BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Motivasi Belajar Siswa - DIDY SUSILO AJI BAB II

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori

1. Motivasi Belajar Siswa

  A) Pengertian Motivasi Belajar Menurut Sardiman (2007:73), motif diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan.

  Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Berawal dari kata “motif” itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan/ mendesak.

  Motivasi dapat juga dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk memindahkan atau mengenakan perasaan tidak suka itu. Jadi motivasi itu dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu adalah tumbuh di dalam diri seseorang. Dalam kegiatan belajar, motifasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dihendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.

  Menurut Hamzah, (2011: 23), motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling memengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relative, permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan (reinforced practice) yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu.

  Motivavi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, harapan berubah hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan. Lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik. Tetapi harus diingat, kedua faktor tersebut disebabkan oleh rangsangan tertentu, sehingga seseorang berkeinginan untuk melakukan aktifitas belajar yang lebih giat dan semangat.

  Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Hal itu mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1) adanya hasrat dan keinginan berhasil. 2) adanya dorongan dan kebutuhan belajar. 3) adanya harapan dan cita-cita masa depan.

  4) adanya penghargaan dalam belajar. 5) adanya kegiatan menarik dalam belajar. 6) adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan siswa belaja dengan baik.

  B) Ciri-ciri motivasi Menurut Sardiman (2007: 83), adanya beberapa ciri motivasi.

  Motivasi yang ada pada diri setiap orang itu memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1)

  Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).

  2) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin

  (tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya). 3)

  Menunjukan minat terhadap bermacam-macam masalah “untuk orang dewasa (misalnya masalah pembangunan agama, politik, ekonomi, keadilan, pemberantasan korupsi, penentangan terhadap setiap tindak kriminal, amoral,dan sebagainya).

  4) Lebih senang bekerja mandiri. 5)

  Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yamg bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif).

  6) Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu).

  7) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu.

8) Senang mencari dan memecahkan soal-soal.

  C) Fungsi Motivasi Fungsi pembelajaran akan berhasil manakala siswa memiliki motivasi dalam belajar. Oleh karena sebab itu, guru perlu menumbuhkan motivasi belajar siswa. Ada beberapa fungsi motivasi dalam proses pembelajaran menurut Sardiman (2007:85), ada 3 fungsi motivasi antara lain mendorong manusia untuk berbuat, menentukan arah perbuatan, dan menyelesaikan perbuatan. Sehubungan dengan hal tersebut ada tiga fungsi motivasi: 1)

  Mendorong manusia berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan. 2)

  Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya. 3)

  Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Seseorang siswa yang akan menghadapi ujian dengan harapan dapat lulus, tentu akan melakukan kegiatan belajar dan tidak akan menghabiskan waktunya untuk bermain kartu atau membaca komik, sebab tidak serasi dengan tujuan. D) Macam-macam Motivasi Menurut Sardiman (2007: 86-90), macam-macam motif memiliki beberapa macam atau jenis motivasi, ini dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Dengan demikian motivasi atau motif-motif yang aktif yaitu sangat bervariasi diantaranya adalah: 1)

  Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya

  a) Motif-motif bawaan, adalah motif yang dibawa sejak lahir,dan motif itu tanpa di pelajari.

  b) Motif-motif yang dipelajari, adalah motif yang disyaratkan secara sosial. Sebab manusia hidup dalam lingkungan sosial dengan sesama manusia yang lain, sehingga motivasi itu terbentuk.

  2) Jenis motivasi menurut pembagian dari Woodworth dan Marquis

  a) Motif atau kebutuhan organis, meliputi: kebutuhan untuk minum, makan, bernapas, seksual, berbuat dan kebutuhan untuk beristirahat. Ini sesuai jenis physiological drives dari Frandsen seperti telah di singgung di depan.

  b) Motif-motif darurat. Yang termasuk dalam jenis motif ini antara lain: dorongan untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas, untuk berusaha, untuk memburu. Jelasnya motivasi ini timbul karena rangsangan dari luar.

  c) Motif-motif objektif. Dalm hal ini menyangkut kebutuhan untuk melakukan eksplorasi, melakukan manipulasi, untuk menaruh minat. Motif-motif ini muncul karena dorongan untuk dapat menghadapi dunia luar secara efektif.

  3) Motivasi Jasmaniah dan Rohaniah

  Ada beberapa ahli yang menggolongkan jenis motivasi itu menjadi dua jenis yakni motivasi jasmaniah dan motivasi rohaniah.

  Yang termasuk motivasi jasmani seperti misalnya refleks, insting otomatis, nafsu. Sedangkan motivasi rohaniah adalah kemampuan.

  4) Motivasi Instrinsik dan Ekstrinsik

a) Motivasi intrinsik.

  Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu ada rangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sebagai contoh seseorang yang senang membaca, tidak usah ada yang menyuruh atau mendorongnya, ia sudah rajin mencari buku-buku untuk dibacanya. Kemudian dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya (misalnya kegiatan belajar), maka yang dimaksud dengan motivasi intrinsik ini adalah untuk mencapi tujuan yang terkandung didalam perbuatan belajar itu sendiri.

  Sebagai contoh konkret, seseorang siswa itu malakukan belajar, karena betul-betul ingin mendapat pengetahuan, nilai ketrampilan agar dapat berubah tingkah lakunya secara konstruktif, karena tidak tujuan yang lain-lain. Intrinsic motivation are inherent in the learning situasions and meet pupil-needs and purposes.

  Itulah sebabnya motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar

  dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan dari dalam diri

  dan secara mutlak berkait dengan aktivitas belajarnya. Seperti tadi dicontohkan bahwa seseorang belajar, memang benar-benar ingin mengetahui segala sesuatunya, bukan karna ingin pujian atau ganjaran.

  Perlu di ketahui bahwa siswa yang memiliki motivasi intrinsik dan memiliki tujuan menjadi orang yang terdidik, yang berpengetahuan, yang ahli dalam bidang studi tertentu. Satu- satunya jalan untuk menuju ke tujuan yang ingin dicapai ialah belajar, tanpa belajar tidak mungkin mendapat pengetahuan, tidak mungkin menjadi ahli.

  Dorongan yang menggerakan itu bersumber pada suatu kebutuhan, kebutuhan yang berisikan keharusan untuk menjadi orang yang terdidik dan berpengetahuan. Jadi memang motivasi itu muncul dari kesadaran diri sendiri dengan tujuan secara esensial, bukan sekedar simbol dan seremonial.

b) Motivasi ekstrinsik.

  Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Sebagai contoh seseorang itu belajar, karena tahu besok paginya akan ujian dengan harapan mendapatkan nilai baik, sehingga akan dipuji oleh pacarnya, atau temannya. Jadi yang penting bukan karena belajar ingin mengetahui sesuatu, tetapi ingin mendapatkan nilai yang baik, atau agar mendapat hadiah. Sehingga jika dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya, tidak secara langsung bergayut dengan esensi apa yang dilakukanya itu.

  Oleh karena itu, motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktifitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktifitas belajar.

  Perlu ditegaskan bahwa, motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar-mengajar tetap penting. Karena kemungkinan besar keadaan siswa itu dinamis, berubah-ubah, dan begitu juga dapat disebabkan karena adanya komponen-komponen lain dalam proses belajar-mengajar ada yang kurang menarik bagi siswa, sehingga diperlukan motivasi ekstrinsik.

  Hal ini akan menumbuhkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing-masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Motivasi yang timbul dari siswa akan mengakibatkan juga terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi.

2. Prestasi Belajar Siswa

  A)Pengertian Belajar Prestasi adalah hasil yang telah dicapai seseorang dalam melakukan kegiatan. Prestasi merupakan kecakapan atau hasil kongkrit yang dapat dicapai pada saat atau periode tertentu, prestasi dalam penelitian ini adalah hasil yang telah dicapai siswa dalam proses pembelajaran.

  Menurut Slameto (2010: 2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang dari secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dalam lingkungannya. Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali baik sifat maupun jenisnya karena yaitu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar. Kalau tangan seorang anak menjadi bengkok karena patah tertabrak mobil, perubahan semacam iti tidak dapat digolongkan kedalam arti belajar. Demikian pula perubahan tingkah laku seseorang yang berada keadaan mabok, perubahan yang terjadi dalam aspek-aspek kematangan, pertumbuhan, dan perkembangan, tidak termasuk perubahan dalam pengertian belajar.

  Prestasi belajar dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai oleh individu setelah mengalami proses belajar dalam jangka waktu tertentu.

  Prestasi belajar juga diartikan sebagai kemampuan yang maksimal yang dicapai seseorang dalam suatu usaha yang menghasilkan pengetahuan atau nilai-nilai kecakapan.

  Menurut Nurkancana dan Sunartana (1986) prestasi belajar disebut kecakapan aktual yang diperoleh seseorang setelah belajar, suatu kecakapan potensial yaitu kemampuan dasar yang berupa diposisi yang dimiliki oleh individu untuk mencapai prestasi. Prestasi belajar dapat dilihat secara nyata berupa skor atau nilai setelah mengerjakan suatu tes. Tes yang digunakan untuk menentukan prestasi belajar merupakan suatu alat untuk mengukur aspek-aspek tertentu dari siswa misalnya pengetahuan, pemahaman atau aplikasi suatu konsep.

  Menurut Slameto (2010: 3-4) adanya ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar : 1)

  Perubahan terjadi secara sadar Ini berarti bahwa seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya ia merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya, misalnya ia menyadari bahwa pengetahuanya bertambah.kecakapanya bertambah, kebiasaanya bertambah. 2)

  Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara berkesimbungan, tidak statis. Satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya.

  Misalnya jika seorang anak belajar menulis, maka ia akan mengalami perubahan dari tidak dapat menulis menjadi dapat menulis. Perubahan ini berlangsung terus hingga kecakapan menulisnya menjadi lebih baik dan sempurna.

  3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif

  Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya.dengan demikian makin banyak usaha yang di peroleh.perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan karena usaha individu sendiri.misalnya perubahan tingkah laku karena usaha orang yang bersangkutan. 4)

  Perubahan dalam belajar akan bersifat sementara Perubahan yang bersifat sementara atau temporer terjadi hanya untuk beberapa saat saja, seperti berkeringat, keluar air mata, bersin, menangis, dan sebagainya, tidak dapat di golongkan sebagai perubahan dalam arti belajar.perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen. 5)

  Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan di capai.perbuatan belajar terarah kepada perubahan tingkah laku yang benar-benar di sadari.misalnya seseorang yang belajar mengetik, sebelumnya sudah menetapkan apa yang mungkin dapat di capai dengan belajar mengetik, atau tingkat kecakapan mana yang akan di capainya.

  6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku

  Perubahan yang di peroleh seseorang setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku.jika seorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya.

  B) Jenis-jenis Belajar Menurut Slameto (2010:5-8) adanya beberapa jenis belajar, sebagai berikut:

  1) Belajar bagian (partlearning, fractioned learning) Umumnya belajar bagian dilakukan oleh seseorang bila ia dihadapkan pada materi belajar yang bersifat luas atau ekstensif, misalnya mempelajari sajak ataupun gerakan-gerakan motoris seperti bermain silat. Dalam hal ini individu memecah seluruh materi pelajaran menjadi bagian-bagian satu sama lain berdiri sendiri. Sebagai lawan dari cara belajar bagian adalah cara belajar keseluruhan atau belajar global.

  2) Belajar dengan wawasan (learning by insight) Konsep ini diperkenalkan oleh W Kohler, salah seorang tokoh psikologi Gestalt pada permulaan tahun 1971. Sebagai suatu konsep,

  Wawasan (insight) ini merupakan pokok utama dalam pembicaraan psikologi belajar dan proses berfikir. Dan meskipun W. Kohler sendiri dalam menerangkan wawasan berorientasi pada data yang bersifat tingkah laku (perkembangan yang lembut dalam menyelesaikan suatu persoalan dan kemudian secara tiba-tiba terjadi reorganisasi tingkah laku) namun tidak urung wawasan ini merupakan konsep yang secara prinsipiil ditentang oleh penganut aliran neo-behaviorisme. 3) Belajar diskriminatif (discriminative learning)

  Belajar diskriminatif diartikan sebagai suatu usaha untuk memilih beberapa sifat situasi/ stimulus dan kemudian menjadikannya sebagai pedoman dalam bertingkah laku. Dengan pengertian ini maka dalam eksperimen, subyek diminta untuk berespon secara berbeda-beda terhadap stimulus yang berlainan. 4) Belajar global/keseluruhan(global whole learning)

  Di sini bahan pelajaran dipelajari secara keseluruhan berulang sampai pelajar menguasainya; lawan dari belajar bagian. Metode belajar ini sering juga disebut metode Gestalt. 5) Belajar insidental(incidental learning)

  Konsep ini bertentangan dengan anggapan bahwa belajar itu selalu berarah-tujuan (intensional). Sebab dalam belajar insidental pada individu tidak ada sama sekali kehendak untuk belajar. Atas dasar ini maka untuk kepentingan penelitian, disusun perumusan operasional sebagai berikut: belajar disebut insidental bila tidak ada instruksi atau petunjuk yang diberikan pada individu mengenai materi belajar yang akan diujikan kelak. Dalam kehidupan sehari- hari, belajar insidental ini merupakan hal yang sangat penting. Oleh karena itu di antara para ahli belajar insidental ini bahan pembicaraan yang sangat menarik, khususnya sebagai bentuk belajar yang bertentangan dengan belajar intensional.

  6) Belajar instrumental (instrumental learning) Pada belajar instrumental reaksi-reaksi seseorang siswa yang di perlihatkan diikuti oleh tanda-tanda yang mengarah pada apakah siswa tersebut akan mendapatkan hadiah, hukuman, berhasil atau gagal. Oleh karena itu cepat atau lambatnya seseorang belajar dapat diatur dengan jalan memberikan penguat (reinforcement) atas dasar tingkat- tingkat kebutuhan. Dalam hal ini maka salah satu bentuk belajar instrumental yang khusus adalah “pembentukan tingkah laku”.

  7) Belajar intensional (intentional learning) Belajar dalam arah tujuan, merupakan lawan dari belajar insidental, yang akan dibahas lebih luas pada bagian berikutnya.

  8) Belajar laten (latent learning) Dalam belajar laten, perubahan-perubahan tingkah laku yang terlihat tidak terjadi secara segera, dan oleh karena itu disebut laten.

  Selanjutnya eksperimen yang dilakukan terhadap binatang mengenai belajar laten, menimbulkan pembicaraan yang hangat di kalangan penganut behaviorisme, khususnya mengenai peranan faktor penguat (reinforcement) dalam belajar.

  9) Belajar mental (mental learning)

  Perubahan kemungkinan tingkah laku yang terjadi di sini tidak nyata terlihat, melainkan hanya berupa perubahan proses kognitif karena ada bahan yang di pelajari. Ada tidaknya belajar mental ini sangat jelas terlihat pada tugas-tugas yang sifatnya motoris. Sehingga perumusan operasional sangat berbeda. Ada yang mengartikan belajar mental sebagai belajar dengan cara melakukan observasi dari tingkah laku orang lain, membayangkan gerakan orang lain dan lain-lain. 10) Belajar produktif (produktif learning)

  R. Berguis (1964) memberikan arti belajar produktif sebagai belajar dengan transfer yang maksimum. Belajar adalah mengatur kemungkinan untuk melakukan transfer tingkah laku dari satu situasi ke situasi lain. Belajar disebut produktif bila individu mampu menstransfer prinsip menyelesaikan satu persoalan dalam satu situasi ke situasi lain.

  11) Belajar verbal (verbal learning) Belajar verbal adalah belajar mengenaimateri verbal dengan melalui latihan dan ingatan.dasar dari belajar verbal diperlihatkan dalam eksperimen klasik dari Ebbinghaus. Sifat eksperimen ini meluas dari belajar asosiatif mengenal hubungan dua kata yang tidak bermakna sampai pada belajar dengan wawasan mengenai penyelesaian persoalan yang kompleks yang harus diungkapkan secara verbal. C) Faktor-Faktor yang dapat Mempengaruhi Prestasi Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa sebagaimana yang diharapkan, maka perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, (Slameto, 2010: 54) antara lain : 1) Faktor Intern

  Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri, yang dapat digolongkan ke dalam faktor intern yaitu : a) Kecerdasan atau Inteligensi

  Kecerdasan adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui/ menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. Inteligensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Oleh karena itu jelas bahwa faktor merupakan suatu hal yang tidak diabaikan dalam

  intelegensi kegiatan belajar mengajar.

  b) Bakat Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki seseorang sebagai kecakapan pembawaan. Dalam proses belajar terutama belajat keterampilan, bakat memegang peranan penting dalam mencapai suatu hasil akan prestasi yang baik. Apalagi seorang guru atau orang tua memaksa anaknya untuk melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan bakatnya maka akan merusak keinginan anak tersebut.

  c) Minat Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik- baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Sedangkan bahan pelajaran yang menarik minat siswa, lebih mudah dipelajari dan disimpan, karena minat menambah kegiatan belajar.

  d) Motivasi Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk melakukan belajar. Dalam perkembangannya motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu (a) motivasi instrinsik dan (b) motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik dimaksudkan dengan motivasi yang bersumber dari dalam diri seseorang yang atas dasarnya kesadaran sendiri untuk melakukan sesuatu pekerjaan belajar. Sedangkan motivasi ekstrinsik dimaksudkan dengan motivasi yang datangnya dari luar diri seseorang siswa yang menyebabkan siswa tersebut melakukan kegiatan belajar.

  Dalam memberikan motivasi seorang guru harus berusaha dengan segala kemampuan yang ada untuk mengarahkan perhatian siswa kepada sasaran tertentu. Dengan adanya dorongan ini dalam diri siswa akan timbul inisiatif dengan alasan mengapa ia menekuni pelajaran. Untuk membangkitkan motivasi kepada mereka, supaya dapat melakukan kegiatan belajar dengan kehendak sendiri dan belajar secara aktif. 1) Faktor Ekstern

  Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang sifatnya di luar diri siswa yaitu: a)

  Keadaan Keluarga Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan utama. Keluarga yang sehat besar artinya untuk pendidikan kecil, tetapi bersifat menentukan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia. Oleh karena itu orang tua hendaknya menyadari bahwa pendidikan dimulai dari keluarga.

  Sedangkan sekolah merupakan pendidikan lanjutan. Peralihan pendidikan informal ke lembaga-lembaga formal memerlukan kerjasama yang baik antara orang tua dan guru sebagai pendidik dalam usaha meningkatkan hasil belajar anak. Jalan kerjasama yang perlu ditingkatkan, dimana orang tua harus menaruh perhatian yang serius tentang cara belajar anak di rumah. Perhatian orang tua dapat memberikan dorongan dan motivasi sehingga anak dapat belajar dengan tekun. Karena anak memerlukan waktu, tempat dan keadaan yang baik untuk belajar.

  b) Keadaan Sekolah

  Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa, karena itu lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong untuk belajar yang lebih giat. Keadaan sekolah ini meliputi cara penyajian pelajaran, hubungan guru dengan siswa, alat-alat pelajaran dan kurikulum. Hubungan antara guru dan siswa kurang baik akan mempengaruhi hasil-hasil belajarnya. Oleh sebab itu, guru harus dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang disajikan, dan memiliki metode yang tepat dalam mengajar

  c) Lingkungan Masyarakat

  Lingkungan masyarakat juga merupakan salah satu faktor yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa dalam proses pelaksanaan pendidikan. Karena lingkungan alam sekitar sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi anak, sebab dalam kehidupan sehari-hari anak akan lebih banyak bergaul dengan lingkungan dimana anak itu berada.

  Apabila anak-anak yang sebaya merupakan anak-anak yang rajin belajar, maka anak akan terangsang untuk mengikuti jejak mereka. Sebaliknya bila anak-anak di sekitarnya merupakan kumpulan anak-anak nakal yang berkeliaran tidak menentu anakpun dapat terpengaruh pula.

  Dengan demikian dapat dikatakan lingkungan membentuk kepribadian anak, karena dalam pergaulan sehari-hari seorang anak akan selalu menyesuaikan dirinya dengan kebiasaan-kebiasaan lingkungannya. Oleh karena itu, apabila seorang siswa bertempat tinggal di suatu lingkungan temannya yang rajin belajar maka kemungkinan besar hal tersebut akan membawa pengaruh pada dirinya, sehingga ia akan turut belajar sebagaimana temannya.

3. Metode Eksperimen A. Pengertian Metode Eksperimen

  Menurut Mulyasa (2007 : 110-111) yang dimaksud adalah cara mengajar, dimana siswa melakukan ssuatu percobaan tentang suatu hal; mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaan, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru.

  Penggunaan teknik ini mempunyai tujuan agar siswa mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atas persoalan- persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri. Juga siswa dapat terlatih dalam cara berpikir yang ilmiah (scientific thinking).

  Dengan eksperimen siswa menemukan bukti kebenaran dari teori sesuatu yang sedang dipelajarinya.

  Agar penggunaan teknik eksperimen itu efisien dan efektif, pelaksana perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a.

  Dalam eksperimen setiap siswa harus mengadakan percobaan, maka jumlah alat dan bahan atau jumlah materi percobaan harus cukup bagi siswa.

  b.

  Agar eksperimen itu tidak gagal dan siswa menemukan bukti yang meyakinkan, atau mungkin hasilnya tidak membahayakan, maka kondisi alat dan mutu bahan yang digunakan harus baik dan bersih.

  c.

  Kemudian dalam ekperimen siswa perlu teliti dan konsentrasidalam mengamati percobaan, maka perlu adanya waktu yang cukup lama; sehingga mereka menemukan pembuktian kebenaran dari teori yang dipelajari itu.

  d.

  Siswa dalam eksperimen adalah sedang belajar dan berlatih; maka perlu diberi petunjuk yang jelas, sebab mereka disamping memperoleh pengetahuan, pengalaman serta ketrampilan, juga kematangan jiwa dan sikap perlu diperhitungkan olehguru dalam memilih obyek eksperimen itu.

  e.

  Perlu dimengerti juga bahwa semua masalah bisa dieksperimenkan, seperti masalah yang mengenai kejiwaan, beberapa segi kehidupan social dan keyakinan manusia. Kemungkinan lain karena terbatasnya suatu alat, sehingga masalah itu tidak bisa diadakan percobaan karena alat itu belum ada.

  Bila siswa akan melaksanakan suatu eksperimen perlu memperhatikan prosedur sebagai berikut: a.

  Perlu dijelaskan kepada siswa tentang tujuan eksperimen, mereka harus memahami masalah yang akan dibuktikan melalui eksperimen.

  b.

  Kepada siswa perlu diterangkan juga tentang: − Alat-alat serta bahan yang akan digunakan dalam percobaan − Agar tidak mengalami kegagalan dalam percobaan siswa perlu mengetahui variabel-variabel yang perlu dikonrol dengan tepat.

  − Urutan yang akan ditempuh sewaktu eksperimen berlangsung. − seluruh proses apa hal-hal penting saja yang akan dicatat. − Perlu menetapkan bentuk catatan atau laporan berupa uraian, perhitungan, grafik dan sebagainya.

  c.

  Selama eksperimen berlangsung guru harus mengawasi pekerjaan siswa. Bila perlu memberi saran atau pertanyaan untuk menunjang kesempurnaan jalannya eksperimen.

  d.

  Setelah eksperimen selesai guru harus mengumpulkan hasil penelitian siswa, mendiskusikan ke kelas dan mengevaluasi dengan tes atau sekedar tanya jawab.

  Teknik eksperimen kerap kali digunakan kerena memiliki keunggulan ialah: a.

  Dengan eksperimen siswa terlatih menggunakan metode ilmiah dalam menghadapi masalah, sehingga tidak mudah percaya pada sesuatu yang belum pasti kebenarannya. b.

  Mereka lebih aktif berfikir dan berbuat; hal mana itu sangat dikahendadi oleh kegiatan mengajar belajar yang modern, dimana siswa lebih aktif belajar sendiri dengan bimbingan oleh guru.

  c.

  Siswa dalam melaksanakan proses eksperimen di samping memperoleh ilmu pengetahuan; juga menemukan pengalaman praktis serta ketrampilan dalam menggunakan alat-alat percobaaan.

  Dengan menggunakan eksperimen siswa membuktikan sendiri kebenaran suatu teori, sehingga akan mengubah sikap mereka yang tahayul, ialah peristiwa yang tidak masuk akal.

  Sedangkan menurut Roestiyah (2008: 80-82) Metode eksperimen merupakan suatu bentuk pembelajaran yang melibatkan peserta didik bekerja dengan benda-benda, bahan-bahan dan peralatan laboratorium, baik secara perorangan maupun kelompok. Eksperimen merupakan situasi pemecahan masalah yang di dalamnya berlangsung pengujian suatu hipotesis, dan terdapat variabel-variabel yang dikontrol secara ketat. Hal ini diteliti dalam suatu eksperimen adalah pengaruh variabel tertentu terhadap variable lain.

  Hal-hal yang perlu diperhatikan guru dalam menggunakan metode eksperimen adalah sebagai berikut: a.

  Tetapkan tujuan eksperimen b.

  Persiapkan alat dan atau bahan yang diperlukan c. Persiapkan tempat eksperimen d.

  Pertimbangkan jumlah peserta didik sesuai dengan alat-alat yang tersedia.

  e.

  Perhatikan keamanan dan kesehatan agar dapat memperkecil atau menghindarkan resiko yang merugikan atau berbahaya.

  f.

  Perhatikan disiplin atau tata tertib, terutama dalam menjaga peralatan dan bahan yang digunakan Berikan penjelasan mengenai apa yang harus diperhatikan dan tahapan-tahapan yang harus dilakukan peserta didik, termasuk yang dilarang atau membahayakan.

  Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa metode eksperimen adalah suatu metode mengajar yang dalam proses pembelajarannya yaitu dengan mencoba sesuatu dan mengamatinya kemudian menarik kesimpulan dari percobaan tersebut.

  B.

  Kelemahan dan Kelebihan metode eksperimen 1.

  Karakteristik metode eksperimen

  a) Ada alat bantu yang digunakan

  b) Siswa aktif mencobakan

  c) Guru membimbing

  d) Tempat dikondisikan

  e) Ada pedoman untuk sisa

  f) Ada topik yang dieksperimenkan

  g) Ada temuan-temuan

2. Pengalaman belajar metode eksperimen

  a) Mengamati sesuatu

  b) Membuktikan hipotesis

  c) Menemukan hasil percobaan

  d) Membuat kesimpulan

  e) Membangkitkan rasa ingin tahu siswa

  f) Menerapkan konsep informasi dan eksperimen 3.

  Keunggulan metode eksperimen

  a) Dapat membangkitkan rasa ingin tahu siswa

  b) Dapat membangkitkan rasa ingin menjadi sesuatu

  c) Menimbulkan rasa kurang puas, ingin lebih baik

  d) Isi pembelajaran dapat bersifat aktual

  e) Siswa mampu membuktiksn sesuatu

  f) Dapat mengembangkan sikap kritis dan ilmiah

  g) Belajar membuktiksn sesuatu 4.

  Kelemahan metode eksperimaen

  a) Memerlukan alat pembelajaran dan biaya

  b) Memerlukan waktu yang relative banyak

  c) Bila siswa kurang motivasi, maka eksperimen tidak akan suskses

  d) Sedikit sekolah yang memiliki sarana untuk eksperimen

  e) Siswa belum terbiasa dengan eksperimen. (Winataputra, 2004: 420). C.

  Langkah-langkah eksperimen Prosedur pengajaran dengan menggunakan metode eksperimen, adalah sebagai berikut:

1. Langkah pertama : Pendahuluan

  Kegiatan dalam langkah ini antara ali adalah : 1.

  Guru menjelaskan maksud akan diadakan eksperimen, serta tugas apa yang harus dikerjakan oleh peserta didik.

  2. Guru menyediakan alat bersama peserta didik.

  3. Bila eksperimen dilakukan melalui kelompok maka perlu dibentuk kelompok-kelompok

  4. Menjelaskan langkah-langkah eksperimen 2. Langkah kedua : Pelaksanaan

  Pelaksanaan eksperimen perlu disesuaikan dengan perencanaannya. Guru perlu mengawasi jalanya eksperimen sambil membetulkan bila ada keliruan.

  3. Langkah ketiga : Laporan Setelah eksperimen selesai maka perlu diadakan diskusi kelas mengenai catatan peserta didik atau hasil-hasil eksperimennya.

  4. Langkah keempat ; Evaluasi Hal-hal dinilai dalam eksperimen adalah : 1). Kesuksesan peserta didik melakukan eksperimen, 2) catatan dan kesimpulan dari setiap kelompok serta, 3). Tes khusus untuk hal ysng dieksperimankan tersebut. (Sukewi Sugito, 1994: 41-42).

4. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) SD

  A) Pengertian IPA SD Ilmu pengetahuan alam berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistimatis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat wujud wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di kehidupan.

  Sejak peradaban manusia, orang telah berusaha untuk mendapat sesuatu dari alam sekitarnya. Mereka telah mampu membedakan mana hewan atau tumbuhan yang dapat dimakan. Mereka mulai mempergunakan alat untuk memperoleh makan, mengenal api untuk memasak. Semua itu menandakan bahwa mereka telah memperoleh pengetahuan dari pengalaman.

  Mereka juga telah menggunakan pengamatan, juga abstraksi. Dari pengamatan bahwa menggosok-gosokkan tangan timbul panas, maka mereka berusaha untuk menggosok-gosokkan bambu (kayu kering) atau batu, dan akhirnya ditemukan api. Mulai dari pengamatan kepada objek-objek yang ada di sekitarnya, kemudian yang labih jauh lagi, seperti bulan, bintang, matahari, yang mengakibatkan pengetahuan mereka bertambah luas. Dorongan ingin tahu yang telah ada sejak kodratnya dan penemuan adanya sifat keteraturan di alam mempercepat bertambahnya pengetahuan, dan dari sinilah perkembangan sains dimulai.

  Dari uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa sains bermula timbul dari rasa ingin tahu manusia, dari rasa keingintahuan tersebut membuat manusia selalu mengamati terhadap gejala-gejala alam yang ada dan mencoba memahaminya.

  Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan atau Sains yang semula berasal dari bahasa inggris

  ‘science’ . Kata “science’ sendiri berasal dari kata Bahasa Latin

  “scientia’ yang berarti saya tahu. ‘science’ terdiri dari social sciences (ilmu pengetahuan sosial) dan natural sciences (ilmu pengetahuan alam). Trianto, (2010:136). Menerut H.W Flowler dalam Trianto, (2010:136). IPA adalah pengetahuan yang sistematis dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan dedukasi.

  IPA mempelajari alam semesta, benda-benda yang ada di permukaan bumi, di dalam perut bumi dan di luar angkasa, baik yang dapat diamati indera maupun yang tidak dapat diamati dengan indera. Oleh karena itu, dalam penjelasan hakikat fisika, pengertian IPA dipahami terlebih dahulu. IPA atau ilmu kealaman adalah ilmu tentang dunia zat, baik makhluk hidup maupun benda mati yang di amati (Kardi dan Nur, 1994 dalam Trianto, ( 2010:139).

  Adapun Wahyana (1986) mengatakan bahwa IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi olah adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah.

  Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya.

  B) Fungsi dan Tujuan Pembelajaran IPA Menurut Trianto (2010: 138) adanya secara khusus fungsi dan tujuan IPA berdasarkan kurikulum berbasis kompetensi (Dipdiknas,

  2003:2) adalah sebagai berikut: 1) Menamakan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

  2) Mengembangkan ketrampilan, sikap dan nilai ilmiah. 3) Mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang melek sains dan teknologi.

  4) menguasai konsep sains untuk bekal hidup di masyarakat dan melanjutkan pendidikan kejenjang lebih tinggi.

  Dari fungsi dan tujuan tersebut kiranya semakin jelas bahwa hakekat siswa semata-mata tidaklah pada dimensi pengetahuan (keilmuan), tetapi lebih dari itu, IPA lebih menekankan pada dimensi nilai ukhrawi, demana dengan memerhatikan keteraturan dialam semesta akan semakin meningkat keyakinan akan adanya sebuah kekuatan yang Mahadahsyat yang tidak dibantah lag, yaitu Alloh SWT.

  Dengan dimensi ini IPA hakekatnya mentautkan antara aspek logika-materill dengan aspek jiwa-spiritual, yang sementara ini dianggap cakrawala kosong, karena suatu anggapan antara IPA dan agama merupakan dua sisi yang berbeda tidak mungkin dipersatukan satu sama lain dalam satu bidang kajian. Padahal kenyataanya terdapat benang merah ketertautan di antara keduanya.

  C) Materi Pokok Materi yang akan diajarkan adalahgaya mengubah gerak dan bentuk benda, pada mata pelajaran IPA SD Negeri Tambaksari di kelas

  IV semester II dengan pokok bahasan gaya mengubah gerak dan bentuk benda: Standar kompetensi : Memahami gaya dapat mengubah gerak dan/atau bentuk suatu benda Kompetensi dasar : Menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya

  (dorongan dan tarikan) dapat mengubah gerak suatu benda Indikator : 1. Membuat daftar berbagai gerak benda

  2. Mendemonstrasikan cara menggerakkan benda, misalnya didorong dan dilempar

  3. Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi gerak benda, misalnya jatuh bebas akibat gravitasi, gerak di lantai yang datar karena dorongan.

  4. Memberi contoh dalam kehidupan sehari-hari cara gaya mengubah bentuk atau gerak benda. Dalam pembelajaran IPA sumber dan alat peraga yang harus digunakan adalah; Buku Sains SD Haryanto Erlangga kelas IV dengan alat peraga: bola kelereng, meja guru/ meja siswa, berbagai benda yang bergerak, dinding sekolahan, plastik, koran bekas. Siswa diajak mengelompokan kelompoknya agar dalam proses pembelajaran cepat selesai dan siswa mampu mencoba mengerjakan dan mengamati proses hasil percobaan dalam meteri gaya mengubah gerak dan bentuk benda. Kegiatan percobaan dapat dilakukan didalam maupun diluar ruangan agar siswa mampu memecahkan permasalahan dalam mempraktekannya.

  Di dalam ilmu pengetahuan, gaya sering diartikan sebagai dorongan atau tarikan. Bila kita menarik atau mendorong suatu benda, maka berarti kita memberikan gaya pada benda tersebut. Untuk melakukan suatu gaya, diperlukan tenaga. Gaya tidak dapat dilihat, tetapi pengaruhnya dapat dirasakan. Gaya ada yang kuat dan ada pula yang lemah. Makin besar gaya dilakukan, makin besar pula tenaga yang diperlukan.

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

  Sesuai dengan hasil penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya menyatakan bahwa model pembelajaran dengan metode Eksperimen dapat meningkatkan prestasi belajar siswa di Sekolah Dasar. Hasil penelitian tersebut diuraikan oleh Arif Samsul. 2009. “Penerapan MetodeEksperimen untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Pokok Bahasan Tumbuhan Hijau Siswa Kelas V SDN Dandanggendis Kecamatan Nguling Kabupaten Pasuruan”.

  Hasil Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa dengan penggunaan metode Eksperimendapat meningkatkan hasil belajar IPA pada materi Tumbuhan Hijau. Hal ini ditunjukkan dengan perolehan hasil belajar pada setiap aspek. Hasil analisis data penelitian ini menunjukkan bahwa pada siklus I dalam pembelajaran IPA : (1) a) kemampuan guru dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran pada siklus I memiliki kategori cukup baik (79,41), b) pada siklus II mencapai 83,82 dengan kriteria (baik), c) dan mengalami peningkatan pada siklus III memiliki kategori sangat baik (95,58). (2) a) pada kemampuan guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran pada siklus I memiliki kategori baik (86,36), b) pada diklus II mencapai 93,18 dengan kriteria sangat baik, c) pada siklus III mengalami sedikit penurunan dan memiliki kriteria sangat baik (90,90), hal ini disebabkan oleh sebagian siswa yang mendominasi proses kerja dalam kelompok sehingga teman yang lain banyak melakukan aktivitas di luar kegiatan kerja. hasil belajar siswa melalui tes soal formatif siklus I mencapai (70,48) dengan kategori cukup baik, mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 75,45dengan kategori cukup baik, dan peningkatan kembali terjadi pada siklus III mencapai 82,05dengan kategori baik.

C. Kerangka Berpikir

  Berdasarkan hasil observasi penulis terhadap guru dan siswa kelas V SD Negeri Tambaksari ditemukan masalah-masalah dalam pembelajaran IPA khususnya pada saat pembelajaran IPA pada materi gaya mengubah gerak dan bentuk benda. Banyak siswa belum memahami cara mengubah gerak kedalam bentuk benda agar menjadi suatu benda yang relative baik. Hal ini umumnya dikarenakan minat siswa yang kurang dalam mengikuti proses belajar mengajar.

  Dalam pendekatan pembelajaran yang bertujuan mengembangkan sejumlah kemampuan fisik dan mental sebagai dasar untuk mengembangkan kemampuan pada diri siswa yang masing belum melampaui kemampuannya.Metode pembelajaran diterapkan pada siklus belajar agar memberikan kesempatan untuk malakukan dan menemukan suatu masalah dengan sendirinya.

  Dalam pembelajaran IPA siswa dapat benar-benar melakukan pengamatan menggunakan suatu pengukuran, pengidentifikasian dan pengendalian diri terhadap kenerja dalam pembelajaran pada mata pelajaran

  IPA. Diharapkan siswa mampu melakukan motivasi dan prestasi pembelajaran yang bermakna dalam pemanfaatan yang relative mudah pada pokok bahasan

  IPA sebagai sumber belajar siswa.

  Adapun dampaknya pemanfaatan yang terjadi di lingkungan sebagai sumber belajar yaitu siswa akan mampu cenderung lebih giat dalam melakukan pembelajaran dan menyukai pembelajaran IPA dan pada dasarnya siswa akan bisa meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa.

  Dari penganalisis datas dapat dilihat suatu penggunaan dengan menggunakan metode pembelajaran siklus belajar akan berdampak positif terhadap meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan mata pelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA).

  Metode Eksperimen Meningkatnya motivasi dan prestasi belajar siswa Bagan 1. Kerangka Berfikir

D. Hipotesis Tindakan

  Adanya landasan teori dan kerangka berfikir diatas yang sudah diterangkan dengan suatu analisi pengamatan, maka hipotesis dalam tindakan adalah: Melalui metode eksperimen siswa kelas IV SD Negeri Tambaksari dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar dalam pembelajaran IPA pada kompetensi dasar gaya dapat mempengaruhi gerak dan bentuk suatu benda.