BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Oni Putri Isnaini BAB I

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) merupakan nutrisi ideal untuk bayi karena

  mengandung zat gizi yang paling sesuai dengan kebutuhan bayi dan mengandung seperangkat zat perlindungan terhadap berbagai penyakit (Besar dan Eveline, 2008). ASI Eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada Bayi sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, tanpa menambahkan dan atau mengganti dengan makanan atau minuman lain (Peraturan Pemerintah RI Nomer 33 Tahun 2012). Pentingnya pemberian ASI terutama ASI Eksklusif untuk bayi sangat luar biasa. Bagi bayi, ASI eksklusif adalah makanan dengan kandungan gizi yang paling sesuai untuk kebutuhan bayi, melindungi bayi dari berbagai penyakit seperti diare dan infeksi saluran pernafasan akut (Kemenkes RI, 2014).

  World Health Organization (WHO) tahun 2014 menyatakan bahwa

  jumlah angka kematian bayi (AKB) di Indonesia pada tahun 2012 berada pada angka 26 kematian per 1.000 kelahiran hidup. Jumlah ini masih belum memenuhi target AKB sendiri yaitu 24 kematian per 1.000 kelahiran hidup (Menkokesra, 2012). Beberapa faktor dapat menyebabkan kematian bayi, seperti diare, penyakit infeksi, dan pneumonia. Pencegahan, deteksi dini, serta penanganan yang cepat dan tepat dapat menekan kematian yang disebabkan penyakit ini. Salah satu pencegahan

  1 yang dapat dilakukan guna menghindari bayi dari berbagai penyakit ini adalah dengan pemberian air susu ibu (ASI). (Gizikia, 2011).

  Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyatakan bahwa dalam kenyataannya, pemberian ASI ekslusif selama enam bulan pertama kehidupan bayi memiliki banyak kendala, seperti ibu kurang memahami tata laksana laktasi yang benar, ibu bekerja, dan produksi ASI yang kurang. Beberapa faktor diduga menyebabkan kurangnya produksi ASI, yaitu faktor menyusui, faktor psikologis ibu, faktor fisik ibu, dan faktor bayi. Faktor psikologis seperti stres, khawatir, ketidakbahagiaan ibu pada periode menyusui sangat berperan dalam menyukseskan pemberian ASI ekslusif (IDAI, 2013 dalam Hani R, 2014).

  Rohani (2008) mengatakan bahwa dukungan kepada ibu menjadi satu faktor penting yang juga mempengaruhi ibu memberikan ASI eksklusif. Seorang ibu yang punya pikiran positif tentu saja akan senang melihat bayinya, kemudian memikirkannya dengan penuh kasih sayang, terlebih bila sudah mencium dan menimang si buah hati. Semua itu terjadi bila ibu dalam keadaan tenang. Keadaan tenang ini didapat oleh ibu jika adanya dukungan-dukungan dari lingkungan sekitar ibu untuk memberikan ASI kepada bayinya. Karena itu, ibu memerlukan dukungan yang kuat agar dapat memberikan ASI eksklusif. Menurut Tasya (2008), dukungan ini didapat oleh ibu dari tiga pihak, yaitu suami, keluarga, dan tenaga kesehatan.

  Faktor selain dukungan sosial yang dapat mempengaruhi produksi ASI adalah stres. Ibu sering mengalami kesulitan diawal menyusui seperti kelelahan, ASI sedikit, puting susu lecet, dan gangguan tidur malam hari, dan stres yang berhubungan dengan peran baru, hal tersebut dapat menjadi sumber stres ibu. Ibu yang cemas dan stres dapat mengganggu laktasi sehingga mempengaruhi produksi ASI karena menghambat pengeluaran ASI. Sewaktu bayi menyusu, ujung saraf peraba yang terdapat pada puting susu terangsang. Rangsangan tersebut oleh serabu afferent dibawa ke

  hipotalamus di dasar otak, lalu memacu hipofase anterior untuk

  mengeluarkan hormon prolaktin ke dalam darah. Mealalui sirkulasi prolaktin memacu sel kelenjar (alveoli) untuk memproduksi ASI. Jumlah

  prolaktin yang disekresi dan jumlah susu yang diproduksi berkaitan

  dengan stimulus isapan, yaitu frekuensi, intensitas dan lamanya bayi menghisap (Ambarwati, RE, 2009). Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan, misalnya kegelisahan, kurang percaya diri, rasa tertekan dan berbagai bentuk ketenangan emosional. Semuanya itu bisa membuat ibu tidak berhasil menyusui. Jika ibu mengalami gangguan emosi, maka kondisi itu bisa menganggu proses let down reflek yang berakibat ASI tidak keluar, sehingga bayi tidak mendapatkan ASI dalam jumlah yang cukup, dan bayi pun akan terus-menerus menagis. Tangisan bayi membuat ibu menjadi gelisah dan menganggu proses let down reflek. Semakin tertekan perasaan ibu karena tangisan bayi, semakin sedikit air susu yang dikeluarkan. Pengeluaran ASI akan berlangsung baik pada ibu yang merasa rileks dan nyaman (Prasetyono, 2009). Kondisi Stres pasca persalinan dialami 80% wanita setelah bersalin. Perasaan sedih atau uring- uringan yang melanda ibu timbul dalam jangka waktu dua hari sampai dua minggu pasca persalinan (Danuatmaja dan Meiliasari, 2003). Kondisi ibu yang mudah cemas dan stres dapat mengganggu laktasi sehingga dapat berpengaruh pada produksi ASI. Hal ini di karenakan stres dapat menghambat pengeluaran ASI (Kodrat, 2010). Semakin tinggi tingkat gangguan emosional, semakin sedikit rangsangan hormon prolaktin yang diberikan untuk memproduksi ASI (Prasetyono, 2009).

  Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh World Health

  

Organization (WHO) pada tahun 2013 menyatakan bahwa baru sekitar

  35% bayi usia 0-6 bulan di dunia yang diberikan ASI eksklusif. Data lain juga didapatkan bahwa persentase ibu di Asia pada tahun 2010 yang memberikan ASI eksklusif sebesar 42%. Dari kedua data hasil survey tersebut dapat disimpulkan bahwa pemberian ASI secara eksklusif masih tergolong rendah (Cai et al, 2012).

  Dari data Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2013 cakupan pemberian ASI ekslusif pada bayi 0-6 bulan berfluktuatif. Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 menunjukkan cakupan ASI ekslusif bayi 0-6 bulan sebesar 32% yang menunjukkan kenaikan yang bermakna menjadi 42% pada tahun 2012 (Kementrian Kesehatan RI, 2014).

  Berdasarkan data yang diperoleh dari profil kesehatan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2014 persentase pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan di Jawa Tengah pada tahun 2014 sebesar 60,7%, meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2013 yang sebesar 52,99%. Dan Kab. Banyumas menduduki persentase pemberian ASI eksklusif terendah kedua setelalah Kab. Pekalongan yaitu sebesar 42,9% (Dinkes Jateng, 2014).

  Berdasarkan hasil studi pendahuluan di Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas, cakupan pemberian ASI Ekslusif tahun 2015 sebesar 50,4%, bila dibanding tahun 2014 cakupan pemberian ASI Eksklusif sebesar 20,9%. Hal ini meningkat sebesar 29,5%. Dan Puskesmas Kedungbanteng menduduki presentase pemberian ASI terendah kedua setelah Puskesmas Sumpiuh II yaitu sebesar 19,4% (Dinkes Kabupaten Banyumas, 2015).

  Berdasarkan uraian diatas maka peneliti meneliti tentang hubungan dukungan sosial dan tingkat stres dengan keberlangsungan pemberian ASI Ekslusif di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungbanteng Kabupaten Banyumas.

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah pada penelitian ini adalalah adakah hubungan dukungan sosial dan tingkat stres dengan keberlangsungan pemberian ASI Ekslusif di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungbanteng Kabupaten Banyumas.

C. Tujuan Penelitian

  1. Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan dukungan sosial dan tingkat stres dengan keberlangsungan pemberian ASI Ekslusif di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungbanteng Kabupaten Banyumas.

  2. Tujuan Khusus

  a. Mengetahui gambaran karakteristik responden penelitian di Puskesmas Kedungbanteng Kabupaten Banyumas

  b. Mengetahui dukungan sosial yang diberikan kepada ibu yang mempunyai bayi usia 0-6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungbanteng Kabupaten Banyumas.

  c. Mengetahui tingkat stres yang dialami ibu yang mempunyai bayi usia 0-6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungbanteng Kabupaten Banyumas.

  d. Mengetahui keberlangsungan pemberian ASI Ekslusif di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungbanteng Kabupaten Banyumas.

  e. Menganalisis hubungan dukungan sosial dengan keberlangsungan pemberian ASI Ekslusif di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungbanteng Kabupaten Banyumas. f. Menganalisis hubungan tingkat stres ibu dengan keberlangsungan pemberian ASI Ekslusif di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungbanteng Kabupaten Banyumas.

D. Manfaat Penelitian

  1. Bagi Puskesmas Untuk memberikan masukan ataupun informasi bagi Puseksams Kedungbanteng Kabupaten Banyumas dalam meningkatkan pemberian ASI ekslusif.

  2. Bagi Masyarakat Untuk memberikan informasi tentang upaya yang dapat dilakukan keluarga dalam meningkatkan pemberian ASI ekslusif.

  3. Bagi Responden Untuk mengetahui faktor stres dan dukungan sosial terhadap pengaruhnya terhadap keberlangsungan pemberian ASI ekslusif.

  4. Bagi Peneliti Untuk menambah wawasan bagi penulis dan berpikir kritis dan melatih untuk memecahkan masalah dalam bidang kesehatan ibu dan anak, khususnya tentang pemberian ASI ekslusif dan untuk melengkapi salah satu persyaratan akademik tingkat sarjana Program Studi Keperawatan S1 Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

  5. Bagi Peneliti Lain Dapat dijadikan bahan referensi bagi peneliti lain yang tertarik untuk meneliti tentang keberlangsungan pemberian ASI ekslusif.

E. Penelitian Terkait

  1. Hani, R. U. (2013) penelitian dengan judul Hubungan Dukungan Suami Terhadap Keberhasilan Pemberian ASI Ekslusif Pada Ibu Primipara di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan. Jenis penelitian adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Teknik pengumpulan data menggunakan instrumenpenelitian berupa kuisioner. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ibu yang mendapat dukungan suami yang baik sebanyak 91,2%, dukungan suami yang cukup 8,8%, dan tidak ada ibu yang kurang mendapatkan dukungan suami, serta ibu yang berhasil memberikan ASI ekslusif sebanyak 23,5% dan tidak berhasil memberikan ASI ekslusif sebanyak 76,5%.

  Hasil uji statistik menunjukan bahwa tidak adahubungan antara dukungan suami terhadap keberhasilan pemberian ASI eklusif pada ibu primipara dengan p value sebesar 1,00 atau Sig>0,05. Persamaan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian ini adalah pada tema pemberian ASI ekslusif, dan dukungan terhadap ibu menyusui dalam pemberian ASI ekslusif. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian sebelumnya adalah pada jumlah variabel bebas. Lokasi penelitian juga berbeda, sehingga populasinya tidak sama.

  2. Hargi, J. P (2013) penelitian dengan judul Hubungan Dukungan Suami Dengan Sikap Ibu Dalam Pemberian ASI Ekslusif di Wilayah Kerja Puskesmas Arjasa Kabupaten Jember. Jenis penelitian pada penelitian ini adalah penelitian survei analitik dengan pendekatan cross sectional.

  Populasi adalah seluruh ibu yang mempunyai bayi usia 0-6 bulan yang berada di wilayah kerja Puskesmas Arjasa Kabupaten Jember yaitu 84 orang. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 45 responden, teknik sampling yang digunakan adalah systematic random sampling.

  Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Arjasa Kabupaten Jember dengan menggunakan kuesioner.Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari 50 persen responden yang mempunyai dukungan suami baik, maka memiliki sikap positif dalam pemberian ASI eksklusif. Hal ini ditunjukkan sebanyak 28 responden (62,2%) dengan dukungan baik dan mempunyai sikap positif dalam pemberian ASI eksklusif. Hasil pengolahan data dengan SPSS didapatkan p value (0,000) < α (0,05) yang berarti Ho ditolak, sehingga dapat ditarik kesimpulan ada hubungan yang signifikan antara dukungan suami dengan sikap ibu dalam pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Arjasa Kabupaten Jember.

  Persamaan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian ini adalah pada tema pemberian ASI ekslusif, dan dukungan terhadap ibu menyusui dalam pemberian ASI ekslusif. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian sebelumnya adalah pada variabel sikap ibu. Lokasi penelitian juga berbeda, sehingga populasinya tidak sama.

  3. Nelita, dkk (2010) dengan judul Hubungan Stres Dengan Produksi Asi di Kecamatan Guguak Panjang Kota Bukittinggi Tahun 2010. Disain penelitian ini adalah crosssectional yang berlokasi di kecamatan Guguak Panjang kota Bukittinggi. Sampel sebanyak 155 ibu yang mempunyai bayi usia 0 sampai 6 bulan. Pengumpulan data menggunakan instrumen kuesioner. Hasil penelitian didapatkan dari 155 reponden didapatkan produksi ASI kurang 56 orang (36,1%), stres sedang 49 orang (31,6%), BBLR 5 orang (3,23%), memberikan makanan tambahan 110 orang (70,97%), kehamilan preterem 5 orang (3,23%), kontrasepsi tidak untuk ibu menyusui 20 orang (12,90%). Berdasarkan analisis statistik yang telah dilakukan dengan metode Chi- square untuk menguji hubungan stres dengan produksi ASI, didapatkan p < 0,05 dengan OR 6,43. Hasil perhitungan ini menunjukkan bahwa ada hubungan stres dengan produksi ASI, dimana ibu yang stres sedang mempunyai peluang 6,43 kali mengalami produksi ASI kurang dibandingkan dengan ibu yang normal. Analisis statistik multivariat untuk menguji hubungan antara stres dengan produksi ASI dengan mengontrol variabel pengganggu dengan metode regresi logistik tidak dapat dilakukan, karena pada uji bivariat tidak didapatkan pada variabel pengganggu nilai p < 0,25. Hal ini menunjukkan hanya stres mempunyai hubungan yang signifikan dengan produksi ASI dan tidak ada variabel lain yang mengganggu. Persamaan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian ini adalah pengaruh stres terhadap pemberian dan produksi ASI. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian sebelumnya adalah pada jumlah variabel bebas. Lokasi penelitian juga berbeda, sehingga populasinya tidak sama.

  4. Amalia, R (2015) penelitian dengan judul Hubungan Stres Dengan Kelancaran Asi Pada Ibu Menyusui Pasca Persalinan di Rsi A.Yani Surabaya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik cross sectional dengan non random sampling (kuota sampling).

  Populasi yang dipakai dalam penelitian ini adalah semua ibu nifas hari kedua di RSI A.Yani. Dan jumlah sampel yang digunakan sebanyak 24 responden. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner untuk mengetahui data tentang stres dan kelancaran ASI. Hasil penelitian didapatkan pada ibu nifas hari kedua yang mengalami stres mengalami ketidaklancaran ASI. Setelah data terkumpul kemudian di tabulasi dan diuji dengan menggunakan korelasi Spearman Rank, didapatkan hasil ada hubungan stres dengan kelancaran ASI pada ibu menyusui pasca persalinan di RSI A.Yani. (Rho = 0,628 ). Persamaan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian ini adalah pengaruh stres terhadap pemberian dan kelancaran ASI. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian sebelumnya adalah pada jumlah variabel bebas. Lokasi penelitian juga berbeda, sehingga populasinya tidak sama.

  5. Mannion, C. A., Hobbs, A. J., McDonald, S. W and Tough, S., C (2013) penelitian dengan judul Maternal Perceptions Of Partner Support During Breastfeeding. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, dengan desain cross sectional. Populasi yang dipakai dalam penelitian ini adalah 76 ibu dari klinik kesehatan masyarakat di Calgary, Alberta. Peserta menyelesaikan kuesioner mengatasi persepsi dukungan mitra, yang Menyusui Skala Self- Efficacy (BSES) yang mengukur kepercayaan ibu dan kemampuan untuk menyusui, dan Hill dan Humenick Laktasi Skala (HHLS) mengukur komitmen, dirasakan kenyang bayi, dan kepuasan menyusui. analisis deskriptif dilakukan pada tanggapan sosio- demografis dan survei. Pemodelan regresi berganda adalah digunakan untuk meneliti hubungan antara dukungan mitra dan hasil menyusui.

  Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner untuk mengetahui persepsi dukungan mitra. Hasil penelitian didapatkan wanita yang dilaporkan aktif / dukungan positif dari mitra mereka dinilai lebih tinggi pada BSES (p <0,019) dari mereka yang melaporkan ambivalen / dukungan mitra negatif ketika kami mengontrol menyusui sebelumnya pengalaman dan usia bayi. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara dua kelompok perempuan total skor HHLS atau salah satu sub-skala sehubungan dengan persepsi dukungan mitra.

  6. Montgomery, S. M., Ehlin, A., Sacker, A (2006) penelitian dengan judul Breast Feeding And Resilience Against Psychosocial Stress.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasional menggunakan data kelompok kelahiran longitudinal regresi linear. Hasil penelitian didapatkan Di antara 5.672 non- menyusui subyek makan, orangtua perceraian / pemisahan dikaitkan dengan statistik signifikan meningkatkan risiko kecemasan, dengan koefisien regresi (95% CI) dari 9,4 (6,1-12,8). Di antara kelompok menyusui asosiasi ini adalah jauh lebih rendah: 2.2 (22,6-7,0). pengujian interaksi dikonfirmasi modifikasi pengaruh yang signifikan secara statistik dengan menyusui, independen simultan penyesuaian untuk beberapa faktor pembaur potensial, menghasilkan koefisien interaksi 27,0 (212,8 menjadi 21,2), menunjukkan penurunan 7% dalam kecemasan setelah penyesuaian.