknya sendiri, para anggota suatu
kelompok akan berlomba dengan anggota kelompok lain sesuai dengan
tingkat kemampuan masing-masing. Penilaian didasarkan pada jumlah
nilai yang diperoleh kelompok.
c. Group Investigation
Semua anggota kelompok dituntut untuk merencanakan suatu penelitian
beserta perencanaan pemecahan masalah yang dihadapi. Kelompok
menentukan apa saja yang akan dikerjakan dan siapa saja yang akan
melaksanakannya dan bagaimana cara perencanaan penyajiannya di
depan forum kelas.
d. Academic Constructive Controversy
Setiap anggota kelompok dituntut kemampuannya untuk berada dalam
situasi konflik intelektual yang dikembangkan berdasarkan hasil belajar
masing-masing, baik bersama anggota kelompok maupun dengan
kelompok lainnya. Kegiatan pembelajaran ini mengutamakan pencapaian
dan pengembangan kualitas pemecahan masalah, pemikiran kritis,
pertimbangan, hubungan antar pribadi, kesehatan psikis, dan keselarasan.
Penilaian didasarkan atas kemampuan setiap anggota maupun kelompok
mempertahankan posisi yang dipilihnya.
e. Jigsaw Proscedure
Anggota suatu kelompok diberi tugas yang berbeda-beda tentang suatu
pokok bahasan. Agar setiap anggota memahami keseluruhan pokok
bahasan, tes diberikan dengan materi yang menyeluruh. Penilaian
didasarkan pada rata-rata skor tes kelompok.
f. Student Team Achievement Divisions
17 Ibid., hlm. 401-404.
20
Dalam suatu kelas siswa dibagi dibagi menjadi beberapa kelompok kecil.
Anggota-anggota
dalam
setiap
kelompok
saling
belajar
dan
membelajarkan sesamanya. Sehingga keberhasilan seseorang akan
berpengaruh
terhadap
keberhasilan
kelompok
dan
sebaliknya
keberhasilan kelompok akan berpengaruh terhadap keberhasilan individu
siswa. Penilaian didasarkan pada pencapaian hasil belajar individual
maupun kelompok.
g. Complex Instruction
Metode pembelajaran ini menekankan pelaksanaan suatu proyek yang
berorientasi pada penemuan, khususnya dalam bidang sains, matematika
dan pengetahuan sosial. Fokusnya adalah menumbuhkembangkan
ketertarikan semua anggota kelompok terhadap pokok bahasan. Metode
ini umunya digunakan dalam pembelajaran yang bersifat bilingual
(menggunakan dua bahasa) dan diantara para siswa yang sangat
heterogen. Penilaian didasarkan pada proses dan hasil kerja kelompok.
h. Team Accelerated Instruction
Bentuk pembelajaran ini merupakan kombinasi antara pembelajaran
kooperatif/kolaboratif dengan pembelajaran individual. Setiap anggota
kelompok diberi soal-soal yang harus mereka kerjakan terlebih dahulu.
Setelah itu dilaksanakan penilaian bersama-sama dalam kelompok.
Penilaian didasarkan pada hasil belajar individual maupun kelompok.
i. Cooperative Learning Structures
Dalam pembelajaran ini setiap kelompok dibentuk dengan anggota dua
siswa (berpasangan). Seorang siswa bertindak sebagai tutor dan yang lain
menjadi tutee. Tutor mengajukan pertanyaan yang harus dijawab oleh
tutee. Bila jawaban tutee benar, maka akan memperoleh poin atau skor
yang telah ditetapkan terlebih dulu. Dalam selang waktu yang juga telah
ditentukan sebelumnya, kedua siswa yang saling berpasangan itu
bergantian peran.
Kelebihan metode ini yaitu melatih siswa untuk mengungkapkan
kesalahan orang dengan lisan, melatih pendengaran atau kecermatan dan
setiap siswa dapat aktif berperan.18
j. Cooperative Integrated Reading and Composition
18 Drs. Hamdani, MA, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka Setia, 2011) Hlm. 89.
21
Model pembelajaran ini menekanka pembelajaran membaca, menulis dan
tata bahasa. Dalam pembelajaran ini, para siswa saling menilai
kemampuan membaca, menulis dan tata bahasa, baik secara tertulis
maupun lisan di dalam kelompoknya.
k. Listening Teams
Strategi ini membantu siswa untuk tetap konsentrasi dan terfokus dalam
pelajaran yang menggunakan metode ceramah. Strategi ini bertujuan
membentuk kelompok yang mempunyai tugas atau tanggung jawab
tertentu berkaitan dengan materi pelajaran.19
19 Drs. H. Ahmad Sabri, M. Pd, Strategi Belajar Mengajar & Micro Teaching, (Jakarta: Ciputat
Press, 2005) Hlm. 129.
22
BAB IV
KESIMPULAN
Pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa merupakan kegiatan
yang mutlak dilakukan oleh seorang guru agar pembelajaran tersebut dapat
mengaktifkan siswa. Sehingga, pembelajaran berlangsung secara optimal.
Pembelajaran berorientasi aktivitas siswa dilandasi oleh filsafat pendidikan
progresivisme. Selain itu PBAS berlandaskan pada teori psikologi belajar yaitu
teori disiplin mental, teori psikologi vorstellungen, teori naturalisme romantik,
dan teori behavioristik.
Pembelajaran berorientasi pada aktivitas siswa dipandang sebagai suatu
pendekatan dalam pembelajaran yang menekankan kepada aktivitas siswa secara
optimal untuk memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek kognitif,
afektif dan psikomotor secara seimbang.
Dalam pembelajaran berorientasi pada aktivitas siwa, guru berperan
sebagai fasilitator, yang bertugas memfasilitasi siswa agar dapat belajar sesuai
dengan gaya dan karakteristik belajar masing-masing. Pembelajaran berorientasi
pada aktivitas siswa menuntut guru untuk lebih kreatif dan inovatif dalam
mendesain pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan siswa.
Perencanaan PBAS dimulai dengan menggunakan informasi diagnostik
untuk memperkirakan kemampuan siswa, kemudian menggunakan standar untuk
menentukan pelajaran dan tujuan unit, secara kreatf menciptakan pelajaran dan
unit yang aktif agar dapat mencapai semua siswa, mengembangkan perangkat
pembelajaran yang efektif dan mengintegrasikan topik yang relevan antar
kurikulum dengan usaha dari sekolah seta merencanakan penilaian.
Kriteria penerapan PBAS dalam pembelajaran yaitu melihat keterlibatan
siswa dalam proses perencanaan, keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran,
keterlibatan siswa dalam proses evaluasi pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran berorientasi aktivtas siswa akan berhasil
dengan baik apabila di dukung oleh kemampuan guru, sarana prasarana belajar,
dan lingkungan belajar. Selain itu penggunaan metode, strategi, pendekatan, dan
model pembelajaran yang dapat menjadikan siswa aktif dalam belajar yaitu
strategi pembentukan tim, strategi penilaian sederhana, strategi pelibatan belajar
langsung, belajar dalam satu kelas penuh, menstimulasi diskusi kelas, penerapan
23
pembelajaran
kooperatif,
pmbelajaran
berbasis
masalah,
pembelajaran
kontekstual, pembelajaran berbasis komputer, pembelajaran PAKEM dan
PAIKEM, dan pembelajaran kolaboratif.
24
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Suasana yang diharapkan tercipta dalam pembelajaran yaitu
suasana belajar dimana siswa benar-benar berperan aktif dalam belajar.
Hal tersebut disebabkan karena saat ini pembelajaran di sekolah lebih
banyak hanya pihak guru saja yang aktif, sehingga terkesan ibarat seorang
yang menuangkan air dari ceret ke gelas. Sekarang ini, pembelajaran
cenderung masih berpusat kepada guru dengan bercerita atau ceramah.
Akibatnya tingkat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran rendah.
Hal ini sudah tentu mengharuskan seorang guru mengubah strategi,
model, dan teknik dalam mengajarnya agar tidak hanya terfokus pada
aktivitas guru saja, melainkan pada aktivitas siswa yang senderung lebih
penting. Salah satu cara untuk menciptakan pembelajaran aktif, yaitu anak
didik belajar dari pengalaman. Anak didik belajar dengan baik dari
pengalaman mereka dan harus belajar memecahkan masalah yang
diperoleh.
Atas dasar tersebut, maka pada kesempatan kali ini akan dijelaskan
lebih mendalam lagi mengenai model pembelajaran berorientasi pada
aktivtas siswa yang mencakup aspek-aspek pendukung dalam menciptakan
pembelajaran yang aktif. Dari pembahasan ini, diharapkan kita dapat
memiliki
pengetahuan
mengenai
model
pembelajaran
yang
bisa
diasumsikan sebagai model pembelajarang yang efektif untuk menciptakan
pembelajaran yang aktif.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diambil rumusan
masalahnya yaitu:
1. Apa saja teori yang melandasi pembelajaran berorientasi aktivitas
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
siswa?
Apa saja asumsi dari adanya pembelajaran berorientasi aktivitas siswa?
Apa pengertian pembelajaran berorientasi aktivitas siswa?
Apa konsep dan tujuan dari PBAS?
Bagaimana peran guru dalam penerapan PBAS?
Bagaimana merancang pembelajaran berorientasi aktivitas siswa?
Bagaimana penerapan model PBAS dalam suatu pembelajaran?
Apa saja faktor-faktor keberhasilan PBAS?
1
9. Apa saja pendekatan dan model dalam PBAS?
C. Tujuan Pembahasan
Tujuan dari pembahasan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui teori yang melandasi pembelajaran berorientasi
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
aktivitas siswa.
Untuk mengetahui asumsi dari PBAS.
Untuk mengetahui pengertian model PBAS.
Untuk mengetahu konsep dan tujuan model PBAS.
Untuk mengetahui peran guru dalam pembelajaran PBAS.
Untuk mengetahui cara merancang model untk PBAS.
Untuk mengetahui penerapan model PBAS?
Untuk mengetahui faktor keberhasialan PBAS.
Untuk mengetahui model dalam PBAS.
2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Landasan Pembelajaran Berorientas Aktivitas Siswa
1. Landasan Filosofis
Pembelajaran berorientasi aktivitas siswa dilandasi oleh filsafat
pendidikan progresivisme.
“filsafat progresif berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada
masa kini mungkin tidak benar di masa mendatang. Karenanya cara
terbaik mempersiapkan para siswa untuk masa depan yang tidak
diketahui adalah membekali mereka dengan strategi pemecahan
masalah yang memungkinkan mereka mengatasi tantangan-tantangan
baru dalam kehidupan dan untuk menemukan kebenaran-kebenaran
yang relevan pada saat ini.”
Proses belajar menurut aliran progresivisme yaitu terpusat kepada
anak, namun hal ini tidak berarti bahwa anak akan diizinkan untuk
mengikuti semua keinginannya. Karena ia belum cukup matang untuk
menentukan tujuan yang memadai dan siswa membutuhkan arahan dan
bimbingan dari guru dalam melaksanakan aktivitasnya.1
Kutipan tersebut mengandung makna bahwa pendidikan harus
dapat memberikan kemampuan berpikir kritis dan fleksibel, sehingga
hasil pendidikan akan menghasilkan individu yang dapat mengatasi
berbagai masalah kehidupan yang dihadapi dengan kemampuan
merefleksikan pengalaman belajar dalam memecahkan masalah secara
mandiri dan bertanggung jawab.
Kemampuan tersebut dalam pandangan filsafat progresivisme
merupakan hasil dari proses pendidikan, sehingga mengharuskan
pendidikan harus berpusat pada siswa atau sering disebut dengan
student centered aproach. Dalam hal ini, meskipun berpusat pada
siswa, tidak berarti siswa bebas melakukan apapun yang mereka
inginkan tanpa pengawasan dari guru, tetapi tetap dalam bimbngan
guru.
Menurut pandangan ini, guru akan memulai proses pendidikan dari
posisi dimana siswa saat ini, dan mengarahkan siswa untuk melihat
1 Drs. Uyoh Sadulloh, M. Pd., Pengantar Filsafat Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2007), Hlm.
146.
3
manfaat dari mata pelajaran uang akan dipelajari bag kehdupannya.
Selain itu, siswa diberikan kesempatan untuk bekerja secara kooperatif
dan kolaboratif di dalam kelompok untuk memecahkan masalah yang
dianggap penting oleh siswa.
Pandangan filsafat progresivisme pendidikan di dasarkan pada
enam asumsi, yaitu:
a. Muatan kurikulum harus diperoleh dari minat dan interest siswa,
bukan dari disiplin akademik.
b. Pembelajaran dikatakan efektif jika mempertimbangkan interest,
minat-minat serta kebutuhan-kebutuhan siswa secara menyeluruh
dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
c. Pembelajaran pada dasarnya aktif bukan pasif, sehingga guru yang
efektif adalah guru yang memberikan siswa pengalamanpengalaman
yang
memungkinkan
mereka
belajar
dengan
melakukan kegiatan secara langsung yang bersifat kontekstual.
d. Tujuan pendidikan adalah mengajar siswa berpikir secara rasional,
sehingga mereka menjadi cerdas, dan mampu memberi kontribusi
pada masyarakat.
e. Di sekolah para siswa mempelajari nilai-nilai personal dan juga
nilai-nilai sosial.
f. Manusia berada dalam suatu keadaan yang berubah secara konstan,
dan pendidikan memungkinkan masa depan yang lebih baik
dibandingkan dengan masa lalu.
Dalam pandangan progresivisme, belajar merupakan bukan proses
penerimaan pengetahuan dari guru pada siswa, tetapi belajar
merupakan pengalaman yang dilakukan secara aktif, baik aktif secara
mental dalam bentuk aktivitas berpikir, maupun aktif secara fisik
dalam bentuk kegiatan-kegiatan praktik dan melakukan langsung.
Pengetahuan
merupakan
alat
untuk
mengatur
pengalaman
,
memecahkan masalah atau situasi baru secara terus menerus, karena
perubahan hidup dianggap sebagai tantangan yang harus dihadapi.
Belajar merupakan eksperimen melalui pengalaman langsung untuk
menghasilkan pengetahuan yang bermanfaat dalam memecahkan
4
masalah-masalah kehidupannya di masa sekarang dan masa yang akan
datang,
Dengan demikian, alasan filsafat progresivisme menjadi landasan
pembelajaran
berorientasi
pada
aktivitas
siswa
yaitu
karena
pendidikan dipandangnya sebagai proses pembelajaran yang harus
memerhatikan interest dan minat-minat siswa secara keseluruhan.
Belajar merupakan aktivitas siswa baik pada ranah kognitif, afektif
dan psikomotor, sehingga memberkan kemampuan berpikir rasional
dan cerdas dalam menghadapi masalah dan perubahan dalam
kehidupan.
2. Landasan Psikologis
Pendidikan pada dasarnya didalamnya terdapat interaksi antara
guru dengan siswa yang berlangsung dalam situasi yang kondusif
untuk
pelaksanaan
pendidikan.
Interaksi
pendidikan
sangat
dipengaruhi oleh kondisi dan latar belakang siswa dan guru. Oleh
karena itu, jelaslah bahwa dalam pendidikan dibutuhkan pemahaman
secara menyeluruh terhadap kondisi siswa. Sehingga proses
pembelajaran
dilakukan
pada
siswa
sesuai
dengan
tingkat
perkembangan, kemampuan dan kebutuhan siswa.
Atas dasar hal tersebut maka sudah jelas bahwa dalam pross
pendidikan dibutuhkan pemahaman psikologi sebagai landasan
pelaksanaan pendidikan. Adapun teori psikologi belajar yaitu:
a. Teori Dsiplin Mental
Teori disiplin mental memandang bahwa individu memiliki
kekuatan, kemampuan, serta potensi-potensi tertentu yang dapat
dikembangkan. Pengembangan potensi-potensi tersebut dinamakan
belajar. Terdapat bebearapa teori psikologi yang termasuk teori
disiplin mental yaitu:
1) Teori psikologi daya memandang bahwa individu memiliki
daya-daya seperti daya mengenal, mengingat, menanggapi,
mengkhayal, berpikir, merasakan, berbuat, dan sebagainya.
Menurut teori ini, belajar adalah latihan yang dilakukan secara
berulang-ulang.
5
2) Vorstellungen, teori ini memandang bahwa individu memiliki
kemampuan untuk melakukan atau menanggapi sesuatu.
Tanggapan tersebut meliputi impresi indera, bayangan impresi
indera sebelumnya, dan rasa senang atau tidak senang. Menurut
teori ini, belajar adalah pemberian bahan yang sederhana,
penting dan menarik sesering mungkin, sehingga akan menjadi
stimulasi terjadinya tanggapan-tanggapan pada kesadaran
individu.
3) Teori naturalisme romantik, teori ini dipelopori oleh Jean
Jacques Rousseau pendidik dan negarawan Perancis. Teori ini
memandang bahwa individu memliki potensi-potensi atau
kemampuan-kemampuan yang masih terpendam dan memiliki
kekuatan sendiri untuk mengembangkan dirinya secara mandiri.
Melalui
belajar
siswa
diberikan
kesempatan
untuk
mengaktualisasikan potensi-potensi yang masih terpendam
melalui belajar sendiri. Sesungguhnya anak memiliki kekuatan
sendiri
untuk
mencari,
mencoba,
menemukan
dan
mengembangkan dirinya sendiri. Anak-anak akan berkembang
secara alamiah. Pendidik tidak perlu banyak ikut campur
mengatur anak, biarkan anak didik belajar sendiri.2
2 Prof. Dr. Suyono, M. Pd dan Drs. Hariyanto, M. Si, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2011) Hlm. 57-58.
6
b. Teori Behavioristik
Teori ini menekankan perilaku atau tingkah laku yang dapat
diamati yang bersifat molekular atau unsur-unsur. Teori ini
memilik beberapa ciri yaitu:
1) Mengutamakan bagian-bagian kecil,
2) Bersifat mekanistik,
3) Menekankan peranan lingkungan,
4) Mementingkan pembentukan respons,
5) Menekankan pentingnya latihan.3
Behaviorisme merupakan aliran psikologi yang memandang
individu lebih kepada sisi fenomena jasmaniah dan mengabaikan aspekaspek mental seperti kecerdasan, bakat, minat, dan perasaan individu
dalam kegiatan belajar. Para ahli behavorisme berpendapat bahwa
belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasl dari pengalaman.
Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon.
Beberapa teori yang termasuk teori behavioristik yaitu:
1) Teori Koneksionisme dari Thorndike
Teori ini memandang bahwa tingkah laku manusia merupakan
hubungan stimulus respons. Sehingga belajar merupakan pembentukan
hubungan stimulus dan respons sebanyak-banyaknya. Menurut teori ini
terdapat prinsip belajar yaitu belajar dikatakan berhasil jika memiliki
kesiapan, banyak latihan dan belajar akan bersemangat apabila
mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik.
2) Teori Pengkondisian (Conditioning)
Tingkah laku manusia dapat dibentuk melalui pengkondisian, yang
dilakukan berulang-ulang. Pemberian stimulus merupakan aspek yang
dikondisikan,
sehingga
belajar
merupakan
suatu
upaya
untuk
mengkondisikan pembentukan perilaku atau respons terhadap sesuatu.
3) Teori Penguatan (Reinforcement) dari B. F. Skinner
Teori penguatan melihat bahwa tingkalaku manusia dapat dibentuk
melalui pemberian penghargaan atas respons yang dilakukan. Setiap
kali terjadi perubahan tingkah laku sebagai efek dari pemberian
stimulus, maka secara rutin diberikan penghargaan, sehingga dengan
adanya penghargaan ini siswa akan termotivasi untuk melakukan
3 Ibid., hlm. 58.
7
respons berikutnya. Oleh karena itu, belajar merupakan upaya
pemberian motivasi untuk melakukan sesuatu yang lebih baik dari
sebelumnya.
4) Teori Cognitive Gestalt Field dari Max Wertheimer
Teori ini menekankan perilaku atau tingkah laku yang dapat diamati
yang bersifat moral (keseluruhan) atau keterpaduan dari bagian-bagian.
Teori ini lebih menekankan pada aspek mental, bukan perilaku. Hasil
belajar yang diutamakan adalah mengetahui sesuatu sebanyak mungkin
melalui aktivitas mental atau kegiatan berpikir, sedangkan respons
merupakan indikator yang menunjukkan sedang terjadi aktivitas mental
pada individu yang sedang belajar.4
B. Asumsi yang Mendasari Pembelajaran Berorintasi Aktivitas Siswa
Pembelajaran dianggap efektif jika pembelajaran menekankan dan
berorientasi pada aktivitas siswa. Ada beberapa asumsi yang mendasari
pembelajaran berorientasi aktivitas siswa (PBAS) yaitu5:
1. Asumsi Filosofis tentang Pendidikan
Pendidikan merupakan usaha sadar untuk mengembangkan manusia
menuju kedewasaan, baik kedewasaan intelektual, sosial maupun
kedewasaan moral. Pendidikan bertugas mengembangkan seluruh
potensi siswa. Pendidikan pada dasarnya adalah interaksi manusia,
pembinaan,
sepanjang
dan
hayat,
pengembangan
kesesuaian
potensi
dengan
manusia,
kemampuan
berlangsung
dan
tingkat
perkembangan siswa, keseimbangan antata kebebasan subjek didik dan
kewibawaan guru, peningkatan kualitas hidup mannusia.
2. Asumsi tentang Siswa Sebagai Subjek Pendidikan
Asumsi tentang siswa sebagai subjek pendidikan yaitu :
a. Siswa bukanlah manusia dalam ukuran mini, akan tetapi manusia
sedang dalam tahap perkembangan.
b. Setiap manusia mempunyai kemampuan yang berbeda.
c. Anak didik pada dasarnya adalah insan yang aktif, kreatif dan
dnamis dalam menghadapi lingkungannya.
d. Anak didik memiliki motivasi dalam memenuhi kebutuhannya.6
4 Dr. Rusman M. Pd., Model-Model Pembelajaran, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), hlm.
386-387.
5 Ibid., Hlm. 391-393.
6 Dr. Wina Sanjaya M. Pd, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
(Jakarta: Prenada Media, 2008) hlm. 136.
8
Siswa merupakan manusia yang sedang dalam tahap perkembangan
dengan karakteristik dan potensi yang unik, heterogen, aktif, dinamis,
dan memiliki motivasi untuk memnuhi kebutuhannya. Asumsi ini
memberikan gambaran bahwa siswa ini adalah subjek yang memiliki
potensi
sehingga
proses
pembelajaran
harus
diarahkan
untuk
mengembangkan potensi yang dimiliki siswa.
3. Asumsi tentang Guru
Guru memiliki tanggungjawab dalam menciptakan suasana yang
memungkinkan para siswa dapat belajar dengan baik. guru harus
bertanggung jawab atas tercapainya hasil belajar siswa, guru memiliki
kemampuan profesional dalam mengajar, kode etik keguruan, berperan
sebagai sumber belajar, mediator, dan fasilitator belajar serta pemimpin
dalam belajar yang memungkinkan terciptanya kondisi yang baik bagi
siswa dalam belajar.
Filosofis mengajar yang baik adalah bukan sekedar mentransfer
pengetahuan kepada siswa, tetapi bagaimana membantu siswa dapat
belajar. Dengan demikian, proses pembelajaran yang baik adalah proses
pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mencari, menemukan, dan memecahkan masalah secara langsung dari
pengalaman belajarnya.
9
4. Asumsi yang Berkaitan dengan Proses Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran akan terjadi apabila siswa berinteraksi secara
aktif
dalam
lingkungan
belajarnya.
Maksudnya
yaitu
proses
pembelajaran direncanakan dan dilaksanakan sebagai suatu sistem.
Proses pembelajaran akan lebih efektif jika menggunakan metode,
strategi, pendekatan, dan model pembelajaran yang tepat. Pembelajaran
memberi penekanan pada proses dan produk secara proporsional dan
inti dari pembelajaran adalah adanya aktivitas belajar siswa secara aktif,
kreatif dan bermakna.
10
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa
Pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa merupakan
kegiatan yang mutlak dilakukan oleh seorang guru agar pembelajaran
tersebut dapat mengaktifkan siswa. Sehingga, pembelajaran berlangsung
secara optimal. Selain itu, pembelajaran tersebut dapat menghindarkan
pembelajaran yang mengarah pada “teaching to the test” atau mengajar
yang diarahkan hanya untuk menghadapi soal-soal ujian.
Penerapan pembelajaran yang mengaktifkan siswa dapat dilakukan
melalui pengembangan berbagai keterampilan belajar esensial secara
eklektif yaitu:
1. Berkomunikasi lisan dan tertulis secara efektif
2. Berpikir logis, kritis, dan kreatif
3. Rasa ingin tahu
4. Penguasaan teknologi dan informasi
5. Pengembangan personal dan sosial
6. Belajar mandiri.7
Aktivitas siswa merupakan ciri dimana suatu pembelajaran sedang
berlangsung. Untuk mencptakan suasana siswa yang aktif maka digunakan
pendekatan pembelajaran yang berrpusat pada siswa. Belajar harus
melibatkan seluruh potensi yang dimiliki siswa, yaitu meliputi potensi
gerakan fisik, potensi panca indera, dan potensi kemampuan intelektual.
Pembelajaran yang melibatkan aktivitas siswa secara langsung merupakan
implementasi dari gaya belajar yang mengaktifkan siswa.
Pembelajaran bukan komunikasi satu arah transformasi dari guru
ke siswa saja. Melainkan harus berupa komunikasi timbal balik secara
interaktif antara siswa dengan guru. Dalam komunikasi tersebut siswa
ditempatkan sebagai subjek belajar yang harus mendapatkan kesempatan
secara luas untuk mengembangkan kreativitas, aktivitas dan potensi yang
dimilikinya secara langsung untuk menemukan, mencari dan memecahkan
masalah melalui pengalaman belajar.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran berorientasi aktivitas siswa adalah pembelajaran yang
7 Ibid., Hlm. 388.
11
memposisikan siswa sebagai subjek dalam pembelajaran, sehingga
memberikan konsekuensi keterlibatan siswa secara penuh mulai dari
perencanaan pembelajaran, proses pembelajaran sampai pada evaluasi
pembelajaran.
B. Konsep dan Tujuan Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa
Pembelajaran berorientasi pada aktivitas siswa dipandang sebagai
suatu pendekatan dalam pembelajaran yang menekankan kepada aktivitas
siswa secara optimal untuk memperoleh hasil belajar berupa perpaduan
antara aspek kognitif, afektif dan psikomotor secara seimbang.
Dari konsep tersebut ada dua hal yang harus dipahami, yaitu:
1. Dipandang dari sisi proses, PBAS menekankan kepada aktivitas siswa
secara optimal, artinya PBAS menghendaki keseimbangan antara
aktivitas fisik, mental termasuk emosional dan aktivitas intelektual.
2. Di pandang dari sisi hasl belajar, PBAS menghendaki hasil belajar yang
seimbang dan terpadu antara kemampuan intelektual, afektif, dan
psikomotor. Dalam PBAS pembentukan siswa secara utuh merupakan
tujuan utama dalam proses pembelajaran. PBAS tidak menghendaki
pembentukan siswa yang secara intelektual (cerdas) tanpa dimbangi
oleh sikap dan keterampilan.
Dari konsep tersebut, dapat dilihat bahwa tujuan dari PBAS yaitu
untuk membantu peserta didik agar bisa belajar mandiri dan kreatif,
sehingga ia dapat memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
dapat menunjang terbentuknya kepribadian yang mandiri. Sedangkan
secara khusus, PBAS bertujuan untuk meningkatkan kualitas embelajaran
agar lebih bermakna dan kedua yaitu untuk mengembangkan seluruh
potensi yang dimilikinya. Akan tetapi, yang lebih penting adalah untuk
membentuk manusia yang bertaqwa dan memiliki keterampilan disamping
memiliki sikap budi pekerti yang rukun, maka PBAS merupakan
pendekatan yang sangat cocok untuk dikembangkan.8
C. Peran Guru dalam Penerapan Pembelajaran Berorientasi Aktivitas
Siswa
8 Dr. Wina Sanjaya, M. Pd, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
(Jakarta: Prenada Media, 2008) hlm.137-139.
12
Dalam pembelajaran berorientasi pada aktivitas siwa, guru
berperan sebagai fasilitator, yang bertugas memfasilitasi siswa agar dapat
belajar sesuai dengan gaya dan karakteristik belajar masing-masing.
Pembelajaran berorientasi pada aktivitas siswa menuntut guru untuk lebih
kreatif dan inovatif dalam mendesain pembelajaran untuk memenuhi
kebutuhan siswa. Enam tugas yang harus dilakukan guru dalam desain
pembelajaran berorientasi pada aktivitas siswa yaitu :
1. Mengemukakan berbagai alternatif tujuan pembelajaran yang harus
dicapai sebelum kegiatan pembelajaran dimulai.
2. Menyusun tugas-tugas belajar bersama siswa.
3. Memberi informasi tentang kegiatan pembelajaran yang harus
dilakukan.
4. Memberikan
bantuan
dan
pelayanan
kepada
siswa
yang
memerlukannya.
5. Memberikan motivasi, mendorong siswa untuk belajar, membimbing
melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan.
6. Membantu siswa dalam menarik suatu kesimpulan kegiatan
pembelajaran.9
Untuk dapat memainkan berbagai peran tersebut seorang guru harus
menguasai sejumlah kecakapan tertentu. Kecakapan tersebut antara lain
sebagai berikut:
1. Kecakapan mendengar, yaitu seorang fasilitator harus mampu
mendengarkan dengan baik dan hati-hati , dan secara kreatif
memungut aspek-aspek positif dari suatu masalah.
2. Kecakapan mengamati, yaitu kemampuan untuk melihat apa yang
sesungguhnya terjadi serta memantau pelaksanaan kerja kelompok
secara objektif.
3. Kepekaan/empati, yaitu kecakapan untuk melihat masalah dari titik
pandang peserta didik.
4. Mendiagnosa, yaitu kecakapan untuk mendefinisikan masalah dan
memilih intervensi serta tindakan bagi penyelesaan masalah.
5. Mendukung/mendorong, yaitu kecapakan untuk menyediakan
indikator baik verbal maupun non verbal untuk memberikan
dorongan,
menyetujui,
melakukan
apresiasi
dan
menyatakan
kepedulian.
9 Ibid., hlm. 139.
13
6. Menantang,
yaitu
kecakapan
untuk
melakukan
konfrontasi,
menyatakan ketidaksetujuan atau memberhentikan proses yang
menyimpang dari tujuan tanpa bertindak kasar.
7. Keterbukaan yaitu kecakapan untuk mengundang adanya dialog,
menerima umpan balik dan kesiapan dalam mengamati sikap, nilainilai dan ide milik peserta didik tersebut jika diperlukan.
8. Menjadi model, yaitu kecakapan untuk menjadikan dirinya sebagai
model bagi kelompok.10
D. Merancang Strategi Pembelajaran Aktif
Untuk menjadikan pembelajaran aktif, maka sudah tentu
dibutuhkan suatu perencanaan. Perencanaan yang cermat dan sungguhsungguh melibatkan pemahaman akan tingkatkebiasaan yang dimiliki
siswa. Menyangkut tingkat mana yang mereka perlu capai, dan strategi
serta langkah untuk mencapai tingkat tersebut.
Perencanaan dimulai dengan menggunakan informasi diagnostik
untuk memperkirakan kemampuan siswa, kemudian menggunakan standar
untuk menentukan pelajaran dan tujuan unit, secara kreatf menciptakan
pelajaran dan unit yang aktif agar dapat mencapai semua siswa,
mengembangkan
perangkat
pembelajaran
yang
efektif
dan
mengintegrasikan topik yang relevan antar kurikulum dengan usaha dari
sekolah seta merencanakan penilaian.
Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru dalam merancang
pembelajaran aktif yaitu:
1. Membuat rencana secara hati-hati dengan memperhatikan detail
berdasarkan atas sejumlah tujuan yang jelas yang dapat dicapai.
2. Memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar secara aktif dan
mengaplikasikan pembelajaran mereka dengan metode yang beragam
sesuai dengan konteks kehidupan nyata siswa.
3. Secara aktif mengelola lingkungan belajar agar tercipta suasana yang
nyaman, tidak bersifat mengancam, berfokus pada pembelajaran serta
dapat membangkitkan ide yang pada gilirannya dapat memaksimalkan
waktu, sumber-sumber yang menjamin pembelajaran aktif berjalan.
10 Prof. Dr. Warsono, M. S. Dan Drs. Hariyanto, M. S. Pembelajaran Aktif, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2012), Hlm. 23-24.
14
4. Menilai siswa dengan cara-cara yang dapat mendorong siswa untuk
menggunakan apa yang telah mereka pelajari di kehidupan nyata.11
E. Penerapan PBAS dalam Pembelajaran
Pembelajaran berorientasi pada aktivitas siswa dapat dilakukan
dalam berbagai bentuk kegiatan pembelajaran, misalnya kegiatan
mendengarkan, berdiskusi, bermain peran, melakukan pengamatan,
melakukan
eksperimen,
membuat
sesuatu,
menyusun
laporan,
memecahkan masalah dan praktek melakukan sesuatu. Aktivitas siswa
tidak hanya aktivitas fisiknya saja, melainkan juga dilihat dari aktivitas
mental dan intelektualnya. Oleh karena itu, siswa tidak dapat dengan
mudah dikatakan bahwa dia sedang belajar atau tidak.
Kriteria penerapan PBAS dalam pembelajaran yaitu:
1. Keterlibatan Siswa dalam Proses Perencanaan
Keterlibatan siswa dalam proses perencanaan yaitu melputi :
a. Perumusan tujuan pembelajaran, dalam menetapkan tujuan
pembelajaran seorang guru harus melibatkan siswa. Karena isi dari
pada pembelajarannya itu berisi kemampuan atau kompetensi dan
pengalaman-pengalaman siswa yang akan dikembangkan dalam
kegiatan
pembelajaran
harus
sesuai
dengan
kebutuhan,
kemampuan, dan tugas-tugas perkembangan siswa.
b. Penyusunan rancangan pembelajaran, pada proses penyusunan RPP
seorang guru harus melibatkan siswa, hal ini dilakukan agar RPP
yang dibuat oleh guru dapat diterima dan sesuai dengan kebutuhan
belajar siswa. Apabila RPP telah dirancang oleh guru, maka
sebaiknya guru menyampaikannya kepada para siswa untuk
dibahas, dikomentari, dikurangi atau ditambahkan tentang ruang
lingkup materi yang ada dalam RPP.
c. Memilih dan menentukan sumber belajar. Keterlibatan siswa dalam
memilih dan menentukan sumber belajar dilakukan sengan cara
melbatkan siswa untuk mencari dan menemukan bahan dan sumber
yang dibutuhkan siswa melalui penugasan dan pembuatan makalah
dalam kegiatan pembelajaran.
11 Prof. Dr. Hamzah B. Uno, M.Pd. dan Nurdin Mohamad, S. Pd . M.Si, Belajar dengan
Pendekatan PAILKEM, (Bumi Aksara: Jakarta, 2011). Hlm. 77.
15
d. Menentukan dan mengadakan media pembelajaran yang akan
digunakan.
Guru
harus
menggunakan
multimedia
dalam
pembelajaran agar pada saat penyampaian materi dapat secara
efektif sampai kepada siswa yang memiliki kemampuan belajar
yang berbeda-beda.12
2. Keterlibatan Siswa dalam Proses Pembelajaran
a. Kegiatan fisik, mental, intelekual. Tujuan yang ingin dicapai dalam
proses pembelajaran adalah pencapaian kompetensi yang meliputi
kompetensi akademik, sosial dan vokasional atau aspek kognitif,
afektif dan psikomotor. Sehingga seorang guru harus melibatkan
siswa
dalam
aspek-aspek
tersebut,
yaitu
melaui
kegiatan
pengalaman langsung seperti praktek, peragaan, bermain peran dan
sebagainya.
b. Kegiatan eksperimental. Seorang guru harus bisa melibatkan siswa
dalam kegiatan observasi, melakukan langsung d laboratorium dan
lapangan sampai pada pembuatan laporan utnuk di presentasikan.
Guru harus memberikan waktu yang sebanyak mungkin kepada
siswa untuk mengembangkan kemampuannya dalam kegiatan
eksperimen tersebut.
c. Keinginan siswa untuk menciptakan iklim belajar yang kondusif.
Guru harus kreatif dan inovatif dalam mengelola proses
pembelajaran dengan melibatkan siswa seoptimal mungkin.
d. Keterlibatan siswa untuk mencari dan memanfaatkan sumber
belajar
yang
ada.
Guru
harus
mampu
mengatur
dan
mengkondisikan siswa untuk mengelola dan memanfaatkan sumber
belajar yang ada.
e. Adanya interaksi multiarah, yaitu interaksi siswa dengan siswa, dan
interaksi siswa dengan guru.13
3. Keterlibatan Siswa dalam Proses Evaluasi Pembelajaran
a. Mengevaluasi sendiri hasil pembelajaran yang telah dilakukan.
b. Melaksanakan kegiatan semacam tes dan tugas-tugas yang harus
dikerjakannya baik secara terstruktur maupun tugas mandiri yang
diberikan guru.
12 Dr. Rusman M. Pd., Op, Cit., hlm. 395-396.
13 Ibid, hlm. 396-397.
16
c. Menyusun laporan hasil belajar baik secara tertulis maupun lisan.14
F. Faktor-Faktor Keberhasilan PBAS
Pelaksanaan pembelajaran berorientasi aktivtas siswa akan berhasil
dengan baik apabila di dukung oleh kemampuan guru, sarana prasarana
belajar, dan lingkungan belajar. Berikut dijelaskan mengenai faktor-faktor
tersebut:
1. Kemampuan Guru
Guru merupakan faktor utama dalam pembelajaran, sehingga guru
dituntut untuk memiliki kemampuan profesional. Pada pembelajaran
berorientasi pada aktivitas siswa, guru berperan sebagai subjek dan
siswa pun berperan sebagai subjek. Hal yang berkaitan dengan guru
yaitu kemampuan guru, sikap profesional guru, kualifikasi dan
pengalaman guru.
2. Sarana dan Prasarana Belajar
Fasilitas dan sarana yang mendukung kegiatan pembelajaran
berorientasi pada aktivitas siswa yaitu:
a. Ruang kelas yang memadai
untuk
terjadinya
proses
pembelajaran yang menimbulkan aktivitas siswa yaitu ruang
kelas yang memiliki ruang ideal dengan jumlah siswa, pentilasi
yang cukup, jauh dari kegaduhan, serta memungkinkan setting
tempat duduk siswa untuk di tata secara dinamis sesuai dengan
kebutuhan pembelajaran aktif.
b. Tersedianya berbagai fasilitas media dan sumber belajar. Seperti
flip chart, papan planel, buku, majalah, surat kabar, buletin,
media radio, OHP, CD, video dan sebagainya.
3. Lingkungan Belajar
Lingkungan belajar yang kondusif merupakan faktor penunjang
keberhasilan pembelajaran berorientasi pada aktivitas siswa untuk
terjadinya proses belajar yang aktif dan menantang. Lingkungan belajar
yang dimaksud yaitu meliputi lingkungan fisik dan lngkungan
psikologis. Lingkungan fisik, seperti posisi letak sekolah, keadaan
sekolah atau kondisi sekolah, jumlah ruang kelas, ruang laboratorium,
perpustakaan dan sebagainya. Sedangkan lingkungan psikologis yaitu
iklim sosial di sekolah yang kondusif misalnya keharmonisan guru
14 Ibid.,
17
dengan guru, guru dengan kepala sekolah, siswa dengan siswa, siswa
dengan guru, atau hubungan antar sekolah dengan orangtua siswa dan
sekolah dengan lingkungan masyarakat sekitar sekolah.15
15 Ibid., hlm. 398-399.
18
G. Pendekatan dan Model Pembelajaran Berorientasi Pada Aktivitas
Siswa
Banyak cara yang bisa membuat siswa belajar secara aktif yaitu
dengan perlengkapan belajar aktif. Perlengkapan belajar aktif yang
dimaksud yaitu tata letak ruangan kelas, metode megaktifkan siswa,
kemitraan belajar, melakukan analisis terhadap kebutuhan siswa,
membangkitkan minat siswa, melibatkan siswa dalam pembelajaran,
pemilihan tugas dan strategi yang tepat dan pengendalian aktvitas siswa
yang berlebihan.
Cara pelaksanaan hal tersebut dapat dilakukan dengan berbagai
metode, strategi, pendekatan, dan model pembelajaran yang dapat
menjadikan siswa aktif dalam belajar yaitu sebagai berikut:
1. Strategi pembentukan tim, misalnya bertukar tempat, resume
kelompok, pencarian teman sekelas, prediksi, iklan televisi, teman
yang kita miliki, saling mengenal, benteng pertahanan, mengakrabkan
kembali, menyususn aturan dasar kelas.
2. Strategi penilaian sederhana, yaitu pertanyaan penilaian, pertanyaan
yang dimiliki siswa, penilaian instan, sampel perwakilan, persoalan
pelajaran, dan pertanyaan kuis.
3. Strategi pelibatan belajar langsung, yaitu berbagi pengetahuan secara
aktif, merotasi pertukaran kelompok tiga orang, kembali ke tempat
semula, menyemarakkan suasana belajar, bertukar pendapat, benar
atau salah, bertanggung jawab terhadap mata pelajaran, membantu
siswa secara aktif.
4. Belajar dalam satu kelas penuh, yaitu memberi pertanyaan,
pembentukkan tim, membuat catatan ikhtisar, pengajaran sinergis,
pengajaran terarah, mempraktekkan materi yang diajarkan.
5. Menstimulasi diskusi kelas, yairu dengan debat aktif, rapa dewan,
keputusan terbuka tiga tahap, memperbanyak anggota diskusi panel.
6. Penerapan pembelajaran kooperatif, pmbelajaran berbasis masalah,
pembelajaran
kontekstual,
pembelajaran
berbasis
komputer,
pembelajaran PAKEM dan PAIKEM, dan pembelajaran kolaboratif.16
16 Ibid., hlm. 399-401.
19
Ada banyak pembelajaran kolaboratif yan mendapatkan perhatian
luas karena cocok untuk pembelajaran berorientasi pada aktivitas siswa 17
yaitu:
a. Learning Together
Merupakan pembentukan kelompok-kelompok di kelas beranggotakan
siswa-siswa yang beragam kemampuannya. Tiap kelompok bekerja sama
untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Satu kelompok
menerima dan mengerjakan satu set lembar tugas. Penilaian didasarkan
pada hasil kerja kelompok.
b. Teams Game Tournament (TGT)
Setelah belajar bersama kelompoknya sendiri, para anggota suatu
kelompok akan berlomba dengan anggota kelompok lain sesuai dengan
tingkat kemampuan masing-masing. Penilaian didasarkan pada jumlah
nilai yang diperoleh kelompok.
c. Group Investigation
Semua anggota kelompok dituntut untuk merencanakan suatu penelitian
beserta perencanaan pemecahan masalah yang dihadapi. Kelompok
menentukan apa saja yang akan dikerjakan dan siapa saja yang akan
melaksanakannya dan bagaimana cara perencanaan penyajiannya di
depan forum kelas.
d. Academic Constructive Controversy
Setiap anggota kelompok dituntut kemampuannya untuk berada dalam
situasi konflik intelektual yang dikembangkan berdasarkan hasil belajar
masing-masing, baik bersama anggota kelompok maupun dengan
kelompok lainnya. Kegiatan pembelajaran ini mengutamakan pencapaian
dan pengembangan kualitas pemecahan masalah, pemikiran kritis,
pertimbangan, hubungan antar pribadi, kesehatan psikis, dan keselarasan.
Penilaian didasarkan atas kemampuan setiap anggota maupun kelompok
mempertahankan posisi yang dipilihnya.
e. Jigsaw Proscedure
Anggota suatu kelompok diberi tugas yang berbeda-beda tentang suatu
pokok bahasan. Agar setiap anggota memahami keseluruhan pokok
bahasan, tes diberikan dengan materi yang menyeluruh. Penilaian
didasarkan pada rata-rata skor tes kelompok.
f. Student Team Achievement Divisions
17 Ibid., hlm. 401-404.
20
Dalam suatu kelas siswa dibagi dibagi menjadi beberapa kelompok kecil.
Anggota-anggota
dalam
setiap
kelompok
saling
belajar
dan
membelajarkan sesamanya. Sehingga keberhasilan seseorang akan
berpengaruh
terhadap
keberhasilan
kelompok
dan
sebaliknya
keberhasilan kelompok akan berpengaruh terhadap keberhasilan individu
siswa. Penilaian didasarkan pada pencapaian hasil belajar individual
maupun kelompok.
g. Complex Instruction
Metode pembelajaran ini menekankan pelaksanaan suatu proyek yang
berorientasi pada penemuan, khususnya dalam bidang sains, matematika
dan pengetahuan sosial. Fokusnya adalah menumbuhkembangkan
ketertarikan semua anggota kelompok terhadap pokok bahasan. Metode
ini umunya digunakan dalam pembelajaran yang bersifat bilingual
(menggunakan dua bahasa) dan diantara para siswa yang sangat
heterogen. Penilaian didasarkan pada proses dan hasil kerja kelompok.
h. Team Accelerated Instruction
Bentuk pembelajaran ini merupakan kombinasi antara pembelajaran
kooperatif/kolaboratif dengan pembelajaran individual. Setiap anggota
kelompok diberi soal-soal yang harus mereka kerjakan terlebih dahulu.
Setelah itu dilaksanakan penilaian bersama-sama dalam kelompok.
Penilaian didasarkan pada hasil belajar individual maupun kelompok.
i. Cooperative Learning Structures
Dalam pembelajaran ini setiap kelompok dibentuk dengan anggota dua
siswa (berpasangan). Seorang siswa bertindak sebagai tutor dan yang lain
menjadi tutee. Tutor mengajukan pertanyaan yang harus dijawab oleh
tutee. Bila jawaban tutee benar, maka akan memperoleh poin atau skor
yang telah ditetapkan terlebih dulu. Dalam selang waktu yang juga telah
ditentukan sebelumnya, kedua siswa yang saling berpasangan itu
bergantian peran.
Kelebihan metode ini yaitu melatih siswa untuk mengungkapkan
kesalahan orang dengan lisan, melatih pendengaran atau kecermatan dan
setiap siswa dapat aktif berperan.18
j. Cooperative Integrated Reading and Composition
18 Drs. Hamdani, MA, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka Setia, 2011) Hlm. 89.
21
Model pembelajaran ini menekanka pembelajaran membaca, menulis dan
tata bahasa. Dalam pembelajaran ini, para siswa saling menilai
kemampuan membaca, menulis dan tata bahasa, baik secara tertulis
maupun lisan di dalam kelompoknya.
k. Listening Teams
Strategi ini membantu siswa untuk tetap konsentrasi dan terfokus dalam
pelajaran yang menggunakan metode ceramah. Strategi ini bertujuan
membentuk kelompok yang mempunyai tugas atau tanggung jawab
tertentu berkaitan dengan materi pelajaran.19
19 Drs. H. Ahmad Sabri, M. Pd, Strategi Belajar Mengajar & Micro Teaching, (Jakarta: Ciputat
Press, 2005) Hlm. 129.
22
BAB IV
KESIMPULAN
Pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa merupakan kegiatan
yang mutlak dilakukan oleh seorang guru agar pembelajaran tersebut dapat
mengaktifkan siswa. Sehingga, pembelajaran berlangsung secara optimal.
Pembelajaran berorientasi aktivitas siswa dilandasi oleh filsafat pendidikan
progresivisme. Selain itu PBAS berlandaskan pada teori psikologi belajar yaitu
teori disiplin mental, teori psikologi vorstellungen, teori naturalisme romantik,
dan teori behavioristik.
Pembelajaran berorientasi pada aktivitas siswa dipandang sebagai suatu
pendekatan dalam pembelajaran yang menekankan kepada aktivitas siswa secara
optimal untuk memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek kognitif,
afektif dan psikomotor secara seimbang.
Dalam pembelajaran berorientasi pada aktivitas siwa, guru berperan
sebagai fasilitator, yang bertugas memfasilitasi siswa agar dapat belajar sesuai
dengan gaya dan karakteristik belajar masing-masing. Pembelajaran berorientasi
pada aktivitas siswa menuntut guru untuk lebih kreatif dan inovatif dalam
mendesain pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan siswa.
Perencanaan PBAS dimulai dengan menggunakan informasi diagnostik
untuk memperkirakan kemampuan siswa, kemudian menggunakan standar untuk
menentukan pelajaran dan tujuan unit, secara kreatf menciptakan pelajaran dan
unit yang aktif agar dapat mencapai semua siswa, mengembangkan perangkat
pembelajaran yang efektif dan mengintegrasikan topik yang relevan antar
kurikulum dengan usaha dari sekolah seta merencanakan penilaian.
Kriteria penerapan PBAS dalam pembelajaran yaitu melihat keterlibatan
siswa dalam proses perencanaan, keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran,
keterlibatan siswa dalam proses evaluasi pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran berorientasi aktivtas siswa akan berhasil
dengan baik apabila di dukung oleh kemampuan guru, sarana prasarana belajar,
dan lingkungan belajar. Selain itu penggunaan metode, strategi, pendekatan, dan
model pembelajaran yang dapat menjadikan siswa aktif dalam belajar yaitu
strategi pembentukan tim, strategi penilaian sederhana, strategi pelibatan belajar
langsung, belajar dalam satu kelas penuh, menstimulasi diskusi kelas, penerapan
23
pembelajaran
kooperatif,
pmbelajaran
berbasis
masalah,
pembelajaran
kontekstual, pembelajaran berbasis komputer, pembelajaran PAKEM dan
PAIKEM, dan pembelajaran kolaboratif.
24