MID HUKUM ACARA PERADILAN TATA NEGARA

MID
HUKUM ACARA PERADILAN TATA NEGARA

NAMA

: FRENTO.N.PASSERU

NIM

:2015-21-124

KELAS

: IV-B

Soal :

1. Buat opini hukum mengenai perkara yang diajukan ke mahkamah konstitusi
baik itu judicial review maupun sengketa pilkada ?

Contoh kasus :

1. Harga BBM dikendalikan pemerintah ( Register No. 002/PUU-1/2003 )
Pembacaan putusan atas judicial review undang-undang No.22 Tahun 2001 tentang
Migas bisa jadi sidang yang paling banyak menyedot perhatian masyarakat . Apalagi ,
putusan dibacahkan dua hari setelah terjadi kenaikan harga BBM pertamax dan elpiji . di
dalam siding telah membacakan putusan karena telah di setujui secara bulat hakim
konstitusi . meski tidak mengabulkan seluruh permohonan APHI , PBHI , yaysan 324 ,
SNB dan serikat pekerja karyawan pertamina itu , MK telah mengembalikan konsep
penanganan minyak dan gas ke dalam kerangka pasal 33 UUD 1945 .

Selain merevisi sebagian isi pasal 12 ayat (3) dan pasal 22 ayat (1) UU migas , MK
juga mencabut kekuatan mengikat pasal 28 ayat (2) dan ayat (3) . masalahnya pasal yang
di sebut terakir adalah pasal penyerahan penentuan harga BBM kepada mekanisme pasal .
MK berpendapat “ campur tangan pemerintah dalam kebijakan penentuan harga haruslah
menjadi kewenangan yang di utamakan untuk cabang produksi yang penting dan
menguasai hajat hidup orang banyak .

Opini :

Menurut saya dalam kasus ini dalam undang-undang No.22 Tahun 2001
tentang migas yang permasalahannya adalah kenaikan harga BBM yang telah

menjadi keresahan masyarakat selama ini telah di putuskan oleh MK yaitu MK
telah mengembalikan konsep penanganan minyak dan gas ke dalam kerangka Pasal
33 UUD 1945 ayat ( 3 ) yang berbunyi ; Bumi , air dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya di kuasai oleh Negara dan di pergunakan untuk sebesarbesarnya kemakmuran rakyat .
Kenaikan BBM sudah pasti akan di ikuti melambungnya harga bahan kebutuhan pokok,
akibatnya daya beli masyarakat berkurang, awalnya rakyat miskin hanya mampu makan
sehari satu kali kini mereka jadi makan satu kali untuk tiga hari sebab mereka sudah tidak
mampu lagi membeli bahan kebutuhan pokok yang harganya semakin mahal. Karena
rutin mereka makan satu kali untuk tiga hari, lama-lama mereka mati kelaparan,
akibatnya orang miskin jadi berkurang.
Kenaikan BBM akan berdampak pada naiknya tarif angkutan umum, Rakyat miskin yang
tadinya biasa naik angkutan umum, sekarang harus jalan kaki, karena dalam keadaan
lapar dan haus serta pikiran stres akibat kenaikan BBM hingga tidak konsentrasi di jalan,
akibatnya sering ketabrak angkutan umum yang lagi ngebut karena ngejar setoran garagara BBM nya naik. Pejalan kakinya pun akhirnya mati, akibatnya orang miskin jadi
berkurang.
Kenaikan BBM membuat rakyat miskin menjadi panik dan nekat, terdorong untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, mereka akhirnya berani melakukan pencurian
dan perampokan, aksi pencuriannya akhirnya ketahuan oleh warga dan ditangkap, lalu
digebukin massa sampai mati, akibatnya orang miskin jadi berkurang.
Kenaikan harga BBM membuat ibu-ibu rumah tangga menjadi stress, beban hidup

semakin berat. Sehingga membuat mereka frustasi tidak sanggup menanggung derita
hidup yang berkepanjangan, akhirnya banyak yang kurang iman dan nekad melakukan
bunuh diri, terkadang bunuh diri ini juga mengikutsertakan anak-anaknya agar terlepas
juga dari penderitaan hidup didunia. Akibatnya orang miskin jadi berkurang.
Kenaikan harga BBM ini juga berdampak naiknya harga obat generik yang selama ini
menjadi andalan masyarakat tidak mampu, karena harga obat tidak terjangkau, kondisi
penyakit pun, sangat sulit untuk diharapkan bisa sembuh. Karena sakit tidak diobati,
maka lama-lama mereka juga akan mati. Akibatnya orang miskin jadi berkurang,

dampak kenaikan BBM ini tentunya membuat rakyat miskin yang menjadi korban,
mereka akan mati secara perlahan-lahan karena menanggung beban hidup yang
diperkirakan akan semakin sulit mereka hadapi.

Dalam hal ini MK telah mengambil keputusan yang baik meski tidak
mengabulkan seluruh permohonan APHI , PBHI , yaysan 324 , SNB dan serikat pekerja
karyawan pertamina tetapi ini telah menjadi keputusan terbaik . Karena MK berpendapat
“ campur tangan pemerintah dalam kebijakan penentuan harga haruslah menjadi
kewenangan yang di utamakan untuk cabang produksi yang penting dan menguasai
hajat hidup orang banyak .


Jadi menurut saya dalam pasal 33 UUD 1945 ayat ( 3 ) telah menjadi dasar agar
undang-undang No.22 Tahun 2001 dan isi pasal 12 ayat (3) dan pasal 22 ayat (1) UU
migas di revisi kembali menimbang bahwa kemakmuran masyarakat tidak terjamin
dalam undang-undang No.22 Tahun 2001 karena kenaikan BBM yang sangat
meresahkan masyarakat yang memiliki standar ekonomi rendah alasannya karena tidak
dapat mencukupi kebutuhan BBM sehari-hari dan akan dapat menjatuhkan perekonomian
negara