Dasar Perlin dungan Tanaman. doc

Dasar Perlindungan Tanaman
Kamis, 14 Januari 2010
Pengendalian Hayati atau Biologi
Usaha pengendalian serangan hama yang kerap dilakukan adalah melalui pemberian
insektisida. Namun, penggunaan insektisida secara berlebihan akan berdampak terhadap
keseimbangan ekosistem. Misalnya, hama menjadi lebih kebal. Artinya, penggunaan bahan
kimia secara berlebihan bukan tidak mungkin menyebabkan populasi hama maupun
penyakitnya akan semakin bertambah. Selain itu, musuh alami dari hama yang berada di
lahan pertanianmaupun perkebunan juga akan ikut mati, bahkan terancam punah.
Pengendalian kimia secara serampangan juga akan menyebabkan penurunan jasad renik.
Padahal jasad renik memiliki peran besar sebagai pengurai benda mati menjadi bahan
organik yang diperlukan untuk kesuburan tanah. Pengendalian kimia secara berlebihan juga
menyebabkan tertinggalnya residu insektisida pada produk pertanian. Hal itu akan sangat
membahayakan kesehatan manusia, misalnya menyebabkan kanker dan tumor. Upaya
mengganti insektisida bisa dilakukan dengan pengendalian hama secara biologis.

Pengendalian biologis merupakan alternatif pengendalian yang paling aman. Hal ini erat
kaitannya dengan kelangsungan ekologi maupun habitat tanaman itu berada, karena selain
mengurangi bahkan tanpa bahan kimia, metode biologis ini lebih diarahkan pada
pengendalian secara alami dengan membiarkan musuh-musuh alami agar tetap hidup.
Meskipun dampaknya akan dirasakan dalam jangka waktu yang lama, namun hal tersebut

akan menciptakan terjaganya keseimbangan ekosistem yang ada.
Pengendalian biologis atau pengendalian hayati sering disebut bocontrol mungkin
merupakan salah satu cara pengendalian paling tua yang diketahui manusia. Pengendalian
hayati sekarang diakui sebagai cara pengendalian paling maju dan berpengalaman dalam
menekan populasi hama. Salah satu sebab utama mengapa demikian adalah karena
didasarkan pengetahuan ekologi yang mendalam.
Penggunaan pestisida yang berlebihan saat ini sedikit banyak telah merubah keseimbangan
ekosistem yang ada diantaranya : hama sasaran menjadi lebih kuat, makin punahnya musuh
alami dari musuh sasaran serta menurunnya jumlah jasad renik dalam tanah sebagai
dekompositor/pengurai benda mati menjadi bahan organik yang diperlukan untuk kesuburan
tanah. Bila keadaan tersebut dibiarkan maka bukan tidak mungkin pada ekosistem tanaman
tersebut populasi hama maupun penyakitnya semakin bertambah sebagai dampak dari
penggunaan bahan kimia yang berlebihan. Disadari atau tidak, dampak pengen-dalian
kimiawi yang dilakukan secara serampangan tanpa memperhatikan aspek lingkungan
sangat berpengaruh besar pada keseimbangan ekosistem.
1. Pengendalian hama secara biologis menggunakan musuh alami hama.
Metode itu diarahkan untuk mengendalikan hama secara alami dengan membiarkan musuh
musuh alami tetap hidup. Cara itu memang ramah lingkungan, tapi hasilnya tampak dalam
jangka waktu lama. Musuh alami hama bisa berupa pemangsa, parasitoid, dan patogen.
Pemangsa adalah serangga atau hewan pemakan serangga yang selama masa hidupnya

banyak memakan mangsa.Secara fisiologis, ciri pemangsa adalah bentuknya lebih besar
dari mangsanya. Ada dua jalan penting untuk meningkatkan efektivitas musuh alami apakah

musuh alami tersebut didatangkan dari luar ataukah setempat. Dua jalan ini adalah
penambahan atau peningakatan dan konservasi. Tingkat pengendalian hayati yang
dimaksudkan dengan penambahan atau peningkatan berarti memanipulir musuh alami itu
sendiri sehingga musuh alami tersebut lebih efektif menekan populasi serangan hama. Pada
umumnya untuk melakukan ini perlu penelitian yang mendalam dari biologi dan ekologi dari
msuh alami ini yang hasilnya selanjutnya dipakai sebagai landasan macam tindakan
manipulasi apa yang yang diperlukan guna mencapai potensi penuh pengendalian hayati
sebagai unsur pengendalian. Ada dua metode di mana musuh alami itu sendiri dapat
dimanipulasi yaitu :
a. Pengumpulan (kolonialisasi) dan penyebaran secara berkala, pelepasan sejumlah besar
musuh alami di lapangan berasal dari pemeliharaan secara masal di laboratorium atau
pengumpulan musuh alami dari populasi alam
b. Mendapatkan galur (strain) yang mempunyai kemampuan untuk lebih beradaptasi
dengan jalan seleksi buatan (artificial)
Tak ada dari metode-metode ini yang berkaitan dengan manipulasi musuh-musuh alami
dapat memberikan harapan yang lebih baik daripada program pengendalian serangga hama
yang sedang berjalan dengan fase pengendalian hayati yang disebut konservasi, yaitu

memodifikasi lingkungan sedemikian rupa sehingga menguntungkan bagi musuh-musuh
alami.
Efektifitas musuh-musuh alami tergantung dari tingkat kemantapan (permanence), stabilitas
dan keadaan lingkungan yang lebih baik dimana musuh-musuh alami itu ada. Banyak
tindakan kultur teknik yang sekarang ini dapat diadakan perbaikan atau modifikasi untuk
meningkatkan kondisi yang lebih baik bagi serangga-serangga berguna.
Musush-musuh alami ini secara langsung ikut membantu manusia khususnya petani dalam
menekan perkembangan hama tanaman. Predator sebagai serangga liar yang berguna ini
perlu mendapat perhatian kita karena seringkali akibat perbuatan manusia, jumlah musuhmusuh alami ini cenderung menjadi sedikit, bahkan musnah sama sekali. Beberapa musuh
alami yang ada di Indonesia :
> Batang tebu itu dilubangi oleh sejumlah hama antara lain penggerek tebu (Chilo
sachariphagus). Hama penggerek itu bertelur pada lubang batang tebu dan larva yang
menetas berwujud ulat. Dengan lahapnya ulat ini menghisap cairan gula sampai tanaman
tebu menurun kadar gulanya sehingga berakibat pada turunnya produksi gula. Sementara
itu di alam ini ada sejenis lalat Diatracophaga striatalis (Lalat Jatiroto). Begitu ada batang
tebu berdiri di kebun maka betinanya biasanya langsung mencari lubang yang sebelumnya
sudah digerek oleh ulat Chilo. Lalat Jatiroto bertelur di dalam lubang tersebut. Jumlahnya
dapat mencapai antara 10-500 butir setiap ekor betina dan dalam tempo 5 hari berubah
menjadi ulat putih. Ulat itu dalam beberapa menit saja sudah agresif mencari mangsa.
Dengan gerak cepat ulat putih menyerang penggerek Chilo yang berada dalam lubang tebu

dan menghisap darahnya sampai mati kering. Ulat putih selanjutnya berkepompong dalam
lubang tersebut, kemudian menjelma menjadi lalat dewasa seperti nenek moyangnya
dahulu. Dengan matinya penggerek Chilo, batang tebu sehat kembali dan sari tebunya
dapat diselamatkan.
> Di suatu areal persawahan, wereng coklat (Nilaparvata lugens) dengan ganasnya
menghisap cairan sel jaringan padi bagian batang dan menaruh cairan ludah yang beracun
sehingga tanaman padi menguning lalu mati. Selain itu, wereng coklat ini menularkan virus
penyakit kerdil rumput dan kerdil hampa sehingga produksi padi turun bahkan gagal panen.
Sementara itu ada serangga Coccinella sp., sejenis kumbang berwarna coklat kemerahan
berbintik hitam yang aktif berpindah-pindah tempat mencari mangsa. Jika bertemu wereng
coklat, kumbang itu dengan gerak cepat menangkapnya dengan menggunakan kaki bagian
depan dari arah belakang dan langsung memakannya.
2. Pengendalian biologi dengan cara musuh alami patogen, Patogen yaitu makhluk
hidup yang menjangkitkan penyakit pada inang. Dalam kondisi tertentu, seperti kelembapan

yang tinggi secara alami, suatu organisme rawan terhadap serangan patogen. Patogen
dapat dimanfaatkan untuk dijadikan musuh alami dari hama pertanian. Contoh patogen di
antaranya, bakteri, virus, dan jamur.
3. Pengendalian hayati dengan PHT Terkait dengan usaha-usaha produksi dapat
dikatakan bahwa setiap tindakan yang menguntungkan bagi pengendalian hayati juga baik

bagi pengendalian serangga hama dan sebaliknya. Kunci utama disini pengendalian itu
meliputi bagaimana seluruh cara bercocok tanam dilaksanakan sedemikian rupa serangga
hama dirugikan dan pada saat yang sama meningkatkan kemampuan hidup dan kegunaan
yang lebih tinggi dari musuh alami. Sistem pertamanan akan dapat menentukan sebanyak
mungkin pengendalian dan keseimbangan. Disamping itu perhitungan tingkat ekonomis
perlu dikembangkan dan digunakan pada semua tanaman dalam system tersebut sehingga
penggunaan insektisida dapat disahakan sesedikit mungkin.
Kelebihan Pengendalian Hayati atau Biologi
1. Aman bagi manusia dan hewan
2. Langgeng permanence)
3. Ekonomis
Kelemahan Pengendalian Hayati atau biologi
1. Dampaknya akan dirasakan dalam jangka waktu yang lama
2. Populasi hama lebih besar daripada predatornya
Tujuan dan Pendekatan Pengendalian Hayati atau Biologi
1. Reduksi populasi hama dilakukan setelah hama mencapai tingkat yang menimbulkan
masalah. Dengan reduksi, populasi hama diharapkan dapat berkurang ke tingkat yang cukup
rendah sehingga hama tidak lagi menimbulkan masalah dalam jangka waktu yang lama.
2. Pencegahan dalam pengendalian hayati dimaksudkan untuk menjaga populasi hama
potensial agar tidak mencapai tingkat luka ekonomi (TLE). Pencegahan membutuhkan

intervensi awal sebelum hama potensial berkembang mencapai atau melewati TLE.
3. Pada penundaan, populasi hama dapat berkembang ke tingkat yang tinggi, tetapi terjadi
ketika serangga tidak lagi dianggap sebagai hama karena berada di luar jendela waktu.
Penundaan perkembangan hama membutuhkan intervensi awal sebelum populasi hama
potensial mencapai atau melewati TLE.
Pengendalian biologi memiliki keunggulan lebih ramah lingkungan. Pasalnya, penggunaan
insektisida dapat dikurangi bahkan tidak digunakan sama sekali. Kendati demikian, kunci
dari pengendalian hama secara biologi adalah mengenal terlebih dahulu aspek biologi dari
serangga itu sendiri. Aspek biologi dari serangga antara lain siklus hidup, umur, dan
deskripsi masing-masing spesies. Informasi tersebut menjadi penting untuk menentukan
saat yang tepat untuk pengendalian hama.
Contoh Pengendalian Hama dan Penyakit secara Biologi pada Kelapa Sawit
Pengendalian Biologi Ulat Api dengan Mikroorganisme Entomopatogenik
Pengendalian ulat api (Setothosea asigna) dengan menggunakan insektisida kimiawi
merupakan cara yang umum dilakukan di perkebunan kelapa sawit. Namun dalam praktek,
penggunaan insektisida tersebut justru menimbulkan kerugian yang besar berupa
pencemaran lingkungan akibat residu insektisida serta munculnya resistensi dan resurgensi
hama. Semakin meningkatnya kesadaran akan pelestarian lingkungan, termasuk
perlindungan terhadap musuh alami hama di dalam ekosistem kelapa sawit, telah
mendorong para pengusaha perkebunan untuk menerapkan pengendalian hayati. Secara

teknis, pengendalian hayati lebih unggul dibandingkan pengendalian secara kimiawi, karena
selain efektif dan efisien juga ramah lingkungan. Pengendalian hayati ulat api pada kelapa

sawit dapat menggunakan mikroorganisme entomopatogenik, yaitu virus ß Nudaurelia,
multiple nucleopolyhedrovirus (MNPV), dan jamur Cordyceps aff. militaris. Virus ß Nudaurelia
dan MNPV efektif untuk mengendalikan hama pada stadium ulat, sedangkan jamur
Cordyceps aff. militaris efektif untuk kepompong. Mikroorganisme entomopatogenik dapat
mengurangi atau bahkan menggantikan insektisida kimia sintetis golongan piretroid, seperti
Decis 2,5 DC dan Matador 25 EC dalam pengendalian ulat api di perkebunan kelapa sawit.
Biaya pengendalian hayati juga lebih murah, yaitu hanya 7% dari biaya pengendalian secara
kimiawi. Berdasarkan berbagai pertimbangan tersebut, penggunaan insektisida alami
menjadi pilihan bagi para pengusaha kelapa sawit. Insektisida hayati mikroorganisme
entomopatogenik kini telah banyak digunakan dalam mengendalikan ulat api, baik di
perkebunan negara, swasta maupun rakyat.

Ulat api (Setothosea asigna)

Virus Nudaurelia

Jamur Cordyceps

Pengamatan Penggunaan Musuh Alami di Desa Ngijo Kecamatan Karangploso Kabupaten
Malang
Pada kebun praktikum di Desa Ngijo, kami menanam tanaman Tagetes sebagai tanaman
pagar untuk mengendalikan hama yang menyerang tanaman budidaya. Tagetes memiliki
senyawa aktif antara lain monoterpen, sesquiterpen, diterpen, triterpen, sterol, flavonoid,
thiophenes, dan senyawa aromatik, yang masuk dalam golongan terpenoid. Penyebab
aroma pada bunga adalah sesquiterpenoid dan monoterpenoid. Monoterpen berfungsi
menghambat pertumbuhan tanaman pesaing dan dapat juga bekerja sebagai insektisida
atau berdaya racun terhadap hewan tingkat tinggi
Tanaman ini efektif dalam pencegahan nematoda pengganggu tanaman (Meloidogyne sp.,
Pratylenchus sp., dan lain-lain) sehingga digunakan sebagai tanaman tumpang sari,
penangkal serangga, herbisida, dan antijamur. Minyak atsiri dari bunga Tagetes efektif
menghambat pertumbuhan bakteri, antijamur pada Saprolegnia ferax, serta sebagai
larvasida pada Culex quinquefasciatus, Anopheles stephensi, dan Aedes aegypti.