IMPLEMENTASI PERATURAN MENTRI PU NOMOR 30/PRT/M/2007 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI PARTISIPATIF DI UPTD IRIGASI DINAS PEKERJAAN UMUM (DPU) KEC PAMARAYAN KAB SERANG - FISIP Untirta Repository

IMPLEMENTASI PERATURAN MENTRI PU NOMOR

  

30/PRT/M/2007 TENTANG PEDOMAN

PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN SISTEM

IRIGASI PARTISIPATIF DI UPTD IRIGASI DINAS

  

PEKERJAAN UMUM (DPU) KEC PAMARAYAN

KAB SERANG

Skripsi

  Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara

  Oleh

IKHSAN MAULANA NIM 060160 PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

  

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

2011

  LEMBAR PERSETUJUAN Nama :

  IKHSAN MAULANA NIM : 060160 Judul Skripsi :

IMPLEMENTASI PERMEN PU NOMOR 30/PRT/M/2007 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN SISTEM

IRIGASI PARTISIPATIF DI UPTD IRIGASI DINAS PEKERJAAN UMUM (DPU) KECAMATAN

  Serang, September 2011 Pembimbing Skripsi I Pembimbing Skripsi II Dr. Agus Sjafari, M.Si. Anis Fuad, S.Sos.

  NIP. 197108242005011001 NIP. 198009082006041002.

  Mengetahui, Dekan FISIP UNTIRTA Prof. Dr. Ahmad Sihabudin, M.Si.

  NIP. 196507042005011002 PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

  LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI Nama :

  IKHSAN MAULANA NIM : 060160 Judul Skripsi :

IMPLEMENTASI PERMEN PU NOMOR 30/PRT/M/2007 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN SISTEM

IRIGASI PARTISIPATIF DI UPTD IRIGASI DINAS PEKERJAAN UMUM (DPU) KECAMATAN

  Telah diuji di hadapan Dewan Penguji Sidang Skripsi di Serang, pada tanggal 20 Oktober 2011 dan dinyatakan LULUS.

  Serang, Oktober 2011 Ketua Penguji

  Arenawati, S.Sos., M.Si

  NIP. 197004102006042001 ………………………… Anggota

  Listyaningsih, S.Sos., M.Si

  NIP. 197603292003122001 ………………………… Anggota Dr. Agus Sjafari, M.Si.

  NIP. 197108242005011001 …………………………

  Mengetahui,

  Dekan FISIP UNTIRTA Ketua Program Prof. Dr. Ahmad Sihabudin, M.Si. Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si.

  NIP. 196507042005011002 NIP. 197809182005011002

PERNYATAAN ORISINALITAS

  Yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Ikhsan Maulana NIM : 060160 Tempat Tanggal Lahir : Lebak, 19 Desember 1986 Program Studi : Ilmu administrasi Negara Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Implementasi Kebijakan Permen Pekerjaan Umum Nomor 30/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Pengembangan Dan Pengelolaan Sistem Irigasi Partisipatif Di UPTD Irigasi Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kecamatan Pamarayan Kabupaten Serang adalah hasil karya saya sendiri, dan seluruh sumber yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Apabila dikemudian hari skripsi ini terbukti mengandung unsur plagiat, maka gelar kesarjanaan saya bisa dicabut.

  Serang, Oktober 2011

  Ikhsan Maulana

  

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

  Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yaitu skripsi dengan judul Implementasi Permen Pekerjaan Umum Nomor 30/PRT/M/2007 Tentang

  

Pedoman Pengembangan Dan Pengelolaan Sistem Irigasi Partisipatif Di UPTD

Irigasi Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kecamatan Pamarayan Kabupaten

Serang.

  Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana Strata 1 pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun sebagai perbaikan dan untuk menambah wawasan dimasa datang. Terima kasih yang paling terdalam khsusnya kepada Almarhumah ibunda tercinta dan bapaku tersayang, serta Keluarga ku tersayang kaka,teteh,ade yang telah membrikan doa ,motivasi dan bimbinagnya sehingga saya terus berjuang menyelesaikan penelitian ini. Semoga saya dapat menjadi manusia yang bermanfaat dan berguna bagi semua orang sesuai dengan pesan dan nasihat kalian.

  Ucapkanan terima kasih juga peneliti sampaikan kepada: 1. Prof. Dr. H. Soleh Hidayat,M.PD selaku Rektor Universitas Sultan Ageng

  Tirtayasa 2. Prof. Dr. Ahmad Sihabudin, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3. Dr. Agus Sjafari, M.Si. selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Sosial Ilmu

  Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dan pembimbing I atas arahan dan bimbingannya

  4. Rahmi Winangsih, S.Sos. M.Si., selaku Pembantu Dekan II Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa 5. Idi Dimyati, S.Ikom. M.Si. selaku Pembantu Dekan III Fakultas Ilmu Sosial

  Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa 6. Bapak Kandung Sapto Nugroho, S.Sos. M.Si., selaku Ketua Program Studi Ilmu

  Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa 7. Ibu Rina Yulianti, S.IP. M.Si., selaku Sekretaris Program Studi Ilmu

  Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa 8. Bapak Anis Fuad, S.Sos. selaku pembimbing II atas arahan dan bimbingannya yang telah diberikan dalam penyusunan usulan penelitian ini.

  9. Seluruh Dosen Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa 10. Bapak dan Ibu Staff Tata Usaha Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik 11. Bapak Hudari, selaku Kepala UPTD Pekerjaan Umum Kecamatan Pamarayan atas informasi dan arahannya dan seluruh Staf UPTD Pekerjaan Umum

  Kecamatan Pamarayan.

  12. Kepada Almarhumah ibunda tercinta dan bapaku tersayang, serta Ka Miftah, Teh irma, dan adeku neng Imas dan Rahmi yang telah memberikan doa, motivasi dan arti kehidupan agar menjadi manusia yang berilmu sehingga bermanfaat bagi manusia lainnya.

  13. Seluruh kelompok Perkumpulan Petani Pemakai Air yang ada dalam wilayah kerja UPTD Pekerjaan Umum Kecamatan Pamarayan atas bantuannya

14. Kepada rekan-rekan satu perjuangan organisasi keluarga mahasiswa lebak

  (kumala). Terutama kepada fauzan, enjang, riki, anove, wahyu, asep, kimong dan seluruh anggota organisasi kumala saya mengucapkan banyak terima kasih atas waktu dan perjuangannya. Sampai kapanpun saya tidak akan pernah melupakan perjuanagan, kenangan dan memory terindah yang sudah kita lewati bersama.

  15. Kepada sang pemilik hati, saya ucapkan banyak terima kasih atas doa, dorongan dan marah-marahnya slama ini sehingga saya termotivasi untuk menyelesaikan penelitian ini.

  16. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, percayalah peran kalian sangat membantu penulis dalam menyelesaikan usulam Penelitian ini.

  Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.

  Wassalamu’alaikum Wr. Wb

  Serang, Oktober 2011 Penulis Ikhsan Maulana

  NIM 060160

  DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................ i

DAFTAR ISI ....................................................................................... iv

DAFTAR TABEL .............................................................................. vi

DAFTAR GAMBAR .......................................................................... vii

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................... viii

  BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ................................................................

  1 1.2 Indentifikasi Masalah ......................................................

  6 1.3 Rumusan Masalah ...........................................................

  7 1.4 Tujuan Penelitian ............................................................

  8 1.5 Kegunaan Penelian ..........................................................

  8 1.6 Sistematika Penulisan .....................................................

  9 BAB II DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN

  2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Kebijakan ...............................................................

  13 2.1.2 Irigasi Partisipatif ...................................................

  16 2.1.3 Pengertian Implementasi Kebijakan ......................

  23 2.1.4 Landasan dan Mutu Implementasi .........................

  26

  2.1.5 Pendekatan Implementasi Kebijakan Publik .........

  27 2.1.6 Model Implementasi Kebijakan Publik .................

  29 2.1.6 Daniel Mazmainan Dan Paul Sabatier ....................

  32 2.1.7 Faktor Penghambat dan Pendukung Implementasi..

  37 2.1.8 Pembangunan partisipatif .......................................

  39 2.2 Kerangka Berpikir ...........................................................

  44 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ...........................................................

  49 3.2 Instrumen Penelitian .......................................................

  50 3.3 Informan Penelitian .........................................................

  52 3.4 Tehnik Analisis Data .......................................................

  53 3.5 Validitas data ..................................................................

  57 3.6 Tempat dan Waktu ..........................................................

  59 BAB VI HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian .............................................

  61 4.2 Deskripsi Data ..................................................................

  63 4.3 Penyajian Data ..................................................................

  66

  4.5 Pembahasan ...................................................................... 111

  BAB V PENUTUP

  5.1 Kesimpulan ...................................................................... 119

  5.2 Saran-Saran ...................................................................... 120

  DAFTAR PUSTAKA

  LAMPIRAN DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Informan Penelitian ..............................................................

  53 Tabel 3.2 Waktu Pelaksanaan Penelitian ............................................

  60 Tabel 4.1 Daftar Informan Penelitian ..................................................

  66

  DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ..........................................................

  48 Gambar 3.1 Komponen Dalam Analisis Data (Interactive Model) .....

  55 Gambar 4.1 Saluran Irigasi Primer dan Sekunder ................................

  80 Gambar 4.2 Saluran Irigasi Tersier ......................................................

  88

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1 Kearsipan Lampiran 2 Peraturan Menteri Lampiran 3 Matrik Setelah Reduksi Lampiran 4 Memberceks Lampiran 5 Dokumentasi Lampiran 6 Lembar Bimbingan

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

  Kebijakan dan pembangunan adalah dua konsep yang terkait. Konsep tersebut menekankan pada sebuah proses peningkatan kualitas hidup manusia, pembangunan adalah konteks dimana kebijakan beroperasi. Sementara itu, kebijakan yang menunjuk pada kerangka kerja pembangunan, memberikan pedoman bagi pengimplementasian tujuan-tujuan pembangunan ke dalam

  1 beragam program dan proyek.

  Sebagimana tujuan pembangunan pertanian yang ingin dicapai pada tahun 2009-2014, antara lain adalah peningkatan kesejahteraan petani melalui peningkatan nilai tambah dan pemilihan produk yang berdaya saing, tangguh dan berkelanjutan. Untuk mewujudkan tujuan tersebut pemerintah memfasilitasi sarana dan prasarana fisik untuk pengembangan usaha

  2 agribisnis pedesaan disentra produksi komoditas unggulan.

  Sementara itu dalam pengembangan komoditas unggulan tanaman maupun ternak, air merupakan faktor determinan keberhasilan sistem budidaya. Argumennya, air merupakan komponen utama (lebih dari 80%) penyusun tanaman maupun ternak sekaligus berperan penting dalam proses 1 metabolisme. Itulah sebabnya mengapa, kekurangan atau kelebihan air untuk

  Edi Suharto, Analisis Kebijakan Publik (panduan Praktis Mengkaji Suatu Masalah dan Kebijakan Sosial 2 . Jakarta: Alfabeta, 2006, hal. 1 , Pedoman Teknis Irigasi Partisipatif. Direktorat Pengelolaan Air Direktorat Jendral Pengelolaan lahan dan Air Departemen Pertanian. 2009, hal 1 tanaman dapat berdampak negatif terhadap pertumbuhan, perkembangan tanaman dan ternak bahkan berdampak langsung terhadap kualitas produk

  3

  yang dihasilkan Di Indonesia pengelolaan sumber daya air masih dirasakan kurang maksimal. Hal ini sebagaimana ditunjukan berdasarkan hasil penelitian

  4

  “Country Report for the World Water Farum Kyoto-Japan, March 2003, yang menyatakan bahwa pengelolaan sumberdaya air di Indonesia menghadapi problema yang sangat kompleks, mengingat air mempunyai beberapa fungsi baik fungsi sosial-budaya, ekonomi dan lingkungan yang masing dapat bertentangan. Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dan intensitas kegiatan ekonomi, telah terjadi perubahan sumberdaya alam yang sangat cepat. Pembukaan lahan guna keperluan perluasan daerah pertanian, pemukiman dan industri yang tidak terkoordinasi dengan baik dalam suatu kerangka pengembangan tata ruang, telah mengakibatkan terjadinya degradasi lahan, erosi, tanah longsor, banjir.

  Problematika tersebut di atas cukup berdampak luas bagi masyarakat, karena model pengusahaan tanaman dengan menyesuaikan karakteristik iklim khususnya jumlah curah hujan, hari hujan dan penyebarannya yang dilaksanakan belakangan ini umumnya kurang efektif dan efisien, karena intensitas, frekuensi dan durasi anomali iklim cenderung meningkat. Apalagi 3 pola penyebaran produksi biasanya akan seirama dengan pola curah hujan

  , Pengembangan Irigasi Bertekanan (Irigasi Tetes & Irigasi Sprinkler), Direktorad 4 Pengelolaan Air Direktorat Jendral Pengelolaan Lahan dan Air Departemen Pertanian. 2009, hal 6 Wignyosukarto, budi santosa, Pengelolaan Sumberdaya Air Terpadu dalam Upaya Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium 2015

  , Pidato Pengukuhan Guru Besar Bidang Teknik Sipil pada Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada. 2010, hal. 1 musiman tetapi seringkali tidak seirama dengan permintaan pasar yang relatif tetap sepanjang tahun. Untuk dapat mencukupi kebutuhan air pada fase pertumbuhan tanaman, sehingga dapat menyesuaikan antara waktu panen dan permintaan pasar, maka pelaksanaan pengelolaan air melalui irigasi sangat dibutuhkan khususnya untuk memenuhi kebutuhan air di musim kemarau atau

  5 di luar musim.

  Untuk itulah jika dikaitkan dengan permasalah yang terjadi di Daerah Aliran Sungai (DAS) bendungan irigasi di Kecamatan Pamarayan Kabupaten Serang, kenyataan ini menjadi sangat memungkinkan karena bendungan Pamarayan merupakan bendungan yang sangat penting bagi kelangsungan kehidupan masyarakat di Kabupaten Serang khususnya bagi kelangsungan pengairan pertanian-pertanian yang dilalui irigasi. Bendungan Pamarayan diketahui sampai dengan saat ini masih memiliki keterbatasan-keterbatasan dalam pengelolaannya, karena itu saat ini dengan adanya sistem pengelolaan irigasi partisipatif yang dilaksanakn UPTD dinas irigasi pamarayan kecamatan pamarayan, diharapkan mampu memberikan kontribusi positif terhadap pengelolaan sistem rigasi. Hal ini sejalan dengan tujuan pengelolaan

  6

  irigasi partisipatif diantaranya: 1.

  Meningkatkan rasa kebersamaan, rasa memiliki dan rasa tanggung jawab dalam pengelolaan irigasi antara pemerintah, pemerintah daerah dan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A)/Gabungan Petani Pemakai Air 5 (GP3A) sejak dari pemikiran awal sampai dengan pengambilan keputusan. 6 Ibid.2007, hal 1 Loc.cit. 2007, hal. 3

  2. Terpenuhi pelayanan irigasi yang memenuhi harapan petani melalui upaya peningkatan efisiensi dan efektivitas pengelolaan irigasi yang berkelanjutan.

  3. Mendorong masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A untuk berpartisipasi dalam pekerjaan tertentu sesuai dengan semangat kemitraan dan kemandirian dan untuk mewujudkan kemanfaatan air dalam bidang pertanian diselenggarakan secara partisipatif dan pelaksanaannya dilakukan dengan berbasis pada peran serta masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A.

  UPTD dinas irigasi pamarayan memiliki tugas untuk mengairi area persawahan seluas 1250 Ha dan pengelolaan sistem irigasinya. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan menyangkut pengelolaan irigasi partisipatif di aliran irigasi UPTD Pamarayan Kabupaten Serang diketahui bahwa pengelolaan irigasi partisipatif ini belum mampu dilaksanakan dengan baik. Permasalahan ini muncul karena beberapa hal, seperti kurang tepatnya pemilihan lokasi irigasi, disini seharusnya lokasi yang dipilih adalah lokasi- lokasi yang belum memiliki jaringan irigasi yang baik sehingga mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil pertanian kelompok tani yang ada di dalamnya. Pembangunan jaringan irigasi partispatif ini akhirnya tidak membawa akibat-akibat langsung pada peningkatan hasil produksi pertanian yang ada di wilayah Kabupaten Serang.

  Selain itu kelompok tani yang akan melaksanakan pengelolaan jaringan partisipatif baru terbentuk atau dibentuk, adapun yang sudah lama terbentuk tapi mereka belum tahu betul irigasi partisipatif itu dan pelibatannya masyarakat itu, belum ada pemberdayaan bagi petani sehingga kelompok tani yang terbentuk masih bingung mulai darimana, serta penyuluhan dan arahan bagi para petani masih kurang.

  Begitu dalam hal sosialisasi yang dilakukan pemerintah hanya pada sebagai kecil para petani sehingga para petani belum memahami dan tujuan dari irigasi partisipatif dalam Peraturan Menteri itu dan para petani masih bingung dengan fungsi dan perannya dalam irigasi partisipatif ini.

  Pembangunan irigasi partisipatif yang besarannya hanya sebanyak Rp. 50.000.000,- kurang dimanfaatkan secara maksimal, karena banyak faktor yang menyebabkan biaya tersebut tidak sampai seluruhnya kepada kelompok tani yang akan memenfaatkan saluran irigasi partispatif. Pemotongan sering terjadi di tingkat Kecamatan dan pelaksana kegiatan serta selain itu walaupun dalam laporan keuangan penggunaan bantuan pembangunan saluran irigasi partisipatif tidak mencantumkan gaji/upah/honor dan perjalanan/pembinaan namun dalam kenyataannya pembiayaan ini sering diikutsertakan sebagai imbal jasa perantara yaitu aparat pemerintah.

  Selanjutnya pola kesadaran masyarakat yang kurang terhadap pengelolaan air, dimana masyarakat masih menggunakan air dengan boros dan sarana prasarana pendukung dalam mengelola dan pemeliharaan air itu sendiri masih kurang atau rusak, masyarakat juga tidak menjaga atau memilihara sarana dan prasana dengan baik, sehingga menambah daftar kerusakan sarana dan prasarana irigasi yang rusak.

  Dari sekian pemaparan permasalahan-permasalahan yang ada di atas kita melihat bahwa pembangunan irigasi partisipatif harus memiliki keterkaitan antara program dengan pelaksanaannya. Peran serta masyarakat yang masih minim tersebut menjadi titik ketidakseimbangan program peningkatan pelayanan masyarakat dalam hal penyediaan air. Di sinilah maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang: “IMPLEMENTASI

  

KEBIJAKAN PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM

NOMOR 30/PRT/M/2007 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN

DAN PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI PARTISIPATIF DI UPTD

  

IRIGASI DINAS PEKERJAAN UMUM (DPU) KECAMATAN

PAMARAYAN KABUPATEN SERANG”.

1.2 Identifikasi Masalah dan Pembatasan Masalah

1.2.1 Identifikasi Masalah

  Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan, peneliti mengidentifikasikan permasalahan yang akan dibahas dalam peneitian ini, di antaranya: 1.

  Minimnya peran masyarakat dalam pembanguan irigasi 2. Masih minimnya penyuluhan bagi para petani untuk pengelolaan irigasi partisipatif

3. Sosialisasi yang dilakukan masih kurang dan belum efektif 4.

  Rendahnya SDM dalam pengelolaan dan pembangunan irigasi 5. Petani masih dinilai boros dalam menggunakan air

1.2.2 Pembatasan Masalah

  Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, peneliti membatasi masalah dalam penelitian ini adalah pada analisa permasalahan yang terdapat pada lokus penelitian bendungan irigasi di UPTD Pamarayan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Serang. Jenis permasalahan yang diteliti adalah sejauhmana partispasi masyarakat dalam membantu pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi di Bendungan irigasi Pamarayan Serang karena yang terlihat di lapangan implementasi irigasi partisipatif ini sering mengalami kendala. Untuk itu penelitian ini difokuskan pada analisis deskritif kualitatif untuk menjelaskan paparan implementasi Kebijakan atau Peraturan Menteri Pekerjaan Umum (PERMEN P.U. NO. 30/PRT/M/2007) tentang Pedoman Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Irigasi di Kecamatan Pamarayan Kabupaten Serang. Untuk memudahkan peneliti memperoleh data, penelitian ini hanya dibatasi di Kabupaten Serang karena adanya keterbatasa waktu, biaya, dan kemampuan berfikir yang dimiliki oleh peneliti, maka membatasi penelitiannya, yaitu: “IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR 30/PRT/M/2007 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI PARTISIPATIF DI UPTD IRIGASI DINAS PEKERJAAN UMUM (DPU) KECAMATAN PAMARAYAN KABUPATEN SERANG”.

1.3 Perumusan Masalah

  Adapun beberapa masalah yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini di antaranya:

  1. Bagaimana implementasi kebijakan mengenai pedoman pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi di UPTD Irigasi Pamarayan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Serang? 2. Faktor-faktor apa saja yang menghambat dalam implementasi pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi partisipatif di UPTD

  Irigasi Pamarayan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Serang?

  1.4 Tujuan Penelitian

  Tujuan penelitian yang ingin dicapai dari penelitian ini, yaitu: 1. Untuk mengetahui bagaimana Implementasi Peraturan Menteri mengenai pedoman pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi di UPTD Irigasi

  Pamarayan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Serang.? 2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menghambat dalam implementasi pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi partisipatif di

  UPTD Irigasi Pamarayan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Serang.

  1.5 Kegunaan Penelitian

  Adapun kegunaan dari penelitian ini, yaitu: 1.

   Secara Teoritis a.

  Hasil penelitian ini bagi penulis, untuk dapat memberikan kontribusi pengembangan ilmu pengetahuan administrasi Negara dan pemecahan permasalahan kebijakan khususnya masalah implementasi kebijakan mengenai pedoman pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi partisipatif. b.

  Untuk menambah wawasan penulis tentang teori implementasi Peraturan Menteri Pekerjaan Umum (PERMEN P.U. NO.

  30/PRT/M/2007) tentang Pedoman Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Irigasi Partisipatif.

2. Secara Teoritis a.

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sarana atau masukan bagi pemerintah dan masyarakat luas khususnya masyarakat Pamarayan dalam menentukan dan menyusun kebijakan tentang pengaruh implementasi Peraturan Menteri Pekerjaan Umum (PERMEN P.U NO. 30/PRT/M/2007 tentang Pedoman Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Irigasi Partisipatif dalam rangka meningkatkan kesejahteraan petani di Kecamatan Pamarayan Kabupaten Serang.

  b.

  Untuk Pembaca, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar atau referensi dalam melakukan penelitian selanjutnya dibidang kebijakan publik.

1.6 Sistematika Penulisan

  Sistematika penulisan dalam penuyusunan skripsi ini adalah:

  BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Latar belakang menggambarkan ruang lingkup dan kedudukan masalah yang akan diteliti dalam bentuk uraian secara deduktif, dari lingkup yang paling umum hingga menukik ke masalah yang paling spesifik, yang relevan dengan judul skripsi.

  1.2 Identifikasi Masalah Mendeteksi aspek permasalahan yang muncul dan berkaitan dari tema/topik/judul penelitian atau dengan masalah atau variabel yang akan diteliti. Identifikasi masalah dapat diajukan dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan,

  1.3 Pembatasan dan Rumusan Masalah Dari sejumlah masalah hasil identifikasi tersebut di atas ditetapkan masalah yang paling urgen yang berkaitan dengan judul penelitian. Kalimat yang biasa di pakai dalam pembatasan masalah ini adalah kalimat pernyataan. Perumusan masalah adalah mendefinisikan permasalahan yang telah ditetapkan dalam bentuk definisi konsep dan definisi oprasional.

  1.4 Tujuan penelitian Tujuan penelitian mengungkapkan tentang sasaran yang ingin dicapai dengan dilaksanakanya penelitian, terhadap masalah yang telah dirumuskan. Isi dan rumusan tujuan penelitian sejalan dengan isi dan rumusan masalah.

  1.5 Manfaat Penelitian Menjelaskan manfaat teoritis dan praktis temuan penelitian

  1.6 Sistematika Penulisan Menjelaskan isi bab per bab BAB II KERANGKA TEORITIK

  2.1 Deskripsi teori Mengkaji berbagai teori yang relevan dengan permasalahan dan variabel penelitian, kemudian menyusunya secara teratur dan rapi yang digunakan untuk merumuskan masalah.

  2.2 Kerangka Berpikir Kerangka berpikir menggambarkan alur pikiran peneliti sebagai kelanjutan dari kajian teori untuk memberikan penjelasan kepada pembaca

  BAB III METODOLOGI PENELITIAN

  3.1 Metode Penelitian Menjelaskan metode yang dipergunakan dalam penelitian

  3.2 Instrumen Penelitian Menjelaskan tentang proses penyusunan dan jenis alat pengumpulan data yang digunakan, proses pengumpulan data, dan teknik penentuan kualitas instrumen.

  3.3 Populasi dan Sampel Penelitian Menjelaskan wilayah generalisasi atau proposal penelitian, penetapan besar sampel, dan teknik pengambilan sampel serta rasionalisasinya

  3.4 Teknik Pengolahan dan Analisis Data Menjelaskan tekhnik analisa dan beserta rasionalisasinya.

  Teknik analisis data harus sesuai dengan sifat data yang diteliti

  3.5 Tempat dan Waktu Menjelaskan tentang tempat dan waktu penelitian tersebut dilaksanakan

  BAB IV HASIL PENELITIAN

  4.1 Deskripsi Obyek Penelitian Menjelaskan tentang obyek penelitian yang meliputi lokasi penelitian secara jelas, struktur organisasi dari populasi/sampel yang telah ditentukan serta hal lain yang berhubungan dengan obyek penelitian

  4.2 Deskripsi Data Menjelaskan hasil penelitian yang telah diolah dari data mentah dengan mempergunakan teknik analisis data yang relevan.

  BAB V PENUTUP

  5.1 Simpulan Menyimpulkan hasil penelitian yang diungkapkan secara singkat, jelas dan sejalan dan sesuai dengan permasalahan serta hipotesis penelitian.

  5.2 Saran Berisi tindakan dari sumbangan penelitian terhadap bidang yang diteliti baik secara toritis maupun praktis.

BAB II DESKRIPSI TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

2.1 Deskripsi Teori

2.1.1 Kebijakan

  Istilah policy (kebijakan) seringkali penggunaannya saling dipertukarkan dengan istilah-istilah lain seperti tujuan (goals) program, undang-undang, ketentuan-ketentuan usulan-usulan dan rancangan-rancangan besar. Bagi para pembuat kebijaksanaan (policy maker) dan para sejawatnya istilah-istilah itu tidaklah akan menimbulkan masalah apapun karena menggunakan referensi yang sama. Namun bagi orang-orang di luar struktur pengambilan kebijaksanaan istilah-istilah tersebut mungkin akan

  7 membingungkan.

  Untuk itu kebijakan yang telah direkomendasikan untuk dipilih oleh

  policy makers bukanlah jaminan bahwa kebijakan tersebut pasti berhasil

  dalam implementasinya. Ada banyak variabel yang mempengaruhi keberhasilan implementasi kepada individual maupun kelompok atau institusi. Implementasi dari suatu program melibatkan upaya-upaya policy

  makers. Kebijakan-kebijakan diimplementasikan oleh badan-badan

  pemerintah dan badan-badan inilah yang melaksanakan pekerjaan-pekerjaan

7 Wahab, Abdul Solichin. 2005. Implementasi Kebijakan Publik. Malang: Bumi Aksara. Hal 1

  pemerintah dari hari ke hari yang membawa dampak kepada

  8 warganegaranya.

  Menurut Heinz dan Kennet kebijakan dapatlah didefinisikan sebagai suatu keputusan yang siap dilaksanakan dengan ciri adanya kemantapatan perilaku, baik oleh mereka yang membuat maupun oleh mereka yang harus

  9 mematuhinya.

  Chandier dan Piano mengatakan bahwa kebijakan publik adalah pemanfaatan yang strategis terhadap sumberdaya-sumberdaya yang ada untuk memecahkan masalah-masalah publik atau pemerintah. Dalam kenyataannya, kebijakan tersebut telah banyak membantu para pelaksana pada tingkat birokrasi pemerintah maupun para politisi untuk memecahkan masalah

  10 publik.

  Dye mengemukakan bahwa kebijaksanaan pemerintah itu adalah apa saja yang ditetapkan oleh pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan.

  Definisi ini didasarkan pada kenyataan bahwa banyak sekali masalah-masalah yang harus diatasi, banyak sekali keinginan dan kehendak rakyat yang harus

  11 dipenuhinya.

  Easton memberikan pengertian kebijakan publik sebagai pengalokasian nilai-nilai kekuasaan untuk seluruh masyarakat yang keberadaannya mengikat sehingga cukup pemerintah yang dapat melakukan 8 sesuatu tindakan kepada masyarakat dan tindakan tersebut merupakan bentuk 9 Subarsono, AG. 2005. Publik Policy. Surabaya: Airlangga University. Hal 87 Soenarko. 2003. Desentralisasi Sistem Kesehatan: Konsep-Konsep, Isu dan Pengalaman di

  Berbagai Negara. 10 Yogyakarta: Gadjah Mada university Press. hal 41 11 Wahab. Loc. Cit. hal 1 Soenarko. Loc. Cit. hal 41

  dan sesuatu yang dipilih oleh pemerintah yang merupakan bentuk dan

  12 pengalokasian nilai-nilai kepada masyarakat.

  Kebijakan publik sebagai suatu keputusan senantiasa berwawasan kehari depan atau bersifat futuristis. Untuk menanggapi kepentingan masyarakat, yang dalam kondisi dan situasi tertentu nampak sebagai masalah yang kemudian merupakan public issue, maka kebijakan publik sebagai suatu keputusan haruslah ditetapkan tepat pada waktunya, tidak tergesa-gesa namun juga tidak boleh ditetapkan terlambat. Ada ungkapan dalam hubungan dengan pembuatan kebijakan publik bahwa kebijakan publik haruslah ditetapkan dan dilaksanakan tepat pada waktunya. Keinginan-keinginan dan pendapat- pendapat dalam masyarakat itu bermacam-macam, ada yang sama, ada yang berbeda, malahan ada yang bertentangan. Karena itu Dimock dalam Soenarko (2003:44) menekankan definisinya sebagai reconciliation dan cristalization dari pendapat-pendapat dan keinginan-keinginan tersebut.

  Menurut Jones dikatakan bahwa kebijakan terdiri dari komponen- komponen, di antaranya:

  1. Goal atau tujuan yang diinginkan; 2.

  Plans atau proposal, yaitu pengertian yang spesifik untuk mencapai tujuan;

  3. Program, yaitu upaya yang berwenang untuk mencapai tujuan; 4.

  Decision atau keputusan, yaitu tindakan-tindakan untuk menentukan tujuan; membuat rencana, melaksanakan dan mengevaluasi program; 5. Efek, yaitu akibat-akibat dan program (baik disengaja atau tidak,

  13 12 primer atau sekunder).

  

Hesel Nogi Tangkilisan. 2003. Kebijakan Publik Yang Membumi. Yogyakarta: Lukman Offset

13 dan YPAPI. Hal 2 Ibid Hal 3

2.1.2 Irigasi Partisipatif

  Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembangunan air irigasi untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi bawah tanah, irigasi pompa dan tambak.

  Sedangkan yang dimaksud dengan jaringan irigasi adalah saluran, bangunan, dan bangunan pelengkapnya yang merupakan satu kesatuan yang diperlukan untuk penyediaan, pembagian, pemberian, penggunaan, dan pembuangan irigasi.

  Prinsip utama pengelolaan irigasi dalam reformasi kebijakan pembangunan dan pengelolaan irigasi partispatif yang melibatkan seluruh stakeholder (pemerintah, petani, LSM, dan lainya) yang terkait mulai dari perencanaan, pendanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi, dengan tujuan akhir untuk mengoptimalkan penggunaan air irigasi, sehingga dapat meningkatkan suatu hasil usahatani yang optimal.

  Reformasi tersebut dituangkan didalam undang-undang nomor 7 tahun 2004 tentang sumber daya air dab peraturan pemerintah nomor 20 tahun 2006 tentang irigasi yang didalamnya dengan jelas ditegaskan bahwa pengembangan sistem irigasi tersier menjadi hak dan tanggung jawab perkumpulan petani pemakai air. Sebagai tindaklanjutnya peranan perkumpulan petani pemakai air perlu dikedepankan melalui kegiatan pengelolaan irigasi partisipatif.

  Kebijakan pengelolaan irigasi yang hanya ditangani pada awalnya dapat memberikan dampak yang cukup baik, seperti tercapainya swasembada pangan pada tahun 1984. Namun keberhasilan tersebut tidak berkelanjutan mengingat dukungan prasarana irigasi banyak yang menurun kuantitas, kualitas maupun fungsinya, apalagi setelah Indonesia mengalami krisis moneter pada tahun 1997. Penurunan fungsi prasarana irigasi tersebut antara lain disebabkan bahwa selama ini anggapan pengembangan irigasi mnjadi tanggung jawab pemerintah, sehingga sebagian petani berpendapat bahwa mereka tidak turut bertanggung jawab.

  Dengan semakin kompleksnya permasalahan pengelolaan irigasi, maka pemerintah mengeluarkan kebijakan melalui INPRES Nomor 3 tahun 1999 tentang Pembaharuan Kebijakan Pengembangan dan Pengelolaan Irigasi yang akhirnya dengan diterbitkannya Undang-Undang nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air sebagai pengganti Pedomana Teknis PIP tahun 2007 Undang-Undang Nomor 11 tahun 1974 tentang Pengairan dan Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 2006 Tentang Irigasi sebagai pengganti Peraturan Pemerintah Nomor 77 tahun 2001.

  Sejalan dengan pemberlakuan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006, maka kebijakan pengelolaan irigasi akan dilakukan melalui pendekatan pengelolaan irigasi partisipatif, yang secara substansial sebenarnya sudah lama dikenal melalui pola swadaya atau gotong royong, melalui kebijakan tersebut, pengembangan (pembangunan/rehabilitasi) irigasi tidak hanya menjadi wewenang dan tanggung jawab pemerintah puast maupun pemerintah daerah, tetapi juga merupakan tanggunagjawab petani. Pada dasarnya, pengelolaan irigasi partisipatif adalah suatu pendekatan strategis dalam pengelolaan infrastruktur irigasi melalui keikutsertaan petani dalam semua aspek penyelenggaraan irigasi, termasuk perencanaan, desain, pelaksanaan operasi dan pemeliharaan (O&P), pemantauan dan evaluasi serta penyempurnaan sistem dari waktu kewaktu secara berkelanjutan.

  Sasaran pengembangan pengelolaan irigasi partisipatif adalah wilayah kerja kelembagaan perkumpulan petani pemakai air (P3A) atau Gabungan Perkumpulan Petani. Pelaksanaan kegiatan pengembangan pengelolaan irigasi partispatif dengan memperhatikan kondisi setempat dan dilakukan secara bertahap, yaitu: 1.

  Persyaratan Lokasi dan Petani 1)

  Persyaratan Lokasi Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan dan penetapan calon lokasi antara lain sebagai berikut:

  1. Lokasi kegiatan tidak berada dalam satu kecamatan dengan kegiatan lain yang dilakukan melalui pola tanam padat karya

  2. Jaringan irigasi tingkat usaha tani/jaringan irigasi desa pada umumnya kurang berfungsi dengan baik.

  3. Jaringan irigasi tersier/desa belum terbangun seluruhnya 4.

  Berdampak menigkatkan produktifitas dan perluasan areal tanam

  5. Peruntukan lahannya adalah lahan untuk pertanian tanaman pangan dan tidak ada rencana perubahan peruntukan lahan tersebut 6. Air tersedia secara berkelanjutan

  2) Persyaratan Kelompok 1.

  Organisasi kelembagaan petani pemakai air (P3A) telah terbentuk minimal 2 (dua) tahun

  2. Petani mau berpartisipasi secara aktif dalam pengelolaan irigasi melalui kelembagaan petani pemakai air (P3A)

  3. Petani mau dan mampu mengoperasikan, memelihara jaringan irigasi secara keompok dan menanggung biaya operasional dan pemeliharaan (O&P) yang dinyatakan dengan surat pernyataan kesanggupan petani 4. Angota kelompok aktif berpartisipatif dalam pelaksanaan kegiatan antara lain penyediaan material, tenaga kerja, material dan lainnya untuk keberhasilan kegiatan dalam bentuk sharing 5. Kelompok telah mempunyai rencana kegiatan yang dibutuhkan 2.

  Penentuan Calon Petani dan Calon Lokasi Penentuan calon petani dan calon lokasi mengacu terhadap persyaratan yang telah ditentukan sebagaimana dijelaskan pada butir 1 diatas. Sebelumnya ditetapkan calon lokasi dan calon petani ada baiknya dipilih beberapa calon alternatif. Setelah ditentukan lokasi dan kelompok, maka dilakukan sosialisasi baik terhadap aparat setempat maupun calon penerima manfaat. Kemudian dilakukan penetapan calon kelompok yang dipilih dari beberapa alternatif yang selanjutnya dikukuhkan melalui Surat Keputusan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota.

  Lokasi yang telah ditetapkan agar dicatat koordinat geografisnya yang meliputi lintang, bujur dan ketinggian lokasi dari permukaan laut (dpl) dengan menggunakan alat Global Positioning System (GPS) atau dengan menggunakan peralatan lainnya.

3. Penyusunan Rencana Kegiatan

  Rencana kegiatan disusun oleh kelompok P3A dengan bimbingan dari petugas pertanian. Rencana kegiatan memuat secara rinci tentang jenis dan volume, rancangan teknis atau jadwal pelaksanaan kegiatan yang akan dilaksanakan baik kegiatan fisik maupun kegiatan non fisik beserta rencana biaya yang diperlukan.

1. Jenis dan Volume Kegiatan

  Dalam menyusun rencana kegiatan, memuat secara jelas rincian, jenis dan volume kegiatan yang akan dilaksanakan baik fisik maupun non fisik misalnya kegiatan pengembangan jaringan irigasi tingkat usaha tani atau jaringan irigasi desa, bagian yang akan diperbaiki dan volumenya dan sebagainya. Disamping itu juga diuraikan secara singkat dan jelaskan tahap pelaksanaan dan penanggungjawaban.

  2. Rancangan Teknis (Desain Sederhana) Karena kegiatan sifatnya sederhana dan pada umunya dalam bentuk perbaikan jaringan ditingkat usahatani atau jaringan irigasi desa

  (JITI/JIDES), maka sebagai acuan pelaksanaan dilapangan hanya diperlukan desain sederhana saja, dan desain sederhana dimaksud disusun Dinas Pertanian Kabupaten/Kota bersama kelompok P3A.

  3. Jadwal Pelaksanaan Jadwal pelaksanaan disusun secara singkat secara lengkap dan jelas sejak dari tahap persiapan, penyusunan rencana kegiatan, penyusunan desain sederhana bahan bangunan, pelaksanaan kontruksi, pengawasan, monitoring dan evaluasi serta pelaporan.

4. Partisipatif

  Kegiatan ini melibatkan peran serta petani dan P3A sejak persiapan awal sampai dengan pengambilan keputusan dan pelaksanaan kegiatan keterlibatan tersebut tercermin dari mulai penyusunan rencana kegiatan, penyusunan rencana biaya, pembagian kewajiban dan pembiayaan (sharing), pengesahan rencana kegiatan/proposal, dan pelaksanaan kegiatan fiik dilapangan serta pengawasan. Partisipasi kelompok P3A dapat diwujudkan dalam bentuk penyediaan bahan materi/bangunan, tenaga kerja dalam membentuk dana dan sebagainya.

  Partisipasi kelompok dapat dikonversikan ke dalam rupiah, sehingga dapat dilihat seberapa besar nilai partisipasi (sharing) dari kelompok dalam penyelesaian kegiatan.

  5. Pelaksanaan Kegiatan Fisik Cara pelaksanaan dilakukan dengan swakelola dan sebagai acuan pedoman pelaksanaan kegiatan fisik dilapangan adalah dengan menggunakan

  Ketentuan Teknis Pedoman Teknis Rehabilitas / Perbaikan Jaringan Irigasi Desa (JIDES) dan Jaringan Irigasi Tingkat Usaha Tani (JITUT) yang diterbitkan direktorat pengelolaan lahan air cq. Direktorat pengelolaan air tahun 2007.

  Pengadaan bahan atau material dilakukan langsung oleh kelompok P3A, dan pelaksana kegiatan konstruksi dilapangan tidak untuk dikontrakan kepada pihak lain, tetapi pelaksanaan dilapangan dilakukan oleh kelompok P3A secara swakelola.

  6. Pembiayaan Dana yang disediakan untuk kegiatan pengelolaan irigasi partisipatif pada tugas pembantuan yang dialokasikan pada Mata Anggaran Kegiatan

  (MAK) 573119 dengan jenis belanja lembaga sosial lainnya, dengan jumlah dana sebesar Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) per unit. Disamping itu sumber pembiayaan lainnya berasal dari partisipasi P3A. Biaya belanja lembaga sosial lainnya diberikan kepada kelompok P3A, setelah P3A menyerahkan rencana kegiatan/proposal kepada Dinas Pertanian Kabupaten/Kota, kegiatan/proposal tersebut harus mendapat persetujuan dari Kepala Desa, Camat dan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota.

  Pencairan dana ke kelompok P3A langsung ditransfer kerekening kelompok P3A. Prosedur pelaksanaannya sebagaimana diatur dalam pedoman pengelolaan anggaran yang diterbitkan oleh direktorat jendral pengelolaan lahan dan air tahun 2007. Bila rekening kelompok P3A belum ada agar segera dibuka dibank terdekat.

  Dana tersebut tidak dibenarkan digunakan untuk gaji/upah/honor, perjalanan/pembinaan, tetapi hanya digunakan untuk pembelian/pengadaan bahan atau material bangunan (semen, pasir, batu, kerikil, besi beton dan lain- lain)

7. Pengawasan

  Pengawasan dilakukan mulai dari tahap pemikiran awal, penyusunan rencana kegiatan sampai dengan pelaksanaan fisik dilapangan secara bersama- bersama oleh Dinas Pertanian Kabupaten/Kota, kelompok P3A, Aparat Desa/Kecamatan serta masyarakat setempat.

2.1.3 Pengertian Implementasi Kebijakan

  Studi implementasi merupakan suatu kajian mengenai studi kebijakan yang mengarah pada proses pelaksanaan dari suatu kebijakan. Dalam praktiknya implementasi kebijakan merupakan suatu proses yang begitu kompleks bahkan tidak jarang bermuatan politis dengan adanya intervensi berbagai kepentingan. Untuk melukiskan kerumitan dalam proses implementasi tersebut dapat dilihat pada pernyataan yang dikemukakan oleh seorang ahli studi kebijakan Eugene Bardach yaitu:

  “Adalah cukup untuk membuat sebuah program dan kebijakan umum yang kelihatannya bagus diatas kertas. Lebih sulit lagi merumuskannya dalam kata-kata dan slogan-slogan yang kedengarannya mengenakan bagi telinga para pemimpin dan para pemilih yang mendengarkannya. Dan lebih sulit lagi untuk melaksanakannya dalam bentuk cara yang

  14

  memuaskan semua orang termasuk mereka anggap klien.” Dalam derajat lain Daniel Mazmanian dan Paul Sabatier mendefinisikan Implementasi Kebijakan sebagai:

  “Pelaksanaan keputusan kebijaksanaan dasar, biasanya dalam bentuk undang-undang, namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau keputusan-keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan peradilan. Lazimnya, keputusan tersebut mengidentifikasikan masalah yang ingin diatasi, menyebutkan secara tegas tujuan atau sasaran yang ingin dicapai, dan berbagai cara untuk menstrukturkan atau mengatur

  15

  proses implementasinya” Sedangkan, Van Meter dan Van Horn (1975), mendefinisikan implementasi kebijakan, sebagai: “Tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu atau pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah

  16

  digariskan dalam keputusan kebijaksanaan”

14 Eugene Bardach. 1991. Implementing Public Policy, Washington DC: Congressional Quartely

  15 Press. Hal 3 Putra. 2003. Paradigma Kritis Dalam Studi Kebijakan Public dan Ruang Partisipasi Dalam Proses Kebijakan Public. 16 Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. Hal 84 Ibid. hal 85

  Dari tiga definisi tersebut diatas dapat diketahui bahwa implementasi kebijakan menyangkut tiga hal, yaitu: (1) adanya tujuan atau sasaran kebijakan; (2) adanya aktivitas atau kegiatan pencapaian tujuan; dan (3) adanya hasil kegiatan.

  Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa implementasi merupakan suatu proses yang dinamis, dimana pelaksana kebijakan melakukan suatu aktivitas atau kegiatan, sehingga pada akhirnya akan mendapatkan suatu hasil yang sesuai dengan tujuan atau sasaran kebijakan itu sendiri. Hal ini sesuai pula dengan apa yang diungkapkan oleh Lester dan Stewart Jr. (2000:104) dimana mereka katakan bahwa implementasi sebagai suatu proses dan suatu hasil (output). Keberhasilan suatu implementasi kebijakan dapat diukur atau dilihat dari proses dan pencapaian tujuan hasil akhir (output), yaitu tercapai atau tidaknya tujuan-tujuan yang ingin diraih. Hal ini tak jauh berbeda dengan apa yang diutarakan oleh Merrile Grindle (1980) sebagai berikut: “Pengukuran keberhasilan implementasi dapat dilihat dari prosesnya, dengan mempertanyakan apakah pelaksanaan program sesuai dengan yang telah ditentukan yaitu melihat pada action program dari individual projects dan yang

  17

  kedua apakah tujuan program tersebut tercapai.” Dengan demikian maka kebijakan tidak hanya sekedar untuk dibuat namun juga harus dilaksanakan sebagaimana mestinya sesuai dengan tujuan dibuatnya kebijakan tersebut. Berdasarkan pandangan tersebut, dapatlah 17 disimpulkan bahwa proses implementasi kebijakan itu sesungguhnya tidak