TUGAS AKHIR PENGUKURAN POTENSIAL PERMUKAAN BETON BERTULANG PADA BANGUNAN YANG TIDAK DAN TERENDAM TSUNAMI 2004 DI KOTA MEULABOH

TUGAS AKHIR PENGUKURAN POTENSIAL PERMUKAAN BETON BERTULANG PADA BANGUNAN YANG TIDAK DAN TERENDAM TSUNAMI 2004 DI KOTA MEULABOH

  Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Yang Diperlukan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Pada Universitas Teuku Umar Disusun Oleh : AGUS FERIZAL NIM : 06c10202031 JURUSAN : TEKNIK MESIN BIDANG : TEKNIK PEMBENTUKAN DAN MATERIAL TEKNIK PEMBENTUKAN DAN MATERIAL JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TEUKU UMAR TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

  Wilayah Aceh Barat merupakan salah satu kawasan yang rawan terhadap

bencana gempa bumi. Sementara, di wilayah tersebut banyak terdapat

infrastruktur baja dan beton bertulang yang sudah berumur. Kemudian, ketika

musibah gempa dan tsunami Desember 2004, sebagian infrastruktur tersebut tidak

runtuh, namun sempat terendam air laut dalam kurun waktu tertentu. Dalam masa

rehabilitasi dan rekonstruksi banyak dari infrasruktur tersebut yang dilakukan

perbaikan dan selanjutnya digunakan kembali.

  Dampak bencana gempa bumi dan tsunami Desember 2004 di kabupaten Aceh barat dengan kondisi bangunan insfrastruktur rusak ringan sebanyak 216 rumah, rusak berat sebanyak 310 rumah, dengan total kerusakan keseluruhan sebanyak 3.831 rumah, dimana secara umum untuk kondisi rusak ringan dan berat, setelah diperbaiki maka bangunan tersebut digunakan kembali dengan kondisi bangunan tersebut telah terendam tsunami. Efek dari terendamnya sebagian bangunan beton bertulang dengan air laut adalah tersisanya ion-ion klorida di dalam beton. Sifat porositas dari beton bertulang menyebabkan ion-ion klorida tersebut dapat masuk hingga mencapai permukaan baja tulangan. Pada level tertentu, intrusi ion-ion klorida dapat merusak lapisan pasif antara beton dan baja tulangan, dan pada akhirnya akan memicu terjadinya korosi pada baja tulangan. Ini dapat menurunkan kualitas baja dan mempengaruhi kekuatan beton yang diperkuatnya dalam menahan beban yang

  3

  nantinya didukung oleh beton tersebut (Wibowo ). Akibat dari proses ini dikhawatirkan bangunan tersebut akan runtuh secara tiba-tiba walaupun.

1.2. Rumusan Masalah Provinsi Aceh adalah salah satu daerah yang memiliki seismisitas tinggi.

  Terbukti dengan sering terjadinya gempa bumi dengan interval waktu antar gempa yang tidak cukup lama. Hal tersebut dapat terjadi, mengingat wilayah Aceh terletak pada pertemuan dua lempeng kerak bumi yaitu lempeng Eurasia yang relatif diam dan lempeng Indo-Australia yang bergerak ke arah utara. Pada pertemuan lempeng Eurasia dan Indo-Australia ini terjadi subduksi atau penyusupan satu sama lain, yakni lempeng Eurasia menyusup di bawah lempeng

2 Indo-Australia (scribd )

  1.3. Tujuan Penelitian

  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk pada beton bertulang rumah penduduk yang terendam tsunami dan membandingkan dengan rumah yang tidak

  terendam tsunami.

  1.4. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini diharapkan data dari hasil penelitian ini dapat menjadi rujukan terhadap kondisi perumahan kedepannya dalam hal penentuan kekuatan struktur bangunan publik yang terendam tsunami di Aceh Barat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Korosi

  Korosi didefinisikan sebagai perusakan atau penurunan mutu suatu bahan khusunya logam yang disebabkan oleh reaksi antara bahan tersebut dengan lingkungan sekitarnya (Fontana

  5

  ). Korosi merupakan proses awal reaksi elektro kimia yang bersifat alamiah yang berlangsung dengan sendirinya. Oleh karena itu korosi tidak dapat dihentikan tapi dapat diperlambat lajunya sehingga memperlambat perusakannya.

  Secara umum, mekanisme korosi terjadi dikarenakan oleh empat faktor utama, yaitu:

  1. Adanya anodik, prosesanodik yaitu proses larutnya atom-atom logam ke dalam lingkungan membentuk ion-ion dan disertai dengan pelepasan elektron. Anoda merupakan daerah yang melepaskan elektron-elektron sehingga pada daerah inilah terjadi proses korosi.

  • (2.1)

  MoM

  n+

  • ne

  2. Proses katodik yaitu proses perpindahan elektron-elektron dari logam ke suatu penerima electron yang disebut katoda, yaitu daerah yang menerima elektron-elektron dimana daerah katoda tidak mengalami proses korosi M

  n+

  • oM
    • ne

  (2.2) Pada katoda juga dapat terjadi reaksi : a. Pembentukan gas hidrogen

  2H + 2e -H (2.3)

  2

  b. Reduksi oksigen

  O

  2 + 4H 4e -2H

2 O

  (2.4)

  O

  2 + 2H

2 O + 4e -4OH

  (2.5)

  3. Adanya arus ion di dalam lingkungan (elektrolit) 4. Adanya arus elektron di dalam logam (hubungan listrik).

  Beberapa nilai potensial bahan dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Deret Galvanik

5 Sumber: Fontana

  2. 2 Korosi pada Beton Bertulang

  Baja dalam beton sebenarnya tahan terhadap korosi karena sifat alkali dari beton (pH12-13) sehingga terbentuk lapisan pasif di permukaan baja dalam beton. Baja akan terkorosi bila lapisan ini rusak. Proses karbonisasi (carbonation) dan intrusion-ionklorida dan gas CO

  2 kedalam beton merupakan faktor penyebab

  rusaknya lapisan tersebut yang berlanjut dengan terkorosinya baja di dalam beton

  6 (Widyanto ).

  Baja tulangan yang terkorosi, volume karatnya lebih besar 3 kali dari volume bahan aslinya sehingga mengakibatkan keretakan pada beton. Kondisi ini disebabkan apabila keadaan pasif beton hilang yaitu pH turun sampai <9,5. Penambahan volume ini mengakibatkan tegangan tarik pada beton di daerah tulangan. Setelah tegangan tarik terlampaui maka akan terjadi keretakan pada beton. Timbulnya keretakan ini akan mengakibatkan percepatan kerusakan (spalling) pada struktur beton bertulang karena tulangan baja tidak lagi terlindungi oleh beton.

  Apabila beton bertulang terekpos air laut, maka ion klorida secara perlahan- lahan akan masuk kedalam beton. Ion klorida ini akan masuk melalui pori-pori beton dan akan sampai pada tulangan, dan pada saat ion klorida ini telah mencapai konsentrasi yang cukup tinggi untuk menghancurkan lapisan pelindung

  7 pada baja tulangan, korosi pada tulangan akan mulai terjadi (digilib ).

2.3 Mekanisme Korosi Baja Tulangan Dalam Beton

8 Menurut Broomfield , dua faktor yang signifikan sebagai penyebab

  korosi baja tulangan dalam beton adalah penetrasi oleh ion klorida dan proses karbonasi oleh karbon dioksida. selain dua faktor penyebab korosi, terdapat juga beberapa faktor yang berpengaruh terhadap korosi, tetapi lebih cendrung untuk mempengaruhi laju korosi. faktor-faktor tersebut antara lain factor yang berhubungan dengan beton, faktor yang berhubungan dengan retakan beton, faktor yang berhubungan dengan tulangan beton dan faktor yang berhubungan dengan lingkungan sekitar beton.

  Proses korosi pada tulangan baja dalam beton diawali dengan penetrasi oleh ion atau zat-zat yang bersifat korosif, yang menyebabkan penurunan pH dan berakibat rusaknya lapisan pasif. Selanjutnya akan terjadi pembentukan daerah anoda dan katoda pada permukaan tulangan baja. Pada daerahan katoda akan terjadi reaksi oksidasi tulangan baja. Ion dari anoda pada tulangan baja akan disuplai melalui air dalam pori beton ke katoda yang dikenal sebagai reaksi anodik :

  • 2+

  Fe oFe + 2e (2.6)

  Dua elektron yang disuplai oleh anoda harus dikonsumsi oleh daerah permukaan tulangan baja. Daerah yang terkonsumsi tersebut disebut daerah katoda. Reaksi pada katoda adalah :

  1 - -

  2e +H

2 O+ /

  2 O 2 o2OH (2.7)

  • 2OH
    • oFe(OH)

  • O
  • 2H

  2Fe (OH)

  Rusaknya lapisan pasif akan menyebabkan korosi pada tulangan baja dalam beton. Perusakan lapisan pasif berarti hilangnya kepasifan tulangan baja dalam beton dan lapisan ini tidak selamanya dapat dijaga. Ada dua faktor yang sangat signifikan yang menyebabkan perusakan lapisan pasif, yaitu penetrasi oleh ion klorida dan proses karbonasi oleh karbon dioksida.

  

2

O (2.10)

  2 O +2H

  3

  2 O

  oFe

  3

  (2.9)

  3

  2

  2

  4Fe (OH)

  2 (2.8)

  2+

  Secara umum pembentukan karat pada tulangan baja setelah lapisan pasif pecah atau rusak adalah: Fe

  Dengan bantuan air dan oksigen pada elektrolit terjadi pengkonsumsian elektron dan menghasilkan ion hydroksil pada anoda. Reaksi pada anoda dan katoda adalah suatu langkah awal guna terciptanya korosi pada tulangan baja dalam beton. pada saat ini kita tidak melihat terbentuknya karat. Perlu beberapa tahapan reaksi lagi untuk menghasilkan karat dan dapat terjadi dengan berbagai cara.

2 Oo4Fe (OH)

  • H

2.3.1 Perusakan Lapisan Pasif

  A. Perusakan lapisan pasif karena penetrasi oleh ion klorida

  • Proses ini diawali dengan berdifusinya ion Cl yang ada dialam dari
  • berbagai lingkungan kedalam beton. Keberadaan ion Cl dalam beton dapat disebabkan oleh penggunaan air yang asin, agregat yang terkontaminasi dan dapat juga karena difusi dari luar, seperti air laut dan bahan kimia.
  • Kehadiran ion Cl membuat ikatan kimia pada lapisan pasif lepas dan
  • bereaksi dengan Cl membentuk klorida komplek. Hal ini menyebabkan pH dalam beton menurun dari keadaan normal (pH12,5), menjadi 11 atau dibawahnya. Pada proses ini ion klorida tidak terkonsumsi, melainkan hanya menjadi katalis, yang membantu merusak lapisan pasif.

  Reaksi kimia yang berlangsung adalah :

  • 2Cl +Fe

  2 O 3 oFeCl 2 +FeO 3 (2.11)

  • 2+

  FeCl

  2 oFe + 2Cl + 2e (2.12)

  B. Perusakan lapisan pasif karena proses karbonasi oleh CO

  2 Proses karbonasi dapat berlangsung pada bangunan tua, struktur yang

  dibangun dengan kurang baik dan struktur yang dibangun dengan menggunakan batu-batuan dalam betonnya. Perusakan lapisan pasif oleh CO

  2 melalui proses karbonasi terjadi dengan pengaruh siklus kering dan basah.

  Pada saat CO

  2 menempel pada permukaan beton, dengan bantuan titik air CO

  2

  akan berdifusi kedalam sehingga mencapai permukaan tulangan baja

  6 (Broomfield ). Selama proses difusi berlangsung CO

  2 akan bereaksi dengan air,guna

  membentuk asam karbonat (H CO ). asam inilah yang nantinya akan bereaksi

  2

  3

  dengan lapisan pasif, yang berupa kalsium hidroksid (Ca(OH)

  2 ) dan

  menghasilkan kalsium karbonat (CaCO

  3 ). Proses ini menurunkan pH secara

  drastis sampai pada tingkat dimana tulangan baja akan terkorosi. Biasanya

  turun dari kondisi normal 12,5 sampai ke 8,5

  dengan proses karbonasi pH u

Gambar 2.1 Mekanisme Korosi Baja Tulangan

  Sumber: testconsult

2.4. Kerugian Akibat Korosi pada StrukturBaja Bertulang

  Sebahagian besar infrastruktur sangat rentan terhadap korosi seperti gedung, jembatan, terowongan, dan lain-lain. Karena bahan yang digunakan cukup banyak adalah logam sebagai bahan kontruksi, korosi merupakan penyebab utama kegagalan dini pada banyak peralatan infrastruktur akibat berada

  8 pada lingkunganyang korosif (Broomfield ).

  Setiap negara pertahunnya memiliki angka kerugian yang disebabkan oleh infrastruktur yang terkorosi. Korosi disuatu negara bisa mencapai 3 sampai 5 persen dari gross domestic product (GDP). Di AS, biaya tahunan akibat korosi diperkirakan sebesar 70 miliar dollar AS pada tahun 1980-an dan menjadi 170 Miliar dollar AS pada tahun 2000-an. Dan untuk indonesia sendiri belum ada perhitungan yang akurat mengenai berapa biaya korosi pertahun, tetapi sudah dipahami bahwa kerugian akibat korosi sangat besar namun kesadaran mengenai

  10 penanggulangan korosidi Indonesia masih tergolong rendah (Imam ).

  Pada gambar 2.2 menunjukkan kolam atlantis luncur spiral di taman impian

  

jaya ancol yang ambruk akibat terjadi korosi pada beton bertulang. Ini

disebabkan karena tingginya kadar garam yang ada disekitar lokasi sehingga

mengakibatkan bangunan rapuh dan roboh. Selain itu, selimut betonnya juga

terlihat sangat tipis sehingga bangunan tidak mampu bertahan lama.

Gambar 2.2 Kanal Luncur Wahana Permainan Atlantis Yang Ambruk

  Sumber: Metropolitan

2.5. Half-Cell Potential Mapping

  Teknik Half-Cell Potential Mapping adalah suatu metode tidak merusak, banyak digunakan untuk mendeteksi korosi baja tulangan dalam beton. dalam penggunaanya teknik ini memanfaatkan informasi berupa nilai potensial. Titik nilai potensial yang terukur pada permukaan struktur beton dianggap mewakili nilai sebenarnya pada permukaan tulangan baja. Data ini nantinya akan dianalisa, sehingga dapat ditentukan lokasi terjadinya korosi pada suatu struktur beton bertulang. ada beberapa faktor yang mempengaruhi nilai pengukuran tersebut diantaranya adalah ketebalan selimut beton dan kondisi struktur beton. Dengan teknik ini dapat diprediksikan lokasi korosi, tetapi tidak dapat digunakan untuk mengukur laju korosi.

  ASTM C867 adalah standar yang digunakan untuk pengukuran halfcell

  

potential mapping dan salah satu cara untuk pengaplikasian halfcell potential di

  lapangan. Tabel berikut ini menunjukkan criteria potensial pada permukaan tulangan baja yang diukur dengan menggunakan teknik half-cell potential

  

mapping untuk beberapa standar half-cell yang menunjukkan kondisi korosi baja

tulangan.

Tabel 2.2 ASTM kriteria korosi tulangan baja untuk beberapa standar half-cell

  Standar

No Ag/AgCl Kondisi korosi

  Cu/CuSO 4 Calomel Hidrogen Rendah (10% resiko korosi)

  1 >-200 mV >-106 mV >+116 mV >-126 mV

  • -200to-350 +116 to-34 -126to-276 Resiko korosi

  Menengah 2 -106to-256 mV m mV mV

  Tinggi (<90%

3 <-350 mV <-256 mV <-34 mV <-276 mV resiko korosi)

  Tingkat korosi

4 <-500 mV <-406 mV <-184 mV <-426 mV sangat tinggi

  Sumber : (Broomfield)

  12

BAB III METODEPENELITIAN 3.1Tempat dan Waktu Penelitian. Peninjauan lokasi penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2014 untuk

  memastikan kondisi banggunan dapat untuk dilakukan penelitian, pengukuranan potensial permukaan beton bulan Agustus 2014, lokasi penelitian dilaksanakan .

  Gampong Ujong Kalak dan Suak Ribee

Gambar 3.1 Menunjukkan Peta Lokasi Penelitiaan

  15 Sumber : Google Earth

Gambar 3.1 menunjukkan daerah dimana bangunan mushola dan rumah yang dilakukan penelitian. Gambar berikut ini menunjukkan bangunan mushola dan

  rumah yang menjadi objek penelitian.

  13

  Gambar 3.2.Bangunan tidak terendam tsunami sebagai objek penelitian I Gambar 3.2 adalah mushola yang berada di Kecamatan Johan Pahlawan.

  Bangunan ini dibangun pada tanggal 1 Maret 2006, Bangunan ini terletak

  U sekitar150 m dari bibir pantai.

  Kolom 1 B T S

  Gambar 3.2.Skema Denah Bangunan Objek Penelitian I Sumber: Penelitian

  14

Gambar 3.2 menunjukkan skema denah mushola di ujong kalak. Tanda panah menunjukkan kolom-kolom yang dilakukan\pengukuran nilai potensial. pada

  kolom1berada disamping kiri belakang yang mengarah kelaut.

  Salah satu rumah penduduk yang terendam air laut tsunami di Gampong Suak ribee adalah seperti yang ditunjukkan oleh gambar4.6. Pada saat tsunami, rumah penduduk tersebut terendam air laut secara menyeluruh. Hal ini menjadikan rumah tersebut sangat rentan terhadap serangan korosi.

Gambar 3.3 Objek II :Bangunan Yang Terendam Tsunami

  Sumber: Penelitian

Gambar 3.3 adalah rumah penduduk yang berada di Gampong Suak Ribee yang terendam air laut. Ketika tsunami, rumah ini terendam dengan ketinggian ± 4 m.

  rumah ini terletak sekitar 300 m dari bibir pantai.

  15 Kolom I

  Gambar 3.4.Skema Denah Bangunan Ojek Penelitian Sumber: Penelitian

Gambar 3.4 menunjukkan skema denah rumah di suak ribe. Tanda panah menunjukkan kolom-kolom yang dilakukan pengukuran nilai potensial. Kolom I

  berada di samping kiri belakang yang mengarah kelaut

  • + 3.2 Peralatan Penelitian Profometer 5

  Alat ukur selimut beton Profometer 5+ merupakan perangkat yang canggih untuk mencari lokasi tulangan dengan tanpa merusak serta untuk mengukur selimut beton dan diameter tulangan, yang menggunakan prinsip arus eddy dengan induksipulsa sebagai metode pengukurannya. Disamping untuk mendeteksi diameter tulangan secara akurat sampai tingkat millimeter dengan hanya satu prosedur pengukuran, alat ukur selimut Profometer 5+ bisa mengirimkan data yang terukur kesebuah PC (Proseq 13).

  16

  • + Gambar 3.12 Profometer5

  Spesifikasi Memori : Memori semi permanen untuk 40.000 nilai hasil pengukuran

  (alat ukur selimut Model SCANLOG 160.000) dan 60 objek secara berturut-turut.

  Tampilan : LCD dilengkapi lampu latar, 128 x 128 piksel Koneksi interface : RS 232 atau dengan adaptor untuk Port USB pada PC Software : Pro Vista untuk pengunduhan data dan evaluasi pada PC Baterai : Enam buah baterai 1,5 V untuk pengoperasian selama 45 jam; 30 jam dengan kondisi lampu latar menyala.

b. Digital HalfCell

  Teknikhalf-cell potential mapping adalah suatu metode tidak merusak dan banyak digunakan untuk mengukur nilai potensial korosi baja tulangan dalam beton. Dalam penggunaanya teknik ini memanfaatkan informasi berupa nilai potensial. Titik nilai potensial yang terukur dianggap mewakili nilai sebenarnya pada permukaan tulangan baja yang terukur pada permukaan struktur beton bertulang.Infomasi ini nantinya akan dianalisa, sehingga dapat ditentukan lokasi terjadinya korosi pada suatu struktur beton bertulang.

Gambar 3.13 Digital Half-Cell dan komponennya.

  17

  Sumber: .............................................. Spesifikasi: Dimensi : 150 x 80 x 35 mm Half

  • – Cell : Re-fillableSilver/SilverChloride/Sat KCL Imput Impedansi : 33 M Display : 3 ½digit danlayarLCD 12.5 mm Jangkauan/Resolusi : + 1999 mV + 1 mV Kontrol : Tombol On/Off telah menyatu dengan referencenya Baterai : MN1604 Alkaline masa pemakaian atau umurnya 1000 jam dan memiliki indikasi peringatan LCD Jika baterainya ingin habis.

  18

3.3 Langkah-langkah Pengukuran

  3.3.1 Penentuan Kolom pada Bangunan Objek Penelitian Penentuan kolom pada bangunan yang dilakukan objek penelitian yaitu pada setiap kolom sisi rumah pada tampak depan, tampak samping kanan, tampak samping kiri, dan tampak belakang.

  3.3.2 Penentuan Baja Tulangan Dan Sengkang Di Dalam Beton

  Dalam penelitian ini untuk menentukan letak baja tulangan dan sengkang

  • didalam beton dengan menggunakan alat profometer5 . Untuk mencari baja tulangan didalam beton diawali dengan cara meletakkan detector pada permukaan kolom yang telah ditentukan secara horizontal secara berulang-ulang sehingga dapat ditandai. Sedangkan untuk mencari sengkang didalam beton yaitu dengan cara meletakkan detektor pada permukaan kolom secara vertikal secara berulang- ulang.

  3.3.3 Pembentukan Grid

  Pembentukan grid ini dilakukan setelah baja tulangan dan sengkang didalam beton diketahui. Dengan menggunakan kapur dan penggaris yang membentuk kotak-kotak persegi empat di setiap sisi pada kolom yang akan diteliti.

  19

3.3.4 Pengukuran Nilai Potensial

  Berupa nilai potensial baja pada permukaan beton. Dengan menggunakan alat HalfCell Potential Mapping merek SCRIBE DHC Digital Half Cell Meter

  (PC1018 Dalam penelitian ini data yang diambil adalah).

  Elektroda acuan yang digunakan sebagai standar untuk pengukuran potensial adalah Ag/AgCl/Sat Cl yang otomatis dikonversikan ke potensial Cu/CuSO

  4 untuk memberikan nilai-nilai potensial yang tetap dan teliti, guna

  dijadikan data nilai potensial korosi. langkah-langkah kerja yang dilakukan pada penelitian ini adalah sebelum memulai melakukan pengukuran terlebih dahulu dilakukan pengaplasan pada baja tulangan yang terkorosi kemudian kabel penghubung dari elektroda acuan dihubungkan ke bagian tulangan besi yang telah diamplas. Tunggu beberapa detik hingga angka pada digitalhalf-cell stabil. Biasanya ditandai dengan angka mendekati angka nol.

  Pasangkan busa penghubung keujung elektroda acuan yang telah dibasahi dengan aquades. Digital half-cell siap digunakan dengan cara menempelkan ujung elektroda acuan kepermukaan beton bertulang secara vertical dan lakukan pengambilan data nilai potensial korosi sampai tiga kali untuk diestimasi agar data yang kita dapatkan lebih akurat.

  20

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pengukuran Nilai Potensial Objek Penelitian

  Langkah langkah dalam pengukuran potensial permukaan bangunan yang menjadi objek penelitian adalah sebagai berikut:

  4.1.1 Penentuan Kolom Pada Bangunan Objek Penelitian

  Penentuan kolom pada bangunan yang dilakukan objek penelitian yaitu pada sisi kolom yang menghadap kearah laut dipilih satu buah kolom dari bangunan yang menjadi objek penelitian.

  4.1.2. Penentuan Baja Tulangan Dan Sengkang di Dalam Beton

  Penentuan baja tulangan dan sengkang di dalam beton dilakukan dengan

  • menggunakan alat profometer 5 .

  4.1.3 Pembentukan Grid

  Pembentukan grid ini dilakukan pada kolom yang akan diteliti dengan menggunakan penggaris dan kapur tulis, seperti terlihat pada gambar 4.1.

  21

Gambar 4.1. Pembentukan grid

4.1.4. Pengukuran Nilai Potensial

  Pengukuran nilai potensial baja pada permukaan beton menggunakan alat

  

Half Cell Potential Mapping merek SCRIBE DHC Digital Half Cell Meter

(PC1018). seperti terlihat pada gambar 4.2.

Gambar 4.2. Pengukuran nilai potensial

4.2. Hasil Penelitian

  Berdasarkan penelitian dan hasil pengukuran yang telah dilakukan pada beton bertulang, dengan merujuk ke ASTM C867, maka hasil yang didapatkan pada kolom-kolom rumah tersebut adalah sebagai berikut:

  22

  

4.2.1. Grafik Hasil Pengukuran Bangunan Yang Tidak Terendam Tsunami

Gambar 4.7. menunjukkan pada kolom bangunan yang terendam tsunami pada sisi yang menghadap kelaut, menunjukan nilai rata rata potensial kolom berkisar

  antara 100 sampai 200 mV (resiko korosi rendah ) berdasarkan ASTM C867. 100

POTENSIAL PERMUKAAN TERHADAP KETEBALAN

50 360 360 330 315 300 285 270 255 240 225 210 195 180 165 150 135 120 SELIMUT KOLOM BETON BERTULANG -100 -150 -50

  • 200 TEBAL SELIMUT POTENSIAL PERMUKAAN

Gambar 4.5. Bangunan I : Grafik Hasil Pengukuran Potensial Bangunan Yang Tidak Terendam tsunami.

  

Dari grafik diatas menunjukan pada korosi semakin kebawah maka resiko

korosinya semakin tinggi ini berlaku untuk bangunan yang tidak terkena tsunami.

  4.2.4 Grafik Hasil Pengukuran Bangunan Yang Terendam Tsunami

  Gambar 4.7.menunjukkan pada kolom bangunan yang terendam stunami pada sisi ysng menghadap kelaut,menunjukan nilai rata rata potensial kolom berkisar antara 100 sampai 200 mV (resiko korosi rendah ) berdasarkan ASTM C867.

  23 POTENSIAL PERMUKAAN TERHADAP KETEBALAN 100 50 SELIMUT KOLOM BETON BERTULANG -150 -100 -50 520 500 480 460 440 420 400 380 360 340 320 300 280 260 240 220 200 -250 -200

TEBAL SELIMUT POTENSIAL PERMUKAAN KIRI POTENSIAL PERMUKAAN KANAN

Gambar 4.7. Bangunan II: Grafik Hasil Pengukuran Potensial Bangunan Yang

  Terendam Tsunami Dari grafik pada gambar 4.4 menunjukan bahwa distribusi nilai potensial korosi pada kolom menjadi keseimbangan setelah terendam tsunami . dimana

  terjadi distrubisi merata kolom bangunan terhadap nilai potensial.

  24

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.

1 Kesimpulan 1.

  Bangunan yang tidak terendam tsunami nilai potensial permukaan kolom semakain dekat dengan permukaan tanah maka semakin negatif nilai potensialnya.

2. Bangunan yang terkena tsunami nilai potensial permukaan kolom akan distribusi merata.

  5.

2 Saran 1.

  Penambahan objek penghasilan pada bangunan yang lain untuk menambah kekuatan data penelitian

  25

DAFTAR PUSTAKA 1.

  Jurnal Arsitektur “ATRIUM” vol. 02 no. 01, April 2005 : 34-41 2.

  (ASTMC867).Nilai potensialkorosiberkisarantara -200sampai-350mV.

  3. Memorisemipermanenuntuk40.000nilaihasil

  pengukuran(alatukurselimutModelSCANLOG160.000) dan 60 objek secara berturut-tur

  4. HalfCellPotentialMapping merek SCRIBE DHC Digital Half Cell Meter (PC1018) .

  5. Sumber : Dody. 2012 .