BAB II TINJAUAN PUSTAKA - BAB II SUKHAEBAH FARMASI'13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lengkuas (Alpinia galanga SW)

  1. Sistematika Tanaman Divisi : Spermatophyta

  Sub divisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledonae Bangsa : Zingiberales Suku : Zingiberaceae Marga : Alpinia Jenis : Alpinia galanga SW (Depkes R.I, 2001)

  2. Nama Lain Indonesia : langkuas, Sumatera : langkuweh, Jawa : laos,

  Kalimantan : langkuwas, Nusa tenggara : laja dan Maluku : lawase (Depkes R.I, 1985).

  3. Morfologi Lengkuas dapat tumbuh baik di dataran rendah hingga dataran tinggi sekitar 1.200 m dpl (Setiadi dkk, 2007).

  Pemerian : bau aromatik dan rasa pedas, potongan rimpang panjang 4 cm sampai 6 cm, tebal 1 cm sampai 2 cm, kadang-kadang bercabang, ujung bengkok, warna permukaan coklat kemerahan, parut daun jelas, bekas patahan berserat pendek, berbutir-butir kasar, warna coklat (Depkes R.I, 1978).

  4. Manfaat Khasiat rimpang lengkuas yaitu sebagai antifungi, antioksidan, pengawet makanan, karminatif, penambah nafsu makan, antipiretik, antiinflamasi, antimikroba, obat penyakit perut, kudis, panu, menghilangkan bau mulut, pelancar haid, karminatif (Sunilson dkk,

  2009; Singh dkk, 2012; Handajani dkk, 2008; Wungsintaweekull dkk, 2010; Buchbaufr, 2003 dalam Parwata dan Dewi, 2008; Riyanto, 2009; Itokawa, 1993 dan Masuda, 1994 dalam Yuharmen, 2002 dalam Siregar dkk, 2011; Depkes R.I, 2001; Depkes R.I, 1978).

  5. Kandungan Kimia Rimpang lengkuas mengandung minyak atsiri dan zat pedas.

  Tanaman obat ini mengandung turunan flavon dan tanin serta memiliki banyak pati. Selain itu, rimpang lengkuas mengandung flavonoida, polifenol dan minyak atsiri (Stahl, 1985; Depkes R.I, 2001).

B. Jahe (Zingiber officinale Rosc)

  1. Sistematika Tanaman Divisi : Spermatophyta

  Sub divisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledonae Bangsa : Zingiberales Suku : Zingiberaceae

  Marga : Zingiber Jenis : Zingiber officinale Rosc (Depkes R.I, 2001)

  2. Nama Latin Indonesia : jahe, Sumatera: jahi, Jawa : jae, Kalimantan : halia, Sulawesi : pese dan Maluku : sehi (Depkes R.I, 1985).

  3. Morfologi Jahe tumbuh berupa terna berbatang semu. Tanaman tumbuh merumpun, tinggi mencapai 30-100 cm, daun berbentuk pita, tersusun dalam dua baris yang berselang-seling (Setiadi dkk, 2007).

  Pemerian : bau aromatik dan rasa agak pedas, rimpang agak pipih dengan bagian ujung bercabang pendek serta pipih dalam bentuk potongan panjang 5 cm sampai 15 cm; tebal 1 cm sampai 6,5 cm; bagian luar berwarna coklat kekuningan dan beralur memanjang, bekas patahan pendek dan berserat menonjol, pada irisan melintang terdapat berturut-turut korteks sempit yang tebalnya lebih kurang sepertiga jari-jari; endodermis, stele yang lebar, banyak tersebar berkas pembuluh berupa titik keabu-abuan dan sel kelenjar berwarna kekuningan (Depkes R.I, 1978).

  4. Manfaat Rimpang jahe dapat digunakan sebagai bahan jamu pasca bersalin, migren, antimual, membantu proses pencernaan, bau badan lebih baik serta antimikroba. Selain itu rimpang jahe dapat berkhasiat untuk karminatif, sebagai rempah-rempah pada pembuatan bir jahe dan permen jahe (Wardah, 2009; Sunilson dkk, 2009; Depkes R.I, 1978; Stahl, 1985).

  5. Kandungan Kimia Rimpang jahe mengandung minyak atsiri termasuk zingiberena yaitu seskuiterpen dan alkoholnya yaitu zingiberol. Beberapa unsur berasa tajam terdapat dalam bagian damar dari rimpang yaitu zingeron dan keton sejenis, serta gula dan pati 50% (Stahl, 1985).

C. Kunyit (Curcuma domestica Vahl)

  1. Sitematika Tanaman Divisi : Spermatophyta

  Sub divisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledonae Bangsa : Zingiberales Suku : Zingiberaceae Marga : Curcuma Jenis : Curcuma domestica Vahl (Depkes R.I, 2001)

  2. Nama latin Indonesia : kunyit, Sumatera : kakunye, Jawa : kunir,

  Kalimantan : kunit, Nusa tenggara : kunyik, Maluku : kurlai dan Irian : nikwai (Depkes R.I, 1985).

  3. Morfologi Tanaman tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian 2.000 m dpl. Menghendaki tanah cukup gembur dan kaya bahan organik, tidak tergenang air, curah hujan tinggi antara 2.000 - 4.000 mm/tahun (Setiadi dkk, 2007).

  Pemerian : bau khas aromatik, rasa agak pahit serta pedas namun lama kelamaan menimbulkan rasa tebal; kepingan ringan, rapuh, warna kuning jingga, kuning jingga kemerahan sampai kuning jingga kecoklatan, bentuk hampir bundar sampai bulat panjang, kadang-kadang bercabang, lebar 0,5 cm sampai 3 cm, panjang 2 cm sampai 6 cm, tebal 1 mm sampai 5 mm, umumnya melengkung tidak beraturan, kadang-kadang terdapat pangkal upih daun dan pangkal akar. Batas korteks dan silinder pusat kadang-kadang jelas dan bekas patahan agak rata, berdebu, warna kuning jingga sampai coklat kemerahan (Depkes R.I, 1977).

  4. Manfaat Rimpang kunyit dapat berkhasiat sebagai antimikroba, penyakit kronik pernafasan. Dapat digunakan sebagai rempah-rempah dan unsur utama bumbu kari (Sunilson dkk, 2009; Rahminiwati dkk, 2011; Stahl, 1985).

  5. Kandungan Kimia Rimpang kunyit mengandung minyak atsiri dan kurkumin (Stahl, 1985).

D. Kencur (Kaempferia galanga L)

  1. Sistematika Tanaman Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledonae Bangsa : Zingiberales Suku : Zingiberaceae Marga : Kaempferia Jenis : Kaempferia galanga L (Depkes R.I, 2001).

  2. Nama Latin Indonesia : kencur, Sumatera : ceuko, Jawa : kencor, Nusa tenggara : cekuh, Sulawesi : sukung dan Irian : Ukap (Depkes R.I,

  1985).

  3. Morfologi Kencur tumbuh subur di dataran rendah sampai pegunungan bertanah gembur, tidak terlalu banyak air, terutama pada musim hujan.

  Tanaman dapat tumbuh dalam pot maupun di kebun yang cukup mendapatkan sinar matahari di tempat terbuka (Setiadi dkk, 2007).

  Pemerian : bau khas aromatik, rasa pedas, hangat, agak pahit, akhirnya menimbulkan rasa tebal; kepingan pipih, bentuk hampir bundar sampai jorong atau tidak beraturan, tebal keping 1 mm sampai 4 mm, panjang 1 cm sampai 5 cm, lebar 0,5 cm sampai 3 cm, bagian tepi berombak dan berkeriput, warna coklat sampai coklat kemerahan; korteks sempit, lebar kurang dari 2 mm, warna putih; berkas pembuluh tersebar tampak sebagai bintik-bintik berwarna kelabu atau keunguan; silinder pusat lebar, banyak tersebar berkas pembuluh seperti pada korteks; bekas patahan rata, berdebu, berwarna putih (Depkes R.I, 1977).

  4. Manfaat Rimpang kencur dapat digunakan untuk antimikroba dan antioksidan, pelangsing aromaterapi, menyembuhkan batuk dan keluarnya dahak, mengeluarkan angin dari dalam perut, bahan pemutih, antibakteri, analgesik, diuretik, menambah nafsu makan dan dapat memperlancar aliran darah (Hanumantharaju dkk, 2010; Assaat, 2011; Rosita, 2007 dalam Assaat, 2011; Hertiani et al., 2010; Faroug et al. , 1995 dalam Hertiani et al., 2010; Wirapati, 2008).

  5. Kandungan Kimia Rimpang kencur mengandung flavonoida, polifenol dan minyak atsiri (Depkes R.I, 2001).

E. Temulawak (Curcuma xanthorrihiza Roxb)

  1. Sistematika Tanaman Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledonae Bangsa : Zingiberales Suku : Zingiberaceae Marga : Curcuma Jenis : Curcuma xanthorrihiza Roxb (Depkes R.I, 2000)

  2. Nama Latin Sumatera : temulawak, Jawa: temulawak, Madura : temolabak,

  Sulawesi Selatan : tommon dan Ternate : karbanga (Dalimartha, 2000).

  3. Morfologi Pemerian : bau aromatik, rasa tajam dan pahit; keping tipis, bentuk bundar atau jorong, ringan, keras, rapuh, garis tengah sampai 6 cm, tebal 2 mm sampai 5 mm, permukaan luar berkerut, warna coklat kuning sampai coklat; bidang irisan berwarna coklat kuning buram, melengkung tidak beraturan, tidak rata; korteks sempit, tebal 3 mm sampai 4 mm; bekas patahan berdebu, warna kuning jingga sampai coklat jingga terang (Depkes R.I, 1979).

  4. Manfaat Rimpang temulawak dapat dimanfaatkan untuk antimikroba, hepatoprotektor, penambah nafsu makan, meningkatkan sistem imunitas tubuh, antiinflamasi, antioksidan dan diuretika (Masri dkk, 2002; Rahminiwati dkk, 2011).

  5. Kandungan Kimia Rimpang temulawak mengandung minyak atsiri dan kurkumin (Stahl, 1985).

F. Bakteri

  Bakteri terdiri atas semua organisme prokariotik patogen dan nonpatogen yang terdapat di daratan dan perairan, serta organisme prokariotik yang bersifat fotoautotrof. Umumnya uniselluler, tidak mempunyai klorofil, berkembang biak dengan pembelahan sel, beberapa berbentuk bulat (tunggal; coccus, jamak: cocci), batang atau silinder (tunggal: bacillus, jamak: bacilli), dan spiral yaitu berbentuk batang melengkung atau melingkar-lingkar. Bentuk cocci umumnya bulat atu oval. Bila cocci membelah diri, sel-sel dapat tetap melekat satu sama lain. Cocci yang membelah pada banyak bidang dan membentuk kumpulan menyerupai buah anggur disebut staphylococci (Suriawiria, 1996; Pratiwi, 2008).

  Bakteri terdapat dua macam, yaitu :

  1. Gram positif Dinding sel bakteri gram positif mengandung banyak lapisan peptidoglikan yang membentuk struktur yang tebal dan kaku serta terdapat asam teikoat yang mengandung alkohol dan fosfat (Pratiwi, 2008).

  Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif bersifat patogen utama pada manusia yang terdapat pada kulit, rambut, mulut dan usus. Bakteri ini dapat menginfeksi luka terbuka, menimbulkan nanah dan bisul (Fatmawati dkk, 2009).

  2. Gram negatif Dinding sel bakteri gram negatif mengandung satu atau beberapa lapis peptidoglikan dan membran luar. Peptidoglikan terikat pada lipoprotein pada membran luar. Dinding sel bakteri gram negatif tidak mengandung asam teikoat, dan karena hanya mengandung sejumlah kecil peptidoglikan, maka dinding sel bakteri garam negatif ini relatif lebih tahan terhadap kerusakan mekanis (Pratiwi, 2008).

  Contohnya adalah Escherichia coli. E. coli merupakan bakteri gram negatif aerobi atau anaerobi fakultatif, berbentuk batang, panjangnya 1-4 µm, lebarnya 0,4-1,7 µm, dapat ditemukan pada usus besar manusia sebagai flora normal, sifatnya dapat menyebabkan infeksi primer pada usus misalnya diare pada anak dan mampu menimbulkan infeksi pada jaringan tubuh lain di luar usus halus (Buchanan, 1974 dalam Meilisa, 2009).

G. Yeast

  Fungi adalah organisme kemoheterotrof yang memerlukan senyawa organik untuk nutrisinya (sumber karbon dan energi). Khamir (yeast) merupakan fungi bersel satu (uniselluler), tidak berfilamen, berbentuk oval atu bulat, tidak berflagela dan berukuran lebih besar dibandingkan sel bakteri dengan lebar berkisar 1-5 mm dan panjang berkisar 5-30 mm (Pratiwi, 2008).

  Saccharomyces cerevisiae berbentuk oval, dinding sel

  mengandung selulosa, reproduksi aseksual dengan cara pertunasan sedangkan reproduksi seksual dua sel dari tipe berbeda bergabung menjadi satu membentuk askus, tumbuh baik pada kondisi aerob namun dapat tumbuh secara anaerob meskipun lambat, bersifat fermentatif kuat dengan melakukan fermentasi alkohol yaitu memecah glukosa melalui jalur glikolisis serta digunakan dalam pembuatan roti dan bir. Tapi dengan adanya O

2 Saccharomyces cerevisiae dapat melakukan respirasi yaitu

  mengoksidasi gula menjadi CO

  2 dan H

  2 O. Oleh karena itu,

Saccharomyces cerevisiae dapat mengubah sistem metabolismenya dari

  jalur fermentatif menjadi oksidatif (respirasi) yang menghasilkan energi (Fardiaz, 1992).

H. Uji Aktivitas Antimikroba

  Macam-macam metode uji antimikroba antara lain :

  1. Metode difusi

  a. Metode disc diffusion (tes Kirby & Bauer) Untuk menentukan aktivitas agen antimikroba. Piringan yang berisi agen antimikroba diletakkan pada media Agar yang telah ditanami mikroorganisme yang akan berdifusi pada media Agar tersebut. Area jernih mengindikasikan adanya hambatan pertumbuhan mikroorganisme oleh agen antimikroba pada permukaan media Agar (Pratiwi, 2008).

  b. E-test Metode E-test digunakan untuk mengestimasi MIC (minimum

  inhibitory concentration ) atau KHM (kadar hambat minimum),

  yaitu konsentrasi minimal suatu agen antimikroba untuk dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Pada metode ini digunakan strip plastik yang mengandung agen antimikroba dari kadar terendah hingga tertinggi dan diletakkan pada permukaan media Agar yang telah ditanami mikroorganisme. Pengamatan dilakukan pada area jernih yang ditimbulkannya yang menunjukkan kadar agen antimikroba yang menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada media Agar (Pratiwi, 2008). c. Cup-plate technique Metode ini serupa dengan metode disc diffusion, di mana dibuat sumur pada media Agar yang telah ditanami dengan mikroorganisme dan pada sumur tersebut diberi agen antimikroba yang akan diuji (Pratiwi, 2008).

  2. Metode Dilusi

  a. Metode dilusi cair Metode ini mengukur Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh Minimum (KBM). Cara yang dilakukan adalah dengan membuat seri pengenceran agen antimikroba pada medium cair yang ditambahkan mikroba uji (Pratiwi, 2008).

  b. Metode dilusi padat Metode ini serupa dengan metode dilusi cair namun menggunakan media padat. Keuntungan metode ini adalah satu konsentrasi agen antimikroba yang diuji dapat digunakan untuk menguji beberapa mikroba uji (Pratiwi, 2008).