BAB I LUKI CANDRA DEWI SEJARAH'17

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya makanan pokok mayarakat Indonesia adalah beras dari

  hasil tanaman padi yang nantinya diolah menjadi nasi. Akan tetapi tidak hanya nasi, selain itu kentang juga bisa juga di gunakan sebagai makanan pokok karena mengandung karbohidrat. Selain untuk kentang juga termasuk jenis sayuran dan juga bisa diolah menjadi makanan yang digemari masyarakat Indonesia. Maka dapat diartikan pertanian kentang merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang cukup menguntungkan bagi para petani kentang.

  Ruang lingkup ekonomi pertanian dapat di klasifikasikan mulai dari kegiatan berproduksi, distribusi, dan konsumen. Kegiatan berproduksi merupakan kegiatan dalam menghasilkan suatu produk oleh manusia (Petani), sedangkan konsumsi yaitu bagaimana hasil dari produksi dapat di nikmati oleh orang banyak, dan pemasaran yaitu menjual hasil dari produksi ke masyarakat luas (Soekartawi, 1993: 1).

  Pertanian tanaman kentang dapat di budidayakan di daerah dataran tinggi yang bersuhu dingin. Ada beberapa daerah di Jawa Tengah yang menjadi salah satu penghasil kentang yaitu di sekitar kabupaten Wonosobo dan Banjarnegara. Di daerah ini ada banyak petani yang memilih untuk membudidayakan kentang sebagai penghasilan mereka

  

1 Seperti halnya petani kentang yang ada di Desa Kasimpar, Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Banjarnegara dimana mayoritas masyarakat sebagian besar berprofesi sebagai petani. Karena letak geografis yang berada di pegunngan sehingga tanaman yang dibudidayakan salah satunya adalah tanaman kentang, yang sesuai dengan iklim di daearah itu dan hasil omset dari penjualan kentang ini lumayan menguntungkan.

  Di Desa Kasimpar tidak hanya bertani Kentang tetapi lebih sefesifiknya adalah bertani sayur-sayuran, seperti Kol/Kubis, Wortel, Cabai, kacang-kacangan, dan berbagai macam sayur lainya, bahkan ada sebagian masyarakat yang mempunyai lahan khusus utuk di tanami teh. Akan tetapi dari sekian banyaknya sayur yang ditanam dan dilihat dari segi ekonomisnya tanaman kentang inilah yang paling menguntungkan. Harganya yang mahal juga masa tanam hingga panen tida terlalu lama yakni kisaran tiga bualan saja.

  Di daerah Dieng khususnya Desa Kasimpar ini juga sebagai penghasil kentang yang banyak bahkan hampir satu desa menanam tanaman Kentang ini, tidak seperti di Eropa menjadikan sebagai makan pokok, di Desa Kasimpar ini jusrtu sebaliknya yaitu jarang sekali mengkonsumsi kentang sebagai makanan pokok atau diolah menjadi masakan lain. Meskipun dijadikan makanan hanya di buat menjadi kripik sebagai makanan ringan saja. Jika di rumah masih tersisa dari hasil panen itu hanya sebagai simpanan oleh- oleh untuk soudara, kerabat atau teman berkunjung kerumah yang berasal dari jauh dan tidak ada tanam kentang didaerahnya, sehingga si kentang inilah yang bisanya menjadi buah tangan atau oleh-oleh untuk di bawa pulang, selain sayur-sayuran.

  Perkembangan petani kentang dari tahun ketahun semakin membaik dan memberi banyak pengaruh positif sepetri dalam bidang ekonomi dan sosial. Hal ini membuat peneliti tertarik untuk menelitinya apalagi dilihat secara nyata dari segi sosial ekonomi dari sebelum menjadi petani nanas.

  Sehubungan dengan itu peneliti ini akan menganalisa perkembanagn pertanian kentang dan dampak sosial ekonomi bagi masyarakat Desa Kasimpar dari tahun 1977-2014.

  Alasan saya ingin meneliti pertanian kentang adalah ingin meneliti lebih jauh apa dampaknya bagi masyarakat Desa Kasimpar, dan kenapa harus memilih tanaman kentang yang jarang sebagai bahan konumsi sehari-hari bukan sayuran lain yang justru setiap hari dikonsumsi oleh masyarakat.

B. Rumusan Masalah

  Dari latar belakang di atas dapat di rumuskan masalah sebagai berikut:

  1. Bagaimana profil Desa Kasimpar dan keadaan sosial ekonomi Masyarakat Desa Kasimpar Kecamatan Wanayasa Kabupaten Banjarnegara?

  2. Bagaimana proses penanman, hasil produksi dan perkembangan tanaman kentang di Desa Kasimpar Kecamatan Wanayasa Kabupaten Bnajarnegara?

  3. Bagaimana dampak sosial ekonomi budidaya Kentang di Desa Kasimpar Kecamatan Wanayasa Kabupaten Banjarnegara tahun 1977-2016? C.

   Tujuan penelitian

  Dari rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengungkap:

  1. Profil desa dan sosial ekonomi Desa Kasimpar Kecamatan Wanayasa Kabupaten Banjarnegara

  2. Proses penanaman, hasil produksi dan perkembangan tanaman kentang di Desa Kasimpar Kecamatan Wanayasa Kabupaten Bnajarnegara.

  3. Dampak sosial ekonomi budidaya Kentang di Desa Kasimpar Kecamatan Wanayasa Kabupaten Banjarnegara tahun 1977-2016.

D. Manfaat Penelitian

  Manfaat penelitian ada dua yakni:

  1. Manfaat Teoritis

  a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi penelitian selanjutnya.

  b. Penelitian ini akan dapat dijadikan sebagai langkah awal penelitian selanjutnya.

  c. Penelitian ini dapat menambah wawasan yang lebih luas dan pengetahuan bagi peneliti.

  2. Manfaat Praktis

  a. Hasil penelitian ini dapat memberi masukan bagi petani kentang untuk menambah produktifitas penghasilan. b. Hasil penelitian ini dapatmengembangkan budidaya petani kentang agar mereka lebih maju lagi, baik dalam kehidupan sosial maupun ekonomi.

  c. Hasil penelitian ini dapatmemberi motifasi bagi petani kentang untuk menekuni budi daya kentang interpretasional.

E. Tinjauan Pustaka

  1. Kajian Pustaka Dampak menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah benturan, pengaruh yang mendatangkan akibat baik positif maupun negatif. Pengaruh disini maksudnya yaitu suatu keadaan dimana terjadinya timbal balik atau hubungan sebab akibat dengan yang dipengaruhi maupun yang mempengaruhi. Sedangkan dampak sosial yang pengaruh atau akibat dari suatu kejadian, keadaan, kebijakan sehingga mengakibatkan perubahan maupun yang bersifat negatif bagi lingkungan sosial dan keadaan sosial.

  Perubahan sosial adalah suatu bentuk peradaban umat manusia akibat adanya eskalasi perubahan alam, biologis, fisik yang terjadi sepanjang kehidupan manusia (Agus Salim, 2002:1).Perubahan dalam masyarakat memang telah ada zaman dahulu. Namun, dewasa ini perubahan perubahan tersebut berjalan dengan sangat cepatnya sehingga membingungkan manusia yang menghadapinya, yang berjalan secara konstan. Ia memang terikat oleh waktu dan tempat. Akan tetapi, karena sifatnya yang berantai, perubahan terlihat berlangsung terus, waktu diselingi keadaan di mana masyarakat mengadakan reorganisasi unsur unsur struktur masyarakat yang terkena perubahan Soerjono Soekamto, 200 : 261).

  Petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau seluruh kebutuhan kehidupannya di bidang pertanian dalam arti luas yang meliputi usaha tani pertanian, peternakan, perikanan (termasuk penagkap ikan), dan pemungutan hasil lain (Kaslan Tohir A 1982:3 ).

  2. Penelitian Yang Relevan Sebelumnya penelitian yang berjudul Dampak Pertanian Kentang

  

Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Kasimpar Kecamatan Wanayasa

Kabupaten Banjarnegara Tahun 1977-2016 , ini merupakan penelitan yang

  pertama kali dilakuakan. Penelitian relevan dalam penelitian ini adalah: Nuryanto (2013) dalam penelitiannya yang berjudul

  “Perubahan

  

Sosial Ekonomi Petani Cengkeh di Desa Sangkanayan Kecamatan Mrebet

Kabupaten Purbalingga . Hasil penelitianya mennyimpulkan bahwa stratifikasi sosial akan dipengaruhi oleh keadaan ekonomi masyarakat.

  Perubahan yang sangat cepat terjadi pada saat masyarakat mendapat atau tidak mendapat penghasilan tambahan dari sektor perkebunan cengkeh, yang terjadi pada masyarakat adalah sebelum cengkeh berbuah, setelah berbuah dengan hasil yang baik dan kemudian muncul peraturan pemerintah mengenai BPPC (Badan Penyangga dan Pemasaran Cengkeh) mengenai cengkeh yang dianggap sangat merugikan bagi masyarakat petani cengkeh.

  Dedi Hidayat (2014) Penelitian yang berjudul

  “Dampak

Perkembangan Perkebunan Salak Pondoh Bagi Kehidupan Sosial Ekonomi

Desa Aribaya Kecamatan Pagentan Kabupaten Banjarnegara 18 2014”.

  Hasil penelitianya menyimpulkan bahwa perkembangan yang terjadi pada budidaya salak pondoh di desa Aribaya memerlukan waktu yang cukup cepat.

  Sedikit demi sedikit masyarakat yang menanam tanaman salak pondoh terus meningkat. Dampak yang dirasakan dari adanya perkembangan perkebunan salak pondoh ini dirasa sangat signifikan dimana semakin luasa lahan yang dimiliki, semakin banyak produksi yang dihasilkan dan tentunya semakin meningkatnya ekonomi warga yang berdampak pada meningkatnya kesejahteraan masyarakat.

  Yatmiyati (2002) dalam penelitian yang berjudul Perubahan Sosial

  

Ekonomi Petani Melati di Desa Karangcengis Kecamatan Buka Teja

Kabupaten Purbalingga. Adanya tanaman Melati mengakibatkan terjadinya

  perubahan sosial yang mencapai adanya status sosial yang semakin baik ditingkat kepedulian sosial yang meningkat, sedangkan perubahan ekonomi meliputi peningkatan kesejahteraan masyarakat dan berkurangnya tingkat penganggura. Adanya tanaman melati membawa dampak terhadap kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat desa Karangcengis. Dampak dari tanaman melati terhadapa kehidupan masyarakat petani Melati yang semula masih kurang baik dalam setatus sosial maupun tingkat kepedulian sosialnya lambat laun membaik, sedangkan dampaknya terhadap kehidupan ekonomi adalah meningkatnya pendapatan tarif hidup masyarakat dan berkurangnya tingkat pengangguran.

  Dari beberapa penelitian yang hampir sejenis dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti ada kesamaan dan perbedaan di dalamnya.

  Persamannya adalah sama-sama yang berdampak atau perubahan terhadap kehidupan sosial ekonomi masyrakat dari sebelum dan sesudah mereka mengusahakan tanaman tersebut semakin luas lahan, semakin banyak produksi dan semakin banyak keuntungan sehingga semakin meningkatnya ekonomi yang berdampak pada kesejahteraan masyarakat dan status sosial semakin baik. Adapun perbedaanya adalah meskipun sama-sama dalam bidang pertanian namun tanaman yang ditanam atau diteliti berbeda serta lokasi yang berbeda juga.

  Namun penelitian ini peneliti ingin menyajikan sedikit yang berbeda dari penelitian di atas, selain menyajikan dampak bagi sosial ekonomi juga tanam itu menarik bagi petani juga menarik bagi wisata asing.

F. Landasan Teori dan Pendekatan

  1. Landasan Teori Ahli lain berpendapat bahwa perubahan sosial terjadi karena adanya perubahan dalam unsur unsur yang mempertahankan keseimbangan masyarakat, seperti misalnya perubahan dalam unsur unsur geografis, biologis, ekonomis, atau kebudayaan. Kemudian, ada pula yang berpendapat bahwa perubahan perubahan sosial bersifat periodik dan non periodi. Pendapat pendapat tersebut pada umumnya menyatakan bahwa perubahan merupakan lingkaran kejadian kejadian (Soekamto, 200 : 263).

  Robert H. Lauer dalam (Ranjabar, 2008 : 18), memberikan arti perubahan sosial, maka terlebih dahulu menjelaskan definisi perubahan sosial dengan alasan bahwa teori teori perubahan sosial di masa lalu telah dibangun di atas mitos mitos tentang perubahan sosial,sehingga merintangi pemahaman dan menghalangi penyusunan persepektif baru. Mitos membentuk pola pikir yang menyimpang, trauma, dan ilusi yang merupakan kendala untk memahami perubahan sosial sebagai hakikat kehidupan manusia. Alasan lain oleh Robert H. Lauer bahwa definisi perubahan sosial itu pada umumnya terlalu luas dan terus berubah terapi terdapat perbedaan dalam tingkat perubahanya. Artinya ketidaksesuaian di setiap masa tertentu memcerminkan masalah berubah atau tidak berubah. Dalam hal ini, Robert H. Lauer mendefinisikan perubahan sosial sebagai suatu konsep inklusif yang menunjuk kepada perubahan gejala sosial berbagai tingkatan kehidupan manusia, dan mulai dari individual sampai global.

  Perubahan-perubahan yang terjadi pada masyarakat dunia dewasa ini merupakan gejala yang normal. Pengaruhnya bisa menjalar dengan cepat ke bagian bagian dunia lain berkat adanya komunkasi modern. Penemuan penemuan baru di bidang teknologi yang terjadi di suatu tempat dengan cepat dapat diketahui oleh masyarakat lain yang berada jauh dari tempat tersebut (Soerjono Soekamto, 200 : 261).

  Beberapa sosiolog berpendapat bahwa ada kondisi kondisi sosial primer yang menyebabkan terjadinya perubahan. Misalnya kondisi kondisi ekonomis, teknolois, geografis, atau biologis menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan pada aspek aspek kehidupan sosial lainnya. William F. Ogburn menekankan pada kondisi teknologis. Sebaliknya ada pula yang mengatakan bahwa semua kondisi tersebut sama pentingnya, satu atau semua akan menelorkan perubahan- perubahan sosial (Soekamto, 200 : 264).

  Penelitian dan publikasi dalam bidang sejarah ekonomi banyak meliputi sejarah pertanian. Hal ini disebabkan karena sampai bagian pertama abad ke-19 pertanian menjadi mata pencaharian yang paling besar. Sumbernya tersebar di seluruh negeri dan perkotaan, dari segi teknis banyak dipersoalkan luas tanah serta bentuk bajak yang digunakan. Penyelidikan juga megkaji hubungan sektor pertanian dengan bidang-bidang ekonomi lain. Pengaruh faktor demokrafis dan ekonomis lainya pada pertanian, panen, penggunaan tanah, tenaga kerja, modal, output dan input, dan sebagainya (Sartono Kartodirdjo, 2014:216-217).

  Ekonomi petani diusulkannya sebagai sebuah kategori tersendiri dalam sejarah ekonomi dengan maksud untuk memenuhi kekurangan dalam analisa tentang perkembanagan ekonomi, terutama dari kalangan ilmuwan Marxis yang hanya melihat urutan sejarah itu sebagai cara produksi perbudakan, feodalisme, kapitalisme dan sosialisme (Sartono Krtodirdjo 2014:216-217).

  Perbedaan antara ekonomi petani dengan ekonomi kapitalis, menurut Basile Kerblay, yang juga menganut pendapat Chayanov, ialah jika ekonomi kapitalis tanah dan kerja merupakan variabel atau faktor yang oleh penguasa dikombinasiakan untuk memperoleh perolehan yang maksimum dari kapital dianggap sebagai faktor yang tetap, sedangkan dalam ekonomi petani kerjalah yang merupakan elemen yang tetap menentukan perubahan dalam volume dari model dan tanah. Ekonomi kapitalis berdasarkan pada modal, ekonomi petani berdasarkan pada kerja (Sartono Krtodirdjo 2014:216-217).

  Para ahli filsafat, sejarah, ekonomi, dan sosiologi telah mencoba untuk merumuskan prinsip prinsip atau hukum hukum perubahan perubahan sosial. Banyak yang berpendapat bahwa kecenderungan terjadinya perubahan perubahan sosial merupakan gejala wajar yang timbul dari pergaulan hidup manusia (Soerjono Soekanto, 200 : 263).Sebagai seorang petani tidak bisa terlepas dari yang namanya pedesaan, karena petani identik dengan pedesaan.Menurut Kuntowijoyo (1994:64) dalam bukunya metodologi sejarah mengatakan bahwa sejarah pedesaan ialah sejarah yang secara khusus meneliti tentang desa atau pedesaan, masyarakat petani, dan ekonomi pertanian.

  Kurnadi Sahab (2007:11-12) dalam bukunya Sosiologi Pedesaan mengatakan bahwa ciri khas desa sebagai suatu komunitas pada masa lalu selalu dikaitkan dengan kebersahajaan (simplicity), keterbelakangan, tradisionalisme, subsitensi, keterisolasian. Sebagaimana dikatakan Roucek dan Warren, masyarakat pedesaan memiliki karakteristik sebagai berikut: a. Punya sifat homogen dalam (mata pencarian, nilai-nilai dalam kebudayaan serta dalam sikap dan tingkah laku), b. Kehidupan desa lebih menekankan anggota keluarga sebagai unit ekonomi. Artinya, semua anggota kelurga turut bersama-sama memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangga, c. Faktor geografis sangat berpengaruh atas kehidupan yang ada.

  Misalnya, keterikatan anggota masyarakat dengan tanah atau desa kelahiranya, d. Hubungan sesama anggota masyarakat lebih harmonis dan awet dari pada kota serta jumlah anak yang ada dalam keluarga inti lebih besar.

  Sebuah desa sering kali ditandai dengan kehidupan yang tenang, jauh dari hiruk pikuk keramaian, penduduknya ramah-ramah, saling mengenal satu sama lain, mata pencaharaian penduduk kebanyakan sebagai petani, atau nelayan (Elly dkk, 2009:87). Antara desa dan kota secara sepintas kilas hanya mengenai perbedaan geografis saja, tetapi bila kita lihat secara mendasar tidaklah demikian. Bahwa kota dan desa mempunyai perbedaan yang unik dan komples sekali. Baik dilihat dari segi jumlah penduduknya sosial ekonominya, kebudayaan, tata nilai dan normanya (Hartomo dan Arnicun, 2008:227).

  Pada umumnya buku sejarah penuh dengan cerita tentang perang dan perebutan kekuasaan, tindakan manusia yang penuh dengan kekerasan dan kekejaman, kepahlawannan dan penghianaatan. Tidak dimuat sama sekali uraian tentang kehidupan sehari-hari, padahal sebagian besar dari umat manusia tidak secara aktif tersangkut dalam kejadian-kejadian besar. Orang kebanyakan hanya bekerja, makan, dan tidur. Bagi mereka kejadia yang penting ialah kelahiran, perkawinan, dan kematian. Sebelum perkembangan industri pertanian merupakan sumber pokok dari kehidupan mereka, sebagian besar usaha manusia ada di bidang pertanian, tiga dari empat kepala keluarga adalah petani. Apakah perananya dalam bidang ekonomi, bagimana kondisi lingkungan yang menentukan hidupnya, bagimana hubungan antara orang pedesaan sebagai produsen dengan orang kota sebagai konsumen? Pertanyaan- pertanyaan itu menunjukkan bahwa pertanian mempunyai kedudukan yang sentral dalam sejarah (Sartono Kartodirdjo, 2014:209-210).

  Pekerjaan bertani biasanya dilakukan bersama-sama antar anggota masyarakat desa laianya. Hal itu mereka lakukan, karena biasanya satu keluarga saja tidak cukup melakukan pekerjaan tersebut. Sebagai akibat dari kerja sama ini, timbulkan kebiasaan dalam masyarakat yang namanya gotong royong (Elly dkk, 2009:88).

  Budaya gotong royong sebagai solidaritas sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat, terutama mereka yang membentuk komunitas-komunitas, karena dalam komunitas seperti ini akan terlihat dengan jelas. Gotong royong dapat terjadi di lahan pertanian yang berada di wilayah pedesaan berupa curahan tenagga pada saat membuka lahan sampai mengerjakan lahan pertanian,dan diakhiri di saat panaen

  

sosiologi.upi.edu/artikelpdf/gotongroyong.pdf (diunduh jam 9.24 /23

April 2015)

  Dalam konteks perubahan sosial di pedesaan ini, ternyata ada faktor-faktor penyebab dan faktor-faktor yang mempengaruhi proses perubahan sosial. Faktor penyebabnya dapat bersifat internal maupun eksternal. Yang internal adalah pertambahan dan penyusutan jumlah penduduk, penemuan-penemuan baru, konflik, ataupun pemberontakan yang terjadi dalam masyarakat sendiri. Sedangkan yang eksternal adalah peristiwa-peristiwa fisik (bencana-benca alam besar), peperangan, dan kontak dengan atau pengaruh dari kebudayaan lain (Kunardi Sahab, 2007:15-16).

  Dengan diakuinya dinamika sebagai inti jiwa masyarakat, banyak sosiolog modern yang mencurahkan perhatianya pada masalah- masalah perubahan sosial dan kebudayaan dalam masyarakat. Masalah tersebut menjadi lebih penting lagi dalam hubunganya dengan pembangunan ekonomi.

  Sebagian besar ahli ekonomi mula-mula mengira bahwa suatu masyarakat akan dapat membangun ekonominya dengan cepat apabila telah dicukupi dan dipenuhi syarat-syarat yang khusus diperlukan dalam bidang ekonomi. Akan tetapi, pengalaman mereka yang berniat untuk mengadakan pembangunan ekonomi dalam masyarakat-masyarakat yang baru mulai dengan pembangunan terbukti bahwa syarat-syarat ekonomis saja tak cukup untuk melancarkan pembangunan. Di samping itu, diperlukan pula perubahan-perubahan masyarakat yang dapat menetralkan faktor-faktor kmasyarkatan yang mengalami perkembangan.Hal itu dapat memperkuat atau menciptakan faktor-faktor yang dapat mendukung pembangunan itu (Soerjono Soekanto 2009:497)

  Pembangunan adalah suatu proses perencanaan sosial (social plan) yang dialakukan oleh birokrat perencanaan pembanguanan, untuk membuat perubahan social yang akhirnya dapat mendatangkan penigkatan kesejahteraan bagi masyarkat (Agus Salim 2002:263).

  Sebaliknya, perlu diketahui terlebih dahulu perubahan-perubahan di bidang manakah yang akan terjadi nanti sebagai akibat dari pembangunan ekonomi dalam masyarakat. Perubahan-perubahan di luar bidang ekonomi itu tidak dapat dihindarkan karena setiap perubahan dalam suatu lembaga kemasyarakatan akan mengakibatkan pula perubahan-perubahan di dalam lembaga kemasyaraktan, nilai-nilai sosial, pola-pola perilaku, organisasi, lapisan masyarakat, kekuasaan dan wewenang dan lainya (Soerjono Soekanto, 2009:497)

  Analogi dengan pemikiran itu, apa yang dapat dinyatakaan dengan lengkap, perubahan sosial adalah suatu proses yang luas, lengkap, yang mencakup suatu tatanan kehidupan manusia. Perubahan sosial tidak dapat hanya dilihat sebagai serpihan atau kepingan dari peristiwa sekelompok manusia, tetapi fenomena itu menjadi saksi adanya suatu proses perubahan empiris dari kehidupan umat manusia (Agus Salim

  2002:4)Banyak sosiolog yang berpendapat bahwa kecenderungan terjadinya perubahan sosial dimana pun dan kapan pun, termasuk di pedesaan, merupakan gejala wajar (natural) yank timbul sebagai buah dari pergaulan hidup manusia (Kurnadi Sahab, 2007:15)

  Secara makro, dimensi perubahan sosial yang terjadi di pedesaan dapat mengenai nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola- pola perilaku organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan- lapisan dalam masyarakat, kekuasaan atau wewenang, interaksi sosial, dan sebagianya (Kurnadi Sahab 2007:10).Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyagkut hubungan antara orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia (Soerjono Soekanto, 2009:55)

  Terjadinya perubahan sosial biasanya melalui beberapa proses seperti yang di katakan Soerjono Soekanto (2009, 288-291) dalam bukunya yang berjudul Sosiologi Suatu Pengantar mengatakan bahwa proses-proses perubahan sosial dan kebudayaan yang Pertama penyesuaian masyarakat terhadap perubahan yaitu penyesuaian dan lembaga-lembaga kemasyarakatan menunjuk pada keadaan, dimana masyarakat berhasil menyesuaikan lembaga-lembaga kemasyarakatan dengan keadaan yang mengalami perubahan sosial dan kebudayaan.

  Sementara itu, penyesuaian dari individu yang ada menunjuk pada usaha- usaha individu untuk menyesuaiakan diri dengan lembaga-lembaga kemasyarakatan yang telah diubah atau diganti agar terhindar dari disorganisasi psikologis.Kedua saluran-saluran perubahan sosial dan kebudayaan (avenue or channel of change) merupakan saluran-saluran yang dilalui oleh suatu proses perubahan. Umumnya saluran-saluran tersebut adalah lembaga-lembaga kemasyarkatan dalam bidang pemerintahan, ekonomi, pendidikan, agama, rekreasi, dan seterusnya.

  Dengan singkat dapatlah dikatakan bahwa saluran tersebut berfungsi agar sesuatu perubahan dikenal, diterima, diakui, serta dipergunakan oleh khalayak ramai, atau dengan singkat, mengalami proses institutionalization (pelembagaan). Dan yang ketiga adalah disorganisasi (disintegrasi) dan reorganisasi (reintegrasi).

  2. Pendekatan Sebagai permasalahan inti dari metodologi dalam ilmu sejarah dapat disebut masalah pendekatan. Penggambaran kita mengenai suatu peristiwa sangat tergantung pada pendekatan, ialah dari segi mana kita

  mana

  memandangnya, dimensi mana yang diperhatikan, unsur-unsur yang diungkapkan, dan lain sebagainya. Hasil pelukisanya akan sangat ditentukan oleh jenis pendekatan yang dipakai (Sartono Kartodirdjo 2014:4).

  Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan sosiologi dan pendekatan ekonomi. Sosiologi adalah ilmu yang mempelajrai tentang masyarakat dan kehidupan sosial yang dilakukan antar manusia dalam suatu wilayah atau tempat tinggal.

  Pendekatan ekonomi yakni mencari tahu perubahan ekonomi yang terjadi pada masyarakat tersebut dari tahun 1977-2016 sedangkan melalui pendekatan sosiologi akan dijelaskan tentang perubahan- perubahan yang terjadi dalam masyarakat baik perubahan sosial maupun perubahan ekonomi.

G. Metode Penelitian

  Metode itu sendiri berarti suatu cara, prosedur, atau teknik untuk mencapai suatu tujuan secara efektif dan efisien (Daliman, 2012: 27). Dan Metode sejarah merupakan disain penelitian yang meliputi langkah-langkah yang baku. Namun, langkah-langkah tersebut harus disesuaikan dengan masalah, topik, dan sasaran studi (subject matter) (Sugeng Priyadi, 2011: 1).

  Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah yaitu menguji dan menganalisis secara kritis data dan peristiwa yang terjadi pada masa lampau hingga sekarang ini, adapun tahap-tahap yang digunakan adalah sebagai berikut:

  1. Heuristik atau Pengumpulan Sumber, yaitu peristiwa sejarah harus dicari dan di temukan untuk mengumpulkan data, pengumpulan data dengan cara wawancara, dokumenter, dan observasi.

  a. Wawancara, yaitu peneliti mengadakan wawncara langsung dengan petani kentang yaitu Priyo, Agus, Sukoco, Turatno, dan Aan.

  Pedagang yaitu Marwoto. Buruh tani Juni, dan pemerintah desa tokoh masyarakat setempat Puspita Arum Sari, untuk mendapatkan data tentang petani kentang dan kehidupan sosial ekonominya. b. Dokumnter, yaitu penulis menggunakan untuk memperoleh tentang profil desa dan beberapa hal yang berkaitan dengan penelitian ini. Dan sumber dat yang diperoleh peneliti adalah berupa data monografi desa Kasimpar tahun 2015.

  c. Observasi, yang diartikan sebagai kegiatan pengamatan, dalam kegiatan penelitian yang akan dilakukan ini akan digunakan untuk mengamati kehidupan sosial ekonomi. Dengan observasi ini diharapkan peneliti akan mendapatkan sejumlah data yang dianalisis.Penulis mengunakanya untuk memperoleh data dengan cara menelusuri obyek kejadian dan para tokoh masyarakat. Samapi saat ini belum ada yang meneliti masalah kehidupan sosial ekonomi masyarakat petani kentang desa Ksimpar dan peneliti mengadakan observasi kurang lebih 4 bulan.

  2. Kritik, berupa pengkajian sumber sejarah, di tempuh dengan jalan mencari ketentikan dan kredibilitas sumbr yang sesuai dengan materi penelitian. Krtitik sendiri dibagi dua yaitu, kritik ekstern dan kritik intrn. Kritik ekstern yaitu untuk menentukan apakah sumber asli atau palsu dengan cara mengamati keadaan fisik sumber petani kentang. Kritik intern yaitu menenrukan isi sumber dapat dipercaya atau tidak, dengan cara mencari beberapa sumber yang sesuai dengan pembahasann materi untuk dibandingkan kemudian ditentukan dapat atau tidak. Sumber lisan dengan cara mewancarai petani kentang dan masyarakat setempat.

  3. Interpretasi, yaitu menafsirkan data-data yang diperoleh untuk menjadi fakta. Kemudian mencari makna dengan menghubungkan dengan fakta- fakta lain.

  4. Historiografi atau Penulisan Sejarah, menuliskan kembali dalam bentuk tulisan atau kisah, dalam penelitian ini menuliskan kembali dalam bentuk Skripsi.

H. Sistimatika Penyajian

  Sitematika penyajian ini untuk mempermudah memahami isi skripsi, maka susunanya dapat dijelaskan seperti dibawah ini: Bab pertama pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori dan pendekatan, metode penelitian, dan sistematika penyajian.

  Bab dua tentang Profil Desa Kasimpar terdiri dari keadaan sosial ekonomi Masyarakat Desa Kasimpar Kecamatan Wanayasa Kabupaten Banjarnegara.

  Bab tiga memuat tentang perkembangan tanamn kentang di Desa Kasimpar Kecamatan Wanayasa Kabupaten Bnajarnegara tahun (1977-2016).

  Bab empat proses penanaman, dan hasil produksidi Desa Kasimpar Kecamatan Wanayasa Kabupaten Bnajarnegara tahun (1977-2016).

  Bab lima memuat tentang dampak sosial ekonomi Pertani Kentang yang terdiri dari dampak sosial dan dampak ekonomi di Desa Kasimpar Kecamatan Wanayasa Kabupaten Bnajarnegara tahun (1977-2016) dan Bab enam memuat tentang simpulan dan saran.