264371329 Pengaruh Kesehatan Dan Keselamatan Kerja

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Karyawan sebagai sumber daya yang paling berharga dan dominan
disetiap perusahaan merupakan salah satu faktor internal perusahaan yang
berperan penting menghasilkan suatu kinerja yang berkualitas. Kinerja
karyawan yang baik dapat memberikan dampak yang positif untuk perusahaan
secara keseluruhan. Salah satunya adalah peningkatan penyelesaian tanggung
jawab yang diberikan perusahaan kepada pekerja. Apabila dikerjakan dengan
sungguh-sungguh oleh karyawan maka output yang dihasilkan akan
memuaskan, namun sebaliknya jika dikerjakan dengan suasana yang tidak
kondusif akan menghasilkan output yang jauh dari memuaskan. Mencapai
kinerja perusahaan yang unggul dan kompeten dalam segala bidang,
perusahaan harus terlebih dahulu mengetahui secara lebih spesefik dan
mendalam terutama pada keinginan serta kebutuhan karyawan yang menjadi
dasar tercapainya kinerja organisasi yang baik.

Kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh perusahaan merupakan
salah satu faktor penentu yang memegang peranan penting dalam mencapai
tujuan organisasi perusahaan. Suasana lingkungan dan budaya kerja perusahaan

yang mendukung secara keseluruhan baik dalam tata kelolah manajemen yang
sistematis maupun hal-hal non-teknis seperti solidaritas sesama karyawan
menjadi

alasan

tersendiri

bagi

peneliti
1

untuk

melakukan

penelitian
1


diperusahaan tersebut supaya dapat mengetahui dan mendapatkan hasil dari
objek yang diteliti.

Pengaruh kesehatan dan keselamatan kerja (K3) dengan kinerja karyawan
sangat menentukan kemajuan perusahaan, karena kondisi pekerja yang
maksimal

akan

mempengaruhi

hasil

kinerjanya,

terlebih

perusahaan

memberikan kenyamanan, jaminan keselamatan, dan fasilitas yang memadai

dapat membuat pekerja dengan tenang mengerjakan tanggung jawabnya. Hasil
penelitian ini diharapkan mampu menekan sekecil mungkin kecelakaan kerja
yang dialami karyawan ditempat kerja.

PT Emitraco Investama Mandiri merupakan sebuah perusahaan kontraktor
yang bergerak dibidang penyewaan alat berat, baik untuk perusahaan kecil atau
pun perusahaan besar. Perusahaan ini berlokasi di Jalan Cacing No.9 Rorotan
Babek KM.3 Cakung, Jakarta 13910 - Indonesia, kota Jakarta. Perusahaan ini
memiliki sistem kinerja yang disiplin kepada karyawan mulai dari hal kecil
sampai pada hal yang terbesar supaya saat melakukan kinerja tidak salah
melangkah dan mempunyai pedoman untuk melaksanakannya. Kinerja
karyawan dalam perusahaan secara berkala lebih ditingkatkan dan mendapat
dorongan yang positif oleh lingkungan kerja yang kondusif, maka PT Emitraco
Investama Mandiri dapat meningkatkan kinerja perusahaan khususnya pada
bagian engineering yang merupakan salah satu bagian terpenting dalam
perusahaan. Divisi engineering merupakan salah satu devisi yang mengatur

2

jalannya operasional perusahaan, mulai dari pengaturan dan pengontrolan unitunit, separpart,


dan kerusakan-kerusakan peralatan secara teknis. Apabila

terjadi gangguan devisi engineering bertugas untuk memperbaiki secara cepat,
supaya tidak mengganggu jalannya operasional kerja.

Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) menjadi salah satu prioritas yang
utama bagai perusahaan untuk melindungi pekerja dari bahaya yang menimpa.
Tenaga kerja yang sehat merupakan faktor penentu yang vital bagi
pertumbuhan suatu perusahaan. Produktifitas tenaga kerja akan menurun
apabila tenaga kerja tersebut terganggu kesehatannya (Dewi kurniawati, 2013 :
3).
Akan tetapi PT Emitraco Investama Mandiri belum menjalankan sistem
kesehatan dan keselamatan kerja (K3) yang sesuai, Berikut dibawah ini angka
kecelakaan kerja di PT Emitraco Investama Mandiri 5 tahun terakhir dapat
dilihat pada Skema dibawah ini.

3

Grafik 1.1.1 PT EMITRACO INVESTAMA MANDIRI


STATISTIK KECELAKAAN KERJA DI PT EMITRACO INVESTAMA MANDIRI
70
60
2013

50
40
30
20
10
0

Tahun 2009

Tahun 2010

Tahun 2011

Tahun 2012


Tahun 2013

Kecelakaan KerjaPT Emitraco Investama Mandiri

Sumber : PT Emitraco Investama Mandiri
Berdasarkan Skema diatas terlihat bahwa tingkat kecelakan kerja masih
relatif tinggi, dan tingkat kesadaran pekerja terhadap keselamatan dan
kesehatan kerja masih rendah. Sumber hukum tertinggi mengenai perundangundangan tentang K3 adalah UUD 1945 Pasal 27 Ayat (2) yang menyatakan
bahwa “Tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan.” Artinya, selain warga Negara berhak mendapatkan
pekerjaan

yang layak, setiap warga Negara juga berhak mendapatkan

4

perlindungan terhadap K3 agar dalam melakukan pekerjaannya dapat tercipta
kondisi kerja yang kondusif, nyaman, sehat, dan nyaman.
Berdasarkan UUD 1945 Pasal 27 Ayat (2) tersebut, kemudian ditetapkan

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 1969 tentang ketentuanketentuan pokok ketenagakerjaan. Namun dikarenakan Undang-undang No. 13
Tahun 2003. Pasal 86 ayat 1 dalam undang-undang ketenagakerjaan ini
digunakan sebagai tambahan pelengkap terhadap undang-undang No.13 Tahun
2003 ini menyebutkan bahwa setiap tenaga kerja atau buruh berhak untuk
memperoleh perlindungan atas :
a. Keselamatan dan kesehatan kerja
b. Moral dan kesusilaan
c. Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilainilai agama
Permasalahan yang sering muncul dalam K3 antara lain, tidak adanya
sistem penanganan K3, Kurangnya setandar kerja, kurangnya pedulinya
terhadap permasalahan K3, dan masih digunakan model lama dalam
menangani K3.
PT Emitraco Investama Mandiri mulai menjalankan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) pada awal tahun 2005, khususnya untuk devisi
engineering.
Dari latar belakang tersebut di atas maka penulis tertarik mengambil
judul : “Pengaruh Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) terhadap
Kinerja Karyawan PT Emitraco Investama Mandiri devisi Engineering”
5


1.2 Perumusan Masalah
Dari uraian pada latar belakang masalah diatas, maka penulis dapat
merumuskan masalah sebagai berikut :
Seberapa besar pengaruh kesehatan dan keselamatan kerja (K3) terhadap
kinerja karyawan divisi Engineering PT Emitraco Investama Mandiri?

1.3 Ruang Lingkup Masalah
Ruang lingkup dari permasalahan dalam penelitian ini dibatasi, supaya
lebih memudahkan dan dipahami. Penelitian ini dilakukan di PT Emitraco
Investama Mandiri difokuskan pada penerapan program kesehatan dan
keselamatan kerja (K3) dengan menganalisis indikator publikasi keselamatan
kerja, kontrol

lingkungan

kerja,

pelatihan keselamatan, pengawasan,

peningkatan kesadaran kesehatan dan keselamatan kerja (K3) dan pengaruhnya

terhadap kinerja karyawan devisi Engineering. Kinerja karyawan yang
dianalisis meliputi indikator yang mempengharui kinerja karyawan, yaitu:
inisiatif, tanggung jawab, kerjasama, ketelitian, dan kedisiplinan.
Dengan keterbatasan waktu dan ilmu maka penulis meneliti tentang
Pengaruh Kesehatan dan Keselamatan Kerja terhadap Kinerja Karyawan
PT Emitraco Investama Mandiri divisi Engineering.
1.4 Tujuan dan Manfaat.

6

1.4.1 Berdasarkan pokok permasalahan diatas, maka tujuan penelitian ini
adalah untuk :
Untuk mengetahui pengaruh Kesehatan dan Keselamatan Kerja
terhadap Kinerja Karyawan (K3) PT Emitraco Investama Mandiri
divisi Engineering.
1.4.2 Dan manfaat dilakukannya penelitian ini yaitu :
a. Bagi Penulis
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai alat untuk
mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh di perguruan tinggi
serta menanamkan dan menambah wawasan dan pengalaman.

b. Bagi Perusahaan
Perusahaan divisi Engineering PT Emitraco Investama Mandiri
sebagai masukan untuk langkah terbaik pengambilan keputusan
dan penetapan kebijakan perusahaan yang berkaitan dengan
upaya menekan kecelakaan kerja karyawan serta meningkatkan
kesehatan dan keselamatan kerja (K3).
c. Bagi Orang Lain
Hasil penelitiaan ini diharpakan dapat menambah informasi dan
referensi bacaan bagi semua pihak yang membutuhkannya.
1.5 Sistematika Penulisan

7

Untuk mendapatkan gambaran tentang isi dari skripsi ini, maka
dikemukakan materi yang terdiri dari 5 bab dimana dari masing-masing bab
dibagi menjadi beberapa bagian antara lain :
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini penulis mengemukakan mengenai latar belakang,
perumusan maslah, ruang lingkup masalah, tujuan, manfaat dan
sistematika penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI
Dalam bab ini penulis mengemukakan beberapa teori pendukung
tentang

pengertian

kesehatan

dan

keselamatan

kerja

(K3),

pengertian kinerja, faktor-faktor yang mempengharui kesehatan dan
keselamatan kerja dan kinerja karyawan.
BAB III : METODE PENELITIAN
Dalam bab ini menguraikan tentang cara pembatasan yang
dilakukan dalam rangka melakukan penelitian yaitu meliputi
kerangka pemikiran, hipotesi, asumsi, definisi, oprasional, teknik
pengumpulan data, populasi, teknik analisa data, lokasi dan waktu
penelitian.
BAB IV : PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Dalam bab ini penulis menguraikan mengenai gambaran singkat
perusahaan, struktur organisasi, kegiatan perusahaan dan pengujian
hasil penelitian.
BAB V : PENUTUP
Dalam bab ini penulis menguraikan kesimpulan mengenai hasil
penelitian yang telah dilakukan, dan saran yang dapat menjadikan
sebagai bahan pertimbangan kegiatan kesehatan dan keselamatan

8

kerja sebagai penunjang peningkatan kinerja karyawan khususnya
di PT Emitraco Investama Mandiri.

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Manajemen Sumberdaya Manusia
Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaat sumber daya
manusia dan sumber – sumber daya lainnya secara efektif dan efisien untuk
mencapai suatu tujuan tertentu.manajemen ini terdiri dari enam unsur ( 6 M )
yaitu: men, money, methode, materials, machines, dan market.
Unsur men( manusia ) ini berkembang menjadi suatu bidang ilmu
menajemen yang disebut manajemen sumber daya manusia atau disingkat
MSDM yang merupakan terjemahan dari man power management. Manajemen
yang mengatur unsur manusia ini ada yang menyebutkan manajemen
kepegawaian atau manajemen personalia ( personnel management ).
Berikut adalah persamaan dan perbedaan antara MSDM dengan
manajemen personalia :

1. MSDM dikaji secara makro, sedangkan manajemen personalia dikaji secara
mikro.
9

2. MSDM menganggap bahwa kwryawan adalah kekayaan ( assets ) utama
organisasi, jadi harus dipelihara dengan baik. Manajemen personalia
menganggap bahwa karyawan adalah faktor produksi, jadi harus
dimanfaatkan secara produktif.

3. MSDM pendekatannya secara modern,
sedangkan manajemen personalia
10
pendekatannya secara klasik.
MSDM adalah suatu bidang manajemen yang khusus mempelajari
hubungan dan peranan manusia dalam organisasi manusia.Unsur MSDM
adalah manusia yang merupakan tenaga kerja pada suatu perusahaan.Dengan
demikian, fokus yang dipelajari MSDM ini hanyalah masalah yang
berhubungan dengan tenaga kerja manusia saja.

MSDM menurut Malayu S.P Hasibuan ( 2010 : 10 ) adalah ilmu dan seni
mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien
membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat.Fungsi –
fungsi MSDM terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
pengendalian, pengadaan, pengembangan kompensasi, pengintegrasian,
pemeliharaan, kedisiplinan, dan pemberhentian. Tujuannya ialah agar
perusahaan mendapatkan rentabilitas laba yang lebih besar dari persentase
tingkat bunga bank.Karyawan bertujuan mendapatkan kepuasaan dari
pekerjaannya.Masyarakat bertujuan memperoleh barang atau jasa yang baik
dengan harga yang wajar dan selalu bersedia dipasar, sedangkan pemerintah
selalu berharap mendapatkan pajak.
Menurut Veithzal Rivai ( 2009:1 ) Manajemen SDM merupakan salah satu
bidang dari manajemen umum meliputi segi – segi perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian. Prosese ini terdapat dalam
fungsi atau bidang produksi, pemasaran, keuangan, maupun kepegawaian.
Karena sumber daya manusia (SDM ) dianggap semakin penting perannya
dalam pencapaian tujuan perusahaan, maka berbagai pengalaman dan hasil
penelitian dalam bidang SDM dikumpulkan secara sistematis dalam apa yang

10

disebut manajemen sumber daya manusia. Istilah manajemen mempunyai arti
sebagai kumpulan pengetahuan tentang bagaimana seharunya mengelola
sumber daya manusia.

Tenaga kerja manusia pada dasarnya dibedakan atas pengusaha, karyawan
dan pemimpin.
1. Pengusaha
Pengusaha adalah setiap orang yang menginvestasikan modalnya untuk
memperoleh pendapatan dan besarnya pendapatan itu tidak menentu
tergantung pada laba yang dicapai perusahaan tersebut.
2. Karyawan
Karyawan merupakan kekayaan utama suatu perusahaan, karna tanpa
keikutsertaan mereka, aktivitas perusahaan tidak akan terjadi. Karyawan
berperan aktif dalam menetapkan rencana, sistem, proses, dan tujuan yang
ingin dicapai.
Karyawan adalah penjual jasa ( pikiran dan tenaganya ) dan mendapatkan
kompensasi yang besarnya telah ditetapkan terlebih dahulu. Mereka wajib dan
terikat untuk mengerjakan pekerjaan yang diberikan dan berhak memperoleh
kompensasi sesuai dengan perjanjian. Posisi karyawan dalam suatu
perusahaan dibedakan atas karyawan operasional dan karyawan manajerial
(pemimpin).
Manajemen adalah fungsi yang berhubungan dengan mewujudkan hasil
tertentu melalui kegiatan orang – orang.Hal ini berarti bahwa sumber daya

11

manusia berperan penting dan dominan dalam manajemen.
MSDM mengatur dan menetapkan program kepegawaian yang mencakup
masalah – masalah sebagai berikut :

1. Menetapkan jumlah, kualitas, dan penempatan tenaga kerja yang efektif
sesuai dengan kebutuhan perusahaan berdasarkan job description, job
specification, job requirement, dan job evaluation.
2. Menetapkan penarikan, seleksi, dan penempatan karyawan berdasarkan
asasthe right man in the right place and the right man in the right job.
3. Menetapkan

program

kesejahteraan,

pengembangan,

promosi,

dan

pemberhentian.
4. Meramalkan penawaran dan permintaan sumber daya manusia pada masa
yang akan datang.
5. Memperkirakan keadaan perekonomian pada umumnya dan perkembangan
perusahaan pada khususnya.
6. Memonitor dengan cermat undang – undang perburuhan dan kebijaksanaan
pemberian balas jasa perusahaan – perusahaan sejenis.
7. Memonitor kemajuan teknik dan perkembangan serikat buruh.
8. Melaksanakan pendidikan, latihan, dan penilaina prestasi karyawan.
9. Mengatur mutasi karyawan baik vertical maupun horizontal.
10. Mengatur pension, pemberhentian, dan pesangonnya.
Peranan MSDM diakui sangat menentukan bagi terwujudnya tujuan, tetapi
untuk memimpin unsur manusia ini sangat sulit dan rumit.

12

Tenaga kerja manusia selain mampu, cakap, dan terampil, juga tidak kalah
pentingnya kemauan dan kesungguhan mereka untuk bekerja efektif dan
efisien.Kemampuan dan kecakapan kurang berarti jika tidak diikuti moral kerja
dan kedisiplinan karyawan dalam mewujudkan tujuan.
2.3 Fungsi Manajemen Sumberdaya Manusia
Manajemen
pengorganisasian,

Sumberdaya
pengarahan,

Manusia
pengendalian,

meliputi
pengadaan

perencanaan,
pembangunan,

kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, kedisiplinan, dan pemberhentian.
a.

Fungsi Perencanaan
Perencanaan (human resources plsnning) adalah merencanakan tenaga

kerja secara efektif serta efisien agar sesuai dengan kebutuhan perusahaan
dalam membantu terwujudnya tujuan. Perencanaan dilakaukan dengan
menetapkan

program

kepegawaian.

Program

kepegawaian

meliputi

pengorganisasian, pengarahan, pengendalian, pengadaan, pengembangan,
kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, kedisplinan, dan pemberhentian
karyawan. Program kepegawaian yang baik akan membantu tercapainya tujuan
perusahaan, karyawan, dan masyarakat.

b. Fungsi Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah kegiatan untuk mengorganisasi semua karyawan
dengan menetapkan pembagian kerja, hubungan kerja, delegasi wewenang
integrasi, dan koordinasi dalam bagan organisasi, (organization chat).
Organisasi hanya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Dengan organisasi

13

yang baik akan membantu terwujudnya yujuan secara efektif.

c.

Fungsi Pengarahan
Pengarahan (directing) adalah kegiatan mengarahkan semua karyawana

agar mau berkerja sama dan bekerja efektif serta efisien dalam membantu
tercapainya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat. Pengarahan
dilakukan pimpinan dengan menugaskan bawahan agar mengerjakan semua
tugasnya dengan baik.
d. Fungsi Pengendalian
Pengendalian

(controlling)

adalah

kegiatan

mengendalikan

semua

karyawan agar mentaati peraturan-peraturan perusahaan dan bekerja sesuai
dengan rencana. Apabila terdapat penyimpangan atau kesalahan, diadakan
tindakan perbaikan dan penyempurnaan rencana. Pengendalian karyawan
meliputi kehadiran, kedisiplinan, prilaku, kerja sama, pelaksanaan pekerjaan
dan menjaga situasi lingkungan pekerjaan.
e.

Fungsi Pengadaan
Pengadaan (procurement) adalah proses penarikan, seleksi, penempatan,

orientasi, dan induksi untuk mandapatkan karyawan yang sesuai dengan
kebutuhan perusahaan. Pengadaan yang baik akan membantu terwujudnya
tujuan.
f.

Fungsi Pengembangan

14

Pengembangan (development) adalah proses peningkatan keterampilan
teknis, teoretis, konseptual, dan moral karyawan melalui pendidikan dan
pelatihan. Pendidikan

dan pelatihan yang diberikan harus sesuai dengan

kebutuhan pekerjaan masa kini maupun masa depan.
g.

Fungsi Kompensasi
Kompensasi (compensation) adalah pemberian balas jasa langsung (direct)

dan tidak langsung (indirect), uang atau barang kepada karyawan sebagi
imbalan jasa yang dibeikan kepada perusahaan. Prinsip kompensasi adalah adil
dan layak. Adil diartikan sesuai dengan prestasi kerjanya, layak diartikan dapat
memenuhi kebutuhan primernya serta berpedoman pada batas upah minimum
pemerintah dan berdasarkan internal dan eksternal konsistensi.
h. Fungsi Pemeliharaan
Pemeliharaan (maintenance) adalah kegiatan untuk memelihara atau
meningkatkan kondisi fisik, mental, dan loyalitas karyawan, agar mereka tetap
mau bekerja sama sampai pensiun. Pemeliharaan yang baik dilakukan dengan
program kesejahteraan yang berdasarkan kebutuhan sebagian besar karyawan
seta berpedoman kepada internal dan eksternal konsistensi.
i.

Fungsi Kedisiplinan
Kedisiplinan merupakan fungsi MSDM yang terpenting dan kunci

terwujudnya tujuan karena tanpa disiplin yang baik sulit terwujud tujuan yang
maksimal. Kedisiplian adalah keinginan dan kesadaan untuk mentaati
peraturan-peraturan perusahaan dan norma-norma sosial
j.

Fungsi Pemberhentian

15

Pemberhentian (separation) adalah putusnya hubungan kerja seseorang
dari suatu perusahaan. Pembehentian ini disebabkan oleh keinginan karyawan,
keinginan perusahaan, kontrak kerja berakhir, pension, dan sebab-sebab
lainnya. Pelepas ini diatur oleh Undang-undang No. 12 Tahun 1964.
2.4 Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Penerapan sisitem kesehatan dan keselamatan kerja K3 disuatu perusahaan
merupakan suatu persyaratan dimana disebutkan dalam Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan Pasal 87 bahwa perusahaan
wajib menerapkan sisitem kesehatan dan keselamatan kerja K3 yang
terinegrasi dengan Sisitem Manajemen Perusahaan.
Persyaratan tersebut merupakan termasuk dalam investasi perusahaan
karena merupakan sebuah kewajiban yang diatur dalam Undang-Undang
Pemerintah Republik Indonesia.
Diharapkan melalui penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Kerja
perusahaan dapat memiliki lingkungan kerja yang sehat, aman, efisien dan
produktif. Lebih dari itu penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan
Keselamatan kerja dapat membantu pimpinan perusahaan untuk dapat
melaksanakan standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang merupakan
tuntutan masyarakat global baik secara nasional maupun secara internasional.

2.4.1 Definisi Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

16

Kesehatan dan Keselamatan Kerja atau biasa disingkat K3 jika diartikan
secara filosofi adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan
kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada khususnya dan
manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat adil
dan makmur. Sedangkan secara keilmuan, K3 adalah suatu ilmu pengetahuan
dan penerapannya dan penyakit akibat kerja.
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan ilmu dan seni dalam
pengelolahan hazard (bahaya) dan risiko agar tercipta kondisi tempat kerja
yang aman dan sehat. ILO telah menetapkan bahwa penerapan K3 sangat
penting guna memberikan bagi para pekerja dari bahaya penyakit dan
kecelakaan yang dapat ditimbulkan di tempat kerja. Menurut definisi dari
International Occupation Hyglene Association (IOHA), kesehatan dan
keselamatan kerja merupakan suatu ilmu mengenai antisipasi, kesadaran,
evaluasi dan pengendalian atas bahaya yang muncul di tmpat kerja yang dapat
mempengharui

kesehatan

dan

kondisi

para

pekerja,

serta

dengan

mempertimbangkan pengaruhnya kepada komunitas dan lingkungan sekitar,
(Dewi Hanggraeni : 2012).

2.4.2 Pengertian Kesehatan dan keselamatan kerja (K3)
Pengertian kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah suatu sistem
yang dirancang untuk menjamin keselamatan yang baik pada semua personel di
tempat kerja agar tidak menderita luka maupun menyebabkan penyakit di

17

tempat kerja dengan mematuhi atau taat pada hukum dan aturan keselamatan
dan kesehatan kerja, yang tercermin pada perubahan sikap menuju keselamatan
di tempat kerja. Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) dapat juga diartikan
sebagai suatu sistem yang dibuat bagi tenaga kerja maupun pengusaha sebagai
upaya pencegahan (preventif) timbulnya kecelakaan dan penyakit kerja akibat
hubungan kerja dalam lingkungan kerja dengan cara mengenali hal-hal yang
berpotensi menimbulkan kecelakaan dan penyakit kerja akibat hubungan kerja,
dan tindakan antisipatif bila terjadi hal demikian. (Dewi Kurniawati, 2013 : 12).
Secara umum, kecelakaan selalu diartikan sebagai kejadian yang tidak
dapat diduga. Kecelakaan kerja dapat terjadi karena kondisi yang tidak
membawa keselamatan kerja, atau perbuatan yang tidak selamat yang dapat
mengakibatkan kecelakaan. Berdasarkan definisi kecelakaan kerja maka
lahirlah kesehatan dan keselamatan kerja (K3) yang mengatakan bahwa cara
menanggulangi kecelakaan kerja adalah dengan meniadakan unsur penyebab
kecelakaan dan atau mengadakan pengawasan yang ketat.
Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) pada dasarnya mencari dan
mengungkapkan kelemahan yang memungkinkan terjadinya kecelakaan.
Fungsi ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu mengungkapkan sebabakibat suatu kecelakaan dan meneliti apakah pengendalian secara cermat
dilakukan atau tidak.

18

Menurut Moekijat (2010 : 141) kutipan Willie Hammer, mengatakan
bahwa program keselamatan kerja diadakan karena tiga alasan yang penting
yaitu :
a.

Alasan berdasarkan perikemanusiaan
Pertama-tama para menajer mengadakan pencegahaan kecelakaan atas
dasar perikemanusiaan yang seseungguhnya. Mereka melakukan
demikian untuk mengurangi sebanyak-banyaknya rasa sakit dan
pekerja yang menderita luka serta keluarganya sering diberi
penjelasan mengenai akibat kecelakaan.

b. Alasan berdasarkan undang-undang
Ada juga alasan mengadakan program keselamatan kerja berdasarkan
undang-undang. Pada waktu sekarang di Amerika Serikat terdapat
undang-undang federal, undang-undang Negara bagian tentang
keselamatan dan kesehatan kerja (K3), dan bagi mereka yang
melanggarnya dijatuhkan denda.
c. Alasan ekonomik
Ahkirnya ada alasan ekonomik untuk menjadi sadar akan keselamatan
kerja karena biaya kecelakaan kerja dapat sangat besar bagi
perusahaan.
Mangkunegara, seorang pakar filosofi Kesehatan dan keselamatan kerja
mengatakan K3 suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan
kesempurnaan jasmani maupun rohani tenaga kerja khususnya dan manusia
manusia pada umumnya serta hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat
adil dan makmur.

19

2.4.3 Faktor-faktor Penyebab Kecelakaan Kerja
Menurut PT Ahli Kesehatan dan keselamatan kerja (2014), penyebab
kecelakaan kerja yaitu :
a. Penyebab Dasar
1) Kurangnya prosedur dan aturan
2) Kurangnya sarana
3) Kurangnya kesadaran
4) Kurangnya kepatuhan
b. Penyebab Tidak Langsung
1) Faktor Pekerjaan
2) Faktor Pribadi
c. Penyebab Langsung
1) Tindakan Tidak Aman
2) Kondisi Tidak Aman
d. Kecelakaan Kerja
1) Kontak Dengan Bahaya
2) Kegagalan Fungsi
e. Kerugian
1) Manusia (Cedera, Keracunan, Cacat, Kematian)
2) Mesin atau alat (Kerusakan Mesin atau Alat)
3) Material atau Bahan (Tercemar, Rusak, Produk Gagal)
4) Lingkungan (Tercemar, Rusak, Bencana Alam)
Sangat penting untuk memiliki sistem pelaporan kecelakaan dan hamper
celaka yang baik, menggabungkan penyelidikan “Tidak menyalahkan pekerja”.
Salah satu atau semua faktor diatas dapat berkontibusi terhadap resiko, yang
akhirnya dapat menyebabkan kecelakaan yang menyebabkan cedar atau
kematian. Sebuah sisitem pelaporan keselamatan yang baik merupakan cara
penting untuk memeutus rantai kecelakaan.

2.4.4 Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja
a. Pengendalian Bahaya Di Tempat Kerja
1) Pemantauan Kondisi Tidak Aman
2) Pemantauan Tindakan Tidak Aman
b. Pembinaan dan Pengawasan
1) Pelatihan dan Pendidikan
2) Konseling dan Konsultasi
3) Pengembangan Sumber Daya
20

c. Sistem Manajemen
1) Prosedur dan Aturan
2) Penyediaan Saran dan Prasarana
3) Penghargaan dan Sanksi

2.3.4 Pengertian Engineering
Engineering adalah ilmu ketekhnikan yang dipraktekan kedalam
kehidupan kita untuk mempermudah kita melakukan sesuatu. Engineering
mampu mengatasi permasalahan yang ada disekitar kehidupan sehari-hari dari
hal yang terkecil hingga besar. Dan engineering juga mempunyai kontribusi
yang besar untuk kemajuan pembangunan suatu Negara.
Divisi Engineering maintance alat berat yang mengatur jalannya
perawatan mesin, kerusakan umum atau operasional, memperpanjang masa
pemakaian dan penggantian suku cadang yang telah rusak.
2.3.5 Tujuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
Menurut Dewi Kurniawati (2013:2) penerapan K3 ini memiliki beberapa
tujuan, antara lain :
a. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan tenaga kerja di semua
lapangan pekerjaan ke tingkat yang setinggi-tingginya, baik fisik,
mental, maupun kesehatan sosial.
b. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan tenaga kerja yang
diakibatkan oleh tindakan atau kondisi lingkungan kerjanya.
c. Memberikan perlindungan bagi tenaga kerja dalam pekerjaannya dari
kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh faktor-faktor yang
membahayakan kesehatan.

21

d. Menempatkan dan memelihara tenaga kerja di suatu lingkungan
pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis tenaga
kerjanya.

Adapun permasalahan yang sering muncul dalam kesehatan dan
keselamatan kerja ini ada beberapa macam, antara lain adanya sisitem
penanganan kesehatan dan keselamatan keja kurangnya standar kerja, kurang
pedulinya terhadap permasalahan kesehatan dan keselamatan kerja, dan masih
digunakannya model lama dalam menagani kesehatan dan keselamata kerja.
Apabila penerapan kesehatan dan keselamatan kerja ini belum secara
optimal maka dapat berakibat terjadinya kecelakaan kerja. Oleh karena itu,
untuk menjamin kesehatan dan keselamatan kerja maupun orang lainyang
berada ditempat kerja, sumber produksi, proses produksi, serta lingkungan
kerja dalam keadaan aman, makan sistem manajemen kesehatan dan
keselamatan kerja perlu untuk diterapkan.
Menurut PT Ahli K3, tujuan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) antara
lain :
1. Melindungi dan menjamin keselamatan setiap tenaga kerja dan orang
lain ditempat kerja.
2. Menjamin setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan
efisien.
3. Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas Nasional.

22

Sedangkan menurut (Dewi Hanggraeni – 2012 ) manfaat atau keuntungan
apabila perusahaan menerapkan manajemen K3 yang baik, maka ada beberapa
keuntungan yang bisa didaptkan oleh perusahaan diantaranya :
a.
b.
c.
d.

Menurunkan tingkat turnover pekerja
Menciptakan kondisi kerja yang baik
Mengurangi tingkat absensi
Meningkatkan produktivitas

2.5 Kinerja
Kelangsungan hidup suatu perusahaan sangat tergantung pada kinerja atau
prestasi kerja karyawan dalam melaksanakan pekerjaan, karena itu karyawan
merupakan unsur perusahaan terpenting yang harus mendapat perhatian.
Pencapaian tujuan perusahaan menjadi kurang efektif apabila karyawan banyak
yang tidak berprestasi dengan baik oleh sebab itu perusahaan harus dapat
menjaga kesehatan dan keselamatan kerja karyawannya agar dapat berprestasi
kerja dengan optimal agar tujuan perusahaan dapat tercapai.
Terdapat beberapa definisi tentang Kinerja atau prestasi kerja yang
dikemukakan oleh beberapa pakar manajemen, namun dari beberapa pendapat
tersebut sebenarnya memeiliki pengertian dasar yang sama, sebagai beriku :
Kinerja karyawan (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan
kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam melakasanakan
tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Menurut porter dan Lawler dalam Sutarto Wijono (2010 : 59) mengatakan
kinerja sebagai berikut “Succes role achievement” yang diperoleh dari hasil
pekerjaan yang dikerjakan individu. Atas dasar ini dapat disimpulkan bahwa

23

kinerja atau prestasi kerja merupakan hasil yang dicapai oleh seseorang
individu untuk yang telah ditetapkan dalam suatu pekerjaan.
2.5.1 Pengertian Kinerja
Kinerja merupakan performace atau unjuk rasa.Kinerja dapat pula
diartikan sebagai prestasi kerja atau pelaksanaan kerja atau hasil unjuk
kerja.Pengertian kinerja yaitu suatu hasil kerja yang dihasilkan oleh seorang
karyawan diartikan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Kinerja adalah hasil kerja yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan
strategis organisasi, kepuasaan konsumen dan memberikan kontribusi ekonomi
(Amstrong dan Baron, 1998:15 ). Indra Bastian menyatakan dalam buku
Manajemen Kinerja Irfan Fahmi ( 2010:2) kinerja adalah gambaran mengenai
tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/ program/ kebijaksanaan dalam
mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam
perumusan skema strategi suatu organisasi.
Menurut Irfan Fahmi ( 2010:228 ) kinerja adalah hasil yang diperoleh
oleh suatu organisasi baik organisasi tersebut bersifat profit oriented dan non
profit oriented yang dihasilkan selama satu periode tertentu. Gomes ( 2003:142
) menyatakan bahwa kinerja adalah catatan hasil produksi pada fungsi
pekerjaan yang spesifik atau aktivitas selama periode waktu tertentu.
Seperti yang diungkapkan oleh Prawirosentono ( 1999:2 ) yang
mengartikan kinerja sebagai hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau
kelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan
tanggung jawab masing – masing dalam rangka upaya mendapat tujuan

24

organisasi bersangkutan secara illegal, tidak melanggar hukum, dan sesuai
dengan moral maupun etika.
Sementara itu Buchari Zainun ( 1989:51 ) mengemukakan ada tiga faktor
yang dapat mempengaruhi kinerja pegawai yaitu :
a.

Ciri seseorang

b.

Lingkungan luar

c.

Sikap terhadap profesi pegawai
Dari uraian diatas, jelaslah bahwa kinerja pegawai harus dikelola,

terutama untuk mencapai produktivitas dan efektivitas dalam rangka
merancang bangun kesuksesan, baik secara individu maupun organisasi.
Dengan demikian manajemen kinerja merupakan suatu pendekatan untuk
mencapai visi, misi, tujuan dan target yang akan dicapai melalui kerja tim.
Tim yang memiliki kinerja baik, maka anggotanya akan menetapkan
standar kualitas target, mencapai target, memahami perbedaan, saling
menghormati,

berimbang

dalam

peran,

berorientasi

pada

klien,

mengevaluasi kinerja, dan bekerja sama.
Dari pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah
sifat dan karakteristik suatu pekerjaan yang dinyatakan sebagai catatan kerja
seseorang, dengan kriteria pengembangan diri, kerja tim, komunikasi, jumlah
prodak yang dihasilkan, dan keputusan yang dibuat, kecelakaan kerja, absensi
tanpa izin, kesalahan dalam kurun waktu. Kriteria kinerja setiap orang
didasarkan kepada tugas dan tanggung jawab keseharian yang ditargetkan
kepadanya.

25

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah
penampilan yang melakukan, menggambarkan dan menghasilkan sesuatu hal, baik
yang bersifat fisik dan non fisik yang sesuai dengan petunjuk, fungsi dan tugasnya
yang didasari oleh pengetahuan, sikap, keterampilan dan motivasi.
Setiap individu atau organisasi tentu memiliki tujuan yang akan dicapai
dengan menetapkan target atau sasaran. Keberhasilan individu atau organisasi
dalam mencapai target atau sasaran tersebut merupakan kinerja.
2.5.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja
a. Menurut Anwar P. Mangkunegara (2002 : 16)
1) Faktor Individu. Secara psikologis, secara optimal dalam
melaksanakan kegiatan atau aktivitas kerja sehari-hari dalam
mencapai tujuan organisasi.
2) Faktor Lingkungan Organisasi.

Faktor

lingkungan

kerja

organisasi sangat menunjang bagi individu dalam mencapai
kinerja. Faktor lingkungan organisasi yang dimaksud antara lain
uraian jabatan yang jelas, otoritas yang memadai, target yang
menantang, pola komunikasi yang efektif, hubungan kerja yang
harmonis, iklim kerja yang respek dan dinamsi, peluang berkarir
dan fasilitas kerja yang relative memadai.
b. Menurut Agus Dharma (2001 : 9-11)
1) Pegawai, berkenaan dengan kemampuan dan kemauan dalam
melaksanakan pekerjaan.
2) Pekerjaan, menyangkut desain pekerjaan, uraian pekerjaan dan
sumber daya untuk melaksanakan pekerjaan.
3) Mekanisme kerja, mencangkup system, prosedur pendelegasian
dan pengendalian serta organisasi.

26

4) Lingkungan kerja, melifuti faktor-faktor lokasi dan kondisi kerja,
iklim organisai dan komunikasi.
Sedangkan menurut Jones ( 2002:92 ) mengatakan bahwa banyak hal yang
menyebabkan terjadinya kinerja yang buruk, antara lain :
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Kemampuan Pribadi
Kemampuan Manajer
Kesengajaan Proses
Masalah Lingkungan
Situasi Pribadi
Motivasi
Dari uraian diatas, jelaslah bahwa kinerja pegawai harus dikelola,

terutama untuk mencapai produktivitas dan efektivitas dalam rangka
merancang bangun kesuksesan, baik secara individu maupun organisasi.
Dengan demikian manajemen kinerja merupakan suatu pendekatan untuk
mencapai visi, misi, tujuan dan target yang akan dicapai melalui kerja tim.
Tim yang memiliki kinerja baik, maka anggotanya akan menetapkan
standar kualitas target, mencapai target, memahami perbedaan, saling
menghormati,

berimbang

dalam

peran,

berorientasi

pada

klien,

mengevaluasi kinerja, dan bekerja sama.
Dari pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah
sifat dan karakteristik suatu pekerjaan yang dinyatakan sebagai catatan
kerja seseorang, dengan kriteria pengembangan diri, kerja tim, komunikasi,
jumlah prodak yang dihasilkan, dan keputusan yang dibuat, kecelakaan
kerja, absensi tanpa izin, kesalahan dalam kurun waktu. Kriteria kinerja
setiap orang didasarkan kepada tugas dan tanggung jawab keseharian yang
ditargetkan kepadanya.
27

2.5.3 Pengukuran Kinerja Karyawan
Menurut Veithzal Rivai ( 2009 : 549 ), penilaian kinerja mengacu
pada suatu sistem formal dan terstruktur yang digunakan untuk mengukur,
menilai, dan mempengaruhi sifat – sifat yang berkaitan dengan pekerjaan,
perilaku, dan hasil termasuk tingkat ketidakhadiran. Dengan demikian
penilan kinerja adalah merupakan hasil kerja karyawan dalam lingkup
tanggung jawabnya. Didalam dunia usaha yang berkompetisi dalam tataran
global, maka karyawan memerlukan kinerja yang tinggi, pada saat yang
bersamaan karyawan memerlukan umpan balik atas hasil kerja mereka
sebagai panduan lagi perilaku mereka dimasa yang akan datang.

2.6 Pengaruh Hubungan Kesehatan dan Keselamatan dengan Kinerja
Adapun hubungan kuat antara kesehatan dan keselamatan kerja dengan
kinerja, sebagaimana kita ketahui bahwa kesehatan dan keselamatan kerja
berkaitan dengan tingkat usaha yang dilakukan oleh seseorang dalam mengejar
suatu tujuan serta berkaitan erat dengan performance pekerjaan, sedangkan
kinerja merupakan akumulasi dari kinerja individu anggota organisasi
bersangkutan, dimana kinerja merupakan catatan tentang hasil-hasil yang
diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan tertentu selama
kurun waktu tertentu.

28

PT Ahli K3 umum mengemukakan, Perusahaan membangun metode
sistematis untuk pengukuran dan pemantawan kinerja K3 secara teratur sebagai
satu kesatuan dari keseluruhan sistem manajemen Perusahaan, pemantuan
melibatkan pengumpulan informasi-informasi berkaitan dengan bahaya K3,
berbagai macam pengukuran dan penelitian berkaitan dengan resiko K3, Jam
lembur tenaga kerja serta penggunaan peralatan, mesin, perlengkapan, bahan,
material, berserta cara-cara penggunaannya ditempat kerja. Pengukuran kinerja
K3 dapat berupa pengukuran kualitatif maupun pengukuran kuantitatif kinerja
K3 ditempat kerja.
Adapun pengukuran dan pemantuan K3 terhadap kinerja terbagi menjadi :
1. Melacak perkembangan dari pertemuan-pertemuan K3, pemenuhan
target K3 dan peningkatan berkelanjutan.
2. Membantu pemenuhan peraturan perundang-undangan dan peraturan
lainnya bekaitan dengan penerapan K3 ditempat kerja.
3. Memantau kejadian-kejadian kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
(PAK).
4. Menyediakan data untuk evaluasi keefektifan pengendalian operasi K3
atau mengevaluasi perlunya modifikasi penendalian ataupun pengenalan
pilihan pengendalian baru.
5. Menyediakan data untuk mengukur kinerja K3 Perusahaan secara
proaktif mauoun secara reaktif.
6. Menyediakan data untuk mengevaluasi penerapan sistem manajemen
kesehatan dan keselamatan kerja Perusahaan.
7. Menyediakan data untuk mengevaluasi personil K3.

29

Tinjauan manajemen sisitem kesehatan dan keselamatan kerja terhadap
keseluruhan kinerja dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Kesesuaian sisitem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja terhadap
oprasional dan aktivitas perusahaan.
2. Kecukupan pemenuhan penerapan sisitem manajemen kesehatan dan
keselamatan kerja terhadap kebijakan K3 Perusahaan.
3. Keefektifan penyelesaian tindakan perbaikan dan tindakan pencegahaan
serta hasil lain yang di cita-citakan oleh perusahaan.

30

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Kerangka Pemikiran
Panitia pembina kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu lembaga
yang dibentuk diperusahaan untuk membantu melaksanakan dan menangani
kesehatan dan keselamatan kerja yang anggotanya terdiri dari pengusaha dan
pekerja.
Bagi kepentingan karyawan bahwa kita ketahui kesehatan dan keselamatan
kerja berkaitan dengan tingkat usaha yang dilakukan oleh seseorang dalam
mengejar tujuan dan performance pekerjaan, sedangkan kinerja merupakan
akumulasi dari kinerja individu organisasi bersangkutan, dimana kinerja
merupakan catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-fungsi
pekerjaan tertentu atau kegiatan tertentu.
Itulah sebabnya mengapa kesehatan dan keselamatan kerja di tempat kerja
sangat penting bagi seluruh karyawan untuk melindungi diri dari kecelakaan
dan penyakit yang tidak diinginkan, maka dari itu hubungan dengan
peningkatan kinerja sangat berpengaruh, dimana semangkin nyaman dan aman
dalam berkerja seseorang akan semakin meningkatkan kinerjanya yang akan
dapat menguntungkan perusahaan.

31

Menurut Pungky Widiatmoko, kesehatan dan keselamatan kerja adalah sisitem
yang dikonsep untuk merencanakan, melaksanakan dan mengukur penerapan
K3 ditempat kerja perusahaan berdasarkan UU KK No.1 Tahun 1970 dan
peraturan pelaksanaanya.
Menurut Dewi Kurniawati (2013:1-2) pengertian kesehatan dan keselamatan
kerja (K3) adalah suatu sistem yang dirancang untuk menjamin keselamatan
yang baik pada semua personel di34tempat kerja agar tidak menderita luka
maupun menyebabkan penyakit di tempat kerja dengan mematuhi atau taat
pada hukum dan aturan keselamatan dan kesehatan kerja, yang tercermin pada
perubahan sikap menuju keselamatan di tempat kerja.
Secara umum, kecelakaan selalu diartikan sebagai kejadian yang tidak
dapat diduga. Kecelakaan kerja dapat terjadi karena kondisi yang tidak
membawa keselamatan kerja, atau perbuatan yang tidak selamat yang dapat
mengakibatkan kecelakaan. Berdasarkan definisi kecelakaan kerja maka
lahirlah kesehatan dan keselamatan kerja (K3) yang mengatakan bahwa cara
menanggulangi kecelakaan kerja adalah dengan meniadakan unsur penyebab
kecelakaan dan atau mengadakan pengawasan yang ketat.
Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) pada dasarnya mencari dan
mengungkapkan kelemahan yang memungkinkan terjadinya kecelakaan.
Fungsi ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu mengungkapkan sebabakibat suatu kecelakaan dan meneliti apakah pengendalian secara cermat
dilakukan atau tidak.
Menurut Dewi Kurniawati (2013:2) penerapan K3 ini memiliki beberapa
tujuan, antara lain :
a. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan tenaga kerja di semua
lapangan pekerjaan ke tingkat yang setinggi-tingginya, baik fisik,
mental, maupun kesehatan social.
32

b. Mencegah timbulnya

gangguan kesehatan tenaga kerja yang

diakibatkan oleh tindakan atau kondisi lingkungan kerjanya.
c. Memberikan perlindungan bagi tenaga kerja dalam pekerjaannya dari
kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh faktor-faktor yang
membahayakan kesehatan.
d. Menempatkan dan memelihara tenaga kerja di suatu lingkungan
pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis tenaga
kerjanya.

Menurut Moekijat (2010 : 141) kutipan Willie Hammer, mengatakan
bahwa program keselamatan kerja diadakan karena tiga alasan yang penting
yaitu :
a. Alasan berdasarkan perikemanusiaan
Pertama-tama para menajer mengadakan pencegahaan
kecelakaan atas dasar perikemanusiaan yang seseungguhnya.
Mereka melakukan demikian untuk mengurangi sebanyakbanyaknya rasa sakit dan pekerja yang menderita luka serta
keluarganya sering diberi penjelasan mengenai akibat kecelakaan.
b. Alasan berdasarkan undang-undang
Ada juga alasan mengadakan program keselamatan kerja
berdasarkan undang-undang. Pada waktu sekarang di Amerika
Serikat terdapat undang-undang federal, undang-undang Negara
bagian tentang keselamatan dan kesehatan kerja (K3), dan bagi
mereka yang melanggarnya dijatuhkan denda.
c. Alasan ekonomik
Ahkirnya ada alasan ekonomik untuk menjadi sadar akan
keselamatan kerja karena biaya kecelakaan kerja dapat sangat besar
bagi perusahaan.
Perusahaan PT Emitraco Investama Mandiri mempunyai visi dan misi
yang digunakan untuk pedoman dalam menjalankan mekanisme kerja.
Perusahaan PT Emitraco Investama Mandiri mempunyai bagian yang menjadi

33

struktur penting perusahaan yaitu devisi Engineering yang mempunyai fungsi
mengatur segala kebutuhan perusahaan yang bersifat teknis. Devisi
engineering biasa mengatur bagian pemesinan dan kerusakan-kerusakan bagian
unit alat berat. Apabila unit alat berat mengalami kendala teknis karna
kurangnya pasokan aliran maka devisi ini yang bertanggung jawab untuk
segera menyelesaikan masalah supaya tidak mengganggu kelancaran kerja
perusahaan.
Program kesehatan dan keselamatan kerja (K3) yang peneliti lakukan
diperusahaan PT Emitraco Investama Mandiri meliputi: pelatihan keselamatan
terhadap karyawan dalam melakukan pekerjaan diperusahaan, adanya kontrol
lingkungan kerja yang dilakukan oleh atasan, pengawasan dan disiplin,
publikasi keselamatan kerja yang disebar kepada seluruh pekerja, dan
meningkatkan kesadaran akan kesehatan dan keselamatan kerja saat
menjalankan tanggung jawab pekerjaan. Sedangkan untuk kinerja karyawan
peneliti

melihat dari inisiatif dan kreatifitas, tanggung jawab, kejasama,

ketelitian, dan kedisiplinan.
Melihat kerangka pemikian dapat menarik kesimpulan variabel yang
digunakan oleh peneliti adalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja Karyawan
(K3) sebagai variabel independen (X) dan kinerja karyawan sebagai variabel
dependen ( Y ). Variabel penelitian ini adalah sebuah atribut atau sifat atau nilai
dari seseorang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan.
Menurut Suwanto dan Donni Juni Priansa, Kinerja atau hasil kerja
merupakan hasil yang dicapai seseorang menurut ukuran yang berlaku, dalam

34

kurun waktu tertentu, berkenaan dengan pekerjaan serta perilaku dan
tindakannya (2013:196).
Dari uraian pemikiran tersebut diatas dapat diperjelas melalui variabel
pengaruh kesehatan dan keselamatan kerja terhadap kinerja karyawan, secara
skematis digambarkan seperti pada gambar sebagai berikut :

Tabel 3.1
Kerangka Pemikiran

X
(Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3))
a.
b.
c.

Program Kesehatan Kerja
Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja
Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja

Y
(Kinerja)
a. Prestasi Kerja
b. Kemampuan Teknis
c. Kemampuan Konseptual

X = Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
Y = Kineja Karyawan

3.2 Hipotesis
Hipotesis merupakan dugaan sementara terhadap rumusan masalah

35

penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam
bentuk kalimat pertanyaan.Dikatakan sementara, karena dugaan yang
disampaikan baru didasarkan pada teori yang relefan, belum didasarkan pada
fakta – fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.

Penulis dapat merumuskan dalam penelitian ini sebagai berikut ;
a) Hipotesis Statistik :
Ho : P = 0

:Tidak ada hubungan antara kesehatan dan keselamatan
kerja terhadap kinerja karyawan di PT Emitraco
Investama Mandiri.

Ha : P ≠ 0

: Ada hubungan antara kesehatan dan keselamatan kerja
terhadap peningkatan kerja kayawan di PT Emitraco
Investama Mandiri.

b) Hipotesis Penelitian :
Terdapat hubungan yang positif antara Kesehatan dan Keselamatan Kerja
dengan Kinerja karyawan PT Emitraco Investama Mandiri.

3.3 Asumsi
Asumsi dalam penelitian ini mempunyai pengaruh bahwa kesehatan dan
keselamatan kerja di PT Emitraco Investama Mandiri dapat meningkatkan
kinerja karyawan sehingga dapat tercipta tujuan perusahaan.
3.4 Definisi Operasional Variabel
a. Sistem Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) :

36

Sistem Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan susunan antara
tata kerja dengan prosedur yang menjadi satu sehingga membentuk suatu pola
tertentu dalam menyelesaikan suatu pekerjaan dan prosedur kerja itu harus
mengandung unsur tetap sehingga menjamin kelancaran dan kemantapan
dalam bekerja.
Pada dasar nya Kesehata dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan suatu
sistem yang dibuat di tempat kerja untuk karyawan agar mematuhi hukum dan
aturan kesehatan dan keselamatan kerja, sistem yang dibuat bagi tenaga kerja
sebagai upaya pencegahan (preventif) timbulnya kecelakaan dan penyakit kerja
akibat hubungan kerja dalam lingkungan kerja dengan cara mengenal hal-hal
yang berpotensi menimbulkan kecelakaan dan penyakit kerja akibat hubungan
kerja, dan tindakan antisipastif bila terjadi hal demikian.
b. Kinerja Karyawan Engineering :
Kinerja karyawan (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan
kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam melakasanakan
tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Engineering adalah ilmu ketekhnikan yang dipraktekan kedalam
kehidupan kita untuk mempermudah kita melakukan sesuatu. Engineering
mampu mengatasi permasalahan yang ada disekitar kehidupan sehari-hari dari
hal yang terkecil hingga besar. Dan engineering juga mempunyai kontribusi
yang besar untuk kemajuan pembangunan suatu Negara.

37

Divisi Engineering maintance alat berat yang mengatur jalannya
perawatan mesin, kerusakan umum atau operasional, memperpanjang masa
pemakaian dan penggantian suku cadang yang telah rusak.
Tabel 3.1
Instrument yang dibutuhkan untuk mengukur Kesehatan dan Keselamatan
kerja dan Kinera karyawan
Variabel

Sub. Variabel
a. Program

Indikator

No.

-

Alasan

-

Prikemanusiaan
Alasan
Berdasakan

Kesehatan Keja

Berdasarkan

Kuesioner
1,2
3,4

Undang-Undang
Kesehatan
dan
Keselamatan
Kerja (K3)
(X)

b. Faktor Penyebab
Kecelakaan

-

Penyebab Dasar

-

Penyebab

-

Langsung
Penyebab Langsung
Pengendalian bahaya di

9,10
11,12

-

tempat kerja
Pembinaan

13,14

-

Pengawasa
Sistem Manajemen

-

Ciri seseorang

1,2

-

Lingkungan luar

3,4

-

Sikap profesi karyawan

5,6

Kerja
c. Upaya
Pencegahan

5,6
Tidak

dan

7,8

Kecelakaan
Kerja

Kinerja
(Y)

a. Kinerja

15,16

Pegawai

38

-

Faktor individu

7,8

-

Lingkungan

9,10

-

Oganisasi

11,12

-

Kerja tim

13,14

-

Komunikasi

15,16

b. Faktor yang
mempengharui
kinerja
c. Karakteristik
pekerja

Keterangan : Instrument penelitian dalam bentuk kuisioner

3.5 Teknik Pengumpulan Data
Dalam teknik pengumpulan data peneliti di PT Emitraco Investama
Mandiri meliputi :
a. Observasi
Salah satu cara pengumpulan data yang utama adalah dengan melakukan
observasi secara langsung dengan mengkaji situasi sosial yang dijadikan
sebagai objek penelitian ini dengan menggunakan teknik observasi partisifasi,
dimana peneliti berinteraksi secara penuh dalam situasi sosial dengan subjek

39

penelitian. Teknik ini digunakan untuk mengamati memahami peristiwa secara
cermat, mendalam dan terfokus terhadap subjek penelitian, baik dalam suasana
formal maupun santai.

b. Wawancara
Wawancara adalah salah satu cara mengumpulkan informasi dengan
bertanya secara bertatap muka langsung dengan responden. Untuk memperoleh
data yang memadai sebagai cross check, peneliti juga menggunakan teknik
wawancara dengan subyek yang terlibat dalam interaksi sosial yang dianggap
memiliki pengetahuan, mendalami situasi dan mengetahui informasi untuk
mewakili obyek penelitian.
Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi yang tidak dapat
diperoleh melalui observasi atau kuisioner.

c. Kuisioner
Kusioner adalah seperangkat pertanyaan yang disusun secara logis,
sistematis tentang konsep yang menerangkan tentang variable-variable yang
diteliti.Penyebaran angket/kuisioner bertujuan untuk memperoleh data atau
informasi mengenai masalah penelitian yang menggambarkan variable-variable
yang diteliti.Kuisioner yang diedarkan kepada responden harus mempunyai
validasi dan reliabilitas yang tinggi.

40

3.6 Populasi dan Sampel Penelitian
Untuk mengetahui suatu sampel melalui kegiatan survey atau eksperimen
adalah manarik kesimpulan tentang suatu populasi yang sedang diteliti,
kesimpulan yang didasarkan atas informasi atau data yang diperoleh dari
penelitian sampel yang dipilih secara acak dari populasi tersebut.
a. Populasi
Menurut sugiono dalam bukunya Metode Penelitian Bisnis (2008 : 72)
mengatakan bahwa “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari
objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan