RESIDU PESTISIDA DAN TEKNIK IDENTIFIKASI SERTA PENANGANANNYA MENGGUNAKAN BAHAN DI SEKITAR KITA
RESIDU PESTISIDA DAN TEKNIK IDENTIFIKASI SERTA PENANGANANNYA MENGGUNAKAN BAHAN DI SEKITAR KITA
Asep Nugraha Ardiwinata
BALAI PENELITIAN LINGKUNGAN PERTANIAN
BIODATA
OUTLINE SEJARAH PENGGUNAAN PESTISIDA MASALAH & DAMPAK PESTISIDA
1
2
3
TEKNOLOGI PENANGANAN
4
5
PENUTUP SEKILAS BALINGTAN
Sekilas Balingtan
1
Balai Penelitian Lingkungan Pertanian (Balingtan)
Badan Litbang Pertanian Kementerian Pertanian
PETA LOKASI
BALAI PENELITIAN LINGKUNGAN PERTANIAN
(BALINGTAN)
BALAI PENELITIAN LINGKUNGAN PERTANIAN (BALINGTAN) since 2006 Permentan No. 07/Permentan/OT.140/3/2006 Melaksanakan penelitian GRK dan pencemar lingkungan dan penanggulangannya di lahan pertanian
Sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian
Sekilas Balingtan
TUGAS POKOK
Laboratorium Balingtan (SNI ISO/IEC 17025: 2008; LP-556-IDN) GRK PESTISIDA Sekilas Balingtan
LOKASI BIMTEK TRL
TERIMA KASIH TIM KHUSUS ANTI POLUTAN
(TIMSUS TITAN 100)
TUGAS : melindungi kesehatan manusia dan lingkungan hidup dari bahan
pencemar organik yang persistenDENSUS 88 KOPASSUS
TUGAS : untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah
IndonesiaCIKAL BAKAL LAB BALINGTAN
JAKENAN BOGOR
Sejarah Penggunaan Pestisida
2
Masalah Pestisida Th 1960 – 1970 organoklorin (DDT) Dept. Kesehatan dan Dept. Pertanian
Dampak Warisan
Bapak Salim, Desa Banjaratma, Kec.
Bulakamba, Brebes merupakan saksi hidup
penggunaan organoklorin pada tahun 1960-an Masalah dan Dampak Pestisida
3 Lingkungan Global Perubahan iklim Deforestasi Kelangkaan air
Kepunahan spesies
Populasi penduduk
Paradigma Pertanian Ramah Lingkungan (Sumarno, 2006)
a) Keragaman hayati dan keseimbangan ekologis biota terjaga b) Kualitas sumberdaya alam secara fisik, kimiawi, hayati terpelihara c) Lingkungan pertanian terhindar dari kontaminan/cemaran d) Produktivitas lahan meningkat
e) OPT terkendali
f) Produk pertanian aman (bahan pangan dan pakan)
UU NOMOR 19 TAHUN 2009
TENTANG
PENGESAHAN STOCKHOLM CONVENTION ON PERSISTENT ORGANIC
POLLUTANTS (KONVENSI STOCKHOLM TENTANG BAHANPENCEMAR ORGANIK YANG PERSISTEN)
Dalam beberapa dekade terakhir ini masyarakat dunia
telah secara luas mengembangkan 100.000 bahan kimia
sintetis yang digunakan untuk mengendalikan penyakit,
meningkatkan produksi pangan, dan memberikan
kenyamanan dalam kehidupan sehari-hari. Angka tersebut
belum termasuk pertambahan sekitar 1.500 bahan kimia
baru setiap tahunnya. Hal ini terjadi karena adanya
kecenderungan perubahan pola perilaku ekonomi
berbasis karbohidrat (carbohydrate-based economy) ke
arah pola perilaku ekonomi berbasis bahan kimia
(chemical-based economy).
POPs
MASALAH PERTANIAN KITA
• Bahan pencemar organik yang persisten (persistent
organic pollutants) atau lebih dikenal dengan POPs.• POPs memiliki sifat beracun, sulit terurai,
bioakumulasi dan terangkut, melalui udara, air, dan spesies berpindah dan melintasi batas internasional serta tersimpan jauh dari tempat pelepasan, tempat bahan tersebut berakumulasi dalam ekosistem darat dan air.
Konvensi Stockholm
Pada tanggal23 Mei 2001 Pemerintah Indonesia
ikut serta menandatangani Stockholm Convention
on Persistent Organic Pollutants (Konvensi
Stockholm tentang Bahan Pencemar Organik yang
Persisten), yang bertujuan melindungi kesehatan
manusia dan lingkungan hidup dari bahan
pencemar organik yang persistenUU NOMOR 19 TAHUN 2009
berdasarkan Konvensi Stockholm, telah teridentifikasi
12 bahan yang dikategorikan sebagai bahan pencemar
organik yang persisten (POPs) yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan hidup;1. dioxin, 2. furan,
3. PCB, 4. aldrin, 5. endrin, 6. dieldrin,
7. hexachlorobenzene, 8. mirex, 9. toxaphene, 10. heptaklor, 11. chlordane dan
12. DDT
12 POPs 50 - 100 tahun
UU NOMOR 19 TAHUN 2009
Bahwa sejumlah bahan pencemar tersebut masih
ditemukan di Indonesia sehingga perlu dilakukan
pengelolaan yang berwawasan lingkungan
terhadap timbunan residu bahan pencemar
organik yang persisten, serta pengawasan yang
lebih ketat terhadap peredaran bahan pencemar
organik yang persisten dan pencegahannya.Toksisitas dan Persistensi
Pestisida Toksisitas Persistensi MPI
LindanII 20 tahun Aldrin
I
14
- – 15 tahun Dieldrin
I 15 tahun Endosulfan
II 5 0,36
- – 8 bulan Klorpirifos
II 60 0,6
- – 120 hari
Karbofuran
I 30 0,6 – 60 hari Propineb
III < 30 hari 0,42 Mankozeb
III < 30 hari 1,8 Profenofos
II 1 minggu 0,6 Fenitration
II < 30 hari 0,3 BPMC
II > 30 hari 0,72 Sumber : Wong (1997) MPI = Maximum Permissible Intake (mg/person/day)
PERTANIAN SAAT INI
Masalah Pestisida
Penggunaan pestisida saat ini sudah
menjadi keharusan, karena petani takut resiko gagal panen.
Tidak lagi mengikuti prinsip PHT, bahwa pestisida merupakan pilihan terakhir.
PENGGUNAAN PESTISIDA TIDAK TEPAT GUNA : TIDAK TEPAT JENIS TIDAK TEPAT DOSIS TIDAK TEPAT CARA TIDAK TEPAT SASARAN TIDAK TEPAT WAKTU TIDAK TEPAT TEMPAT
Masalah Pestisida Residu Pestisida Contoh Jenis Residu Referensi
Beras Lindan, Aldrin, Endosulfan, Ardiwinata et al. (1997) Klorpirifos, Diaziron, Heptaklor, Sukarno (2001) DDT, Karboril Ardiwinata et al. (1999) Ismaya (1996)
Kedelai Lindan, Dieldrin, BPMC, MIPC, Samudra et al. (1992) Klorpirifos, Fention, Karbofuran, Ardiwinata et al. (1997) Heptaklor, DDT, Karboril, Diaziron
Susu Sapi Lindan, Dieldrin, Endosulfan, Iljas et al. (1986) DDT Telur Ayam Kampung DDT, Aldrin, Dieldrin, Lindan, Ashari (1986) Endrin Buah-buahan Sihalotrin, Deltametrin, Arvina (1998) Propineb, Diaziron, Klorpirifos, Syahbirin et al. (2001)
Benomyl, Carbendazim Sayuran DDT, Endosulfan, Lindan, Aldrin, Karindah (1995) Dieldrin, Diazinon, Fermitrotion, Japanto (1992) Malation, Fention
Masalah Pestisida Contoh Jenis Residu Referensi Tanah Lindan, Aldrin, Endosulfan, Gumlazuardi et al. (1992) Karbofuran, MIPC, BPMC, Sulaksono (2001)
Klorpirifos Ardiwinata et al. (1994) Ohsawa et al. (1985)
Air Sawah Lindan, Aldrin, Endosulfan Sulaksono (2001) Ardiwinata et al. (1994) Ohsawa et al. (1985)
Air Sungai Organoklorin Ardiwinata & Djazuli (1992) Air Embung Lindan, Endosulfan Ardiwinata et al. (1999) Air Laut Organoklorin Ardiwinata & Djazuli (1992)
Contoh Jenis Residu Referensi
Burung Air Lindan, Aldrin, Endosulfan, Dieldrin, DDT, Endrin, Klorpirifos, Diazinon, Karbofuran Ginoga (1999) Nursoleh (1998)
Pakan ternak Endosulfan, Klorpirifos Nuraini (2002) Ikan Karbofuran, Diazinon, kuinalfos, fonafos Samudra et al. (1989) Katak Karbofuran
Winoto (1995) Daging Kambing Endosulfan, Klorpirifos, Profenofos, Betasiflutrin, Adamektrin Nuraini (2002)
Telur Burung Organoklorin Ginoga (1999) Indraningsih et al. (1988)
Masalah Pestisida Dampak Pestisida
Dampak Negatif Pestisida
(Endocrine Disrupting Pesticides),
- EDs
mengganggu sistem hormon dan reproduksi wanita dan laki-laki.
, perangsang munculnya kanker.
- Korsinogenik
Pestisida yang dapat mengganggu sistem hormon dan reproduksi Pestisida Merusak Merusak Berpengaruh Berpengaruh metabolisme fungsi tiroid terhadap terhadap steroid spermato-genesis reproduksi ✔ atrazine ✔ carbofuran
✔ conazole lindane ✔ amitrole
✔ ✔ ✔ ✔ some- dithiocarbamates (maneb, zineb, mancozeb) ioxynil
✔ ✔ metribuzin
✔ ✔ pyrethroid ✔ trifluralin
✔ copper fungicides glyphosate
✔ some-organophosphate ✔ ✔ ✔
2,4-D
Sumber : Luther (2002)
Dampak Pestisida Dampak negatif pestisida
1. Penggunaan pestisida kimia secara berlebihan dapat menyebabkan organisme di dalam tanah mati.
2. Penggunaan pestisida dengan dosis yang melebihi aturan dapat menyebabkan tertinggal residu pestisida di lingkungan dan produk pertanian
Dampak Pupuk & Pestisida
TANAH SAKIT
- TANAH SAKIT (Soil Sickness) : AKIBAT PENGGUNAAN LAHAN PERTANIAN SECARA INTENSIF DENGAN INPUT TEKNOLOGI PERTANIAN (PUPUK ATAU PESTISIDA) YANG TINGGI ATAU BERLEBIHAN
Akibatnya tanah kekurangan fitohormon dan kandungan organik menurun drastis. Tanah subur kandungan organik > 5%. Kandungan organik tinggi maka populasi mikroba meningkat
Residu Organoklorin (Jawa Tengah, 2007) Masalah Pestisida
Residu Organoklorin (Jawa Tengah, 2007) Masalah Pestisida
Residu Organoklorin (Jawa Tengah, 2007) Masalah Pestisida
PESTISIDA DI JATENG
0,3
3 5,7
insektisida
16,8
fungisida herbisida lain-lain
77,2
non registrasi
JENIS INSEKTISIDA DI JATENG
piretroid 15,1
4 33,9 karbamat
4 org fosfat
17,1 neristoksin fenil pirazol
25,9 lain-lain
Masalah Pestisida POPs DI JAWA BARAT, JAWA TENGAH DAN JAWA TIMUR Kisaran residu POPs (ppm) Senyawa POPs Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur
- Lindan 0,0023-0,00024 0,0024-0,0466 Aldrin
- 0,0037-0,0199 Endosulfan 0,0002-0,0005 0,0157-0,0357 0,0003-0,0006
Sumber : Ardiwinata (1999)
Masalah Pestisida POPs pada contoh sayuran, Jawa Tengah, 2007
Jawa Tengah No. Senyawa POPs Konsentrasi Jenis Sayuran dan Lokasi (ppm)
0,0376 Cabe, Mijen Demak
1 α - BHC
0,8262 Bw.merah, Tanjung Brebes
2 Lindan 0,1524*) Bw.merah, Wanasari Brebes
3 Heptaklor 0,2816*) Wortel, Tawangmangu
4 Aldrin Karanganyar
0,6300 Bw.merah, Tanjung Brebes
5 Dieldrin 2,7732 Wortel, Tawangmangu
6 Endrin Karanganyar
0,4908 Kubis, Sawangan Magelang 7 4,4-DDT Cabe, Mijen Demak
8 Endosulfan 0,0041 Ket : *) = melebihi BMR (heptaklor 0,05 ppm, aldrin 0,1 ppm, klorpirifos 0,05 ppm) (SKB Menkes dan Mentan No.
881/Menkes/SKB/VIII/1996 dan No. 711/Kpts/TP.270/8/96 Tahun 1996 tentang Batas Maksimum Residu Pestisida pada Hasil Pertanian). Permentan Nomor 01/Permentan/OT.140/1/2007 bahwa senyawa-senyawa tersebut dilarang
Lokasi Jenis dan konsentrasi insektisida yang terpapar dalam darah petani (ppm) Brebes Lindan
(0,0399-0,1336) Aldrin (0,0363-0,0989) Heptaklor
(0,0109-0,0480) Endosulfan (0,0077-0,0931)
Pati Lindan (0,0362-0,1613)
Aldrin (0,0340-0,1260) Heptaklor
(0,0105-0,0356) Endosulfan (0,0089-0,1493)
Magelang Lindan (0,0263-0,7732) Aldrin
(0,0273-0,0922) Heptaklor (0,0087-0,0412) Endosulfan
(0,0077-0,0931) ADI 0,008 0,0001 0,0005 0,008 Residu organoklorin di darah petani di sentra sayuran Jawa Tengah (Brebes, Pati, dan Magelang), 2007
Sumber: Indratin et al., 2007; ADI (Acceptable Daily Intake)**
Masalah Pestisida Masalah Pestisida
Masalah Pestisida
Pengambilan sampel darah di Ngurensiti, Pati. 2007
Masalah Pestisida
Residu Insektisida di Tanah, Brebes 2018 Lokasi
Klorpirifos Profenofos
- mg/kg-----
Ds. Kersana, Kec. Kersana 0.1940 0.0120 Ds. Siwuluh, Kec. Bulukamba 0.0690 0.5100 Ds. Tegalglagah, Kec. Bulukamba 0.1480 0.4210 Ds. Sisalam, Kec. Wanasari (BI) 0.0260 0.1000 Ds. Jatimakmur, Kec. Songgom 0.0080 0.0210 BMR
LOD Klorpirifos = 0.002 ppm LOD Profenofos = 0.001 ppm
Masalah Pestisida
Residu pestisida di bawang merah, Brebes 2018 Lokasi Klorpirifos Prefenofos
- mg/kg----
Ds. Kersana, Kec. Kersana 0.0050 <LOD Ds. Limbangan, Kec. Brebes 0.0080 <LOD Ds. Krasak, Kec. Brebes
0.0060 <LOD Ds. Sisalam, Kec. Wanasari <LOD <LOD Ds. Jatimakmur, Kec. Songgom 0.0050 <LOD BMR
0.2000 0.5000 ADI (mg/kg bw/d)
0.0030 0.0001
LOD Klorpirifos = 0.002 ppm BMR (Batas Maksimum Residu ) = SNI 7313:2008 Masalah Pestisida
Hasil wawancara petani 7% 14% 50% 29%
Umur Petani < 30 th 30-40 th 41-50 th > 50 th
7% 57% 14% 22% Dosis penyemprotan sesuai dosis 2 x dosis 2- 3 x dosis Asal tuang Hasil wawancara dengan 14 petani di Kab Brebes, Februari 2018.
Masalah Pestisida
Masalah Pestisida Jumlah Pestisida dalam 1 kali Interval Waktu Penyemprotan 4-5 macam 4-6 macam 5-6 macam 6-7 macam penyemptotan 2 hr 1 x 2-3 hr 1X 2-4 hr 1x 2-5 hr 1x 3 hr 1x 3-5 hr 1x 14% 14% 29% 7% 43% 21% 22% 21%
7% 22% Hasil wawancara dengan 14 petani di Kab Brebes, Februari 2018.
- (GK)
- (GK) 0,0012
- (GK)
- (GK) 0,0008
- (GK) 6 4,4 DDT 0,0720
- (GK) 0,0037
- (GK)
0,0036 (GK)
(B)
(B)
(GK) 0,0128
(B) 0,0010
(B)
0,0024 (B)
0,0022 (GK)
5 Endrin 0,0256 (B)
(B)
0,0060 (B)
0,0008 (GK)
4 Dieldrin 0,0908 (B)
0,0008 (GK)
0,0010 (B)
0,0648 (B)
POPs (ppm) pada tanah, air dan padi di Yogyakarta, 2007.
0,0004 (GK)
3 Aldrin 0,1276 (B)
0,0008 (B)
0,0028 (B)
0,0244 (B)
0,0008 (GK)
2 Heptaklor 0,1816 (B)
0,0007 (B)
0,0012 (B)
0,0020 (GK)
0,0388 (B)
0,0012 (GK)
1 Lindan 0,3616 (B)
No. Senyawa POPs Padi Tanah Air Tertinggi Terendah Tertinggi Terendah Tertinggi Terendah
Ket : S : Sleman, B : Bantul, GK : Gunung Kidul, KP : Kulon Progo Sumber : Laporan Hasil Penelitian Balingtan (2007)
No. Kabupaten Kadar POPs (ppm)
11 Sumedang 0,0254
0,2806
Jumlah
16 Bekasi -
15 Karawang 0,0175
14 Purwakarta -
13 Subang 0,0279
12 Indramayu 0,0155
10 Majalengka 0,0286
1 Bogor -
9 Cirebon 0,0327
8 Kuningan 0,0268
7 Ciamis 0,0067
6 Tasikmalaya 0,0311
5 Garut 0,0108
4 Bandung 0,0215
3 Cianjur 0,0108
2 Sukabumi 0,0253
POPs PADA PADI DI JAWA BARAT Ket : Residu POPs (lindan, heptaklor, aldrin, DDT, dan endosulfan) Sumber : Laporan Hasil Penelitian Balingtan (2008)
0,005 0,01 0,015 0,02 0,025 0,03 0,035
K o n s e n tr a s i (p p m )
Organoklorin Organofosfat Golongan insektisida
Residu Pestisida Tertinggi di Jawa Barat Bogor Sukabumi Cianjur Bandung Garut Tasikmalaya Ciamis Kuningan Cirebon Majalengka Sumedang Indramayu Subang Purwakarta Karawang
0,005 0,01 0,015 0,02 0,025 0,03 0,035
K o n s e n t r a s i (p p m )
Air Tanah Tanaman Jenis Contoh
Residu Organoklorin Pada Tanah, Air dan Tanaman Bogor Sukabumi Cianjur Bandung Garut Tasikmalaya Ciamis Kuningan Cirebon Majalengka Sumedang Indramayu Subang Purwakarta Karawang Bekasi
0,002 0,004 0,006 0,008
0,01 0,012 0,014
K o n s e n tr a s i (p p m )
Air Tanah Tanaman Jenis Contoh Residu Organofosfat Pada Tanah, Air dan
Tanaman Bogor Sukabumi Cianjur Bandung Garut Tasikmalaya Ciamis Kuningan Cirebon Majalengka Sumedang Indramayu Subang Purwakarta Karawang Bekasi
Peta Sebaran Jenis Pestisida di Jabar, 2008
- Insektisida adalah yang paling banyak digunakan dan tersebar semua daerah terutama daerah Cirebon, Indramayu, Majalengka, Sumedang, Bandung, Kuningan,Ciamis dan Tasikmalaya.
Peta Sebaran Residu Organoklorin, Jabar 2008
Berdasarkan peta sebaran residu organoklorin terlihat bahwa
residu organoklorin dominan terdeteksi pada tanah, air, dan tanaman di kabupaten Cirebon, Indramayu, Subang, Karawang, Sukabumi, Cianjur.Jenis Pestisida di Jawa Timur
- INSEKTISIDA
klorpirifos, karbofuran, BPMC, MIPC, endosulfan, sipermetrin, sihalotrin, buprofezin, deltametrin, fipronil, diazinon, klorfuazuron,imidaklorpid, alfametrin
- HERBISIDA parakuat, glifosat, oksadiazon, DMA, metil metsulfuron
- Aldrin 0,0092
- BHC 0,0016
- – 0,0468
- Endosulfan 0,0018
1
- – 0,0196
- Klorpirifos 0,0040
- – 0,0078 0,1
- – 0,0041 0,5
- Parakuat 0,0015
- SKB Menkes dan Mentan (1996)
Konsentrasi residu TINGGI
1. Madiun 0,0633 ppm
2. Pasuruan 0,0558 ppm 3.
Magetan 0,0302 ppm
4. Malang 0,0246 ppm RENDAH 1.
Lamongan 0,0041 ppm
2. Bojonegoro 0,0071 ppm
Indeks Keragaman Makrozoobentos
- > 3 tidak tercemar
- 1 – 3 tercemar ringan
- < 1 tercemar berat
(1,688)
- Madiun • Pasuruan (1,500)
- Lamongan (1,252)
- Bojonegoro (1,483)
Masalah Pestisida Residu Insektisida di Sungai Citarum, Maret 2018 Teknologi Penanganan
4
Model Pertanian Ramah Lingkungan
1. Peningkatan Produktivitas
2. Rendah Emisi GRK
3. Adaftif tehadap PI
4. Penerapan PHT
5. Rendah cemaran logam berat Pertanian dan residu pestisida
Ramah Lingkungan
6. Zero waste
7. Pemanfaatan sumberdaya lokal
8. Terjaganya biodiversitas
9. Integrasi tanaman-ternak
FGD Penyehatan lahan, Tegal 2018 Difasilitasi oleh BI
Kerjasama dengan Komunitas Organik
Mengembangkan Produk Ramah Lingkungan
Gunakan biopestisida / pestisida nabati
untuk pengendalian
OPT
Sudahkah anda memanfaatkan limbah pertanian
kita secara optimal ?Teknologi Remediasi Limbah Pertanian Sekam padi
Tempurung Kelapa ± 17,5 juta ton/tahun ± 12 juta ton/tahun TKKS Bonggol Jagung ± 20 juta ton/tahun ± 8 juta ton/tahun Arang Aktif Sekam Padi Arang Aktif
Tempurung Kelapa
Arang Aktif Tongkol Jagung Biochar dan Arang Aktif
Teknologi Remediasi
Diagram Pembuatan Arang Aktif Produk Kimia Destilasi Fenol, as. Cuka, ASAP Destilat BAHAN BAKU alkohol Sekam padi
Kondensasi Karbonisasi 500 Jerami padi °C Aktivasi 800-900 °C Serasah Kulit jagung Kelapa sawit Temp kelapa ARANG
ARANG AKTIF
Bongkol sayuran jagung KOMBINASI PUPUK Pupuk
BRIKET Aplikasi di
Multifungsi ARANG lahan Penyubur Bahan penangkap Bahan BakuSlow release pencemar Alternatif pengganti minyak Pengendali tanah pencemar Meningkatkan mikroba pendegradasi Meningkatkan mikroba Teknologi Pemanfaatan Arang Aktif untuk
Mengendalikan Residu Pestisida di Lahan Pertanian
- Selektif terhadap residu insektisida organoklorin, organofosfat dan karbamat
- Arang aktif menjadi ”rumah tinggal” yang baik baik bakteri pendegradasi residu insektisida di tanah
- Ukuran serbuk : 50 – 100 mesh
- Memiliki daya serap I2 :
- AA Sekam = 460,4 mg/g
- AA Tempurung Kelapa = 1.191,7 mg/g
- AA Bonggol Jagung = 887,1 mg/g
- AA TKKS = 315,2 mg/g
- Rendemen AA : 15 – 20 %
- Sudah dipatenkan
Dikembangkan oleh Lab Residu Bahan Agrokimia, Balingtan sejak tahun 2005
Da y a serap 200 400 600 800
Daya erap
1000 1200 BenIod tonit
27.9 Zeo
lit
32.32 beb
Fly a sh
36.62 D
Bok a asi 222.7 y erapa
Abu a gos ok
307.6 e
Kom r
Pup a pos
312.3 B p uk o a rga nik h
411.5 Io arang
K. s a d
K. T eka n m em
425.6 ( B p. k m elap a a 456.7 KA g k
. Se u kam
/g 460.4
Am ) aktif s te a
474.9
K. k ayu 515.9KA . Ba (mg/ mbu
795.82 KA
ARANG AKTIF
- Arang Aktif :
• Arang yang diaktifkan sehingga
memiliki daya serap tinggi- min 750 mg/g
Bahan : - Tempurung kelapa - Sekam padi Manfaat Arang Aktif :
Pengendali residu pestisida dan logam berat Pupuk multifungsi Meningkatkan mikrobia berguna dalam 40 Bakteri tanah tanah ri e t lo i n b a k 30 Bakteri pengikat nitrogen o J u m la h k 10
20 Karbon aktif Kontrol Arang Arang Aktif
PORI ARANG AKTIF
Arang / Biochar Arang Aktif Teknologi Pelapisan Pupuk Urea dengan Arang Aktif
- Dikembangkan oleh Lab Residu Bahan Agrokimia, Balingtan sejak tahun 2008.
- Urea yang dilapis AA memiliki multifungsi : tidak mudah menguap, slow release (tidak mudah larut) , menahan dan mengurai residu insektisida.
- Ukuran serbuk AA : 100 mesh
- Cara pelapisan : menggunakan alat rotary
granulator
- Sudah dipatenkan
Teknologi Remediasi Urea Berlapis Arang Aktif
Nomor Paten : IDP000046301
- N-slow release bila diaplikasikan di tanah.
- Meningkatkan efisiensi pemupukan nitrogen dan mengurangi dampak pencemaran.
- Membantu penurunan residu pestisida dan mengikat logam berat
Komposisi: Urea, Arang aktif, Molases
Daya Serap AA
1000
I
2 (mg/g)
500 TK BJ SP TKKS
AA
901,1 887,1
330,6 315,2
Teknologi Remediasi
SNI 06-3730-1995
“Bekerjalah dengan memanfaatkan bahan-
bahan yang ada disekitar kita” (Ardiwinata,
2006)TUNGKU PEMBAKAR LIMBAH
Alat Pembuat Arang (Aktif)
Dikembangkan oleh Lab Residu Bahan Agrokimia, Balingtan sejak tahun 2005
Alat Pirolisis Pembuat Arang yang Ramah Lingkungan
- Limbah pertanian a.l. sekam padi, tempurung kelapa, bonggol jagung dan tandan kosong kelapa sawit.
- Ramah lingkungan, karena asap yang dihasilkan dirubah menjadi metanol, fenol, asam asetat dan asam benzoat.
- Terbuat dari drum bekas, dan dapat dibongkar pasang.
- Ciri : pada bagian tutup drum limbah pertanian terdapat tiga lubang keluaran asap dan pada bagian drum destilasi terdapat pipa destilasi yang berbentuk spiral yang melingkar.
- Kapasitas limbah : 15 kg kering
- Kecepatan pembakaran : 2 – 4 jam
- Cairan destilat yang dihasilkan 3 – 5 liter
- Rendemen arang : 20 – 30 %
- Sudah dipatenkan
TUNGKU PEMBAKAR LIMBAH
No. Paten: IDP00040241 Inventor: Asep Nugraha dkk.
KANDUNGAN KIMIA ASAP CAIR
UTK BAHAN BAKU TEMPURUNG KELAPA DAN SEKAM
PADI: METANOL: 0,02 DAN 0,03 % FENOL: 0,33 DAN 0,08% ASAM ASETAT: 3,73 DAN 3,09% ASAM BENZOAT: 0,0004 DAN 00004%FILTER INLET OUTLET
“Fio” Penyaring Residu Pestisida
• Terbuat dari plastik dan kawat kasa
• Dilengkapi dengan 11 silinder yang
berisi AA yang dapat diisi ulang.
- Kapasitas silinder : 100 gr
• Ditempatkan pada inlet dan outlet
petakan sawah- Fungsi : untuk menahan residu
insektisida agar tidak masuk ke
saluran primer atau sungai. • Dimensi : p 35,0 cm, l 24,5, t 22,5
cm- Ringan (850 gr), murah pembuatannya
- Sudah dipatenkan
AMD / PURP
Alat Multi Deteksi / Perangkat Uji Residu Pestisida
Inventor : Asep Nugraha A dkk
PURP AMD GC
5
- – 10 Menit
1
- – 2 Minggu
15
- – 20 Jt 750 Jt – 1 M
Alat deteksi residu pestisida praktis
Laser pointer Botol minyak anginHP (Light sensor)
Kapasitas sorpsi (Xm) Arang T. Kelapa 135,14
- – 769,23 μg/g Arang Sekam Padi 31,35
- – 40,32 μg/g
Daya sorpsi (K) Arang T. Kelapa 0,17
- – 1,06 μg/g Arang Sekam Padi 4,13
- – 5,70 μg/g
Residu di lapangan Insektisida 0,1
- – 1,0 μg/g
Teknologi Remediasi Filter Inlet Outlet (FIO)
• Penyaring kontaminan yang
terbawa oleh air masuk dankeluar persawahan (logam
berat dan residu pestisida)
Nomor Paten : IDS000001383 Bakteri Pendegradasi Pestisida Arthrobacter sp.
Actinomycetes Azospirillum lipoterum Streptomycetes spp.
Achromobacter sp.
Micrococcus sp.
Bacillus sp Pseudomonas cepacia Pseudomonas putida.
Tricoderma sp Azotobacter sp Nocardia sp Flavobacterium spp.
Rhodococcus sp. Pseudomonas aeruginosa
Pengaruh perlakuan terhadap populasi bakteri
di lahan padiNo. Perlakuan Citrobacter Enterobacter S. natans Bacillus sp. Azotobacter Azospirrillium
1 Kontrol 1.0 x 10 10 2.0 x 10 8 5.2 x 10 7 7.1 x 10 9 2.2 x 10 9 5.0 x 10 9
2 Sekam Padi 7.0.x.10 9 1.9 x 10 9 1.5 x 10 7 1.7 x 10 9 1.7 x 10 9 3.0 x 10 9
3 T Kelapa 2.0 x 10 9 6.0 x 10 9 - 1.5 x 10 8 2.5 x 10 9 6.0 x 10 9
4 TK + Urea 5.2 x 10 8 3.2 x 10 8 2.4 x 10 7 1.8 x 10 8 1.8 x 10 9 4.7 x 10 9
5 T Jagung 2.7 x 10 10 1.2 x 10 10 8.0 x 10 6 1.2 x 10 8 1.2 x 10 10 1.9 x 10 9
6 TKK Sawit 9.6 x 10 8 1.0 x 10 7 7.0 x 10 6 3.8 x 10 8 2.4 x 10 8 2.0 x 10 9
7 Zeolit 3.2 x 10 8 1.1 x 10 8 7.0 x 10 6 1.4 x 10 8 2.2 x 10 8 4.0 x 10 9
8 TK Urea Fio 5.4 x 10 10 1.0 x 10 10 1.5 x 10 7 2.5 x 10 9 2.0 x 10 9 3.9 x 10 9 Unit : cfu/g
ST1 Achoromobacter sp
S2En Catenococcus thiocycli
S3Chl Heliothrix oregonensis
S4Hex Bacillus subtillis
Pestisida Toxaphen Endrin Chlordane HCB
% - degradasi83.8
82.1
82.5
81.7 Persentase degradasi senyawa POPs
Mikroba Pendegradasi Residu POPs
Hasil uji sequensing 16S rDNA menggunakan BLAST
Pengaruh arang aktif terhadap klorpirifos dan lindan pada air outlet di lahan padi ppm 0,0008 klorpirifos 0,0006 lindan 0,0004
> 50 % 0,0002 Se TK+ Kont T Z TK u TKK T . eol .
Amelioran jagu ka Ke urea it rol m re Sa lapa ng a padi w Fio it
Penggunaan Biochar 10 ton /ha
BMR or MRL
Batas Maksimum Residu Pestisida
Maximum Residue Limits
s
W
s
W
Penutup
5
Penutup
• Pembangunan pertanian ke depan diarahkan pada
pemenuhan pangan (food), pakan (feed), dan energi terbarukan (fuel) dengan menerapkan model perencanaan pembangunan pertanian ramah lingkungan (m-P3RL).• Lemahnya pemahaman dan penguasaan teknologi tidak
hanya bersumber dari petani tetapi juga kurangnya sosialisasi dan sistem pembinaan serta permodalan.• Diseminasi teknologi ramah lingkungan hulu-hilir dengan
pendekatan sosio ekologis akan terus menerus diupayakandan kerjasama dengan berbagai pihak perlu ditingkatkan.
• Dukungan terhadap kegiatan penelitian dan pengembangan
konsep pengendalian OPT RL harus ditingkatkan.
Dr. Asep Nugraha Ardiwinata
+62 813 8065 9961
[email protected]
Jl. RAYA JAKENAN – JAKEN KM 05 KOTAK POS 5 JAKENAN – PATI 59182TELEPON 62-(0295) 4749044/ FAXSIMILI 62-(0295) 4749045