Index of /digilib/files/disk1/118

  

MENINGKATKAN KOMUNIKASI MATEMATIKA

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING

BERNUANSA ISLAMI PADA MATERI POKOK PECAHAN

KELAS VII SEMESTER GASAL MTs. USWATUN HASANAH

MANGKANG SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2011/201

  2 SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dalam Ilmu Pendidikan Matematika

  Oleh :

  

KHANAFI

  NIM : 073511014

FAKULTAS TARBIYAH

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2011

PERNYATAAN KEASLIAN

  Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Khanafi NIM : 073511014 Jurusan : Tadris Prodi : Tadris Matematika Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.

  Semarang, 2 Desember 2011 Saya yang menyatakan,

  Khanafi

  NIM: 073511014

NOTA PEMBIMBING

  Semarang, 29 November 2011 Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah

  IAIN Walisongo di Semarang

  Assalamu’alaikum wr. wb.

  Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi naskah skripsi dengan: Judul : Meningkatkan Komunikasi Matematika melalui Model

  Pembelajaran Problem Posing Bernuansa Islami pada Materi Pokok Pecahan Kelas VII Semester Gasal MTs. Uswatun Hasanah Mangkang Semarang Tahun Pelajaran 2011/2012

  Nama : Khanafi NIM : 073511014 Jurusan : Tadris Prodi : Tadris Matematika Saya memamndang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam Sidang Munaqosyah.

  Wassalamu’alaikum wr. wb.

  Saminanto, S.Pd., M.Sc.

  NIP. 19720604 200312 1 002

NOTA PEMBIMBING

  Semarang, 29 November 2011 Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah

  IAIN Walisongo di Semarang

  Assalamu’alaikum wr. wb.

  Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi naskah skripsi dengan: Judul : Meningkatkan Komunikasi Matematika melalui Model

  Pembelajaran Problem Posing Bernuansa Islami pada Materi Pokok Pecahan Kelas VII Semester Gasal MTs. Uswatun Hasanah Mangkang-Semarang Tahun Pelajaran 2011/2012

  Nama : Khanafi NIM : 073511014 Jurusan : Tadris Prodi : Tadris Matematika Saya memamndang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam Sidang Munaqosyah.

  Wassalamu’alaikum wr. wb.

  Drs. H. Abdul Wahid, M.

  NIP. 19691114 199403 1

  

ABSTRAK

  Judul : Meningkatkan Komunikasi Matematika melalui Model Pembela-

  jaran Problem Posing Bernuansa Islami pada Materi Pokok Pecahan Kelas VII Semester Gasal MTs. Uswatun Hasanah Mangkang Semarang Tahun Pelajaran 2011/2012.

  Penulis : Khanafi NIM : 073511014 Penelitian ini berawal dengan adanya permasalahan di kelas VII MTs.

  Uswatun Hasanah Mangkang Semarang yaitu rendahnya komunikasi matematika peserta didik pada pembelajaran matematika khususnya pada materi pecahan. Hal ini dikarenakan sulitnya peserta didik dalam melakukan operasi pada bilangan pecahan dan banyaknya peserta didik yang salah dalam menerjemahkan soal cerita pada materi pokok tersebut. Selain itu berdasarkan pengamatan juga diperoleh fakta bahwa nilai peserta didik pada tahun sebelumnya masih tergolong rendah dikarenakan kurangnya komunikasi peserta didik pada saat pembelajaran matematika. Guru mengajar dengan metode yang monoton sehingga proses komunikasi dalam pembelajaran berjalan searah. Hal ini yang membuat komunikasi matematika peserta didik tidak terbangun. Diharapkan pembelajaran melalui model pembelajaran

  

problem posing bernuansa islami akan meningkatkan komunikasi matematika

peserta didik pada materi pecahan.

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Implementasi model pembelajaran problem posing bernuansa islami pada materi pokok pecahan kelas VII semester gasal MTs. Uswatun Hasanah tahun pelajaran 2011/2012. 2) Apakah penerapan model pembelajaran problem posing bernuansa islami pada materi pokok pecahan dapat meningkatkan komunikasi matematika peserta didik kelas VII semester gasal MTs. Uswatun Hasanah Mangkang Semarang tahun pelajaran 2011/2012.

  Penelitian ini dilakukan dengan mengambil subjek penelitian peserta didik kelas VII MTs. Uswatun Hasanah Mangkang Semarang tahun pelajaran 2011/2012 sejumlah 30 peserta didik. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 (dua) siklus, masing- masing siklus terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sedangkan teknik pengambilan data ada 4 metode yaitu dokumentasi, wawancara, tes, dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan komunikasi matematika peserta didik melalui model pembelajaran problem posing bernuansa islami. Hal ini terbukti adanya peningkatan pada pra siklus sebesar 35% dan siklus I sebesar 48,1% menjadi 70,4% pada siklus II. Selain itu peningkatan komunikasi matematika peserta didik juga mempengaruhi pada peningkatan hasil belajar peserta didik kelas VII MTs. Uswatun Hasanah dari nilai rata-rata pra siklus 50 dengan ketuntasan klasikal 41,7% menjadi 61 dengan ketuntasan klasikal 46,7% pada siklus I dan pada siklus II mengalami peningkatan yaitu dengan rata-rata 78,5 dengan ketuntasan klasikalnya mencapai 83,3%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut peneliti mengambil kesimpulan bahwa pembelajaran matematika melalui model pembelajaran problem posing bernuansa islami dapat meningkatkan komunikasi matematika peserta didik kelas VII MTs. Uswatun Hasanah Mangkang Semarang khususnya pada materi pecahan

KATA PENGANTAR

  Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, taufiq, inayah dan bimbingan serta kekuatan lahir batin kepada diri peneliti, sehingga dalam penyusunan tugas akhir perkuliahan berupa skripsi dapat terselesaikan sebagaimana mestinya melalui proses yang panjang. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai suri teladan yang baik bagi seluruh umat.

  Penelitian yang berjudul “Meningkatkan Komunikasi Matematika melalui Model Pembelajaran Problem Posing Bernuansa Islami pada Materi Pokok Pecahan Kelas VII Semester Gasal MTs. Uswatun Hasanah Mangkang Semarang Tahun Pelajaran 2011/2012

  ” pada dasarnya disusun untuk memenuhi tugas akhir perkuliahan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Tarbiyah

  IAIN Walisongo Semarang. Oleh karena itu karya ilmiah ini merupakan kulminasi-formal akademik, selain untuk memenuhi kewajiban akademik juga sebagai wahana pengembangan ilmu pengetahuan, dan solusi dunia kependidikan.

  Penulis mencurahkan segala kemampuan untuk menyelesaikan karya tulis ini, penulis juga memiliki rasa keingintahuan yang besar karena dianugerahi akal oleh sang Maha Pencipta. Penulis sadar sebagai insan biasa tentu memiliki banyak kekurangan, kelemahan dan tentunya juga jauh dari kesempurnaan,

  Dalam proses penyusunan penelitian tersebut, peneliti banyak mendapatkan bantuan, bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak, oleh karena itu izinkan peneliti untuk mengucapkan terima kasih kepada hamba-hamba Allah yang mulia yang telah membantu peneliti sehingga karya sederhana ini menjadi kenyataan bukan angan-angan belaka. Peneliti mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Dr. Suja’i, M. Ag. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo 2.

  Drs. Wahyudi, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Tadris Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.

  3. Saminanto,S.Pd.,M,Sc. selaku Pembimbing I (Bidang Materi) yang telah berkenan meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya dengan sabar memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

  4. Drs. Abdul Wahid, M.Ag., selaku Pembimbing II (Bidang Metodologi), yang juga telah berkenan meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya dengan teliti memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

  5. Segenap Dosen IAIN Walisongo Semarang khususnya para Dosen di Jurusan Tadris Matematika yang telah membimbing, mendidik dan memberikan pencerahan untuk selalu berpikir kritis-edukatif, transformative-inovatif dalam menggali ayat-ayat qauliyah dan kauniyyah selama menimba ilmu di kampus IAIN Walisongo Semarang.

  6. KH. Mustaqim Husnan, KH. Thohir Husnan dan KH. Nur Asyikin Aziz beserta keluarga selaku pengasuh PPS Uswatun Hasanah. Terima kasih atas doa yang diberikan sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.

  7. Ina Rotul Uliya, S.Pd., selaku Kepala Sekolah MTs. Uswatun Hasanah Mangkang yang telah memberikan izin kepada peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini dan Siti Alqomah, S.Pd., selaku Guru Mata Pelajaran Matematika kelas VII MTs. Uswatun Hasanah Mangkang yang telah memberikan motivasi dan banyak membantu dalam penelitian ini.

  8. Teman seperjuangan Tadris Matematika 2007 yang senantiasa menjadi penyemangat penulis dan kawan-kawan di HIMATIKA IAIN Walisongo Semarang yang selalu mendoakan dan memberi semagat kepada penulis.

  Semarang, 1 Desember 2011 Penulis

  Khanafi

  NIM.073511014

  

DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ iii ABSTRAK ...................................................................................................... v HALAMAN PERNYATAAN.......................................................................... vii KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii DAFTAR ISI ................................................................................................... x DAFTAR TABEL............................................................................................... xii DAFTAR GRAFIK............................................................................................ xiii

  BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah............................................................ 1 B. Rumusan Masalah.................................................................... ... 3 C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 4 D. Manfaat Penelitian .................................................................... 4 BAB II : LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka .......................................................................... 6 1. Pembelajaran Matematika .................................................... 6 2. Model Pembelajaran Problem Posing .................................. 10 3. Komunikasi Matematika ...................................................... 13 4. Materi Pokok Pecahan ......................................................... 15 5. Aplikasi Materi Pecahan dengan Model Pembelajaran Problem Posing Bernuansa Islami ....................................... 20 B. Kerangka Berfikir ..................................................................... 21 C. Hipotesis Tindakan .................................................................. 23 BAB III : METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ......................................................................... 24 B. Materi Penelitian....................................................................... 24 C. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... 25

  D.

  Pelaksana dan Kolabolator ....................................................... 27 E. Rancangan Penelitian ............................................................... 27 1.

  Pra Siklus .......................................................................... 28 2. Siklus I .......................................................................... 28 3. Siklus II .......................................................................... 30 F. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 33 G.

  Teknik Analisis Data ................................................................ 34 H. Indikator Pencapaian ................................................................. 35

  BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Madrasah .................................................... 36 1. Sejarah Berdirinya Madrasah ............................................. . 36 2. Identitas Sekolah ............................................................. 38 3. Daftar Guru Tahun Pelajaran 2011/2012 .......................... 38 B. Hasil PeneIitian ....................................................................... 38 1. Pra siklus ......................................................................... 38 2. Siklus I ........................................................................ 39 3. Siklus II ......................................................................... 45 C. Pembahasan ............................................................................. 49 1. Pra Siklus .......................................................................... 49 2. Siklus I .......................................................................... 51 3. Siklus II .......................................................................... 54 BAB V : PENUTUP A. Simpulan .................................................................................. 57 B. Saran ........................................................................................ 57 C. Penutup..................................................................................... 58 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 59 LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP SURAT KETERANGAN

  

DAFTAR TABEL

  Tabel 1 Jadwal Penelitian ........................................................................ 25 Tabel 2 Komunikasi Matematika Peserta Didik Th.2010/2011 ................ 49 Tabel 3 Hasil Penelitian Pra Siklus .......................................................... 50 Tabel 4 Perbandingan Hasil Penelitian Pra Siklus dan Siklus I ................ 52 Tabel 5 Perbandingan Hasil Penelitian Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II . 55

  

DAFTAR GRAFIK

  Grafik 1 Komunikasi Matematika Peserta Didik Pra Siklus ..................... 50 Grafik 2 Nilai Rata-rata Kelas Pra Siklus ................................................ 51 Grafik 3 Ketuntasan Belajar Klasikal Pra Siklus ...................................... 50 Grafik 4 Perbandingan Komunikasi Matematika Peserta Didik Pra Siklus dan Siklus I ............................................................................... 53 Grafik 5 Perbandingan Nilai Rata-rata Kelas Pra Siklus dan Siklus I ....... 53 Grafik 6 Perbandingan Ketuntasan Belajar Klasikal Pra Siklus dan

  Siklus I ...................................................................................... 50 Grafik 7 Perbandingan Komunikasi Matematika Peserta Didik Pra Siklus,

  Siklus I dan Siklus II ................................................................. 50 Grafik 8 Perbandingan Nilai Rata-rata Kelas Pra Siklus, Siklus I dan

  Siklus II .................................................................................... 51 Grafik 9 Perbandingan Ketuntasan Belajar Klasikal Pra Siklus Siklus I dan Siklus II .............................................................................. 50

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran yang efektif ditandai dengan adanya proses belajar

  dalam diri siswa. Seseorang dikatakan telah mengalami proses belajar apabila di dalam dirinya telah terjadi perubahan, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti dan sebagainya. Dalam proses pembelajaran hasil belajar dapat dilihat secara langsung. Oleh sebab itu, agar dapat dikontrol dan berkembang secara optimal melalui proses pembelajaran di kelas, maka program pembelajaran tersebut harus dirancang oleh guru dengan memperhatikan berbagai prinsip yang telah

  1 terbukti keunggulannya secara empirik.

  Pembelajaran matematika di sekolah dapat efektif dan bermakna bagi siswa jika proses pembelajarannya memperhatikan konteks siswa. Konteks nyata dari kehidupan siswa meliputi latar belakang fisik, keluarga, keadaan sosial, politik, agama, budaya dan kenyataan hidup

  2 lainnya.

  Pembelajaran matematika khususnya pada materi pecahan seharusnya dilakukan dengan melibatkan peserta didik belajar aktif agar pembelajaran berjalan dua arah. Pembelajaran pada materi pecahan di madrasah sebaiknya juga dilakukan dengan menyisipkan nilai-nilai keislaman agar suasana pembelajaran lebih religius. Selain itu pembelajaran materi pecahan dapat dilakukan untuk mengukur kemampuan komunikasi matematika peserta didik karena operasi bilangan pecahan memiliki ciri yang berbeda dan lebih rumit dari pada bilangan 1 bulat. Hal ini menjadikan peserta didik mampu mengungkapkan 2 Aunurrohman, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta: 2009), hlm. 34-35 Moch. Masykur Ag dan Abdul Halim Fathoni ,Mathematical Intelegent cara cerdas

  

melatih otak dan menanggulangi kesulitan belajar, (Yogyakarta: Arruzz Media, 2008), Cet.II,

hlm.58

  1 gagasannya dan mengidentifikasikan dari permasalahan sehari-hari dalam bahasa matematika ataupun sebaliknya.

  Kondisi yang ada, di MTs. Uswatun Hasanah Mangkang Semarang, pembelajaran matematika pada materi pecahan dilakukan dengan metode ceramah, sehingga pembelajaran berjalan searah. Selain itu pembelajaran yang sudah berjalan di MTs. Uswatun Hasanah belum pernah dilakukan dengan nuansa keislaman, padahal MTs. Uswatun Hasanah merupakan salah satu madrasah yang memiliki basic pondok pesantren karena sistem pendidikan dan sebagian peserta didiknya adalah berasal dari lingkungan pesantren di daerah tersebut.

  Menurut pengalaman beberapa guru matematika MTs. Uswatun Hasanah Mangkang Semarang, komunikasi matematika yakni suatu kemampuan peserta didik dalam menyampaikan sesuatu berupa konsep, rumus, atau strategi penyelesaian suatu masalah yang dimiliki oleh peserta didik yang diketahuinya melalui peristiwa dialog atau saling hubungan yang terjadi di lingkungan kelas, yang dimiliki peserta didik kelas VII masih rendah. Banyak peserta didik yang masih kesulitan dalam memahami konsep-konsep dan menyampaikan ide-ide yang dimiliki dalam pembelajaran matematika khususnya pada materi pokok pecahan.

  Hal ini ditandai dengan banyaknya peserta didik yang masih salah dalam melakukan operasi bilangan pecahan dan menerjemahkan soal-soal cerita dari materi pokok tersebut, sehingga juga berpengaruh pada minimnya hasil belajar peserta didik.

  Untuk mengatasi hal tersebut, penulis mengambil langkah yaitu dengan memperbaharui model pembelajaran. Model pembelajaran yang akan diuji cobakan adalah model pembelajaran problem posing (pengajuan soal/masalah) bernuansa Islami.

  Model pembelajaran problem posing adalah suatu model pembelajaran yang mewajibkan peserta didik untuk mengajukan soal sendiri melalui belajar soal (berlatih soal) secara mandiri. Bentuk lain dari

  , yaitu pemecahan masalah dengan melalui elaborasi yaitu

  problem posing

  2 merumuskan kembali masalah menjadi bagian-bagian yang lebih sederhana sehingga lebih mudah untuk dipahami. Sehingga pada prinsinya

  problem posing bernuansa Islami ditunjukkan dengan adanya pola

  pembelajaran yang menyisipi pengetahuan agama islam serta pengajuan masalah dari peserta didik terkait pembelajaran matematika yang memiliki nilai-nilai keislaman. Hal ini dilakukan dalam rangka untuk mengukur dan meningkatkan kemampuann komunikasi matematika peserta didik.

  Berdasarkan uraian diatas, maka perlu diadakan penelitian dengan judul

  “Meningkatkan Komunikasi Matematika melalui Model Pembelajaran Problem Posing Bernuansa Islami pada Materi Pokok Pecahan Kelas VII Semester Gasal MTs. Uswatun Hasanah Mangkang Semarang Tahun Pelajaran 2011/2012”.

B. Penegasan Istilah

  Untuk menghindari kesalahpahaman tentang penafsiran dari judul diatas, maka penulis menjelaskan istilah-istilah pokok yang terkandung dalam judul skripsi sebagai berikut: 1.

   Komunikasi Matematika

  Komunikasi matematika merupakan kesanggupan/kecakapan seorang siswa untuk dapat menyatakan dan menafsirkan gagasan matematika secara lisan, tertulis, atau mendemonstrasikan apa yang

  3

  ada dalam soal. Kemampuan komunikasi matematika yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan komunikasi matematika peserta didik yang diperoleh dari hasil tes yang dilakukan pada akhir pembelajaran dan non tes dengan cara observasi.

  Jadi meningkatkan komunikasi matematika peserta didik berarti meningkatnya kemampuan peserta didik dalam menyatakan dan 3 menafsirkan ide/gagasan matematik baik secara lisan maupun tulisan.

  Dian Ramadina, Pengaruh Kemampuan Penalaran dan Kemampuan Komunikasi

Matematika terhadap Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita (Skripsi) (Semarang: UNNES,

2007), hlm.16

  3

  2. Model Pembelajaran Problem Posing Bernuansa Islami

  Menurut Trianto, model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya

  4 buku-buku, film, komputer, kurikulum dan lain-lain.

  Problem posing merupakan model pembelajaran yang

  mengharuskan siswa menyusun pertanyaan sendiri atau memecah suatu soal menjadi pertanyaan-pertanyaan yang lebih sederhana yang

  5 mengacu pada penyelesaian soal tersebut.

  Bernuansa Islami yang dimaksud disini adalah pola pengajaran yang dilakukan dengan pemberian nilai-nilai keislaman pada setiap pembelajaran baik berupa materi maupun pada contoh soal. Selain itu nuansa Islami akan terlihat pada metode pembelajaran yang dilaksanakan.

  3. Pecahan

  Pecahan adalah bilangan yang menggambarkan bagian dari suatu keseluruhan, bagian dari suatu daerah, bagian suatu benda, atau bagian dari suatu himpunan. Apabila membagi suatu bilangan cacah dengan suatu bilangan asli, maka pembagian itu disebut suatu pecahan

  Pecahan merupakan salah satu materi pokok yang diberikan pada kelas VII semester 1. Berikut ini adalah ruang lingkup materi pecahan yang terangkum dalam SK, KD dan Indikator berikut: Standar kompetensi : Memahami sifat-sifat operasi hitung bilangan dan penggunaannya dalam pemecahan masalah

  4 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif (Konsep, Landasan dan

Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)), (Jakarta: Kencana Prenada

Media Group, 2009), Cet II, hlm. 22 5 diakses pada 5 September 2011 jam 21.30 WIB

  4 Kompetensi dasar : Menggunakan sifat-sifat operasi hitung bilangan bulat dan pecahan dalam pemecahan masalah

  :

  Indikator a.

  Menyebutkan pengertian bilangan pecahan b. Mengubah bentuk pecahan ke bentuk pecahan yang lain c. Mengurutkan pecahan d. Melakukan operasi hitung bilangan pecahan biasa dan campuran e. Melakukan operasi hitung bilangan pecahan desimal f. Menyelesaikan soal cerita dengan operasi hitung bilangan pecahan

  Berdasarkan uraian diatas, maka arti keseluruhan dari meningkatkan komunikasi matematika melalui model pembelajaran

  problem posing bernuansa Islami adalah suatu penelitian dengan

  penerapan model pembelajaran problem posing bernuansa Islami yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematika peserta didik pada materi pokok pecahan kelas VII di MTs. Uswatun Hasanah Mangkang Semarang tahun pelajaran 2011/2012.

C. Rumusan Masalah

  Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut diatas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan, antara lain:

  1. Bagaimana implementasi model pembelajaran problem posing bernuansa Islami pada materi pokok pecahan kelas VII semester gasal MTs. Uswatun Hasanah Mangkang Semarang tahun pelajaran 2011/2012? 2. Apakah model pembelajaran problem posing bernuansa Islami pada materi pokok pecahan dapat meningkatkan komunikasi matematika peserta didik kelas VII MTs. Uswatun Hasanah Mangkang Semarang tahun pelajaran 2011/2012?

  5

  D. Tujuan Penelitian

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1.

  Implementasi model pembelajaran problem posing bernuansa Islami pada materi pokok pecahan kelas VII semester gasal MTs. Uswatun Hasanah tahun pelajaran 2011/2012.

  2. Penerapan model pembelajaran problem posing bernuansa Islami pada materi pokok pecahan dalam meningkatkan komunikasi matematika peserta didik kelas VII semester gasal MTs. Uswatun Hasanah Mangkang Semarang tahun pelajaran 2011/2012.

  E. Manfaat Penelitian

  Penelitian ini memiliki beberapa manfaat, antara lain: 1.

  Bagi Guru a.

  Memberikan gambaran bagaimana cara mengajarkan materi pecahan dengan menggunakan model pembelajaran problem posing bernuansa Islami.

  b.

  Memberikan inspirasi dan motivasi untuk menggunakan model pembelajaran yang bervariasi dalam setiap proses pembelajaran.

  2. Bagi Peserta Didik a.

  Menumbuhkan kemampuan mengeluarkan ide dan kemampuan berkomunikasi peserta didik dalam memecahkan suatu masalah.

  b.

  Menumbuhkan hubungan antar pribadi di antara peserta didik yang berasal dari latar belakang berbeda.

  c.

  Melatih peserta didik untuk lebih berani mengungkapkan ide dan mengajukan pertanyaan.

  3. Bagi Sekolah a.

  Meningkatkan kualitas pembelajaran matematika sehingga dapat meningkatkan komunikasi matematika dan hasil belajar peserta didik khususnya dalam mata pelajaran matematika.

  6 b.

  Dengan meningkatnya hasil belajar peserta didik, dapat menjadi acuan bagi sekolah dalam menentukan arah kebijakan untuk kemajuan sekolah.

  c.

  Sekolah menjadi objek dalam penelitian tindakan kelas (PTK) akan memperoleh hasil pengembangan ilmu.

4. Bagi Peneliti

  a. pengalaman langsung melaksanakan model Mendapat pembelajaran problem posing bernuansa Islami untuk mata pelajaran matematika di MTs. Uswatun Hasanah Mangkang Semarang.

  b.

  Sebagai bekal peneliti sebagai guru matematika yang profesional agar selalu siap melaksanakan tugas di lapangan.

  7

BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Matematika a. Pengertian pembelajaran Menurut Amin Suyitno, pembelajaran adalah upaya menciptakan

  iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan peserta didik yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan peserta didik serta antara peserta didik dengan

  1

  peserta didik. Pengertian ini mengisyaratkan bahwa pembelajaran merupakan proses yang sengaja direncanakan dan dirancang sedemikian rupa dalam rangka memberikan bantuan bagi terjadinya proses belajar. Komponen yang harus ada demi terciptanya sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar mengajar adalah tujuan, materi/bahan ajar, metode dan media, evaluasi, didik/peserta didik, dan adanya pendidik/guru.

  b.

  Faktor- faktor yang mempengaruhi pembelajaran Hasil belajar akan dipengaruhi oleh banyak faktor, secara garis besar faktor yang mempengaruhi pembelajaran dapat diklasifikasikan

  2 menjadi dua, yaitu faktor intern dan ekstern.

  1) Faktor intern

  Faktor intern adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik. Faktor intern dikelompokkan menjadi faktor 1 jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan.

  Hana Mufidah, Penerapan Model Pembelajaran Problem Posing dengan

Memanfaatkan Tutor Sebaya untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Pada Materi Sistem

Persamaan Linear Dua Variabel (Skripsi), (Semarang : Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo.

  2009). hlm.18 2 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm. 54.

  8

a) Faktor jasmaniah meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh.

  b) Faktor psikologi meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan.

  c) Faktor kelelahan yaitu kelelahan jasmani dan rohani. Kelelahan jasmani seperti lemah lunglai, sedangkan kelelahan rohani seperti adanya kelesuan dan kebosanan.

  2) Faktor ekstern

  Faktor ekstern dikelompokkan menjadi tiga, yaitu faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.

  a) Faktor keluarga

  Peserta didik akan menerima pengaruh dari keluarga berupa cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah tangga, dan keadaan ekonomi keluarga.

  b) Faktor sekolah

  Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dan peserta didik, relasi peserta didik dengan peserta didik, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pengajaran, kualitas pengajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.

  c) Faktor masyarakat

  Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar peserta didik. Pengaruh itu terjadi terkait dengan keberadaan peserta didik dengan masyarakat.

  c.

  Pembelajaran Matematika Menurut

  Lester D. Crow dan Alice Crow ”Learning is

  acquisitation of habits, knowledge, and attitude it involves new ways of doing things, and it operates in an individual’s attempts to over come 3

  a

  obstacles or to udjust to new situations rtinya belajar adalah hasil

  ” 3 yang dicapai dari kebiasaan, pengetahuan, sikap. Ini mencakup cara

  Lester D. Crow and Alice Crow, Education Psycology, ( New York: American Book Company, 1958), hlm. 225.

  9 baru dalam melakukan sesuatu dan mengoperasikannya atau menguasahakannya didalam usaha seseorang untuk mengatasi hambatan atau menyesuaikan diri dengan keadaan yang baru.

  Pembelajaran matematika berdasarkan pada definisi pembelajaran yang dikemukakan Suyitno adalah proses atau kegiatan guru mata pelajaran matematika dengan mengajarkan matematika kepada peserta didik yang di dalamnya terkandung upaya untuk menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan peserta didik tentang matematika yang amat beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan peserta didik serta antara peserta didik dengan peserta didik lainnya dalam

  4 mempelajari matematika.

  Sedangkan tujuan mata pelajaran matematika yang tercantum dalam KTSP adalah sebagai berikut: 1)

  Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah. 2)

  Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. 3)

  Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. 4)

  Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, table, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. 5)

  Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam 4 kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat

  Ervan Adi Nugroho, Pengaruh Multimedia (CD Pembelajaran dan Lembar Kegiatan

Peserta Didik) untuk Meningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Pokok Dimensi Tiga pada

Peserta Didik Kelas X SMA 1 Boja Tahun Pelajaran 2008/2009 (Skripsi), (Semarang:

UNNES,2009), hlm. 14

  10

  11 dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

  Jadi pembelajaran matematika merupakan proses dan upaya guru dalam mengajarkan matematika terhadap peserta didiknya dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Hal ini dilakukan dalam suatu lingkungan pendidikan dengan metode dan model pembelajaran yang bisa memudahkan peserta didik dalam memahami materi yang disampaikan. Oleh karenanya proses pembelajaran matematika sebaiknya dilakukan secara aktif, inovatif, efektif dan efisien, sehingga tujuan pembelajaran bisa dicapai dengan mudah d. Teori Pembelajaran Matematika

  Teori yang mendukung tujuan pembelajaran matematika diatas adalah teori Ausubel, teori Jean Piaget dan teori Vygotsky, yang mengkaji tentang karakteristik pelaksanaan pembelajaran matematika, yaitu: 1)

  Teori Ausubel Inti teori ini adalah mengemukakan pentingnya pembelajaran bermakna. Teori ini mengatakan bahwa proses belajar terjadi jika seseorang mampu mengasimilasikan pengetahuan yang telah dimilikinya dengan pengetahuan baru.

  5 Hal ini menunjukkan bahwa

  belajar bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang

  Mengemukakan belajar bermakna dalam mengajar matematika sangat penting karena dengan kebermaknaan itu pembelajaran akan lebih menarik, lebih bermanfaat dan lebih menantang. Dengan demikian konsep dan prosedur matematika akan lebih mudah dipahami dan lebih tahan lama diingat oleh peserta didik.

  Relevansinya dalam penelitian ini terdapat pada pemberian materi pecahan yang sangat berkaitan dengan materi sebelumnya. 5 Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hlm. 51 Sebelum peserta didik diberi materi pecahan terlebih dahulu diberikan apersepsi terhadap materi bilangan bulat. Selanjutnya pada pembelajaran operasi bilangan pecahan juga harus diberikan secara bertahap sehingga komunikasi matematika peserta didik terbangun secara terstruktur. 2)

  Teori Jean Piaget Teori Jean Piaget memandang perkembangan kognitif sebagai suatu proses dimana anak secara aktif membangun system makna dan pemahaman realitas melalui pengalaman-pengalaman dan

  

6

interaksi-interaksi mereka. Pengetahuan datang dari tindakan.

  Piaget yakin bahwa pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan sangat penting bagi terjadinya perubahan perkembangan. Dan interaksi sosial dengan teman sebaya, khususnya berargumentasi dan berdiskusi membantu memperjelas pemikiran yang pada akhirnya

  7

  memuat pemikiran lebih logis. Relevansinya dalam penelitian ini muncul pada pelaksanaan proses pembelajaran yang dilakukan dengan adanya komunikasi dan interaksi dalam belajar kelompok. Peserta didik yang pandai bisa mengajari peserta didik yang kurang pandai sehingga kemampuan para peserta didik bisa merata. 3)

  Teori Vygotsky Model pembelajaran konstuktivistik dikembangkan pada teori

  Vygotsky yang berorientasi pada pembelajaran mandiri dalam kelompok dengan membangun sendiri pengetahuan, pengalaman dan daya kreatifitas peserta didik untuk memperoleh pengetahuan melalui kegiatan yang beraneka ragam dengan memposisikan guru sebagai fasilitator. Dan teori Vigotsky ini merupakan interaksi antara 6 aspek internal dan ekternal yang penekanannya pada lingkungan

  Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif (Konsep, Landasan dan

Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)), (Jakarta: Kencana Prenada

Media Group, 2009), Cet II, hlm 37 7 Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT. Indeks, 2010) Cet II, hlm. 212

  12

  8

  sosial dalam belajar. Relevansi teori Vygostky dalam penelitian ini muncul pada pelaksanaan proses pembelajaran yang dilakukan dengan diskusi kelompok. Peserta didik mampu membangun pengetahuannya melalui interaksi dalam belajar kelompok.

  .

2. Model Pembelajaran Problem Posing a.

  Tinjauan Umum Model Pembelajaran Problem Posing Model pembelajaran pengajuan soal (Problem Posing)

  9

  dikembangkan oleh Lyn. D. English tahun 1997. Pada prinsipnya model pembelajaran problem posing adalah suatu model pembelajaran yang mewajibkan peserta didik untuk mengajukan soal sendiri melalui belajar soal (berlatih soal) secara mandiri.

  Menurut Brown dan Walter dalam Kadir pada tahun 1989 untuk pertama kalinya istilah problem posing diakui secara resmi oleh

  National Council of Teacher of Mathematics ( NCTM) sebagai bagian

  dari national program for re-direction of mathematics education

  10

  (reformasi pendidikan matematika). Selanjutnya istilah ini dipopulerkan dalam berbagai media seperti buku teks, jurnal serta menjadi saran yang konstruktif dan mutakhir dalam pembelajaran matematika.

  Problem posing merupakan model pembelajaran yang

  mengharuskan siswa menyusun pertanyaan sendiri atau memecah suatu soal menjadi pertanyaan-pertanyaan yang lebih sederhana yang mengacu pada penyelesaian soal tersebut. Dalam pembelajaran matematika, problem posing (pengajuan soal) menempati posisi yang strategis. Siswa harus menguasai materi dan urutan penyelesaian soal 8 secara mendetil. Hal tersebut akan dicapai jika siswa memperkaya

  Hamzah, Hakikat Anak Menurut Pandangan Teori Belajar Konstruktivisme,

diakses pada 30 Oktober

2011 jam 10.00 WIB 9 10 Saminanto, Ayo Praktik PTK , (Semarang: Rasail, 2010), hlm. 45 Muhfida. Pengertian Pendekatan Problem Posing. diakses pada 5 September 2011 jam 21.30 WIB

  13 khazanah pengetahuannya tak hanya dari guru melainkan perlu belajar

  11 secara mandiri.

  Dari beberapa pengertian di atas, model pembelajaran problem

  posing merupakan suatu pola atau langkah-langkah pembelajaran

  melalui pembentukan soal atau pengajuan soal melalui kegiatan kognitif untuk melatih peserta didik berfikir matematika dengan cara membuat soal tidak jauh beda dengan soal yang diberikan oleh guru ataupun dari situasi dan pengalaman peserta didik itu sendiri.

  Silver dan Cai menjelaskan bahwa pengajuan soal mandiri dapat diaplikasikan dalam 3 bentuk aktivitas kognitif matematika yakni sebagai berikut: 1)

  Pre Solution Posing, yaitu jika peserta didik membuat soal dari situasi yang diadakan, jadi guru memberikan suatu pernyataan dan peserta didik diharapkan mampu membuat pertanyaan berdasarkan pernyataan yang dibuat oleh gurunya. 2)

  Within Solution Posing, yaitu jika peserta didik mampu merumuskan ulang pertanyaan soal menjadi sub-sub pertanyaan baru yang urutan penyelesaiannya seperti yang telah diselesaikan sebelumnya dan diharapkan peserta didik mampu membuat sub- sub pertanyaan dari pertanyaan tunggal yang diberikan oleh guru. 3)

  Post Solution Posing, yaitu jika peserta didik mampu memodifikasi tujuan atau kondisi soal yang telah dijelaskan oleh

  12 guru untuk membuat soal-soal baru yang sejenis.

  Dalam model pembelajaran problem posing, peserta didik dilatih untuk memperkuat dan memperkaya konsep matematika secara mandiri. Hal ini dilakukan dengan memperhatikan kemampuan dan 11 cara berpikir peserta didik SMP/MTs yang bersifat konkrit.

   diakses pada 5 September 2011 jam 21.30 WIB 12 Herdian, Model Pembelajaran Problem Posing. http://herdy07.wordpress.com /2009/04/19/model-pembelajaran-problem-posing/ diakses pada 5 September 2011 jam 21.30 WIB

  14 b.

  Karakteristik Model Pembelajaran Pengajuan Soal (Problem Posing) barnuansa Islami.

  Model pembelajaran problem posing bernuansa Islami memiliki karakteristik yang lebih khusus yaitu keterlibatan peserta didik secara intelektual dan emosional, sehingga peserta didik terlatih belajar secara mandiri, aktif, dan kreatif. Disamping itu peserta didik juga dilatih untuk menemukan dan menyajikan sesuatu yang baru yang terkait dengan nilai-nilai keislaman yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari melalui pembelajaran problem posing. Hal itu akan menjadikan suasana belajar matematika terasa lebih religius.

  c.

  Tahapan Pelaksanaan Model Pembelajaran Pengajuan Soal (Problem

  Posing ) benuansa Islami

  Penerapan model pembelajaran problem posing bernuansa Islami adalah sebagai berikut: 1)

  Guru menjelaskan materi pelajaran kepada peserta didik dengan mencantumkan dalil Al-Quran yang berkaitan dengan materi. 2)

  Guru memberikan latihan soal secukupnya yang mengandung nilai-nilai keislaman. 3)

  Peserta didik diminta mengajukan 1 atau 2 buah soal yang menantang serta memiliki nilai keislaman dan peserta didik yang bersangkutan harus mampu menyelesaikannya. 4)

  Pada kegiatan selanjutnya, secara acak guru menyuruh peserta didik untuk menyajikan soal temuannya di depan kelas. Dalam hal ini guru dapat menentukan peserta didik secara selektif berdasarkan bobot soal yang diajukan oleh peserta didik. 5)

  Guru memberikan tugas rumah secara individu 3.

   Komunikasi Matematika

  Komunikasi pada dasarnya suatu konsep yang multimakna. Makna komunikasi pada dasarnya dapat dibedakan bedasarkan; pertama, sebagai proses sosial, kedua, sebagai peristiwa, ketiga, sebagai ilmu dan ke empat

  15

  13

  sebagai kiat atau keterampilan. Komunikasi secara umum dapat diartikan sebagai suatu cara untuk menyampaikan suatu pesan dari pembawa pesan ke penerima pesan untuk memberitahu, pendapat, atau perilaku baik langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui media. Di dalam berkomunikasi tersebut harus dipikirkan bagaimana caranya agar pesan yang disampaikan seseorang itu dapat dipahami oleh orang lain.

  Komunikasi pada hakikatnya merupakan proses penyampaian pesan dari pengirim kepada penerima. Hubungan komunikasi dan interaksi antara si pengirim dan si penerima dibangun berdasarkan penyusunan kode atau simbol bahasa oleh pengirim dan pembongkaran kode atau simbol

  14

  bahasa oleh penerima. Komunikasi matematika merupakan refleksi pemahaman matematik dan merupakan bagian dari daya matematik. Siswa-siswa mempelajari matematika seakan-akan mereka berbicara dan menulis tentang apa yang mereka sedang kerjakan. Mereka dilibatkan secara aktif dalam mengerjakan matematika, ketika mereka diminta untuk memikirkan ide-ide mereka, atau berbicara dengan dan mendengarkan

  15 siswa lain, dalam berbagi ide, strategi dan solusi.