Heru Wibowo BAB I
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia terkenal dengan sebutan negara agraris, julukan tersebut tak
lepas dari masyarakat Indonesia yang mayoritas menggantungkan hidup dari hasil
pertanian. Sumber daya yang mendukung seperti tersedianya lahan yang cukup
dan tanah indonesia yang terkenal subur membuat rakyat Indonesia
memanfaatkan itu semua sebagai mata pencaharian mereka. Basis pertanian di
Indonesia pada umumnya berada di daerah pedesaan, karena daerah tersebut
kapasitas lahan masih sangat mencukupi untuk dijadikan lahan pertanian, jika
dibandingkan dengan lahan yang berada di perkotaan yang sudah penuh dengan
permukiman dan pusat bisnis ( Loekman Soetrisno, 2008).
Berdasarkan data statistik yang ada, saat ini sekitar 75% penduduk
indonesia tinggal di pedesaan. Lebih dari 54% di antaranya menggantungkan
hidup pada sektor pertanian, dengan tingkat pendapatan yang relatif rendah jika
dibandingkan dengan penduduk yang tinggal di perkotaan. Perbedaan pendapat
tersebut berkaitan erat dengan produktifitas para petani Indonesia, kebijakan
pemerintah dalam kebijakan insetif kepada petani, dan sebagainya (Loekman
Soetrisno, 2008).
Tinggi rendahnya pendapatan petani sangat tergantung dengan jenis
produk pertanian yang mereka tanam. Jenis produk pertanian yang mereka tanam
memiliki nilai jual yang tinggi maka pendapatan petani akan tinggi, namun
1
sebaliknya jika harga jual suatu produk pertanian rendah maka pendapatan mereka
juga akan ikut rendah. Petani banyak yang menyiasati agar pendapatan dari sektor
pertanian bisa menjadi tumpuan hidup seiring semakin meningkatnya biaya hidup
di negeri ini. cara yang bisa menjadi jalan keluar ialah dengan mencari produk
pertanian yang lebih mengguntungkan dan menambah pendapatan keluarga petani
(Hendro sunarjono, 1996 ).
Mengangkat pendapatan dari sektor pertanian bagi petani itu sendiri
hukumnya wajib, menanam produk pertanian yang menguntungkan adalah cara
yang bisa mereka gunakan sebagai jalan keluar agar pendapatan dari sektor
pertanian bisa mereka andalkan sebagai penopang hidup. Produk pertanian yang
mengguntungkan adalah, produk yang tidak memerlukan biaya perawatan yang
tinggi, masa panen yang relatif pendek dan yang terpenting adalah hasil panen
yang memiliki harga pasar yang tinggi (I Ketut dalam Rukmana, ( 1999).
Pertanian yang mendekati dari kriteria diatas adalah jenis pertania
hortikultura, dimana yang termasuk dari tanaman ini adalah jenis sayuran, buah -
buahan, obat - obatan, dan berbagai macam tanaman hias. Dalam
mengembangkan jenis tanaman holtikultura harus diperhatikan jenis tanah, cuaca
serta ketinggian dari tempat itu sendiri. Faktor diatas merupakan faktor terpenting
untuk membudidayakan tanaman holtikultura agar bisa tumbuh dengan baik dan
dapat menguntungkan petani. Tak kecuali jenis buah- – buahan yang termasuk
dalam jenis tanaman holtikultura. Buah - buahan merupakan jenis tanaman yang
tidak dapat hidup disemua tempat, biasanya masing - masing tempat memiliki
jenis buah yang dapat hidup di lingkungan tersebut sesuai dengan letak dan suhu
tempat tersebut. Diberbagai tempat buah-buahan sekarang telah menjadi
primadona pertanian yang mengguntungkan, karena pertanian buah dipercaya
lebih memiliki nilai jual yang jauh lebih tinggi dari pertanian lain seperti padi dan
jagung. Disisi lain ada sebagian buah yang dipilih karna dianggap tidak
memerlukan modal yang besar untuk merawatnya, perawatan yang mudah dan
rentang panen yang tidak terlalu lama. Contoh buah yang memiliki karateristik
tersebut adalah buah salak. Sekarang ini banyak sekali petani diwilayah indonesia
membudidayakan buah salak tersebut, bahkan tidak jarang banyak petani yang
sengaja merubah lahan garapanya menjadi tanaman buah salak. Fenomena diatas
banyak dijumpai di wilayah kabupaten Banjarnegara dan kabupaten Wonosobo.
Komoditas salak (Salacca edulis) merupakan salah satu tanaman yang
cocok untuk dikembangkan di Indonesia. petani salak umumnya dapat hidup
layak dari usaha taninya. Hal ini disebabkan oleh : (1) Menanam salak sangat
mudah dan tidak perlu perawatan khusus yang rumit, (2) Hama penyakit relatif
tidak ada dan (3) Buah salak mempunyai umur yang relatif panjang sehingga
dapat memberikan hasil dalam jangka waktu yang lama. ltulah yang mendasari
pemerintah untuk menetapkan salak sebagai buah unggulan nasional ( Widji 1999.
dalam Micko Gunawan,2011).Selain syarat diatas, syarat tumbuhnya salak pondoh juga harus
memperhatikan ketinggian tempat, keadaan tanah, curah hujan dan suhu. Karena
faktor diatas dapat mempengaruhi kualitas buah salak itu sendiri. Karena
berdasarkan pengamatan penulis di lapangan, salak pondoh yang dihasilkan pada
tempat dengan ketinggian tempat rendah buah yang dihasilkan lebih besar namun
banyak menggandung air, sedangkan salak yang dihasilkan pada tempat yang
lebih tinggi mempunyai buah yang lebih kecil namun buahnya lebih manis dan
sedikit menggandung air ( Rukmana:199).
Banjarnegara merupakan salah satu Kabupaten yang sekarang terkenal
sebagai lumbung salak pondoh, julukan tersebut sangat beralasan karena
Banjarnegara merupakan Kabupaten penghasil salak pondoh terbesar. Hampir
seluruh petani di Kabupaten Banjarnegara membudidayakan salak pondoh. Dapat
kita lihat jika kita melewati pinggiran kota Banjarnegara banyak dijumpai di
kanan dan kiri jalan berjajar pohon salak pondoh. Ada beberapa kecamatan di
Kabupaten Banjarnegara yang terkenal akan hasil dan kualitas salaknya
diantaranya adalah. Kecamatan Sigaluh, Kecamatan Madukoro, Kecamatan
Banjarmangu dan Kecamatan Pagentan. Kecmatan tersebut merupakan penghasil
salak yang kualitasnya dinilai baik dan sangat diburu dipasaran, karena terkenal
dengan buahnya yang manis, besar dan tidak begitu banyak menggandung air.Dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian didua tempat yang
memiliki ketinggian tempat yang berbeda. Yaitu di Desa Kaliurip Kecamatan
Madukoro dan Di Desa Plumbungan Kecamatan Pagentan. Kedua tempat ini
berjarak kurang lebih 25 KM. Desa Kaliurip berada di dataran rendah sedangkan
Desa Plumbungan berada di tempat yang lebih tinggi. Selain meneliti berbedaan
hasil buah salaknya penulis juga akan meneliti perbedaan pendapatan petani salak
pondoh dikedua tempat tersebut.
Kabupaten Banjarnegara sendiri terbagi atas 20 kecamatan dengan
karateristik tempat yang berbeda satu dengan yang lain, setiap Kecamatan di
Kabupaten Banjarnegara juga memiliki perbedaan ketinggian yang berbeda beda.
Termasuk kecamata Pagentan dan Kecamatan Madukoro yang penulis teliti.
Dibawah ini merupakan tabel ketinggian tempat setiap Kecamatan di Kabupaten
Banjarnegara, sedangkan Kecamatan yang diberi tanda tebal merupakan tempat
yang akan penulis teliti, disajikan pada Tabel 1.1 berikut ini.Tabel 1.1 Ketinggian Wilayah Kota Kecamatan di Kabupaten Banjarnegara Ketinggian (m) Kecamatan dplSusukan
80 Purwareja Klampok
44 Mandiraja 131 Purwanegara 157 B a w a n g 149 Banjarnegara 289 Pagedongan 639 Sigaluh 600
Madukara 320
Banjarmangu 290 Wanadadi 239 R a k i t 180 Punggelan 374 Karangkobar
1.015 Pagentan
935 Pejawaran
1.130 B a t u r 1.633 Wanayasa 1.135 Kalibening 1.049 Pandanarum 1.245
Sumber: Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka 2010
Berdasarkan Tabel 1.1 Kecamatan Pagentan dan Kecamatan Madukara
memiliki perbedaan tempat 615 M, itu atirnya kedua tempat ini mempunyai
perbedaan suhu sekitar 3 Derajad Celcius, yang akan mempengaruhi curah hujan
di kedua tempat tersebut. Data dibawah merupakan data curah hujan di Kabupaten
Banjarnegara, dan kolom yang diberi tanda garis tebal merupakan tempat yang
sedang penulis teliti, disajikan pada Tabel 1.2 berikut ini.= Tidak mengirim data Desa Plumbungan merupakan salah satu desa di kecamatan Pagentan kabupaten Banjarnegara, terletak disebelah tenggara kabupaten Banjarnegara memiliki luas wilayah 311.457 Ha yang terbagi atas lahan pertanian berupa sawah seluas 96,890 Ha, pekarangan dan bangunan 7.200 Ha tegalan 196.215 Ha kolam 0,400 Ha, dan lain
64 Karangkobar Hari - - - - - - - - - - - - Mm - - - - - - - - - - - -
16 5 180 343 839
12
58 A Rakit Hari - - - - - - - - - - - - Mm - - - - - - - - - - - -
13
60 C Punggelan Hari - - - - - - - - - - - - Mm - - - - - - - - - - - -
14
15
21
67 Pagentan Hari
29
27
25
25
19
20
20 Mm 547 305 304 396 334 269 277
10
5
60 Wanadadi Hari
12
4
1
12
18
21 Mm 523 350 234 375 333 124 - - - - - -
11
22
1
21
25
21
18
18
19
1
13
10
20
21
29
30
28
26
20
8
12
29
31
30 Mm 643 475 360 431 480 304 259
26 60 488 399 713
18
63 Wanayasa Hari - - - - - - - - - - - - Mm - - - - - - - - - - - -
19
59 Kalibening Hari - - - - - - - - - - - - Mm - - - - - - - - - - - -
Sumber : Dinas Pengelolaan SDA & ESDM Kab. Banjarnegara Ket: 0 = Keadaan Tidak hujan = Keadaan Alat rusak
28
65 Batur Hari
15
27 29 -
30
27 Mm 618 420 333 397 479 267 249
25 50 315 402 643
16
65 Pejawaran Hari
31
28
19
17
15
3
9
15
30
29 Mm 636 433 351 417 - 276 221
15 50 452 386 613
14
17
Tabel 1.2 Banyaknya Curah Hujan dan Hari Hujan di Kabupaten Banjarnegara No Stasi un Lokasi stasiun pengamat Jan Fe b M rt A p r M ei J u n J u l A g t S ep Ok t N o v D es19 Mm 377 320 233 322 360 228 290 - - 110 245 470
12
15
12
11 10 - -
6
14
4
14
58 Mandiraja Hari
16
16
15
13
15
12 13 - -
19
Hari
17
16 14 -
1
51 B Susukan Hari
18
20
19
17
19
2
57 Purworejo Klampok
6
15
16 mm 457 294 272 430 427 360 541 - 18 107 270 355
2
36 B Purworejo Klampok
Hari - - - - - - - - - - - - Mm - - - - - - - - - - - -
3
6
21 Mm 437 362 237 301 261 366 290 - - 169 213 531
22
5
25
24
21
21
19
14
7
12
52 D Madukara Hari
10
25 Mm 587 397 259 570 413 195 268
35 9 218 - 799
10
52 C Banjarmangu Hari
20
16
26
9
5
20
58 B Purwanegara Hari - - - - - - - - - - - - Mm - - - - - - - - - - - -
6
60 D Bawang Hari - - - - - - - - - - - - Mm - - - - - - - - - - - -
7
52 Banjarnegara Hari
24
22
20
52 C Sigaluh Hari - - - - - - - - - - - - Mm - - - - - - - - - - - -
13
18
12 3 -
7
15
19 Mm 547 514 352 505 256 278 191 3 - - 286 653
8
- – lain yang meliputi fasilitas umum seluas 10,752. Desa
Plumbungan memiliki jumlah penduduk sebanyak 2.123 jiwa, dengan rincian
penduduk laki- – laki 1.148 jiwa, perempuan 1.107 jiwa, jumlah kepala keluarga
652 KK. Mayoritas mata pencaharian masyarakat desa Plumbungan sebagai
petani, buruh tani, pedagang, dan buruh bangunan. ( Arsip pemerintah desa
Plumbungan) Desa kaliurip merupakan Desa terbesar dengan jumlah kepala keluargaterbanyak di Kecamatan Madukoro Kabupaten Banjarnegara, luas wilayah Desa
Kaliurip 3.792.709 meter persegi dengan jumlah penduduk mencapai 3296 jiwa
dan kepala keluarga berjumlah 875 KK. Desa kaliurip terbagi atas 19 Rukun
tetangga (RT) dan 5 Rukun Warga ( RW ). Mayoritas mata pencaharian
masyarakat Kaliurip berkerja di sektor pertanian.
B. Rumusan Masalah
Dengan melihat latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah yang dapat diambil adalah:
1. Seberapa besar sumbangan pertanian salak pondoh terhadap pendapata
keluarga di Desa Plumbungan Kecamatan Pagentan dan Desa Kaliurip kecamatan Madukara Kabupaten Banjarnegara?
2. Seberapa besar perbedaan produktifitas salak pondoh berdasarkan ketinggian
tempat yang berbeda di Desa Kaliurip Kecamatan Madukoro dan Desa Plumbungan Kecamtan Pagentan Kabupaten BanjarnegaraC. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui sumbangan salak pondoh terhadap pendapatan petani menurut
ketinggian tempat yang berbeda di Desa Kaliurip Kecamatan Madukoro dengan Desa Plumbungan Kecamatan Pagentan Kabupaten Banjarnegara
2. Mengetahui perbedaan produktifitas salak pondoh berdasarkan ketinggian
tempat yang berbeda di Desa Kaliurip Kecamatan Madukoro dan Desa Plumbungan Kecamtan Pagentan Kabupaten Banjarnegara D.Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian diharapkan diperoleh manfaat sebagai berikut:
1. Bagi peneliti Menambah pengetahuan bagi peneliti tentang sumbangan salak pondoh terhadap pendapatan petani menurut ketinggian tempat yang berbeda
2. Bagi Pembaca Memberikan informasi kepada pembaca khususnya pada mahasiswa geografi tentang sumbangan salak pondoh terhadap pendapatan petani menurut ketinggian tempat yang berbeda
3. Bagi masyarakat Memberikan informasi kepada masyarakat tentang sumbangan salak pondoh tehadap peningkatan pendapatan, agar masyarakat dapat memahami potensi dari salak pondoh dan lahan pertanian itu sendiri.