BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pondok Pesantren 1. Pengertian Pondok Pesantren - PERANAN PONDOK PESANTREN DARUL QURRO DALAM MEMBANGUN KARAKTER SANTRI DI DESA KAWUNGANTEN LOR KECAMATAN KAWUNGANTEN KABUPATEN CILACAP TAHUN PELAJARAN 2016/2017 - repository perpus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pondok Pesantren 1. Pengertian Pondok Pesantren Kata pondok merupakan dua kata yang saling berkaitan dan

  mempunnyai tujuan yang sama sebagai tempat tinggal sementara untuk belajar agama Islam. Kata pondok berasal dari bahasa Arab, yaitu “Funduq” yang berarti ruang tidur, wisma, hotel sederhana. Sedangkan pesantren berasal dari kata “santri” dengan awalan (pe-) dan akhiran (-an) yang berarti tempat tingggal santri. Pada umumnya, pendidikan dan pengajaran di pondok pesantren diberikan secara bandongan atau sistem weton, yaitu kiai membacakan, menerjemahkan, menerangkan, dan mengulas kitab-kitab klasik, sedangkan santri menulis hal-hal penting petuah kiai. Cara bandongan juga disebut dengan halaqoh yang berarti lingkaran murid. Sebab para santri berkelompok belajar di bawah bimbingan seorang guru. Selain cara bandongan, kiai menggunakan cara sorogan, yaitu santri membaca ulang teks yang telah dipelajari baik dihadapan kiai ataupun di hadapan sesama santri. Pengajian sorogan biasanya hanya diberikan kepada santri-santri yang cukup maju khususnya yang berminat untuk menjadi kiai (

  Mas’ud : 2002 ) Menurut istilah, pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional

  Islam, tempat para santri belajar agama Islam dan menerapkan moralitas Islam sebagai pedoman. Menurut Imam Bawani M. pesantren adalah lembaga

  5 pendidikan dan pengajaran agama Islam, umumnya dengan cara nonklasikal. Istilah pesantren bisa disebut pondok saja atau kata ini digabungkan menjadi pondok pesantren, secara esensial, semua istilah ini menggabungkan makna yang sama. Sesuai dengan namanya, pondok berarti tempat tinggal/menginap (asrama), dan pesantren berarti tempat para santri mengkaji agama islam dan sekaligus di asramakan (Masyhud: 2003).

  Pesantren merupakan suatu lembaga pendidikan Islam yang tumbuh serta diakui oleh masyarakat sekitar, dengan sistem asrama (komplek) dimana santri-santri menerima pendidikan agama melalui sistem pengajian atau madrasah yang sepenuhnya berada dibawah kedaulatan dari leader shipseorang atau beberapa orang kiai dengan ciri-ciri khas yang bersifat kharismatik serta independen dalam segala hal. Penggunaan gabungan kedua istilah antara pondok dengan pesantren menjadi pondok pesantren, sebenarnya lebih mengakomodasikan karakter keduanya. Namun penyebutan pondok pesantren kurang jami’ ma’ni (singkat padat). Selagi perhatiannya dapat diwakili istilah yang lebih singkat, karena orang lebih cenderung mempergunakan yang pendek. Maka pesantren dapat digunakan untuk menggantikan pondok atau pondok pesantren.

  Dalam kamus besar bahas Indonesia, pesantren diartikan sebagai asrama, tempat santri, atau tempat murid-murid belajar mengaji. Sedangkan secara istilah pesantren adalah lembaga pendidikan Islam, dimana para santri biasanya tinggal di pondok (asrama) dengan materi pengajaran kitab-kitab klasik dan kitab-kitab umum, bertujuan untuk menguasai ilmu agama Islam secara detail, serta mengamalkannya sebagai pedoman hidup keseharian dengan menekankan pentingnya moral dalam kehidupan bermasyarakat.

  Namun Pondok pesantren secara definitif tidak dapat diberikan batasan yang tegas, melainkan terkandung fleksibilitas pengertian yang memenuhi ciri- ciri yang memberikan pengertian pondok pesantren.

2. Tipologi atau Model Pendidikan di Pondok Pesantren

  Seiring dengan laju perkembangan masyarakat maka pendidikan pesantren baik tempat, bentuk, hingga substansi telah jauh mengalami perubahan. Pesantren tak lagi sesederhana seperti apa yang digambarkan seseorang, akan tetapi pesantren dapat mengalami perubahan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan zaman.

  Menurut Yakub ada beberapa pembagian model-model pendidikan pondok pesantren yaitu : 1) Pesantren Salafi yaitu pesantren yang tetap mempertahankan pelajaran dengan kitab-kitab klasik dan tanpa diberikan pengetahuan umum. Model pengajarannyapun sebagaimana yang lazim diterapkan dalam pesantren salaf yaitu dengan metode sorogan.

  2) Pesantren Khalafi (Modern) yaitu pesantren yang menerapkan sistem pengajaran klasikal (madrasi) memberikan ilmu umum dan ilmu agama serta juga memberikan pendidikan keterampilan. 3) Pesantren Kilat yaitu pesantren yang berbentuk semacam training dalam waktu relatif singkat dan biasa dilaksanakan pada waktu libur sekolah. Pesantren ini menitik beratkan pada keterampilan ibadah dan kepemimpinan. Sedangkan santri terdiri dari siswa sekolah yang dipandang perlu mengikuti kegiatan keagamaan dipesantren kilat.

  Sedangkan menurut ( Mas’ud dkk:2002) ada beberapa tipologi atau model pendidikan pondok pesantren yaitu :

  Pesantren yang mempertahankan kemurnian identitas asli sebagai tempat mendalami ilmu-ilmu agama (tafaqquh fiddin) bagi para santrinya.

  Semua materi yang diajarkan dipesantren ini sepenuhnya bersifat keagamaan yang bersumber dari kitab-kitab berbahasa arab (kitab kuning) yang ditulis oleh para ulama’ abad pertengahan. Pesantren model ini masih banyak kita jumpai hingga sekarang seperti pesantren Lirboyo di Kediri Jawa Timur beberapa pesantren di daerah Sarang Kabupaten Rembang Jawa tengah dan lain-lain.

  Pesantren yang memasukkan materi-materi umum dalam pengajaran namun dengan kurikulum yang disusun sendiri menurut kebutuhan dan tak mengikuti kurikulum yang ditetapkan pemerintah secara nasional sehingga ijazah yang dikeluarkan tak mendapatkan pengakuan dari pemerintah sebagai ijazah formal.

3. Peranan dan Fungsi Pondok Pesantren

  Pesantren pada mulanya merupakan pusat penggemblengan nilai-nilai dan penyiaran agamaNamun, dalam perkembangannya, lembaga ini semakin memperlebar wilayah garapannya yang tidak hanya mengakselerasikan mobilitas vertical (dengan penjejelan materi-materi keagamaan), tetapi juga mobilitas horizontal (kesadaran sosial). Pesantren kini tidak lagi berkutat pada kurikulum yang berbasis keagamaan (regional-based curriculum) dan cenderung melangit, tetapi juga kurikulum yang menyentuh persoalan kikian masyarakat (society-based curriculum). Dengan demikian, pesantren tidak bisa lagi didakwa semata-mata sebagai lembaga keagamaan murni, tetapi juga (seharusnya) menjadi lembaga sosial yang hidup yang terus merespons carut marut persoalan masyarakat di sekitarnya (Haedari: 2007)

  Dasar pembangunan nasional adalah pembangunan masnusia seutuhnya dan pembangunan selurh masyarakat Indonesia yang berlandaskan Pancasila, dan Undang-Undang 45. Untuk mewujudkan hal tersebut pemerintah bukan saja telah mempercayakan pada lembaga pendidikan formal saja, melainkan juga telah mempercayakan pada lembaga non formal, seperti pondok pesaantren. Pondok Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang tua turut membina kerakter bangsa.

  Menurut KH. M. Yusuf Hasyim: Pondok Pesantren tidak sekedar mencetak individu pendakwah yang melakukan amar ma’ruf nahi munkar, melainkan pesantren sebagai lembaga itu sendirilah yang berperan sebagai pendakwah, dan bahkan telah menjadi prototipe dakwah bil alhal bagi masyarakat. bahwa pesantren berfungsi sebagai lembaga pendidikan, da’wah dan kemasyarakatan bahkan lembaga perjuangan. Kelebihan yang selama ini dimiliki pesantren tentunya menjadi aspek pendukung yang kuat bagi kehidupan kultur pesantren hingga saat ini.

  Secara mendasar peranan Pondok Pesantren yang lebih fungsional dan berpotensi (A.Halim:2005) antara lain sebagai berikut :

  1. Pusat kajian islam Pada dasarnya Pondok Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang mendalami dan mengkaji berbagai ajaran dan ilmu pengetahuan agama islam melalui buku-buku klasik atau modern berbahasa arab. Dengan demikian secara tidak lansung Pondok Pesantren telah menjadikan posisinya sbagai pusat pengkajian masalah keagamaan islam, dalam kata lain Pondok Pesantren berperan sebagai pusat kajian Islam.

  2. Pusat pengembangan dakwah Dakwah Islamiyah dapat diartikan sebagai penyebaran atau penyiaran ajaran dan pengetahuan agama islam yang dilakukan secara islami, baik itu berupa ajakan atau seruan untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan maupun berupa uswah hasanah (contoh yang baik).

  Peranan Pondok Pesantren sebagai pusat pengembangan Dakwah Islamiyah dapat dikategorikan kedalam tiga peranan pokok.

  a) Peranan Institusi/Kelembagaan.

  Dakwah Islamiyah merupakan hal pokok yang menjadi tugas Pondok Pesantren untuk dilkukan, karena pada mula berdirinya suatu Pondok Pesantren, dakwah merupakan landasan pijak yang dipakai oleh para kyai dan ulama. Dalam upaya mencapai tujuan, Pondok Pesantren menyelenggaran kegiatan pengajian atau tafaqquh fi al-din yang dimaksudkan agar para santri mengerti dan paham secara integral tentang ajaran dan pengetahuan agama islam.

  b) Peranan instrumental Upaya penyebaran dan pengamalan ajaran agama islam selain dilembagakan dalam tujuan Pondok Pesantren tentunya memerlukan adanya sarana-sarana yang menjadi media dalam upaya aplikasi tujuan tersebut. Dalam wacana inilah peranan Pondok Pesantren sebagai sarana Dakwah Islamiyah tampak sangat berperan dan kemudian melahirkan peranan lain Pondok Pesantren dalam Dakwah Islamiyah dan sumber daya manusia.

  c) Peranan sumber daya manusia sistem pendidikan Pondok Pesantren diupayakan pengembangan ketrampilan para santri dalam rangka mencapai tujuan Pondok Pesantren termasuk dalam hal ini tentunya Dakwah Islamiyah. Pondok Pesantren dalam tataran ini berperan dalam menyediakan dan mempersiapkan sumberdaya manusia yang terampil dan capble dalam pemenuhan Dakwah Islamiyah.

  Melaksanakan Dakwah Islamiyah, ada dua metode dakwah yang terkenal; dakwah bi al-lisan(lisan atau seruan) dan dakwah fi al-

  hal (aksi).

  1) Dakwah bi al-lisan Dakwah Islamiyah yang dilakukan Pondok Pesantren yang bersifat seruan atau ajakan secara lisan dapat dipahami sebagai sebuah dakwah yang menyerukan kepada anggota masyarakat untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT senantiasa ada dan cukup relevan dengan apa yang terjadi dewasa ini. 2) Dakwah fi al-hal

  Dakwah yang dilakukan dengan aksi atau pemberian contoh adalah salah satu metode dakwah yang efektif dalam upaya mengajak ummat dan masyarakat untuk berbuat kebaikan dan meningkatkan keimanan dan ketakwaan.

  3. Pusat pelayanan beragama dan moral

  Pelayan kehidupan beragama di Indonesia tidak menjadi tanggung jawab pemerintah saja. Namun keterlibatan masyarakat cukup signifikan dalam upaya membantu pemerintah dalam pelayanan beragama ini. Pondok Pesantren sebagai lembaga keagamaan yang mengakar pada masyarakat tentunya memiliki peranan yang cukup besar dalam mengupayakan pelayanan kehidupan beragama dan sebagai benteng ummat dalam bidang akhlak.

  4. Pusat pengembangan solidaritas dan ukhuwah islamiayah Selain dari bentuk ajakan atau seruan atau pemberian contoh untuk berbuat baik, dakwah islamiyah yang diselenggarakan oleh Pondok

  Pesantren dapat bermacam-macam bentuknya meskipun dikategorikan sebagai dakwah bi al-hal. Kegiatan ini bahkan lebih efektif dan berpotensi jika diselenggarakan oleh Pondok Pesantren.

  Demikian juga, pedoman penyebaran dan pengembangan islam mempunyai tiga bagian; a. Orang menyeru atau mengajak orang lain kejalan islam dengan

  “hikmah” b. Menyampaikan dengan tutur bahasa yang baik (mauidhotul hasanah).

  c. Manakala harus terjdi adu argumentasi atau berdebat dengan cara yang baik pula.

  Demikian Pondok Pesantren telah memberikan keikhlasan sendiri dalam penyelenggaraan kegiatan dengan mentransformasikan dirinya sebagai pusat pengembangan solidaritas dan ukhuwah islamiyah.

B. Membangun Karakter Santri 1. Pengertian Karakter

  Pengertian secara umum, karakter adalah nilai-nilai yang khas baik (tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik,nyata berkehidupan baik, dan berdampak baik terhadap lingkungan) yang berpatri dalam diri dan terwujud dalam perilaku (Kamus Bahasa Indonesia edisi elektronik :2008). Karakter secara koheren memancar dari hasil olahpikir, olahhati, olahraga, serta olahraga dan karsa seseorang atau sekelompok orang. Karakter merupakan ciri khas seseorang atau sekelompok orang yang mengandung nilai, kemampuan, kapasitas moral, dan ketegaran dalam menghadapi kesulitan dan tantangan (Anas S: 2013)

  Secara linguistik , ada beberapa pengertian tentang karakter (irwanto :2013) yaitu :

  a. Karakter berasal dari bahasa yunani yang berarti to mark atau menandai dengan fokus mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau lingkah laku.

  b. Karakter adalah bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti , perilaku personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak (pusat bahasa depdiknas).

  c. Karakter mengacu pada serangkaian sikap, perilaku, motivasi dan keterampilan. d. Karakter adalah watak tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan yag diyakini dan digunakan sebagai landasan cara pandang, berfikir, bersikap, dan bertindak (yanthi haryati ,2010:3).

  e. Karakter adalah cara berfikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas setiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat leputusa dan siap mempertanggung jawabkan setiap akibat dari keputusan yang ia buat.

  Berdasarkan pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa, karater merupakan karakter merupakan sifat alami seseorang tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlaq, budi pekerti mantap, yang melekat dalam diri seseorang yang membuatnya bersikap dan bertindak serta menjadi ciri khas yang dapat membedakan perilaku, tindakan dan perbuatannya dengan yang lain sehingga dapat bekerja sama, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara 2.

   Pengertian Membangun Karakter

  Pengertian Charakter Building dalam segi bahasa, Charakter Building atau membangun karakter terdiri dari 2 suku kata yaitu membangun (to build) dan karakter (character) artinya membangun yang mempunyai sifat memperbaiki, membina, mendirikan. Sedangkan karakter adalah tabiat, watak, aklak atau budi pekerti yang membedakan seserang dari yang lain. Dalam konteks pendidikan (Modul Diklat LAN RI) pengertian Membangun Karekter

  

(character building ) adalah suatu proses atau usaha yang dilakukan untuk

  membina, memperbaiki dan atau membentuk tabiat, watak, sifat kejiwaan, akhlak (budi pekerti), insan manusia (masyarakat) sehingga menunjukkan perangai dan tingkah laku yang baik berlandaskan nilai-nilai pancasila.

  Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dikemukakan bahwa upaya membangun karakter akan menggambarkan hal-hal pokok sebagai berikut:

  1. Merupakan suatu proses yang terus menerus dilakukan untuk membentuk, tabiat, watak dan sifat sifat kejiwaan yang berlandaskan kepada semangat pengabdian dan kebersamaan.

  2. Menyempurnakan karakter yang ada untuk terwujudnya karakter yang diharapkan dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan.

  3. Membina karakter yang ada sehingga menampilkan karakter yang kondusif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang dilandasi dengan nilai – nilai falsafah bangsa yaitu Pancasila. (http://duniabembi.blogspot.co.id/2013/05/membangun-karakter- character-building.html)

3. Tujuan Membangun Karakter

  Suatu usaha yang tidak memiliki tujuan tidaklah mempunyai arti apa- apa. Pada mumnya, suatu usaha akan berakhir jika tujuannya telah tercapai.

  Menurut Mohammad Haitami Salim, (2013: 34) tujuan pendidikan karakter adalah membangun kepribadian dan budi pekerti yang luhur sebagai modal dasar dalam berkehidupan di tengah- tenga masyarakat, baik sebagai umat beragama , maupun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Menurut Starbini, (2014: 45) pendidikan karakter bertujuan untuk membina agar menjadi pribadi yang taat kepada Allah dan Rasul Nya, berbakti kepada orang tuanya, bermanffaat untuk msyarakatnya, dan berguna bagi agama, nusa, dan bangsanya. Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa, pada dasarnya pendidikan karakter adalah pendidikan akhlak terpuji, yaitu pendidikan yang bertujuan : mengajarkan, membina, membimbing, membentuk dan melatih agar memiliki sikap mental positif/ akhlak terpuji, serta merealisasi kanya dalam kehidupan sehari- hari guna menyiapkan hidup optimal dan bermanfaat baik bagi dirinya maupun orang lain.

4. Program Pembangunan Karakter.

  Secara bahasa, program dapat diartikan dengan rancangan asas-asas serta usaha yang dijalankan (Poerwadarminta, 2007: 911). Dengan demikian program pembangunan karakter diartikan sebagai rancangan- rancangan kegiatan atau usaha yang dilakukan dalam menanamkan nilai- nilai serta membangun karakter. Menurut Aan Hasaah (2012: 134) program pendidika karakter dapat di lakkan melalui : pengajaran, pemotivasian, peneladanan, pembiasaan dan penegakan aturan.

  a. Pengajaran Pengajaran adalah aktivitas pengorganisasu atau mengatur lingkungan sebaik- baiknya sehingga menciptakan kesempatan bagi anak untuk melakukan proses belajar secara efektif (Syarbini,2014:80). Pengajaran sering disebut juga dengan istilah pembelajaran. Menurut

  Majid, (2012: 109) yang dikutip oleh syarbini dalam bukunya berjuduk model pendidikan karakter dalam keluarga mendefinisikan bahwa pelajaran sebagagai upaya untuk membelajarkan seseorang atau kelompok orang melalui baerbagai upaya, strategi, metode, dan pendekatan kearah pencapaian tujuan yang telah direncanakan (syarbini, 2014 : 80). Dengan demikin pengajaran tidak sebatas memberikan pengetahuan kepada peserta didik, tetapi juga menghasilkan perubahan perilaku peserta didik ke arah yang lebih baik.

  b. Pemotivasian Pemotivasian adalah proses mendorong dan menggerakkan seseorang agar mau melakukan perbuatan

  • – perbuatan tertentu sesuai dengan tujuan yang di harapkan (Syarbini, 2014 : 83). Dengan demikian dalam konteks pembentukan karakter santri , pemotivasian dapat dimaknai sebagai upaya- upaya untuk menggerakkan serta mendorong santri untuk mengaplikasikan nilai- nilai karakter.

  c. Peneladanan Pemahaman seseorang pada dasarnya banyak mereka peroleh dari meniru. Menurut Syarbini (2014) konsep diri dari persepsi pada diri seseorang dipengaruhi oleh unsur dari luar diri mereka. Hal ini terjadi karena kita sejatinya telah melihat, mendengar, mengenal dan mempelajari hal-hal yang berada diri mereka. Mereka telah melihat dan mengikuti suatu hal yang dikerjakan dan di ajarkan orang lain.

  Agar seorang santri meniru suatu yang positif, maka menjadi kemesttian lingkungan sekitar menjadikan dirinya sebagai teladan yang baik. Dengan demikian ketaatan kepada ajaran agama atau perilaku positif lainnya merupakan hal yang sangat penting, karena berawal dari peniruan dan selanjutnya menjadi kebiasaan, jika sudah menjadi kebiasaan yang tertanam jauh didalam lubuk hatinya, kelak akan sulit untuk merubah dari kebiasaanya itu.

  d. Pembiasaan Pepatah jawa witing tresno jalaran soko kulino . apapun pendidikan yang kita peroleh dan dari manapun yang ilmu yang selama ini kita dapatkan, semua tiada gunanya jika tidak terbiasa untuk mengaplikannya (Syarbini, 2014:88)

  Pembelajaran dan pembinaan karakter santri, pengurus serta lingkungan pondok pesantren harus dapat berperan sebagai pembimibing spritual yang mampu mengarahkan dan memberikan contoh teladan yang baik serta menuntun, mengarahkan ke suatu hal yang positif. Menjadi kebiasaan yang baik, jika sudah menjadi kebiasaan yang tertanam jauh didalam lubuk hatinya, kelak akan sulit mengubah dari kebiasaan itu.

  e. Penegakkan aturan Bentuk usaha lain yang dapat diterapkan untuk membentuk karakter santri adalah penegakkan aturan. Menurut Aan Hasanah (2012: 29) yang dikutip oleh syarbini, esensi penegakkan aturan adalah memberikan batasan yang tegas dan jelas, mana yang harus dan tidak dikerjakan (syarbini, 2014:90)

  Latifah dalam bukunya yang berjudul perana keluarga dalam pendidikan karakter yang dikutip oleh Zubaedi dalam bukunya yang berjudul Desain Pendidikan Karakter : Confusius, seorang filosuf terkenal cina, menanyakan bahwa manusia pada dasarnya memiliki potensi mencintai kebajikan, namun bila potensi ini tidak diikuti dengan pendidikan dan sosialisasi setelah manusia dilahirkan, maka manusia dapat berubah seperti binatang, bahkan lebih buruk lagi. Oelh karena itu, sosialisasi danpendidikan anak yang berkaitan dengan nilai-nilai kebajikan, baik di keluarga, sekolah, maupun lingkungan yang lebih luas, sangat penting dalam pembangunan karakter (Zubaedi, 2011:109)

  Pembangunan karakter santritidak terjadi hanya karena melalui kegiatan pengajian, ceramah agama dan lain sebagainya yang dianggap kurang menarik bagi mereka. Namun demikian, bukan berarti kegiatan pengajian, ceramah agamadan lain sebagainya tidak harus dilakukan. Tetap harus dilakukan secara rutin sebagai pertemuan untuk mengumpulkan mereka memperoleh wawasan religi yang lebih luas dan mendalam dari aktifitas yang mereka alami. Karena dengan pengajaran, pemotivasian, peneledanan, pembiasaan, dan penegakan aturan para santri akan lebih bisa merasakan didikan dari yang mereka yang ada di sekelilingnya.

5. Strategi Membangun Karakter

  Menurut Stephanie K. Marrus, strategi didefenisikan sebagai suatu proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai dengan suatu penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai dan berjalan dengan sistematis.

  (http://definisimu.blogspot.co.id/2012/11/definisi-strategi.html)

  Konteks pendidikan (Modul Diklat LAN RI) pengertian Membangun Karekter (character building) adalah suatu proses atau usaha yang dilakukan untuk membina, memperbaiki dan atau membentuk tabiat, watak, sifat kejiwaan, akhlak (budi pekerti), insan manusia (masyarakat) sehingga menunjukkan perangai dan tingkah laku yang baik berlandaskan nilai-nilai pancasila.

  Demikian strategi membangun karakter dapat di sebutkan dengan proses penetuan rencana yang dilakukan untuk membina, memperbaiki atau membentuk watak, sifat kejiwaan dan akhlaq, Bila kita ingin agar apa-apa yang kita canangkan dapat berhasil dengan baik, maka kita harus merancang strategi yang tepat. Strategi hendaknya disiapkan dengan menyiapkan sarana yang memadai, bahan yang dibutuhkan, instruktur yang handal dan cakap, pimpinan serta pengurus yang akan menjadi pelaksana strategi tadi.

6. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Pembangunan Karakter

  Menurut Mahmud (2014:19) terdapat banyak faktor yang mempengaruhi karakter manusia. Dari sekian banyak faktor tersebut, dapat digolongkan ke dalam dua bagian, yaitu faktor intern dan ektern.

  a. Faktor Intern 1) Isnting atau Naluri

  Naluri merupakan tabiat yang dibawa sejak lahir yang merupakan suatu pembawaan yang asli. Pengaruh naluri pada diri seseorang sangat tergantung pada penyaluranya. Naluri dapat menjerumuskan manusia pada kehinaan, tetapi dapat juga mengangkat kepada derajat yang mulia, jika naluri disalurkan kepada hal yang baik dengan tuntuan kebenaran.

  2) Adat atau Kebiasaan (habit) Salah satu faktor penting dalam tingkah lakumanusia adalah kebiasaan, karena sikap dan perilaku yang menjadi akhlak (karakter) sangat erat dengan kebiasaan, yang dimaksud dengan kebiasaan adalah perbuatan yang selalu di ulang- ulang sehingga mudah untuk di kerjakan. 3) Kehendak / kemauan (iradah)

  Salah satu kekuatan dibalik tingkah laku adalah kehendak atu kemauan keras. Itulah yang menggerakkan danmerupakan kekuatan yang mendorong manusia dengan sungguh- sungguh untuk berperilaku (berakhlak), sebab dari kehendak itulah menjadikan suatu niat yang baik dan buruk dan tanpa kemauan pula semua ide, kenyakinan kepercayaan pengetahuan menjadi masif. 4) Suara Batin atau Suara hati

  Suara batin berfungsi memperingatkan bahanyanya perbuatan buruk dan berusaha untuk mencegahnya, disamping dorongan untuk melakukan perbuatan baik. Suaru hati dapat terus dan dituntun atau menaiki jenjang kekuatan rohani.

  5) Keturunan

  Merupakan suatu faktor yang dapat mempengaruhi perbuatan manusia. Sifat yang diturubkan itu pada garis besarnya ada dua macam, yaitu :

  a) Sifat jasmaniyah, yakni kekuatan dan kelemahan otot-otot dan urat sarah orang tua yang dapat diwariskan kepada anaknya.

  b) Sifat ruhaniyah, yakni lemah dan kuatnya suatu naluri dapat diturunkan pula oleh orang tua yang kelak mempengaruhi perilaku anak cucunya.

  b. Faktor Ektern 1) Pendidikan

  Menurut Ahmad Tafsir (2004 :6 ) dalam Mahmud (2014:21) menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha meningkatkan diri dalam segala aspeknya. Pendidikan mempunyai pengarh dalam pembangunan karakter, akhlak dan etika seseorang, sehingga baik buruknya akhlak seseorang sangat tergantung pada pendidikan, karena karakter seseorang dapat dibabangun dengan baik atau terararh melalui pendidikan.. oleh karena itu, pendidikan agama perlu dimanifestasikan melalui berbagai media baik pedndidikan formal disekolah, pendidikan informal di lingkungan jeluarga, serta pendidikan non formal yang ada pada masyarakat.

  2) Lingkungan Lingkungan adalah suatu yang melingkungi suatu tubuh yang hidup, seprti tumbuh- tumbuhan, keadaan tanah, udara, dan pergaulan mansuai hidupselalu berhubungan dengan manusia lainnya. Dengan demikian pergaulan mempengaruhi pikiran, sifat, tingkah lau, Mahmud (2014:22) Adapun lingkungan dibagi menjadi dua bagian :

  a) Lingkungan yang besifat kebendaan Lingkungan alam dapat mematangkan serta mematahkan pertumbuhan bakat yabg dibawa seseorang.

  b) Lingkungan pergaulan yang bersifat kerohanian Seseorang yang hidup dalam lingkungan, baik secara langsuang atau tidak lagsung dapat membentuk kepribadiannya menjadi baik, begitu pula sebaliknya, seseorang yang hidup dalam lingkungan kurang mendukung dalam pembentukan akhlaknya maka setidaknya dia akan terpengaruh degan lingkungan tersebut.

7. Santri

  Santri, istilah ini digunakan untuk merujuk pada seseorang yang menuntut ilmu di pesantren dan bertempat tinggal di sana. Istilah ini juga digunakan clifford Geertz untuk mengacu pada salah satu kelompok agama yang berada di jawa, yang ditandai dengan ketaatan dalam menjalankan ibadah ritual serta berpegang teguh pada dokrin agama (Nata, 2011 : 454)

  Santri dibagi menjadi dua yaitu santri mukim dan santri kalong. Santri mukim adalah mereka yang datang dari jauh dan tinggal di lingkungan pesantren. Santri yang tinggal di pesantren biasanya menjadi kelompok khusus yang bertanggung jawab dalam memperhatikan pesantren dan juga dalam membimbing serta mengajari santri-santri junior. Sedang santri kalong adalah mereka yang berasal dari kawasan sekitar pesantren dan tidak tinggal di pesantren. Biasanya tinggal bersama orang tua/keluarga mereka dan mengikuti secara penuh kegiatan-kegiatan pesantren (Mughni ,2001 : 299)

  Menurut Dr. KH. MA. Sahal Mahfudz yang justru kata santri dijadikan menjadi bahasa arab, yaitu dari kata “santoro”, yang mempunyai jama’ (plural) sanaatir (beberapa santri). Di balik kata santri tersebut yang mempunyai 4 huruf arab (sin, nun, ta’,ra’), KH. Abdullah Dimyathy (alm) mengimplementasikan kata santri sesuai dengan fungsi manusia. Adapun 4 huruf tersebut yaitu : 1.

   Sin ( س)

  A rtinya “satrul al’aurah” (menutup aurat) sebagaimana selayaknya kaum santri yang mempunyai ciri khas dengan sarung, peci, pakian koko,dan sandal ala kadarnya sudah barang tentu bisa masuk dalam golongan huruf sin ini, yaitu menutup aurat. Menutup aurat dhahiri gambarnya sesuai dengan gambaran yang telah ada menurt syari’at Islam.

  Mulai dari pusar sampai lutut bagi pria dan seluruh tubuh kecuali tangan dan wajah bagi manusia. Hal yang terpenting di sini adalah bagaimana manusia menutupi dan mempunyai rasa malu dalam hal sifat dan perilaku secara dhahiri atau bathini. Sebagaimana disinggung dalam salah satu hadits : “Alhaya’ minal iman”, malu sebagian dari iman. Tentunya hal ini sudah jelas betapa besar pengaruhnya haya’ atau malu dalam kacamata religius (agama) maupun soaial masyarakat.

2. Nun (ن )

  B erarti “Naibul Ulama” (wakil dari ulama). Dalam koridor ajaran Islam dikatakan dalam suatu hadits bahwa : “alulama warasul ambiya’ )ulama adalah pewaris nabi). Rosul adalah pemimpin dari umat, begitu juga ulama. Peran dan fungsi ulama di masyarakat sama halnya dengan rasul, sebagian pengayom atau pelayanan umat dalam segala dimensi. Tentuya diharapkan seorang ulama mempunyai kepekaan-kepekaan sosial yang tahu atas problematika dan perkembangan serta tuntutan zaman akibat arus globalisasi dan modernisasi, sera dapat menyelesaikannya dengan arif dan bijak atas apa yang terjadi dalam masyarakatnya.

  Kaitannya dengan na’ibul ulama, seorang santri dituntut mampu aktif, merespon sekaligus mengikuti perkembangan masyarakat yang diaktualisasikan dalam bentuk sikap dan perilaku yang bijak. Minimal dalam masyarakat kecil yang ada dalam pesantren. Sebagaimana yang kita tahu, pesantren merupakan sub-kultur dari masyarakat yang majemuk. Dan dengan didukung potensi yang dimiliki kaum santri itulah yang berfungsi sebagai modal dasar untuk memberikan suatu perubahan yang positif sesuai dengan yang diharapkan Islam.

3. Ta’ ( ت )

  A rtinya “tarku alma’shi” (meninggalkan maksiat). Denagn dasar yang dimiliki kaum santri, khususnya dalam mempelajari syari’at, kaum santri diharapkan mampu memegang prinsip sekaligus konsis terhadap pendirian dan nilai-nilai ajaran Islam serta adab yang berlaku di masyarakatnya selagi tidak keluar jalur syati’at. Kaitannya hal tersebut yaitu seberapa jauh kaum santri mengaplikasikan apa yang telah mereka dapatkan dan sejauh mana pula ia memegang hubungan hablum minallah dan hablum minannas, hubungan horizontal dan vertikal dengan sang khaliq dan sosial masyarakat. Karena tarku alma’shi tidak hanya mencangkup pelanggaran-pelanggaran hukum yang telah ditetapkan nya, tetapi juga hubungan sosial dengan sesama makhluk, baik manusia ataupun yang lain.

4. Ra’ ( ر)

  A rtinya “raisulummah” (pemimpin umat). Manusia selain diberi kehormatan oleh Allah sebagai makhluk yang paling sempurna dibanding yang lain. Manusia juga diangkat sebagai khalifatullah di atas bumi ini.

  Sebagaimana diterangkan dalam firman Nya “inni ja’ilun fil ardhi

  

khalifah” (QS. Al-Baqoroh :30),yang artinya: “sesuangguhnya aku

ciptakan di muka bumi ini seorang pemimpin”.

  Kemulian manusia itu ditandai pemberianNya yang sangat mempunyai makna untuk menguasai dan mengatur apa saja di alam ini, khususnya ummat manusia. Selain itu pula peranan khalifah mempunyai fungsi ganda. Pertama, ibadatullah (beribada kepada Allah) baik secara individual maupun sosial, dimana sebagao makhluk sosial dalam komunitas berbangsa, ummat Islam juga di tuntut memberikan manfaat kepada orang lain dalam kerangka inadah sosial.

  Penjelasan di atas, menunjukkan bahwa santri adalah seseorang atau sekelompok orang yang berada di pondok pesantren, guna untuk mencari ketaqwaan dengan cara belajar di pondok pesantren. Sehingga kehidupannya selalu tertata dan sesuai ajaran al Qur’an dan as Sunnah.

  Santri diidentikan dengan pakainannya yang menutup aurat, biasanya santri laki-laki menggunakan baju koko, sarung, dan peci sedang perempuan tentu pakaian panjang berjilbab yang menutup aurat, dari kepala hingga ujung kaki kecuali telapak tangan dan wajah. Bahkan ada beberapa pesantren yang mengharuskan santri perempuan memakai cadar. Hal itu tergantung pada peraturan pesantren yang berasal dari pemahaman hukum.

  Di dalam pesantren tentunya santri akan dididik oleh kyai atau guru- guru di pesantren untuk menjadi jiwa- jiwa yang memiliki ciri khas dari yang lain. Membentuk manusia yang menyadari tugasnya sebagai khalifah yang meneladani rasul. Seorang santri diharapkan menjadi teladan meskipun pada lingkungan keluarganya atau dalam masyarakat kecil. Mampu merespon serta berperan aktif dalam segala hal yang bernilai positif.

C. Penelitian Terdahulu.

  1. Imam Budiono (UMY, 2013) dalam skripsinya yang berjudul “Keluarga

  Sakinah Dalam Pembentukan Karakter Pada Anak (Studi Kasus di Sleman) ”, menyimpulkan bahwa: Konsep keluarga Islam yang sakinah adalah keluarga yang berlandaskan agama dan saling memahami antara seorang suami dan istri, saling mengerti kekurangan dan kelebihan masing-masing. Tujuan utama sebuah pernikahan adalah untuk memiliki akhlak, budi pekerti dan perangai yang baik. Untuk itu pembentukan karakter tidak terjadi dengan sendirinya pada anak, akan tetapi dilakukan dengan latihan, keteladanan dan bimbingan dari orang tua, karena lingkungan pertama yang dikenal anak adalah keluarga. Selain itu, di dalam pertumbuhannya anak harus diberikan pendidikan agama yang menjadi benteng untuk menghindarkan anak dari pengaruh yang buruk.

  Keluarga yang di dalamnya terjalin suasana yang sakinah mawadah wa rahmah akan membantu dalam pembentukan karakter anak, karena karakter anak terbentuk dari keteladanan yang di berikan oleh orang tuanya. Dalam keluarga sakinah yang bertujuan membentuk generasi yang memiliki karakter yang baik (akhlaqul karimah) ada beberapa faktor pendukung, antara lain: agama, kasih sayang, saling memahami dan menjaga kerukunan diantara anggota keluarga.

  2. Arum Kurnia (UMS, 2004) dalam skripsinya yang berjudul “Pembinaan

  Karakter Dalam Pendidikan Luar Sekolah Bagi Mahasiswa UMS di Pesanren Mahasiswa SALSABILA Desa Gonilan Kecamatan Kartosuro

  ”, menyimpulkan bahwa sistem pembinaan karakter dalam pendidikan luar sekolah merupakan pembaharuan perkembangan dari pembinaan yang memperlihatkan kegiatan dengan pendekatan sistem dan upaya untuk mengajarkan pengetahuan keagamaan kepada mahasantriwati PESMA SALSABILA. Tujuan pembinaan akhlak di PESMA SALSABILA yaitu untuk membentuk kepribadian muslim yang baik dengan sisi diniah yang lebih dan mempersiapkan mental mahasantriwati dalam menjalani kehidupan bermasyarakat dengan memberikan bekal dan pedoman hidup dalam

  3. Ahmad Sobari dengan judul (Univ Muh Purwokerto, 2012) skripsi yang berjudul “ Pendidikan Karakter Bagi Remaja dalam Perspektif Pendidikan Islam” Program Studi Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Purwokerto tahun 2012 dengan kesimpulan bahwa pandangan Islam tentang pendidikan karakter bagi remaja khususnya harus dilakukan sesuai dengan sumber utamanya yaitu : Al-

  bentuk pengetahuan keagamaan dan umum agar nantinya mampu menjalani kehidupan secara normal.

  Qur’an dan Al- Hadits dengan cara menanamkan nilai- nilai insaniyah, sehingga tujuan dari pendidikan karakter bagi remaja dalam perspektif (pendidikan Islam) yaitu merubah remaja agar menjadi lebih baik pengetahuan, sikap, dan keterampilanbya akan dapat terwujud. Penelitian tersebut merupakan penelitian kepustakaan atau studi pustaka. Berdasarkan karya tulis skripsi di atas memang telah ada penelitian yang hampir sama dengan penelitian yang akan penulis lakukan yaitu sama

  • –sama meneliti tentang karakter, akan tetapi ada perbedaan yang mendasar, yaitu penelitian yang terdahulu hanya meneliti tentang peran keluarga dalam pembentukan karakter dan pembinaan karakter di luar sekolah yaitu di pesantren mahasiswa, namun belum diteliti tentang peran pesantren dalam membangun karakter santri, dan juga diatas ada yang menggunakan penelitian kepustakaan. Untuk itu penulis akan mencoba mengangkat penelitian tentang

  “Peranan pesnatren dalam membangun karakter santri ” (Studi penelitian di Pondok Pesantren Darul Qurro Kawunganten, Cilacap).

Dokumen yang terkait

POLA ASUH DI PONDOK PESANTREN DALAM MENGEMBANGKAN POTENSI KEWIRAUSAHAAN SANTRI (Studi Pada Pondok Pesantren Ittihadul Asna Klumpit, Kecamatan Tingkir Kota Salatiga) SKRIPSI

0 7 147

BAB II PONDOK PESANTREN, FUNGSI DAKWAH DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT A. Batasan Tentang Pondok Pesantren 1. Pengertian Pondok Pesantren - Fungsi Dakwah Pondok Pesantren Muhammadiyah Sabilil Muttaqien dalam Pengembangan Masyarakat Islam Gisting Bawah Kabupat

0 2 51

BAB III PENYAJIAN DATA A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Bumi Sholawat - PERSEPSI DAN SIKAP MASYARAKAT SANTRI PONDOK PESANTREN TERHADAP KEBERADAAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH (Studi Pada Pondok Pesantren Bumi Sholawat di Lampung Tengah) - Raden Intan Reposit

0 0 12

BAB II KAJIAN TEORETIK A. Pondok Pesantren 1. Pengertian Pondok Pesantren - BAB II KAJIAN TEORETIK

1 27 286

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Pustaka 1. Pengertian Pondok Pesantren dan Santri - STUDI KOMPARASI SANTRI MUKIM DAN SANTRI KALONG TERHADAP HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI ISTRI - STAIN Kudus Repository

0 0 32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambar Umum Pondok Pesantren 1. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Raudlotus Sholihat Langgardalem Kudus - PENERAPAN BIMBINGAN PRIBADI DALAM MENGEMBANGKAN KEPATUHAN SANTRIWATI DI PONDOK PESANTREN RAUDLOTUS SHOLIH

0 0 30

MANAJEMEN KEPEMIMPINAN KYAI DALAM MEWUJUDKAN SANTRI YANG BERDAYA SAING (Studi Multi Kasus Pondok Pesantren Darul A’mal, Pondok Pesantren Tumaninah Yasin, dan Pondok Pesantren Al-Muhsin) - Raden Intan Repository

1 5 321

BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Al Fatah Natar - ANALISIS PEMBERDAYAAN EKONOMI PONDOK PESANTREN DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP KESEJAHTERAAN PONDOK PERSPEKTIF EKONOMI (Studi Pada Pondok Pesantren Al-Fatah Natar Lampung Selat

0 0 18

BAB IV PEMBAHASAN A. Kontribusi Pemberdayaan Ekonomi Pondok Pesantren Al-Fatah terhadap Kesejahteraan Pondok 1. Kontribusi dari Koperasi Pondok Pesantren Al-Fatah - ANALISIS PEMBERDAYAAN EKONOMI PONDOK PESANTREN DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP KESEJAHTERAAN PO

0 0 12

BAB III GAMBARAN LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Terpadu Ushuludin Lampung Selatan 1. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Terpadu Usuluddin - EFEKTIVITAS PEMBERDAYAAN EKONOMI PESANTREN DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM (Studi Pada Pondok

0 1 32