RESIDU PESTISIDA DAN TEKNIK IDENTIFIKASI SERTA PENANGANANNYA MENGGUNAKAN BAHAN DI SEKITAR KITA

RESIDU PESTISIDA DAN TEKNIK IDENTIFIKASI SERTA PENANGANANNYA MENGGUNAKAN BAHAN DI SEKITAR KITA

  Asep Nugraha Ardiwinata

BALAI PENELITIAN LINGKUNGAN PERTANIAN

  BIODATA

  OUTLINE SEJARAH PENGGUNAAN PESTISIDA MASALAH & DAMPAK PESTISIDA

  1

  2

  3

TEKNOLOGI PENANGANAN

  4

  5

PENUTUP SEKILAS BALINGTAN

  Sekilas Balingtan

  1

  

Balai Penelitian Lingkungan Pertanian (Balingtan)

  Badan Litbang Pertanian Kementerian Pertanian

PETA LOKASI

  

BALAI PENELITIAN LINGKUNGAN PERTANIAN

(BALINGTAN)

  BALAI PENELITIAN LINGKUNGAN PERTANIAN (BALINGTAN) since 2006 Permentan No. 07/Permentan/OT.140/3/2006 Melaksanakan penelitian GRK dan pencemar lingkungan dan penanggulangannya di lahan pertanian

  Sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian

  Sekilas Balingtan

TUGAS POKOK

  Laboratorium Balingtan (SNI ISO/IEC 17025: 2008; LP-556-IDN) GRK PESTISIDA Sekilas Balingtan

LOKASI BIMTEK TRL

  TERIMA KASIH TIM KHUSUS ANTI POLUTAN

(TIMSUS TITAN 100)

  

TUGAS : melindungi kesehatan manusia dan lingkungan hidup dari bahan

pencemar organik yang persisten

  DENSUS 88 KOPASSUS

  

TUGAS : untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah

Indonesia

CIKAL BAKAL LAB BALINGTAN

  JAKENAN BOGOR

  Sejarah Penggunaan Pestisida

  2

  Masalah Pestisida Th 1960 – 1970 organoklorin (DDT) Dept. Kesehatan dan Dept. Pertanian

  Dampak Warisan

  Bapak Salim, Desa Banjaratma, Kec.

  Bulakamba, Brebes merupakan saksi hidup

penggunaan organoklorin pada tahun 1960-an Masalah dan Dampak Pestisida

  3 Lingkungan Global  Perubahan iklim  Deforestasi  Kelangkaan air

 Kepunahan spesies

 Populasi penduduk

  Paradigma Pertanian Ramah Lingkungan (Sumarno, 2006)

  a) Keragaman hayati dan keseimbangan ekologis biota terjaga b) Kualitas sumberdaya alam secara fisik, kimiawi, hayati terpelihara c) Lingkungan pertanian terhindar dari kontaminan/cemaran d) Produktivitas lahan meningkat

  e) OPT terkendali

  f) Produk pertanian aman (bahan pangan dan pakan)

  

UU NOMOR 19 TAHUN 2009

TENTANG

PENGESAHAN STOCKHOLM CONVENTION ON PERSISTENT ORGANIC

POLLUTANTS (KONVENSI STOCKHOLM TENTANG BAHAN

PENCEMAR ORGANIK YANG PERSISTEN)

  

Dalam beberapa dekade terakhir ini masyarakat dunia

telah secara luas mengembangkan 100.000 bahan kimia

sintetis yang digunakan untuk mengendalikan penyakit,

meningkatkan produksi pangan, dan memberikan

kenyamanan dalam kehidupan sehari-hari. Angka tersebut

belum termasuk pertambahan sekitar 1.500 bahan kimia

baru setiap tahunnya. Hal ini terjadi karena adanya

kecenderungan perubahan pola perilaku ekonomi

berbasis karbohidrat (carbohydrate-based economy) ke

arah pola perilaku ekonomi berbasis bahan kimia

(chemical-based economy).

  

POPs

MASALAH PERTANIAN KITA

  • • Bahan pencemar organik yang persisten (persistent

    organic pollutants) atau lebih dikenal dengan POPs.
  • • POPs memiliki sifat beracun, sulit terurai,

    bioakumulasi dan terangkut, melalui udara, air, dan spesies berpindah dan melintasi batas internasional serta tersimpan jauh dari tempat pelepasan, tempat bahan tersebut berakumulasi dalam ekosistem darat dan air.

  

Konvensi Stockholm

Pada tanggal

23 Mei 2001 Pemerintah Indonesia

  

ikut serta menandatangani Stockholm Convention

on Persistent Organic Pollutants (Konvensi

Stockholm tentang Bahan Pencemar Organik yang

Persisten), yang bertujuan melindungi kesehatan

manusia dan lingkungan hidup dari bahan

pencemar organik yang persisten

UU NOMOR 19 TAHUN 2009

  

berdasarkan Konvensi Stockholm, telah teridentifikasi

12 bahan yang dikategorikan sebagai bahan pencemar

organik yang persisten (POPs) yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan hidup;

  1. dioxin, 2. furan,

  3. PCB, 4. aldrin, 5. endrin, 6. dieldrin,

  7. hexachlorobenzene, 8. mirex, 9. toxaphene, 10. heptaklor, 11. chlordane dan

  12. DDT

  12 POPs 50 - 100 tahun

UU NOMOR 19 TAHUN 2009

  

Bahwa sejumlah bahan pencemar tersebut masih

ditemukan di Indonesia sehingga perlu dilakukan

pengelolaan yang berwawasan lingkungan

terhadap timbunan residu bahan pencemar

organik yang persisten, serta pengawasan yang

lebih ketat terhadap peredaran bahan pencemar

organik yang persisten dan pencegahannya.

  Toksisitas dan Persistensi

Pestisida Toksisitas Persistensi MPI

Lindan

  II 20 tahun Aldrin

  I

  14

  • – 15 tahun Dieldrin

  I 15 tahun Endosulfan

  II 5 0,36

  • – 8 bulan Klorpirifos

  II 60 0,6

  • – 120 hari

  Karbofuran

  I 30 0,6 – 60 hari Propineb

  III < 30 hari 0,42 Mankozeb

  III < 30 hari 1,8 Profenofos

  II 1 minggu 0,6 Fenitration

  II < 30 hari 0,3 BPMC

  II > 30 hari 0,72 Sumber : Wong (1997) MPI = Maximum Permissible Intake (mg/person/day)

PERTANIAN SAAT INI

  Masalah Pestisida

  Penggunaan pestisida saat ini sudah

  menjadi keharusan, karena petani takut resiko gagal panen.

  Tidak lagi mengikuti prinsip PHT, bahwa pestisida merupakan pilihan terakhir.

  PENGGUNAAN PESTISIDA TIDAK TEPAT GUNA :TIDAK TEPAT JENISTIDAK TEPAT DOSISTIDAK TEPAT CARATIDAK TEPAT SASARANTIDAK TEPAT WAKTUTIDAK TEPAT TEMPAT

  Masalah Pestisida Residu Pestisida Contoh Jenis Residu Referensi

  Beras Lindan, Aldrin, Endosulfan, Ardiwinata et al. (1997) Klorpirifos, Diaziron, Heptaklor, Sukarno (2001) DDT, Karboril Ardiwinata et al. (1999) Ismaya (1996)

  Kedelai Lindan, Dieldrin, BPMC, MIPC, Samudra et al. (1992) Klorpirifos, Fention, Karbofuran, Ardiwinata et al. (1997) Heptaklor, DDT, Karboril, Diaziron

  Susu Sapi Lindan, Dieldrin, Endosulfan, Iljas et al. (1986) DDT Telur Ayam Kampung DDT, Aldrin, Dieldrin, Lindan, Ashari (1986) Endrin Buah-buahan Sihalotrin, Deltametrin, Arvina (1998) Propineb, Diaziron, Klorpirifos, Syahbirin et al. (2001)

  Benomyl, Carbendazim Sayuran DDT, Endosulfan, Lindan, Aldrin, Karindah (1995) Dieldrin, Diazinon, Fermitrotion, Japanto (1992) Malation, Fention

  Masalah Pestisida Contoh Jenis Residu Referensi Tanah Lindan, Aldrin, Endosulfan, Gumlazuardi et al. (1992) Karbofuran, MIPC, BPMC, Sulaksono (2001)

  Klorpirifos Ardiwinata et al. (1994) Ohsawa et al. (1985)

  Air Sawah Lindan, Aldrin, Endosulfan Sulaksono (2001) Ardiwinata et al. (1994) Ohsawa et al. (1985)

  Air Sungai Organoklorin Ardiwinata & Djazuli (1992) Air Embung Lindan, Endosulfan Ardiwinata et al. (1999) Air Laut Organoklorin Ardiwinata & Djazuli (1992)

  Contoh Jenis Residu Referensi

  Burung Air Lindan, Aldrin, Endosulfan, Dieldrin, DDT, Endrin, Klorpirifos, Diazinon, Karbofuran Ginoga (1999) Nursoleh (1998)

  Pakan ternak Endosulfan, Klorpirifos Nuraini (2002) Ikan Karbofuran, Diazinon, kuinalfos, fonafos Samudra et al. (1989) Katak Karbofuran

  Winoto (1995) Daging Kambing Endosulfan, Klorpirifos, Profenofos, Betasiflutrin, Adamektrin Nuraini (2002)

  Telur Burung Organoklorin Ginoga (1999) Indraningsih et al. (1988)

  Masalah Pestisida Dampak Pestisida

  Dampak Negatif Pestisida

(Endocrine Disrupting Pesticides),

  • EDs

  mengganggu sistem hormon dan reproduksi wanita dan laki-laki.

  , perangsang munculnya kanker.

  • Korsinogenik

  Pestisida yang dapat mengganggu sistem hormon dan reproduksi Pestisida Merusak Merusak Berpengaruh Berpengaruh metabolisme fungsi tiroid terhadap terhadap steroid spermato-genesis reproduksi ✔ atrazine ✔ carbofuran

  ✔ conazole lindane ✔ amitrole

  ✔ ✔ ✔ ✔ some- dithiocarbamates (maneb, zineb, mancozeb) ioxynil

  ✔ ✔ metribuzin

  ✔ ✔ pyrethroid ✔ trifluralin

  ✔ copper fungicides glyphosate

  ✔ some-organophosphate ✔ ✔ ✔

  2,4-D

  Sumber : Luther (2002)

  Dampak Pestisida Dampak negatif pestisida

  1. Penggunaan pestisida kimia secara berlebihan dapat menyebabkan organisme di dalam tanah mati.

  2. Penggunaan pestisida dengan dosis yang melebihi aturan dapat menyebabkan tertinggal residu pestisida di lingkungan dan produk pertanian

  Dampak Pupuk & Pestisida

TANAH SAKIT

  • TANAH SAKIT (Soil Sickness) : AKIBAT PENGGUNAAN LAHAN PERTANIAN SECARA INTENSIF DENGAN INPUT TEKNOLOGI PERTANIAN (PUPUK ATAU PESTISIDA) YANG TINGGI ATAU BERLEBIHAN

  Akibatnya tanah kekurangan fitohormon dan kandungan organik menurun drastis. Tanah subur kandungan organik > 5%. Kandungan organik tinggi maka populasi mikroba meningkat

  Residu Organoklorin (Jawa Tengah, 2007) Masalah Pestisida

  Residu Organoklorin (Jawa Tengah, 2007) Masalah Pestisida

  Residu Organoklorin (Jawa Tengah, 2007) Masalah Pestisida

PESTISIDA DI JATENG

  0,3

  3 5,7

  insektisida

  16,8

  fungisida herbisida lain-lain

  77,2

  non registrasi

JENIS INSEKTISIDA DI JATENG

  piretroid 15,1

  4 33,9 karbamat

  4 org fosfat

  17,1 neristoksin fenil pirazol

  25,9 lain-lain

  Masalah Pestisida POPs DI JAWA BARAT, JAWA TENGAH DAN JAWA TIMUR Kisaran residu POPs (ppm) Senyawa POPs Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur

  • Lindan 0,0023-0,00024 0,0024-0,0466 Aldrin
  • 0,0037-0,0199 Endosulfan 0,0002-0,0005 0,0157-0,0357 0,0003-0,0006

  Sumber : Ardiwinata (1999)

  Masalah Pestisida POPs pada contoh sayuran, Jawa Tengah, 2007

  Jawa Tengah No. Senyawa POPs Konsentrasi Jenis Sayuran dan Lokasi (ppm)

  0,0376 Cabe, Mijen Demak

  1 α - BHC

  0,8262 Bw.merah, Tanjung Brebes

  2 Lindan 0,1524*) Bw.merah, Wanasari Brebes

  3 Heptaklor 0,2816*) Wortel, Tawangmangu

  4 Aldrin Karanganyar

  0,6300 Bw.merah, Tanjung Brebes

  5 Dieldrin 2,7732 Wortel, Tawangmangu

  6 Endrin Karanganyar

  0,4908 Kubis, Sawangan Magelang 7 4,4-DDT Cabe, Mijen Demak

  8 Endosulfan 0,0041 Ket : *) = melebihi BMR (heptaklor 0,05 ppm, aldrin 0,1 ppm, klorpirifos 0,05 ppm) (SKB Menkes dan Mentan No.

  881/Menkes/SKB/VIII/1996 dan No. 711/Kpts/TP.270/8/96 Tahun 1996 tentang Batas Maksimum Residu Pestisida pada Hasil Pertanian). Permentan Nomor 01/Permentan/OT.140/1/2007 bahwa senyawa-senyawa tersebut dilarang

  Lokasi Jenis dan konsentrasi insektisida yang terpapar dalam darah petani (ppm) Brebes Lindan

  (0,0399-0,1336) Aldrin (0,0363-0,0989) Heptaklor

  (0,0109-0,0480) Endosulfan (0,0077-0,0931)

  Pati Lindan (0,0362-0,1613)

  Aldrin (0,0340-0,1260) Heptaklor

  (0,0105-0,0356) Endosulfan (0,0089-0,1493)

  Magelang Lindan (0,0263-0,7732) Aldrin

  (0,0273-0,0922) Heptaklor (0,0087-0,0412) Endosulfan

  (0,0077-0,0931) ADI 0,008 0,0001 0,0005 0,008 Residu organoklorin di darah petani di sentra sayuran Jawa Tengah (Brebes, Pati, dan Magelang), 2007

  Sumber: Indratin et al., 2007; ADI (Acceptable Daily Intake)**

  Masalah Pestisida Masalah Pestisida

  Masalah Pestisida

  Pengambilan sampel darah di Ngurensiti, Pati. 2007

Masalah Pestisida

  Residu Insektisida di Tanah, Brebes 2018 Lokasi

  Klorpirifos Profenofos

  • mg/kg-----

  Ds. Kersana, Kec. Kersana 0.1940 0.0120 Ds. Siwuluh, Kec. Bulukamba 0.0690 0.5100 Ds. Tegalglagah, Kec. Bulukamba 0.1480 0.4210 Ds. Sisalam, Kec. Wanasari (BI) 0.0260 0.1000 Ds. Jatimakmur, Kec. Songgom 0.0080 0.0210 BMR

  LOD Klorpirifos = 0.002 ppm LOD Profenofos = 0.001 ppm

  Masalah Pestisida

  Residu pestisida di bawang merah, Brebes 2018 Lokasi Klorpirifos Prefenofos

  • mg/kg----

  Ds. Kersana, Kec. Kersana 0.0050 <LOD Ds. Limbangan, Kec. Brebes 0.0080 <LOD Ds. Krasak, Kec. Brebes

  0.0060 <LOD Ds. Sisalam, Kec. Wanasari <LOD <LOD Ds. Jatimakmur, Kec. Songgom 0.0050 <LOD BMR

  0.2000 0.5000 ADI (mg/kg bw/d)

  0.0030 0.0001

  LOD Klorpirifos = 0.002 ppm BMR (Batas Maksimum Residu ) = SNI 7313:2008 Masalah Pestisida

  Hasil wawancara petani 7% 14% 50% 29%

  Umur Petani < 30 th 30-40 th 41-50 th > 50 th

  7% 57% 14% 22% Dosis penyemprotan sesuai dosis 2 x dosis 2- 3 x dosis Asal tuang Hasil wawancara dengan 14 petani di Kab Brebes, Februari 2018.

  Masalah Pestisida

  Masalah Pestisida Jumlah Pestisida dalam 1 kali Interval Waktu Penyemprotan 4-5 macam 4-6 macam 5-6 macam 6-7 macam penyemptotan 2 hr 1 x 2-3 hr 1X 2-4 hr 1x 2-5 hr 1x 3 hr 1x 3-5 hr 1x 14% 14% 29% 7% 43% 21% 22% 21%

  7% 22% Hasil wawancara dengan 14 petani di Kab Brebes, Februari 2018.

  • (GK)
  • (GK) 0,0012
  • (GK)
  • (GK) 0,0008
  • (GK) 6 4,4 DDT 0,0720
  • (GK) 0,0037
  • (GK)

  0,0036 (GK)

  (B)

  (B)

  (GK) 0,0128

  (B) 0,0010

  (B)

  0,0024 (B)

  0,0022 (GK)

  5 Endrin 0,0256 (B)

  (B)

  0,0060 (B)

  0,0008 (GK)

  4 Dieldrin 0,0908 (B)

  0,0008 (GK)

  0,0010 (B)

  0,0648 (B)

  POPs (ppm) pada tanah, air dan padi di Yogyakarta, 2007.

  0,0004 (GK)

  3 Aldrin 0,1276 (B)

  0,0008 (B)

  0,0028 (B)

  0,0244 (B)

  0,0008 (GK)

  2 Heptaklor 0,1816 (B)

  0,0007 (B)

  0,0012 (B)

  0,0020 (GK)

  0,0388 (B)

  0,0012 (GK)

  1 Lindan 0,3616 (B)

  No. Senyawa POPs Padi Tanah Air Tertinggi Terendah Tertinggi Terendah Tertinggi Terendah

  Ket : S : Sleman, B : Bantul, GK : Gunung Kidul, KP : Kulon Progo Sumber : Laporan Hasil Penelitian Balingtan (2007)

  No. Kabupaten Kadar POPs (ppm)

  11 Sumedang 0,0254

  0,2806

  Jumlah

  16 Bekasi -

  15 Karawang 0,0175

  14 Purwakarta -

  13 Subang 0,0279

  12 Indramayu 0,0155

  10 Majalengka 0,0286

  1 Bogor -

  9 Cirebon 0,0327

  8 Kuningan 0,0268

  7 Ciamis 0,0067

  6 Tasikmalaya 0,0311

  5 Garut 0,0108

  4 Bandung 0,0215

  3 Cianjur 0,0108

  2 Sukabumi 0,0253

  POPs PADA PADI DI JAWA BARAT Ket : Residu POPs (lindan, heptaklor, aldrin, DDT, dan endosulfan) Sumber : Laporan Hasil Penelitian Balingtan (2008)

  0,005 0,01 0,015 0,02 0,025 0,03 0,035

  K o n s e n tr a s i (p p m )

  Organoklorin Organofosfat Golongan insektisida

  Residu Pestisida Tertinggi di Jawa Barat Bogor Sukabumi Cianjur Bandung Garut Tasikmalaya Ciamis Kuningan Cirebon Majalengka Sumedang Indramayu Subang Purwakarta Karawang

  0,005 0,01 0,015 0,02 0,025 0,03 0,035

  K o n s e n t r a s i (p p m )

  Air Tanah Tanaman Jenis Contoh

  Residu Organoklorin Pada Tanah, Air dan Tanaman Bogor Sukabumi Cianjur Bandung Garut Tasikmalaya Ciamis Kuningan Cirebon Majalengka Sumedang Indramayu Subang Purwakarta Karawang Bekasi

  0,002 0,004 0,006 0,008

  0,01 0,012 0,014

  K o n s e n tr a s i (p p m )

  Air Tanah Tanaman Jenis Contoh Residu Organofosfat Pada Tanah, Air dan

  Tanaman Bogor Sukabumi Cianjur Bandung Garut Tasikmalaya Ciamis Kuningan Cirebon Majalengka Sumedang Indramayu Subang Purwakarta Karawang Bekasi

  

Peta Sebaran Jenis Pestisida di Jabar, 2008

  • Insektisida adalah yang paling banyak digunakan dan tersebar semua daerah terutama daerah Cirebon, Indramayu, Majalengka, Sumedang, Bandung, Kuningan,Ciamis dan Tasikmalaya.

  

Peta Sebaran Residu Organoklorin, Jabar 2008

Berdasarkan peta sebaran residu organoklorin terlihat bahwa

residu organoklorin dominan terdeteksi pada tanah, air, dan tanaman di kabupaten Cirebon, Indramayu, Subang, Karawang, Sukabumi, Cianjur.

  Jenis Pestisida di Jawa Timur

  • INSEKTISIDA

  klorpirifos, karbofuran, BPMC, MIPC, endosulfan, sipermetrin, sihalotrin, buprofezin, deltametrin, fipronil, diazinon, klorfuazuron,imidaklorpid, alfametrin

  • HERBISIDA parakuat, glifosat, oksadiazon, DMA, metil metsulfuron
Residu pestisida di beras C (ppm) BMR (ppm)*

  • Aldrin 0,0092
    • BHC 0,0016
      • – 0,0468

    • Endosulfan 0,0018

  1

  • – 0,0196
    • Klorpirifos 0,0040

  • – 0,0078 0,1
  • – 0,0041 0,5
    • Parakuat 0,0015
      • SKB Menkes dan Mentan (1996)

  Konsentrasi residu TINGGI

  1. Madiun 0,0633 ppm

  2. Pasuruan 0,0558 ppm 3.

  Magetan 0,0302 ppm

  4. Malang 0,0246 ppm RENDAH 1.

  Lamongan 0,0041 ppm

  2. Bojonegoro 0,0071 ppm

  

Indeks Keragaman Makrozoobentos

  • > 3 tidak tercemar
  • 1 – 3 tercemar ringan
  • < 1 tercemar berat

  (1,688)

  • MadiunPasuruan (1,500)
  • Lamongan (1,252)
  • Bojonegoro (1,483)

  Masalah Pestisida Residu Insektisida di Sungai Citarum, Maret 2018 Teknologi Penanganan

  4

  Model Pertanian Ramah Lingkungan

  1. Peningkatan Produktivitas

  2. Rendah Emisi GRK

  3. Adaftif tehadap PI

  4. Penerapan PHT

  5. Rendah cemaran logam berat Pertanian dan residu pestisida

  Ramah Lingkungan

  6. Zero waste

  7. Pemanfaatan sumberdaya lokal

  8. Terjaganya biodiversitas

  9. Integrasi tanaman-ternak

  FGD Penyehatan lahan, Tegal 2018 Difasilitasi oleh BI

  

Kerjasama dengan Komunitas Organik

Mengembangkan Produk Ramah Lingkungan

  Gunakan biopestisida / pestisida nabati

untuk pengendalian

OPT

  

Sudahkah anda memanfaatkan limbah pertanian

kita secara optimal ?

  Teknologi Remediasi Limbah Pertanian Sekam padi

  Tempurung Kelapa ± 17,5 juta ton/tahun ± 12 juta ton/tahun TKKS Bonggol Jagung ± 20 juta ton/tahun ± 8 juta ton/tahun Arang Aktif Sekam Padi Arang Aktif

Tempurung Kelapa

  Arang Aktif Tongkol Jagung Biochar dan Arang Aktif

  Teknologi Remediasi

  Diagram Pembuatan Arang Aktif Produk Kimia Destilasi Fenol, as. Cuka, ASAP Destilat BAHAN BAKU alkohol Sekam padi

  Kondensasi Karbonisasi 500 Jerami padi °C Aktivasi 800-900 °C Serasah Kulit jagung Kelapa sawit Temp kelapa ARANG

ARANG AKTIF

  Bongkol sayuran jagung KOMBINASI PUPUK Pupuk

  

BRIKET Aplikasi di

Multifungsi ARANG lahan Penyubur Bahan penangkap Bahan Baku

  Slow release pencemar Alternatif pengganti minyak Pengendali tanah pencemar Meningkatkan mikroba pendegradasi Meningkatkan mikroba Teknologi Pemanfaatan Arang Aktif untuk

Mengendalikan Residu Pestisida di Lahan Pertanian

  • Selektif terhadap residu insektisida organoklorin, organofosfat dan karbamat
  • Arang aktif menjadi ”rumah tinggal” yang baik baik bakteri pendegradasi residu insektisida di tanah
  • Ukuran serbuk : 50 – 100 mesh
  • Memiliki daya serap I2 :
  • AA Sekam = 460,4 mg/g
  • AA Tempurung Kelapa = 1.191,7 mg/g
  • AA Bonggol Jagung = 887,1 mg/g
  • AA TKKS = 315,2 mg/g
  • Rendemen AA : 15 – 20 %
  • Sudah dipatenkan

  Dikembangkan oleh Lab Residu Bahan Agrokimia, Balingtan sejak tahun 2005

  Da y a serap 200 400 600 800

Daya erap

1000 1200 Ben

  Iod tonit

27.9 Zeo

  lit

  32.32 beb

  Fly a sh

36.62 D

  Bok a asi 222.7 y erapa

  Abu a gos ok

  307.6 e

  Kom r

  Pup a pos

  312.3 B p uk o a rga nik h

  411.5 Io arang

  K. s a d

  K. T eka n m em

  425.6 ( B p. k m elap a a 456.7 KA g k

  . Se u kam

  /g 460.4

  Am ) aktif s te a

  

474.9

K. k ayu 515.9

  KA . Ba (mg/ mbu

  795.82 KA

ARANG AKTIF

  • Arang Aktif :
  • • Arang yang diaktifkan sehingga

    memiliki daya serap tinggi
  • min 750 mg/g

  Bahan : - Tempurung kelapa - Sekam padi Manfaat Arang Aktif :

  Pengendali residu pestisida dan logam berat Pupuk multifungsi Meningkatkan mikrobia berguna dalam 40 Bakteri tanah tanah ri e t lo i n b a k 30 Bakteri pengikat nitrogen o J u m la h k 10

  20 Karbon aktif Kontrol Arang Arang Aktif

PORI ARANG AKTIF

  Arang / Biochar Arang Aktif Teknologi Pelapisan Pupuk Urea dengan Arang Aktif

  • Dikembangkan oleh Lab Residu Bahan Agrokimia, Balingtan sejak tahun 2008.
  • Urea yang dilapis AA memiliki multifungsi : tidak mudah menguap, slow release (tidak mudah larut) , menahan dan mengurai residu insektisida.
  • Ukuran serbuk AA : 100 mesh
  • Cara pelapisan : menggunakan alat rotary

  granulator

  • Sudah dipatenkan

  Teknologi Remediasi Urea Berlapis Arang Aktif

  Nomor Paten : IDP000046301

  • N-slow release bila diaplikasikan di tanah.
  • Meningkatkan efisiensi pemupukan nitrogen dan mengurangi dampak pencemaran.
  • Membantu penurunan residu pestisida dan mengikat logam berat

  Komposisi: Urea, Arang aktif, Molases

  Daya Serap AA

  1000

  I

  2 (mg/g)

  500 TK BJ SP TKKS

  AA

  901,1 887,1

  330,6 315,2

  Teknologi Remediasi

SNI 06-3730-1995

  “Bekerjalah dengan memanfaatkan bahan-

bahan yang ada disekitar kita” (Ardiwinata,

2006)

TUNGKU PEMBAKAR LIMBAH

  Alat Pembuat Arang (Aktif)

  Dikembangkan oleh Lab Residu Bahan Agrokimia, Balingtan sejak tahun 2005

  Alat Pirolisis Pembuat Arang yang Ramah Lingkungan

  • Limbah pertanian a.l. sekam padi, tempurung kelapa, bonggol jagung dan tandan kosong kelapa sawit.
  • Ramah lingkungan, karena asap yang dihasilkan dirubah menjadi metanol, fenol, asam asetat dan asam benzoat.
  • Terbuat dari drum bekas, dan dapat dibongkar pasang.
  • Ciri : pada bagian tutup drum limbah pertanian terdapat tiga lubang keluaran asap dan pada bagian drum destilasi terdapat pipa destilasi yang berbentuk spiral yang melingkar.
  • Kapasitas limbah : 15 kg kering
  • Kecepatan pembakaran : 2 – 4 jam
  • Cairan destilat yang dihasilkan 3 – 5 liter
  • Rendemen arang : 20 – 30 %
  • Sudah dipatenkan

TUNGKU PEMBAKAR LIMBAH

  No. Paten: IDP00040241 Inventor: Asep Nugraha dkk.

KANDUNGAN KIMIA ASAP CAIR

  

UTK BAHAN BAKU TEMPURUNG KELAPA DAN SEKAM

PADI: METANOL: 0,02 DAN 0,03 % FENOL: 0,33 DAN 0,08% ASAM ASETAT: 3,73 DAN 3,09% ASAM BENZOAT: 0,0004 DAN 00004%

FILTER INLET OUTLET

  “Fio” Penyaring Residu Pestisida

  • • Terbuat dari plastik dan kawat kasa

  • • Dilengkapi dengan 11 silinder yang

    berisi AA yang dapat diisi ulang.

  • Kapasitas silinder : 100 gr
  • • Ditempatkan pada inlet dan outlet

    petakan sawah
  • Fungsi : untuk menahan residu

    insektisida agar tidak masuk ke

    saluran primer atau sungai.
  • • Dimensi : p 35,0 cm, l 24,5, t 22,5

    cm
  • Ringan (850 gr), murah pembuatannya
  • Sudah dipatenkan

  

AMD / PURP

Alat Multi Deteksi / Perangkat Uji Residu Pestisida

  Inventor : Asep Nugraha A dkk

PURP AMD GC

  5

  • – 10 Menit

  1

  • – 2 Minggu

  15

  • – 20 Jt 750 Jt – 1 M

  

Alat deteksi residu pestisida praktis

Laser pointer Botol minyak angin

  HP (Light sensor)

  Kapasitas sorpsi (Xm) Arang T. Kelapa 135,14

  • – 769,23 μg/g Arang Sekam Padi 31,35
  • – 40,32 μg/g

  Daya sorpsi (K) Arang T. Kelapa 0,17

  • – 1,06 μg/g Arang Sekam Padi 4,13
  • – 5,70 μg/g

  Residu di lapangan Insektisida 0,1

  • – 1,0 μg/g

  Teknologi Remediasi Filter Inlet Outlet (FIO)

  • • Penyaring kontaminan yang

    terbawa oleh air masuk dan

    keluar persawahan (logam

    berat dan residu pestisida)

  Nomor Paten : IDS000001383 Bakteri Pendegradasi Pestisida Arthrobacter sp.

  Actinomycetes Azospirillum lipoterum Streptomycetes spp.

  Achromobacter sp.

  Micrococcus sp.

  Bacillus sp Pseudomonas cepacia Pseudomonas putida.

  Tricoderma sp Azotobacter sp Nocardia sp Flavobacterium spp.

  Rhodococcus sp. Pseudomonas aeruginosa

  

Pengaruh perlakuan terhadap populasi bakteri

di lahan padi

No. Perlakuan Citrobacter Enterobacter S. natans Bacillus sp. Azotobacter Azospirrillium

  1 Kontrol 1.0 x 10 10 2.0 x 10 8 5.2 x 10 7 7.1 x 10 9 2.2 x 10 9 5.0 x 10 9

  2 Sekam Padi 7.0.x.10 9 1.9 x 10 9 1.5 x 10 7 1.7 x 10 9 1.7 x 10 9 3.0 x 10 9

  3 T Kelapa 2.0 x 10 9 6.0 x 10 9 - 1.5 x 10 8 2.5 x 10 9 6.0 x 10 9

  4 TK + Urea 5.2 x 10 8 3.2 x 10 8 2.4 x 10 7 1.8 x 10 8 1.8 x 10 9 4.7 x 10 9

  5 T Jagung 2.7 x 10 10 1.2 x 10 10 8.0 x 10 6 1.2 x 10 8 1.2 x 10 10 1.9 x 10 9

  6 TKK Sawit 9.6 x 10 8 1.0 x 10 7 7.0 x 10 6 3.8 x 10 8 2.4 x 10 8 2.0 x 10 9

  7 Zeolit 3.2 x 10 8 1.1 x 10 8 7.0 x 10 6 1.4 x 10 8 2.2 x 10 8 4.0 x 10 9

  8 TK Urea Fio 5.4 x 10 10 1.0 x 10 10 1.5 x 10 7 2.5 x 10 9 2.0 x 10 9 3.9 x 10 9 Unit : cfu/g

  ST1 Achoromobacter sp

  S2En Catenococcus thiocycli

  S3Chl Heliothrix oregonensis

  S4Hex Bacillus subtillis

  

Pestisida Toxaphen Endrin Chlordane HCB

% - degradasi

  83.8

  82.1

  82.5

  81.7 Persentase degradasi senyawa POPs

Mikroba Pendegradasi Residu POPs

  

Hasil uji sequensing 16S rDNA menggunakan BLAST

  Pengaruh arang aktif terhadap klorpirifos dan lindan pada air outlet di lahan padi ppm 0,0008 klorpirifos 0,0006 lindan 0,0004

  > 50 % 0,0002 Se TK+ Kont T Z TK u TKK T . eol .

  Amelioran jagu ka Ke urea it rol m re Sa lapa ng a padi w Fio it

  Penggunaan Biochar 10 ton /ha

  

BMR or MRL

Batas Maksimum Residu Pestisida

  

Maximum Residue Limits

  s

W

  s

W

  Penutup

  5

  

Penutup

  • • Pembangunan pertanian ke depan diarahkan pada

    pemenuhan pangan (food), pakan (feed), dan energi terbarukan (fuel) dengan menerapkan model perencanaan pembangunan pertanian ramah lingkungan (m-P3RL).
  • • Lemahnya pemahaman dan penguasaan teknologi tidak

    hanya bersumber dari petani tetapi juga kurangnya sosialisasi dan sistem pembinaan serta permodalan.
  • • Diseminasi teknologi ramah lingkungan hulu-hilir dengan

    pendekatan sosio ekologis akan terus menerus diupayakan

    dan kerjasama dengan berbagai pihak perlu ditingkatkan.

  • • Dukungan terhadap kegiatan penelitian dan pengembangan

    konsep pengendalian OPT RL harus ditingkatkan.

  Dr. Asep Nugraha Ardiwinata

  Jl. RAYA JAKENAN – JAKEN KM 05 KOTAK POS 5 JAKENAN – PATI 59182TELEPON 62-(0295) 4749044/ FAXSIMILI 62-(0295) 4749045